Anda di halaman 1dari 23

LEMBAR PENGESAHAN

PROGRAM K3 RADIOLOGI
TAHUN 2022

Diajukan oleh
Ketua Komite K3 Koordinator Program

Harsono Sugianto Putro, AMK Umar Fauzi, AMD.Rad

Disetujui oleh,
Direktur

dr. Akhmad Muzairi, MARS

1
PROGRAM
K3 RADIOLOGI (PROTEKSI RADIASI)

A. PENDAHULUAN
Semua zat radioaktif dan radiasi pengion dapat menimbulkan resiko
bahaya radiasi baik untuk kesehatan dan keselamatan manusia dan
lingkungannya, jika tidak dikendalikan dengan baik. Proteksi radiasi adalah
suatu system untuk mengendalikan bahaya tersebut dengan menggunakan
peralatan proteksi dan kerekayasaan yang canggih serta mengikuti peraturan
proteksi yang sudah dibakukan. Kemungkinan bahaya radiasi itu disebabkan
penyinaran tubuh sebelah luar (eksternal), jika sumber radiasi berada di luar
tubuh dan mungkin disebabkan penyinaran dalam tubuh jika sumber radiasi
berada di dalam tubuh.
Prosedur yang biasa diapakai untuk mencegah dan mengendalikan
bahaya radiasi adalah :
a. Meniadakan bahaya radiasi
b. Mengisolasi bahaya radiasi dari manusia
c. Mengisolasi manusia dari bahaya radiasi
Untuk menerapkan tiga prinsip proteksi radiasi di atas dilaksanakan
oleh Petugas Proteksi Radiasi. Prinsip utama cukup jelas dengan mentaati dan
melaksanakan peraturan proteksi radiasi ; kedua dengan merancang tempat
kerja dan menggunakan peralatan proteksi radiasi yang baik dan penahan
radiasi yang memadai sehingga kondisi kerja dan lingkungannya aman dan
selamat; dan ketiga memerlukan pemonitoran dan pengawasan secara terus
menerus baik pekerja radiasi maupun lingkungannya dengan menggunakan
alat pemonitoran perorangan, pemonitoran lingkungan dan surveimeter.
B. LATAR BELAKANG
Budaya keselamatan adalah sifat dan sikap dalam organisasi dan
individu yang menekankan pentingnya keselamatan. Oleh karena itu, budaya
keselamatan mempersyaratkan agar semua kewajiban yang berkaitan dengan
keselamatan harus dilaksanakan secara benar, seksama, dan penuh rasa
tanggung jawab.Perlu diperhatikan bahwa radiasi pengion dapat
mengakibatkan efek radiasi seperti efek genetik, somatik, stokastik dan non
stokastik yang dapat diterima baik secara langsung maupun tidak langsung.
Budaya keselamatan terkait dengan pemanfaatan radiasi pengion tentunya

2
harus menjamin keselamatan, ketentraman, kesehatan para pekerja radiasi,
anggota masyarakat, serta perlindungan terhadap lingkungan hidup.
Program proteksi radiasi adalah tindakan sistematis dan terencana
untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari
bahaya radiasi. Program ini dibuat sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah
No 29 tahun 2018 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan
Bahan Nuklir, dengan mempertimbangkan Peraturan Pemerintah No. 33 tahun
2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion Dan Kemanan Sumber Radio Aktif,
Perka BAPETEN no 8 tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi Dan
Penggunaan Pesawat Sinar –X Radiologi Diagnostic dan Intervensional, serta
Perka BAPETEN nomor 4 tahun 2013 tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi
Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir. Untuk memastikan kesehatan dan
keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup RS PKU
Muhammadiyah Wonosobo berprinsip bahwa kegiatan pemanfaatan radiasi
pengion direncanakan, dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh BAPETEN dan menjamin paparan radiasi ditekan serendah –
rendahnya. Penerimaan disis radiasi terhadap pekerja dan masyarakat tidak
boleh melebihi Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditetapkan oleh BAPETEN.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi adalah menjamin
keselamatan, keamanan & ketentraman, kesehatan pekerja radiasi dan
masyarakat, serta perlindungan terhadap lingkungan hidup di Rumah PKU
Muhammadiyah Wonosobo.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang fasilitas, pesawat sinar-X, peralatan
penunjang, dan perlengkapan proteksi;
b. Memastikan bahwa proteksi dan keselamatan radiasi di fasilitas
terpenuhi dan dapat direview atau dikaji ulang sesuai dengan
pemanfaatannya; dan
c. Pelaksanaan pelayanan radiologi diagnostik dan intervensional dapat
memenuhi prinsip-prinsip keselamatan radiasi.

