Buku-Pedoman-Mmi
Buku-Pedoman-Mmi
1
Daftar Isi
KATA SAMBUTAN
DAFTAR ISI
Puji dan Syukur hanyalah kepada Allah S.W.T. dengan segala kekuasaannya
sehingga mampu memberikan kesempatan dalam menyelesaikan sebuah gagasan
hingga terbit Buku Pedoman Mediator khususnya bagi Anggota Mediator Masyarakat
Indonesia (MMI). Dengan terbitnya buku pedoman ini, besar harapan kami agar
dapat dibaca dan diterima di tangan semuanya anggota, dimana buku pedoman ini
akan dapat memberikan gambaran tentang Profesi Mediator Bersertifikat atau yang
dikenal juga Mediator Non Hakim khususnya bagi calon mediator atau mediator
bersertifikat yang beru terjun dalam dunia mediator agar bisa mengembangkan
karirnya sebagai Mediator Bersertifikat untuk sukses kedepannya.
Problematika yang sering terjadi bagi Mediator Bersertifikat pemula adalah
menyangkut tentang bagaimana etika dalam menjalankan profesi serta bagaimana
pemberkasan (rekes-rekes) mediator yang baik didalam pengadilan maupun diluar
pengadilan. Dengan adanya buku pedoman ini dapat memberikan gambaran kepada
Anggota MMI tentang profesi mediator kedepannya, dimana kami harapkan setiap
anggota MMI harus tumbuh, dan terus berkembang secara dinamis seiring
perkembangan waktu serta tetap bisa bertahan dalam menjalankan karir sebagai
seorang Mediator secara profesional.
Untuk itu dengan hadirnya buku pedoman ini diharapkan dapat memberikan
arahan kepada Calon Mediator atau anggota MMI, sebuah proses membangun karir
menjadi mediator yang baik dan benar sehingga bisa mandiri dalam membangun
sebuah kantor mediator kedepannya dan menjadi sukses dalam karir sebagai Profesi
Mediator Bersertifikat.
Pada prinsipnya setiap organisasi profesi harus memiliki Kode Etik sebagai rambu-
rambu bagi setiap anggotanya dalam menjalankan tugas profesi. Pada umumnya
dalam kode etik mengatur kewajiban serta memberikan perlindungan hukum kepada
setiap anggotanya didalam menjalankan tugas dan profesinya didalam masyarakat.
Mediator merupakan salah satu profesi yang menjalankan tugas dan fungsi dalam
menyelesaikan segala sengketa yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat,
Mediator dalam menjalankan profesinya berada dibawah ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan Kode Etik. Mediator didalam menjalankan
profesi bersifat netral (tidak memihak) dan memiliki kebebasan yang didasarkan
kepada Kejujuran, Kehormatan, Kemandirian, Kerahasiaan dan Keterbukaan.
Sehingga dalam menjalankan profesi sebagai Mediator harus memahami berbagai
aturan didalam bertindak baik sesama teman sejawat maupun kepada masyarakat
pengguna jasa mediator.
Untuk itu setiap Mediator diwajibkan untuk menjaga etika, kewibawaan, martabat
dan kehormatan profesi Mediator, serta setia dan menjunjung setiap anggota
Mediator wajib menjunjung tinggi Kode Etik Mediator, yang mana pelaksanaan Kode
Etik ini diawasi oleh Dewan Pengawas sebagai penegak atas pelanggaran Kode Etik
yang dilakukan oleh anggota Mediator yang tergabung dalam Mediator Masyarakat
Indonesia (MMI), agar terjadi kontrol yang baik sehingga dapat memberikan manfaat
bagi anggota maupun bagi masyarakat luas.
Kode Etik Mediator Masyarakat Indonesia (KE MMI) adalah sebagai hukum tertinggi
didalam menjalankan profesi Mediator khususnya bagi anggota Mediator, yang
menjamin dan memberikan perlindungan serta tetap membebankan kewajiban
kepada setiap anggota Mediator untuk adil, jujur dan bertanggung jawab dalam
menjalankan profesinya baik kepada pihak pengguna jasa mediator, sesama teman
sejawat, lembaga pengadilan, negara atau masyarakat pada umumnya maupun
kepada setiap diri anggota Mediator.
2
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dengan :
a. Mediator adalah Hakim atau pihak lain yang memiliki Sertifikat Mediator sebagai
pihak netral yang membantu Para Pihak dalam proses perundingan guna
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan
cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
b. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator.
c. Para Pihak adalah dua atau lebih subjek hukum yang bersengketa dan
membawa sengketa mereka kepada Mediator untuk dilakukan perundingan
guna mencari penyelesaian.
d. Teman Sejawat Mediator adalah setiap orang yang berprofesi sebagai mediator
bersertifikat atau yang menjalankan profesi sebagai Mediator sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
e. Teman Mediator Asing adalah Mediator yang bukan berkewarganegaraan
Indonesia yang menjalankan praktek mediasi di Indonesia sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
f. Dewan Pengawas adalah lembaga atau badan yang dibentuk yang berfungsi
dan diberikan kewenagan untuk mengawasi pelaksanaan kode etik Mediator
sebagaimana semestinya, menerima dan memeriksa pengaduan serta
menjatuhkan sanksi terhadap Mediator yang melakukan pelanggaran Kode Etik.
g. Honorarium Mediator adalah pembayaran kepada Mediator sebagai imbalan
jasa Mediasi yang dilakukan berdasarkan kesepakatan dan atau perjanjian
dengan pengguna jasa Mediator.
BAB II
KEPRIBADIAN MEDIATOR
Pasal 2
a. Setiap Mediator dapat menolak untuk memberi jasa mediator kepada orang,
badan hukum atau lembaga lain yang memerlukan jasa mediasi dengan
alasan tidak sesuai dengan kemampuannya, dan bertentangan dengan hati
nuraninya;
3
b. Setiap Mediator tidak dapat menolak memberikan jasa mediasi dengan
alasan karena perbedaan suku, agama, ras, agama, antar golongan,
kepercayaan, keturunan, jenis kelamin, perbedaan politik dan tingkat
sosialnya.
c. Mediator didalam melakukan tugas profesinyanya tidak bertujuan semata-
mata untuk memperoleh imbalan materi tetapi lebih mengutamakan
tercapainya perdamaian dan Keadilan.
d. Mediator dalam menjalankan profesinya adalah bersifat netral, bebas, dan
mandiri serta tidak dipengaruhi oleh siapapun dan menjaga rahasia para
pihak pengguna jasa mediasi.
e. Mediator didalam menjalankan fungsinya, harus beritikad baik, tidak berpihak
dan tidak mempunyai kepentingan pribadi serta tidak mengorbankan
kepentingan Para Pihak.
f. Mediator dilarang mempengaruhi atau mengarahkan para pihak untuk
menghasilkan syarat-syarat atau klausula-klausula penyelesaian sebuah
sengketa yang dapat memberikan keuntungan pribadi bagi Mediator.
g. Mediator dalam menjalankan profesinya harus bersikap sopan terhadap
semua pihak namun wajib mempertahankan hak dan martabat sebagai
Mediator.
BAB III
KEWAJIBAN MEDIATOR
Pasal 3
a. Mediator wajib memelihara rasa saling menghormati, menjaga solidaritas
diantara Teman Sejawat Mediator.
b. Mediator wajib memelihara dan mempertahankan ketidak berpihakannya,
baik dalam wujud perkataan, sikap dan tingkah laku terhadap para
pihak yang terlibat sengketa.
c. Mediator wajib menyelenggarakan proses mediasi sesuai dengan prinsip
penentuan diri sendiri oleh Para Pihak yang bersengketa.
d. Mediator wajib memberitahukan kepada Para Pihak pada pertemuan pertama
bahwa semua bentuk penyelesaian atau hasil keputusan proses mediasi
memerlukan persetujuan Para Pihak;
4
e. Mediator wajib menjelaskan kepada Para Pihak pada pertemuan pertama
tentang pengertian dan prosedur mediasi, pengertian kaukus dan
penggunaan kaukus dalam proses mediasi serta peran Mediator.
f. Mediator wajib menghormati dan memberikan izin beberapa saat kepada
Para Pihak, antara lain untuk berkonsultasi dengan kuasa hukumnya atau
para ahli pada saat proses mediasi berlangsung.
g. Mediator wajib menghindari adanya ancaman, tekanan atau intimidasi dan
paksaan terhadap salah satu atau kedua belah pihak untuk membuat suatu
keputusan hasil mediasi.
h. Mediator wajib menjaga segala kerahasiaan informasi Para Pihak yang
terungkap dalam proses mediasi dan tidak bisa dijadikan sebai alat bukti di
persidangan;
i. Mediator wajib memusnahkan segala catatan-catatan (risalah) dalam proses
mediasi setelah berakhirnya proses mediasi yang dilakukan Para Pihak.
BAB IV
LARANGAN MEDIATOR
Pasal 4
a. Mediator yang berprofesi sebagai Advokat atau rekan pada sebuah kantor
hukum yang sama dilarang menjadi Kuasa Hukum salah satu pihak yang
bersengketa baik yang sedang ditangani selama proses mediasi maupun
sesudah mediasi.
b. Setiap Mediator dilarang menggunakan sikap atau perkataan kotor yang
berpotensi menyinggung salah satu pihak dalam proses mediasi berlangsung.
c. Mediator dilarang melakukan pertemuan secara rahasia kepada salah satu
pihak tanpa diberitahukan terlebih dahulu kepada pihak yang lain yang
bersengketa.
d. Mediator dilarang menerima hadiah atau pemberian dalam bentuk
apapun dari salah satu atau para pihak selama proses mediasi
berlangsung selain biaya mediator yang telah disepakat sebelumnya.
5
BAB V
HUBUNGAN DENGAN PARA PIHAK
Pasal 5
a. Mediator tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan
Para Pihak mengenai proses mediasi.
b. Mediator dalam menentukan besarnya Honorarium Mediator wajib
mempertimbangkan kemampuan Para Pihak, dan tidak dibenarkan membebani
Para Pihak dengan biaya-biaya yang tidak berkaitan dengan proses mediasi.
c. Mediator wajib memegang rahasia, baik dalam bentuk perkataan muapun
catatab yang terungkap selama proses mediasi yang dilakukan Para Pihak
meskipun proses mediasi selesai dilakukan.
d. Mediator yang memiliki kepentingan pribadi kepada salah satu Pihak yang
bersengketa harus mengundurkan diri sepenuhnya sebagai mediator dalam
sengketa yang akan atau sedang dalam proses mediasi.
BAB VI
PROSES MEDIASI
Pasal 6
a. Mediator menyelenggarakan perundingan atau proses mediasi secara
berimbang terhadap Para Pihak.
b. Mediator melakukan penundaan atau mengakhiri proses mediasi apabila
perilaku dari salah satu atau Para Pihak telah menyalahgunakan proses
mediasi atau tidak beritikad baik selama proses mediasi berlangsung.
c. Mediator menyelenggarakan proses mediasi sesuai dengan jadwal yang
telah disepakati Para Pihak saat pertemuan pertama.
d. Mediator dapat melakukan pemanggilan secara tertulis kepada salah satu atau
Para Pihak yang tidak hadir pada saat jadwal mediasi yang telah ditentukan
dengan membebankan biaya pemanggilan kepada Pihak yang dipanggil.
BAB VII
DEWAN PENGAWAS
Pasal 7
1. Dewan Pengawas berwenang memeriksa dan mengadili perkara pelanggaran
Kode Etik yang dilakukan oleh Mediator.
6
2. Pemeriksaan suatu pengaduan dapat dilakukan melalui Dewan Pengawas
Pusat dan Dewan Pengawas Daerah / Cabang.
3. Dewan Pengawas Daerah/Cabang memeriksa pengaduan pada tingkat pertama
dan Dewan Pengawas Pusat pada tingkat terakhir.
