Anda di halaman 1dari 59

ANALISA POSTUR KERJA KARYAWAN DALAM AKTIVITAS

FABRIKASI DENGAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT


(REBA) DAN NORDYC BODY MAP (NBM)
(Studi Kasus PT Dwi Mitra Anugrah)

SKRIPSI

Oleh:
Reza Vahlevi
201710215149

PROGAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : Analisa Postur Kerja Karyawan Dalam


Aktivitas Fabrikasi Menggunakan Metode
REBA (Rapid Upper Limb Assessment) Dan
Nordic Body Map (NBM) Studi Kasus PT. Dwi
Mitra Anugrah
Nama Mahasiswa : Reza Vahlevi
Nomor Induk Mahasiswa : 201710215149
Progam Studi Fakultas : Teknik Industri / Teknik
Tanggal Lulus Ujian Skripsi :

Bekasi,
MENYETUJUI,

Pembimbing I P

Erwin Barita Maniur Tambunan, ST,MT Denn


NIDN NI

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Analisa Postur Kerja Karyawan Dalam
Aktivitas Fabrikasi Menggunakan Metode
REBA (Rapid Entire Body Assessment) Dan
Nordic Body Map (NBM) Studi Kasus PT.Dwi
Mitra Anugrah

Nama Mahasiswa : Reza Vahlevi


Nomor Induk Mahasiswa : 201710215149
Progam Studi / Fakultas : Fakultas Teknik / Teknik
Tanggal Lulus Ujian Skripsi :
Bekasi,
MENGESAHKAN,

Ketua Tim Penguji : …………….


Penguji I : …………….
Penguji II : …………….

MENGETAHUI,

Ketua Progam Studi


Teknik Industri Fa

Drs. Solihin,M.T Ism

NIP N

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :

Skripsi yang berjudul Analisa Postur Kerja Karyawan Dalam Aktivitas Fabrikasi
Menggunakan Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment ) Dan Nordic Body
Map (NBM) Studi Kasus PT Dwi Mitra Anugrah ini adalah benar benar merupakan
hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung materi yang ditulis oleh orang lain
kecuali pengutipan sebagai referensi yang sumbernya telah dituliskan secara jelas
sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya
bersedia menerima sanksi dari Universitas Bhayangkara Jakarta Raya sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Saya mengijinkan skripsi ini dipinjam dan digandakan melalui perpustakaan


Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Saya memberikan izin kepada perpustakaan Universitas Bhayangkara Jakarta Raya


untuk menyimpan skripsi ini dalam bentuk dijital dan mempublikasikannya melalui
internet selama publikasi tersebut melalui portal Universitas Bhayangkara Jakarta
Raya.

Bekasi,
Yang membuat pernyataan,

Reza Vahlevi
201710215149

ABSTRAK
Reza Vahlevi, 201710215149. Analisa Postur Kerja Dalam Aktivitas Fabrikasi
Menggunakan Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) Dan Nordic Body Map
(NBM).

ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan p skripsi ini yang berjudul“Analisa Postur Kerja
Karyawan Dalam Aktivitas Fabrikasi Menggunakan metode Rapid Entire Body
Assessment (REBA) dan Nordic Body Map (NBM) Studi Kasus PT.Dwi Mitra
Anugrah” Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada pihak- pihak yang selama ini
telah membantu proses pendidikan di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya hingga
penyusunan skripsi ini selesai diantaranya :

1. Bapak Irjen Pol. Dr. Drs. Bambang Karsono. SH. MH. Selaku Rektor Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya
2. Ibu Ismaniah S.Si.,M.M, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bhayangkara
Jakarta Raya.
3. Bapak Drs.Solihin,MT selaku Ketua Progam Studi Teknik Industri Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya.
4. Bapak Erwin Barita Maniur Tambunan,ST,MT selaku Dosen Pembimbing I
Univeristas Bhayangkara Jakarta Raya
5. Ibu Denny Siregar, ST. M.Sc selaku Dosen Pembimbing II Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya
6. Seluruh Dosen Fakultas Teknik yang memberikan ilmu selama kegiatan
perkuliahan serta para staff Fakultas Teknik yang selalu bersedia memberi
bantuan.
7. Teman Teman Mahasiwa Teknik Industri kelas A3 Juan Felix, Helmy Hawari,
Febrianto,Yoan,Irfan,Ruslan,Rezza yang telah memberikan motivasi dan semangat
hingga skripsi ini selesai.

Bekasi,

Reza Vahlevi
201710215149
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Postur kerja ialah titik penentu dalam menganalisis keefektivan dari suatu
pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik dan
ergonomis maka bisa dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut akan
baik, namun apabila postur kerja operator tersebut salah atau tidak ergonomis maka
operator tersebut mudah menglami kelelahan dan kelainan pada bentuk tulang.
Apabila operator mudah mengalami kelelahan hasil pekerjaan yang dilakukan
operator tersebut juga mengalami penurunan dengan yang diharapkan.
Menurut (Erna Simonna dalam Virdiandry et.al,2016) Absensi adalah suatu
pendataan kehadiran bagian dari pelaporan kegiatan institusi atau itu sendiri yang
berisi data-data kehadiran yang disusun serta diatur sedemikian rupa sehingga mudah
untuk dicari serta dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pihak yang
berkepentingan. Secara universal jenis jenis absensi dikelompokan menjadi type
absensi manual (menggunakan tanda tangan per orangan) dan type absensi non
manual (dengan memakai alat) ialah dengan memakai sitem komputerisasi,
mengenakan kartu dengan barcode atau finger print maupun dengan sebagainya.
Dalam hal ini PT. Dwi Mitra Anugrah termasuk dalam jenis kategori abensi
dengan cara manual. Berikut merupakan data kehadiran operator divisi fabrikasi pada
bulan Desember 2020-Mei 2021
Tabel 1.1: Data kehadiran Operator pekerja Divisi Fabrikasi bulan Desember 2020-
April 2021

DATA KEHADIRAN OPERATOR

DESEMBER 2020 Hadir (Hari) Sakit Izin


DATA KEHADIRAN OPERATOR

Minin 18 2 0
Rasud 16 4 0
Samurdin 17 3 0
Suhandy 18 2 0
Joni 19 1 0
Unung 19 1 0

JANUARI 2021 Hadir (Hari) Sakit Izin

Minin 14 6 0
Rasud 17 3 0
Samurdin 16 4 0
Suhandy 17 3 0
Joni 16 4 0
Unung 16 4 0

FEBUARI 2021 Hadir (Hari) Sakit Izin

Minin 17 3 0
Rasud 18 2 0
Samurdin 17 3 0
Suhandy 16 4 0
Joni 15 5 0
Unung 16 4 0

MARET 2021 Hadir (Hari) Sakit Izin

Minin 15 5 0
Rasud 17 3 0
Samurdin 16 4 0
DATA KEHADIRAN OPERATOR

Suhandy 17 3 0
Joni 16 4 0
Unung 17 3 0

APRIL Hadir (Hari) Sakit Izin

Minin 15 5 0
Rasud 17 3 0
Samurdin 16 4 0
Suhandy 17 3 0
Joni 16 4 0
Unung 17 3 0

MEI 2021 Hadir (Hari) Sakit Izin

Minin 16 4 0
Rasud 16 4 0
Samurdin 17 3 0
Suhandy 16 4 0
Joni 16 4 0
Unung 16 4 0

Sumber : PT.Dwi Mitra Anugrah (2021)

Tabel 1.1 diatas merupakan data kehadiran karyawan pada divisi fabrikasi yaitu
di mulai pada bulan Desember tahun 2020 sampai bulan Mei 2021. Kegiatan aktivitas
kerja operator divisi fabrikasi dimulai pada hari Senin s/d hari Jumat, dengan jam
operasional kerja pada pukul 07.00 s/d 16.00. Tabel tersebut menunjukan bahwa
setiap bulan terdapat karyawan yang mengalami sakit hingga beberapa kali dalam
satu bulan, operator mengalami sakit dapat disebapkan karena beberapa faktor
seperti kelelahan bekerja yang dialami operator. Apabila jumlah sakit operator setiap
bulannya meningkat maka kegiatan di perusahaan menjadi terhambat dan
berpengaruh terhadap kinerja operator secara keseluruhan.

