Anda di halaman 1dari 15

BAB I

DESKRIPSI UMUM STRUKTUR


1.1 Latar Belakang
Perencanaan sebuah konstruksi bangunan harus dilakukan dengan analisa dan
perhitungan yang teliti dan cermat. Hal ini dilakuan tak hanya untuk keaman
sebuah gedung agar tetap berdiri namun juga menentukan bangunan tersebut
berfungsi sesuai perencanaan dan tidak mengalami kegagalan bangunan maupun
kegagalan konstruksi. Perencanaan dari konstruksi bangunan juga harus
memenuhi syarat konstruksi yang telah ditentukan, diantara lain struktur harus
kuat, kaku, bentuk yang serasi dan dapat dilaksanakan dengan biaya yang
ekonomis tapi tidak mengurangi mutu bangunan tersebut, sehingga dapat
digunakan sesuai dengan fungsi utama yang direncanakan.
Dalam perencanaan kali ini merupakan gedung bertingkat 5 (lima) lantai yang
difungsikan sebagai gedung parkir. Menganilisa dan mendesain atau
merencanakan sebuah konstruksi struktur bangunan perlu ditetapkan kriteria
standar yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan suatu struktur dapat
diterima dan berfungsi sesuai perencanaan. Kriteria tersebut adalah :
1. Kemampuan layanan (Serviceablity)
Kemampuan layanan yang dimaksud adalah kemampuan konstruksi dalam
menahan ataupun memikul beban yang diterima baik beban mati maupun
beban hidup. Konstruksi harus mampu menahan beban tersebut dengan aman
dan terhindar dari kelebihan tegangan yang diijinkan. Hal ini merupakan
faktor terpenting dari keberhasilan berdirinya sebuah bangunan konstruksi.
2. Efisiensi
Dalam perencanaan sebuah bangunan hal utama yang diperhatikan adalah
tujuan dari bangunan tersebut. Yang nantinya akan diperhatikan hubungan
antara struktur bangunan dan tujuan tersebut tercapai secara ekonomis. Hal ini
dapat dilihat dari penggunaan material serta bahan dalam perencanaan serta
sistem pelaksanaan selama konstruksi berlangsung.
3. Konstruksi
Konstruksi atau pelaksanaan sangat mempangaruhi berhasilnya sebuah
perencanaan bangunan dimana ini mempangaruhi pemilihan sebuah struktur.
4. Biaya
Dalam sebuah perencanaan akan digunakan beberapa sistem serta material
yang nantinya akan dianalisis secara ekonomis. Ini berhubungan dengan
kemudahan serta kenyamanan dalam pelaksanaan sebuah konstruksi yang
dimana akan mempengaruhi sistem struktur yang akan dipilih dan dapat
disimpulkan sebagai efisiensi anggran.
5. Estetika atau Arsitektural
Pada dasarnya sifat manusia mengingankan sesuatu yang baik dan indah,
dalam aspek ini dapat diartikan bahwasannya manusia menginginkan sesuatu
bangunan yang dilihat memiliki keindahan dan sedap dipandang mata dan
dapat mempangaruhi kenyaman dalam pengunaannya. Selain itu estetika
sebuah bangunan merupakan bentuk sebuah promosi dalam meningatkan
efisiensi kerja serta penggunaan bangunan.
Gambar denah perancangan struktur gedung parkir lima lantai dapat diliat
pada gambar berikut ini :

Gambar 1.1 Denah Lantai 1 (Sumber : Tugas Akhir USM)


Gambar 1.2 Denah Lantai 2 dan 3 (Sumber : Tugas Akhir USM)

Gambar 1.3 Denah Lantai 4 dan 5 (Sumber : Tugas Akhir USM)


Gambar 1.4 Denah Lantai 5 (Sumber : Tugas Akhir USM)

Data Perancangan Gedung Parkir USM adalah sebagai berikut :


Lokasi : Semarang
Fungsi : Gedung Parkir
Luas Bangunan : 2000 cm x 3120 cm
Jumlah Lantai : 5 Lantai
Konstruksi Bangunan : Beton Bertulang
Data Tanah Dan Daya Dukung Tanah
Berdasarkan penyelidikan tanah didapatkan data boring sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil Uji Boring Pada Titik BH-1

No Kedalaman (m) NSPT Kosistensi Deskripsi


1 0,00 – 5,00 3-4 Lunak Lanau lempung
2 5,00 – 10,00 11-14 Medium Pasir lanau
3 10,00 – 23,00 4-6 Lunak- medium Lanau lempung
4 23,00 – 30,00 12-16 Kaku Lanau lempung
5 30,00 – 36,00 18-22 Sangat kaku Lanau lempung
6 36,00 – 40,00 33-38 Keras Lanau lempung
Sumber: Penyelidikan Tanah Menara USM, 2018
Tabel 1.2 Hasil Uji Boring Pada Pada Titik BH-2

