1
Putaran pisau yang dibutuhkan untuk kapasitas mesin sebesar 50 kg/jam
adalah 102 rpm. Bila putaran pisau dibandingkan dengan putaran pada poros
motor, maka didapatkan rasio kecepatan sebesar 1 : 13,7
n1 D2
=
n2 D1
1400 D 2
=
102 D 1
13,7 D 2
=
1 D1
Rasio tersebut dapat digunakan ketika desain mesin menggunakan sistem
transmisi reducer dengan gearbox. Sedangkan pada desain mesin perajang
tidak menggunakan reducer gearbox dikarenakan akan menambah biaya
produksi. Maka rasio putaran pisau dan putaran poros motor diubah menjadi
n1 1
=
n2 3
Sehingga putaran pisau yang digunakan untuk perhitungan selanjutnya sebesar
466 rpm.
4.2 Perencanaan Pisau Perajang
Pisau perajang jahe digunakan untuk memotong jahe menjadi bentuk
rajangan atau irisan tipis. Pisau perajang harus dapat mengakomodir dimensi
Rajang pada jahe menurut literatur. Material pisau yang digunakan yaitu
stainless steel karna sifatnya yang anti karat sehingga aman jika langsung
bersentuhan dengan bahan makanan Rancangan mesin perajang dapat dilihat
pada Gambar 15. Gambar kerja dari pisau perajang dapat dilihat pada
Lampiran 10.
4.3 Perencanaan Motor
Daya motor yang dibutuhkan diketahui dari torsi pisau dan kecepatan
putaran pisau. Torsi pisau diketahui dari Persmaan 1, sehingga torsi pisau
sebesar :
T =8,18 . 62,5
T = 511,38 Nmm
Daya motor yang dibutuhkan diketahui dengan Persamaan 2, yaitu :
( T /1000)(2 πn /60)
P=
102
n .T
P=
9,74 x 105
2
466,7 .511,38
P=
9,74 x 105
P=0,245 Kw
Daya motor hasil perhitungan perlu dikalikan dengan faktor koreksi agar
terhindar dari kerusakan yang berat, sehingga daya motor yang dibutuhkan
sebesar :
Pd=fc . P ( KW )
Pd=1,5 . 0,245(KW )
Pd=0,367 Kw = 0,49 HP
Motor yang digunakan adalah motor listrik AC dengan daya sebesar 0,5 HP
karena ketersediaan motor dipasar yang memenuhi kebutuhan daya
perajangan adalah motor 0,5 HP.
3
Diameter pulley yang terlalu besar dan kesediaan dipasar tidak ada serta
memerhatikan dari segi ekonomisnya, maka pulley digerakkan yang akan
digunakan adalah pulley dengan diameter 250 mm, sehingga rasio pulley
menjadi berikut :
D 1 75 mm
=
D 2 250 mm
D1 1
=
D2 3
Rasio pulley 1:3, sehingga hasil perhitungan kecepatan putar pisau sebagai
berikut :
n1 D2
=
n2 D1
1400 250
=
n2 75
n2 = 466 rpm
4
C = Jarak sumbu poros
dk1 = Diameter luar pulley penggera
dk2 = Diameter luar pulley digerakkan
K merupakan konstanta untuk V-Belt tipe A, yaitu sebesar 4,5 (Sularso et al,
2004). Nilai diameter luar pulley penggerak (dk1) dan digerakkan (dk2) diperoleh
melalui perhitungan sebagai berikut :
dk1 = 75 + (2 x 4,5)
dk1 = 84 mm
dk2 = 250 + (2 x 4,5)
dk2 = 259 mm
Berdasarkan hasil perhitungan, jarak sumbu poros (C) lebih besar daripada nilai
operasi dkn maka jarak sumbu poros yang bernilai 258 mm dapat digunakan.
Panjang belt dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 12. Panjang
belt dapat dihitung sebagai berikut :
π ( D −d )2
L= ( D2 +d 1 ) +2 C+ 2 1
2 4C
2
3,14 ( 250−75 )
L= ( 250+75 ) +2 ( 258 )+
2 4 ( 258 )
L=510,25+516+ 29,67
L=1055,9 mm=41,57 Inch
Panjang sabuk yang dibutuhkan adalah 1055,9 mm atau 41,57 Inch, sehingga
nomor nominal sabuk yang dibutuhkan adalah 42. Tipe V-Belt yang digunakan
5
adalah V-Belt tipe A karena tipe tersebut cukup untuk metransmisikan daya
yang dibutuhkan, yaitu sebesar 0,5 HP atau 0,377 kW.