PT Dwi Mitra Anugrah merupakan perusahan yang bergerak di bidang


kontraktor umum nya perusahaan ini menyediakan jenis layanan
fabrikasi&machining Perusahaan Dwi Mitra Anugrah juga memproduksi komponen-
komponen fabrikaksi dan permesinan. Berikut ini adalah aktivitas pekerjaan yang
dilakukan operator divisi fabrikasi sebagai berikut.

Tabel 1.2 : Aktivitas Operator fabrikasi PT. Dwi Mitra Anugrah

Operator sedang melakukan proses Operator melakukan proses tab pada


pembubutan noken As pulley
Operator melakukan pembubutan batang Operator sedang melakukan proses
batang besi. pembengkokan lempengan baja.

Operator sedang melakukan kegiatan Operator melakukan proses pengelasan


pemghalusan Finishing pada lembaran batang pipa besi.
baja.
Sumber : PT Dwi Mitra Anugrah (2021)

Pada Tabel 1.2 diatas operator divisi fabrikasi melakukan kegiatan seperti
pengelasan (welding), pengerjaan bubut (Turning)serta pengerjaan gerinda (Grinding)
dan pengeboran (Milling).

Untuk penelitian ini penulis mengamati salah satu proses pengerjaan di bagian
fabrikasi dan machining sebab pada aktivitas kerja yang dilakukan operator fabrikasi
tersebut terdapat sikap kerja yang dilakukan secara berulang-ulang yaitu pada saat
proses penggerindaan, pada saat operator melakukan proses penggerindaan sikap
kerja tersebut menunjukan bahwa operator bekerja dalam sikap yang tidak tidak
ergonomis sehingga akan menyebapkan ketidaknyaman saat bekerja seperi posisi
kerja operator dalam keadaan jongkok, posisi kepala yang membungkuk karena posisi
benda yang sedang dikerjakan berada di lantai serta kedua kaki sebagai penopang
semua anggota tubuh tidak tertopang dengan baik karena kedua kaki menekuk pada
saat kerja berlangsung. Dibawah ini merupakan sikap kerja operator penggerindaan
divisi fabrikasi.

Gambar 1.1: Sikap pekerja operator penggerindaan divisi fabrikasi

Sumber: PT. Dwi Mitra Anugrah (2021)

Gambar 1.1 diatas merupakan aktivitas pengerjaan penggerindaan operator


divisi fabrikasi dapat dilihat bahwa terdapatnya sikap kerja yang tidak ergonomis
pada saat melakukan kegitan penghalusan lembaran besi atau finishing akibat sikap
kerja dalam posisi jongkok dan membungkuk dan mengakibatkan ketidaknyamanan
yang dialami oleh operator. Setelah mengamati proses kegiatan kerja yang di lakukan
operator divisi fabrikasi tahap selanjutnya mewawancarai operator untuk mengetahui
informasi tentang keluhan yang dirasakan yang dirasakan pada saat melakukan
kegiatan kerja tersebut. Tabel dibawah ini merupakan hasil wawancara terhadap
operator divisi fabrikasi sebagai berikut :

Tabel 1.3 : Wawancara mengenai keluhan terhadap Operator

NO Daftar Pertanyaan wawancara Hasil Wawancara terhadap Operator

1 Apakah Operator merasa tidak Operator mengalami rasa tidak


nyaman bekerja dalam posisi nyaman pada saat bekerja dalam
jongkok posisi jongkok

2 Apakah Operator melakukan Kegiatan bekerja operator divisi


pekerjaan secara berulang- ulang fabrikasi dilakukan secara berulang-
ulang.

3 Apakah Operator mengalami Operator mengeluhkan sakit pada


keluhan keluhan pada saat proses anggota tubuh pinggang, punggung,
kerja kaki, dll

4 Apakah Operator dalam waktu Posisi kerja yang tidak sesuai akan
yang lama akan mengalami keluhan mengakibatkan keluhan apabila di
lakukan dalam waktu yang cukup
lama

5 Operator selama bekerja dengan Operator bekerja dengan posisi sikap


sikap tidak ergonomis yang tidak ergonomis dan tidak
efisien pada saat melakukan aktivitas
kerja.

6 Berapa lama Kegiatan pengerjaan Pengerjaan fnishing operator


finishing operator untuk memerlukan waktu 1 jam untuk
menyelesaikan pekerjaannya menyelesaikannya.

Sumber : PT. Dwi Mitra Anugrah (2021)

Tabel 1.3 diatas merupakan informasi yang didapat melalui wawancara


langsung kepada 6 operator mengenai apa saja yang dirasakan operator selama
bekerja pada divisi fabrikasi. Tahap selanjutnya adalah melakukan penyebaran from
kuesioner Nordic Body Map terdiri dari 27 pertanyaan yang berisi keluhan-keluhan
Musculoskeletal Disorders yang dirasakan oleh anggota tubuh dan mengetahui
bagian - bagian anggota tubuh mana saja yang di rasakan oleh operator. Berikut
merupakan hasil dari from kuesioner Nordic Body Map operator divisi fabrikasi.

Tabel 1.4 from Hasil Kuesioner Nordic Body Map Operator Divisi Fabrikasi

N Pekerja (Satuan Orang) Jumlah


Keluhan anggota tubuh
o (Satuan
yang dialami
)
A B C D E F
Sakit / Kaku pada leher
0 4 4 4 4 4 4 24
atas
Sakit / Kaku pada leher
1 4 4 4 4 4 4 24
Bawah
2 Sakit pada Bahu Kanan 3 3 3 3 3 3 18
Sakit Pada lengan atas
3 3 3 3 3 4 3 19
kiri
Sakit Pada Lengan Atas
4 3 3 3 3 3 3 18
Kanan
5 Sakit Pada Punggung 4 4 4 4 4 4 24

6 Sakit Pada Pinggang 4 4 4 4 4 4 24

7 Sakit pada bokong 3 3 3 3 3 3 18

8 Sakit pada pantat 4 4 4 4 4 4 24

10 Sakit Pada Siku Kiri 3 4 3 3 3 3 19

11 Sakit pada Siku Kanan 3 3 3 4 3 4 20


Sakit Pada Lengan
12 3 3 3 4 3 3 19
Bawah Kiri
Sakit Pada Lengan
13 3 4 3 3 3 3 19
Bawah Kanan
Sakit Pada
14 3 4 3 3 3 3 19
pegergelangan tangan
kiri
Sakit pada pergelangan
15 3 3 3 3 3 3 18
tangan kanan
16 Sakit pada Tangan Kiri 3 3 3 4 4 4 21
Sakit pada Tangan
17 4 4 4 4 3 3 22
Kanan
18 Sakit pada Paha Kiri 2 3 4 3 3 3 18

19 Sakit pada Paha Kanan 4 3 3 3 3 3 19

20 Sakit pada Lutut Kiri 4 4 4 3 4 4 23

21 Sakit pada Lutut Kanan 3 4 4 3 4 3 21

22 Sakit pada Betis Kanan 4 4 4 4 4 4 24

23 Sakit pada Betis Kiri 3 3 3 3 3 3 18


Sakit pada pergelangan
24 4 3 3 3 3 4 20
kaki kiri
Sakit pada Pergelangan
25 3 3 4 4 3 3 20
Kaki Kanan
26 Sakit pada Kaki Kiri 4 4 4 4 4 4 24

27 Sakit pada Kaki Kanan 4 4 4 4 4 4 24

Sumber: Pengolahan Data (2021)


Keterangan:
1: Tidak Sakit
2: Agak Sakit
3: Sakit
4: Sakit Sekali
Tabel 1.4 diatas merupakan hasil dari form kuesioner Nordic Body Map yang
telah disebarkan kepada 6 orang operator divisi fabrikasi. Metode yang digunakan
untuk menganalisa permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan kuesioner
Nordic Body Map (NBM), REBA (Rapid Entire Body Assessment) yang akan
digunakan dalam penelitian di divisi fabrikasi PT. Dwi Mitra Anugrah.