4. Pengaduan dapat diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan merasa
dirugikan yang dilakukan secara tertulis yang memuat tentang kronologi dan
kerugian yang diajukan kepada Dewan Pengawas Daerah / Cabang, apabila
tidak ada Pimpinan Daerah / Cabang dapat diajukan langsung kepada Dewan
Pengawas Pusat.
5. Dewan Pengawas Pusat atau Dewan Pengawas Daerah / Cabang melakukan
pemeriksaan terhadap pengaduan dan wajib diberikan keputusan paling lama
60 (enam puluh) hari kerja terbukti atau tidak terjadinya pelanggaran Kode Etik.
6. Dalam melakukan pemeriksaan pengaduan Dewan Pengawas Pusat atau
Dewan Pengawas Daerah / Cabang mempertimbangkan Alasan Pengadu,
Pembelaan Teradu, alat bukti surat dan keterangan saksi-saksi yang diajukan.
7. Keputusan Dewan Pengawas Daerah / Cabang dapat diajukan Banding kepada
Dewan Pengawas Pusat, dan atas keputusan Dewan Pengawas Pusat bersifat
final dan tidak dapat diajukan upaya lain.
BAB VIII
SANKSI-SANKSI
Pasal 8
Dewan Pengawas Pusat dan Dewan Pengawas Daerah / Cabang, dapat
menjatuhkan putusan dengan hukuman:
a. Peringatan Pertama, apabila sifat pelanggarannya tidak berat;
b. Peringatan Kedua, bilamana sifat pelanggarannya berat atau karena mengulangi
kembali melanggar kode etik dan atau tidak mengindahkan sanksi peringatan
yang pernah diberikan.
c. Pemberhentian Sementara, bilamana sifat pelanggarannya berat, tidak
mengindahkan dan tidak menghormati ketentuan kode etik atau bilamana
setelah mendapat sanksi berupa Peringatan Kedua masih mengulangi
melakukan pelanggaran kode etik.
7
d. Pemberhentian Tetap dari keanggotaan organisasi profesi bilamana dilakukan
pelanggaran kode etik dengan maksud dan tujuan merusak citra serta martabat
kehormatan profesi Mediator.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 9
Perkara-perkara pelanggaran kode etik yang belum diperiksa sebelum berlakunya
Kode Etik ini dapat diajukan baru dan akan diperiksa dan diputus berdasarkan Kode
Etik ini.
BAB X
PENUTUP
Pasal 10
Kode Etik Mediator Masyarakat Indonesia (KE MMI) ini berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 02 Desember 2019
ttd ttd
Heniy Astiyanto, S.H., CMe Dr. (can) Roy Al Minfa, S.H., M.H., CMe
ttd ttd
8
REKES MEDIATOR
DI DALAM DAN DI LUAR PENGADILAN
9
KOP SURAT MEDIATOR JIKA ADA
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan ...................................
Di
Kota .....................................................
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ..........................................................
T.T.L : .........................................................
Pekerjaan : ..........................................................
Alamat : ....................................................................................................................
....................................................................................................................
Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tentang tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan, untuk itu saya mengajukan permohonan untuk
menjadi Mediator Non Hakim serta sanggup untuk melaksanakan semua peraturan
yang telah ditetapkan. Sebagai bahan pertimbangan, berikut saya lampirkan data-
data pendukung:
1. Pas Photo;
2. Curriculum Vitae (CV);
3. Kartu Tanda Anggota Mediator dari MMI;
4. Fotocopy Ijazah Terakhir;
5. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP);
6. Fotocopy Sertifikat Mediator;
Demikian Surat Permohonan ini saya ajukan, atas perhatian dan pertimbangannya saya ucapkan
terimakasih.
Hormat Saya,
(....................................................)
10
KOP SURAT MEDIATOR JIKA ADA
Kepada Yth.
Pimpinan PT. .........................................
Di
Kota .....................................................
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ..........................................................
T.T.L : .........................................................
Pekerjaan : ..........................................................
Alamat : ....................................................................................................................
....................................................................................................................
Dengan ini saya mengajukan permohonan sebagai Mediator di perusahaan yang
bapak/ibu pimpin terkait dengan berbagai sengketa yang terjadi baik antara
perusahaan dengan perusahaan, perusahaan dengan pekerja, perusahan dengan
lingkungan masyarakat dan berbagai sengketa lainnya yang terjadi. Untuk itu
sebagai bahan pertimbangan, berikut saya lampirkan data-data pendukung:
1. Profile Company;
2. Curriculum Vitae (CV);
3. Kartu Tanda Anggota Mediator dari MMI;
4. Fotocopy Sertifikat Mediator;
Demikian Surat Permohonan ini saya ajukan, atas perhatian dan pertimbangannya saya ucapkan
terimakasih.
Hormat Saya,
(....................................................)
11
LAPORAN HASIL PEMILIHAN MEDIATOR
Demikian laporan ini kami sampaikan untuk dapat ditindak lanjuti sebagaimana
mestinya.
(...............................................) (...............................................)
12
MEMANGGIL MEDIASI
Perkara Nomor …./Pdt.G/…../PA…...*
Ditetapkan di : …………………..….
Pada tanggal : .………..……..……..
Mediator
13
RESUME PERKARA
Nomor ..../Pdt.G/20....../PA......
Yogyakarta, .......................................
Penggugat/Pemohon/Tergugat/Termohon,
------------------------------------
14
KESEPAKATAN
PERPANJANGAN WAKTU MEDIASI
Pada hari ini ................, tanggal ............., kami Para Pihak dalam perkara perdata
.............. di Pengadilan Agama ............ Nomor …./Pdt.G/ …../PA…... antara :
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
-----------------------------------------------------------------: Sebagai Penggugat/Pemohon*.
MELAWAN
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
--------------------------------------------------------------------: Sebagai Tergugat/Termohon*.
Dengan ini Para Pihak menyatakan bahwa telah mencapai kesepakatan untuk
memperpanjang waktu mediasi sampai dengan tanggal .......................
(...............................................) (...............................................)
15
Lampiran : ........................ Yogyakarta, ............ 2020
Perihal : Laporan Mediator Tentang Perpanjangan Waktu Mediasi
Kepada, Yth.
Majelis Hakim Perkara
No. ......................................
Di Pengadilan .......................
Mediator
Kepada, Yth.
Majelis Hakim Perkara
No. ......................................
Di Pengadilan .......................
Dengan Hormat,
Bersama ini kami, selaku Mediator dalam perkara yang terregistrasi nomor:
..................... pada Pengadilan ...................... melaporkan bahwa upaya perdamain
dalam proses mediasi (telah berhasil / berhasil sebagian / tidak berhasil
mencapai kesepakatan / tidak dapat dilaksanakan*) karena Pihak
Penggugat/Pemohon ......................................... kepada Tergugat/Termohon.*
Demikian laporan ini kami sampaikan untuk dapat ditindak lanjuti
sebagaimana mestinya.
Hormat Saya,
Mediator
17
Lampiran Laporan Mediator Kepada Majelis Hakim
Pada hari ini ........ tanggal ......... bulan ...... tahun 2020, Kami Para Pihak
dalam perkara perdata yang terregister nomor: ...................................... di
Pengadilan ............* Antara:
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
-----------------------------------------------------------------: Sebagai Penggugat/Pemohon*.
MELAWAN
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
--------------------------------------------------------------------: Sebagai Tergugat/Termohon*.
Dengan ini menyatakan bahwa dalam proses mediasi yang telah kami tempuh dari
tanggal .......... bulan ......... tahun .............. sampai dengan tanggal .......... bulan
......... tahun ..............,* telah berhasil mencapai kesepakatan.
Demikian pernyataan ini dibuat dan ditandatangani oleh Para Pihak dan diketahui
oleh Mediator.
Yogyakarta, .................. 2020
Pihak Penggugat / Pemohon * Pihak Tergugat / Termohon*
(...............................................) (...............................................)
Mediator
18
Model Kesepakatan Perdamaian Seluruhnya
Kesepakatan Perdamain
Pada hari ini ........ tanggal ......... bulan ...... tahun 2020, bertempat di Kantor
Pengadilan ......................, dalam proses mediasi perkara perdata perdata yang
terregister nomor: ...................................... *, Antara :
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
-----------------------------------------------------------------: Sebagai Penggugat/Pemohon*.
MELAWAN
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
--------------------------------------------------------------------: Sebagai Tergugat/Termohon*.
Dengan ini Para Pihak telah mencapai kesepakatan dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Bahwa Termohon memberikan ijin kepada Pemohon untuk melakukan
poligami;
2. Bahwa Termohon memberikan ijin tersebut dikarenakan untuk menjaga nama
baik keluarga besar dan untuk menghindari timbulnya fitnah;
3. Bahwa atas ijin tersebut Pemohon berjanji kepada Termohon akan tetap
bersikap baik, sayang, perhatian dan adil terhadap Termohon maupun anak-
anak Termohon dan Pemohon;
4. Bahwa Pemohon juga akan tetap akan menjalankan kewajibannya
sebagaimana mestinya kepada Termohon dan anak-anak Pemohon dan
Termohon;
5. Bahwa harta bersama perkawinan Pemohon dengan Termohon sampai saat ini
adalah :
a. Sebidang Tanah Perkarangan seluas ...... M2 dengan Sertifikat Hak Milik
No. ................ atas nama ....................... dan surat ukur No. .......................
tanggal ................, yang terletak di desa ........... kecamatan .........
kabupaten ........................;
19
b. 1 (satu) unit minibus merek ........ tahun ....... warna ........, Nomor Polisi
............., atas nama :.............................
c. 2 (dua) unit Kendaraan Roda 2 (dua) / Sepeda Motor:
1. Motor Honda ............. tahun ....., warna ........... dengan Nomor Polisi
......... atas nama ............................
2. Motor Honda ............. tahun ....., warna ........... dengan Nomor Polisi
......... atas nama ............................
d. Usaha Berama dengan Nama CV. Indah Sayang yang bergerak di bidang
.............., yang beralamat di Jalan ......................................, Kel ..............,
Kec ..........., Kabu/Kota .............. Provinsi;
6. Bahwa terhadap harta berama sebagaimana tersebut diatas maka Pihak
Pemohon dan Termohon sepakat untuk memberikan semuanya kepada anak-
anak Pemohon dan Termohon, yang bernama : ............................, Tempat,
Tanggal Lahir ................................
Bahwa Para Pihak mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara ini untuk menguatkan Kesepakatan Perdamaian dalam Akta Perdamaian.
Bahwa semua biaya yang timbul dalam perkara ini di tanggung oleh Pihak
Pemohon.
Demikian Kesepakatan Perdamaian ini dibuat dan ditandatangani oleh Para Pihak
dan Mediator.
(...............................................) (...............................................)
Mediator
Kepada, Yth.
Majelis Hakim Perkara
No. ......................................
Di Pengadilan .......................
Dengan Hormat,
Bersama ini kami, selaku Mediator dalam perkara Nomor: .............................
melaporkan, bahwa upaya perdamaian dalam proses mediasi tidak berhasil
mencapai kesepakatan / tidak dapat dilaksanakan* karena pihak Penggugat /
Pemohon / Tergugat / Termohon* :
- Tidak hadir setelah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut tidak
hadir dalam pertemuan mediasi tanpa alasan yang sah;
- Menghadiri pertemuan mediasi pertama, tetapi tidak pernah hadir pda
pertemuan berikutnya meskipun telah dipanggil secara patut 2 (dua) kali
berturut-turut tanpa alasan yang sah;
- Ketidakhadiran berulang-ulang yang mengganggu jadwal pertemuan mediasi
tanpa alasan sah;
- Menghadiri pertemuan mediasi, tetapi tidak mengajukan dan tidak
menanggapi resume perkara pihak lain;
- Tidak menandatangani konsep kesepakatan perdamaian yangtelah disepakati
tanpa alasan sah.
