Anda di halaman 1dari 8

AKTA KIMIA

Akta Kimindo Vol. 5(1), 2020: 1-8


INDONESIA

Adsorpsi Pb2+ Menggunakan Sodalit dari


Kaolin Bangka Belitung
Meyga E. F. Sari,1,* Suprapto Suprapto,2 Didik Prasetyoko2
1
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No. 5, Lowokwaru, Malang 65145, Indonesia
2
Departemen Kimia, Insitut Teknologi Sepuluh Nopembet, ITS. Kampus ITS Sukolilo, Suarabaya

*Corresponding author: meyga.evi.fmipa@um.ac.id

Abstract
Sodalite is one kind of zeolite types and generally has composition Na8[Al6Si6O24](X)2, where X is a
monovalent anion. Synthesis of sodalite from Kaolin Bangka Belitung have been studied which composition
of molar rasio x Na2O : 2 SiO2 : Al2O3 : 128 H2O, where x is variation of alkalinity ratio are 10, 20, 30, and
40. Sodalite was produced at variation of alkalinity 10 (S-10), 20 (S-20), dan 30 (S-30) and tested
adsorption activity on Pb2+ using batch method. The performance test of Pb2+ ion adsorption showed that
the sodalite sample which smallest particle size has the highest adsorption capacity (S-10). The total of
Pb2+ ion that can be absorbed in 1440 minute to the sodalite sample S-10, S-20 and S-30 were 651.10;
517.30; and 527.37 mg/g.
Keyword: Kaolin, sodalite, alkalinity, adsorption of Pb.

Abstrak
Sodalit merupakan salah satu jenis zeolit yang secara umum memiliki komposisi Na8[Al6Si6O24](X)2,
dimana X adalah anion monovalent. Sintesis sodalit dari kaolin Bangka Belitung telah dilakukan dengan
menggunakan komposisi rasio molar x Na2O : 2 SiO2 : Al2O3 : 128 H2O, dimana x merupakan variasi
alkalinitas dengan rasio sebesar 10, 20, 30, dan 40. Produk sodalit dihasilkan pada variasi alkalinitas 10
(S-10), 20 (S-20), dan 30 (S-30) lalu diuji aktivitas adsorpsinya terhadap Pb2+ menggunakan metode batch.
Berdasarkan hasil uji aktivitas adsorpsi untuk ion Pb2+ diketahui bahwa sampel dengan ukuran partikel
yang paling kecil memiliki kapasitas adsorpsi paling tinggi (S-10). Jumlah Pb2+ yang teradsorp pada 1440
menit untuk sample S-10, S-20, dan S-30 berturut turut sebesar 651,10; 517,30; dan 527,30 mg/g.

Kata kunci : Kaolin, sodalit, adsorpsi Pb2+, logam berat

pencemar karena sifatnya yang tidak dapat


I. Pendahuluan
terurai (non degradable), dan tidak dapat
Logam yang bobot unsurnya memiliki
diadsorpsi. Umumnya, pencemaran dalam
berat atom antara 63,4 s/d 200,5 dan bobot isi
konsentrasi rendah, logam berat beracun
lebih dari 6 gcm-3 dikategorikan dalam logam
untuk makhluk hidup. Pencemaran logam
berat [1]. Logam berat dikategorikan zat
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.5514 1
Sari M.E.F., dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 1-8

