Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

NAMA PESERTA DIDIK : ………………………………………………

KELAS : ………………………………………………

MATERI : Teks Cerita/Novel Sejarah

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu menganalisis struktur dan ciri kebahasaan dalam teks cerita/novel sejarah.

Materi Pembelajaran

Teks cerita sejarah terdiri dari tiga struktur, yaitu disusun oleh bagian orientasi, urutan peristiwa dan
reorientasi.
1. Orientasi

Pendahuluan atau orientasi merupakan bagian pembuka teks cerita sejarah. Untuk memahaminya
dengan mudah, dalam pendahuluan pastinya diisi dengan pengenalan para tokohnya, suasananya serta
waktu kapan kejadian tersebut terjadi. Nah, bisa juga ditambahkan latar tempat supaya pendahuluan
bisa dapat dipahami dengan baik.
2. Peristiwa

Kedua, penjelasan, penggambaran dan cerita mengenai rekaman peristiwa-peristiwa sejarah yang
terjadi. Pastinya, yang namanya peristiwa sangat erat kaitannya dengan narasi.
Nah, dalam cerita peristiwa ini juga mengandung unsur narasi yang menggunakan urutan cerita (alur
cerita) serta latar-latar lainnya yang mendukung terjadinya peristiwa tersebut terjadi dan memperkuat
sejarah secara fakta.

3. Reorientasi

Bagian terakhir dari teks sejarah adalah diisi dengan bagian penutup atau reorientasi, yang berisikan
pendapat penulis atau komentar-komentar kesimpulan tentang peristiwa yang diceritakan.
Pada bagian penutup ini, sudut pandang penulis menjadi penjelasannya sebab setiap orang menulis
pasti punya sudut pandang dan pesan yang disampaikan bahkan orang yang membacanya nanti belum
tentu sama persis dengan keinginan penulis.
Ciri-Ciri Teks Cerita Sejarah

Setelah mengetahui urutan struktur teks sejarah, kenali dulu ciri-ciri teks sejarah supaya tidak salah
menulis dan pastinya mematuhi aturan yang sudah tetap.
Berikut ini 7 ciri-ciri teks cerita sejarah yang harus diperhatikan.
1. Alur Cerita, artinya peristiwa disampaikan dalam bentuk kronologi 
2. Biasanya berupa cerita ulang, kan namanya sejarah jadi sumbernya juga hampir sama.
3. Menggunakan konjungsi temporal.
4. Berisi fakta-fakta sejarah yang valid.
5. Menggunakan keterangan waktu dalam bentuk lampau
6. Menggunakan kata kerja yang menyatakan tindakan. Contoh: pergi, melempar, memukul, dan
lain-lain.
7. Dalam menceritakan sejarah, digunakan keterangan waktu seperti pada masa …, atau kemarin
dan lain sebagainya.