21
Penggugat / Pemohon / Tergugat / Termohon* dinyatakan tidak beritikad baik dalam
proses mediasi dan dibebani untuk membayar biaya mediasi sebagai berikut:
1. Biaya transportasi Penggugat / Pemohon / Tergugat / Termohon* untuk
menghadiri pertemuan mediasi berdasarkan pengeluaran nyata sebagaimana
kwitansi/tiket perjalanan sebesar Rp ........................... ( .......................rupiah)
dikalikan jumlah pertemuan menjadi sebesar Rp ..............................................
( ........................................ rupiah );
2. Biaya ...................... sebesar Rp........................... ( ............................ rupiah);
Sehingga keseluruhan biya mediasi yang harus dibayarkan oleh pihak Penggugat /
Pemohon / Tergugat / Termohon* adalah sebesar Rp ....................( ...............rupiah).
Mediator
22
KESEPAKATAN PARA PIHAK
MERUBAH GUGATAN
Pada hari ini ................, tanggal ............., kami Para Pihak dalam perkara perdata
......... di Pengadilan Agama ............ Nomor …./Pdt.G/ …../PA…... antara :
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
-----------------------------------------------------------------: Sebagai Penggugat/Pemohon*.
MELAWAN
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
--------------------------------------------------------------------: Sebagai Tergugat/Termohon*.
Dengan ini menyatakan bahwa Para Pihak telah mencapai kesepakatan diluar posita
dan petitum gugatan, kemudian merubah gugatan dan memasukan kesepakatan
dalam gugatan mengenai hal-hal sebagai berikut :
1. ..................................................................................................................................
2. ..................................................................................................................................
3. ..................................................................................................................................
Demikian kesepakatan ini kami buat bersama-sama untuk mejadikan maklum;
(...............................................) (...............................................)
23
KESEPAKATAN PARA PIHAK
MELIBATKAN AHLI/TOKOH MASYARAKAT
Pada hari ini ................, tanggal ............., kami Para Pihak dalam perkara perdata
......... di Pengadilan Agama ............ Nomor …./Pdt.G/ …../PA…... antara :
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
-----------------------------------------------------------------: Sebagai Penggugat/Pemohon*.
MELAWAN
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
--------------------------------------------------------------------: Sebagai Tergugat/Termohon*.
Dengan ini menyatakan bahwa Para Pihak telah mencapai kesepakatan melibatkan
tokoh masyarakat, tokoh agama atau tokoh adat bernama ..................... untuk
memberikan penjelasan atau penilaian terhadap permasalahan yang
dipersengketakan.
(...............................................) (...............................................)
Mediator
24
KESEPAKATAN PARA PIHAK
TENTANG PENDAPAT AHLI/TOKOH MASYARAKAT
Pada hari ini ................, tanggal ............., kami Para Pihak dalam perkara perdata
......... di Pengadilan Agama ............ Nomor …./Pdt.G/ …../PA…... antara :
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
-----------------------------------------------------------------: Sebagai Penggugat/Pemohon*.
MELAWAN
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
--------------------------------------------------------------------: Sebagai Tergugat/Termohon*.
Dengan ini menyatakan bahwa Para Pihak telah mencapai kesepakatan bahwa
penjelasan atau penilaian tokoh masyarakat, tokoh agama atau tokoh adat bernama
...................... terhadap permasalahan yang dipersengketakan bersifat
mengikat/tidak mengikat kepada kami berdua*;
(...............................................) (...............................................)
Mediator
25
KESEPAKATAN PERDAMAIAN
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
-----------------------------------------------------------------: Sebagai Penggugat/Pemohon*.
MELAWAN
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
--------------------------------------------------------------------: Sebagai Tergugat/Termohon*.
Dalam rangka mengakhiri sengketa antara kedua belah pihak, dengan ini Para Pihak
telah mencapai kesepakatan dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
Pasal 1
Bahwa Penggugat dan Tergugat bersedia berdamai dan kembali membina rumah
tangga serta hidup rukun lagi sebagai pasangan suami istri.
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Bahwa Tergugat sebagai istri berjanji untuk bersikap tegas sehingga intervensi atau
campur tangan keluarga tidak dominan dan tidak ada perkataan ancaman dari
26
keluarga yang membuat Pergugat sebagai suami merasa tertekan dan tidak
nyaman.
Pasal 5
Bahwa Tergugat sebagai istri berjanji untuk lebih perhatian kepada suami dan tidak
terlalu mementingkan pekerjaannya sendiri, tidak selalu membantah/melawan serta
menurut dahulu kepada suami.
Pasal 6
Bahwa Penggugat dan Tergugat berjanji dan bersedia tinggal serumah dan hidup
bersama yang terpisah dari orang tua masing-masing.
Pasal 7
Pasal 8
Bahwa semua biaya yang timbul dalam perkara ini ditanggung oleh Penggugat.
(...............................................) (...............................................)
Mediator
27
KESEPAKATAN PERDAMAIAN
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
-----------------------------------------------------------------: Sebagai Penggugat/Pemohon*.
MELAWAN
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
--------------------------------------------------------------------: Sebagai Tergugat/Termohon*.
Dalam rangka mengakhiri sengketa antara kedua belah pihak, dengan ini Para Pihak
telah mencapai kesepakatan dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
Pasal 1
Bahwa Penggugat dan Tergugat telah bersedia berdamai dengan kesungguhan hati
dan berjanji untuk bersama-sama menyelesaikan semua permasalahan dengan
jalan duduk bersama serta berbicara mencari solusi dengan baik.
Pasal 2
Bahwa Penggugat dan Tergugat membenarkan yang menjadi Obyek Sengketa
adalah HARTA BERSAMA/GONO GINI , yang berupa :
I. 1 (satu) unit Rumah BTN tipe 56 di Graha Permata Kota, Selagalas, Kota Mataram
dengan cara kredit, yang berdiri di atas tanah seluas 120 M2, dengan batas-batas
sebagai berikut :
28
II. Barang-barang peralatan rumah tangga, seperti tempat tidur, almari dan lain-
lain ;
Pasal 3
Bahwa kedua belah pihak bersepakat membagi Harta Bersama/Gono Gini tersebut
menjadi 2 (dua) dengan perhitungan sebagai berikut :
I. 1 (satu) Unit Rumah BTN tipe 56 di Graha Permata Kota, Selagalas dengan cara
kredit, yang berdiri di atas tanah seluas 120 M2, dengan batas-batas sebagai berikut :
29
terhitung dari bulan Juni 2014 sampai dengan September 2016, sehingga
total cicilan sebesar Rp. 126.000.000,- (Seratus dua puluh enam juta
rupiah).
Dari rincian pembelian rumah tersebut kedua belah pihak sepakat yaitu :
a. Untuk uang muka/DP rumah tersebut karena berasal dari uang pribadi
Pihak Penggugat sebesar Rp. 45.000.000,- (Empat puluh lima juta
rupiah) dan Pihak Tegugat sebesar Rp. 40.000.000,- (Empat puluh juta
rupiah) yang akan dikembalikan dan diambil dari harga rumah obyek
sengketa tersebut.
b. Kedua belah pihak sepakat untuk membagi 2 uang cicilan rumah
tersebut dengan rincian yaitu:
- Dari Angsuran I sampai putusan tersebut berkekuatan hukum tetap
pada bulan Pebruari 2016 terhitung 21 bulan yaitu
21 bulan x Rp. 4.500.000,- = Rp. 94.500.000,- : 2 = 47.250.000,-
Jadi masing-masing pihak akan mendapatkan uang cicilan tersebut
yaitu
Pihak Penggugat sebesar Rp. 47.250.000,-
Pihak Tergugat sebesar Rp. 47.250.000,-
- Oleh karena Pihak Tergugat setelah putusan cerai telah
berkekuatan hukum tetap masih memiliki kewajiban membayar cicilan
rumah tersebut terhitung dari bulan Maret 2016 s/d bulan September
2016 maka Pihak Tergugat akan mendapat kembalian cicilan dari
harga rumah tersebut yaitu Rp. 4.500.000,- x 7 bulan = 31.500.000,-.
c. Bahwa rumah tersebut akan dijual/diover kredit sebesar Rp.
580.000.000,- (Lima ratus delapan puluh juta rupiah) akan tetapi apabila
ada Pembeli yang menawar dibawah Rp.580.000.000,- maka Pihak
Penggugat dan Pihak Tergugat akan mempertimbangkan dan
memutuskannya secara bersama-sama, dan apabila penjualan rumah
tersebut melalui perantara maka Pihak Penggugat dan Pihak Tergugat
akan memberikan fee/jasa sebesar 2.5 % dan pajak penjualan kedua
biaya tersebut akan di ambilkan dari harga berapa terjualnya rumah
tersebut yang besarnya akan disepakati bersama antara Pihak Penggugat
dengan Pihak Tergugat, sehingga bisa jadi pendapat Pihak Penggugat
dan Pihak Tergugat akan berubah sesuai dengan harga jual rumah
30
tersebut dan antara Pihak Penggugat dan Pihak Tergugat akan
menyepakatinya bersama.
Bahwa Pihak Penggugat dan Pihak Tergugat akan mendapatkan bagian
dari hasil penjualan rumah tersebut setelah di kurangi dengan
pembebasan sertifikat sebesar Rp. 310.000.000,- sehingga Pihak
Penggugat dan Pihak Tergugat akan mendapat bagian sebagai berikut :
Harga beli Rp. 387.600.000,-
Harga jual Rp. 580.000.000,-
Keuntungan Rp. 192.400.000,-
PENGGUGAT :
DP Rp. 45.000.000,-
Cicilan Rp. 47.250.000,-
Harga rumah Rp. 96.200.000,-
Total Rp. 188.450.000,-
TERGUGAT :
DP Rp. 40.000.000,-
Cicilan Rp. 47.250.000,-
Cicilan 7 bln Rp. 31.500.000,-
Harga rumah Rp. 96.200.000,-
Total Rp. 214.950.000,-
Bahwa bagian Pihak Tergugat akan diambilkan dari uang yang digunakan
untuk pembebasan sertifikat.
II. 1 (satu) unit Mobil Kijang Inova dengan Plat /Nopol: DR 1535 AL, tahun 2008,
warna hitam, harga Rp.187.000.000,- (Seratus delapan puluh tujuh juta rupiah) oleh
karena uang cicilan untuk pembelian Mobil Kjang Inova tersebut dilakukan selama
masa perkawinan Pihak Penggugat dengan PihakTergugat, maka Pihak Tergugat
harus memberikan uang cicilan tersebut sebesar Rp. 10.000.000,-. (Sepuluh juta
rupiah) kepada Pihak Penggugat. Dan akan diberikan oleh Pihak Tergugat pada
saat penandatangan Kesepakatan perdamaian ini.
31
III. Barang-barang peralatan rumah tangga (seperti tempat tidur, almari dan lain-lain)
milik Pihak Pertama, akan dikembalikan oleh Pihak Tergugat dan Pihak Tergugat
maupun keluarga Pihak Tergugat tidak akan menghalang-halangi pada saat Pihak
Penggugat datang untuk mengambil barang milik Pihak Penggugat tersebut. Yang
sebelumnya sudah di persiapkan oleh Pihak Tergugat dan Pihak Tergugat juga
akan memberikan apabila ada beberapa barang milik Pihak Penggugat masih
ada/tertinggal di rumah Pihak Tergugat.
