Anda di halaman 1dari 60

Cinta Dalam Badai Yang Terhempas Angin

Penulis Novel: Marwan

Sinopsis:

Percintaan Anton, dengan wanita yang dia sukai mengalami prahara yang
berkepanjangan, masalah pacaran dengan wanita-wanita yang ia sukai harus kandas,
kelakuan Anton telah di luar batas toleransi dalam menghargai wanita, perkawinan pun
terjadi dengan para wanita yang ia pacari, namun rumah tangganya harus kandas di
tengah jalan alias bercerai, perceraian pun terjadi hingga tiga kali yang berselang waktu
beberapa tahun lamanya, anak-anak pun lahir menjadi korban perceraian, hingga suatu
ketika Anton harus menerima hantaman dan hinaan dari keluarga para istri-istrinya,
kondisi kesehatan, Anton yang sakit paru-paru dan ekonomi yang ia miliki telah di
ambil oleh mantan-mantan istrinya, hingga ia harus menanggung hutang, sehingga ia
harus menjual harta yang tersisa setelah bercerai dengan wanita yang bernama Lina,
kecelakaan motor yang ia alami dan sakit paru-paru, menjadikan Anton harus tinggal di
rumah selama setahun, akhir cerita Anton menikah lagi pada tahun 2016, namun ia pun
di rudung masalah, Anton memiliki hutang adat dan biaya pesta yang belum di
selesaikan dengan pihak mertuanya.

Pernikahan untuk ke-empat kalinya dengan perempuan bernama Dewi. Konflik


pertengkaran Anton dan istrinya tak terelakan, hingga suatu hari Anton harus di proses
oleh hukum, konflik Antara Anton dengan kakak ipar laki-laki dari mantan-mantan
istrinya membuat Anton stress, depresi hingga dia, konsumsi minuman keras sering dia
lakukan ketika ada kawan-kawan nya, yang menemaninya, pergaulan Anton setelah
bercerai dengan istri yang ketiga, membuat ia jauh dari ketaatan menjalankan syariat
Islam, hingga ia di kucilkan dari keluarga besarnya.

Anton, hingga akhir cerita telah beristri dan punya anak laki-laki umur empat
tahun, istri bernama Dewi, namun masalah hutang adat istiadat belum di selesaikan,
penyakit diabetes mellitus yang di deritanya, dan himpitan ekonomi cukup
memberatkan rumah tangganya, konflik dengan mantan istri bernama Lina masih sering
terjadi, kedua anaknya, bersama Lina, Anton tak sanggup memberi biaya kepada kedua
anaknya, yang masih kecil.

1
Anton harus di tangkap polisi dengan tuduhan menganiaya mantan istrinya
bernama Lina, selama seminggu Anton tinggal dalam sel kepolisian hingga perkara di
selesaikan dengan damai. Istri terakhir Anton bernama Dewi kawan waktu SMA dulu
pertemuannya, ketika telah bercerai dengan Lina, sedangkan Ardi menikah dengan Ani
namun bercerai.

Ani sakit kanker rahim stadium empat, anak umur delapan tahun dibesarkan oleh
Ardi tak lama kemudian Ardi menikah dengan seorang gadis, saat ketika Anton
menikah dengan Lina satu tahun kemudian mantan istri Anton yang ketiga. Roby
menikah dengan Desy gadis desa yang sholihah. Anton, stres dan kembali keseringan
berkumpul dengan kawan lama untuk minum-minuman beralkohol, karena bercerai
dengn Lina, selama setahun Anton menduda, hingga menikah dengan gadis bernama
Dewi. (Di Angkat Dari Kisah Nyata).

2
BAB I

Masa-Masa Bersekolah

Ketika itu di sekolah setelah jam istirahat, Anton menyapa Dewi,” yuk sebentar
bareng sama aku pulang sekolah”, oh iya tetapi maaf saya ada janjian dengan kawan,
Desy kawan kita di kelas XII. 3.IPS pada Sekolah Menengah Atas Negeri Angkasa di
Ambaipua, percakapan berlanjut, “ kata Anton oh iya, tidak apa boleh kan lain kali ikut
aku bareng pulang” kata Dewi iya lain kali saja, bergegas Anton pulang berboncengan
motor dengan kawannya, Ardi, sedangkan Dewi jalan pulang bersama Desy, dalam
perjalanan pulang, Dewi, sepertinya Anton menyukaimu, aku tak memikirkan soal
pacaran Desy, aku mau kuliah setelah tamat SMA, kalau demikian bareng aku
mendaftar ya Dewi, iya Insya allah Desy, saat ini kita sudah selesai ujian akhir tak lama
lagi terbuka pendaftaran mahasiswa baru, Dewi, jurusan apa Desy yang akan engkau
pilih, jawab Desy, jurusan ilmu hukum pilihannya jurusan ekonomi, Dewi bagus sekali
pilihanmu Desy, Desy; “Dewi pilih jurusan apa, jurusan ilmu keguruan, ilmu
pengetahuan Alam, kata Dewi,”