4.5.2 Kecepatan Linier Belt
Kecepatan linier pada belt dapat diketahui dengan Persamaan 5, sehingga
perhitungan kecepatan belt sebagai berikut :
π .D.n
V=
60
3,14.0,075 .1400
V=
60
V =5,495m/ s
°
57 ( D2−D1 )
θ=180 −
C
° 57 ( 250−75 )
θ=180 −
258
θ=141,3o = 2,46 rad
6
2
T c =( ρ. a . l). v
T c =(1140.2,0253 x 10−7 .1) .5,4952
T c =1,108 N
2.3 log ( )
Tt
Ts
=μ . θ cosec β
2.3 log
( 1416,602
Ts
)=0,25.2,46.3,62
2.3 log ( )=2,2263
1416,602
T s
log
( 1416,602
T )=0,967
s
( 1416,602
T s
)=9,268
( 1416,602
9,268 )
=T s
Ts = 152,848 N
7
4.5.5 Jumlah Belt
Jumlah belt dapat dihitung dari daya yang dibutuhkan dibagi dengan daya
yang dapat ditransmisikan oleh belt. Perhitungan jumlah belt sebagai berikut :
P
Jumlah Belt =
Pt
377Watt
Jumlah Belt =
6944,3Watt
Jumlah Belt = 0,05 = 1 Belt
Beban pada pulley (Wb) dapat diketahui melalui perhitungan sebagai berikut :
Wb = Tt + Ts = 1416,602 N +152,848 N = 1569,45 N
8
Momen bending yang terjadi pada poros dapat diketahui dengan analisa
momen dan gaya yang terjadi pada poros. Perhitungan momen bending
sebagai berikut :
∑ MB=0
RAV .210+1569,45.56=0
−87889,2
RAV =
210
RAV =−418,52 Nmm
∑ fg=0
−RAV + RBV +WB=0
−418,52+ RBV −1569,45=0
RBV =1987,97
Gambar 4.2. Arah Gaya Reaksi dan Momen Bending Pada Poros
Te= √ M +T
2 2
9
Nilai equivalent twisting moment dapat digunakan untuk mencari nilai dari
equivalent bending moment (Me)
1
Me= ( M +Te )
2
1
Me= ( 111326,32+193255,8 )
2
Me=152291,1 Nmm
( σ b )=0,36.793
( σ b )=285,48 N /mm 2
Tegangan geser ijin ( γ )=0,18. σ t
( γ )=0,18.793
( γ )=142,74 N /mm2
d=19,03mm
10
Diameter poros yang mempertimbangkan equivalent twisting moment
harus dibandingkan dengan diameter poros dari pertimbangan equivalent
bending moment. Nilai yang terbesar akan menjadi diameter poros yang
dibutuhkan. Berikut adalah perhitungan diameter poros :
1 3
Me= π . σ b .d
32
1
152291,1= 3,14. 285,48. d 3
32
3
152291,1=28,01. d
d 3=5437
d= √5437
3
d=17,58mm
Tegangan geser yang terjadi pada poros sebesar 117,457 N/mm 2, sedangkan
tegangan geser ijin poros sebesar 142,74 N /mm2 . Nilai tegangan geser yang
terjadi pada poros lebih kecil daripada tegangan geser ijin. Artinya, rancangan
poros dengan bahan SS201 diameter 19 mm aman untuk digunakan
11
2
Tegangan tarik ijin ( σ b )=285,48 N /mm
Setelah diketahui nilai tebal pasak maka dilakukan perhitungan panjang pasak
akibat crushing. Perhitungan tersebut sebagai berikut :
3,14.142,74 . 192
L=
4.3,167.285,48
161801,4996
L=
3616,46064
L=44,74 mm
12
Panjang pasak yang digunakan adalah hasil perhitungan panjang dengan
mempertimbangkan crushing karena memiliki nilai terbesar.