Pasal 4
Bahwa Pihak Tergugat sanggup memberikan apa yang menjadi tuntutan Pihak Penggugat
pada Poin II berupa penggantian uang cicilan 1 (satu) unit Mobil Kijang Inova sejumlah
Rp. 10.000.000,-. (Sepuluh juta rupiah) tersebut dilaksanakan pada saat penandatangan
kesepakatan perdamaian ini, sedangkan tuntutan pada Poin III berupa Barang-barang
peralatan rumah tangga akan diberikan sesuai dengan waktu (hari dan tanggal) yang
ditentukan oleh Pihak Penggugat.
Pasal 5
Bahwa khusus untuk Point I berupa 1 (satu) unit rumah BTN tipe 56 di Graha Permata
Kota, Selagalas, Kota Mataram akan di realisasikan pada saat obyek sengketa telah
dijual/over kredit, dimana Pihak Penggugat dan Pihak Tergugat akan secara bersama-
sama mencari pembeli, sehingga soal harga apabila bisa lebih tinggi dari harga jual
sebesar Rp. 580.000.000,- (Lima ratus delapan puluh juta rupiah), maka kedua belah pihak
akan sama-sama diuntungkan dan tidak akan ada keberatan dari Pihak Penggugat
maupun PihakTergugat.
Pasal 6
Bahwa Penggugat dan Tergugat selanjutnya tidak akan lagi saling
mempermasalahkan ataupun saling menuntut hak-hak dan kewajiban yang
berkaitan dengan Harta Bersama/Gono Gini tersebut ;
Pasal 7
Bahwa apabila salah satu pihak, baik Penggugat ataupun Tergugat yang tidak
melaksanakan dan memenuhi isi dari kesepakatan perdamaian ini, maka akan
menerima sanksi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, yaitu bisa memohon
Eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri Mataram dimana Eksekusi tersebut
apabila diperlukan dapat dengan bantuan alat Negara yang pada intinya agar di
lakukan lelang/menjual secara bersama-sama antara Pihak Penggugat dengan Pihak
Tergugat terhadap rumah yang menjadi Obyek sengketa tersebut, kemudian hasil
32
penjualan rumah tersebut akan dibagi 2 (dua) dan masing-masing mendapat 1 (satu)
bagian yang sama;
Pasal 8
Bahwa Penggugat dan Tergugat sepakat menyatakan perkara ini telah selesai
Pasal 9
Bahwa Para Pihak tersebut mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara untuk menguatkan Kesepakatan Perdamaian ini dalam Akta
Perdamaian.
Pasal 10
Bahwa semua biaya yang timbul dalam perkara ini ditanggung oleh Penggugat
Demikianlah Kesepakatan Perdamaian ini dibuat dan ditandatangani oleh
Para Pihak bersama Kuasa Hukumnya dan Mediator.
Pihak Penggugat Pihak Tergugat
(...............................................) (...............................................)
Mengetahui:
(...............................................) (...............................................)
Mediator
33
KESEPAKATAN PERDAMAIAN
SEBAGIAN PIHAK/SUBJEK
34
Bahwa Penggugat, Tergugat I dan Tergugat II mohon kepada Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara untuk menguatkan Kesepakatan Perdamaian
antara
Penggugat, Tergugat I dan Tergugat II dalam Akta Perdamaian;
Pasal ...
Bahwa semua biaya yang timbul dalam perkara ini ditanggung oleh .....................;
Mediator
35
KESEPAKATAN PERDAMAIAN
Melawan
Pasal 1
36
Pasal 3
Bahwa selanjutnya Penggugat memberikan Agunan atau Jaminan atas
Pinjaman/Hutang (Pasal 2) tersebut kepada Tergugat I berupa Sertipikat Hak Milik
Nomor: 2971/Babakan, Gambar situasi tanggal 25 Juli 1994, Nomor: 457/1994,
seluas 92 m2, yang terdaftar atas nama Penggugat, yang terletak di Kelurahan
Babakan (sekarang Kel. Turida), Kecamatan Cakranegara (sekarang Kec.
Sandubaya), Kota Mataram, di Provinsi Nusa Tenggara Barat;
Pasal 4
Bahwa sejumlah hutang pihak Penggugat sebagaimana tersebut diatas (Pasal 2)
Tergugat I telah setuju untuk memberikan waktu kepada Penggugat dalam jangka
waktu 60 (Enam puluh) bulan atau 5 (lima) tahun, dengan ketentuan Penggugat
wajib membayar atau mengansur setiap bulannya sejumlah Rp.1.250.000 (Satu juta
dua ratus lima puluh ribu rupiah), yang mana pembayaran tersebut dilakukan oleh
Penggugat mulai bulan April 2017 sampai dengan bulan Maret 2022;
Pasal 5
Bahwa Penggugat menjamin kelancaran pembayaran tersebut (Pasal 4) dan
apabila Penggugat terlambat atau tidak melakukan pembayaran selama 5 (lima)
bulan berturut-turut atau tidak melakukan kewajibannya sama sekali, maka
Tergugat I dapat mengajukan permohonan Ekskusi kepada Ketua Pengadilan
Negeri Mataram, dimana Eksekusi tersebut apabila diperlukan dapat dengan
bantuan alat Negara yang pada intinya akan dilakukan Sita dan Pengosongan atas
Agunan/Jaminan yang berupa Sertipikat Hak Milik Nomor : 2971/Babakan, Gambar
Situasi tanggal 25 Juli 1994, Nomor: 457/1994, seluas 92 m2, yang terdaftar atas
nama Penggugat tersebut (Pasal 3), selanjutnya akan dilakukan tindakan menurut
aturan hukum yang berlaku, yaitu diserahkan kepada Tergugat II untuk melakukan
pelelangan ;
Pasal 6
Bahwa dengan terpenuhinya segala hak dan kewajiban masing-masing pihak
tersebut, selanjutnya Penggugat dan Tergugat I tidak akan lagi saling
mempermasalahkan ataupun saling menuntut hak-hak dan kewajiban yang
berkaitan dengan Obyek Sengketa (Pasal 2) tersebut ;
Pasal 7
Bahwa selanjutnya Penggugat dengan Tergugat I dan tergugat II sepakat
menyatakan perkara ini telah selesai ;
37
Pasal 8
Bahwa Para Pihak tersebut memohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara untuk menguatkan Kesepakatan Perdamaian ini dalam Akta
Perdamaian ;
Pasal 9
Bahwa semua biaya yang timbul dalam perkara ini ditanggung oleh Penggugat ;
Demikianlah Kesepakatan Perdamaian ini dibuat dan ditandatangani oleh
Para Pihak dan Mediator.
Mediator
38
AKTA PERDAMAIAN
39
Negeri ..............................................................................................,
Selanjutnya disebut sebagai: ------------------------------------Para Tergugat ;
4. ………………………… SH., MKn., MHum (Notaris-PPAT Kabupaten
Bantul), beralamat di Parangtritis KM 3,5 Nomor 122, Sewon, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam hal ini memberikan kuasa
khusus kepada ……………., SH, Advokat-Penasehat Hukum yang
berkantor di Kantor Advokat-Penasehat Hukum I…….., SH, dan
Rekan, Jalan Wijayakusuma No.84, RT/RW : 04/28, Kelurahan :
Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 30 Oktober
2018 yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Yogyakarta pada tanggal 21 Nopember 2018 Nomor : /PDT/XI /
2018;
Selanjutnya disebut sebagai:------------------------------------ Turut Tergugat;
Pasal 1
Bahwa Penggugat dengan Tergugat dan Turut Tergugat telah bersedia berdamai
dengan kesungguhan hati dan berjanji untuk bersama-sama menyelesaikan semua
permasalahan dengan jalan duduk bersama serta berbicara mencari solusi dengan
baik;
Pasal 2
40
Sebelah Utara : Tanah pekarangan milik …;
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Bahwa apabila Sertipikat Hak Milik Nomor: 5302, Kel Wirogunan, Surat Ukur No.
: 01766, Tgl. 15/12/2009, Luas : 160M2, Atas Nama : …., yang terletak di
Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta tersebut (Pasal 2) sudah diserahterimakan kepada Penggugat, maka
juga menjadikan batal Surat Kuasa Menjual No.84 dan Perjanjian Sewa Menyewa
No.85 yang dibuat oleh Turut Tergugat pada tanggal 21 Juni 2016.;
Pasal 6
41
Pasal 7
Pasal 8
Bahwa selanjutnya Para Pihak tersebut memohon kepada Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara untuk menguatkan Kesepakatan Perdamaian ini
dalam Akta Perdamaian;
Pasal 9
Bahwa semua biaya yang timbul dalam perkara ini ditanggung oleh Penggugat;
PUTUSAN
Mengingat, Pasal 130 HIR dan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun
2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan serta ketentuan peraturan perundang-
undangan lain yang bersangkutan;
MENGADILI:
1. Menghukum kedua belah pihak baik Penggugat dan Tergugat serta Turut
Tergugat untuk mentaati Kesepakatan Perdamaian yang telah disetujui
tersebut.;
…........................................ …........................................
…........................................
Panitera Pengganti,
…........................................
Biaya Perkara :
1. Pendaftaran Perkara Rp. 30.000,00
2. Biaya Admin Penyelesaian Perkara (BAP2) Rp. 50.000,00
3. Pemanggilan Rp. 592.000,00
4. PNBP Pemanggilan Rp. 50.000,00
5. Meterai Rp. 6.000,00
6. Redaksi Rp. 5.000,00
7. Biaya kirim surat Rp. 60.000,00
8. Transport wesel Rp. 15.000,00 +
Jumlah Rp. 808.000,00
(Delapan ratus delapan ribu rupiah).
43
Yogyakarta, 23 Juli 2020
Kepada, YTH;
Ketua Pengadilan Negeri ...............
Di-
Kota ............................................
Dengan Hormat,
Perkenankan kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : 1. ROY AL MINFA, S.H., M.H., C.Me 4. ELVIRA EKAWATI, S.H., C.Me
2. GUSRIANTO, S.H.I., M.H., C.Me 5. NURUL QISTHY C, S.H., C.Me
3. ARIS NOVIANTO, S.H., C.Me 6. M. RUDINI ARBIANTO, S.H., C.Me
Pekerjaan : Advokat / Konsultan Hukum & Mediator
Alamat : KANTOR HUKUM RAM & PARTNERS
Jln. Gajah No. 20 Tahunan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta
Hp: 0852-2892-6767 / www.kantorpengacara-ram.com
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal ........................................, dalam hal
ini bertindak secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri atas nama Klien Kami
yang bernama:
I. ..................., Tempat/Tgl. Lahir: ........................., Pekerjaan ....................,
beralamat ...............................................................................................................
Mohon Selanjutnya disebut sebagai:-------------------------------------------Penggugat
Penggugat dalam hal ini hendak mengajukan gugatan untuk memperoleh Akta
Perdamaian terhadap :
II. ..................., Tempat/Tgl. Lahir: ........................., Pekerjaan ....................,
beralamat ...............................................................................................................
Mohon selanjutnya disebut sebagai:----------------------------------------------Tergugat
45
Demikian Gugatan ini kami ajukan, atas terkabulnya Gugatan ini, Kami Kuasa
Hukum Penggugat menyampaikan terimakasih.
Hormat Kami,
Kuasa Hukum Penggugat
46
LAMPIRAN-LAMPIRAN
47
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2016
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MAHKAMAH AGUNG TENTANG PROSEDUR
MEDIASI DI PENGADILAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Mahkamah Agung ini yang dimaksud
dengan:
1. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan untuk memperoleh kesepakatan Para Pihak
dengan dibantu oleh Mediator.
2. Mediator adalah Hakim atau pihak lain yang memiliki
Sertifikat Mediator sebagai pihak netral yang membantu
Para Pihak dalam proses perundingan guna mencari
berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah
penyelesaian.
