Anda di halaman 1dari 17

TUGAS AKHIR III- 1

PROSES PRODUKSI

BAB III

TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW

3.1 Pendahuluan

SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

listrik electrode terumpan, yang menggunakan busur listrik sebagai sumber panas.

Panas yang timbul pada busur listrik yang terjadi antara electrode dengan benda

kerja, mencairkan ujung electrode ( kawat ) las dan benda kerja setempat, kemudian

membentuk paduan, membeku menjadi lasan ( weld metal ).

Bungkus ( coating electrode ) yang berfungsi sebagi fluks akan terbakar pada waktu

proses berlangsung, dan gas yang terjadi akan melindungi proses terhadap pengaruh

udara luar. Cairan pembungkus akan terapung dan membeku pada permukaan las

yang disebut slag, yang kemudian dapat dibersihkan dengan mudah.

3.2 Mesin Las ( Welding Machine )

Persyaratan dari proses SMAW adalah persedian yang kontinyu pada electric

current ( arus listrik ), dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik kestabilan

api las (Arc) akan tetap terjaga.

Gambar. 3.2.6 Skema Proses SMAW


Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan – Jawa Timu. 1999

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 2
PROSES PRODUKSI

Dimana electric power ( tenaga listrik ) yang diperoleh dari welding machine

menurut jenis arus dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis machine yaitu :

a. Machine dengan arus searah (DC)

b. Machine dengan arus bolak balik (AC)

c. Machine dengan kombinasi arus yaitu searah (DC) dan bolak balik (AC)

Pada machine arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah sifat

arus bolak balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu generator, karena arus listrik

yang dipakai disini bukan berasal dari baterei, melainkan dari generator listrik.

Gambar. 3.2.7 Machine arus DC


Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan – Jawa Timu. 1999

Machine arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator, tetapi cukup

dengan transformator. Karakteristik electric efficiencynya 80-85%.

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 3
PROSES PRODUKSI

Gambar. 3.2.8 Machine arus DC


Sumber : In House Training, Farid M2och Zamil. Pasuruan – Jawa Timur. 1999

Untuk machine kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan

rectiflier, dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus ;

Gambar. 3.2.9 Machine


Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan – Jawa Timur. 1999

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 4
PROSES PRODUKSI

3.3 Pemelihan Parameter Pengelasan

Panjang busur ( Arc Length ) yang dianggap baik lebih kurang sama dengan

dia, electrode yang dipakai. Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi

pengelasan tidak sama. Misalnya dia, electrode 3 mm – 6 mm, mempunyai tegangan

20 – 30 volt pada posisi datar, dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 – 5 volt pada

posisi diatas kepala. Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu pengelasan dan

kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan.

Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan, dimana besarnya arus listrik pada

pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan, geometri sambungan pengelasan,

macam electrode dan dia, inti electrode. Untuk pengelasan pada daerah las yang

mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi diperlukan arus listrik yang besar

dan mungkin juga diperlukan tambahan panas. Sedang untuk pengelasan baja

paduan, yang daerah HAZ-nya dapat mengeras dengan mudah akibat pendinginan

yang terlalu cepat, maka untuk menahan pendinginan ini diberikan masukan panas

yang tinggi yaitu dengan arus pengelasan yang besar. Pengelasan logam paduan, agar

untuk menghindari terbakarnya unsure – unsure paduan sebaiknya digunakan arus las

yang sekecil mungkin. Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak

panas, misalnya pada pengelasan baja tahan karat austentik maka penggunaan panas

diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil.

Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk, jenis electrode, dia, inti

electrode, geometri sambungan, ketelitian sambungan agar dapat mengelas lebih

cepat diperlukan arus yang lebih tinggi.