13
4.8 Perencanaan Bantalan (Bearing)
Perencanaan bantalan pada poros perajang dengan diameter 19 mm
dilakukan pada nomor nominal bantalan yang digunakan adalah 204 dengan
diameter bore 19 mm. Tipe bantalan yang dipilih adalah tipe deep groove ball
bearing dengan diameter luar 47 mm dan lebar 14 mm. Perencanaan bantalan
memerlukan analisa beban radial dan beban axial yang terdapat pada poros
perajang. Beban radial merupakan beban v-belt dan gaya perajangan,
sedangkan beban axial merupakan beban penekanan pada hopper. Beban
radial dan beban axial dapat dihitung sebagai berikut :
Beban radial (Fr) = Wb + F2
Fr = 1569,45 + 11,7
Fr = 1581,15 N
Nilai X dan Y dapat dicari pada Lampiran 12. Spesifikasi pada bantalan tipe
deep groove ball bearing dibutuhkan untuk mengetahui nilai X dan Y. Apabila
nilai Fa sebesar 6,56 N, dan nilai Co pada nomor bantalan 204 sebesar 6550 N.
Maka spesifikasi bantalan sebesar :
Fa
Spesifikasi =
Co
6,56
Spesifikasi =
6550
Spesifikasi = 0,001
Sehingga nilai X dan Y yang digunakan sebesar 1 dan 0. Nilai beban ekuivalen
dinamik dapat dihitung sebagai berikut :
Pr = X.V.Fr + Y.Fa
Pr = 1.1.1581,15 + 0. 6,56
Pr = 1581,15 N
14
Beban ekuivalen dinamik digunakan untuk menghitung umur nominal bantalan
(Lh). Umur nominal bantalan didapatkan dengan mengetahui faktor kecepatan f n
dan faktor umur fh. Perhitungan faktor kecepatan sebagai berikut :
Faktor Kecepatan(ƒ n)=¿
ƒn =¿
ƒn =0,414
Nilai faktor umur (fh) dapat diketahui dengan beban nominal dinamis spesifik
dan beban ewkuivalen dinamis. Nilai beban nominal dinamis spesifik (C) untuk
nomor nominal bantalan 204 dapat dilihat pada Lampiran 13 sebesar 10.000
N.
C 10000
Faktor Umur (ƒ¿¿ h)¿= ƒn = 0,414 = 2,618
P 1581,15
15
terdapat bidang miring yang berfungsi sebagai tempat jatuhnya bahan hasil
sawutan yang akan keluar pada hopper output. Pada bidang miring terdapat
lubang untuk pemasangan poros dan bearing. Lubang poros berdiameter 20
mm, dan lubang untuk pemasangan bearing berdiameter 8 mm. Bidang miring
tersebut dipasangkan didalam cover.
4.10.2 Pembuatan Hopper Input
Hopper input merupakan tempat untuk memasukkan bahan saat proses
perajangan. Hopper input berada pada bagian penutup mesin. Proses
pembuatan hopper input dilakukan dengan memotong Plat stainless steel
membentuk lingkaran dengan diameter 312 mm. Plat dengan dimensi panjang
982 mm dan lebar 20 mm dipotong. Hopper input terbuat dari pipa stainless
steel dengan diameter 75 mm dan panjang 150 mm. Plat segi empat dilas
mengelilingi plat lingkaran sehingga membentuk sebuah penutup.