3. Sertifikat Mediator adalah dokumen yang diterbitkan oleh
Mahkamah Agung atau lembaga yang telah memperoleh
akreditasi dari Mahkamah Agung yang menyatakan
bahwa seseorang telah mengikuti dan lulus pelatihan
sertifikasi Mediasi.
4. Daftar Mediator adalah catatan yang memuat nama
Mediator yang ditunjuk berdasarkan surat keputusan
Ketua Pengadilan yang diletakkan pada tempat yang
mudah dilihat oleh khalayak umum.
5. Para Pihak adalah dua atau lebih subjek hukum yang
bersengketa dan membawa sengketa mereka ke
Pengadilan untuk memperoleh penyelesaian.
6. Biaya Mediasi adalah biaya yang timbul dalam proses
Mediasi sebagai bagian dari biaya perkara, yang di
antaranya meliputi biaya pemanggilan Para Pihak, biaya
perjalanan salah satu pihak berdasarkan pengeluaran
-4-
BAB II
PEDOMAN MEDIASI DI PENGADILAN
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup
-5-
Pasal 2
(1) Ketentuan mengenai Prosedur Mediasi dalam Peraturan
Mahkamah Agung ini berlaku dalam proses berperkara
di Pengadilan baik dalam lingkungan peradilan umum
maupun peradilan agama.
(2) Pengadilan di luar lingkungan peradilan umum dan
peradilan agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat menerapkan Mediasi berdasarkan Peraturan
Mahkamah Agung ini sepanjang dimungkinkan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 3
(1) Setiap Hakim, Mediator, Para Pihak dan/atau kuasa
hukum wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa
melalui Mediasi.
(2) Hakim Pemeriksa Perkara dalam pertimbangan putusan
wajib menyebutkan bahwa perkara telah diupayakan
perdamaian melalui Mediasi dengan menyebutkan nama
Mediator.
(3) Hakim Pemeriksa Perkara yang tidak memerintahkan
Para Pihak untuk menempuh Mediasi sehingga Para
Pihak tidak melakukan Mediasi telah melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai Mediasi di Pengadilan.
(4) Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), apabila diajukan
upaya hukum maka Pengadilan Tingkat Banding atau
Mahkamah Agung dengan putusan sela memerintahkan
Pengadilan Tingkat Pertama untuk melakukan proses
Mediasi.
(5) Ketua Pengadilan menunjuk Mediator Hakim yang bukan
Hakim Pemeriksa Perkara yang memutus.
(6) Proses Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak diterimanya pemberitahuan putusan sela
Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung.
-6-
Bagian Kedua
Jenis Perkara Wajib Menempuh Mediasi
Pasal 4
(1) Semua sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan
termasuk perkara perlawanan (verzet) atas putusan
verstek dan perlawanan pihak berperkara (partij verzet)
maupun pihak ketiga (derden verzet) terhadap
pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum
tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaian
melalui Mediasi, kecuali ditentukan lain berdasarkan
Peraturan Mahkamah Agung ini.
(2) Sengketa yang dikecualikan dari kewajiban penyelesaian
melalui Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. sengketa yang pemeriksaannya di persidangan
ditentukan tenggang waktu penyelesaiannya
meliputi antara lain:
1. sengketa yang diselesaikan melalui prosedur
Pengadilan Niaga;
2. sengketa yang diselesaikan melalui prosedur
Pengadilan Hubungan Industrial;
3. keberatan atas putusan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha;
4. keberatan atas putusan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen;
5. permohonan pembatalan putusan arbitrase;
6. keberatan atas putusan Komisi Informasi;
7. penyelesaian perselisihan partai politik;
-7-
Bagian Ketiga
Sifat Proses Mediasi
Pasal 5
(1) Proses Mediasi pada dasarnya bersifat tertutup kecuali
Para Pihak menghendaki lain.
(2) Penyampaian laporan Mediator mengenai pihak yang
tidak beriktikad baik dan ketidakberhasilan proses
-8-
Bagian Keempat
Kewajiban Menghadiri Mediasi
Pasal 6
(1) Para Pihak wajib menghadiri secara langsung pertemuan
Mediasi dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa
hukum.
(2) Kehadiran Para Pihak melalui komunikasi audio visual
jarak jauh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3)
dianggap sebagai kehadiran langsung.
(3) Ketidakhadiran Para Pihak secara langsung dalam proses
Mediasi hanya dapat dilakukan berdasarkan alasan sah.
(4) Alasan sah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi antara lain:
a. kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan hadir
dalam pertemuan Mediasi berdasarkan surat
keterangan dokter;
b. di bawah pengampuan;
c. mempunyai tempat tinggal, kediaman atau
kedudukan di luar negeri; atau
d. menjalankan tugas negara, tuntutan profesi atau
pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.
Bagian Kelima
Iktikad Baik Menempuh Mediasi
Pasal 7
(1) Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya wajib menempuh
Mediasi dengan iktikad baik.
-9-
Bagian Keenam
Biaya Mediasi
Paragraf 1
Biaya Jasa Mediator
Pasal 8
(1) Jasa Mediator Hakim dan Pegawai Pengadilan tidak
dikenakan biaya.
(2) Biaya jasa Mediator nonhakim dan bukan Pegawai
Pengadilan ditanggung bersama atau berdasarkan
kesepakatan Para Pihak.
Paragraf 2
Biaya Pemanggilan Para Pihak
Pasal 9
(1) Biaya pemanggilan Para Pihak untuk menghadiri proses
Mediasi dibebankan terlebih dahulu kepada pihak
penggugat melalui panjar biaya perkara.
- 10 -
Pasal 10
Biaya lain-lain di luar biaya jasa Mediator sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dan biaya pemanggilan Para Pihak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dibebankan kepada
Para Pihak berdasarkan kesepakatan.
Bagian Ketujuh
Tempat Penyelenggaraan Mediasi
Pasal 11
(1) Mediasi diselenggarakan di ruang Mediasi Pengadilan
atau di tempat lain di luar Pengadilan yang disepakati
oleh Para Pihak.
(2) Mediator Hakim dan Pegawai Pengadilan dilarang
menyelenggarakan Mediasi di luar Pengadilan.
(3) Mediator non hakim dan bukan Pegawai Pengadilan yang
dipilih atau ditunjuk bersama-sama dengan Mediator
Hakim atau Pegawai Pengadilan dalam satu perkara
wajib menyelenggarakan Mediasi bertempat di
Pengadilan.
(4) Penggunaan ruang Mediasi Pengadilan untuk Mediasi
tidak dikenakan biaya.
- 11 -
Bagian Kedelapan
Tata Kelola Mediasi di Pengadilan
Pasal 12
(1) Untuk mendukung pelaksanaan Mediasi di Pengadilan,
Mahkamah Agung menetapkan tata kelola yang di
antaranya meliputi:
a. perencanaan kebijakan, pengkajian dan penelitian
Mediasi di Pengadilan;
b. pembinaan, pemantauan dan pengawasan
pelaksanaan Mediasi di Pengadilan;
c. pemberian akreditasi dan evaluasi lembaga sertifikasi
Mediasi terakreditasi;
d. penyebarluasan informasi Mediasi; dan
e. pengembangan kerjasama dengan organisasi,
lembaga atau pihak lainnya, baik tingkat nasional,
regional, maupun internasional dalam bidang
Mediasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Ketua Mahkamah Agung.
BAB III
MEDIATOR
Bagian Kesatu
Sertifikasi Mediator dan Akreditasi Lembaga
Pasal 13
(1) Setiap Mediator wajib memiliki Sertifikat Mediator yang
diperoleh setelah mengikuti dan dinyatakan lulus dalam
pelatihan sertifikasi Mediator yang diselenggarakan oleh
Mahkamah Agung atau lembaga yang telah memperoleh
akreditasi dari Mahkamah Agung.
(2) Berdasarkan surat keputusan ketua Pengadilan, Hakim
tidak bersertifikat dapat menjalankan fungsi Mediator
- 12 -
Bagian Kedua
Tahapan Tugas Mediator
Pasal 14
Dalam menjalankan fungsinya, Mediator bertugas:
a. memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada
Para Pihak untuk saling memperkenalkan diri;
b. menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat Mediasi kepada
Para Pihak;
c. menjelaskan kedudukan dan peran Mediator yang netral
dan tidak mengambil keputusan;
d. membuat aturan pelaksanaan Mediasi bersama Para
Pihak;
e. menjelaskan bahwa Mediator dapat mengadakan
pertemuan dengan satu pihak tanpa kehadiran pihak
lainnya (kaukus);
f. menyusun jadwal Mediasi bersama Para Pihak;
g. mengisi formulir jadwal mediasi.
h. memberikan kesempatan kepada Para Pihak untuk
menyampaikan permasalahan dan usulan perdamaian;
i. menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan
pembahasan berdasarkan skala proritas;
j. memfasilitasi dan mendorong Para Pihak untuk:
1. menelusuri dan menggali kepentingan Para Pihak;
2. mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi
Para Pihak; dan
3. bekerja sama mencapai penyelesaian;
k. membantu Para Pihak dalam membuat dan merumuskan
Kesepakatan Perdamaian;
- 13 -
Bagian Ketiga
Pedoman Perilaku Mediator
Pasal 15
(1) Mahkamah Agung menetapkan Pedoman Perilaku
Mediator.
(2) Setiap Mediator dalam menjalankan fungsinya wajib
mentaati Pedoman Perilaku Mediator sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Pasal 16
Ketua Pengadilan wajib menyampaikan laporan kinerja Hakim
atau Pegawai Pengadilan yang berhasil menyelesaikan
perkara melalui Mediasi kepada Ketua Pengadilan Tinggi dan
Mahkamah Agung.
BAB IV
TAHAPAN PRAMEDIASI
Bagian Kesatu
Kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara
Pasal 17
(1) Pada hari sidang yang telah ditentukan dan dihadiri oleh
Para Pihak, Hakim Pemeriksa Perkara mewajibkan Para
Pihak untuk menempuh Mediasi.
(2) Kehadiran Para Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berdasarkan panggilan yang sah dan patut.
- 14 -
Bagian Kedua
Kewajiban Kuasa Hukum
Pasal 18
(1) Kuasa hukum wajib membantu Para Pihak
melaksanakan hak dan kewajibannya dalam proses
Mediasi.
(2) Kewajiban kuasa hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) di antaranya meliputi:
a. menyampaikan penjelasan Hakim Pemeriksa Perkara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (7)
kepada Para Pihak;
b. mendorong Para Pihak berperan langsung secara
aktif dalam proses Mediasi;
c. membantu Para Pihak mengidentifikasi kebutuhan,
kepentingan dan usulan penyelesaian sengketa
selama proses Mediasi;
d. membantu Para Pihak merumuskan rencana dan
usulan Kesepakatan Perdamaian dalam hal Para
Pihak mencapai kesepakatan;
e. menjelaskan kepada Para Pihak terkait kewajiban
kuasa hukum.
(3) Dalam hal Para Pihak berhalangan hadir berdasarkan
alasan sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(4), kuasa hukum dapat mewakili Para Pihak untuk
melakukan Mediasi dengan menunjukkan surat kuasa
khusus yang memuat kewenangan kuasa hukum untuk
mengambil keputusan.
(4) Kuasa hukum yang bertindak mewakili Para Pihak
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib berpartisipasi
dalam proses Mediasi dengan iktikad baik dan dengan
- 16 -
Bagian Ketiga
Hak Para Pihak Memilih Mediator
Pasal 19
(1) Para Pihak berhak memilih seorang atau lebih Mediator
yang tercatat dalam Daftar Mediator di Pengadilan.
(2) Jika dalam proses Mediasi terdapat lebih dari satu orang
Mediator, pembagian tugas Mediator ditentukan dan
disepakati oleh para Mediator.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang Daftar Mediator
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Keputusan Ketua Mahkamah Agung.
