Analisa Postur Kerja Karyawan Dalam Aktivitas Fabrikasi Dengan Metode Rapid Entire Body Assessment
Analisa Postur Kerja Karyawan Dalam Aktivitas Fabrikasi Dengan Metode Rapid Entire Body Assessment
SKRIPSI
Oleh:
Reza Vahlevi
201710215149
Bekasi,
MENYETUJUI,
Pembimbing I P
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Analisa Postur Kerja Karyawan Dalam
Aktivitas Fabrikasi Menggunakan Metode
REBA (Rapid Entire Body Assessment) Dan
Nordic Body Map (NBM) Studi Kasus PT.Dwi
Mitra Anugrah
MENGETAHUI,
NIP N
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Skripsi yang berjudul Analisa Postur Kerja Karyawan Dalam Aktivitas Fabrikasi
Menggunakan Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment ) Dan Nordic Body
Map (NBM) Studi Kasus PT Dwi Mitra Anugrah ini adalah benar benar merupakan
hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung materi yang ditulis oleh orang lain
kecuali pengutipan sebagai referensi yang sumbernya telah dituliskan secara jelas
sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya
bersedia menerima sanksi dari Universitas Bhayangkara Jakarta Raya sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Bekasi,
Yang membuat pernyataan,
Reza Vahlevi
201710215149
ABSTRAK
Reza Vahlevi, 201710215149. Analisa Postur Kerja Dalam Aktivitas Fabrikasi
Menggunakan Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) Dan Nordic Body Map
(NBM).
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan p skripsi ini yang berjudul“Analisa Postur Kerja
Karyawan Dalam Aktivitas Fabrikasi Menggunakan metode Rapid Entire Body
Assessment (REBA) dan Nordic Body Map (NBM) Studi Kasus PT.Dwi Mitra
Anugrah” Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada pihak- pihak yang selama ini
telah membantu proses pendidikan di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya hingga
penyusunan skripsi ini selesai diantaranya :
1. Bapak Irjen Pol. Dr. Drs. Bambang Karsono. SH. MH. Selaku Rektor Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya
2. Ibu Ismaniah S.Si.,M.M, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bhayangkara
Jakarta Raya.
3. Bapak Drs.Solihin,MT selaku Ketua Progam Studi Teknik Industri Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya.
4. Bapak Erwin Barita Maniur Tambunan,ST,MT selaku Dosen Pembimbing I
Univeristas Bhayangkara Jakarta Raya
5. Ibu Denny Siregar, ST. M.Sc selaku Dosen Pembimbing II Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya
6. Seluruh Dosen Fakultas Teknik yang memberikan ilmu selama kegiatan
perkuliahan serta para staff Fakultas Teknik yang selalu bersedia memberi
bantuan.
7. Teman Teman Mahasiwa Teknik Industri kelas A3 Juan Felix, Helmy Hawari,
Febrianto,Yoan,Irfan,Ruslan,Rezza yang telah memberikan motivasi dan semangat
hingga skripsi ini selesai.
Bekasi,
Reza Vahlevi
201710215149
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Minin 18 2 0
Rasud 16 4 0
Samurdin 17 3 0
Suhandy 18 2 0
Joni 19 1 0
Unung 19 1 0
Minin 14 6 0
Rasud 17 3 0
Samurdin 16 4 0
Suhandy 17 3 0
Joni 16 4 0
Unung 16 4 0
Minin 17 3 0
Rasud 18 2 0
Samurdin 17 3 0
Suhandy 16 4 0
Joni 15 5 0
Unung 16 4 0
Minin 15 5 0
Rasud 17 3 0
Samurdin 16 4 0
DATA KEHADIRAN OPERATOR
Suhandy 17 3 0
Joni 16 4 0
Unung 17 3 0
Minin 15 5 0
Rasud 17 3 0
Samurdin 16 4 0
Suhandy 17 3 0
Joni 16 4 0
Unung 17 3 0
Minin 16 4 0
Rasud 16 4 0
Samurdin 17 3 0
Suhandy 16 4 0
Joni 16 4 0
Unung 16 4 0
Tabel 1.1 diatas merupakan data kehadiran karyawan pada divisi fabrikasi yaitu
di mulai pada bulan Desember tahun 2020 sampai bulan Mei 2021. Kegiatan aktivitas
kerja operator divisi fabrikasi dimulai pada hari Senin s/d hari Jumat, dengan jam
operasional kerja pada pukul 07.00 s/d 16.00. Tabel tersebut menunjukan bahwa
setiap bulan terdapat karyawan yang mengalami sakit hingga beberapa kali dalam
satu bulan, operator mengalami sakit dapat disebapkan karena beberapa faktor
seperti kelelahan bekerja yang dialami operator. Apabila jumlah sakit operator setiap
bulannya meningkat maka kegiatan di perusahaan menjadi terhambat dan
berpengaruh terhadap kinerja operator secara keseluruhan.
