7.
Pengesahan
1. Judul Penelitian : Analisis Pengaruh Customer Value dan Buying Decision terhadap
Consumer Behavior Produk Fashion Imitasi Bermerek di Kalangan Masyarakat Kota
Metropolitan
LAPORAN AKHIR
Analisis Pengaruh Customer Value dan Buying Decision terhadap Consumer Behavior
Produk Fashion Imitasi Bermerek di Kalangan Masyarakat Kota Metropolitan
KATA PENGANTAR
Peneliti bersyukur kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat melalui proses dalam penelitian dengan harapan nantinya dapat
menyelesaikan penelitian yang berjudul” Analisis Pengaruh Customer Value dan
Buying Decision terhadap Consumer Behavior Produk Fashion Imitasi Bermerek di
Kalangan Masyarakat Kota Metropolitan
Penelitian ini disusun untuk melengkapi persyaratan kegiatan Tri Darma sebagai
Dosen Tetap di ABFI Institute (Institusi Keuangan Perbankan dan Informatika Asia) Perbanas
Jakarta.
Pada bagian ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah memotivasi dan memberikan kesempatan dalam proses penelitian ini , khususnya
kepada :
1.Bapak Patria Laksamana, PhD Direktur P3M ABFI Institute Perbanas Jakarta yang telah
2 Bapak Nicodimus Simu ,S.E.,M.M. selaku Ketua Program Studi Manajemen yang
3. Para responden yang telah banyak memberikan pemikiran dan masukan demi
4. Semua pihak, baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu
Akhir kata, peneliti berharap semoga hasil penelitian ini nantinya dapat bermanfaat
manfaat langsung maupun tidak langsung dalam mengembangkan ilmu dan memberikan
Peneliti
6
Daftar Isi
7
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan masyarakat Indonesia akan tata busana atau fashion sangatlah tinggi.
Barang –barang mahal dan bermerek terkenal saat ini menjadi suatu keharusan untuk
menambah penampilan secara individu yang menjadikan pencitraan diri dalam pergaulan
di masyarakat. Apabila mereka memiliki barang tersebut mereka akan merasa derajatnya di
dalam masyarakat akan bertambah dan menambah rasa percaya diri. Banyak juga yang
menjadikan barang-barang bermerek ini sebagai koleksi pribadi. Kebanyakan kaum wanita
yang menyukai barang-barang bermerek menjadi barang koleksi . Wanita umumnya lebih
memperhatikan penampilannya dan sangat detail dalam memilih barang.
Kebutuhan produk fashion semakin meningkat dan semakin beragam, karena produk fashion
mempunyai masa pakai tergantung pada trend, maka untuk efisiensi dalam anggaran
membeli produk yang mempunyai reputasi dan merek terkenal dirasa mahal bagi konsumen
maka munculah keinginan untuk membeli produk tiruan . di Indonesia dikenal produk tiruan
atau imitasi dengan istilah kwalitet (KW). Menurut Aprilins (2010) “barang KW” adalah
sebuah barang yang diproduksi sebagai tiruan, replika, atau imitasi dari barang lain. “Barang
KW” ini bukan hanya diproduksi sebagai tiruan atau replika merek terkenal saja, tetapi juga
untuk semua merek. “Barang KW” diproduksi tanpa menggunakan hak merek yang
bersangkutan, para produsen membuatnya dengan cara seperti meniru saja.
Oleh karena itu secara sederhana dapat dikatakan bahwa “barang KW” adalah barang tiruan
atau imitasi. Tingkatan paling umum “barang KW” adalah “KW 1”, “KW 2”, dan “KW
super”. Harga barang KW yang paling mahal dan memiliki kualitas mirip dengan aslinya
adalah KW super.
Kebutuhan masyarakat Indonesia akan fashion memang tinggi, namun hal itu tidak
didukung dengan pendapatan per kapita tiap penduduk. Dikarenakan barang yang mahal dan
pendapatan masyarakat Indonesia yang tidak terlalu tinggi, banyak pelaku-pelaku bisnis
yang memanfaatkan hal tersebut dengan membuat barang imitasi.
“KW super”. Harga barang KW yang paling mahal dan memiliki kualitas mirip dengan
aslinya adalah KW super.
Wanita merupakan segmentasi pasar yang paling menguntungkan bagi produsen Awal
penelitian di bidang perilaku konsumen ditemukan bahwa wanita memiliki minat dalam
berbelanja fashion dan produk lain yang terkait dibanding laki-laki. Wanita menghabiskan
jauh lebih banyak waktu untuk mencari item yang berkaitan dengan fashion dan kosmetik
(Seock dan Bailey, 2008) dan menghabiskan sebagian penghasilan secara signifikan untuk
berbelanja busana, perhiasan, dan aksesoris fashion lainnya (Chiger 2001; Kim dan Kim
2004 ; Zollo 1995). Karakteristik pembeli wanita biasanya adalah mudah terpengaruhi oleh
suatu keadaan yang sedang “booming” guna membangun image atau citranya dimata orang
dengan mencari produk harga yang murah namun terlihat mahal . Pembeli yang seperti ini
adalah yang terlihat tidak realistis dalam melakukan penilaian lebih lanjut terhadap suatu
barang karena hanya akan menghambur-hamburkan uang dalam waktu singkat dengan
membeli barang imitasi hanya untuk memenuhi keinginan saja.
Membahas tentang gaya hidup ada satu kata yang tidak dipungkiri menjadi salah satu
kebutuhan primer manusia. Pakaian, tas, atau aksesoris seharusnya digunakan seperlunya,
penggunaanya hanya sebatas nyaman dan menutupi tubuh. Seiring dengan perkembangan
globalisasi kebutuhan akan hal tersebut menjadi meningkat, pembeliannya pun mulai
dipengaruhi merek dari barang itu sendiri. Semakin bagus dan terkenal mereknya, semakin
tinggi kualitasnya maka semakin mahal pula harganya.
Kenyataan yang sebenarnya dalam kegiatan pasar , baik produk orisinil maupun produk
palsu sama-sama beredar luas di pasar bisnis . Meskipun rentan terkena sanksi hukum, para
seller produk imitasi tidak mengenal rasa takut. Mereka tetap mempertahankan toko -nya.
Bahkan, tidak sedikit seller yang membuka cabang-cabang toko di berbagai pusat
perbelanjaan. Apakah ini berarti menjual produk imitasi di toko adalah sesuatu yang wajar?
Apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum seller memutuskan untuk menjual produk
imitasi?
akan mencantumkan merek yang menyerupai merek aslinya, contohnya adidas dan adidos.
Tujuannya agar pembeli terkecoh dan menghindari hukum.