Hopper input juga dilengkapi dengan mekanisme pendorong otomatis yang
menggunakan motor stepper sebagai sumber penggeraknya, dan
mikrokontroler arduino uno sebagai kontrol dari motor stepper. Motor stepper
diatur untuk berputar searah jarum jam sebanyak 120 putaran lalu dilanjutkan
berputar berlawanan arah jaraum jam sebanyak 120 putaran. Berikut
merupakan coding yang digunakan pada arduino uno :
16
digitalWrite(stepPin,LOW);
delayMicroseconds(500);
}
{
digitalWrite(dirPin, LOW); // set direction, HIGH for clockwise, LOW for
anticlockwise
}
delay(1000); // delay for 1 second
for(int x = 0; x<24000; x++) { // loop for 200 steps
digitalWrite(stepPin,HIGH);
delayMicroseconds(500);
digitalWrite(stepPin,LOW);
delayMicroseconds(500);
}
delay(1000); // delay for 1 second
}
4.10.3 Pembuatan Hopper Output
Hopper output terbuat dari bahan stainless steel dengan dimensi panjang
158 mm, lebar 99 mm, dan tinggi 50 mm. Untuk membuat hopper output, plat
stainless steel dimal dengan mal yang telah didesain. Gambar kerja hopper
output dapat dilihat pada Lampiran 7. Hopper output memiliki profil kanal
(channel), untuk membuat profil kanal, plat yang telah dimal ditekuk dengan
penekuk plat sebesar 90o. Kemudian hopper output dilas pada lubang hopper
output yang telah dibuat pada cover mesin.
4.10.4 Pembuatan Dudukan Motor Listrik
Dudukan motor listrik terletak pada bagian belakang cover dengan posisi
vertikal. Dudukan motor berdimensi panjang 175 mm, lebar 50 mm, dan tinggi
245 mm. Pada dudukan motor terdapat lubang untuk memasang baut. Lubang
baut berjumlah 4 buah dan berdiameter 8 mm. Plat dipotong dengan ukuran
panjang 275 mm dan lebar 245 mm. Plat yang terlah dipotong ditekuk sebesar
o
90 dengan penekuk plat. Jarak garis tekuk sebesar 50 mm dari masing-
masing sisi lebar plat. Pada bagian dalam dudukan terdapat mur yang dilas
pada setiap lubang baut. Dudukan motor dilas pada bagian belakang cover.
17
4.10.5 Pembuatan Dudukan Bearing
Dudukan bearing berada pada posisi 50 mm dari bawah cover mesin.
Dimensi dudukan bearing berdiameter 300 mm dan memiliki bagian kupingan
sebagai tempat baut dan mur. Pada dudukan bearing terdapat lubang poros
dengan diameter lubang 19 mm dan lubang baut bearing sebesar 8 mm.
Pembuatan lubang pada dudukan bearing menggunakan alat bor duduk
dengan daya motor 1 HP.
4.10.6 Perakitan Mesin
Bagian-bagian mesin yang telah dibuat selanjutnya dirakit menjadi satu
bagian mesin yang utuh. Langkah-langkah perakitan mesin perajang jahe
diawali dengan memasang piringan pisau perajang pada ujung atas poros,
pemasangan piringan pada poros menggunakan baut M8 sebagai mechanical
fastener. Langkah kedua dilakukan di mana pillow block bearing UCFL 204-
dipasangkan pada bidang miring cover. Langkah ketiga adalah memasang
dudukan bearing pada posisi 50 mm dari bawah cover. Pillow block bearing
UCFL 204- dipasangkan pada dudukan bearing. Pulley 250 mm dipasangkan
pada poros perajang. Selanjutnya memasangkan motor pada dudukan motor,
pulley 75 mm dipasangkan pada poros spindel motor listrik. V-Belt A-42
dipasangkan pada pulley. Langkah terakhir adalah memasang penutup mesin.
Gambar kerja perakitan mesin dapat dilihat pada Lampiran 2. Penampakan
mesin penyawut yang telah dirakit dapat dilihat pada Gambar 4.9
4.11 Pengujian Mesin Perajang Jahe
4.11.1 Uji Kapasitas Aktual (Kg/Jam)
Uji kapasitas aktual dilakukan dengan 3 kali ulangan di mana massa jahe
yang digunakan pada masing-masing ulangan sebesar 300 gram. Hasil dari
pengujian kapasitas aktual mesin perajang jahe dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.1. Kapasitas Aktual Mesin Penyawut Singkong
Massa (Kg) Waktu (Detik) Kapasitas (Kg/Jam)
Ulangan 1 0,3 21 51,4
Ulangan 2 0,3 22 49,09
Ulangan 3 0,3 26 41,53
Rata-rata 0,3 23 47,3
Dapat dilihat pada Tabel 4.2. bahwa kapasitas aktual rata-rata mesin
perajang jahe adalah 47,3 Kg/Jam. Kapasitas tertinggi terdapat pada ulangan 1
dengan nilai sebesar 51,4 Kg/Jam. Kapasitas terendah terdapat pada ulangan 3
18
dengan nilai 41,53 Kg/Jam. Kapasitas teoritis yang direncanakan sebesar 50
Kg/Jam, pada pengujian kapasitas aktual didapatkan nilai rata-rata sebesar
47,3 Kg/Jam. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa kapasitas aktual
memiliki nilai yang lebih rendah daripada kapasitas teoritis yang direncanakan.