Pada Tabel 1.2 diatas operator divisi fabrikasi melakukan kegiatan seperti
pengelasan (welding), pengerjaan bubut (Turning)serta pengerjaan gerinda (Grinding)
dan pengeboran (Milling).
Untuk penelitian ini penulis mengamati salah satu proses pengerjaan di bagian
fabrikasi dan machining sebab pada aktivitas kerja yang dilakukan operator fabrikasi
tersebut terdapat sikap kerja yang dilakukan secara berulang-ulang yaitu pada saat
proses penggerindaan, pada saat operator melakukan proses penggerindaan sikap
kerja tersebut menunjukan bahwa operator bekerja dalam sikap yang tidak tidak
ergonomis sehingga akan menyebapkan ketidaknyaman saat bekerja seperi posisi
kerja operator dalam keadaan jongkok, posisi kepala yang membungkuk karena posisi
benda yang sedang dikerjakan berada di lantai serta kedua kaki sebagai penopang
semua anggota tubuh tidak tertopang dengan baik karena kedua kaki menekuk pada
saat kerja berlangsung. Dibawah ini merupakan sikap kerja operator penggerindaan
divisi fabrikasi.
4 Apakah Operator dalam waktu Posisi kerja yang tidak sesuai akan
yang lama akan mengalami keluhan mengakibatkan keluhan apabila di
lakukan dalam waktu yang cukup
lama
Tabel 1.4 from Hasil Kuesioner Nordic Body Map Operator Divisi Fabrikasi
LANDASAN TEORI
2.1 Ergonomi
Menurut (Nurmianto dalam Kasmianto et.al, 2018) ergonomi berasal dari
bahasa latin Ergon serta Nomos atau kerja dan hukum alam, sehingga ergonomi bisa
didefinisikan sebagai penelitian tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen
serta desain ataupun perancangan.
Menurut (Sulianta dalam Yuri Delano et.al,2020) ergonomi merupakan
hubungan antara manusia dengan lingkungan kerjanya, yaitu keseluruhan
perlengkapan perkakas serta bahan yang dihadapi, organisasi ataupun metode
kerjanya dan lingkungan kerja sekitar. Sedangkan menurut (Tarwaka dalam
Abdurahman et.al,2019) mendefinisikan ergonomi sebagai ilmu teknologi serta seni
untuk menserasikan alat, metode kerja serta lingkungan pada kemampuan, kebolehan
dan batasan manusia sehingga di peroleh kondisi kerja serta lingkungan yang sehat,
aman, nyaman serta efektif sehingga tercapai produktivitas setinggi-tingginya.
Penerapan ergonomi sebaiknya dimasukan sedini mungkin bahkan mulai dari
rancangan sistem sehingga dapat menekan kesalahan sedikit mungkin.
No Posisi
No Posisi
1 Posisi kedua kaki tertopang dengan baik dilantai dalam keadaan berjalan
2.3.1 Grup B penilaian anggota tubuh bagian atas (lengan,lengan bawah dan
pergelangan tangan)
4. Skoring pada lengan
Gambar Tabel 2.4 : Perhitungan skor posisi postur lengan atas
No Posisi
No Posisi
+1 Jika bahu diangkat atau lengan diputar atau rotasi
+2 Jika lengan diangkat menjauh dari beban
-1 Jika berat lengan di topang untuk menahan gravitasi
No Posisi
1 Posisi lengan bawah fleksi antara 60°-100°
2 Posisi lengan bawah fleksi < 60° > 100°
2.1 Antthopometri
(Sritomo Wignjosoebroto et.al) dalam bukunya isitilah antropometri berasal
dari “anthro” yang berarti manusia serta “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif
dinyatakan selaku suatu riset yang berkaitan dengan pengukuran ukuran tubuh
manusia. Manusia pada dasarnya akan mempunyai wujud, ukuran (tinggi, lebar, dll)
berat serta lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainn. Antropometri secara luas
akan digunakan selaku pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam membutuhkan
interkasi manusia. Informasi anthropometri yang berhasil diperoleh akan
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:
