Anda di halaman 1dari 10

PERAN MEDIATOR DALAM

PELAKSANAAN MEDIASI

Kelompok VII
Nadiya Wira
Fitriani Wahyuni Limbong
Mazlan Hanif Abdillah
PERSYARATAN MEDIATOR
Persyaratan bagi seorang mediator dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi internal mediator dan eksternal mediator.
Sisi internal berkaitan dengan kemampuan personal mediator dalam menjalankan misinya menjembatani dan
mengatur proses mediasi, sehingga para pihak berhasil mencapai kesepakatan yang mengakhiri sengketa mereka.
Sisi eksternal berkaitan dengan persyaratan formal yang harus dimiliki mediator dalam hubungannya dengan
sengketa yang ia tangani.

Dalam beberapa kasus hukum yang ditangani melalui jalur mediasi, peraturan perundang-undangan di Indonesia
membuat syarat mediator begitu ketat seperti dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 54 Tahun 2000 tentang
Lembaga Penyedia Jasa Layanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan. Dalam PP tersebut
ditentukan kriteria sebagai berikut:

1. Cakap melakukan tindakan hukum;

2. Berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun;

3. Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif bidang lingkungan hidup paling sedikit 5 (lima) tahun;

4. Tidak ada keberatan dari masyarakat (setelah diumumkan dalam jangka waktu satu bulan);

5. Memiliki keterampilan untuk melakukan perundingan atau penengahan


PERAN DAN FUNGSI MEDIATOR

Mediator berperan aktif membawa pihak-pihak yang berkonflik untuk duduk bersama,

membantu mereka menceritakan permasalahan untuk sama-sama dirundingkan. Dalam

memandu proses komunikasi, mediator ikut mengarahkan para pihak agar membicarakan

secara bertahap upaya yang mungkin ditempuh keduanya dalam rangka mengakhiri

sengketa. Medaitor berperan aktif dalam menjembatani sejumlah pertemuan-pertemuan

antar para pihak. Fungsi mediator adalah sebagai pemandu proses komunikasi dalam proses

mediasi.
TIPE MEDIATOR

Christoper Moore membagi mediator ke dalam tiga tipe, yaitu:

1. Social network mediator, yaitu mereka yang dipercaya oleh pihak yang bertikai, untuk
mempertahankan keserasian atau hubungan baik dalam komunitas di mana para pihak menjadi
bagiannya.

2. Authoritatif mediator, yaitu dimana mediator memiliki posisi kuat dan berpengaruh dan berpotensi
untuk memengaruhi hasil akhir dari proses mediasi.

3. Independent madiator, mediator yang menjaga jarak terhadap masalah maupun pihak yang
bersengketa, mediator profesional spesialis dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka
hadapi misalnya mediator dari latar belakang profesi pengacara, kontruksi, akuntansi, ahli
kesehatan.
TAHAP PELAKSANAAN MEDIASI
Tahap pelaksanaan mediasi antara lain:
1. menyelenggarakan forum;
2. presentasi para pihak atau penyerahan resume;
3. Identifikasi masalah;
4. Kaukus;
5. Formulasi kesepakatan;
6. Kesepakatan perdamaian dan akta perdamaian.
Moore mengemukakan 12 (dua belas) tahap dari proses mediasi, yaitu:
1. Menjalin hubungan dengan para pihak yang bersengketa.
2. Memilih strategi untuk membimbing proses mediasi.
3. Mengumpulkan dan menganalisis informasi latar belakang sengketa.
4. Menyusun rencana mediasi.
5. Membangun kepercayaan dan kerja sama di antara para pihak.
6. Memulai sidang-sidang mediasi.
7. Merumuskan masalah dan menyusun agenda.
8. Mengungkapkan kepentingan tersembunyi para pihak.
9. Mengemukakan pilihan penyelesaian sengketa.
10. Menganalisis pilihan penyelesaian sengketa.
11. Proses tawar-menawar akhir.
12. Mencapai penyelesaian formal
KETERAMPILAN MEDIATOR
Keterampilan yang harus dimiliki mediator antara lain:
1. Keterampilan Mendengarkan,
2. Keterampilan Membangun Rasa Memiliki Bersama,
3. Keterampilan Memecahkan Masalah,
4. Keterampilan meredam Ketegangan, dan
5. Keterampilan Merumuskan Kesepakatan.
BAHASA MEDIATOR
Dalam proses mediasi mediator harus menggunakan bahasa yang sederhana,
lugas, mudah dipahami, dan tidak terlalu banyak menggunakan istilah asing,
sehingga menyulitkan para pihak memahaminya. Salah satu kekuatan mediator
adalah kemampuannya menggunakan bahasa dalam refreaming dan penawaran
opsi kepada pihak yang bersengketa. Refreaming bermakna penyusunan ulang
kalimat atau bahasa oleh mediator atas dasar pesan/bahasa yang disampaikan
oleh para pihak. Tujuan refreaming adalah untuk “menetralkan bahasa” dengan
fokus pada hal-hal positif.
Kemampuan menyusun kalimat-kalimat netral memerlukan pemikiran serius dan
latihan yang terus menerus, sehingga mediator peka dan cepat tanggap untuk
melakukan penyesuaian kalimat tersebut. Oleh karena itu training dan praktik
simulasi akan sangat membantu mediator dalam mempertajam kemampuannya
berkomunikasi dan menetralkan pernyataan-pernyataan destruktif dan subjektif
dari para pihak yang bersengketa.
ANALISIS
Mediator merupakan pihak netral yang membantu menyelesaikan sengketa para
pihak. Mediator bukanlah ajudikator ataupun arbitrer yang bisa memutuskan
persengketaan. Mediator murni seorang penengah. Walau mediator terlibat
dalam menawarkan solusi dan merumuskan kesepakatan, hasil kesepakatan
tetaplah berada di tangan kedua belah pihak.
Mediator yang baik, adalah mediator yang mampu menunjukkan peran kuatnya
dalam perundingan. Mediator harus memiliki karakter positif, agar para pihak
yang bersengketa memberikan kepercayaan kepadanya sehingga proses
mediasi dapat berjalan lancar. Selain itu, mediator juga haruslah seorang yang
cakap. Baik dalam bertutur kata, berilmu pengetahuan, bersikap empati,
mendamaikan, maupun membantu memecahkan masalah.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

NAWIR-CHAN

Anda mungkin juga menyukai