berat semakin banyak dengan meningkatnya pembengkakan otak, diemielinasi otak dan
berbagai macam aktivitas manusia, seperti kematiia sel-sel saraf. Oleh sebab itu, perlu
aktivitas laboratorium [2], penggunaan accu, dilakukan upaya untuk mengurangi atau
aktivitas industri, dan lain-lain. mengatasi pencemaran oleh timbal tersebut.
Pencemaran logam berat bisa Penelitian pengurangan pencemaran
mengancam keseimbangan lingkungan dan logam berat, khususnya timbal, telah banyak
kehidupan manusia, salah satunya melalui dilakukan. Salah satu cara penanggulangan
rantai makanan dan menimbulkan dampak limbah Pb adalah dengan metode adsorpsi.
yang buruk. Salah satu logam berat yang Metode adsorpsi memiliki efisiensi yang
2+
cukup berbahaya adalah ion timbal (Pb ). baik, biaya yang lebih murah serta
Berdasarkan data yang didapatkan oleh implementasi yang lebih mudah. Material
Kementrian Lingkungan Hidup, 71 lokasi yang biasanya digunakan sebagai adsorben
lahan di Jabodetabek tercemar timbal akibat adalah karbon teraktivasi. Kelemahan
kegiatan daur ulang aki bekas hingga tahun material ini yaitu memiliki kapasitas adsorpsi
2012. Sebagai contoh, Desa Cinangka yang relatif rendah. Payne dkk [5], telah
Kecamatan Ciampea, merupakan salah satu melakukan penelitian adsorpsi timbal
lokasi lahan yang tercemar logam berat menggunakan zeolit dan karbon aktif.
timbal. Penelitian menyebutkan bahwa kadar Berdasarkan penelitiannya, dilaporkan bahwa
timbal didalam tanah mencapai 270.000 ppm, zeolit memiliki daya adsorpsi yang lebih baik
sedangkan standar yang ditetapkan oleh dibandingkan dengan karbon aktif. Salah satu
WHO maksimal sebesar 400 ppm. material yang mempunyai kapasitas adsorpsi
Disamping itu, ditemukan kadar timbal yang baik untuk mengadsorp Pb2+ adalah
dalam darah masyarakat di sekitar lokasi sodalit [6]. Selain itu, sodalit memliki pori
tersebut telah mencapai 65 µg/dL. sebesar 2,8 Å, sedangkan ukuran timbal
Konsentrasi tersebut telah melebihi dari batas sebesar 1,75 Å, sehingga memudahkan Pb
aman yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 10 untuk masuk dan teradsorp dalam kerangka
µg/dL. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh sodalit.
manusia melalui sistem pernapasan, kontak Sodalit yang berhasil disintesis
langsung melalui permukaan kulit, atau oral menggunakan kaolin Bangka Belitung
[3]. Jika terakumulasi di dalam tubuh, timbal melalui metode hisrotermal tanpa melalui
dapat menyebabkan terganggunaya fungsi metose kalsinasi terlebih dahulu. Pengaruh
ginjal, karsinogenik, dan menyebabkan alkalinitas terhadap karakter zeolit yang
keguguran pda ibu hamil [4]. Selain itu, diperoleh telah dilakukan pada penelitian
keracunan timbal dapat menimbulkan sebelumnya [7]. Hasil sodalit yang diperoleh

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.5514 2
Sari M.E.F., dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 1-8

kemudian diaplikasikam untuk adsorpsi Pb2+ kecepatan 150 rpm pada suhu ruangan dan
menggunakan metode adsorpsi. Tujuan beaker gelas ditutup dengan alumunium foil.
penelitian adalah mengetahui kapasitas Pengambilan larutan sampel Pb2+ dilakukan
adsorpsi sodalit hasil sintesis dari kaolin pada selang waktu 20, 30, 50, 80, 120, 170,
Bangka Belitung. 230, 300, 480, 720, 1440 menit dan masing-
masing sebanyak 5 mL. Larutan sampel Pb2+
II. Metodologi
yang telah diambil kemudian disaring dan
Sodalit dari Bangka Belitung yang
dilakukan analisis AAS (Atomic Absorption
telah disintesis pada penelitian sebelumnya
Spectrometer) pada filtratnya. Jumlah Pb
[7] dilakukan menggunakan metode
teradsorp dihitung menggunakan Persamaan
hidrotermal tanpa kalsinasi terlebih dahulu.
1 sebagai berikut:
Pengaruh alkalinitas saat sintesis diteliti
dengan variasi NaOH sebesar 10, 20, 30, dan Jumlah Pb teradsorp = x 100 (1)
40. Hasil karakterisasi menggunakan XRD
Nilai Co adalah konsentrasi Pb2+ awal dalam
(X-Ray Diffraction), dan SEM (Scanning
larutan (mg/L); Ce adalah konsentrasi Pb2+
Electron Microscopy) menunjukkan bahwa
akhir dalam larutan (mg/L), V adalah volume
sampel dengan variasi NaOH 10, 20, dan 30
larutan Pb2+ (L), m adalah massa adsorben
yang membentuk produk sodalit, sedangkan
(gram).
yang 40 membentuk kuarsa (Sari, 2018).
Masing-masing produk hasil sintesis III. Hasil dan Pembahasan
digunakan untuk adsorpsi logam Pb2+.
Sintesis sodalit menggunakan kaolin
Kinerja adsorpsi masing-masing produk akan
Bangka Belitung secara langsung (tanpa
dibandingkan dengam sodalit standar. Mula-
kalsinasi) menggunakan metode hidrotermal
mula dibuat larutan Pb2+ dengan konsentrasi
telah berhasil dilakukan pada penelitian
500 ppm melalui pelarutan padatan Pb(NO3)2
sebelumnya. Alkalinitas berpengaruh dalam
sebanyak 0,5 gram ke dalam 1 liter
sintesis sodalit. Gambar 1 menunjukkan hasil
akuademineralisasi dan menjadi larutan Pb2+
karakterisasi XRD kaolin, sampel sodalit
induk. Larutan Pb2+ dikarakterisasi dengan
standar (S-standar), sampel variasi alkalinitas
AAS (Atomic Absorption Spectroscopy)
10, 20, 30, dan 40 (S-10, S-20, S-30 dan S-
untuk mengetahui konsentrasi Pb2+ awal.
40).
Larutan Pb2+ induk diambil sebanyak 200 mL
dimasukkan ke dalam beker gelas dan
ditambah dengan 0,05 gram sodalit hasil
sintesis. Campuran antara larutan Pb2+
dengan sodalit di aduk selama 24 jam dengan