1.2 Rumusan Masalah


Bedasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan di kaji adalah
sebagai berikut:
1. Berapakah skor action level yang diperoleh Metode REBA?
2. Bagaimana sikap kerja terhadap operator agar lebih ergonomis dan aman?

1.3 Identifikasi Masalah


Bedasarkan permasalahan yang ada di latar belakang diatas, penulis dapat
mengidentifikasi masalah postur kerja pada pekerja di divisi fabrikasi PT Dwi Mitra
Anugrah sebagai berikut:
1. Sikap bekerja pada operator yang belum ergonomis dan dapat menyebapkan
operator kurang nyaman dalam bekerja.
2. Data Kehadiran operator yang sakit akibat terjadinya keluhan Musculoskeletal
pada saat proses kerja berlangsung sehingga operator tidak hadir.

1.4 Tujuan Penelitian


Bedasarkan rumusan masalah diatas, ada beberapa tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki postur tubuh terhadap operator divisi fabrikasi PT. Dwi Mitra
Anugrah.
2. Memberikan atau merekomendasikan sikap kerja yang ergonomis dan nyaman
bagi operator.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak- pihak
yang berkepentingan sebagai rekomendasi atau usulan dan bisa mengambil manfaat
antara lain:

1.5.1 Bagi Mahasiswa


1. Menambah pengetahuan tentang divisi fabrikasi di PT Dwi Mitra Anugrah.
2. Mengimplementasikan ilmu dan membandikan metode yang ada dalam analisa
postur kerja.
1.5.2 Bagi Universitas
1. Sebagai bahan bacaan atau informasi terkait analisa postur kerja
2. Terjalinya kerja sama antara pihak univeristas Bhayangkara Jakarta Raya
dengan perusahaan
1.5.3 Bagi Perusahaan
1. Sebagai perbaikan postur kerja pada operator fabrikasi PT.Dwi Mitra Anugrah
2. Dapat memberikan informasi dan rekomendasi sikap kerja yang baik agar
operator dalam bekerja nyaman serta ergonomis.

1.6 Batasan Masalah


Menghindari perluasan pencakupan permasalahan, maka dari itu peneliti
memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di PT Dwi Mitra Anugrah yang tepatnya di divisi
fabrikasi.
2. Penelitian ini menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)
3. Penelitian ini menggunakan kuesioner Nordyc body map
4. Data yang digunakan adalah data antropometri operator.

1.7 Tempat dan waktu penelitian


Tempat Penelitian ini dilaksankan di PT. Dwi Mitra Anugrah pada divisi
fabrikasi yang berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda ruko mitra blok A1 No.12,13,14
Kelurahan Duren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur Kode Pos 17111 waktu penelitian
ini dilaksanakan pada bulan maret tahun 2021.

1.8 Metodologi Penelitian


Untuk melakukan penelitian ini dibutuhkan beberapa metode baik untuk
pengumpulan data maupun analisa, metode metode yang digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Oberservasi
Obeservasi yang dilakukan penulis adalah untuk mengamati dan mengetahui
secara langsung ke lapangan untuk menganalisa dan mengumpulkan data dalam
pembuatan media pembelajaran yang diusulkan.
b. Wawancara
Metode Wawancara merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
informasi secara detail mengenai hal -hal yang berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan.
c. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan penulis untuk pengumpulan data dari buku-buku, referensi,
internet, teori-teori pendukung, serta pencatatan data yang sudah ada
diperusahaan.

1.9 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian,waktu dan tempat penelitian,metodologi penelitian,batasan masalah dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi konsep dan teori yang relevan tentang konsep dan prinsip dasar
yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan merumuskan masalah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian berisikan mengenai metode penelitian yang meliputi lokasi
waktu, Jenis penelitian, jenis data sumber data dan teknik pengumpulan data serta
pengolahan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Berisi tentang hasil penelitian dan pengolahan data dengan metode yang
ditentukan, analisis hasil pengolahan data dan rekomendasi dari metode tersebut.
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan keterbatasan penelitian dan saran merupakan bab terakhir yang
berisikan kesimpulan dan hasil penelitian dan saran penulis yang ditunjukan ke
berbagai pihak- pihak.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ergonomi
Menurut (Nurmianto dalam Kasmianto et.al, 2018) ergonomi berasal dari
bahasa latin Ergon serta Nomos atau kerja dan hukum alam, sehingga ergonomi bisa
didefinisikan sebagai penelitian tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen
serta desain ataupun perancangan.
Menurut (Sulianta dalam Yuri Delano et.al,2020) ergonomi merupakan
hubungan antara manusia dengan lingkungan kerjanya, yaitu keseluruhan
perlengkapan perkakas serta bahan yang dihadapi, organisasi ataupun metode
kerjanya dan lingkungan kerja sekitar. Sedangkan menurut (Tarwaka dalam
Abdurahman et.al,2019) mendefinisikan ergonomi sebagai ilmu teknologi serta seni
untuk menserasikan alat, metode kerja serta lingkungan pada kemampuan, kebolehan
dan batasan manusia sehingga di peroleh kondisi kerja serta lingkungan yang sehat,
aman, nyaman serta efektif sehingga tercapai produktivitas setinggi-tingginya.
Penerapan ergonomi sebaiknya dimasukan sedini mungkin bahkan mulai dari
rancangan sistem sehingga dapat menekan kesalahan sedikit mungkin.

2.1.1 Tujuan Ergonomi


Tujuan ergonomi untuk menyediakan lingkungan yang memuaskan untuk
pekerja bisa melaksanakan tugas yang dituntutnya tanpa alami kendala fisik serta
mental. Analisis ergonomi miliki manfaat untuk mengenali apakah pekerjaan ini
masih dalam kategori aman ditinjau dari keluhan yang dirasakan pekerja dan evaluasi
aspek ergonomi yang dilakukan.
Menurut (Tarwaka dalam Yuri Delano et.al,2020) tujuan dan penerapan ergonomi
antara lain:
1. Meningkatkan kesehjahteraan fisik serta mental melalui upaya pencegahan
cidera serta penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesehjahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial
serta waktu usia produktif ataupun sesudah tidak produktif.
3. Menghasilkan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis serta
antropologi dari setiap sistem kerja yang dicoba sehingga terbentuk mutu kerja
serta mutu hidup yang besar.

2.1.1 Ruang Lingkup Ergnomi


(Tarwaka dalam Abdurahman et.al,2019) membagi ruang lingkup ergonomi
menjadi beberapa bagian untuk lebih mempermudah pemahamannya yakni :
1. Ergonomi Fisik
Berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, antropometri, karakteristik fisiologi
serrta biomekanika yang berhubungan dengan aktivitas fisik.
2. Ergonomi Kognitif
Berkaitan dengan proses mantal manusia, termasuk di dalamnya meliputi
presepsi, ingatan serta reaksi dan respon sebagai akibat dari interaksi manusia
terhadap penerapan elemen kerja
3. Ergonomi Organisasi
Bekaitan dengan optimasi sistem sosio teknik termasuk struktur organisasi
kebijakan progres progres.
4. Ergonomi Lingkungan
Berkaitan dengan pencahayaan, suhu kebisingan serta getaran.