Di indonesia suatu produsen akan ditindak hukum apabila mencontoh produk lain
sebanyak 100%. Apabila produk yang di-imitasikan hanya sebesar 99,99% maka polisi tidak
dapat menidak lanjuti kasus tersebut.
Imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor lain yang ikut berperan, sehingga
seseorang mengadakan imitasi terhadap produk-produk khususnya produk fashion, yang
menjadikan trend dikota besar yang dinamakan kota metropolitan.
Bagaimana orang dapat mengimitasi sesuatu kalau orang yang bersangkutan tidak
mempunyai sikap menerima terhadap apa yang diimitasi itu. Dengan demikian untuk
mengimitasi sesuatu perlu adanya sikap menerima, ada sikap mengagumi terhadap apa yang
diimitasi itu, karena itu imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya. Contoh dari imitasi
adalah orang sudah tau dengan harga produk lebih murah dan mempunyai merek terkenal ,
sudah dipastikan barang tersebut imitasi atau replika namun tetap di cari dan menjadi suatu
kebutuhan untuk fashion. Kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh adanya penyedia produk
imitasi sehingga terjadi permintaan barang imitasi yang semakin tumbuh dengan harga
produk terjangkau dan kualitas imitasi semakin baik. Barang imitasi yang berkembang di
kota-kota besar yang dinamakan metropolitan dengan penduduk yang homogen dan
kebutuhan fashion dianggap penting menjadikan target pasar yang menjajikan.
Sebuah keputusan pembelian yang dilakukan oleh seorang konsumen dilakukan atas
dasar keinginan dan kebutuhannya terhadap suatu produk. Dilihat dari atribut produk yaitu
unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar
akan suatu produk dan faktor-faktor dalam keputusan pembelian menjadikan hal penting
yang pada akhirnya produk menjadi suatu obyek yang akan dicari. Beberapa pemasar
menganggap bahwa pengaruh utama adalah ekonomi untuk menentukan suatu produk
rendah.Sasaran produk imitasi sebagai produk aslinya tidak akan pernah sepi dari peminat
yang dipengaruhi antara lain kepribadian yang akan membentuk perilaku pembelian dalam
10
Dari latar belakang penelitian yang telah diuraikan maka penulis tertrik untuk meneliti
dengan judul:
Analisis pengaruh Customer Value terhadap Buying Decision Produk Fashion Imitasi
Bermerek di Kalangan Masyarakat Kota Metropolitan” yang dimoderasi oleh Consumer
Behavior
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam hal ini masalah yang
akan diteliti yaitu ;
1. Bagaimana Persepsi Nilai bagi Pelanggan pada produk fashion imitasi bermerek
dikalangan masyarakat kota Metropolitan
2. BagaimanaKeputusan Pembelian pada produk fashion imitasi bermerek dikalangan
11
Penelitian ini dibatasi pada nilai pelanggan yaitu yang dirasakan pelanggan dan di
evaluasi terhadap atribut produk , kinerja dan konsekuensi yang timbul dari penggunaan
produk untuk mencapai tujuan dan maksud konsumen ketika menggunakan produk.
Penggun produk adalah wanita yang menyukai produk fashion bermerek terkenal (branded)
yang akhirnya menjadi daya tarik tertentu untuk memutuskan pembelian dengan
mempertimbangkan kualitas dan harga serta pertimbangan lain secara individu di wilayah
kota metropolitan
BAB II
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain (Kotler, 2007). Pemasaran merupakan faktor penting dalam siklus yang
pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan
ini, pemasaran pemasaran penting dalam menentukan sukses atau tidaknya suatu
Pemasaran menurut Philip Kotler (2005:10) adalah proses sosial yang dengan
proses individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
pertukaran.
Suatu proses sosial dan manajerial yang membantu individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan serta inginkan melalui pencapaian dan
dikutip oleh Kotler dan Keller (2007:6) adalah suatu fungsi organisasi dan
Asssiciation and New Zealand (MAAZ) yang dikutip oleh Alma (2005:3) yang
pendistribusian, promosi dan penetuan harga dari barang, jasa dan ide.
melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran (nilai) produk dengan yang
lain, dimana dalam pemasaran ini kegiatan bisinis dirancang untuk menjual barang-
barang dari produsen kepada konsumen untuk mencapai sasaran serta tujuan
organisasi.
1. Segmentasi Pasar
bersifat homogen.
2. Market Positioning
prinsip strategi pemasaran yang kedua adalah memilih pola spesifik pasar
pasar tersebut.
Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan cepat, cara ini
ditempuh apabila :
b) Internal Development
Keuntungan dengan cara ini ialah bahwa resiko yang dipikul bersama,
evidence).
5. Timing Strategy
Penentuan saat yang tepat dalam memasarkan barang merupakan hal yang perlu
pemasaran, kemudian perusahan juga harus menentukan saat yang tepat bagi
Istilah nilai (value) digunakan sebagai konteks yang berbeda. Menurut Woodruff
(1997:142), Customer Value adalah pilihan yang dirasakan pelanggan dan evaluasi
terhadap atribut produk dan jasa, kinerja atribut dan konsekuensi yang timbul dari
penggunaan produk untuk mencapai tujuan dan maksud konsumen ketika
menggunakan produk. Woodruff juga mendefinisikan Customer Value sebagai persepsi
pelanggan terhadap konsekuensi yang diinginkannya dari penggunaan suatu
produk/jasa. Customer Value dapat dijabarkan sebagai preferensi yang pelanggan
rasakan terhadap ciri produk, kinerja, dan sejauh mana telah memenuhi apa yang
diinginkannya.
Menurut Slywotzky dalam Tjiptono (2005:144), customer value didasarkan pada
perspektif pelanggan atau organisasi bersangkutan, dengan mempertimbangkan
keinginan dan keyakinan pelanggan dari pembelian dan penggunaan suatu produk atau
jasa.
19
Atribut produk atau jasa (product atributes), dasar hirariki yaitu pelanggan berfikir
mengenai produk atau jasa sebagai rangkaian dari atribut dan kinerja atribut.
Maksud dan tujuan pelanggan (customer’s goal and purposes), maksud dan tujuan
pelanggan yang dicapai melalui konsekuensi tertentu dari penggunaan produk jasa.
Menurut Sweeny dkk dalam Tjiptono ( 2005:298), nilai pelanggan terdiri dari empat
dimensi, yaitu :
Emotional value, utlitas yang bersal dari perasaan atau afektif/emosi positif yang
ditimbulkan dari mengkonsumsi produk.
Social value, utilitas yang didapat dari kemampuan produk untuk meningkatkan konsep
diri-sosial konsumen.
Quality/performance value, utilitas yang didapat dari produk karena reduksi biaya
jangka pendek dan biaya jangka panjang.