No Kedalaman (m) NSPT Kosistensi Deskripsi


1 0,00 – 5,00 3-4 Lunak Lanau lempung
2 5,00 – 10,00 5-8 Lepas Pasir lanau
3 10,00 – 23,00 4-8 Lunak- medium Lanau lempung
4 23,00 – 30,00 12-15 Kaku Lanau lempung
5 30,00 – 36,00 20-26 Sangat kaku Lanau lempung
6 36,00 – 40,00 12-14 Kaku Lanau lempung
Sumber: Penyelidikan Tanah Menara USM, 2018

Pondasi spun pile direncanakan menggunakan diameter 50 cm dengan


kedalaman 24 m. Dengan data sondir berdasarkan penyelidikan tanah didapat
dihitung daya dukung tanah per 1 pancang dengan rumus daya dukung tanah:

Qc . Luas p enampang Tf . Keliling penapang


p= +
3 5

Tabel 1.3 Data Sondir Kedalaman 24 m Dengan Daya Dukung Tanah

Jenis qc Luas JHP Kell P tiang


Pile Kg/cm² cm² Kg/cm cm kg Ton
Bulat 50 14,00 1962,5 707,06 157 31360,02 31,36

Sumber : Tugas Akhir Perancangan Gedung Parkir USM

1.2 Konsep Perencangan Gedung


Dalam perencanaan gedung memiliki beberapa konsep. Kosep perencanaan
gedung yang dimaksud adalah gedung didesain untuk dapat memikul beban
vertikal ataupun beban grativasi yang sangat berpengaruh terhadap bangunan
tinggi yang juga direncankana tahan terhadap gempa (beban lateral). Yang pada
akhirnya keberhasilan perencanaan sebuah bangunan akan berpengaruh terhadap
penggunaan metode analisis maupun perhitungan struktur yang akan digunakan.
Inilah konsep dasar dari perencanaan dan perhitungan struktur secara teori.
Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah
satu tipe yang ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel. 1.4 Faktor R, Cd dan Ωo untuk Sistem penahan Gaya
Gempa

Batasan sistem struktur dan


Sistem strutur beton bertulang
R Ω0 Cd batasan tinggi struktur
penahan gaya gempa
D C D E F

A Sistem dinding penumpu


Dinding geser beton bertulang
1 5 2,5 5 TB TB 48 48 30
khusus

Dinding geser beton bertulang


2 4 2,5 4 TB TB TI TI TI
biasa

Dinding geser beton polos di


3 2 2,5 2 TB TI TI TI TI
detail

4 Dinding geser beton polos biasa 1,5 2,5 1,5 TB TI TI TI TI

Dinding geser pracetak


5 4 2,5 4 TB TB 12 12 12
Menengah
6 Dinding geser pracetak biasa 3 2,5 3 TB TI TI TI TI
B Sistem rangka
Dinding geser beton bertulang
1 6 2,5 5 TB TB 48 48 30
Khusus
Dinding gesert beton bertulang
2 5 2,5 4,5 TB TB TI TI TI
Khusus
Dinding geser beton polos
3 2 2,5 2 TB TI TI TI TI
Didetail
4 Dinding geser beton polos biasa 1,5 2,5 1,5 TB TI TI TI TI
Dinding geser pracetak
5 5 2,5 4,5 TB TB 12 12 12
Menengah
6 Dinding geser pracetak biasa 4 2,5 4 TB TI TI TI TI
C Sistem rangka pemikul momen
Rangka beton bertulang
1 8 3 5,5 TB TB TB TB TB
pemikul momen khusus

Rangka beton bertulang momen


2 5 3 4,5 TB TB TI TI TI
menengah
Rangka beton bertulang
3 3 3 2,5 TB TI TI TI TI
memikul momen biasa
D Sistem ganda rangka pemikul momen Khusus
Dinding geser beton bertulang
1 7 2,5 5,5 TB TB TB TB TB
khusus
Dinding geser beton bertulang
2 6 2,5 5 TB TB TI TI TI
biasa
E Sistem ganda dengan rangka pemikul momen menengah
Dinding geser beton bertulang
1 6,5 2,5 5 TB TB 48 30 30
khusus
Dinding gese beton bertulang
2 5,5 2,5 4,5 TB TB TI TI TI
biasa
Sistem interaktif dinding geser rangka dengan rangka pemikul momen beton
F
bertulang biasa dan dinding geser beton bertulang biasa

1 4,5 2,5 4 TB TI TI TI TI

G Sistem kolom kantilever didetail untuk memenuhi persyaratan

Rangka beton bertulang


1 2,5 1,25 1,5 10 10 10 10 10
pemikul momen khusus
Rangka beton bertulang
2 1,5 1,25 1,5 10 10 TI TI TI
pemikul momen menengah
Rangka beton bertulang
3 1 1,25 1 10 TI TI TI TI
memikul momen biasa

Sumber : SNI 03-1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk


Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.