2.1.1 Penilaian Ergonomi


Beberapa metode dalam menilai ergonomi atau tidaknya suatu lingkungan
kerja yaitu (Iridiastadi dalam Abdurahman et.al,2019)
1. Diagnosis, dapat dilakukan lewat wawancara dengan karyawan, inspeksi,
tempat kerja, penilaian fisik karyawan, uji pencahayaan, ergonomi check list
serta pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variansinya sangat luas mulai dari
yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi tergantung informasi dasar pada saat
penaksiran. Contohnya pada industry meubel seperti merubah posisi meubel,
letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli Furniture sesuai dengan
dimensi fisik karyawan.
3. Follow up, sesuai dengan penilaian yang subjektif atau objektif, subyektif
misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian tubuh yang sakit, nyeri
bahu dan siku, keletihan serta sakit kepala. Secara objektif misalnya dengan
parameter produk yang reject, absensi karena sakit atau angka kecelakaan kerja.

2.1 Nordyc Body Map


(Tarwaka dalam Titin et.al,2012) metode Nordyc Body Map ialah metode yang
digunakan untuk menilai tingkat keparahan (severity) atas terjadinya gangguan atau
cidera pada otot- otot skeletal. Metode ini merupakan metode yang sangat subjektif
maksudnya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari keadaan serta
suasana yang dirasakan pekerja saat dilakukannya penilaian serta juga tergantung dari
keahlian pengalaman observer yang bersangkutan. Akan tetapi demikian metode ini
sudah banyak digunakan oleh para pakar ergonomi untuk memperhitungkan tingkat
keparahan gangguan pada sistem musculoskeletal dan memmpunyai validitas serta
realibilitas yang cukup baik.

2.2 REBA (Rapid Entire Body Assessment)


Menurut (Tarwaka dalam Seviana Rinawati et.al,2016) metode REBA
merupakan suatu analisis postural yang sangat sensitif terhadap pekerjaan yang
melibatkan perubahan mendadak dalam posisi, biasanya sebagai akibat dari
penanganan kontainer yang tidak stabil atau tidak terduga. Penerapan metode ini
ditunjukan untuk mencegah terjadinya resiko cedera yang berkaitan dengan posisi,
terutama pada otot- otot skeletal. Oleh karena itu metode ini dapat berguna untuk
melakukan pencegahan risiko dan dapat digunakan sebagai peringatan bahwa terjadi
kondisi kerja yang tidak tepat di tempat kerja.
Dibawah ini akan diuraikan langkah-langkah aplikasi metode REBA dan
penilaian pada masing masing anggota tubuh.
1. Skoring pada posisi postur tubuh

Tabel 2.1. : Perhitungan skor posisi Postur Tubuh

No Posisi

1 Posisi badan tegak lurus :

2 Posisi badan fleksi : 0°-20° dan ekstensi : antara 0°-20°

3 Posisi badan fleksi : 20°-60° dan ekstensi : > 20°

4 Posisi badan membungkuk fleksi >60°

+1 Badan membungkuk dan atau memuntir secara lateral

Sumber : Tarwaka (2011)

2. Skoring pada leher


Tabel 2.2. : Perhitungan posisi postur leher
No Posisi

1  Posisi leher fleksi 0°-20°

2  Posisi leher fleksi atau eksitensi >20°

+1 Posisi leher membungkuk dan atau memuntir secara lateral

Sumber : Tarwaka (2011)

3. Skoring pada kaki


Gambar Tabel 2.3 : Perhitungan skor posisi postur kaki

No Posisi
1 Posisi kedua kaki tertopang dengan baik dilantai dalam keadaan berjalan

2 Salah satu kaki tidak tertopang deng an baik atau terangkat

+1 Salah satu atau kedua kaki ditekuk fleksi antara 30°-60°


+2 Salah satu atau kedua kaki ditekuk fleksi antara >60°

Sumber : Tarwaka (2011)

2.3.1 Grup B penilaian anggota tubuh bagian atas (lengan,lengan bawah dan
pergelangan tangan)
4. Skoring pada lengan
Gambar Tabel 2.4 : Perhitungan skor posisi postur lengan atas

No Posisi

1 Posisi lengan fleksi atau ekstensi antara 0°-20°

2 Posisi lengan fleksi antara 21°-45° atau ekstensi >20°

3 Posisi lengan fleksi antara 46 °-50°

4 Posisi lengan fleksi >90°

Sumber :Tarwaka (2011)

Gambar Tabel 2.5 : Penambahan skor posisi postur lengan atas

No Posisi
+1 Jika bahu diangkat atau lengan diputar atau rotasi
+2 Jika lengan diangkat menjauh dari beban
-1 Jika berat lengan di topang untuk menahan gravitasi

Sumber : Tarwaka (2011)

1. Skoring pada lengan bawah


Skor lengan bawah tergantung pada kisaran sudut yang dibentuk selama
melakukan pekerjaan. Dapat dilihat pada tabel dibawah.
Gambar Tabel 2.6 : perhitungan posisi postur lengan bawah

No Posisi
1 Posisi lengan bawah fleksi antara 60°-100°
2 Posisi lengan bawah fleksi < 60° > 100°

Sumber: Tarwaka (2011)

1. Skoring pada pergelangan tangan


Gambar Tabel 2.7 : perhitungan posisi postur pergelangan tangan
No Posisi
1 Posisi pergelangan tangan fleksi atau eksitensi antara 0°-15°
2 Posisi pergelangan tangan fleksi atau eksitensi > 15°
Sumber : Tarwaka (2011)

2.3.2 Skor penilaian REBA grup A


Tabel 2.8. : Contoh tabel perhitungan grup A
TABEL A
Leher
1 2 3
Badan Kaki Kaki Kaki
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Sumber : Tarwaka (2011)

2.3.3 Perhitungan grand Score REBA


Tabel 2.11 : Contoh Tabel perhitungan REBA grup B
Tabel B
Lengan bawah
1 2
Lengan
Pergelangan tangan Pergelangan tangan
1 2 3 1 2 3
1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
Sumber : Tarwaka (2011)

2.3.4 Perhitungan grand skor REBA


Tabel 2.12 : Perhitungan grand skor REBA
Tabel C
SKOR
Skor B
A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Sumber : Tarwaka (2011)

2.1 Antthopometri
(Sritomo Wignjosoebroto et.al) dalam bukunya isitilah antropometri berasal
dari “anthro” yang berarti manusia serta “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif
dinyatakan selaku suatu riset yang berkaitan dengan pengukuran ukuran tubuh
manusia. Manusia pada dasarnya akan mempunyai wujud, ukuran (tinggi, lebar, dll)
berat serta lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainn. Antropometri secara luas
akan digunakan selaku pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam membutuhkan
interkasi manusia. Informasi anthropometri yang berhasil diperoleh akan
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:
1. Perancangan areal kerja (work stasion, interior mobil)
2. Perancangan perlatan kerja, seperti mesin, perkakas (tools) dan sebagainya
3. Perancangan produk barang-barang teknologi dan kebutuhan manusia, seperti
pakaian, tempat duduk, meja kerja, tempat tidur, tempat masak, arsitektur
bangunan, kendaraan mesin-mesin, computer, permainan anak dan lain
sebagainya
4. Perancangan lingkungan kerja fisik pekerja.