Price/value of money, utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap kinerja yang
diharapkan dari suatu produk atau jasa.
Sheth & Mittal dalam Tjiptono (2005:145), mengelompokkan tipe pelanggan kedalam
tiga kategori yaitu : user, buyer, dan payer. Kemudian tiga kategori ini diturunkan
menjadi sembilan tipe nilai pelanggan yaitu :
1. Performance value, adalah kualitas hasil fisik dari penggunaan suatu produk/jasa.
Dengan kata lain, tipe ini mencerminkan kemampuan produk/jasa melaksanakan fungsi
fisik utamanya secara konsisten. Performance value terletak pada dan berasal dari
komponen fisik dan jasa.
Menurut Kotler (2002), keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli
atau tidak terhadap produk. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan
22
pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga
dan produk sudah yang sudah dikenal oleh masyarakat Sebelum konsumen memutuskan untuk
membeli, biasanya konsumen melalui beberapa tahap terlebih dahulu yaitu, (1) pengenalan
masalah, (2) pencarian informasi. (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan membeli atau tidak, (5)
perilaku pascapembelian. Pengertian lain tentang Keputusan pembelian menurut Schiffman dan
Kanuk (2000: 437) adalah “the selection of an option from two or alternative choice”. Dapat
diartikan, keputusan pembelian adalah suatu keputusan seseorang dimana dia memilih salah satu
dari beberapa alternatif pilihan yang ada.
Berdasarkan definisi diatas disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah tindakan yang
dilakukan konsumen untuk melakukan pembelian sebuah produk. Oleh karena itu, pengambilan
keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses pemilihan salah satu dari beberapa
alternatif penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang nyata. Setelah itu konsumen dapat
melakukan evaluasi pilihan dan kemudian dapat menentukan sikap yang akan diambil selanjutnya.
Menurut Swastha dan Handoko (2011) berpendapat bahwa lima peran individu dalam sebuah
keputusan membeli, yaitu:
Pengambilan inisiatif (initiator): individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu atau
yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tetapi tidak mempunyai wewenang untuk melakukan
sendiri.
Orang yang mempengaruhi (influencer): individu yang mempengaruhi keputusan untuk membeli
baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Pembuat keputusan (decider): individu yang
memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya, kapan
dan dimana membelinya. Pembeli (buyer): individu yang melakukan pembelian yang
sebenarnya. Pemakai (user): individu yang menikmati atau memakai produk atau jasa yang dibeli.
Sebuah perusahaan perlu mengenai peranan tersebut karena semua peranan mengandung implikasi
guna merancang produk, menentukan pesan dan mengalokasikan biaya anggaran promosi serta
membuat program pemasaran yang sesuai dengan pembeli.
Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Menurut Engel dkk
menjelaskan bahwa Perilaku Konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan , mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan
yang mendahului tindakan ini. Kotler mengungkapkan bahwa seseorang mungkin dapat memiliki
23
peranan yang berbeda –beda dalam setiap keputusan pembelian. Berbagai peranan yang mungkin
terjadi antara lain sebagai berikut;
1. Pengambil inisiatif (initiator) yaitu orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu
produk atau jasa tertentu.
2. Orang yang mempengaruhi (influencer), yaitu orang yang pandangan atau nasihatnya
diperhitungkan dalam membuat keputusan akhir.
3. Pembuat keputusan (decider), yaitu orang yang memutuskan pada salah satu atau seluruh
komponen atau keputusan pembelian : apakah membeli atau tidak, apa yang akan dibeli,
bagaimana membelinya atau dimana membelinya.
Gambar 1.
Proses Pembelian Model Lima Tahap
Perilaku
Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan
Pasca
Masalah Informasi Alternatif Pembelian
Pembelian
Sumber; Kotler(2001)
1. Tahap pengenalan masalah: proses pembelian diawali saat membeli menyadari adanya
masalah kebutuhan. Pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari
terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya.
Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal maupun eksternal.
2. Tahap pencarian informasi: Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong
untuk mencari informasi lebih banyak. Salah satu faktor kuci pertama bagi pemasar adalah
sumber-sumber informasi utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dan pengaruh
relatif dari masing-masing sumber terhadap keputusan-keputusan membeli.
3. Tahap Evaluasi alternatif: Konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk
membuat keputusan akhir.
24
4. Tahap keputusan membeli: keputusan membeli konsumen dipengaruhi oleh dua faktor ,
yaitu sikap orang lain dan faktor keadaan yang tidak terduga. Sejauh mana sikap orang lain
akan mngurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada dua hal, yaitu intensitas
sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan konsumen dan , kedua motivasi
konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut.
5. Tahap perilaku setelah pembelian: Perilaku pasca pembelian terhadap suatu produk yang
dilakukan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut
juga akan terlibat dengan tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk
yang akan menarik minat pemasar.
Pemasaran perlu berfokus pada seluruh proses pengambilan keputusan pembelian bukan
hanya pada proses pembeliannya saja. Oleh karena itu, kita perlu menegetahui definisi
keputusan pembelian menurut para ahli Schiffman dan Kanuk (2007:492) keputusan
pembelian adalah suatu tahapan proses yang berhubungan dengan cara konsumen
mengambil keputusan.
secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menentukan produk dan jasa, termasuk
tersebut.
dua atau lebih alternatife pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat
dapat mengarah pada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu
dilakukan.
melakukan pembelian sebuah produk. Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler &
Armstrong (2001: 226) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang
ditawarkan.
1. Pengenalan masalah
itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam atau dari luar pembeli.
2. Pencarian informasi
produk tersebut.
3. Evaluasi alternatif
Dalam tahap ini tidak ada suatu proses evaluasi yang mudah dan tunggal yang dapat
dipergunakan untuk semua konsumen atau bahkan oleh seorag konsumen dalam
4. Keputussan pembelian
Tahap ini diawali dengan tahap penilaian berbagai alternatif yang dapat dilihat dari
atribut - atribut yang melekat pada produk itu. Dengan indikasi itu konsumen
membentuk pilihan. Namun ada dua faktor yang mempengaruhi pada saat memilih,
Menurut phillip Kotler (2003:202) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat
faktor,diantaranya:
Budaya, sub budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan
penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Anak-anak yang sedang tumbuh akan mendapatkan
seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting
lainnya. Contonhya pada anak-anak yang dibesarkan di Amerika Serikat sangat terpengaruh
dengan nilai-nilai sebagai berikut: prestasi, aktivitas, efisiensi, kemajuan, kenikmatan materi,
individualisme, kebebasan, humanisme, dan berjiwa muda.