1.3 Spesifikasi Material Yang Digunakan


Mutu bahan yang digunkan untuk perencanaan struktur gedung ini adalah :
Mutu beton (fc’) : 25 Mpa (setara K-300) untuk struktur umum
(Fc’) : 37,35 MPa (setara K-450) untuk struktur bawah
(pondasi).
Mutu baja tulangan (fy) : 400 Mpa (untuk tulangan pokok)
(fy) : 240 Mpa (untuk tulangan sengkang)
Mutu baja kuda-kuda (fy) : 390 MPa.
BAB II
PEMBEBANAN STRUKTUR
2.1 Pembebanan
Pemisahan antara beban statis dan dinamis merupakan hal yang mendasar
dalam tahap analisa pembebanan untuk perencanaan bangunan tinggi. Konsep
pemisahan ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengelompokan
hubungannya dengan kombinasi pembebanan (load combination) untuk analisa
tahap selanjutnya.
2.1.1 Beban Mati
Beban mati (dead load) adalah beban yang intensitasnya tetap dan
posisinya tidak berubah selama usia penggunaan bangunan.Biasanya
beban mati merupakan berat sendiri dari suatu bangunan, sehingga
besarnya dapat dihitung secara akurat berdasarkan ukuran, bentuk, dan
berat jenis materialnya. Jadi, berat dinding, lantai, balok-balok,
langitlangit, dan sebagainya dianggap sebagai beban mati bangunan
(Wahyudi, 1997).
Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk
Rumah dan Gedung tahun 1987 beban mati pada struktur terbagi menjadi
2, yaitu beban mati akibat material konstruksi misalnya: balok, plat,
kolom, dinding geser, kuda-kuda dan lainnya serta beban mati akibat
komponen gedung misalnya: bata ringan, penggantung plafon, plafon,
keramik, kaca, kusen dan lainnya.
Tabel 2.1 Berat Sendiri Bahan Bangunan
No. Material Berat Keterangan
1 Baja 7850 kg/m3
2 Batu alam 2600 kg/m3
Batu belah, batu bulat,
3 1500 kg/m3 berat tumpuk
batu gunung
4 Batu karang 700 kg/m3 berat tumpuk
5 Batu pecah 1450 kg/m3
6 Besi tuang 7250 kg/m3
7 Beton 2200 kg/m3
8 Beton bertulang 2400 kg/m3
9 Kayu 1000 kg/m3 kelas I
kering udara
10 Kerikil, koral 1650 kg/m3 sampai lembab,
tanpa diayak
11 Pasangan bata merah 1700 kg/m3
Pasangan batu belah, batu
12 2200 kg/m3
bulat, batu gunung
Pasangan batu cetak
13 2200 kg/m3

14 Pasangan batu karang 1450 kg/m3


15 Pasir 1600 kg/m3 kering udara sampai
lembab
Pasir jenuh air
16 1800 kg/m3

Pasir kerikil, koral kering udara sampai


17 1850 kg/m3 lembab

Tanah, lempung dan lanau kering udara sampai


18 1700 kg/m3 lembab

Tanah, lempung dan lanau Basah


19 2000 kg/m3

20 Timah hitam / timbel) 11400 kg/m3

Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah


dan Gedung 1987
Tabel 2.2 Berat Sendiri Komponen Gedung
No. Material Berat Keterangan
Adukan, per cm tebal :
21 kg/m2
1. - dari semen
17 kg/m2
- dari kapur, semen merah/tras
2. Aspal, per cm tebal : 14 kg/m2
Dinding pasangan bata merah :
450 kg/m2
3. - satu batu
250 kg/m2
- setengah batu
Dinding pasangan batako :
- berlubang : 200 kg/m2
tebal dinding 20 cm (HB 20) 120 kg/m2
4. tebal dinding 10 cm (HB 10)
- tanpa lubang :
tebal dinding 15 cm tebal dinding 10 300 kg/m2
cm 200 kg/m2

Langit-langit & dinding, terdiri:


termasuk
- semen asbes (eternit), tebal maks. 4 11 kg/m2 rusuk-rusuk,
5. mm tanpa
- kaca, tebal 3-5 mm pengantung
10 kg/m2 atau pengaku
Lantai kayu sederhana dengan balok
6. kayu 40 kg/m2 tanpa langit-
langit,

bentang maks.
5 m, beban
hidup maks.
200 kg/m2
7. Penggantung langit-langit (kayu) 7 kg/m2
bentang maks.
5 m, jarak

s.k.s. min. 0.80


m
8. Penutup atap genteng 50 kg/m2
dengan reng
dan usuk /

kaso per m2
bidang atap
9. Penutup atap sirap 40 kg/m2
dengan reng
dan usuk /

kaso per m2
bidang atap
10. Penutup atap seng gelombang 10 kg/m2
(BJLS-25) tanpa usuk
ubin semen
11. Penutup lantai ubin, /cm tebal 24 kg/m2 portland,
teraso dan
beton, tanpa
adukan
12. Semen asbes gelombang (5 mm) 11 kg/m2