1. Perancangan areal kerja (work stasion, interior mobil)
2. Perancangan perlatan kerja, seperti mesin, perkakas (tools) dan sebagainya
3. Perancangan produk barang-barang teknologi dan kebutuhan manusia, seperti
pakaian, tempat duduk, meja kerja, tempat tidur, tempat masak, arsitektur
bangunan, kendaraan mesin-mesin, computer, permainan anak dan lain
sebagainya
4. Perancangan lingkungan kerja fisik pekerja.
4. Dr. Nihal Anwar dan Ajith george (2015) Judul penelitian “Studi Ergonomi
Pekerja Menggunakan Seluruh Tubuh Cepat Rapid Entire Body Assessment Teknik
Industri Agri-Mesin” Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi gangguan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pekerja yang bergerak di bidang Agri-mesin studi
yang dilakukan pada 10 pekerja unit perakitan menggunakan alat analisis postur
tubuh (Rapid Entire Body Assessment) Studi menunjukan bahwa 40% dari postur
kerja sangat tinggi tingkat paparan 30% dan memiliki tingkat paparan tinggi dan 30%
memiliki tingkat paparan sedang.
Mulai
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
4.2 Penyebaran Kuesioner Nordic Body Map dan Wawancara terhadap operator.
Hasil penyebaran from kuesioner Nordic Body Map kepada operator divisi fabrikasi
sebanyak 6 orang operator, adanya keluhan ketidaknyamanan yang dirasakan operator terhadap
anggota tubuh dikarenakan sikap kerja operator yang belum ergonomis. Akibat rasa
ketidaknyamanan tersebut kemudian dilakukan identifikasi menjadi kebutuhan operator.
Identifikasi bertujuan untuk memberikan sikap kerja operator yang baik, ergonomis, aman,
efisen. Tabel berikut merupakan from kuesioner Nordic Body Map yang disebarkan kepada 6
orang operator divisi fabrikasi.
Tabel 4.2 : Hasil Kuesioner From Nordic body Map operator divisi fabrikasi
4 Apakah Operator dalam waktu Posisi kerja yang tidak sesuai akan
yang lama akan mengalami keluhan mengakibatkan keluhan apabila di
dengan posisi sikap kerja yang lakukan dalam waktu yang cukup
tidak ergonomis. lama
NO Hasil Pengamatan
Salah satu kaki tidak tertopang dengan baik dan terangkat, dan membentuk
3 sudut 30°- 60° = 2+1 = 3
Pegangan kontainer baik dan kekuatan pegangan berada pada posisi tengah =
8 0
Gerakan berulang- ulang terjadi, misalnya repetisi lebih dari 4 kali permenit
9 (tidak termasuk berjalan) = +1
Tabel 4.5 : Perhitungan skor postur tubuh REBA grup A pada Operator
TABEL A
Leher
1 2 3
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
4
2 2 3 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Tabel 4.5.1 : Perhitungan skor postur tubuh REBA grup B pada operator
Tabel B
Lengan bawah
1 2
Lengan
Pergelangan tangan Pergelangan tangan
2
1 2 3 1 3
1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3
3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
Setelah melakukan perhitungan skor pada Grup A dan Grup B dengan menggunakan
metode REBA, hasil perhitungan Grup Tabel A memperoleh hasil yang didapat adalah 5 yang
merupakan skor dengan kategori resiko “Sedang” namun diperlukan tindakan dan Tabel Grup B
dengan skor 5 (dengan penambahan skoring untuk jenis pegangan dengan skor +2 karena
pegangan kontainer yang kurang baik) jadi total perhitungan yang diperoleh pada Grup B
adalah 5+(2) =7 dengan kategori resiko “sedang” namun perlu diperlukan tindakan. Selanjutnya
hasil skor Grup A dan Grup B dimasukan kedalam Grand Skor untuk mengetahui tingkat resiko
dari hasil analisis sikap kerja yang dilakukan oleh operator, dibawah ini merupakan hasil dari
Grup A dan Grup B selanjutnya dimasukan kedalam Grand skor serta mendapatkan angka dari
hasil perhitungan dan selanjutnya untuk memberikan penilaian kategori resiko sikap kerja
operator yang tidak ergonomis.