Masing-masing subbudaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi
dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya seperti kebangsaan, agama,
kelompok,ras,danwilayahgeografis.
Pada dasaranya dalam sebuah tatanan kehidupan dalam bermasyarakat terdapat sebuah tingkatan
(strata) sosial. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain
seperti pekerjaan, pendidikan, perilaku dalam berbusana, cara bicara, rekreasi dan lain-lainya.
Selain faktor budaya, perilaku pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial
diantarannyasebagaiberikut:
a. Kelompok acuan
27
Kelompok acuan dalam perilaku pembelian konsumen dapat diartikan sebagai kelompok
yang yang dapat memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap
sikap atau perilaku seseorang tersebut. Kelompok ini biasanya disebut dengan kelompok
keanggotaan, yaitu sebuah kelompok yang dapat memberikan pengaruh secara langsung
terhadap seseorang. Adapun anggota kelompok ini biasanya merupakan anggota dari
kelompok primer seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja yang berinteraksi
dengan secara langsung dan terus menerus dalam keadaan yang informal. Tidak hanya
kelompok primer, kelompok sekunder yang biasanya terdiri dari kelompok keagamaan,
profesi dan asosiasi perdagangan juga dapat disebut sebagai kelompok keanggotaan.
b. Keluarga
Dalam sebuah organisasi pembelian konsumen, keluarga dibedakan menjadi dua bagian.
Pertama keluarga yang dikenal dengan istilah keluarg orientas. Keluarga jenis ini terdiri
dari orang tua dan saudara kandung seseorang yang dapat memberikan orientasi agam,
politik dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Kedua, keluarga yang
terdiri dari pasangan dan jumlah anak yang dimiliki seseorang. Keluarga jenis ini biasa
dikenal dengan keluarga prokreasi.
c. Perandan status
Hal selanjutnya yang dapat menjadi faktor sosial yang dapat mempengaruhi perilaku
pembelian seseorang adalah peran dan status mereka di dalam masyarakat. Semakin
tinggi peran seseorang didalam sebuah organisasi maka akan semakin tinggi pula status
mereka dalam organisasi tersebut dan secara langsung dapat berdampak pada perilaku
pembeliannya. Contoh seorang direktur di sebuah perusahaan tentunya memiliki status
yang lebih tinggi dibandingkan dengan seorang supervisor, begitu pula dalam perilaku
pembeliannya. Tentunya, seorang direktur perusahaan akan melakukan pembelian
terhadap merek-merek yang berharga lebih mahal dibandingkan dengan merek lainnya.
2.5.3 Pribadi
Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh karakterisitik pribadi diantaranya usia dan tahap
siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep-diri pembeli.
Orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya yang dimana
setiap kegiatan konsumsi ini dipengaruhi oleh siklus hidup keluarga
28
c. Gaya hidup
Gaya hidup dapat di artikan sebagai sebuah pola hidup seseorang yang terungkap dalam
aktivitas, minat dan opininya yang terbentuk melalui sebuah kelas sosial, dan pekerjaan.
Tetapi, kelas sosial dan pekerjaan yang sama tidak menjamin munculnya sebuah gaya
hidup yang sama. Melihat hal ini sebagai sebuah peluang dalam kegiatan pemasaran,
banyak pemasar yang mengarahkan merek mereka kepada gaya hidup seseorang.
Contohnya, perusahaan telepon seluler berbagai merek berlomba-lomba menjadikan
produknya sesuai dengan berbagai gaya hidup remaja yang modern dan dinamis seperti
munculnya telepon selular dengan fitur multimedia yang ditujukan untuk kalangan muda
yang kegiatan tidak dapat lepas dari berbagai hal multimedia seperti aplikasi pemutar
suara, video, kamera dan sebagainya. Atau kalangan bisnis yang menginginkan telepon
selular yang dapat menujang berbagai kegiatan bisnis mereka.
d. Kepribadian
Setiap orang memiliki berbagai macam karateristik kepribadian yang bebeda-beda yang
dapat mempengaruhi aktivitas kegiatan pembeliannya. Kepribadian merupakan ciri
bawaan psikologis manusia yang berbeda yang menghasilkan sebuah tanggapan relatif
konsiten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya
digambarkan dengan menggunakan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi,
kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri dan kemapuan beradaptsi (Harold H kasarjian
1981:160). Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis
pilihan merek konsumen. Hal ini disebakan karena beberapa kalangan konsumen akan
memilih merek yang cocok dengan kepribadiannya.
2.5.4 Psikologis
Terakhir, faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah faktor
psikologis. Faktor ini dipengaruhi oleh empat faktor utama diantaranya sebagai berikut:
29
a. Motivasi
b. Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk segera melakukan tindakan. Bagaimana tindakan
seseorang yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu.
Persepsi dapat diartikan sebagai sebuah proses yang digunkan individu untuk memilih,
mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan sebuah
gambaran (Bernard Barelson, dalam Kotler 2003:217). Persepsi tidak hanya bergantung
pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan
sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.
Setiap persepsi konsumen terhadap sebuah produk atau merek yang sama dalam benak
setiap konsumen berbeda-beda karena adanya tiga proses persepsi yaitu:
Perhatian selektif
Perhatian selektif dapat diartikan sebagai proses penyaringan atas berbagai informasi
yang didapat oleh konsumen. Dalam hal ini para pemasar harus bekerja keras dalam
rangka menarik perhatian konsumen dan memberikan sebuah rangsangan nama yang
akan diperhatikan orang. Hal ini disebabkan karena orang lebih cenderung
memperhatikan rangsangan yang berhubungan dengan kebutuhnnya saat ini,
memperhatikan rangsangan yang mereka antisipasi dan lebih memerhatikan rangsangan
yang memiliki deviasi besar terhadapa ukuran rangsangan normal seperti, orang
cenderung akan memperhatikan iklan yang menawarkan potongan dan bonus
sebesar rp.100.000ketimbang iklan komputer yang hanya memberikan bonus
ataupotonganyangbernilai rp.50.000
Distorsi Selektif
30
Distorsi selektif merupakan proses pembentukan persepsi yang dimana pemasar tidak
dapat berbuat banyak terhadap distorsi tersebut. Hal ini karena distorsi selektif
merupakan kecenderungan orang untuk mengubah informasi menjadi bermakna pribadi
dan menginterpretasikan informasi yang didapat dengan cara yang akan mendukung pra
konsepsi konsumen.
Ingatan Selektif
Orang akan banya melupakan banyak hal yang merek pelajari namun cenderung akan
senantiasa mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinan mereka.