Hal tersebut dikarenakan terdapat human error saat menguji waktu perajangan
dan kurangnya sumber daya manusia pada saat proses pengujian.
4.11.2 Uji Daya Mesin (HP)
Uji daya mesin diperlukan untuk mengetahui daya perajangan aktual dan
mengetahui torsi aktual. Pada tahap pengujian, daya awal sebelum jahe
mengalami proses perajangan diukur terlebih dahulu menggunakan alat ukur
power meter. Besarnya daya motor listrik sebelum proses perajangan adalah
181,6 Watt. Daya motor pada saat proses perajangan jahe dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
Tabel 4. 2. Daya Motor Listrik Saat Proses Penyawutan Singkong
No Ulangan Massa (Kg) Daya (Watt)
1 Ulangan 1 0,3 247,2
2 Ulangan 2 0,3 190,2
3 Ulangan 3 0,3 296,6
Rata-Rata 0,3 244,67
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa daya motor pada saat proses perajangan
bernilai 244,67 watt. Daya motor pada proses perajangan lebih besar daripada
daya sebelum proses perajangan dikarenakan terdapat beban kerja pada
piringan pisau perajangan untuk melakukan proses perajangan pada jahe.
Daya motor teoritis yang diperoleh dari hasil rancangan sebesar 367 watt, nilai
daya motor teoritis lebih besar dari daya aktual dikarenakan pada tahap
perencanaan terdapat faktor koreksi untuk menghindari dari kerusakan akibat
kelebihan beban kerja pada motor listrik.
4.11.3 Uji Kecepatan Putar Pisau (rpm)
Kecepatan putar pisau perajang sebelum melakukan proses perajangan
didapatkan sebesar 452 rpm. Data kecepatan putar pisau aktual dapat dilihat
pada Tabel 4.5.
Tabel 4.3. Kecepatan Putar Pisau Penyawut Singkong
Kecepatan Putar
No Ulangan Massa (Kg)
(rpm)
1 Ulangan 1 0,3 424
2 Ulangan 2 0,3 441
3 Ulangan 3 0,3 450
19
Rata-Rata 0,3 438
Pada Tabel 4.6. dapat dilihat bahwa torsi aktual yang didapatkan dari
perhitungan daya motor dan kecepatan putar sebesar 544,0835 Nmm. Nilai
tersebut lebih besar daripada nilai torsi teoritis dalam perencanaan. Torsi
teoritis dalam perencanaan sebesar 511,38 Nmm. Hal tersebut dikarenakan
pada perencanaan torsi teoritis, gaya potong jahe yang digunakan dalam
perhitungan diperoleh saat penelitian pendahuluan yang bernilai 8,18 N,
sedangkan torsi aktual pada mesin perajang jahe menunjukkan apabila nilai
torsi dibagi dengan jari-jari piringan pisau perajangan sebesar 62,5 mm
menghasilkan gaya perajangan jahe sebesar 8,705336 N
4.12 Spesifikasi Mesin Perajang Jahe
Penelitian rancang bangun mesin perajang jahe menghasilkan mesin
perajang jahe dengan spesifikasi mesin yang dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Hasil rancang bangun mesin perajang jahe dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Tabel 4.5. Spesifikasi Mesin Penyawut Singkong
Spesifikasi Mesin Penyawut Singkong
Model Vertikal
Motor Penggerak Motor AC 1 Phase
Daya Motor/Putaran Motor 0,5 HP/1440 rpm
Dimensi :
- Tinggi Cover 440 mm
- Diameter Cover 320 mm
20
- Hopper Input ∅ 75 mm x 150 mm
- Diameter Piringan Pisau 250 mm
- Diameter Pulley Penyawut 250 mm
- Diameter Pulley Penggerak 75 mm
- Tipe V-Belt A-42
- Diameter Poros 19 mm
- Tipe Bearing UCFL 204-
- Hopper Output 158 x 99 x 50 mm
Jumlah Pisau 4 Unit
Material Stainless Steel 201
Kapasitas Mesin 47,3 Kg/Jam
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada rancang bangun mesin
penyawut singkong didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Mesin penyawut singkong yang dibuat dari material stainless steel memiliki
spesifikasi yaitu pisau perajang sebanyak 4 buah dengan dimensi lebar
lubang pisau 4 mm, tinggi pisau 1,8 mm, dimensi mesin ∅ 320 mm x 440
mm x 720 mm, motor penggerak berupa motor listrik arus AC 1 fasa
dengan daya 0,5 HP, diameter poros 19 mm dengan tegangan kerja pada
poros penyawut sebesar 44,1338 N/mm2, dan kapasitas efektif mesin
penyawut sebesar 47,3 kg/jam.