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

3
1. Kegiatan Pokok
a. Membuat program proteksi radiasi tahunan.
b. Memastikan ijin operasional alat masih berlaku.
c. Melakukan monitoring kesiapan alat.
d. Melakukan pemeriksaan dan perawatan alat.
e. Mengadakan pelatihan PPR bagi petugas.
f. Mengadakan dan melengkapi peralatan proteksi.
g. Melakukan pemeriksaan Kesehatan TLD.
2. Rincian kegiatan
a. Identifikasi risiko
Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area dampak risiko,
penyebabnya dan potensi akibatnya. Teknik Identifikasi yang digunakan,
disesuaikan dengan kemampuan, sasaran, dan jenis risiko yang
dihadapi. Alat identifikasi yang digunakan dalam rencana induk ini
adalah dengan Brainstorming atau curah pendapat antara manajer dan
pengawas program serta pihak lain dalam internal rumah sakit yang
terkait.
b. Analisa Risiko
Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan
kemungkinan semua risiko yang dapat menghambat tercapainya
sasaran Kesehatan karyawan dan menyediakan data untuk membantu
langkah evaluasi dan mitigasi risiko.Analisis risiko mencakup
pertimbangan dan mengkombinasikan estimasi terhadap consequence
dan likelihood didalam konteks untuk mengambil tindakan
pengendalian.
Adapun analisa risiko yang digunakan dalam rencana induk/program
ini adalah analisa kuantitatif dengan melakukan skoring atas
probabilias kejadian dan nilai dampak atau konsekuensi yang mungkin
timbul jika risiko benar-benar terjadi.
Probability Dampak/
Skor
No Jenis Risiko / Consequenc
Risiko
Likelihood es
1. Paparan radioaktif 3 4 12
2. Tersengat lisrik 2 5 10
3. Infeksi nosokomial 3 2 6

4
4. Kebakaran 1 5 5
5. Low Back Pain 4 2 8
Keterangan:
1. Kriteria Likelihood
Kriteria Kriteria
Kriteria
Kuantitatif Kuantitatif Sebutan Nilai
Kualitatif
(probabilitas) (Frekuensi/tahun)
0.10 1-5 kejadian Hampir tidak Sangat 1
mungkin terjadi kecil
0.30 6-10 kejadian Kemungkinan Kecil 2
terjadi kecil
0.50 11-20 kejadian Dapat terjadi, Sedang 3
dapat juga tidak
(50:50)
0.70 21-50 kejadian Besar Besar 4
kemungkinan
terjadi
0.90 Lebih dari 50x Hampir pasti Sangat 5
terjadi terjadi besar

2. Kriteria Consequences
1 2 3 4 5
insgnificant minor moderate major catastrophic
cedera tidak ada dapat diatasi berkurangnya cedera luas kematian
pasien cedera dengan fungsi kehilangan
pertolongan motorik/sensorik fungsi utama
pertama setiap kasus permanent
yang
memperpanjang
perawatan
pelayanan / terhenti lebih terhenti lebih terhenti lebih terhenti lebih terhenti
operasi nal dari 1 jam dari 8 jam dari 1 hari dari 1 minggu permanen
biaya/ kerugian kecil kerugian lebih kerugian lebih kerugian lebih kerugian lebih
keuangan dari 0.1% dari 0.25% dari 0.50% dari 1%
anggaran anggaran anggaran anggaran

5
publikasi rumor media lokal media lokal media nasional media nasional
waktu singat waktu lama kurang dari 3 lebih dari 3 hari
hari
reputasi rumor dampak kecil dampak dampak serius menjadi
thd moril bermakna thd thd moril masalah berat
karyawan dan moril karyawan karyawan dan bagi pr
kepercayaan dan kepercayaan kepercayaan
masyarakat masyarakat masyarakat
c. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko dilakukan dengan membandingkan antara skor risiko
yang didapatkan dari proses analisa risiko dengan kriteria risiko.
Adapaun kirteria risiko dapat disebut dengan Risk Apetite dan dilengkapi
dengan Risk Tolerance sebagaimana disajikan dalam gambar berikut :