Karena adanya ingatan selektif, kita cenderung akan mengingat hal-hal baik yang yang
disebutkan tentang produk yang kita sukai dan melupakan hal-hal baik yang disbutkan
tentang produk yang bersaing.
c. Pembelajaran
Melalui betindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya
kemudian mempengaruhi perilaku pembelian konsumen . Keyakinan dapat diartikan
sebgai gambaran pemikiran seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang
tentang produk atau merek akan mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
Contohnya studi tentang keyakinan merek yang menemukan bahwa konsumen sama-
sama menyukai Diet Coke dan Diet Pepsi ketika mencicipi keduanya dalam tanpa merek.
Tetapi, ketika mencicipi Diet yang diberi tahu mereknya, konsumen memilih diet Coke
31
65% dan Diet Pepsi 23%. Dalam contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa keyakinan
akan merek dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Selain keyakinan, sikap merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Sikap adalah
evaluasi, perasaan emosi, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap suatu objek atau gagasan
tertentu.(David Kreh, dalam Kotler 2003:219).
Gambar 2
Model Perilaku Konsumen
Rangsangan Rangsangan Ciri-ciri Proses Keputusan Keputusan
Pemasaran Lain Pembeli Membeli Pembelian
• Produk • Ekonomi • Budaya • Memahami • Pilihan produk
• Harga • Teknologi • Sosial masalah • Pilihan merk
• Distribusi • Kebudayaan • Individu • Mencari • Pilihan penjual
• Promosi • Politik • Psikologi informasi • Waktu
• Evaluasi pembelian
• Keputusan • Jumlah
• Perilaku setelah pembelian
membeli
CUSTOMER VALUE
1. Emotional value
2. Social value
3. Performance value
4. Value of money
CUSTOMER BAHAVIOR
1. Psikologis
2. Pribadi
3. Sosial
4. budaya
BUYING DECISION
1. Tujuan membeli
2. Proses informasi
3. Kemantapan produk
4. Rekomendasi
5. Pembelian ulang
BD : Kotler (2007)
H1 : ada pengaruh Customer Value terhadap Consumer Behavior produk fashiom imitasi
bermerek di kalangan masyarakat kota Metropolitan
33
H2 : ada pengaruh Buying Decision terhadap Consumer Behavior produk fashion imitasi
bermerek dikalangan masyarakat metropolitan
H3 : ada pengaruh Customer Value dan Buying Decision terhadap Consumer Behavior produk
fashion imitasi bermerek dikalangn masyarakat metropolitan .
34
Konsep
No Judul Penelitian Peneliti/th Hasil yang
dirujuk
1 Motivasi Pengusaha Muslim Firmansya Memproduksi produk imitasi Tingkat
Memproduksi Produk Aditama, 2015 dilakukan oleh pengusaha Motivasi ,
Imitasi (Studi pada sentra muslim karena tingginya minat Produk
Industri Kerajinan Kulit di masyarakat Indonesia terhadap Imitasi
Tanggulangii), produk imitasi, sehingga
menjadi kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh perusahaan. 2.
Motivasi lain yang mendasari
para informan memproduksi
produk imitasi adalah Dengan
memproduksi produk imitasi
akan menjaga keberlangsungan
hidup perusahaan dikarenakan
tingkat penjualan produk
imitasi menjanjikan dan stabil
dari tahun ketahun. 3. Motivasi
pengusaha muslim ini
bertentangan dengan anjuran
berbisnis Rasullullah SAW dan
cara berproduksi dalam
perspektif Islam, karena hal ini
merugikan perusahaan yang
mempunyai merk atau hak cipta
atas produknya.
2 Hubungan sikap konsumen Rina Oktaviana, Berdasarkan hasil analisis data Keputusan
dengan keputusan membeli 2015 penelitian yang telah dilakukan Pembelian
produk perhiasan Imitasi hasilnya adalah ada hubungan dan Perilaku
Xuping pada konsumen yang signifikan antara sikap konsumnen
wanita di pasar 16 Ilir konsumen dengan keputusan
Palembang membeli produk perhiasan
imitasi Xuping pada konsumen
wanita di Pasar 16 Ilir
Palembang.
3 Pengguna produk imitasi Charly Motivasi pengguna produk Motivasi,
mempengaruhi keyakinan Hongdiyanto, karena reseller menawarkan kepribadian
dalam tampilan 2014 dengan harga yang lebih dan minat
terjangkau beli
Konsep
No Judul Penelitian Peneliti/th Hasil yang
dirujuk
sekaligus merek imitasi
(Studi kasus pada konsumen
Putri Noor Komitmen tidak berpengaruh Produk
muda.
Anggraeni, 2012 secara positif pada dukungan fashion
konsummen terhadap merek kategori
asli. Affordable.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Dengan melakukan penelitian ini peneliti sangat perlu dilakukan perencanaan dan
pelaksanaan penelitian, agar penelitian ini yang dilakukan dapat berjalan baik dan berjalan
sistematis. Menurut Nazir (2005:84) desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan
kuantitatif dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2007:11).
Tujuan dari penilaian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki. Dengan metode ini, data yang diperoleh lewat penyebaran kuesioner
akan diolah dan dianalisa berdasarkan teori-teori yang telah dipelajari, sehingga peneliti dapat
memberikan deskripsi mengenai masalah yang diteliti. Jenis penelitiannya adalah jenis regresi
liner berganda yang dapat mengukur pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependennya.
Tabel 3.1
DESAIN PENELITIAN
Masyarakat Metropolitan yang mencakup 5 Wanita dan Pria yang menyukai tampilan.
wilayah di jakarta dan dilengkapi dengan data Pengguna Produk Tas dan Turunannya
kota besar seperti Semarang, Bandung, Pengguna produk adalah yang bukan produk
Sampel
100 orang
Uji Hipotesis
Dengan melakukan penelitian ini peneliti sangat perlu dilakukan perencanaan dan
38
pelaksanaan penelitian, agar penelitian ini yang dilakukan dapat berjalan baik dan berjalan
sistematis maka perlu kejelasan hubungan antar variable. Variabel yang dimaksud adalah
Variabel independen, variabel dependen, variabel intervining maupun variabel moderasi dan
2014:182). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif dengan dua variabel independen dan dependen . Setiap
variabel pada setiap dimensinya minimal kan diukur dengan dua indikator yang nantinya akan
dikembangkan dalam bentuk pernyataan dalam kuesioner. Hal ini dilakukan oleh peneliti agar
Tujuan dari penilaian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara
sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Dengan metode ini, data yang diperoleh lewat penyebaran kuesioner akan diolah dan
dianalisa berdasarkan teori-teori yang telah dipelajari, sehingga peneliti dapat memberikan
deskripsi mengenai masalah yang diteliti. Jenis penelitiannya adalah jenis regresi liner
berganda yang dapat mengukur pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya.