21
5.2 Saran
Dibutuhkan sumber daya manusia yang cukup untuk melakukan pengujian
alat minimal 5 orang, 1 orang mengukur daya motor, 1 orang sebagai operator
mesin, 1 orang mengukur waktu perajangan, 2 orang untuk mengukur
kecepatan pisau perajang, 1 orang untuk memasukkan bahan kedalam hopper.
DAFTAR PUSTAKA
22
Hemmaty, Y. 1998. dalam Kusbiantoro, A., C. Ummi, Soehartono. 2016.
Perbandingan Analisa Balok Baja dengan Cara Teoritis dan Finite
Element Analysis. Jurnal Neo Teknika, Vol. 2, No.1
Hidayat, B., Akmal S., Surfiana. 2016. Pengaturan Ketebalan Irisan Ubi Kayu
Untuk Meningkatkan Rendemen Dan Karakteristik Beras Siger
(Tiwul Modifikasi). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol.16(3):
178-185
Irawan. 2009. Diktat Elemen Mesin. Universitas Tarumanegara. Jakarta.
Khurmi, R.S., Gupta, J.K. 2005. A Text Book of Machine Design. Eurasia
Publishing House (PVT.) LTD. New Delhi.
Lin, H. J., W. M. Lai, Y. M. Kuo. 2010. Dalam Yaqin, R. I., J. P. Siahaan, S. H.
Pranoto. 2019. Analisis Tegangan Propeller Kapal Penangkap Ikan
di Kota Dumai Menggunakan Finite Element Analysis. Jurnal
Teknologi terapan, Volume 5, Nomor 2
Lutfi, M., Setiawan, S., Nugroho W.A. 2010. Rancang Bangun Perajang Ubi
Kayu Pisau Horizontal. Jurnal Rekayasa Mesin. Vol.1(2): 41-46
Mott, R. L. 2004. Machine Elements in Mechanical Design Fourth Edition.
Pearson Prentice Hall. Upper Saddle River New Jersey
Naradiagung, R. 2009. Simulasi FEM dan Proses Produksi Alat Pengukur
Kestabilan Putaran Roda Depan Sepeda Motor. Skripsi. Universitas
Indonesia. Depok
Nirwanto, W. 2012. Karakterisasi Morfologi dan Pola Pita Isozim pada Ubi
Kayu (Manihot esculenta, Crantz) Tinggi Beta Karoten. Universitas
Indonesia. Depok.
Oriola, K.O., Raji, A.O. 2014. Physical Properties of Cassava (Manihot
esculenta, Crantz) Root. Ladoke Akintola University of Technology.
Ogbomoso.
Pranoto, S. H. dan Mahardika, M. 2018. Dalam Yaqin, R. I., J. P. Siahaan, S. H.