Adapun Anton bersama pulang dengan kawannya bernama, Ardi, Ton


kelihatannya kamu kepikiran dengan cewek yang bernama Dewi, kata Anton,”ah nggak
ko Ardi, saya hanya ingin bersahabat tak lebih,” jangan pura-pura kamu Ton, aku
sempat lihat tadi sepulang sekolah kamu, menatap dan berbicara dengan Dewi,” Ah
kamu Ardi masa cewek secantik Dewi, sebagai laki-laki tak boleh simpatik,“Ardi
tertegun, memikirkan perkataan Anton kepadanya,” Ardi, aku mengerti perasaanmu
kepada Dewi, percakapan itu mereka lakukan ketika sampai di rumah Ardi, yang sampai
di rumah Ardi pukul. 12.30 dini hari, Anton tiba di rumah pukul.13.00, tidak jauh dari
Rumah Ardi sekitar lima puluh meter saja, Pada hari senin pagi jam.7.00, Anton,
memanggil Ardi, yuk kita kesekolah, “Anton, nanti keburu telat”, Ardi ya, yuk
berangkat, tak berselang berapa menit Ardi telah naik di atas motor Anton, hingga,
mereka tiba di sekolah jam.7.15 menit, jam.10.00, adalah jam istirihat, Anton, Aku
tunggu warung saja Ardi” tak lama kemudian, Ardi muncul, di hadapan Anton, “Ardi,
Ton, bagaimana jika hari Minggu,kita jalan-jalan ke pantai Batu Gong sekedar melepas
lelah, setelah setahun lalu kita ke pantai, kata Anton, ya boleh.

3
Kebetulan sabtu depan itu kita sudah selesai ujian akhir semester ”Anton, Ardi
pesan makan, atau ambil kue yang kamu sukai, kata Ardi, iya, saya makan kue ini saja,
takut telat masuk kelas,” tak lama kemudian jam.10.15 menit mereka masuk kelas, soal
Ppkn, segera di bagikan oleh pengawas ruang, tak terasa jam. 12.00, lonceng berbunyi,
hingga seluruh anak-anak kelas ujian pun keluar kelas, Ardi,‘ Ton, apa kamu tidak ajak
bareng pulang si Dewi, kata Anton, ah nggak usah dulu, situasi saat ini masih ujian
Ardi, “Anton yuk kita langsung pulang kerumah, Ardi oh iya sebaiknya begitu Ton,”
saat berpapasan, Anton, melambaikan tangan, dengan menunjukan simpati, berucap,
“Dewi sayang,” oh kamu Ton, senyum di bibir Dewi, membuat Anton suka, dan sambil
terus berjalan menuju kerumah naik motor bersama Ardi,”Ardi Ton bagaimana jika
kamu ajak Si Dewi jalan ke pantai, Anton boleh juga jika ia mau, Ardi, jika ia menolak
tidak masalah Ton,” selama seminggu Anton dan Ardi mengikuti ujian, termasuk Dewy
dan Ani yang berbeda kelas dengan Anton dan Ardi, Dewy dan Ani di kelas XII.IPA.2,
Anton, akan aku coba bujuk ajak Si Dewy dan Ani agar ia mau bersama kita ke Pantai
Batu Gong,

Hari Sabtu telah tiba, Anton, menghampiri Dewy dan Ani, setelah ujian akhir di
laksanakan, Dewy dan Ani sedang berjalan menuju pemberhentian Bus, Anton,
bergegas cepat menghampiri Dewy dan Ani, Dewi, ada apa Ton, kelihatan nya, kamu
tergesa-gesa begitu, Anton, tidak juga Dewy, saya ingin ajak kalian rekreasi, di Pantai
Batu Gong, bagaimana pendapatmu, setuju, tidak kalian, kata, Ani,bagaimana dengan
Ardi, Anton,“ oh Ardi yang usul kok, agar saya mengajak kalian berdua ke Pantai Batu
Gong,”, kata Dewy, nanti malam aku kabari apa aku ikut atau tidak, aku, beritahu dulu
Bapak dan Ibu saya, jika mereka memberi izin, aku akan ikut ke Pantai, Ani, aku juga
Ton, nanti malam jam.8.00 aku kabari aku jadi ikut atau tidak, tak berselang lama Dewy
dan Ani sampai di halte Bus, saat bersamaan, pula Bus tiba di halte, Dewy dan Ani
langsung naik Bus, Ardi, Ton yuk kita pulang, pening kepala saya nih, ujian terakhir
hari ini, mata pelajaran Ekonomi, membuat kepala saya pening, aku juga sudah lapar,
ngantuk lagi habis tadi malam aku tidur sudah jam.12.00, belajar dua mata pelajaran
yang akan di ujikan, Anton” oke Ardi cepat naik di motor “tak lama kemudian mereka
sampai di rumah Ardi pada jam.12.30, Ardi.,

4
Ton, aku langsung masuk aja kerumah ya, Anton” ohhh…. iya Ton aku juga sudah
lapar, ngantuk ingin cepat istirahat,”

Hingga sampai jam.8.00 suara bunyi sms dari Dewy, Assalamu alaikum, Ton,
ayah dan Ibu mengizinkan aku rekreasi ke Pantai Batu Gong, tetapi syaratnya cepat
pulang, hingga sampai jam.12.00 saja“Anton, membalas sms Dewy,” aku senang kamu
mau ikut Dewy, besok jam.8.00 kita berangkat, nanti aku pinjam mobil pamanku, tak
berselang lama sms Ani berbunyi, Assalamua alikum Ton, aku jadi ikut kalian ke
pantai, Anton, iya Ani terima kasih kamu mau ikut, hitung-hitung rekreasi ini.
Mempererat persahabatan kita, dan kita sudah akan jarang lagi bertemu, kita
semua akan melanjutkan kehidupan dan sekolah kita sesuai rencana dan di mana nasib
kita berada, Ani,”Anton, kamu pandai sekali merangkai kata-kata ”Ardi di hubungi oleh
Anton dengan sms,“ Ardi, besok kita menuju Pantai Batu Gong jam. 8.00, dan balik
pulang jam.12.30 setelah dhuhur,”kata Ardi, membalas, Iya Ton, besok jam.8.00 kita
berangkat. Keesokan harinya, tepat jam.8.00 Dewy dan Ani, serta Ardi telah sampai di
rumah Anton, Anton, hai kawan-kawan, silahkan naik di mobil, kata Ardi, ya Ton, Ardi,
“ Dewy , Ani Jangan sampai ada yang di lupa” Ardi, sambil memperhatikan rantang dan
kantong plastik yang di bawah oleh Dewy dan Ani,

Ardi Berkata dalam hati, sebentar selesai mandi, pasti lapar nih, makanan dan air
minum sudah di siapkan, kawan-kawannya, Dewy, tidak ada lagi yang kami lupa,
semua kami sudah persiapkan sejak usai sholat subuh tadi, dan semuanya beres
kawanku hingga jam,7.00, kata Anton “ kalian memang kawan yang rajin masak dan
baik, tak terasa dan seiring dengan waktu tiga tahun, pendidikan di SMA telah kita
tempuh, Ardi, jangan senang dulu Ton, pengumuman ujian sebulan lagi, Dewy dan Ani,
“Insya Allah kita semua lulus ujian,” kita semua sudah belajar dan mengerjakan tes
dengan sungguh-sungguh, Anton, iya dewy aku berharap lulus ujian tahun ini, Ardi,
berdo’a saja Ton, Ardi, yang penting kamu sudah laksanakan tes dengan baik dan jujur,
belajar insya Allah pasti ada hasil yang baik,

Dalam perjalanan tak terasa waktu satu jam lamanya perjalanan, Anton dan
kawan-kawannya sampai di pantai Batu Gong, Anton, Ardi bagaimana pendapatmu
tempat

5
istirahat di sini saja, terserah Ton, toh di sini juga bersih tempatnya, hanya sekedar
istirahat duduk dan makan setelah mandi sebentar, Dewy permisi sebentar,