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.5514 3
Sari M.E.F., dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 1-8

S-40

Intensitas (cps)
S-30

S-20

S-10

S-Standar

Kaolin

2θ(°)

Gambar 1. Pola difraksi sinar-X terhadap variasi alkalinitas 10, 20, 30, 40 (S-10, S-20, S-30, S-40); sodalit
standar (S-standar); kaolin (K: kaolin, S: sodalit, Q: kuarsa)

Gambar 2. Morfologi Kaolin

Berdasarakan hasil XRD, dibuktikan 450-1000 nm. Morfologi sampel S-10, S-20,
bahwa S-10, S,20, dan S-30 menghasilkan dan S-30 juga membentuk agregat dengan
sodalit, sedangkan S-40 menghasilkan ukuran partikel berturut-turut sekitar 500-700
kuarsa. Gambar 3 merupakan morfologi nm, 1000-1300 nm, dan 1500-1800 nm.
kaolin, S-10, S-20, S-30- dan S-40. Kaolin Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa
memiliki morfolgi berupa layer (lembaran). morfologi S-40 tidak beraturan. Agregat
Sampel S-standar yang disintesis dari bahan berbentuk seperti kapas terlihat pada Gambar
komersil (ludox dan natrium aluminat) 4 (a), sedangkan morfologi tampak berupa
membentuk agregat dengan ukuran partikel bongkahan tampak pada Gambar 4 (b).
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.5514 4
Sari M.E.F., dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 1-8

Ukuran partikel juga tidak beraturan dan Sampel S-standar juga turut diuji sebagai
besar, yaitu sekitar 1- 150µm (Sari, 2018). pembanding aktivitas adsorpsinya. Uji
Sodalit hasil sintesis (S-10, S-20, dan S-30) aktivitas adsorpsi menggunakan metode
2+
diuji aktivitas adsorpsinya terhadap Pb . batch.

a b

c d

Gambar 3. Morfologi (a) S-standar, (b) Sampel S-10, (c) S-20, dan (d) S-30

Gambar 4. Morfologi (a) dan (b) S-40


Jumlah Pb2+ teradsorpsi (mg Pb2+/g sampel sodalit)

Waktu kontak (menit)

Berdasarkan hasil AAS, didapatkan data tertentu. Berdasarkan hasil konsentrasi Pb2+
konsentrasi Pb2+ awal dan konsentrasi Pb2+ tersebut dihitung jumlah Pb2+ yang
setiap waktu pengambilan pada waktu kontak teradsorp. Gambar 5 menunjukkan jumlah

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.5514 5
Sari M.E.F., dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 1-8