Bagian Keempat
Batas Waktu Pemilihan Mediator
Pasal 20
(1) Setelah memberikan penjelasan mengenai kewajiban
melakukan Mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (7), Hakim Pemeriksa Perkara mewajibkan Para
Pihak pada hari itu juga, atau paling lama 2 (dua) hari
berikutnya untuk berunding guna memilih Mediator
termasuk biaya yang mungkin timbul akibat pilihan
penggunaan Mediator nonhakim dan bukan Pegawai
Pengadilan.
(2) Para Pihak segera menyampaikan Mediator pilihan
mereka kepada Hakim Pemeriksa Perkara.
(3) Apabila Para Pihak tidak dapat bersepakat memilih
Mediator dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara
segera menunjuk Mediator Hakim atau Pegawai
Pengadilan.
(4) Jika pada Pengadilan yang sama tidak terdapat Hakim
bukan pemeriksa perkara dan Pegawai Pengadilan yang
- 17 -
Bagian Kelima
Pemanggilan Para Pihak
Pasal 21
(1) Mediator menentukan hari dan tanggal pertemuan
Mediasi, setelah menerima penetapan penunjukan
sebagai Mediator.
(2) Dalam hal Mediasi dilakukan di gedung Pengadilan,
Mediator atas kuasa Hakim Pemeriksa Perkara melalui
Panitera melakukan pemanggilan Para Pihak dengan
bantuan juru sita atau juru sita pengganti untuk
menghadiri pertemuan Mediasi.
(3) Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah demi
hukum tanpa perlu dibuat surat kuasa, sehingga tanpa
ada instrumen tersendiri dari Hakim Pemeriksa Perkara,
juru sita atau juru sita pengganti wajib melaksanakan
perintah Mediator Hakim maupun nonhakim untuk
melakukan panggilan.
- 18 -
Bagian Keenam
Akibat Hukum Pihak Tidak Beriktikad Baik
Pasal 22
(1) Apabila penggugat dinyatakan tidak beriktikad baik
dalam proses Mediasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima oleh Hakim Pemeriksa Perkara.
(2) Penggugat yang dinyatakan tidak beriktikad baik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai pula
kewajiban pembayaran Biaya Mediasi.
(3) Mediator menyampaikan laporan penggugat tidak
beriktikad baik kepada Hakim Pemeriksa Perkara disertai
rekomendasi pengenaan Biaya Mediasi dan perhitungan
besarannya dalam laporan ketidakberhasilan atau tidak
dapat dilaksanakannya Mediasi.
(4) Berdasarkan laporan Mediator sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Hakim Pemeriksa Perkara mengeluarkan
putusan yang merupakan putusan akhir yang
menyatakan gugatan tidak dapat diterima disertai
penghukuman pembayaran Biaya Mediasi dan biaya
perkara.
(5) Biaya Mediasi sebagai penghukuman kepada penggugat
dapat diambil dari panjar biaya perkara atau
pembayaran tersendiri oleh penggugat dan diserahkan
kepada tergugat melalui kepaniteraan Pengadilan.
Pasal 23
(1) Tergugat yang dinyatakan tidak beriktikad baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), dikenai
kewajiban pembayaran Biaya Mediasi.
(2) Mediator menyampaikan laporan tergugat tidak
beriktikad baik kepada Hakim Pemeriksa Perkara disertai
rekomendasi pengenaan Biaya Mediasi dan perhitungan
besarannya dalam laporan ketidakberhasilan atau tidak
dapat dilaksanakannya Mediasi.
- 19 -
BAB V
TAHAPAN PROSES MEDIASI
Bagian Kesatu
Penyerahan Resume Perkara dan Jangka Waktu Proses
Mediasi
Pasal 24
(1) Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari terhitung sejak
penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
- 20 -
Bagian Kedua
Ruang Lingkup Materi Pertemuan Mediasi
Pasal 25
(1) Materi perundingan dalam Mediasi tidak terbatas pada
posita dan petitum gugatan.
(2) Dalam hal Mediasi mencapai kesepakatan atas
permasalahan di luar sebagaimana diuraikan pada ayat
(1), penggugat mengubah gugatan dengan memasukkan
kesepakatan tersebut di dalam gugatan.
Bagian Ketiga
Keterlibatan Ahli dan Tokoh Masyarakat
Pasal 26
(1) Atas persetujuan Para Pihak dan/atau kuasa hukum,
Mediator dapat menghadirkan seorang atau lebih ahli,
tokoh masyarakat, tokoh agama, atau tokoh adat.
(2) Para Pihak harus terlebih dahulu mencapai kesepakatan
tentang kekuatan mengikat atau tidak mengikat dari
penjelasan dan/atau penilaian ahli dan/atau tokoh
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
- 21 -
Bagian Keempat
Mediasi Mencapai Kesepakatan
Pasal 27
(1) Jika Mediasi berhasil mencapai kesepakatan, Para Pihak
dengan bantuan Mediator wajib merumuskan
kesepakatan secara tertulis dalam Kesepakatan
Perdamaian yang ditandatangani oleh Para Pihak dan
Mediator.
(2) Dalam membantu merumuskan Kesepakatan
Perdamaian, Mediator wajib memastikan Kesepakatan
Perdamaian tidak memuat ketentuan yang:
a. bertentangan dengan hukum, ketertiban umum,
dan/atau kesusilaan;
b. merugikan pihak ketiga; atau
c. tidak dapat dilaksanakan.
(3) Dalam proses Mediasi yang diwakili oleh kuasa hukum,
penandatanganan Kesepakatan Perdamaian hanya dapat
dilakukan apabila terdapat pernyataan Para Pihak secara
tertulis yang memuat persetujuan atas kesepakatan yang
dicapai.
(4) Para Pihak melalui Mediator dapat mengajukan
Kesepakatan Perdamaian kepada Hakim Pemeriksa
Perkara agar dikuatkan dalam Akta Perdamaian.
(5) Jika Para Pihak tidak menghendaki Kesepakatan
Perdamaian dikuatkan dalam Akta Perdamaian,
Kesepakatan Perdamaian wajib memuat pencabutan
gugatan.
(6) Mediator wajib melaporkan secara tertulis keberhasilan
Mediasi kepada Hakim Pemeriksa Perkara dengan
melampirkan Kesepakatan Perdamaian.
Pasal 28
(1) Setelah menerima Kesepakatan Perdamaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (6), Hakim
Pemeriksa Perkara segera mempelajari dan menelitinya
dalam waktu paling lama 2 (dua) hari.
- 22 -
Bagian Kelima
Kesepakatan Perdamaian Sebagian
Pasal 29
(1) Dalam hal proses Mediasi mencapai kesepakatan antara
penggugat dan sebagian pihak tergugat, penggugat
mengubah gugatan dengan tidak lagi mengajukan pihak
tergugat yang tidak mencapai kesepakatan sebagai pihak
lawan.
(2) Kesepakatan Perdamaian Sebagian antara pihak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dan
ditandatangani oleh penggugat dengan sebagian pihak
tergugat yang mencapai kesepakatan dan Mediator.
(3) Kesepakatan Perdamaian Sebagian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dikuatkan dengan Akta
Perdamaian sepanjang tidak menyangkut aset, harta
- 23 -
Pasal 30
(1) Dalam hal Para Pihak mencapai kesepakatan atas
sebagian dari seluruh objek perkara atau tuntutan
hukum, Mediator menyampaikan Kesepakatan
Perdamaian Sebagian tersebut dengan memperhatikan
ketentuan Pasal 27 ayat (2) kepada Hakim Pemeriksa
Perkara sebagai lampiran laporan Mediator.
(2) Hakim Pemeriksa Perkara melanjutkan pemeriksaan
terhadap objek perkara atau tuntutan hukum yang
belum berhasil disepakati oleh Para Pihak.
(3) Dalam hal Mediasi mencapai kesepakatan sebagian atas
objek perkara atau tuntutan hukum, Hakim Pemeriksa
Perkara wajib memuat Kesepakatan Perdamaian
Sebagian tersebut dalam pertimbangan dan amar
putusan.
(4) Kesepakatan Perdamaian Sebagian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) berlaku
pada perdamaian sukarela tahap pemeriksaan perkara
dan tingkat upaya hukum banding, kasasi, atau
peninjauan kembali.
- 24 -
Pasal 31
(1) Untuk Mediasi perkara perceraian dalam lingkungan
peradilan agama yang tuntutan perceraian
dikumulasikan dengan tuntutan lainnya, jika Para Pihak
tidak mencapai kesepakatan untuk hidup rukun
kembali, Mediasi dilanjutkan dengan tuntutan lainnya.
(2) Dalam hal Para Pihak mencapai kesepakatan atas
tuntutan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
kesepakatan dituangkan dalam Kesepakatan Perdamaian
Sebagian dengan memuat klausula keterkaitannya
dengan perkara perceraian.
(3) Kesepakatan Perdamaian Sebagian atas tuntutan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilaksanakan jika putusan Hakim Pemeriksa Perkara
yang mengabulkan gugatan perceraian telah
berkekuatan hukum tetap.
(4) Kesepakatan Perdamaian Sebagian atas tuntutan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku jika
Hakim Pemeriksa Perkara menolak gugatan atau Para
Pihak bersedia rukun kembali selama proses
pemeriksaan perkara.
Bagian Keenam
Mediasi Tidak Berhasil atau Tidak dapat Dilaksanakan
Pasal 32
(1) Mediator wajib menyatakan Mediasi tidak berhasil
mencapai kesepakatan dan memberitahukannya secara
tertulis kepada Hakim Pemeriksa Perkara, dalam hal:
a. Para Pihak tidak menghasilkan kesepakatan sampai
batas waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari berikut
perpanjangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 ayat (2) dan ayat (3); atau
b. Para Pihak dinyatakan tidak beriktikad baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d
dan huruf e.
- 25 -
BAB VI
PERDAMAIAN SUKARELA
Bagian Kesatu
Perdamaian Sukarela pada Tahap Pemeriksaan Perkara
Pasal 33
(1) Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, Hakim
Pemeriksa Perkara tetap berupaya mendorong atau
mengusahakan perdamaian hingga sebelum pengucapan
putusan.
(2) Para Pihak atas dasar kesepakatan dapat mengajukan
permohonan kepada Hakim Pemeriksa Perkara untuk
melakukan perdamaian pada tahap pemeriksaan
perkara.
(3) Setelah menerima permohonan Para Pihak untuk
melakukan perdamaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara dengan
penetapan segera menunjuk salah seorang Hakim
Pemeriksa Perkara untuk menjalankan fungsi Mediator
dengan mengutamakan Hakim yang bersertifikat.
(4) Hakim Pemeriksa Perkara wajib menunda persidangan
paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak
penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Bagian Kedua
Perdamaian Sukarela pada Tingkat Upaya Hukum
Banding, Kasasi, atau Peninjauan Kembali
Pasal 34
(1) Sepanjang perkara belum diputus pada tingkat upaya
hukum banding, kasasi atau peninjauan kembali, Para
Pihak atas dasar kesepakatan dapat menempuh upaya
perdamaian:
(2) Jika dikehendaki, Para Pihak melalui ketua Pengadilan
mengajukan Kesepakatan Perdamaian secara tertulis
kepada Hakim Pemeriksa Perkara tingkat banding,
- 27 -
BAB VII
KETERPISAHAN MEDIASI DARI LITIGASI
Pasal 35
(1) Terhitung sejak penetapan perintah melakukan Mediasi
dan penunjukan Mediator sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (5), jangka waktu proses Mediasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) dan ayat
(3), serta Pasal 33 ayat (4) tidak termasuk jangka waktu
penyelesaian perkara sebagaimana ditentukan dalam
kebijakan Mahkamah Agung mengenai penyelesaian
perkara di Pengadilan tingkat pertama dan tingkat
banding pada 4 (empat) lingkungan peradilan.