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 5
PROSES PRODUKSI

Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik. Sifat busur listrik pada arus

searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC). Terdapat dua jenis

polaritas lurus, dimana benda kerja positif dan electrode negative (DCEN). Polaritas

balik adalah sebaliknya. Karakteristik dari polaritas balik yaitu pemindahan logam

terjadi dengan cara penyemburan, maka polaritas ini mempunyai hasil pengelasan

yang lebih dalam disbanding dengan polaritas lurus (DCEN)

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan gambar dibawah ini ;

Gambar. 3.3.10 Karekteristik hasil pengelasan


Sumber ; Photo hasil test welder di Bantargebang workshop TJE

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 6
PROSES PRODUKSI

Tabel 3.3.2. Karekteristik hasil pengelasan

Karakteristik Hasil Pengelasan


No
Variabel Operasi Suara Arc Penetrasi Burn Off Electrode Bentuk Bead
Normal Amps, Percikan kecil, Baik, dalam Fusionnya sangat
A Normal, Volts, Suara gemercak dan galengan Bentuk normal baik Tidak ada
Kec. Normal, kuat normal overlap
Amps Rendah, Percikan tidak
Tidak besar, beda
B Normal, Volts, beraturan, suara Dangkal Tonjolan tinggi
dgn, yang diatas.
Kec. Normal gemercak kecil
Amps Tinggi, Suaranya seperti Coating tertinggal Luas bead tidak
Dalam dan
C Normal Volts, ledak kan, jarang dan lebar serta lebar Fusionnya
panjang
Kec. Normal beraturan panjang baik
Normal Amps, Kecil Coating Tonjolan tinggi
Normal Percikan kecil dan
D membentuk kawah dan lebih lebar dari
Kecepatan, Volts tenang
dan porosity No. B
rendah
Normal Amps, Lebar dan
Lebar
Normal dangkal Rata dan
E Suaranya halus
Kecepatan, Volts membentuk kawah
Tinggi
F Normal Amps, Kawah
Normal Bead lebar
F Normal Volts, Normal normal
Kec. Rendah
Normal Amps,
Kecil dan Bead kecil dan
G Normal Volts, Normal Normal
dangkal undercut
Kec. Tinggi

3.4 Pelaksanaan Pengelasan

Penyalaan busur listrik pada pengelasan dapat dilakukan dengan melakukan

hubungan singkat ujung electrode dengan logam induk, kemudian memisahkannya

lagi sampai jarak tertentu sebagai panjang busur. Dimana panjang busur normal yaitu

antara 1,6 – 3,2 mm ;

Gambar.3.4. 11. Cara Penyalaan


Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan – Jawa Timur. 1999

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 7
PROSES PRODUKSI

Pemadaman busur listrik dilakukan dengan menjauhkan electrode dari bahan induk,

untuk menghasilkan penyambungan manik las yang baik dapat dilakukan sebagai

berikut :

Sebelum electrode dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur listrik

dikurangi lebih dahulu, baru kemudian electrode dijauhkan dalam posisi lebih

dimiringkan secukupnya.

Gambar.3.4.12 Cara Pemadaman


Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan – Jawa Timur. 1999

3.5 Pergerakan Electrode Pengelasan

Ada berbagai cara didalam menggerakkan (mengayunkan) electrode las yaitu :

A. Electrode digerakkan dengan melakukan maju dan mundur, metoda ini salah

satu bentuk metoda weaving (lihat gambar 9 bagian A)

B. Bentuk weaving lainnya yaitu dengan melakukan gerakan seperti setengah

bulan. (lihat gambar 9 bagian B)

C. Gerakan electrode yang menyerupai bentuk angka 8.(lihat gambar bg.C)

D. Electrode dengan melakukan gerakan memutar. (lihat gambar bagian D)

E. Gerakan electrode dengan membentuk hesitation (lihat gambar bagian E)

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 8
PROSES PRODUKSI

Gambar.3.5.13 Bentuk Gerakan Electrode


Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan – Jawa Timur. 1999

Semua gerakan mempunyai tujuan untuk mendapatkan deposit logam las dengan

permukaan rata, mulus terhindar dari terjadinya takik – takik dan termasuk terak =

terak, yang terpenting dalam gerakan electrode ini adalah ketepatan sudut dan

kestabilan kecepatan.

Ayunan electrode las agar berbentuk anyaman atau lipatan manik las maka lebar las

dibatasi sampai 3 (tiga) kali besarnya diameter electrode.

3.6 Teknik Pengelasan Untuk Jenis Sambungan Groove

3.6.1 Posisi datar (1G)

Disarankan menggunakan metode seperti gambar 9. A dan B. Untuk jenis

sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan

penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G) didalam pelaksanaannya sangat

mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa diputar.

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 9
PROSES PRODUKSI

3.6.2 Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa.