Untuk memudahkan suatu penelitian berangkat dan bermuara pada suatu tujuan yang
jelas, maka penelitian itu disimplifikasi kedalam bangunan variabel (Ferdinand, 2006). Variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari orang, obyek atau kegiatan yang memiliki variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2001).
Berkaitan dengan penelitian ini, variabel penelitian yang terdiri dari variabel independen
Variabel independen (X) adalah variabel yang mempengaruhi variable dependen. Baik
39
yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif. Dalam script analysis, akan
terlihat bahwa variabel yang menjelaskan mengenai jalan atau cara sebuah masalah
Variabel dependen (Y) adalah variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti. Dalam
script analysis, nuansa sebuah masalah tercermin dalam variable dependen. Hakekat
sebuah masalah (the nature of a problem) mudah terlihat dengan mengenali berbagai
variabel dependen yang digunakan dalam sebuah model. Variabilitas dari atau atas faktor
inilah yang berusaha untuk dijelaskan oleh seorang peneliti (Ferdinand, 2006). Dalam
penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah Customer Behavior Keputusan
Sementara definisi operasional variabel merupakan suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel dengan memberi arti atau menspesifikkan kegiatan atau membenarkan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Sugiyono, 2001). Adapun
variabel penelitian dan definisi operasionalnya dijelaskan dalam table 3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.2
OPERASIONAL VARIABEL
Suatu produk
atau jasa yang
dibeli customer
dari perusahaan
semakin
memuaskan jika
customer itu
mendapatkan
value yang
tinggi.
Bagi customer,
value atau nilai
produk atau jasa
yang ditawarkan
suatu perusahaan
memiliki antara
lain memiliki dua
dimensi: yaitu
Kinerja produk
dan Harga
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono. 2005 : 90). Populasi dalam
penelitian ini adalah pengguna produk fashion terutama produk tas dan turunannya yang
3.4.2 Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Ada
dua teknik yang bisa dilakukan dalam pengambilan sampel yaitu: Propability Sampling
dan
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Sugiyono:2004).
Untuk keakuratan data penelitian, sampel ditetapkan sebanyak 100 dan pertimbangan
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data subyektif yang berupa opini atau
pendapat responden atau butiran – butiran pernyataan pada kuesioner yang digunakan
untuk mengukur variabel penelitian. Cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan
“anominally scaled measure” atau angka yng berskala nominal adalah dengan meminta
43
responden memberikan satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang tersediakan.
Semantic Scale yang akan menghasilkan respon terhadap sebuah stimuli yang
disajikan dalam bentuk kategori semantik yng menyatakan sebuah tingkatan sifat atau
keterangan tertentu. Data primer dari penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang di isi
oleh responden, meliputi identitas dan tanggapan responden, adalah para pengguna
tingkatan sifat atau keterangan tertentu dengan lima kategori sebagai berikut
Tabel 3.3
Semantic Scale
1 SS = Sangat Setuju 5
2 S = Setuju 4
3 C = Cukup Baik 3
4 TS = Tidak Setuju 2
Studi pustaka yaitu pengumpulan data atau informasi dengan menggunakan buku-buku
yang berhubungan dengan penelitian dan bertujuan untuk menemukan teori, konsep, dan
variabel lain yang dapat mendukung penelitian. Di dalam metode studi pustaka ini, peneliti
Studi pustaka, atau literature review, adalah bagian dari sebuah karya tulis ilmiah yang memuat
penelitian yang dijelaskan oleh penulis dalam karya tulis tersebut. Studi pustaka menempati
posisi yang tak kalah penting dari hasil penelitian karena studi pustaka memberikan gambaran
awal yang kuat, mengapa sebuah penelitian harus dilakukan dan apa saja penelitian-penelitian
1. Untuk menunjukkan bahwa apa yang akan diteliti relevan dengan penelitian sebelumnya.
2. Untuk menunjukkan bahwa peneliti menguasai bidang penelitian yang akan dikembangkan
45
3. Untuk menunjukkan bahwa aplikasi penelitian memang “baru” atau menunjukkan bahwa
peneliti mempunyai harapan sebagai pionir di bidang penelitian tersebut.
4. Sebagai salah satu cara untuk memahami dan mengintepretasi hasil percobaan.
5. Referensi adalah salah satu cara untuk menambah pengetahuan pembaca tentang background
reading, sesuatu yang mungkin menjadi pembuka pintu untuk memahami paper yang akan
dibaca.
3.7.1Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F
dilanggar, maka uji stastistik menjadi tidak valid untuk sampel kecil. Ada dua cara
untuk mendeteksi. apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis
grafik dan uji statistic. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dan
Metode yang lebih handal melihatn normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distibusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal dan ploting data residual normal, maka garis yang menggambarkan data
3.7.2Uji Multikolinearitas
adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
independen terdapat korelasi dengan nilai diatas 0,90 maka hal tersebut
- Melihat besaran nilai Variance Inflation Factors (VIF) dan tolerance. Suatu model
regresi dapat dikatakan bebas multikolinearitas jika nilai TOL=0,1 atau jika memiliki
Uji homoskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
tidaknya homoskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat scatter plot antara nilai prediksi
variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Dimana sumbu Y adalah Y yang telah
- Jika terdapat pola tertentu, yaitu jika titik-titiknya membentuk pola tertentu dan
homoskedastisitas.
- Jika tidak terdapat pola yang jelas, yaitu titik-titiknya menyebar serta dibawah
Uji autokoralasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model
penelitian dapat menggunakan Uji Durbin Watson. Uji ini hanya digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intersep
47
dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel penjelas. Alat pengujian
- Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol ditolak,
- Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak
ada autokorelasi.
- Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak
3.8.1Uji Validitas
Salah satu masalah dalam penelitian adalah cara memperoleh data yang akurat dan
objektif. Hal ini menjadi sangat penting sebab kesimpulan yang di ambil hanya akan dapat
dipercaya bila didasarkan pada data yang akurat. Untuk itu penelitian ini perlu diketahui
seberapa tinggi reabilitas dan validitas alat ukur (instrumen) yang digunakan.
Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, maka dalam penellitian ini untuk
melakukan analisis data yang bersifat kuantitatif maka digunakan alat analisis statistik.
Sebuah instrumen dinyatakan valid apabila mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Untuk menguji
korelasi antara masing-masing pernyataan yang terdapat pada kuesioner,maka digunakan rumus
korelasi Product moment. Adapun rumusnya menurut Sugiyono (2007:228) adalah sebagai
48
berikut:
Keterangan:
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi uji validitas adalah digunakan untuk
Adapun ketentuan untuk mengambil keputusannya adalah sebagai berikut: Jika nilai
koefisien korelasi (r) yang diperoleh sama atau lebih besar (≥) daripada koefisien (r) di tabel
maka butir pernyataan pada kuesioner yang di uji cobakan tersebut dinyatakan valid.