Pranoto. 2019. Analisis Tegangan Propeller Kapal Penangkap Ikan
di Kota Dumai Menggunakan Finite Element Analysis. Jurnal
Teknologi terapan, Volume 5(2) : 56-63
Purnomo, Hansyah, M.R. 2017. Rancang Bangun Mesin Perajang Singkong
untuk Keripik dengan Satu Pendorong Berbasis Bandul. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
23
Purwanti, M., Jamaluddin P, Kadirman. 2017. Penguapan Air Dan
Penyusutan Irisan Ubi Kayu Selama Proses Pengeringan
Menggunakan Mesin Cabinet Dryer. Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian. Vol.3(2017): 127-136
Putri, S A., Agustin W, Ikasari D.M, Luthfian R., Sari R.P. 2014. Perbaikan Tata
Letak Fasilitas Produksi Tepung Ubi Jalar Pada Gabungan
Kelompok Tani Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis. Jurnal Teknologi
Pertanian. Vol.15(1): 67-76
Rahmi, M., D. Canra, S. Suliono. 2018. Dalam Yaqin, R. I., J. P. Siahaan, S. H.
Pranoto. 2019. Analisis Tegangan Propeller Kapal Penangkap Ikan
di Kota Dumai Menggunakan Finite Element Analysis. Jurnal
Teknologi terapan, Volume 5( 2) : 56-63
Saleh, Nasir, Taufiq A, Widodo Y, Sundari T. 2016. Pedoman Budidaya Ubi
Kayu di Indonesia. IAARD Press. Jakarta.
Sularso, Suga K. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Tastra, I.K. 2011. Modifikasi dan Evaluasi Kinerja Mesin Penyawut Ubi
Kayu. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Malang
Uddin, R. 2012. Pemanfaatan Tepung Singkong dalam Makanan
Kontinental (Udang Goreng Tepung Gaplek Saus Telur Asin, Round
Cassava Egg, Cassava Banana Crepe). Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.
Ujawan, I. N. 2008. Ekonomi Teknik. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Surabaya.
USDA. 2019. Manihot esculenta crantz cassava. Diakses dari
https://plants.usda.gov/core/profile?symbol=MAES pada tanggal 4
November 2019
24
LAMPIRAN
25
Lampiran 2. Kerja Mesin Penyawut Singkong
26
Lampiran 3. Kerja Plat Cover Mesin Pendingin
27
Lampiran 4. Kerja Plat Dudukan Motor
28
Lampiran 5. Kerja Plat Bidang Miring COver
29
Lampiran 6. Kerja Dudukan Bearing Bawah
30
Lampiran 7. Kerja Plat Hopper Output
31
Lampiran 8. Kerja Kebetulan Plat Stainless sreel 1
32
Lampiran 9. Kerja Kebutuhan plat stainless steel 2
33
Lampiran 10. Kerja Pisau Penyawut Singkong
34
Lampiran 11. Kerja Poros Mesin Penyawut
35
Lampiran 12. Nilai X dan Y pada Rolling Contant Bearing (Khumi, 2015)
36
Lampiran 13. Nilai Beban Nominal Dinamis Spesifik (C)
37
Lampiran 14. Karakteristik Material Staniless Stell 201 (Molt, 2014)
38
Lampiran 15. Data Hasil Sawitan Singkong
Ulangan 1
No Panjang (mm) Lebar (mm) Tebal (mm)
1 42.2 3.9 1.45
2 40.5 3.8 1.1
3 40.9 4.5 1.4
4 41.2 3.8 1.6
5 41.6 3.3 1.1
6 47.7 4.05 1.2
7 31 3.8 1.4
8 39 4 1.5
9 50 4 1.4
10 30 4 1.4
Rata-rata 40.41 3.915 1.355
Ulangan 2
No Panjang (mm) Lebar (mm) Tebal (mm)
1 46 3 1
2 37 3 1.2
3 43.2 4.4 1.7
4 43.4 4.2 1.6
5 42 3.5 1.02
6 53 4 1.5
7 53.5 3.8 0.95
8 50 3.5 1
9 51.3 4 1.4
10 52 3.3 1.02
Rata-rata 47.14 3.67 1.239
39
Ulangan 3
No Panjang (mm) Lebar (mm) Tebal (mm)
1 47.4 3.9 1.45
2 40.3 4.3 1.6
3 43 3.5 0.8
4 53 4 1.5
5 50 3.2 1.5
6 57.5 3.3 1.35
7 51.2 3.9 1.02
8 57 3.4 0.8
9 42.3 3.4 1
10 38.8 4 1.7
Rata-rata 48.05 3.69 1.272
40