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka cairan

las akan selalu kebawah. Adapun posisi sudut electrode pengelasan pipa 2G yaitu

90°dan gerakan electrode dapat dilihat pada gambar 10.

Panjang gerakan electrode antara 1-2 kali diameter electrode. Bila terlalu panjang

dapat mengakibatkan kurang baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek

mungkin yaitu ½ kali diameter electrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan

dengan gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua

sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian

berikutnya.:

Gambar. 4.6.14 Teknik Pengelasan Posisi 2G


Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan – Jawa Timur. 1999

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 10
PROSES PRODUKSI

3.6.3 Posisi vertical (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan electrode vertical. Kesukaran pengelasan ini hamper

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi dari cairan electrode las. Adapun

gerakan electrode dapat dilihat pada Gambar.3.6.15.

Gambar.3.6.15. Teknik Pengelasan Posisi 3G


Sumber : Tim Workshop M2S, Teknik Dasar Pengelasan Listrik. Penerbit M2S
Bandung. Anngota IKAPI

3.6.4. Posisi horizontal pipa (5G) m

Pengelasan pipa pada posisi 5G dapat dibedakan menjadi pengelasan naik dan

pengelasan turun.

Pengelasan naik.

Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding teal karena membutuhkan

panas yang tinggi. Pengelasan arah naik kecepatannya lebih rendah dibandingkan

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 11
PROSES PRODUKSI

pengelasan dengan arah turun, sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi

dibanding dengan pengelasan turun, sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih

tinggi dibanding dengan pengelasan turun. Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada

posisi horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya

hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing ( tack weld ) pada posisi jam 5 –

8, 11 dan 12. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan

kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3 ( lihat

gambar 12 ). Gambar las kancing dan titik.

Mulai pengelasan gerakan electrode untuk posisi root pass ( las akar ) adalah

berbentuk segitiga teratur dengan jarak busur ½ kali diameter electrode.

Gambar las kancing dan titik

Mulai pengelasan Gambar bentuk head pada pengelasan root pass

Gambar bentuk lubang kunci pada pengelasan pipa 5G

Gambar. 3.6.16. Karekteristik Pengelasan Naik Pada Pipa Posisi 5G


Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil, Pasuruan – Jawa Timur 1999

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 12
PROSES PRODUKSI

Pengelasan turun.

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi.

Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih

ekonomis. Adapun gerakan electrode las dapat dilihat seperti yang terlihat pada

gambar. 3.6.17

Gambar. 3.6. 17. Karekteristik Pengelasan Turun Pada Pipa Posisi 5G


Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan – Jawa Timur. 1999

3.6.5. Pengelasan Akar.

(a) Pemakaian las SMAW : Pada pengelasan akar turun untuk mendapatkan

penembusan yang baik biasanya digunakan las SMAW dengan elektroda jenis

hydrogen rendah. Sedangkan untuk pengelasan naik biasanya digunakan las SMAW

dengan elektroda tembus jenis hydrogen rendah. Beberapa contoh sambungan dasar

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 13
PROSES PRODUKSI

dapat dilihat dalam Gambar 3.6.18 dan syarat pengelasannya dicantumkan dalam

Tabel 3.6.3.

Untuk mendapatkan laju pengelasan yang tinggi, antara 50 sampai 70 cm/detik dapat

digunakan las SMAW dengan elektroda jenis selulosa yang sesuai dengan spesifikasi

dari standard AWS no. E-6010. Dalam pengelasan ini lapisan las yang kedua harus

segera dilaksanakan, karena itu las ini disebut las panas. Selisih waktu antara las akar

dan las panas harus ditentukan dalam procedure pengelasan. Beberapa syarat

pengelasan SMAW dengan elektroda jenis selulosa dicantumkan dalam Tabel.3.6.4.