2.1 Penelitian Terdahulu


1. Jafkat Haekal, Bethriza Hanum, Dian Eko Adi Praserio (2020) Judul
penelitian Analisis Pengemasan Postur Tubuh Operator Menggunakan Metode Rapid
Body Assessment (REBA) Studi Kasus Farmasi Perusahaan di Bogor Indonesia”
dalam riset ini diambil 3 orang operator digudang bahan pengemasan. Riset ini
menggunakan metode Employee Assessment Worksheet (REBA) dan Nordic Body
Map sebagai kuesioner untuk mengetahui keluhan Musculoskeletal Disorders. Pada
tahun 2018 tingginya absensi operator digudang bahan kemasan mencapai 26,89%
disebapkan oleh cidera pada otot-otot tubuh atau musculoskeletal disorders (MSDs)
cidera menyebapkan bahan kemasan yang tidak efisien yang bisa mempengaruhi
proses produksi. Kesimpulan dari riset ini adalah bedasarkan analisis REBA postur
kemasan operator gudang bahan mimiliki tingkatan resiko yang besar di hampir
seluruh kegiatan gudang serta bahan kemasan aktivitas digudang bahan kemasan
meliputi membungkuk ketempat barang, menarik hand pallet, mengangkut barang
yang akan menyebapkan resiko yang besar pada postur operator gudang dan usulan
yang diberikan ialah adanya pelatihan tentang cara mengangkat atau meletakan
barang agar terhindar dari bentuk tubuh yang bengkok serta persiapan bahan
kemasan yang cocok dengan perencanaan untuk mengurangi kegiatan digudang
bahan kemasan.
1. Meike Elsye Beatrix (2021) Judul riset Analisis Rapid Entire Body
Assessment (REBA) & Nordic Body Map (NBM) Untuk Mengurangi Low Back Pain
(LBP). Metode yang digunakan dalam riset ini adalah NBM dan REBA pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi dan kuesioner tentang keluhan fisik dengan 4
orang operator. Hasil analisis yang diperoleh yaitu skor yang diperoleh operator 71-
73 untuk resiko gangguan musculoskeletal (MSDs) dari masing-masing operator dan
ditemukan 7 dari 28 keluhan keluhan otot mempunyai tingkatan resiko sangat besar
dan juga tingkat resiko yang sangat tinggi pada postur tubuh dengan skor akhir 12.
Kesimpulan dari riset ini adalah setelah menganalisis informasi yang terkumpul,
rekomendasi yang diberikan adalah berupa steger, yaitu dapat merubah postur
operator saat bekerja, sehingga dapat mengurangi resiko Low Back Pain. Analisis
dilakukan dengan menggambarkan postur operator bila dilakukan perbaikan dikala
bekerja menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan skor akhir dari
REBA adalah 5 yang merupakan tingkat resiko sedang.
2. DK Sofyan dan Amir (2019) Judul Penelitian Penentuan Musculoskeletal
Disordes (MSDs) Tingkat Keluhan dengan Nordic Body Map (NBM) di UD Ikhsan
ialah salah satu produsen bordir Aceh souvernir dengan hasil produk berupa tas dan
dompet dengan bermacam ukuran. Proses pembuatan yang dilakukan dengan
memakai mesin jahit yang dioperasikan secara manual. Pada umunya penjahit yang
bekerja dengan gerakan statis untuk jangka waktu yang berlebihan dalam aktivitas
kerja mereka mengalami keluhan gangguan otot atau Musculoskeletal Disorders
(MSDs). Penelitian ini membahas tentang Musculoskeletal Disorders (MSDs) dan
Nordic Body Map (NBM) dengan jumlah operator sebanyak 15 pekerja. Kesimpulan
pada penelitian ini adalah bahwa bagian tubuh yang mengalami keluhan subjektif
Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah 93% pinggang, 87% pantat, 87% leher
bagian bawah, 80% bahu kiri, 80% punggung dan 80% pergelangan tangan.

3. Bijal Jignesh Karelia, Deepali Rathod, Ajay Kumar Judul Penelitian


“Penilaian Resiko Musculoskeletal Terkait Postur Level di Koki Restoran
Menggunakan Rapid Seluruh Penilaian (REBA)” Tujuan penelitian ini untuk
memperhitungkan tingkatan resiko terkait pekerjaan Gangguan musculoskeletal koki
restoran dianalisa menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA). Hasil dari
penelitian ini adalah postur tubuh dievaluasi menggunakan lembar REBA dan dapat
disimpulkan bahwa area utama postur kerja yang rentan terhadap nyeri adalah posisi
leher serta pergelangan tangan yang paling banyak risiko yang sering dilaporkan.
Diikuti oleh posisi lengan atas serta batang tubuh memiliki risiko sedang dan daerah
yang paling jarang terlibat adalah kaki dan posisi lengan bawah. Kesimpulan
penelitian ini bahwa sebagian besar koki restoran memiliki risiko sedang gangguan
musculoskeletal serta memerlukan intervensi pemahaman tentang latihan koreksi
postural untuk mencegah cedera musculoskeletal lebih lanjut.

4. Dr. Nihal Anwar dan Ajith george (2015) Judul penelitian “Studi Ergonomi
Pekerja Menggunakan Seluruh Tubuh Cepat Rapid Entire Body Assessment Teknik
Industri Agri-Mesin” Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi gangguan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pekerja yang bergerak di bidang Agri-mesin studi
yang dilakukan pada 10 pekerja unit perakitan menggunakan alat analisis postur
tubuh (Rapid Entire Body Assessment) Studi menunjukan bahwa 40% dari postur
kerja sangat tinggi tingkat paparan 30% dan memiliki tingkat paparan tinggi dan 30%
memiliki tingkat paparan sedang.

2.1 Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal


Sikap Kerja yang dilakukan oleh manusia dalam melaksanakan pekerjaan
antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan dan lain – lain. Sikap
kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dalam sistem kerja yang ada. Bila
keadaan sistem kerjanya yang tidak sehat akan menyebapkan kecelakaan kerja, sebab
pekerja melaksanakan pekerjaan yang tidak nyaman. Sikap kerja yang salah,
canggung, dan diluar kebiasaan akan menambah resiko cidera pada bagian tubuh
musculoskeletal (Bridger,1995)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah deskriptif yaitu
suatu metode untuk menganalisa sikap saat bekerja, cara bekerja, postur tubuh dan
beban kerja pada operator fabrikasi menggunakan Metode REBA (Rapid Entire Body
Assessment) dan NBM (Nordic Body Map)

3.2 Perumusan Masalah


Adanya keluhan yang mengakibatkan rasa tidak nyaman dan tidak ergonomis
akibat kerja pada operator divisi fabrikasi karena ada sikap kerja dalam keadaan
membungkuk serta jongkok Sikap kerja tersebut membuat operator tidak nyaman dan
tidak ergonomis pada saat bekerja.

3.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan seta manfaat penelitian ini agar penelitian ini dapat menjawab dan
menyelesaikan hasil perumusan masalah yang di hadapi.

3.1 Studi Pustaka


Studi pustaka merupakan gambaran umum mengenai teori-teori serta penerapan
yang terkait dengan ergonomi seperti Metode REBA keluhan musculoskeletal dan
antropometri sehingga memperoleh hasil teori yang sesuai. Studi pustaka sebagai
refrensi dan mepelajari ergonomi di jurnal, internet, dengan yang berhubungan sesuai
penelitian.