(2) Terhadap Putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat
diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4)
dan Pasal 23 ayat (8) serta penetapan penghukuman
Biaya Mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (3) tidak dapat dilakukan upaya hukum.
(3) Jika Para Pihak tidak berhasil mencapai kesepakatan,
pernyataan dan pengakuan Para Pihak dalam proses
Mediasi tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam
proses persidangan perkara.
- 28 -
BAB VIII
PERDAMAIAN DI LUAR PENGADILAN
Pasal 36
(1) Para Pihak dengan atau tanpa bantuan Mediator
bersertifikat yang berhasil menyelesaikan sengketa di
luar Pengadilan dengan Kesepakatan Perdamaian dapat
mengajukan Kesepakatan Perdamaian kepada
Pengadilan yang berwenang untuk memperoleh Akta
Perdamaian dengan cara mengajukan gugatan.
(2) Pengajuan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilampiri dengan Kesepakatan Perdamaian dan
dokumen sebagai alat bukti yang menunjukkan
hubungan hukum Para Pihak dengan objek sengketa.
(3) Hakim Pemeriksa Perkara di hadapan Para Pihak hanya
akan menguatkan Kesepakatan Perdamaian menjadi
Akta Perdamaian, jika Kesepakatan Perdamaian sesuai
dengan ketentuan Pasal 27 ayat (2).
(4) Akta Perdamaian atas gugatan untuk menguatkan
Kesepakatan Perdamaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus diucapkan oleh Hakim Pemeriksa Perkara
dalam sidang yang terbuka untuk umum paling lama 14
(empat belas) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan.
(5) Salinan Akta Perdamaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) wajib disampaikan kepada Para Pihak pada hari
yang sama dengan pengucapan Akta Perdamaian.
- 29 -
Pasal 37
(1) Dalam hal Kesepakatan Perdamaian diajukan untuk
dikuatkan dalam bentuk Akta Perdamaian tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (2), Hakim Pemeriksa Perkara wajib
memberikan petunjuk kepada Para Pihak tentang hal
yang harus diperbaiki.
(2) Dengan tetap memperhatikan tenggang waktu
penyelesaian pengajuan Akta Perdamaian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4), Para Pihak wajib
segera memperbaiki dan menyampaikan kembali
Kesepakatan Perdamaian yang telah diperbaiki kepada
Hakim Pemeriksa Perkara.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
Pada saat Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku,
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2008 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 39
Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 30 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 03 Februari 2016
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 04 Februari 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
TEKNIK MEDIASI
DI DALAM DAN DI LUAR
PENGADILAN
MENGAJUKAN PERMOHONAN DI PENGADILAN NEGE
RI / AGAMA
MENANDATANGANI MOU / MENDAPATKAN SK DARI
KETUA PENGADILAN
MENERIMA PENUNJUKAN DAN PROSES MEDIASI
TAHAPAN AKHIR MEDIASI
1
8/31/2020
2
8/31/2020
3
8/31/2020
4
8/31/2020
MEDIASI SUKARELA
MEDIASI SUKARELA PADA SAAT PEMERIKSAAN DAN SAAT UPAYA HUKUM
Mengajukan Permohonan Mediasi di Persidangan dan Hakim Ketua Menunjuk Salah Satu H
akim Pemeriksa menjadi Mediator dalam waktu 14 (empat belas) hari.
Sebelum putus tingkat Banding / Kasasi mengajukan Kesepakatan Perdamaian Tertulis kepa
da Ketua Pengadilan Agama / Negeri untuk diteruskan kepada Hakim Pemeriksa Banding, K
asasi maupun Peninjauan Kembali.
Jika belum dikirim pada tingkat Banding, Kasasi atau Peninjauan Kembali maka diajukan be
rsama-sama berkas perkara.
KESEPAKATAN PERDAMAIAN WAJIB MEMUAT KETENTUAN
MENGESAMPINGKAN PUTUSAN YANG TELAH ADA
5
8/31/2020
6
8/31/2020
KETERAMPILAN MEDIATOR
7
8/31/2020
KEMAMPUAN KOMUNIKASI
Berbicara dengan tenang, tidak tengang dan meyakinkan;
Hindari penggunaan istilah dan ungkapan teknis yang mu
ngkin tidak dimengerti para pihak;
Jika para pihak menggunakan kata-kata keras mediator d
apat mengganti dengan kata-kata yang lebih netral, misal
kan:
- Menuntut diganti dengan mengusulkan,
- Menolak diganti dengan belum dapat
menerima,
- Konflik diganti dengan perbedaan sudut
pandang.
8
8/31/2020
KEMAMPUAN MENDENGAR
• Mendengar secara efektif (memahami pesan yang disampaikan le
wat kata)
• Menangkap fakta yang dikemukakan dan juga perasaan/emosi pe
mbicara
• Pusatkan perhatian secara fisik dan psikologis terhadap pembicara
an, memandang pada si pembicara, kontak mata
• Mengikuti pembicaraan, tidak memutus/menyela pembicaraan/inte
rupsi, bertanya, membuat catatan
• Memberikan umpan balik/ memperlihatkan pemahaman dengan m
engidentifikasi isi dan perasaan yang disampaikan oleh pembicara
9
8/31/2020
KEDUDUKAN BPN
BPN sebagai satu satunya lembaga atau institusi yang diberikan kewenangan untuk
mengemban amanah dalam mengelola bidang pertanahan diakui secara normatif m
elalui :
• Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 85 Tahun 2009 Perubahan atas Peraturan Pr
esiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional.
• Dalam Pasal 2 Perpres Nomor 85 Tahun 2009 Perubahan atas Perpres Nomor 10
Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional dijelaskan bahwa Badan Pertana
han Nasional (BPN) melalukan tugas Pemerintahan dibidang Pertanahan secara
Nasional, Regional, dan Sektorial.
• Sebagai badan tunggal yang mengurus mengenai masalah Pertanahan di Indone
sia, Badan Pertanahan Nasional juga memiliki fungsi sebagaimana dalam Pasal 3
huruf (n) Perpres Nomor 85 Tahun 2009 perubahan atas Perpres Nomor 10 Tahu
n 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional bahwa Badan Pertanahan Nasional
memiliki fungsi pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara, dan ko
nflik d bidang Pertanahan.
10
8/31/2020
11
Alur Perkara
Pengadilan Hubungan
Industrial
Perjanjian
Sepakat Didaftarkan
Bersama
PERSELISIHAN
HUB.
INDUSTRIAL
1. Pers. Hak
I. BIPARTIT
2. Pers.
(Wajib)
Kepentingan
3. Pers. PHK
4. Pers. Antar
SP/SB
Tdk
Sepakat
I MEDIASI
Sepakat
Eksekusi
dicatatkan
Tdk
II. KONSILIASI Sepakat
Disnaker
ditawarkan
IV.
III.
Fiat Eksekusi Pengadilan
ARBITRASE HI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI BIPARTIT
Perjanjian Didaftarkan
Sepakat Eksekusi
Bersama
PERSELISIHAN
INDUSTRIAL
1. Pers. Hak
2. Pers.
I. BIPARTIT
Kepentingan
3. Pers. PHK
4. Pers. Antar
SP/SB
Tdk Mediasi/Konsoliasi/
Disnaker Setempat
Sepakat Arbitrase
Ket. :
1. Para pihak mencatatkan perselisihan
2. Menyampaikan bukti-bukti
3. Tawaran untuk penyelesaian melalui
Konsiliasi / Arbitrase
4. Dalam 7 hari harus ada pilihan
MEDIASI
(Mediator)
1. Pers. Hak
2. Per.
kepentingan
3. Pers.PHK
4. Pers. Antar Perjanjian
Sepakat Didaftarkan
SP/SB Bersama
Eksekusi
- 30 hari penyelesaian
- Dalam 7 hari harus
sudah ada sidang I
Tdk
Anjuran Setuju
Sepakat
KONSiLIASI
(Konsiliator)
1. Pers.
Tdk Gugatan
Kepentingan
Setuju di PHI
2. Pers. PHK Ket. :
3. Pers. Antar 1. Tertulis
SP/SB 2. 10 hari sejak mediasi pertama s/d
diterima para pajak
3. 10 hari sejak diterima para pihak
menjawab
4. Tidak menjawab = menolak
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN MELALUI ARBITRASE
Pembatan MA
30 hari sejak diputus, krn:
1. Surat/Dokumen dalam
1. Kesepakatan tertulis para pihak pemeriksaan palsu
2. Arbiter sebanyak 3 orang 2. Ditemukan dokumen yang
3. Proses penyelesaian 30 hari bersifat menentukan
Ket. : Arbiter HI tdk sama dengan Arbiter UU No. 30 Thn. 1999
3. Keputusan melampaui
kewewenangan Arbiter HI
4. Putusan bertentangan
dengan Undang-Undang
Bipartit
Pasal 1 angka 10
Perundingan antara pekerja/ buruh atau
serikat pekerja/buruh dengan pengusaha
untuk penyelesaikan perselisihanhubungan
industrial
Sumber : UU PPHI
Mediasi
Pasal 1 angka 11
Mediasi Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut
mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang
ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.
Sumber : UU PPHI
Konsiliasi
Pasal 1 angka 13
Konsiliasi Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut
konsoliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan,
perselisihan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau
lebih konsiliator yang netral
Sumber : UU PPHI
Arbitrase
Pasal 1 angka 15
Arbitrase Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut
arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan
kepentingan, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh hanya dalam satu perusahaan, di luar Pengadilan
Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para
pihak yang berselisih untuk menyerahkan penyelesaian
perselisihan kepada arbiter yang putusannya mengikat
para pihak dan bersifat final.
Sumber : UU PPHI
Prosedural Administrasi
Pada Pengadilan Hubungan Industrial
• Surat gugatan diajukan sesuai dengan kompetensi
Pengadilan Hubungan Industrial yaitu pada Pengadilan
Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat pekerja /
buruh bekerja;
• Gugatan didaftarkan oleh Penggugat atau kuasanya
pada Panitera Muda PHI;
• Setelah surat Gugatan dan lampirannya diperiksa dan
ternyata sesuai dengan check list barulah gugatan
tersebut diterima untuk didaftarkan.
Hal yang sepatutnya diperhatikan pada waktu mendaftarkan gugatan
pada PHI:
• Beracara tidak dikenakan biaya bagi yang nilai gugatannya di
bawah Rp. 150.000.000,00
• Surat Gugatan harus dilampiri dengan Risalah Penyelesaian melalui
mediasi atau konsiliasi adanya semacam dismissal proses;
• Putusan PHI dilakukan dalam waktu selambat-lambatnya 50
(limapuluh) hari terhitung sejak sidang pertama;
Sumber: UU PPHI
Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan pada Pasal 102 ayat (1) dapat menyebabkan batalnya
putusan PHI.
Asas Umum:
Sumber: Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, hlm 335
Proses dan Pelaksanaan Eksekusi Putusan PHI
b. Sita Eksekusi
Disampaikan oleh
RATNAWATI, SH
HUBUNGAN INDUSTRIAL
(1)
SUATU SISTEM HUBUNGAN YANG
TERBENTUK ANTARA PARA PELAKU
DALAM PROSES PRODUKSI BARANG
DAN / ATAU JASA YANG TERDIRI DARI
UNSUR PENGUSAHA, PEKERJA/BURUH,
DAN PEMERINTAH YANG DIDASARKAN
PADA NILAI-NILAI PANCASILA DAN
UUD NEGARA R.I.1945
(UU 13/2003, psl. 1 butir 16)
1
SARANA HUBUNGAN INDUSTRIAL
(Ps. 103, UU 13/2003)
1. Perselisihan hak;
2. Perselisihan Kepentingan;
3. Perselisihan PHK;
2
PIHAK-PIHAK DALAM PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
- Pekerja/Buruh perseorangan/Serikat
Pekerja/Serikat Buruh dengan
Pengusaha/Organisai pengusaha ;
3
MEDIATOR PENYELESAIAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
PENYELESAIAN PHI
SECARA BIPARTIT
4
PERMINTAAN PERUNDINGAN SECARA BIPARTIT
Nomor : (Tempat), (tanggal) .......................