Gambar : 3.6.18. Bentuk alur pada pengelasan pipa


Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan – Jawa Timur. 1999

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 14
PROSES PRODUKSI

Tabel : 3.6.3. Kondisi pengelasan tembus

Lapisan Jenis Elektroda Diameter elektroda Arus las (Amp)


(JIS) (mm)
Akar D 4316 2,6 50 – 85
3,2 70 – 110
Isi Akhir D 4301 3,2 80 – 130
4,0 120 – 170

Tabel : 3.6.4. Kondisi pengelasan turun dengan elektroda jenis selulosa

Lapisan Jenis elektroda Diameter elektroda Arus las (Amp)


(AWS) (mm)
Akar E 6010 4,0 130 - 180

Panas E 7010 4,0 130 – 200

Isi Akhir E 6010 4,0 130 – 180


Atau
E 7010 5,0 150 - 200

(b) Pemakain las GMA : Las GMA semi otomatik dengan gas pelindung

campuran antara CO2 dan Ar digunakan juga dalam pengelasan akar. Proses las ini

memberikan laju pengelasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan las SMAW,

tetapi memerlukan juru las yang lebih trampil. Untuk pengelasan akar biasanya

digunakan arus hubungan singkat. Dalam tahun-tahun terahir ini untuk pengelasan

pipa digunakan jug alas GMA otomatik. Untuk mendapatkan efisiansi pengelasan

yang tinggi pada pipa biasanya dibuat alur khusus yang memberikan luas penampang

alur yang kecil.

(c) Pemakain las TIG : Las TIG biasanya digunakan untuk pengelasan pipa

yang terbuat dari baja paduan, baja tahan karat atau logam bukan baja. Tetapi kadang

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 15
PROSES PRODUKSI

– kadang digunakan juga untuk pengelasan pipa baja karbon rendah. Las TIG untuk

pipa dapat dilakukan dengan logam pengisi, tanpa logam pengisi atau dengan cincin.

Sambungan dengan cincin pengisi dapat dilihat dalam Gambar 3.6.19.

(d) Penggunaan cincin penahan : Dalam pengelasan pipa kadang – kadang

digunakan cincin penahan yang tidak turut mencair seperti yang ditunjukan dalam

Gambar. 3.6.20. Bila menggunakan tembaga sebagai pembantu, harus diusahakan

agar tembaga tidak mencair dan tidak bercampur dengan logam pengisi, karena hal

ini akan mempermudah terjadinya retak.

3.6.6. Las Isi dan las Akhir

Setelah selsai las akar, maka selanjutnya alur las harus diisi dengan las ini dan

kemudian diselesaikan dengan las akhir. Pelaksanaan las isi dan las akhir tidak

sesukar seperti pelaksanaan las akar. Dalam hal ini bahan las harus sesuai dengan

bahan pipa dan jumlah lapisan las dapat diatur oleh tebalnya las isi. Sedangkan tebal

lapisannya tergantung dari posisi pengelasan. Las akhir, yang membentuk kepala

manik harus mempunyai ketinggian tertentu dari kaki manik sehingga dapat

memberikan penguatan yang diperlukan. Dalam hal pengelasan SMAW, walaupun

las isinya dilaksanakan dengan las lurus, las akhirnya atau kepala maniknya

sebaiknya dilakukan dengan las anyam dan harus diusahakan jangan terjadi takikan

yang terlalu dalam.

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 16
PROSES PRODUKSI

Gambar : 3.6.19. Penggunaan cincin pengisi

Gambar : 3.6.20. Geometri sambungan dengan cincin penahan


Sumber:Teknologi Pengelasan Logam,oleh Prof.Dr.Ir. Harsono Wiryosumarto
Prof. Dr.Toshie Okumura; PT. Pradnya Paramita

3.6.7. Pemanasan Sebelum dan Sesudah Pengelasan

Pemanasan mula yang dilaksanakan sebelum pengelasan perlu untuk pipa

yang dibuat dari baja kuat atau bila pengelasan dilakukan dengan elektroda jenis

selulosa. Lamanya dan suhu pemanasannya tergantung dari bahan, tebal dinding,

TEKNIK MESIN FTI – UMB


TUGAS AKHIR III- 17
PROSES PRODUKSI

proses las dan bahan las yang digunakan. Dalam hal pipa yang dibuat dari baja lunak

biasanya tidak diperlukan pemanasan mula.

Pemanasan sesudah pengelasan biasanya tidak diperlukan dalam pengelasan

pipa saluran, kecuali bila dipersyaratkan untuk menurunkan kekerasan yang harus

dilaksanakan segera setelah pengelasan selesai.

Dalam mengelas pipa di atas tanah, harus ada jarak antara pipa dan permukaan tanah

yang lebih dari 40 cm.

TEKNIK MESIN FTI – UMB

Anda mungkin juga menyukai