3.2 Pengumpulan data


Pengumpulan data dalam penelitian ini untuk berjalannya penelitian mengenai
sikap kerja operator di bagian divisi fabrikasi adalah sebagai berikut:
1. Penyebaran kuesioner Nordic Body Map dan melakukan wawancara terhadap
operator divisi fabrikasi untuk mengetahui keluhan pada operator.
2. Pengambilan gambar sikap kerja karyawan pada saat melakukan kegiatan
bekerja
3. Pengumpulan data antropometri operator divisi fabrikasi
4. wawancara untuk mengetahui keluhan, kebutuhan serta harapan operator

3.3 Pengolahan data


Pengolahan data yang di perlukan untuk mendukung penelitian ini dengan
menggunakan metode REBA, dan NBM.
Permasalahan Musculoskeletal yang terjadi pada divisi fabrikasi kemudian
akan memberikan perbaikan atau rekomendasi sikap kerja yang ergonomis serta
nyaman bagi operator.

3.4 Analisis dan Hasil Interpretasi


Analisis dan Hasil Interpretasi meliputi hasil skor action level diperoleh REBA
dan memberikan perbaikan / rekomendasi sikap kerja yang ergonomis serta nyaman
untuk operator.

3.5 Kesimpulan dan Saran


Tahap terakhir dari hasil penelitian adalah kesimpulan yang menjawab dari
tujuan dari analisa postur kerja bedasarkan pengolahan dan analisis data yang
dilakukan dan perbaikan sikap kerja yang ergonomis untuk operator serta saran yang
disampaikan untuk implementasi dari hasil perbaikan.

3.6 Kerangka Pemikiran

Mulai

Studi Pendahuluan dan Identifikasi Masalah

Perumusan masalah dan Penentuan Tujuan


Penelitian

Pengumpulan Data

1. Wawancara dan penyebaran from kuesioner NBM untuk


mengetahui keluhan, harapan, serta kebutuhan operator
2. Pengumpulan data antropometri operator
3. Pengambilan/ dokumentasi gambar postur kerja operator

Pengolahan Data

1. Analisa Postur kerja dengan metode REBA


2. Penentuan perancangan sikap kerja
3. Perhitungan antropometri sebagai bahan
perancangan perbaikan yang ergonomis untuk
Gambar : Kerangka Pemikiran
Sumber : Pengolahan Data (2021)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data sikap kerja operator divisi fabrikasi pengambilan gambar postur tubuh
operator untuk memperoleh data awal untuk perancangan perbaikan sikap kerja operator yang
ergonomis dan nyaman untuk operator.

4.1.1 Data Responden Operator Fabrikasi


Tabel 4.1 Data Responden Operator Fabrikasi

Umur Tinggi Lama


No Operator pekerja Pekerja Bekerja Pendidikan
(Tahun) (Cm) (Tahun)

1 A 45 170 3 Tahun SMP

2 B 32 168 2 Tahun SMA

3 C 50 165 1,5 Tahun SMP

4 D 48 160 2 tahun SMP

5 E 42 167 3 Tahun SMA

6 F 40 165 3 Tahun SMP

Sumber : Pengolahan Data (2021)

4.2 Penyebaran Kuesioner Nordic Body Map dan Wawancara terhadap operator.
Hasil penyebaran from kuesioner Nordic Body Map kepada operator divisi fabrikasi
sebanyak 6 orang operator, adanya keluhan ketidaknyamanan yang dirasakan operator terhadap
anggota tubuh dikarenakan sikap kerja operator yang belum ergonomis. Akibat rasa
ketidaknyamanan tersebut kemudian dilakukan identifikasi menjadi kebutuhan operator.
Identifikasi bertujuan untuk memberikan sikap kerja operator yang baik, ergonomis, aman,
efisen. Tabel berikut merupakan from kuesioner Nordic Body Map yang disebarkan kepada 6
orang operator divisi fabrikasi.
Tabel 4.2 : Hasil Kuesioner From Nordic body Map operator divisi fabrikasi

Pekerja (Satuan Orang)


Keluhan anggota tubuh Jumlah
No
yang dialami (Satuan)
A B C D E F
Sakit / Kaku pada leher
0 4 4 4 4 4 4 24
atas
Sakit / Kaku pada leher
1 4 4 4 4 4 4 24
Bawah
2 Sakit pada Bahu Kanan 3 3 3 3 3 3 18
Sakit Pada lengan atas
3 3 3 3 3 4 3 19
kiri
Sakit Pada Lengan Atas
4 3 3 3 3 3 3 18
Kanan
5 Sakit Pada Punggung 4 4 4 4 4 4 24

6 Sakit Pada Pinggang 4 4 4 4 4 4 24

7 Sakit pada bokong 3 3 3 3 3 3 18

8 Sakit pada pantat 4 4 4 4 4 4 24

10 Sakit Pada Siku Kiri 3 4 3 3 3 3 19

11 Sakit pada Siku Kanan 3 3 3 4 3 4 20


Sakit Pada Lengan
12 3 3 3 4 3 3 19
Bawah Kiri
Sakit Pada Lengan
13 3 4 3 3 3 3 19
Bawah Kanan
Sakit Pada
14 pegergelangan tangan 3 4 3 3 3 3 19
kiri
Sakit pada pergelangan
15 3 3 3 3 3 3 18
tangan kanan
16 Sakit pada Tangan Kiri 3 3 3 4 4 4 21
Sakit pada Tangan
17 4 4 4 4 3 3 22
Kanan
18 Sakit pada Paha Kiri 3 3 3 3 3 3 18

19 Sakit pada Paha Kanan 4 3 3 3 3 3 19

20 Sakit pada Lutut Kiri 4 4 4 3 4 4 23

21 Sakit pada Lutut Kanan 3 4 4 3 4 3 21

22 Sakit pada Betis Kanan 4 4 4 4 4 4 24

23 Sakit pada Betis Kiri 3 3 3 3 3 3 18


Sakit pada pergelangan
24 4 3 3 3 3 4 20
kaki kiri
Sakit pada Pergelangan
25 3 3 4 4 3 3 20
Kaki Kanan
26 Sakit pada Kaki Kiri 4 4 4 4 4 4 24

27 Sakit pada Kaki Kanan 4 4 4 4 4 4 24


Sumber : Pengolahan Data (2021)
Tabel 4.1 diatas merupakan Form Kuesioner Nordic Body Map yang telah disebarkan
kepada 6 orang operator pada divisi fabrikasi terdapat keluhan-keluhan pada anggota tubuh yang
akan menyebapkan keluhan musculoskeletal Disorder. Setelah melakukan penyebaran from
kuesioner Nordic body map terhadap 6 operator , selanjutnya melakukan wawancara seacara
langsung terhadap operator divisi fabrikasi untuk mengetahui keluhan- keluhan yang dirasakan
pada saat aktivitas kerja berlangsung. Berikut adalah hasil wawancara terhadap operator divisi
fabrikasi.
Tabel 4.3 : Wawancara mengenai keluhan terhadap operator
NO Daftar Pertanyaan wawancara Hasil Wawancara terhadap Operator

1 Apakah Operator merasa tidak Operator mengalami rasa tidak


nyaman bekerja dalam posisi nyaman pada saat bekerja dalam
jongkok posisi jongkok

2 Apakah Operator melakukan Kegiatan bekerja operator divisi


pekerjaan secara berulang- ulang fabrikasi dilakukan secara berulang-
ulang.

3 Apakah Operator mengalami Operator mengeluhkan sakit pada


keluhan keluhan pada saat proses anggota tubuh pinggang, punggung,
kerja dalam keadaan jongkok dan kaki,betis. Dll
membungkuk

4 Apakah Operator dalam waktu Posisi kerja yang tidak sesuai akan
yang lama akan mengalami keluhan mengakibatkan keluhan apabila di
dengan posisi sikap kerja yang lakukan dalam waktu yang cukup
tidak ergonomis. lama

5 Operator selama bekerja dengan Operator bekerja dengan posisi sikap


sikap tidak ergonomis yang tidak ergonomis dan tidak
efisien pada saat melakukan aktivitas
kerja.