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal. : Permintaan Perundingan
Kepada Yth.
Sdr. ........................................
Dengan hormat,
Sehubungan dengan adanya permasalahan yang perlu dirundingkan secara Bipartit maka kami mengajukan
untuk melakukan musyawarah pada :
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Untuk menyelesaikan masalah sebagai berikut :
1. ........................................................................................................
2. ........................................................................................................
3. ................................................................................. dst
Atas perhatian dan kesediaannya kami ucapkan terima kasih.
Pihak
*)Pengusaha/Pekerja/Buruh/
Serikat Pekerja/Serikat Buruh
ttd
(Nama)
RISALAH PERUNDINGAN PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL SECARA BIPARTIT
ttd ttd
Nama Nama
5
PERMOHONAN PENCATATAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
Lampiran : 1 (satu) berkas
(Tempat),(Tanggal) .....................
Hal : Permohonan pencatatan perselisihan
Hubungan Industrial
Kepada Yth.
Sdr.....................................
(instansi yang bertanggung jawab
di bidang ketenagakerjaan)
di –
Dengan hormat,
Setelah dilakukan upaya secara maksimal untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial antara :
1. Nama Perusahaan :
2. Jenis Usaha :
3. Alamat :
dengan
1. Nama Pekerja/Buruh/Serikat Pekerja/Serikat Buruh :
2. Alamat Pekerja/Buruh/ Serikat Pekerja/Serikat Buruh :
Permasalahan di atas telah dirundingkan secara bipartit, namun tidak menghasilkan kesepakatan, maka sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (1)
Undang‐Undang Nomor 2 Tahun 2004 dengan ini kami mohon bantuan Saudara untuk mencatat dan membantu menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial dimaksud (risalah perundingan terlampir).
Atas perhatian dan kesediaannya kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
( Pihak Pengusaha / Pekerja/ Buruh/
Serikat Pekerja / Serikat Buruh* )
ttd
(Nama)
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI MEDIASI
12
6
PENYELESAIAN MELALUI MEDIASI
BILA TIDAK TERCAPAI KESEPAKATAN
(1)
a. Mediator mengeluarkan anjuran secara tertulis
sebagai pendapat atau saran mediator kepada para
pihak dalam upaya penyelesaian perselisihan.
13
14
7
PENYELESAIAN PERSELISIHAN MEDIASI
BILA TIDAK TERCAPAI KESEPAKATAN
(3)
f. Dalam hal anjuran tertulis di tolak oleh salah atau pihak
atau para pihak, maka para pihak atau salah satu pihak
dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan ke
pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan Negeri
Setempat;
15
16
8
PENYELESAIAN MELALUI ARBITRASE
(1)
Arbitrase hubungan industrial adalah
penyelesaian perselisihan kepentingan dan
perselisihan antar serikat pekerja hanya dalam
satu perusahaan di luar pengadilan hubungan
industrial melalui kesepakatan tertulis dari para
phak yang berselisih untuk menyerahkan
penyelesaian perselisihan kepada arbitrase yang
putusanya mengikat para pihak
17
PENYELESAIAN PHI
MELALUI PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
18
9
TUGAS DAN WEWENANG
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
Memeriksa dan memutus :
19
PROSEDUR PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
MAHKAMAH AGUNG
(KASASI) 30 HARI
PK Ps 115
P. HAK P. PHK
PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL 50 HARI
FINAL
Ps. 103
PB PB
140
ARBITER KONSILIASI MEDIASI 30 HARI HARI
DISNAKER
PB BIPARTIT 30 HARI
Ps. 3 (2)
10
21
11
8/31/2020
DEFINISI
Priatna Abdurrasyid
• Mediasi adalah suatu proses damai di mana para pihak yang
bersengketa menyerahkan penyelesaiannya kepada seorang
mediator (seseorang yang mengatur pertemuan antara pihak
yang bersengketa) untuk mencapai hasil akhir yang adil,
tanpa biaya besar tapi tetap efektif dan diterima sepenuhnya
oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Pihak ketiga
(mediator) berperan sebagai pendamping dan penasihat.
1
8/31/2020
DASAR HUKUM
TUJUAN MEDIASI
2
8/31/2020
• Mediasi ini merupakan bagian • Mediasi-arbitrase adalah bentuk • Pasal 6 ayat 4 UU No. 30 Tahun
dari adat istiadat atau budaya alternatif penyelesaian sengketa 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
daerah tertentu dengan sebagai kombinasi mediasi Penyelesaian Sengketa, mediasi ad-
penyebutan dan tata cara dengan arbitrase. Pada jenis ini, hoc yang adanya kesepakatan para
pelaksanaan yang berbeda mediator diberi kewenangan pihak menentukan mediator
sesuai budaya dan perilaku untuk memutuskan setiap isu penyelesaian perselisihan, yang
masyarakat. Hingga saat ini yang tidak dapat diselesaikan bersifat tidak permanen atau
cenderung masyarakat oleh para pihak. sementara. Sedangkan mediasi
memilih demikian. kelembagaan adalah mediasi yang
bersifat permanen atau melembaga
yang dimana lembaga mediasi
menyediakan jasa mediator untuk
membantu para pihak.
Ketidaksiapan mediator
Kehilangan netralitas
Mengabaikan emosi
3
8/31/2020
SIDANG
Pendaftaran PERTAMA
Penetapan Hakim
Perkara Gugatan
Majelis Hakim menjelaskan Pemilihan
ke Pengadilan
oleh Ketua PN prosedur mediasi mediator
Negeri
kepada para
pihak
Berhasil
Laporan hasil
mediasi (Mediator Proses Mediasi
Berhasil sebagian
melakukan (dilakukan dalam
laporan tertulis kurun waktu 30 Penyerahan
Tidak berhasil kepada Hakim hari dan dapat resume perkara
Pemeriksa diperpanjang 30 kepada mediator
Perkara). hari)
Mediasi tidak dapat
dilaksanakan
Tidak
berhasil Akibat hukum tidak
Penetapan Melanjutkan beritikad baik:
Pemeriksaan Perkara 1. Gugatan tidak
Tidak dapat diterima;
dapat 2. Biaya mediasi
dilaksa dibebankan
nakan kepada tergugat
4
8/31/2020
• mediator selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima pelimpahan penyelesaian perselisihan, mediator harus sudah mengadakan
2 penelitian tentang duduknya perkara, menghimpun informasi yang diperlukan dan paling lambat pada hari ke delapan harus segera mengadakan
sidang mediasi
• Mediator dapat memanggil saksi atau saksi ahli untuk hadir pada sidang mediasi guna diminta dan didengar keterangannya;
3
• Bilamana ternyata dalam sidang mediasi tercapai kesepakatan, dibuat Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh para pihak, dengan disaksikan
1 oleh mediator untuk kemudian didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak-pihak yang berselisih;
• Bila ternyata dalam mediasi tidak tercapai kesepakatan, mediator membuat anjuran tertulis
4
• Mediator harus sudah mengeluarkan anjuran tertulis selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah sidang mediasi dilaksanakan;
5
• Pihak-pihak yang berselisih harus sudah menyampaikan tanggapan atau jawaban secara tertulis atas anjuran mediator selambat-lambatnya 10
6 (sepuluh) hari setelah anjuran mediator diterima;
• Bila ternyata pihak-pihak yang berselisih tidak memberikan tanggapan atau jawaban tertulis, dianggap menolak anjuran mediator;
7
• Dalam hal pihak-pihak yang berselisih dapat menerima anjuran mediator, selambat-lambatnya 3 (tiga) hari harus dibuatkan perjanjian Bersama untuk
kemudian didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah domisili hukum pihak-pihak yang berselisih untuk
8 mendapatkan akta bukti pendaftaran;
• Dalam hal tidak tercapai kesepakatan dan atau pihak-pihak menolak anjuran mediator, salah satu pihak dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan
9 dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum pekerja/buruh bekerja.
BIPARTIT
ADVOKAT PERUNDINGAN KESEPAKATAN
RISALAH memuat:
SURAT a.Nama lengkap dan alamat para pihak; PERJANJIAN
KUASA b.Tanggal dan tempat perundingan; BERSAMA
c.Pokok masalah atau alasan perselisihan;
d.Pendapat para pihak;
e.Kesimpulan atau hasil perundingan; dan
f.tanggal serta tanda tangan para pihak yang
melakukan perundingan.
PENDAFTARAN PB
PELANGGARAN PB
ke PENGADILAN
PERMOHONAN
EKSEKUSI ke AKTA PERJANJIAN
BERSAMA
TRIPARTIT PENGADILAN
Tugas utama Advokat dalam penyelesaian sengketa melalui Tripartit adalah dengan memberikan konsultasi hukum bagi kedua belah
pihak agar tercapai suatu mufakat. Dalam hal menyelesaikan sengketa, bisa juga memanggil saksi atau saksi ahli untuk dimintai
keterangannya
5
8/31/2020
Perkara Perselisihan
no Poin Penting Perkara Perdata
Hubungan Industrial
1 Pelaksanaan mediasi Setiap tahapan sidang Sebelum perkara masuk ke
pengadilan
2 Akibat tidak melaksanakan Putusan batal demi hukum Putusan sah
mediasi
3 Biaya pemanggilan para pihak Para pihak sesuai persetujuan, Para pihak
dalam mediasi dan pihak yang dihukum membayar
biaya mediasi
4 honorarium mediator Hakim mediator dan pegawai Ditanggung oleh Instansi
pengadilan tidak dipungut biaya, Ketenagakerjaan
sedangkan mediator non hakim dan
non pegawai pengadilan sesuai
kesepakatan para pihak
PERBANDINGAN MEDIASI
5 Mediator Mediator bersertifikat, orang yang Mediator bersertifikat dari
diangap menguasai & pegawai Disnaker
berpengalaman dalam pokok
sengketa, hakim, akademisi hukum,
advokat
6 Kehadiran pihak bersengketa wajib Wajib
7 Lama mediasi 30 hari Kurang lebih 30 hari
8 Lama mediasi dapat Maksimal 30 hari sesuai Tidak dapat diperpanjang
diperpanjang kesepakatan para pihak
9 Mediasi mencapai Kesepakatan Perdamaian Perjanjian Bersama
kesepakatan
10 Mediasi tidak mencapai Mediator menyatakan mediasi Mediator memberikan
kesepakatan tidak berhasil atau tidak dapat anjuran tertulis pada para
dilaksanakan dan pihak, dalam hal anjuran
memberitahukannya secara tertulis ditolak maka dapat diajukan
kepada hakim gugatan ke Pengadilan PHI
6
8/31/2020
PERBANDINGAN MEDIASI
11 Pengesahan produk mediasi Pengadilan perkara disidangkan Pengadilan PHI
12 Upaya hukum karena tidak Gugatan Permohonan eksekusi
melaksanakan isi kesepakatan
13 Sifat mediasi tertutup Tertutup
14 Akibat penggugat tidak Gugatan dinyatakan tidak dapat Dianggap tidak tercapai
beritikad baik diterima dan membayar biaya kesepakatan
mediasi
15 Akibat tergugat tidak beritikad Membayar biaya mediasi Dianggap tidak tercapai
baik kesepakatan
16 Perdamaian sukarela pada Dapat dimohonkan hingga sebelum Dapat dimohonkan hingga
tahap pemeriksaan perkara pengucapan keputusan sebelum pengucapan keputusan
THANK YOU!