Berdasarkan pada risk tolerance maka dapat ditetapkan kewenangan


dan tanggung jawab dalam pengelolaan risiko sebagai berikut :
1. Risiko yang berada di atas garis risk tolerance dan berada di level
risiko mulai dari 16 sampai dengan 25 menjadi perhatian penuh
Direksi dalam pengelolaannya.
2. Level risiko di atas garis risk tolerance sampai lebih kecil dari 16
menjadi perhatian penuh Manajer.

6
3. Risiko di bawah garis risk tolerance sepenuhnya dalam tanggung
jawab pengelolaan ditingkat operasional atau oleh supervisor.
Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan
dibandingkan dengan gambar diatas sehingga didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tanggung
Skor Kriteri
jawab
No Jenis Risiko Risik a Tindak lanjut
pengelolaan
o Risiko
risiko
1. Paparan radioaktif 12 Ekstre Direksi a. Perlu penanganan dan
m perhatian khusus dan segera
b. Pemantauan periodik untuk
memastikan sejak dini risiko
tidak terjadi
2. Tersengat lisrik 10 Ekstre Direksi a. Perlu penanganan dan
m perhatian khusus dan segera
b. Pemantauan periodik untuk
memastikan sejak dini risiko
tidak terjadi
3. Infeksi nosokomial 6 mediu manager a. perlu penanganan khusus
m b. Pemantauan periodik untuk
memastikan sejak dini risiko
tidak terjadi
c. Perlunya koordinasi antar
lintas sektoral untuk fungsi
pencegahan, deteksi dan
penanganan.
4. Kebakaran 5 Ekstre Direksi a. Perlu penanganan dan
m perhatian khusus dan segera
b. Pemantauan periodik untuk
memastikan sejak dini risiko
tidak terjadi
5. Low Back Pain 8 Mediu Kepala a. Perlu penanganan khusus
m Ruang/ Unit

7
b. Pemantauan periodik untuk
memastikan sejak dini risiko
tidak terjadi
c. Perlunya koordinasi antar
lintas sektoral untuk fungsi
pencegahan, deteksi dan
penanganan.
Terdapat beberapa risk risiko yang berada di atas garis risk tolerance hal
ini dikarenakan walaupun consequensesnya hanya 1 akan tetapi dari
risk tolerancenya sangat tinggi . Perbedaan pada kriteria rendah,
medium, dan tinggi adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko.
Pada risiko rendah pengelolaan dilakukan oleh supervisor tempat
berada berkejasama dengan TIM K3. Untuk risiko medium diperlukan
koordinasi antar manajer dengan melibatkan jajaran dibawahnya.
Sedangkan untuk skor risiko ekstrem masuk ke jajaran direksi dan
butuh penganan khusus
d. Mitigasi/Pengelolaan Risiko
Risiko-risiko yang telah tersaring pada langkah evaluasi, selanjutnya
dibuat rencana pengendalian lebih lanjut, langkah ini disebut mitigasi
risiko.Langkah mitigasi risiko meliputi pengidentifikasian beberapa
kegiatan untuk menangani risiko, memperkirakan risiko, menyiapkan
rencana perlakuan risiko dan mengimplementasikan rencana perlakuan
risiko.
Risiko yang akan dilakukan mitigas/pengelolaan risiko hanya
difokuskan pada kriteria risiko medium dan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
N Mitigasi/Pengelolaan
Jenis Risiko
o. Pencegahan Penanganan
1. Paparan radioaktif Menyusun kebijakan 1. Memasang prosedur
dan prosedur untuk penggunaan bahan radio aktif
keselamatan (SPO)
pengelolaan ruang 2. Memasang raambu bahaya
radiasi mengacu pada radiasi di tempat yang
regulasi berpotensi terjadi paparan

8
3. Melakukan edukasi kepada staf,
pasien dan pengunjung
pemeliharaan berkaitan dengan
bahaya radiasi radio aktif
2. Tersengat lisrik Menyusun Regulasi/ - Menetukan standar/
kebijakan tenang pendidikan bagi staff.
standar petugas - Membuat SPO tentang bekerja
pengelola dan kerja pada alat alat yang
pengelolaan elektrikal menggunakan listrik.
utilitis - Mengadakan APD untuk bekerja
pada arus lisrik.
- Mengadakan alat yang sesusai
standar kelistrikan.
- Mensosialisasikan system
“LOTO”/ “Lock Out Tag Out”
3. Infeksi nosokomial Menyusun prosedur - Melakukan pemeriksaan
kerja dan edukasi kesehatan berkala.
tentang pendalaman - Memberian kekebalan tubuh
penyakit dengan vaksinasi
- Menggunakan APD saat
tindakan.
- Melakukan cuci tangan sesuai 5
moment cuci tangan.
4. Kebakaran Menyusun kebijakan - Melakukan simulasi bencana
dan prosedur tentang minimal 1 tahun sekali.
kegawat daruratan - Membuat sistem panggilan
serta membuat sistem keadaan darurat.
penanggulangan - Melakukan pelatihan
bencana penanggulangan kebakaran.
5. Low Back Pain Menyusun Kebijakan - Melakukan pelatihan safety
dan prosedur tentang lifting kepada semua staff.
transfer pasien. - Selalu menggnakan paha sebgai
tumpuan beban saat
memindahkan pasien.

e. Pelaporan Insiden dan Pelaporan Program

9
Pelaporan insinden berdasarkan prosedur pelaporan insiden
dengan SK Direktur Utama Nomor
265/SK/DIR/PKUWSB/XII/2021 tentang SISTEM ALUR
PELAPORAN DAN PENANGANAN KEJADIAN KESELAMATAN
PASIEN DAN KECELAKAAN KERJA
f. Monitoring Dan Review Insiden Dan Kegiatan
Monitoring dan review insinden dan kegiatan dilakukan oleh TIM
PELAKSANA DAN PENGAWASAN PROGRAM KESELAMATAN DAN
MANAGEMEN sesuai dengan SK direktur Nomor
264/SK/DIR/PKUWSB/XII/2022.
g. Edukasi Staf Tentang Risk Register
Edukasi staf tentang risk register bertujuan untuk penyiapan
Kompetensi staf dalam partisipasinya untuk mencegah dan manangani
risiko. Unit Kerja penanggung jawab dapat bekerjasama dengan Unit
Diklat untuk melakukan pelatihan internal/eksternal kepada para
pengambil keputusan/pemilik risiko dan staf. Hal ini dimaksudkan agar
para pengambil keputusan dan staf memiliki pemahaman yang sama
tentang manajemen risiko
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Untuk melaksankan kegiatan peningkatan kesehatan pekerja ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dan ditaati antara lain:
a. Membuat program proteksi radiasi tahunan.
b. Melakukan monitoring kesiapan alat.
c. Melakukan pemeriksaan dan perawatn alat.
d. Mengadakan pelatihan PPR bagi petugas.
e. Mengadakan dan melengkapi peralatan proteksi.
f. Berkoordinasi dengan KOmite K3 RS untuk mengadakan pelatihan
safety lifting.
g. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus bagi staff radiologi.

F. SASARAN
Sasaran dari program ini adalah :
1. Petugas radiologi.
2. Pasien/ pengunjung.

10
3. Petugas pendukung ruang radiologi.
G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
terlampir
H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi akan dilaksanakan per 3 bulan sekali. Dengan melihat jadwal apa saja
yang sudah bias dilaksanakan dan apa yang belum bias dilaksankan. Serta
kendala apa yang dihadapi saat melaksankan kegiatan. Dari hasil evaluasi ini
akan dibuat PDSA yang akan dilaporkan kepada direktur untuk mendapatkan
disposisi.
I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Dokumen diatas dijadikan pula sebagai data pelaporan dalam rapat koordinasi
komite K3RS.
Wonosobo, 28 Desember 2021
Pengawas Program Koordinator K3 Radiologi

Harsono Sugianto Putro, AMK Umar Fauzi, Amd.Rad.