Sebaliknya jika koefisien korelasi (r) yang di peroleh lebih kecil (≤) daripada koefisien (r) yang
ada pada tabel, maka butir pernyataan pada kuesioner penelitian yang diuji tersebut dapat
Item-Total Statistics
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
dianggap baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden
untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reliabel artinya dapat dipercaya dan juga dapat
diandalkan. Adapun uji reliabilitas dilakukan sengan menggunakan rumus Alpha Cronbach,
yaitu:
= varians total
N %
Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
Customer Value
Reliability Statistics
,915 11
Buying Decision
Reliability Statistics
,943 13
Customer Behavior
Reliability Statistics
,967 18
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi, maka dapat dihitung koefisien determinasi yaitu
untuk melihat presentase(%) pengaruh variabel X1 ( Customer Value) , X2( Buying Decision)
Dimana :
KD = Koefisien determinasi
independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji ini membandingkan t hitung dengan t
Ha 1 : b1 ≠ atau > 0, ada pengaruh signifikan Customer Value terhadap Customer Behavior
Ha 2 : b2 ≠ atau > 0, ada pengaruh signifikan Buying Decision terhadap Customer Bahavior.
Tingkat kepercayaan yang digunakan yaitu 95 % atau taraf signifikan sebesar 5% dengan
1. Jika t hitung > t tabel dan Ho ditolak. Kesimpulannya adalah ada pengaruh yang
2. Jika t hitung< t tabel dan probbilitas (nilai signifikan) > tingkat signifikan 5% maka Ha
ditolak dan Ho diterima. Kesimpulannya adalah tidak ada pengaruh yang signifikan dari
BAB IV
Dengan cara membajak sampai kepada membuat produk yang lebih baik
dengan dasar produk aslinya para industri bisa menciptakan semirip mungkin produk asli/
pioneer
Wilayah Penelitian
Peneliti ini dilakukan kepada konsumen pengguna produk imitasi yang menggunakan
merek terkenal yang berada di kota metropolitan atau kota-kota besar di wilayah indonesia dan
Penelitian ini mencakup 100 responden dengan melihat karakter yang menyukai fashion.
54
Penelitan ini dilakukan pada pengguna produk imitasi lakukan konsumen pengguna ,
yang melibatkan 100 orang yang menyukai mode dan dipilih pengguna sebagai sampel
penelitian. Untuk memahami karakteristik responden dengan baik, maka berikut akan diuraikan
Bedasarkan data penelitian yang diperoleh dari penyebaran kuesioner maka diperoleh data
tentang jenis kelamin responden, seperti yang disajikan pada tabel 4.1 berikut.
1 Pria 32 32
2 Wanita 68 68
Tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian responden yang menjadi pengguna produk
imitasi bermerek adalah yang berjenis kelamin pria sebanyak 32 orang (32%) dan wanita
sebanyak 68(68%). Hal tersebut menunjukan bahwa pengguna produk imitasi didominasi oleh
kalangan wanita di kota metropolitan, tetapi tidak sedikit juga kaum pria menyukai produk
imitasi.
Gambar 4.1
Jenis Kelamin
55
JENIS KELAMIN
Wanita Pria
32%
68%
data tentang umur responden sebanyak 100 dibagi dalam 5 klaster seperti disajikan pada tabel
4.2 berikut.
Tabel 4.2
Diskripsi Usia Responden
No Usia Frekuensi %
1 17—25 tahun 12 12
2 26-35 tahun 31 31
3 36-45 tahun 38 38
4 46-60 tahun 8 8
5 61 tahun lebih 10 10
Jumlah Responden 100 100
Data diolah 2017
Gambar 4.2
Usia
56
USIA
17-25th 26-35 th 36-45 th
46-60 th 61 lebih
10%
8%
12%
31%
39%
Tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar umur responden, kelompok umur 36-45
tahun sebanyak 38 (38%) dinalogikan usia sudah mapan secara ekonomi dan untuk kelompok
umur 26-35 tahun sebanyak 31 (31%)merupakan urutan terbanyak pengguna produk imitasi bisa
digambarkan pada usia ini adalah sedang mengejar tampilan/fishionable. Hal lain menunjukkan
data responden yang tidak terlalu jauh berbedaan dapat diasumsikan usia remaja karena kondisi
secara ekonomi mandiri masih terbatas, usia senja sudah tidak terlalu mementingkan
penampilan.
Berdasarkan data penelitian yang diporeleh dari penyebaran kuesioner maka diperoleh
data tentang pendapatan responden yang dibagi dalam 4 klaster, seperti disajikan pada tabel 4.3
berikut:
57
Tabel 4.3
Gambar 4.3
Tingkat Pendapatan
PENGHASILAN
2,5-5,0 jt 5,0-10 jt 10-15jt 15jt lebih
10% 12%
31%
47%
Data menunjukkan bahwa pendapatan responden untuk menukur kemampuan beli/daya beli paling
banyak adalah yang berpenghasilan Rp 10.000.000,00—Rp 15.000.000,- ini menandakan bahwa
kemampuan beli secara ekonomi untuk memiliki produk imitasi sesuai dengan daya beli
sedangkan yang kurang dari Rp 10.000.000,00 menempati urutan kedua dalam hal kemampuan
belinya.
58
diperoleh data tentang tingkat pendidikan responden yang dibagi dalam 5 klaster,
Tabel 4.4
Gambar 4.4
Pendidikan
PENDIDIKAN
SLTA D3 S1 S2 S3
4%
11%
36%
31%
18%
Pada tingkat pendidikan yang menyukai fashion didominasi oleh pendidikan tingkat
SLA , menyusul tingkat pendidikan strata hal ini dapat disimpulkan bahwa S1 sudah
mampu berfikir untuk memilih produk sesuai dengan kemampuan daya baeli dan
mengukur kualitas pilihan produknya. Sedangkan responden pada tingkat pendidikan
paling tinggi yaitu S3 tidak terlalu mementingkan fashion karena mempati hanya 4
persen saja yang kebetulan menjadikan sampel.