6 Berapa lama Kegiatan pengerjaan Pengerjaan fnishing operator


finishing operator untuk memerlukan waktu 1 jam untuk
menyelesaikan pekerjaannya menyelesaikannya.

Sumber : Pengolahan Data(2021)


4.3 Sikap Kerja Operator
Sikap kerja yang menjadi obyek oleh penulis dalam melakukan analisa permasalahan
pada saat operator melakukan kegiatan dalam proses penggerindaan. Hal ini untuk menganalisa
sikap kerja yang dilakukan operator dalam melakukan penggerindaan yang belum ergonomis.
Analisis sikap kerja operator pada saat melakukan penggerindaan menggunakan metode REBA
untuk mengetahui sikap kerja yang menyebapkan keluhan-keluhan pada anggota tubuh operator.
Dibawah ini adalah hasil pengamatan dengan metode REBA terhadap operator :
Gambar 4.1 : Sikap Operator penggerindaan divisi fabrikasi

Sumber : Pengolahan Data (2021)


Bedasarkan keterangan gambar dari tabel 4.2 diatas langkah selanjutnya adalah melakukan
perhitungan pada anggota tubuh dengan menggunakan metode REBA. Tabel dibawah ini
merupakan merupakan hasil pengamatan dan pemberian skor pada masing masing anggota
tubuh dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)
Tabel 4.4: Hasil Pengamatan Operator dengan menggunakan metode REBA

NO Hasil Pengamatan

Postur leher fleksi membentuk sudut >20° = 2


1

Posisi badan fleksi dengan membentuk sudut 0°-20°= 2


2

Salah satu kaki tidak tertopang dengan baik dan terangkat, dan membentuk
3 sudut 30°- 60° = 2+1 = 3

Posisi lengan atas operator menekuk pada saat melakukan penggerindaan


4 membentuk sudut 46°-90° = 3
NO Hasil Pengamatan

Posisi lengan bawah menekuk <60 =2


5

Posisi Pergelangan tangan fleksi >15°=2


6

Beban atau force <5 kg =0


7

Pegangan kontainer baik dan kekuatan pegangan berada pada posisi tengah =
8 0

Gerakan berulang- ulang terjadi, misalnya repetisi lebih dari 4 kali permenit
9 (tidak termasuk berjalan) = +1

Sumber : Pengolahan Data (2021)

4.3.1 Perhitungan Skor REBA Terhadap Operator Penggerindaan

Tabel 4.5 : Perhitungan skor postur tubuh REBA grup A pada Operator
TABEL A

Leher
1 2 3

Badan Kaki Kaki Kaki


3
1 2 3 4 1 2 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

4
2 2 3 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Sumber : Pengolahan Data (2021)

Tabel 4.5.1 : Perhitungan skor postur tubuh REBA grup B pada operator
Tabel B

Lengan bawah
1 2

Lengan
Pergelangan tangan Pergelangan tangan

2
1 2 3 1 3

1 1 2 2 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3
3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

Sumber : Pengolahan Data (2021)

Setelah melakukan perhitungan skor pada Grup A dan Grup B dengan menggunakan
metode REBA, hasil perhitungan Grup Tabel A memperoleh hasil yang didapat adalah 5 yang
merupakan skor dengan kategori resiko “Sedang” namun diperlukan tindakan dan Tabel Grup B
dengan skor 5 (dengan penambahan skoring untuk jenis pegangan dengan skor +2 karena
pegangan kontainer yang kurang baik) jadi total perhitungan yang diperoleh pada Grup B
adalah 5+(2) =7 dengan kategori resiko “sedang” namun perlu diperlukan tindakan. Selanjutnya
hasil skor Grup A dan Grup B dimasukan kedalam Grand Skor untuk mengetahui tingkat resiko
dari hasil analisis sikap kerja yang dilakukan oleh operator, dibawah ini merupakan hasil dari
Grup A dan Grup B selanjutnya dimasukan kedalam Grand skor serta mendapatkan angka dari
hasil perhitungan dan selanjutnya untuk memberikan penilaian kategori resiko sikap kerja
operator yang tidak ergonomis.
Tabel 4.5.2 : perhitungan grand skor REBA terhadap Operator

Tabel C

SKOR Skor B
A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
7
4 3 4 4 4 5 6 8 8 9 9 9
4
5 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
6
7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
7
8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
8
9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
9
10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
10
11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
11
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
12
Sumber : Pengolahan Data (2021)

Keterangan :
1. Hasil Perhitungan Tabel Grup A dengan Metode REBA adalah 5
2. Hasil Perhitungan Tabel Grup B dengan Metode REBA adalah 5+(2) yaitu 7.
3. Hasil perhitungan dari Grand Skor yang diperoleh pada Tabel Grup A dan B yaitu
adalah 8 dengan penambahan untuk jenis aktivitas skor +1.
8+1 = 9
Tabel 4.5.3 : Tabel Hasil Perhitungan Akhir Operator penggerindaan dengan metode REBA.

Skor Akhir Tingkat Resiko Kategori Resiko Tindakan

Diperlukan
9 3 Tinggi tindakan sesegera
mungkin.

Sumber : Pengolahan Data (2021)

Setelah mendapatkan skor akhir pada metode REBA yang di peroleh pada operator
penggerindaan divisi fabrikasi hasil skor yang didapat menunjukan bahwa operator bekerja
dengan sikap yang tidak ergonomis, karena operator bekerja dalam posisi jongkok serta dalam
melakukan penggerindan operator berada di lantai yang membuat operator bekerja dalam posisi
membungkuk dalam waktu lama dan secara berulang-ulang. Dengan demikian akan
menyebapkan keluhan pada bagian tubuh operator berikut ini merupakan posisi atau sikap kerja
yang tidak ergonomis terhadap operator penggerindaan :
1. Posisi operator dalam melakukan penggerindaan penghalusaan dalam pekerjaan finishing
lembaran plat baja membutuhkan waktu ± 1jam.
2. Operator penggerindaan bekerja dalam posisi jongkok dan membungkuk karena operator
duduk dilantai dengan waktu yang lama dan berulang -ulang.
3. Posisi kaki operator pada saat melakukan penggerindaan terdapat salah satu kaki operator
tidak tertopang dengan baik karena kaki operator sebagai penahan benda yang sedang
dikerjakan serta posisi kerja operator dalam jongkok dan membungkuk.

Selanjutnya hasil dari metode REBA dapat menjadi rekomendasi untuk perbaikan sikap
kerja operator penggerindaan yang ergonomis untuk mengurangi dampak keluhan
Musculoskeletal Disorders yang dirasakan terhadap operator penggerindaan.

4.4 Identifikasi Terhadap Keluhan Dan Harapan Operator


Melalui wawancara dengan operator divisi fabrikasi serta dari hasil from kuesioner Nordic
Body Map, wawancara terhadap operator untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari
operator mengenai keluhan yang dirasakan oleh operator pada saat melakukan kegiatan
penggerindaan. Keluhan ketidaknyamanan lalu kemudian di identifikasi menjadi kebutuhan
operator. Hasil dari dilakukannya identifikasi untuk dapat mempermudah proses pembuatan
perancangan alat bantu operator yang ergonomis.Tabel berikut merupakan hasil wawancara
operator yang akan diidentifikasi menjadi kebutuhan operator :
Tabel 4.6 Harapan Operator

No Harapan Untuk Operator

1 Alat ini untuk meminimalisir rasa sakit terhadap operator agar operator

Alat atau sarana ini dapat digunakan dengan mudah dengan tujuan agar
2 operator bekerja lebih safety, aman dan efisien untuk digunakan dalam
jangka waktu yang lama.