Tabel 4.5.2 : perhitungan grand skor REBA terhadap Operator
Tabel C
SKOR Skor B
A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
7
4 3 4 4 4 5 6 8 8 9 9 9
4
5 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
6
7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
7
8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
8
9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
9
10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
10
11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
11
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
12
Sumber : Pengolahan Data (2021)
Keterangan :
1. Hasil Perhitungan Tabel Grup A dengan Metode REBA adalah 5
2. Hasil Perhitungan Tabel Grup B dengan Metode REBA adalah 5+(2) yaitu 7.
3. Hasil perhitungan dari Grand Skor yang diperoleh pada Tabel Grup A dan B yaitu
adalah 8 dengan penambahan untuk jenis aktivitas skor +1.
8+1 = 9
Tabel 4.5.3 : Tabel Hasil Perhitungan Akhir Operator penggerindaan dengan metode REBA.
Diperlukan
9 3 Tinggi tindakan sesegera
mungkin.
Setelah mendapatkan skor akhir pada metode REBA yang di peroleh pada operator
penggerindaan divisi fabrikasi hasil skor yang didapat menunjukan bahwa operator bekerja
dengan sikap yang tidak ergonomis, karena operator bekerja dalam posisi jongkok serta dalam
melakukan penggerindan operator berada di lantai yang membuat operator bekerja dalam posisi
membungkuk dalam waktu lama dan secara berulang-ulang. Dengan demikian akan
menyebapkan keluhan pada bagian tubuh operator berikut ini merupakan posisi atau sikap kerja
yang tidak ergonomis terhadap operator penggerindaan :
1. Posisi operator dalam melakukan penggerindaan penghalusaan dalam pekerjaan finishing
lembaran plat baja membutuhkan waktu ± 1jam.
2. Operator penggerindaan bekerja dalam posisi jongkok dan membungkuk karena operator
duduk dilantai dengan waktu yang lama dan berulang -ulang.
3. Posisi kaki operator pada saat melakukan penggerindaan terdapat salah satu kaki operator
tidak tertopang dengan baik karena kaki operator sebagai penahan benda yang sedang
dikerjakan serta posisi kerja operator dalam jongkok dan membungkuk.
Selanjutnya hasil dari metode REBA dapat menjadi rekomendasi untuk perbaikan sikap
kerja operator penggerindaan yang ergonomis untuk mengurangi dampak keluhan
Musculoskeletal Disorders yang dirasakan terhadap operator penggerindaan.
1 Alat ini untuk meminimalisir rasa sakit terhadap operator agar operator
Alat atau sarana ini dapat digunakan dengan mudah dengan tujuan agar
2 operator bekerja lebih safety, aman dan efisien untuk digunakan dalam
jangka waktu yang lama.
Alat atau sarana ini dapat membantu operator yang lain apabila sedang
5
melakukan pekerjaan penggerindaan
Keluhan dan harapan operator, selanjutnya akan dapat ditentukan rancangan alat bantu
yang sesuai dengan kebutuhan operator yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.7 : Ide Perancangan alat bantu
Operator
No Data yang di ukur Simbol
A B C D E F
1 Tinggi Badan TB
Tinggi Bahu
TBB
2 Berdiri
Tinggi Siku
TSB 124 124 120 125 127 123
3 berdiri
Sumber : Pengolahan Data (2021)
A. Detail Desain
Pada tahap ini proses perancangan alat bantu meja gerinda, berikut merupakan hasil ide
desain tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perancangan Meja gerinda untuk operator ini dibuat dengan ergonomis
2. Meja gerinda ini tetap dioperasikan penggunaanya dengan operator tersebut .
3. Meja gerinda ini dapat di atur (Ajustable) yang dapat di atur tinggi dan rendahnya
sesuai dengan keinginan operator.
B. Ukuran dimensi perancangan meja gerinda
Ukuran-ukuran pada perancangan meja gerinda (Ajustable) meliputi sebagai berikut :
Tinggi Meja Gerinda
Tinggi Meja gerinda yang ergonomis dapat disesuaikan dengan ukuran dimensi tubuh
operator tersebut, yaitu :
Tinggi Siku Berdiri (TsB) : 124 +124+120+125+127+123
Rata- rata = 64 Cm.
2 x 2.25 cm
1 Besi Hollow - 2 x 2.5 cm 2 unit
2 unit
28 cm
2 Hydraulic Gas spring
(4Kg)
1 unit
3 Mesin Gerinda EINHHL 1/4 Hp
4.5.2
\
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Tarwaka (2011)
LAMPIRAN