59
Berdasarkan data penelitian yang diporeleh dari penyebaran kuesioner maka diperoleh
data tentang tingkat pendidikan responden yang dibagi dalam 4 klaster, seperti
disajikan pada tabel 4.5 berikut
Tabel 4.5
Gambar 4.5
MEMBELI PRODUK
1bln lalu 2 bln lalu 6 bln lalu lebih 6
3%
9%
42%
46%
Responden pada saat di survey adalah terakhir membeli produk imitasi yang terakhir
kalinya paling banyak adalah 2-4 bulan terakhir dan menyusul 4-6 bulan terakhir , hal
ini menandakan bahwa cukup sering responden mencari produk imitasi terlihat dari
intensitasnya . Sedikit sekali yang membeli produk imitasi lebih dari 6 bulan artinya
memang dalam kegiatan fashion tidak terlalu penting .
60
variabel penelitian variabel bebas yaitu Nilai bagi Pelanggan (Customer Value)
Uji ini dilakukan untuk melihat variabel bebas dan variabel tidak bebas
Gambar 4.1
Uji Normalitas
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa tebaran titik-titik berada disekitar garis
lurus yang berarti pengamatan menyebar secara normal dapat diterima.
Pengujian ini dilakukan untuk menguji ada tidaknya kesamaan varians dan residual dari
suatu pengamat lainnya. Berikut hasil uji Heteroskedasitas.
61
Gambar 4.2
Uji Heteroskedesitas
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa titik-tik yang ada tidak membentuk suatu
pola tertentu. Titik-titik tersebut menyebar di atas dan di bawah angka nol sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini model regresi tidak mengalami
heteroskedisitas.
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi mempunyai korelasi
antara residual pada periode t dengan residualpada periode sebelumnya.
Tabel 4.3
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
62
Dari hasil tabel model summary diatas, dapat diperoleh DW sebesar 1,890
dL = 1,5859
dU = 1,6882
DW= 1,890
Dengan demikian nilai DW berada diantara DU sampai 4-dU, koefisien korelasi sama
dengan nol. Artinya tidak terjadi autokorelasi. dU dan 4-dU yaitu 1,6882<1,890<2.3118
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah hubungan diantara variabel bebas
memiliki masalah multikoloniaritas atau tidak.
Tabel 4.4
Coefficientsa
Toler
Model B Std. Error Beta t Sig. ance VIF
a. Dependent Variable: CB
Sumber: Hasil SPSS
63
Dapat diketahui bahwa nilai VIF X1 4,961dan nilai dari X2 4,964 artinya nilai VIF
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi gejala multikoloniaritas antara
variabel bebas .
4.4.1 Uji t
Tabel 4.5
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
a. Dependent Variable: CB
1. Nilai t hitung dari Customer Value (X1) adalah sebesar 14,094 dengan tingkat
signifikan 0,000(<0,05) maka secara parsial Customer Value berpengaruh
signifikan terhadap Customer Behavior (Y)
64
4.4.2 Uji f
Hasil uji f Customer Value (X1) dan Buying Decision (X2) terhadap Customer Behavior (Y) .
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah model regresi layak digunakan untuk meramalkan semua
variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji F melalui software spss 19 dapat di lihat pada :
Tabel 4.6
Hasil uji F
ANOVAb
Total 10049,000 99
Dari uji F didapat nilai F tabel sebesar----- serta nilai f hitung sebesar 312,495 dengan probabilitas
signifikansi yang lebih rendah dari0,05 yitu 0,000, sehingga Ha...... Maka dapat dinyatakan bahwa
variabel independen yang meliputi Customer Value dan Decision Buying mempunyai pengaruh
variabel Customer Behavior.
40
BAB V
KESIMPULN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI
5.1Kesimpulan
1. Customer value berpengaruh terhadap Customer Behavior produk fashion imitasi
bermerek dikalangan masyarakat Metropolitan.
5.3 Rekomendasi
Untuk mencapai maksud dan tujuan dalam menganalisis Customer Behavior atau perilaku
konsumen dalam menentukan pilihan produk fashion imitasi di kalangan masyarakat
Metropolitan, maka disarankan sebagai berikut:
1. Berkaitan dengan Customer Value dari jawaban responden yang paling rendah adalah
pada indikator Tampilan produk imitasi , sebaiknya produk imitasi juga mengikuti
perkembangan model aslinya .
2. Berkaitan dengan Buying Decision dari jawaban responden yang paling rendah adalah
pada indikator kebutuhan produk fashion dan merekomendasi untuk membeli produk
fashion. Sebaiknya masyarakat menyadari untuk memutuskan membeli suatu produk
fashion sesuai dengan kebutuhan dan tidak selalu merekomendasikan untuk membeli
40
produk imitasi karena hanya keperluan fashion.
3. Terhadap Customer Behavior penilaian responden paling rendah pada indikator Daya
tarik dan kenyamanan menggunakan produk imitasi, sebaiknya masyarakat tidak terlalu
tergiur oleh pajangan produk imitasi yang begitu bagus dan sepintas sesuai aslinya .
Sebaiknya untuk menjaga kenyamanan Pengguna membeli produk yang bukan meniru
nama merek aslinya.
40
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. (2002). Manajemen Pemasaran Dasar-dasar, Konsep dan Strategi. Edisi
Pertama. Cetakan Tujuh, Penerbit: PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Basu Swasta dan Irawan, 2007 Manajemen Pemasaran Modern, cetakan ke IV,
Liberty,Yogyakarta.
Donnelly, Doyle, Peter. 2007. Marketing Management & Stratgy. Prentice Hall Internationl
Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Govindarajan, M. (2007). Marketing Management (Concepts, Cases, Challenges and Trends 2nd
Hawkins, Del I, J, Best, Roger, dan Coney, Kenneth A. (2007). Consumer Behavior:Building
Marketing Strategy. The McGraw-Hill Companies, Inc, New York.
Hahn, Harley. (2000). The Interest Complete Reference. Second Edition. McGraw Hill, New
York.
Kotler, Philip, Keller, Kevin, Lane. (2008). Manajemen Pemasaran. Jilid 1, Edisi 13. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Kotler, Philip, Armstrong, Gary. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1, Edisi 12. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Kotler, Philip dan Kevin L, Keller. (2009). Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Edisi 13.
Terjemahan Bob Sabran. Penerbit Erlangga.
Nitisemito Alex, 2007, Manajemen Pemasaran, Yogyakarta, BPFE
40
Sugiono, 2010, Metodologi Penelitian, Bandung Alpha Betta.
Sandra Moriarty 1999, Pemasaran, Buku I, Thomson Learning, Alih Bahasa Ananta Noer,
Jakarta: Salemba Empat
Tjiptono, Fandy, 2008. Strategi Pemasaran . Edisi kedua, Cetakan Keenam. Yogyakarta:
Penerbit ANDI
Tandjung, Jenu Widjaja. (2005). Marketing Management. Malang: Bayu Media. Umar
Wirya, Irwan. 2009. Menang bersaing Melalui Kemasan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utam
40
40
71