Petunjuk Pelaksanaan

1. Bacalah teks cerita sejarah berikut dengan cermat!


Cut Nyak Din lahir pada tahun 1850, di Kampung Lampadang, wilayah VI Mukim, Aceh Besar.
Ayahnya bernama Nanta Muda Seutia, yang berasal dari turunan makhdum Sati, seorang perantau dari
daerah Sumatra Barat. Beliau adalah cokal-bakal yang membangun wilayah VI Mukim menjadi lebih
terkenal dan makmur. Ibunya seorang keturunan bangsawan yang terpandang dari Kampung Lampagar.
Karena Istrinya inilah maka nama Nanta Muda Seutia makin terkenal dan dihormati oleh rakyat VI
Mukim.
Pada waktu sebelum Nanta menjadi Uleebalng, wilayah VI Mukim dipimpin oleh Uleebalang
Teuku Nek dan pusat kedudukannya berada di Meurakasa. Beliau menjalankan pemerintahan wilayah
VI Mukim kurang begitu adil dan kurang begitu bijaksana. Rakyat sangat tertekan dan menderita oleh
tindakan dan pemerasan yang dilakukan oleh Teuku Nek untuk memperkaya dirinya dan keluarganya.
Karena praktek yang merugikan ini, beliau tidak begitu disenangi oleh rakyat VI Mukim.
Pada abad ke-17 kekuasan aceh telah meluas sampai ke Sumatra Barat. Daerah ini sangat penting
artinya bagi Aceh baik dalam bidang politik maupun dalam bidang ekonomi. Dalam bidang politik
berarti Aceh telah menanamkan kekuasaannya dan daerah ini merupak “Vazal”. Sedangkan dalam
bidang ekonomi daerah ini merupakan menghasil lada yang sangat penting dalam pasaran dunia dan
dengan menguasai daerah tersebut berarti dapat menarik keuntungan yang banyak bagi Aceh. Karena
perkembangan ini Ratu Tajjul Alam mengangkat Uleebalang Panglima Nanta untuk mengatur dan
mengawasi daerah Vazal ini. Salah seorang keturunanya, ialah Makhdun Sati. Dalam tubuh Makhdun
Sati mengalir darah Aceh dan darah Minangkabau.
Dalam zaman pemerintahan Sulatan Jamalul Alam (1703-1726), Makhdun Sati berserta
rombongan yang terdiri dari 12 perahu berlayar menuju arah utara melalui pantai barat pulau Sumatra.
Pelayaran ini terdorong oleh adanya berita yang menarik hati mereka, bahwa di ujung utara pulau
Sumatra banyak terdapat kekayaan alam yang terpendam berupa emas. Dengan menempuh perjalanan
panjang dan lama, rombongan Makhdun Sati sampai di Pasir Karam. Daerah ini terletak di pantai Barat
Aceh dekat Meulaboh. Kemudian rombongan ini tinggal menetap untuk membuat perkempungan dan
memulai hidup baru biarpun daerah ini masih asing bagi mereka.
Ketika rombongan Makhdun Sati mendarat di Pasir Karam, sepasukan tentara Aceh sedang
bertempur mengahadapi pengacau suku Mantir yang belum memeluk agama Islam. Pasukan Aceh yang
sedikt jumlahnya ini hampir terdesak oleh pengacau Mantir yang lebih banyak jumlahnya. Melihat
tekanan yang diberikan suku Mantir, Makhdun Sati dengan rombongannya yang merasa berkewajiban
menolong sesama Islam memberikan bantuan. Kerjasama yang rapi dapat menyebabkan gerombolan
pengacau Mantir dapat dikalahkan dan mereka tinggal melarikan diri ke arah hulu ke pengunungan.
Dengan kekalahan suku Mantir, daerah ini menjadi aman.
Sebagai rasa terima kasih kepada bantuan Makhdun Sati, pimpinan pasukan Aceh dengan ikhlas
memberikan daerah Pasir Karam untuk dibagi-bagikan kepada rombongan Mukhdun Sati sebagi tempat
tinggal mereka. Kemudian dengan penuh ketekunan mereka membuka persawahan dan perladangan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.  Rumah-rumah dibangun dengan bergotong royong, sesuai
dengan rumah adat yang ditinggalkanya. Dalam waktu singkat Makhdun Sati serta pengikutnya telah
menjadi orang-orang makmur. Selanjutnya mereka dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat
setempat, sehingga persaudaraan terjalin secara akrab seperti di kampung yang ditinggalkannya.
Kemudian Makhdun Sati berserta rakyatnya menyatakan kesetiaannya kepada kekuasaan Sultan Aceh.
Karena tidak adanya kepuasan, maka Makhdun Sati membawa rakyatnya bergerak ke Utara lagi
ke Muara Sungai Wolya. Daerah ini lebih subur daripada daerah Pasir Karani. Daeraha ini terletak
antara daerah Pidie dan Gleupang. Kemudian mereka membuka persawahan dan ladang untuk
menanam lada. Di samping itu mereka menemukan biji emas yang dibawa arus Sungai Wolya. Karena
itu rakyat Makhdun Sati setiap hari dengan tekun mengumpulkan biji-biji emas pada tempat ini. Maka
dengan jerih payahnya mereka dapat mengumpulkan emas yang banyak. Karena kemakmuran yang
diperoleh rakyat

2. Setelah membaca teks cerita sejarah di atas, analisislah struktur teks tersebut, Hasil analisis
tuliskan dalam table berikut!

Paragraf Struktur Teks Hasil Analisis/Alasan

3. Analisis pula ciri kebahasaan teks cerita sejarah tersebut dan klasifikasikan ke dalam tabel
berikut!

No Ciri Kebahasaan Teks Bukti Dalam Teks Hasil Analisis


1. Penggunaan kalimat
bermakna masa lampau
2. Penggunaan kata-kata
bermakna tindakan
3. Penggunaan fungsi
keterangan tempat dan
waktu
4. Penggunaan konjungsi
temporal
5. Penggunaan konjungsi
kausalitas
6. Penggunaan kalimat
langsung

4. Kumpulkan LKPD ini untuk diberikan nilai.

Anda mungkin juga menyukai