Pb2+ yang teradsorb dari sampel S-standar, S- diindikasikan dengan grafik yang landai pada
10, S-20, dan S-30. Nilai kapasitas adsorpsi rentang menit tersebut. Hasil tersebut
masing-masing sampel dapat dilihat pada mengindikasikan jumlah Pb2+ yang teradsorp
Gambar 5. mulai berada pada kondisi yang konstan.
Gambar 5. Jumlah Pb yang teradsorp pada sampel Tipe isoterm adsorpsi Pb2+ pada sodalit
S-standar, S-10, S-20, dan S-30
ditentukan dengan model isoterm Langmuir
2+
Perhitungan jumlah Pb yang
(Persamaan 2) dan Freundlich (Persamaan 3).
teradsorp menggunakan Persamaan 1.
⁄ = (2)
Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa jumlah
⁄ = (3)
Pb2+ yang teradsorp pada sampel S-10, S-20,
S-30, dan S-standar memiliki pola yang Xm adalah berat zat yang diadsorpsi, m berat
serupa. Jumlah Pb2+ yang teradsorp adsorben, dan C konsentrasi zat yang
mengalami kenaikan seiring dengan semakin diadsorbsi. Harga masing-masing R2 masing-
lamanya waktu kontak antara adsorben dan masing sampel sodalit hasil sintesis dapat
adsorbat. Grafik terlihat tajam saat antara dalam Tabel 1. Berdasarkan tabel tersebut,
waktu kontak 0-20 menit. Kapasitas adsorpsi maka adsorpsi Pb2+ pada sodalit hasil sintesis
untuk S-standar. S-10, S-20, dan S-30 pada memenuhi persamaan adsorpsi Langmuir dan
waktu kontak 20 menit berturut-turut sebesar Freundlich karena memiliki R2 ≥ 0,9
368,78; 496,44; 370,49; dan 347,91 mg/g (mendekati 1). Hal ini menunjukkan bahwa
dengan persentase adsorpsi 18,44; 24,82; persamaan Langmuir dan Freundlich dapat
18,52; dan 17,40%. Hal ini mengindikasikan diterapkan pada adsorpsi Pb2+ pada sodalit.
jumlah Pb2+ yang teradsorb banyak dan Tabel 1. Harga masing-masing R2 masing-masing
sampel sodalit hasil sintesis
berlangsung dengan cepat. Jumlah Pb2+ yang
teradsorp mengalami kenaikan yang cukup Harga R2
Sampel
signifikan dari waktu kontak pada menit ke No.
sodalit Persamaan Persamaan
20 hingga menit ke 300. Kapasitas adsorpsi Langmuir Freundlich

untuk S-standar. S-10, S-20, dan S-30 pada 1 S-10 0,99 0,99
2 S-20 0,98 0,99
waktu kontak 300 menit berturut-turut
3 S-30 0,99 0,99
sebesar 411,74; 547,01; 418,37; dan 482,20
mg/g dengan persentase adsorpsi 20,59;
Jumlah Pb2+ yang teradsorp meningkat
27,35; 20,92; dan 24,11%. Hal ini dapat
dari S-standar, S-20, S-30, dan S-10. Namun,
dilihat pada grafiknya yang tidak terlalu
jumlah Pb2+ yang teradsorp pada S-standar,
landai. Jumlah Pb2+ yang teradsorp pada
S-20, S-30 tidak berbeda secara signifikan.
menit ke 480 hingga menit ke 1440 tidak
Hal ini karena ukuran partikel antara S-
mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini
standar, S-20, dan S-30 relatif besar dan tidak
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.5514 6
Sari M.E.F., dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 1-8