Alat atau sarana ini untuk mempermudah operator dalam melakukan


3 kegiatan penggerindaan untuk tidak pada posisi jongkok serta
membungkuk

Alat ini dapat membantu operator dalam melakukan proses penggerindaan


4
secara lebih ergonomis dan tidak melakukan pekerjaan di lantai.

Alat atau sarana ini dapat membantu operator yang lain apabila sedang
5
melakukan pekerjaan penggerindaan

Sumber : Pengolahan Data (2021)

Keluhan dan harapan operator, selanjutnya akan dapat ditentukan rancangan alat bantu
yang sesuai dengan kebutuhan operator yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.7 : Ide Perancangan alat bantu

No Keluhan Harapan Kebutuhan

1 Operator mengalami Alat bantu meja Meja gerinda yang


keluhan pada saat gerinda yang dapat ergonomis untuk
melakukan di sesuaikan tinggi membantu operator
penggerindaan karena dan rendahnya dan dapat disesuaikan
pada saat bekerja posisi (ajustable) sehingga tinggi dan rendahnya
operator dalam jongkok dapat memperbaiki (ajustable) untuk
dan membungkuk,bagian sikap kerja operator mengurangi rasa sakit
tubuh operator yang serta rasa sakit dan pada tubuh operator
mengalami keluhan yaitu nyeri pada operator pada saat melakukan
leher, pinggang, pada saat melakukan pekerjaan.
punggung, kaki, Betis pekerjaan

Sumber : Pengolahan Data (2021)

4.5 Pengolahan Data


Untuk pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini di bagi menjadi dua bagian,
yaitu feature dan ide perancangan alat, spesifikasi perancangan serta perhitungan perancangan
alat meja gerinda yang ergonomis untuk operator.Berikut merupakan tahap pengolahan data yang
dijabarkan oleh sub-sub bab agar lebih tersusun.

4.5.1 Feature Dan Alat Perancangan


Setelah mengetahui kebutuhan operator serta tujuan pembuatan perancangan maka
selanjutnya merupakan Feature alat perancangan meja gerinda yang ergonomis untuk kebutuhan
operator penggerindaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 : Feature alat perancangan

No Kebutuhan Operator Perancangan ide

1 Meja gerinda untuk memudahkan operator Meja gerinda yang ajustable


dalam melakukan pengerjaan benda kerja yang dapat di atur posisinya
serta mudah dioperasikan pada saat untuk mempermudah operator
melakukan penggerindaan. dalam proses penggerindaan .

2 Meja gerinda yang berfungsi untuk Meja gerinda yang Ajustable


meminimalisir operator dalam melakukan untuk meminimalisir
pengerjaan penggerindaan pada posisi pengerjaan pada posisi jongkok
jongkok dan membungkuk . dan membungkuk karena
disesuaikan dengan data
antropometri operator

3 Meja gerinda yang ergonomis dapat Meja gerinda Ajustable dapat


disesuaikan dengan dimensi tubuh operator di atur tinggi dan rendahnya
sesuai dengan dimensi tubuh
operator tersebut

Sumber : Pengolahan Data (2021)

4.5.2 Spesifikasi Perancangan


Data ini yang digunakan untuk pengukuran data antropometri yang akan di ambil kepada
6 orang operator fabrikasi PT. Dwi Mitra Anugrah. Data-data yang akan dijadikan untuk
pengukuran yaitu tinggi badan. Data antropometri yang diambil ini akan memudahkan untuk
menentukan perancangan yang ergonomis untuk operator fabrikasi PT.Dwi Mitra Anugrah.Tabel
dibawah ini merupakan data antropometri operator fabrikasi.
Tabel 4.9 : Data - Data antropometri Operator fabrikasi

Operator
No Data yang di ukur Simbol
A B C D E F

1 Tinggi Badan TB
Tinggi Bahu
TBB
2 Berdiri
Tinggi Siku
TSB 124 124 120 125 127 123
3 berdiri
Sumber : Pengolahan Data (2021)

A. Detail Desain
Pada tahap ini proses perancangan alat bantu meja gerinda, berikut merupakan hasil ide
desain tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perancangan Meja gerinda untuk operator ini dibuat dengan ergonomis
2. Meja gerinda ini tetap dioperasikan penggunaanya dengan operator tersebut .
3. Meja gerinda ini dapat di atur (Ajustable) yang dapat di atur tinggi dan rendahnya
sesuai dengan keinginan operator.
B. Ukuran dimensi perancangan meja gerinda
Ukuran-ukuran pada perancangan meja gerinda (Ajustable) meliputi sebagai berikut :
Tinggi Meja Gerinda
Tinggi Meja gerinda yang ergonomis dapat disesuaikan dengan ukuran dimensi tubuh
operator tersebut, yaitu :
Tinggi Siku Berdiri (TsB) : 124 +124+120+125+127+123
Rata- rata = 64 Cm.

C. Panjang Meja Gerinda


Panjang Meja gerinda dan lebar meja gerinda disesuaikan dengan ukuran benda kerja yang
di kerjakan operator penggerindaan , yaitu :
Panjang Meja (Pm) = 85 cm
Lebar Meja (Lm) = 60 cm

4.5.1 Spesifikasi bahan Meja Gerinda


Tabel 4.10 : Bahan- bahan Meja Gerinda

No Nama Alat Nama Bahan Ukuran Kebutuhan

2 x 2.25 cm
1 Besi Hollow - 2 x 2.5 cm 2 unit

2 unit
28 cm
2 Hydraulic Gas spring
(4Kg)

1 unit
3 Mesin Gerinda EINHHL 1/4 Hp

4 Plat besi - 122 x 240 1 Lembar plat


besi panjang
Ketebalan
85cm dan
3mm
lebar 60 Cm

Sumber : Pengolahan Data (2021)

4.5.2
\
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Kasmianto, K., Siboro, B. A. H., & Afma, V. M. (2018). PERANCANGAN PANGGUNG


RUANG BELAJAR ERGONOMI DI RUANG A101 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
RIAU KEPULAUAN. PROFICIENSI: The Journal of the Industrial Engineering Study
Program, 6(2), 72-79.
Abdurahman, A., & Sulistiarini, E. B. (2019, November). STUDI TENTANG ASPEK
ERGONOMI PADA PENGETESAN DISPERSI DIVISI QUALITY CONTROL DI PT. XYZ.
In Conference on Innovation and Application of Science and Technology (CIASTECH) (Vol. 2,
No. 1, pp. 347-354).
Montororing, Y. D. R. (2021). PERANCANGAN FASILITAS ALAT BANTU KERJA
DENGAN PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENIMBANGAN DI PT. BPI. Jurnal
Inkofar, 1(2).
Rinawati, S. (2016). Analisis Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Di Bagian Pemilahan Dan
Penimbangan Linen Kotor Rs. X. Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health, 1(1),
39-52.
Wignjosoebroto, S., Gunani, S., & Pawennari, A. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang.
Oesman, T. I., Yusuf, M., & Irawan, L. (2012). Analisis Sikap dan Posisi Kerja pada Perajin
Batik Tulis di Rumah Batik Nakula Sadewa, Sleman. In Seminar Nasional Ergonomi (Vol. 98, p.
103).
Putratama, V., & Milwandhari, S. (2015). ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI
ABSENSI MAHASISWA TERHADAP DOSEN DAN STAFF MENGGUNAKAN METODE
UNIFIED THEORY OF ACCEPTANCE AND USE OF TECHNOLOGY (UTAUT) DI
POLITEKNIK POS INDONESIA: ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI
ABSENSI MAHASISWA TERHADAP DOSEN DAN STAFF MENGGUNAKAN METODE
UNIFIED THEORY OF ACCEPTANCE AND USE OF TECHNOLOGY (UTAUT) DI
POLITEKNIK POS INDONESIA. Competitive, 10(1), 64-78.

Tarwaka (2011)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai