Tahapan Praktik Lobi dan Negosiasi dalam Perebutan Hak Asuk Anak
BAB II: Isi
1. Preparation and planning
Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum memulai kegiatan lobi atau negosiasi adalah persiapan dan perencanaan. Pada tahap ini, perlu untuk diperjelas dan dipahami konflik apa yang tengah terjadi agar lobi atau negosiasi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Untuk kasus kali ini, konflik yang tengah terjadi ialah perebutan hak asuh anak antara seorang ayah dan ibu yang sudah bercerai. Pada awal perceraian hak asuh anak ada di pihak ibu mengingat anak yang bersangkutan masih berusia di bawah umur. Setelah 2 tahun bercerai, pihak ayah menggugat hak asuh tersebut dengan alasan kelalaian pihak ibu dalam mengurus anaknya. Alasan ini dilatarbelakangi oleh bukti bahwa saat beberapa kali berkunjung untuk menengok sang anak, pihak ayah menemukan dan melihat bahwa anaknya tidak diurus secara langsung oleh pihak ibu. Sang anak justru diurus oleh neneknya yaitu ibu dari pihak ibu. Setelah pihak ayah mengajukan gugatan hak asuh anak kepada pihak ibu, kedua mantan pasangan tersebut setuju untuk menempuh jalur mediasi sebagai cara untuk menyelesaikan gugatan ini. Cara ini juga dipilih agar kedua belah pihak dapat mendapatkan keputusan yang saling menguntungan dan diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Di dalam mediasi ini, terdapat beberapa pihak yang turut serta terlibat antara lain adalah pihak penggugat, pihak tergugat, pihak anak, pihak saksi dari penggugat maupun tergugat serta mediator dan moderator. 2. Definition of ground rules Tahap selanjutnya yang perlu diperjelas adalah mengidentifikasi beberapa aturan dasar saat melakukan lobi atau negosiasi. Dalam konflik perebutan hak asuh anak ini, aturan dasar yang perlu diperjelaskan antara lain adalah isu-isu apa saja yang akan dibahas. Dalam konflik ini, bahasan isu akan berfokus kepada menemukan jalan tengah dari gugatan yang diberikan pihak ayah kepada pihak ibu dengan mementingkan kebaikan dan kebutuhan anak. Sesuai persetujuan dari kedua pihak, mediasi akan dilaksanakan di ruang mediasi pengadilan pada hari Kamis, 19 Mei 2022. Adapun beberapa pihak yang berperan dalam mediasi ini adalah pihak ibu (mantan istri/tergugat), pengacara pihak ibu, ibu pihak ibu (nenek dari anak), pihak ayah (mantan suami/penggugat), pengacara pihak ayah, anak, mediator dan moderator. 3. Clarification and justification Di tahap klarifikasi dan justifikasi dijelaskan tuntutan apa saja yang diminta oleh kedua belah pihak. Pada kasus ini, pihak ayah sebagai penggugat menuntut hak asuh anak untuk diberikan kepadanya. Di sisi yang lain, pihak ibu sebagai tergugat mencoba untuk mempertahankan hak asuhnya. Berikut skenario sederhana dari praktik mediasi yang dilakukan. 1) Moderator menjelaskan keadaan sepasang suami istri dengan satu anak yang bercerai dan hak asuh anak diberikan kepada pihak istri/ibu. 2) Moderator menjelaskan keadaan dimana pihak ayah melihat bahwa ternyata sang ibu lalai dalam menjaga anaknya, sehingga pihak ayah meminta hak asuh anak ada padanya dengan mengajukan gugatan. 3) Proses gugatan dilakukan dengan cara mediasi dan mendatangkan mediator. Kedua belah pihak juga membawa pengacara dan saksinya masing-masing. Pada proses ini, pihak anak juga dihadirkan sebagai saksi. 4) Pihak ayah dan pihak ibu menajalani proses mediasi masing-masing dengan mediator. 4. Bargaining and problem solving Tahap Bargaining dan Problem Solving akan dilakukan saat proses mediasi yang akan secara langsung dipraktekkan.
5. Closure and implementation
Pada tahap ini, dilakukan penyelesaian dan jalan tengah dalam permasalahan. Pada kasus hak asuh anak ini keputusan akhir adalah hak asuh dipindahkan kepada pihak ayah atas syarat-syarat yang diajukan oleh pihak ibu dan telah disetujui kedua belah pihak. Butir-butir persetujuan yang telah disepakati diantaranya adalah: 1) Hak asuh anak dipindah ke pihak sang Ayah atas pemenuhan gugatan dari pihak mantan suami/Ayah. 2) Pihak mantan istri/Ibu memiliki kebebasan dalam mengunjungi anak, dan kedua belah pihak tetap berperan sebagai orang tua dan bertanggung jawab merawat dan membimbing anak. 3) Pihak mantan istri/Ibu memantau finansial pihak mantan suami/Ayah selama 3 bulan terhitung dari persetujuan disahkan.