berbeda secara signifikan. Jumlah Pb2+ yang permukaan zeolit. Pada penelitian ini, logam
teradsorp pada S-10 paling tinggi berat yang digunakan adalah Pb2+ dan kation
dibandingkan dengan sampel S-standar, S-20, yang berperan pada kerangka sodalit adalah
dan S-30. Hal ini karena ukuran partikel S-10 ion Na+. Berdasarkan pada penjelasan Qiu
paling kecil diantara ketiga sampel lainnya. dan Zheng (2009), maka proses pertukaran
Semakin kecil partikel maka luas permukaan kation yang terjadi antara ion Na+ di
akan semakin besar sehingga kemungkinan kerangka sodalit dengan ion Pb2+.
kontak antara adsorben dan adsorbat juga Berdasarkan hasil perhitungan jumlah Pb2+
semakin besar. Hal tersebut mengakibatkan yang teradsorb menunjukkan bahwa ion Pb2+
Pb2+ dapat teradsorp lebih banyak pada mampu mengganti ion Na+ di kerangka
adsorben. Hal ini didukung oleh data sodalit melalui proses pertukaran kation dan
kristalinitas dari masing-masing sampel yang proses adsorpsi di permukaan sodalit.
diperoleh dari perhitungan data XRD. Jika Adapun mekanisme pertukaran ion Na+
kristalinitas semakin tinggi, maka luas dengan ion Pb2+ ditunjukkan melalui
permukaan akan semakin kecil, begitu pula mekanisme seperti berikut:
sebaliknya. Sampel S-10 memiliki nSi-OH + Pb2+ ↔ (Si-O)n-Pb + nH+ (1)
kristalinitas paling rendah, yaitu 53% (luas SiO- + PbOH+ → SiOPbOH (2)
permukaan semakin besar), memiliki nSiO- + Pb2+ → (Si-O)n-Pb (3)
kapasitas adsorpsi paling tinggi dibanding S- nPbOH+ + Na+(sodalit) → Pb(sodalit) + Na+
standar (100%), S-20 (107%), dan S-30 + nOH- (4)
(113%). Berdasarkan perhitungan kapasitas
adsorpsi, dapat terlihat bahwa semua sodalit Mekanisme reaksi pada persamaan (1-3)
hasil sintesis memiliki kapasitas adsorpsi menunjukkan mekanisme reaksi di
yang tinggi. Kapasitas adsorpsi untuk sampel permukaan adsorben. Adapun persamaan (4)
S-standar, S-10, S-20, dan S-30 berturut-turut menunjukkan mekanisme reaksi pertukaran
dapat mencapai 488,83; 517,30; dan 527,37 ion antara Na+ dan Pb2+[9]
mg/g. Kapasitas adsorpsi paling tinggi dapat
IV. Kesimpulan
mencapai 651,10 mg/g untuk sampel S-10.
Sodalit hasil sintesis dari kaolin
Pengambilan kation pada logam berat
Bangka Belitung dapat digunakan untuk
berkaitan dengan proses pertukaran kation
adsorpsi Pb2+. Berdasarkan hasil uji aktivitas
antara kation pada logam dan kation pada
adsorpsi untuk ion Pb2+ diketahui bahwa
kerangka zeolit [9]. Adsorpsi pada kation
sampel dengan ukuran partikel yang paling
logam merupakan reaksi yang terjadi di
kecil memiliki kapasitas adsorpsi paling
permukaan antara muatan posistif pada
tinggi. Jumlah Pb2+ yang teradsorp untuk
kation logam dengan muatan negatif pada

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.5514 7
Sari M.E.F., dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 1-8

sampel S-10, S-20, dan S-30 berturut turut [4] R. Achmad. ”Kimia Lingkungan”, Andi,
sebesar 651,10; 517,30; dan 527,37 mg/g. Yogyakarta, 2004.
[5] K.B. Payne and T.M. Abdel-Fattah,
Ucapan Terimakasih “Adsorption of Divalent Lead ions by
Zeolites and Activated Carbon: Effects of
Penulis mengucapkan terimakasih
pH, Temperature, and Ionic Strength”,
kepada Kementerian Riset Teknologi dan Journal of Environmental Science and
Perguruan Tinggi yang telah memberi dana Health, Part A, vol. 39(9), pp. 2275-2291,
2004.
hibah PUPT No. 003246.18/IT2.11/PN.08/20
[6] H. Yu, J. Shen, J. Li, X. Sun , and W.
15. Han, ”Preparation, Characterization and
Adsorption Properties of Sodalite
Daftar Pustaka
Pellets”, Materials Letters, vol. 132, 259-
[1] M. Gosh and S.P. Singh, “A Review on
262, 2014.
Phytoremediation of Heavy Metals and
[7] M.E.F. Sari, ”Direct Synthesis of Sodalite
Utilization of Its by Products,” Applied
from Kaolin: the Influence of Alkalinity”,
Ecology and Environmental Research,
Indonesian Journal of Chemistry, vol.
vol. 3(1), pp. 1-18, 2005.
18(4), pp. 607-613, 2018.
[2] S.I. Yusiniyyah, “Adsorpsi Logam Cu,
[8] T. Wahyuni, “Sintesis Sodalit
Fe, dan Pb pada Limbah Laboratorium
Menggunakan Kaolin Secara Langsung”,
Kimia UIN Maliki Malang Menggunakan
Kimia, FMIPA ITS, 2015.
Zeolite Alam Teraktivasi Asam sulfat
[9] W. Qiu and Y. Zheng, ”Removal of Lead,
(H2SO4) dengan Variasi Konsentrasi”,
Copper, Nickel, Cobalt, and Zinc from
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
Water by a Cancrinite-type Zeolite
2017.
Synthesized from Fly ash”, Chemical
[3] E. Naria, ”Mewaspadai Dampak Bahan
Engineering Journal, vol. 145, pp. 483-
Pencemar Timbal (Pb) di Lingkungan
488, 2009.
terhadap Kesehatan”, Jurnal Komunikasi
Penelitian, vol. 17(4), 2005.

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.5514 8

Anda mungkin juga menyukai