11
LAMPIRAN . 1
JADWAL KEGIATAN
Bulan
No Program K3 radiologi
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Uji Kesesuaian CT-Scan
2 Uji Kesesuaian DR-GEM
3 Uji Kesesuaian BMI Jolly
4 Kalibrasi USG
5 Uji TLD
6 Refresh orientasi staf untuk PPKR
7 Orientasi Lingkungan untuk PPKR
8 Uji Kebocoran tabung
9 Uji Kolimasi DR-GEM
10 Uji Kolimasi BMI Jolly
11 Uji kelayakan APD radiologi (Appron timbal)
12 Orientasi Staf mengenai B3
13 Uji kamar gelap (safety light)
14 Re Perizinan alat BMI Jolly
15 Pemeriksaan kesehatan berkala

12
LAMPIRAN 2
PEMBAGIAN DAERAH KERJA
A. Deskripsi Fasilitas
Instalasi radiologi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Wonosoboterdiri dari
beberapa ruang atau kamar meliputi :
1. Ruang pendaftaran
Ruang ini berfungsi sebagai tempat pendaftaran bagi pasien yang akan
difoto, disamping itu juga dipakai untuk menyimpan hasil radiograf dan
tempat pengambilan hasil foto yang telah dibaca oleh dokter radiologi.
2. Kamar operasional I
Tempat pemeriksaan sinar-x dengan dan tanpa media kontras.
3. Kamar operasinal II
Tempat emeriksaan CT-Scan dengan dan tanpan media kontras
4. Kamar operasional II
Tempat pemeriksaan USG
5. Ruang Operator
Sebagai tempat melakukan pemantauan eksposi saat pemeriksaan baik
itu menggunakan pesawat konvensional maupun pesawat CT-Scan
6. Kamar ganti pasien
Sebagai tempat untuk berganti pakaian bagi pasien yang memerlukan
baju pasien dalam pemeriksaan. Baju pasien telah disediakan di setiap
kamar.
7. WC
Terdapat dua buah WC dan kamar mandi. Satu buah untuk pasien dan
sebuah untuk petugas.
8. Ruang tunggu pasien
Setelah mendaftar, pasien menunggu giliran untuk difoto dan setelah
difoto pasien menunggu hasil di ruang ini.
9. Ruang Kerja Dokter Spesialis Radiolgi
Sebagai tempat dokter spesialis radiologi melihat dan membuat laporan
hasil pemeriksaan rontgen.

13
B. Denah Ruang Radiologi

14
LAMPIRAN 3
PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DI DAERAH KERJA
Deskripsi Perlengkapan Proteksi Radiasi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Wonosobo
A. Perlengkapan Proteksi
Perlengkapan proteksi yang dimiliki terdiri dari :
1. Peralatan pemantau dosis perorangan ( TLD )
2. Konstruksi bangunan meliputi :
a. Tembok setebal ± 25 cm
b. Pintu kayu dilapisi timah (Pb) setebal 2 mm
c. Tersedia tabir penahan radiasi 2 buah
3. Apron berjumlah 5 buah
4. Lampu merah / tanda ada radiasi di pintu
B. Pemantauan Dosis Perorangan
Pemantauan Dosis perorangan dilakukan setiap 3 bulan sekali dan dilakukan
uji TLD oleh BPFK jakarta setiap 3 bulan sekali. Hasil TLD didokumentasikan
oleh petugas proteksi radiasi dan di evaluasi setiap 1 tahun sekali. Batas
ambang dosis radiasi pertahun adalah 20 mSv.