Ton kami ganti baju dulu ya di kamar mandi, Anton “silahkan Dewy” tak lama
kemudian Dewy dan Ani sudah ganti pakaian dan langsung turun mandi ke laut, Dewy
wah segarnya banyak juga orang rekreasi di hari Minggu ini, Ani iya Dewy, orang-
orang pada menghilangkan kelelahannya setelah mungkin satu bulan atau tiga bulan,
hanya bekerja melulu, nggak pernah Rekreasi, Dewy ah kamu Ani, tau saja urusan
orang, Ani, saya hanya berkata mungkin loh, tapi mungkin juga benar demikian, Anton
“Ayo Ardi kita turun mandi, lihat itu si Dewy dan Ani, sudah duluan mandi “ Ardi, ayo
Ton, Dewy dan Ani, melambaikan tangan nya kepada Anton dan Ardi, Anton dan Ardi
pun melambaikan tangan nya kepada Dewy dan Ani, Kata Anton, yuk kita samperin si
Dewy dan Ani, Ardi, yuk, mereka pun mandi tak begitu jauh dari Dewy dan Ani, Dewy
dan Ani, wah rasanya bahagia hari ini, kita dapat waktu untuk rekreasi, bayangkan loh
Ani, tiga tahun lamanya kita tidak pernah rekreasi seperti ini, jenuh juga aku di rumah,
pulang sekolah, makan lalu tidur, bangun lagi Ashar, setelah sholat Ashar aku bantu ibu
masak di dapur, menyiapkan makan malam, ayah dan kedua adik aku,

Yang bersekolah di Sekolah Menengah Pertama kelas dua, aku bayangkan


bagaimana repotnya urus anak dan suami ketika menikah nanti, Ani aku belum mikir
tentang Nikah “ya sudah kodrat kita Dewy sebagai perempuan,” tak lama kemudian
telah satu jam lamanya mereka mandi, kata Ani, sudah jam.10 lewat Dewy, yuk kita
istirahat saja di pondok kazebo yang sudah di pesan si Anton. Dewy, yuk mandi aku
sudah cukup, tak berselang lama mereka sudah mandi dengan air tawar dan ganti
pakaian, keduanya telah tiba lagi di pondok kazebo, Dewy melihat Handphone nya
sudah menunjukan jam.10.30 menit, mereka pun istirahat sambil bercakap-cakap, soal
masa depan mereka setelah tamat di SMA, tak lama kemudian Anton dan Ardi pun telah
selesai mandi, Anton berkata kepada Ardi, lihat Dewy dan Ani sudah rapi, dan
menunggu kita di pondok, “yuk langsung saja kita ganti pakaian di kamar ganti,” tak
lama kemudian keduanya telah berganti pakaian, Anton menuju ke pondok kazebo di
susul oleh Ardi dari belakang.

6
Anton menyapa hai cantik Dewy sayang, apa kami kelamaan mandinya, Dewy,
tidak Anton sekarang baru jam.10.50 menit, Ani, silahkan duduk Ton, Ardi,“Dewy kita
langsung makan, sebentar setelah makan kita cerita-cerita tentang apa saja, yang
mungkin penting bagi kita, ya apa tentang masa depan kita, apa tentang cari kerja
sambil kuliah ya apa saja yang baik untuk kita kedepan Nya.

Anton, ya cantik aku paham “Dewy yuk kita makan, Ardi, Ani jangan bengong
begitu sebentar cerita Nya” Ardi, menyudahi makan nya lebih awal, sebab kepikiran
pekerjaan yang di berikan ayahnya sore sebentar, yakni mengambil rumput pakan sapi,
dan menyiram sayuran di kebun milik Ayah Nya, Dewi menegur, Ardi kenapa makan
cepat sekali Ardi, makanan ini masih banyak loh, sebentar kalau lapar, langsung ambil
saja ya Ardi, kata Ardi ya Dewi terima kasih, Ani,“Ton makan nya yang kenyang ya”
Anton, iya Ani, tak lama ketiga nya telah selesai makan, Ani, mengatur makanan sisa di
masukan ke dalam kantong plastik, dan menyimpan nya di dalam bagasi mobil, Anton
“Ton sekarang sudah jam.11.30 menit jangan kelamaan ceritanya,” Anton, iya Ardi
tepat jam.12.30 menit kita berangkat pulang kerumah.