Sumber: Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan


Gedung 1987

2.1.2 Beban Hidup


Beban hidup (live load) adalah beban yang dapat berpindah tempat,
dapat bekerja penuh atau tidak ada sama sekali. Contoh dari beban ini
misalnya beban hunian, lalu lintas orang, serta lali lintas kendaraan (pada
jembatan). Beban hidup minimum yang harus diterapkan pada bangunan
biasanya elah ditetapkan dalam peraturan setempat yang berlaku. Beban
hidup dapat pula direduksi bila tidak semua daerah pembebanan dibebani
penuh secara bersamaan, atau untuk elemen yang mempunyai daerah
pembebanan yang luas (Wahyudi, 1997).

Tabel 2.3 Beban Hidup Pada Lantai Gedung

No. Penggunaan Berat Keterangan


1 Lantai dan tangga rumah tinggal 200 kg/m2 kecuali yang disebut no.2
Lantai dan tangga rumah tinggal
sederhana dan gudang-gudang
2 selain untuk toko, pabrik atau 125 kg/m2
bengkel
- Sekolah, ruang kuliah
- Kantor
3 - toko, toserba 250 kg/m2
- Restoran
- Hotel, asrama
- Rumah Sakit
4 Ruang olahraga 400 kg/m2
5 Ruang dansa 500 kg/m2
Lantai dan balkon dalam dari masjid, gereja, ruang
6 ruang pertemuan 400 kg/m2 pagelaran/rapat, bioskop
dengan tempat duduk tetap
7 Panggung penonton 500 kg/m2 tempat duduk tidak tetap /
penonton yang berdiri
8 Tangga, bordes tangga dan gang 300 kg/m2 no.3
9 Tangga, bordes tangga dan gang 500 kg/m2 no. 4, 5, 6, 7
10 Ruang pelengkap 250 kg/m2 no. 3, 4, 5, 6, 7
- Pabrik, bengkel, gudang
- Perpustakaan,r.arsip, toko
11 400 kg/m2 Minimum
buku
- Ruang alat dan mesin
Gedung parkir bertingkat : 800 kg/m2
12 400 kg/m2
- Lantai bawah
- Lantai tingkat lainnya
13 Balkon menjorok bebas keluar 300 kg/m2 Minimum
Sumber: Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987

Tabel 2.8 Beban Hidup Pada Atap Gedung

No Bagian Atap Berat Keterangan


Atap / bagiannya dapat dicapai
1. 100 kg/m2 atap dak
orang, termasuk kanopi
Atap / bagiannya tidak dapat
dicapai orang (diambil min.):
α = sudut atap, min. 20
- beban hujan (40-0,8.α)
2. kg/m2, tak perlu
kg/m2
ditinjau bila α > 50o

- beban terpusat 100 kg


3. Balok/gording tepi kantilever 200 kg
Sumber: Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987

Untuk Reduksi beban dapat dilakukan dengan mengalikan beban hidup


dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan
bangunan. Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal,
ditentukan sebagai berikut :

Tabel 2.9 Koefisien Reduksi Beban Hidup

Koef. Reduksi Beban Hidup


Untuk perencanaan Untuk
No. Penggunaan Gedung
balok induk dan peninjauan
portal gempa
Perumahan / Penghunian
 Rumah tinggal
1.  Asrama 0,75 0,30
 Hotel
 Rumah sakit
Pendidikan
2.  Sekolah 0,90 0,50
 Ruang kuliah
3. Pertemuan Umum : 0,90 0,50
 Mesjid
 Gereja
 Bioskop
 Restoran
 Ruang dansa
 Ruang pagelaran
4. Kantor / Bank 0,60 0,30
Perdagangan :
 Toko
5. 0,80 0,80
 Toserba
 Pasar
Penyimpanan :
 Gudang
6. 0,80 0,80
 Perpustakaan
 Ruang Arsip
7. Industri : Pabrik / bengkel 1,00 0,90
8. Tempat Kendaraan : Garasi / 0,90 0,50
Gedung Parkir
Gang dan Tangga :
 Perumahan/penghunian
0,75 0,30
 Pendidikan / kantor 0,75 0,50
9.
 Pertemuan umum,
perdagangan
0,90 0,50
penyimpanan,
industri,
tempat kendaraan
Sumber: Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987

2.2 Perhitungan Reduksi Beban Hidup

Anda mungkin juga menyukai