15
LAMPIRAN 4
PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT
A. Keadaan Operasi Normal
Tujuan proteksi dan keselamatan radiasi pada kondisi normal adalah
Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Radiasi. Kecelakaan radiasi dapat dicegah
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengurangan tingkat bahaya radiasi
Tahap pertama pengendalian bahaya radiasi harus dimulai dengan
menyadari bahwa pemanfaatan radiasi ( khususnya sinar-x ) mempunyai
potensi bahaya radiasi. Untuk pemanfaatan radiografi digunakan
pedoman umum sebagai berikut :
1) Gunakan pesawat sinar-x yang tepat
2) Lakukan prosedur kerja yang aman dan praktis
3) Gunakan peralatan proteksi radiasi dan pastikan semua dalam
keadaan baik
b. Pengamanan bahaya radiasi
Radiasi yang digunakan dapat tidak membahayakan apabila 3 prinsip
proteksi radiasi dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab
1) Waktu
Gunakan waktu sependek mungkin jika berada di medan radiasi.
Dosis radiasi yang diterima berbanding lurus dengan lamanya
penyinaran.
2) Jarak
Dengan menambah jarak antara sumber radiasi dengan seseorang
akan memperkecil bahaya radiasi. Radiasi berbanding terbalik
dengan kwadrat jarak. Dosis yang diterima berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak
3) Penahan Radiasi (shielding)
Dengan menempatkan penahan radiasi atau shielding antara
sumber radiasi dengan operator, maka dosis radiasi yang
diterima dapat diturunkan ke tingkat dosis radiasi yang aman.
c. Pengamanan pekerja radiasi
Untuk menjamin agar setiap pekerja dapat bekerja dengan aman, hal -
hal tersebut di bawah ini harus dipenuhi :

16
1) Tersedianya peraturan kerja dengan radiasi dan mengerti
penggunaannya
2) Petunjuk kerja harus telah diberikan dan dipahami cara
pelaksanaanya
3) Harus menggunakan film badge selama bekerja dengan sumber
radiasi dan apabila mungkin gunakan pula dosimeter saku
B. Keadaan Darurat
Tindakan umum yang harus dilakukan :
1) Hentikan operasi instalasi, keluarkan penderita dari medan radiasi
2) Amankan daerah di sekitar kecelakaan dan tidak seorangpun boleh
memasuki daerah tersebut apabila dikawatirkan adanya keadaan darurat
lainnya
3) Perkirakan dosis radiasi dan tentukan tingkat kecelakaan
4) Segera meminta bantuan ke instansi terkait bila diperlukan
5) Laporkan ke penanggungjawab
C. Proteksi pada pasien Isolasi
Proteksi ditujukan untuk pasien dan petugas radiologi.
Proteksi untuk pasien:
1. Batasi luas penyinaran sesuai objek yang diperiksa
2. Gunakan jarak foto sesuai kebutuhan
Proteksi untuk petugas radiologi:
1. Petugas diwajibkan memakai APD ( masker, sarung tangan )
2. Sebelum dan sesudah tindakan alat radiologi ( pesawat X-Ray dan kaset
harus di bersihkan menggunakan cairan desinfektan )
D. Pengendalian dan pencegahan infeksi
Pengendalian dan pencegahan infeksi baik di unit adiologi maupun luar unit
Radiologi ( OK, USG di Poliklinik )meliputi:
1. Pembuangan sampah sesuai jenis sampahnya, medis warna kuning, non
medis warna hitam, dan benda tajam menggunakan Safety box
2. Selalu menggunakan APD yang benar oleh petugas
3. Selalu melakukan hand hygine,
4. Petugas melakukan pembersihan alat / sarana di unit radiologi
menggunakan cairan desinfektan ( clorin )
E. Pengelolaan B3
B3 yang ada di unit radiologi :
1. Betadine

17
2. Alkohol
3. Hand rub
4. Developer
5. Fixer
Penyimpanan bahan B3 disimpan didalam lemari dan terkunci.
Penanganannya apabila terpapar B3:
a. Terkena mata : Cuci mata menggunakan air mengalir selama 15 menit
b. Tertelan : Minum air sebanyak banyaknya usahakan dimuntahkan,
dibawake UGD
c. Terhirup : Longgarkan baju terutama kerah baju, dibawa keluar ruangan
supaya mendapat udara segar.
F. Suhu dan Kelembaban
Untuk menjaga supaya peralatan tidak cepat rusak maka suhu ruangan harus
dijaga. Untuk menjaga supaya suhu dan kelembaban ruangan sesuai standar,
maka di setiap ruangan diberikan alat pencatat suhu dan kelembaban
( thermohygrometer ).
Standar suhu dan kelembaban ruangan adalah:
 Suhu < 25 °C
 Kelembaban 50-70 %
Apabila terlihat sihu diatas 25 °C maka petugas akan menurunkan pengaturan
suhu pada remote AC, apabila masih belum bisa diatasi, petugas radiologi akan
melaporkan kepada maintenance.
G. Orientasi Prosedur dan Praktek Keselamatan Kerja
Setiap petugas di Instalasi Radiologi dan luar Instalasi Radiologi ( OK, USG
Poliklinik ), diberikan orientasi mengenai prosedur keamanan kerja dan
proteksi keamanan ( umum / radiasi ), adanya pelatihan DAMKAR, BLS,
Gempa. Sedangkan untuk proteksi radiasi staff selalu menggunakan TLD di
unit kerja, penggunaan APD radiasi, dan sosialisasi oleh PPR. Sosialisasi bahan
B3 dan cara penangana apabila terkena cairan B3.
Setiap ada peralatan dan bahan berbahaya yang baru selalu disosialisasikan
kepada staff.
H. Alur Pelaporan Pajanan dan Kecelakaan Radiasi
a. Insiden
b. Tangani
c. Laporkan apabila kecelakaan berhubungan dengan radiasi maka pertama
adalah melapor kepada atasan langsung, atasan langsung meneruskan

18
kepada Petugas Proteksi Radiasi serta K3RS, lalu Petugas Proteksi
Radiasi melaporkan kepada BAPETEN.
d. Hasil Laporan
Hasil Laporan yang berhubungan dengan radiasi merupakan laporan
yang bersumber dari BAPETEN setelah dilakukan investigasi.

19
LAMPIRAN 4
DATA DOKUMEN PPR
No Jenis Nama dokumen No dokumen
1 Prosedur Menghidupkan dan mematikan 030/RAD/IX/2016
pengoperasian pesawat CT –SCAN
2 Menghidupkan dan mematikan 031/RAD/IX/2016
pesawat konvensional
3 Menghidupkan dan mematikan 012/RAD/IX/2016
pesawat mobile
4 Prosedur Penyimpanan dokumen radiasi 020/RAD/IX/2016
5 proteksi dan Penggunaan tld 019/RAD/IX/2016
keselamatan
untuk personil
6 Prosedur Perlindungan radiasi terhadap 015/RAD/IX/2016
proteksi dan pekerja radiasi, pasien dan
keselamatan lingkungan
7 untuk pasien Keselamatan kerja di unit 013/RAD/IX/2016
radiologi
8 Prosedur Penguian kebocoran apron 014/RAD/IX/2016
proteksi dan
keselamatan
untuk
pendamping
pasien
9 Penanggulanagn Penanganan kondisi darurat 012/RAD/IX/2016
keadaan darurat (kurasakan CT SCAN)
10 Kerusakan dan perbaikan alat 028/RAD/IX/2016
radiologi
11 Penanganan kondisi darurat 096/RAD/IX/2016
pesawat konvensional

20
21
1 JABATAN : Koordinator Bidang K3 Radiologi (PPR)
2 NAMA : Umar Fauzi, Amd.Rad.
3 KRITERIA : 1. Pernah mengikuti pelatihan khusus tentang
K3RS.
2. Latar belakang pendidikan adalah seorang
Radiographer
3. Pernah melakkan pelatihan Proteksi radiasi
4 URAIAN TUGAS : a. Mengikuti rapat Tim K3
b. Melakukan monitoring pengelolaan b3
Radiologi.
c. Mengusulkan perbaikan maupun
pengadaan alat – alat keselamatan di
laboratorium.
d. Membuat laporan bulanan dan 3
bulanan yang dilaporkan kepada
sekertaris K3 RS
e. Memaparkan hasil capaian program per
3 bulan
f. Memastikan ketersediaan dan kelayakan
perlengkapan proteksi radiasi, dan
memantau pemakaiannya;
g. Meninjau secara sistematik dan periodik,
program pemantauan di semua tempat
dimana pesawat sinar-X digunakan;
h. Memberikan konsultasi yang terkait
dengan proteksi dan keselamatan
radiasi;
i. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas
radiologi;
j. Mengidentifikasi kebutuhan dan
mengorganisasi kegiatan pelatihan;
k. Melaksanakan latihan penanggulangan
dan pencarian fakta dalam hal paparan
darurat;
l. Melaporkan kepada pemegang izin setiap
kejadian kegagalan operasi yang
berpotensi menimbulokan kecelakaan
radiasi; dan

22
23

Anda mungkin juga menyukai