Anton, Dewi kamu lanjut sekolah di mana, Dewi, ya saya ingin lanjut kuliah,
tetapi jika dalam saat aku kuliah ada jodoh ya terpaksa menikah, Anton, kenapa ada kata
terpaksa, Dewy, maksud nya jika jodoh saya tiba, ya harus menikah dong Anton, kata
Anton “ Dewy maaf Dewy aku dari dulu sudah jatuh cinta ke kamu, dan saya ingin
menikah dengan kamu Dewi” Dewi, saat ini kita bersahabat saja, aku belum sama sekali
mikir untuk nikah, aku tak siap, aku harus sekolah dulu dan bekerja, Toh kamu Ton,
mikir kamu belum punya pekerjaan dan kenapa harus cepat-cepat Nikah, Ton, Ani
jangan keburu nafsu Ton, buat lah rencana lima tahun kemudian baru Nikah ya di umur
kita dua puluh lima tahunan sudah cukup ideal dan sambil kuliah kita nyari kerjaan-
kerjaan yang dapat bantu ekonomi orang tua kita, kata Ardi, benar sekali kamu Ani,
kamu memang selain cantik juga cerdas, puji Ardi kepad Ani, Ani’ kamu Ardi, jangan
memuji begitu aku malu ah”Dewy “ Anton kamu itu laki-laki harusnya berpikir lebih
jauh resiko menikah tanpa ada pekerjaan yang tetap atau keterampilan yang memadai
untuk kehidupan yang baik bagi kelak istri dan anak-anak mu kelak” Anton, kalian
benar,aku kasihan bapak yang sudah tua dan sakit-sakitan” oh

7
” oh ternyata ayah Anton sakit diabetes mellitus, Ardi “ Ton sekarang jam;12.15 menit
yuk kita sholat dhuhur ya Ardi kita berjamamah di sana ada mushollah, usul Ardi”
Anton, yuk kita ke musholah, Anton yang Adzan, dan Ardi Imam nya saat itu, tak lama
kemudian keduanya telah selesai sholat dhuhur, di ikuti makmum Dewy dan Ani yang
menyusul di belakang,tepat setelah qomat, rupanya Dewy dan Ani telah berada di
belakang Anton, Dewy Yuk kita langsung pulang saja ya Ton, Ardi, Anton membalas
perkataan Dewy, ya naik ke mobil kita star balik pulang ke rumah, nanti Si Dewy di
marahi Ayahnya jika telat pulang, kata Ardi, dengan senyum betul Ton, aku juga ingin
cepat sampai di rumah tidur, sore nanti setelah sholat Ashar aku ada kerjaan, tepat jam.
1.30 menit mereka sampai di rumah Anton mengantar Dewy dan Ani di rumah sampai
didepan halaman rumah, masing-masing, sedangkan Ardi bersama Anton barengan
pulang, setelah tiba di rumah Anton, Ardi permisi pulang ke rumah, Anton langsung
masuk ke rumah, kata Ibu Anton, makan nak, makanan tuh ada di atas meja aku sudah
siapkan, ya Bu, Anton, mengambil piring dan duduk makan, setelah itu ia masuk kamar
untuk tidur.

Anton, terbangun jam 03.30 sore hari, cuaca mendung dan hujan gerimis,
bergegas Anton mencuci mobil milik paman nya, dan mengembalikan mobil milik
paman nya tepat jam.4.20 menit, telah sampai Anton di rumah paman nya, yakni sekitar
lima kilometer dari rumah Anton tinggal, seketika itu paman Anton menyapa, Ton saya
pikir kamu balik sudah masuk magrib, kata Anton, ya paman aku tadi cepat pulang,
jam.1.30 sudah sampai, tetapi aku tidur paman, oh begitu, ya sudah, Anton berucap
terima kasih paman, paman iya Ton, salam sama ibumu, Anton ya paman, kebetulan
aku mau keluar bersama ibunya anak-anak ke pasar, Anton, oh iya paman, silahkan,
kamu masuk dulu di rumah Ton, Anton ”lain kali saja paman ‘’aku langsung balik saja,
kerumah nanti Ayah menunggu saya “ dengan mengendarai motor Anton, sampai di
rumah nya jam. 5 sore hari, ia pun masuk kerumah, lalu mandi dan sholat Ashar, setelah
pertemuan Anton dan kawan-kawan nya, Anton jarang bertemu Dewi dan Ani, kecuali
Ardi tetangga dekat rumah Anton.

Anton kerumah Ardi setelah sholat Isya, mereka pun bercerita apa yang mereka
kerjakan sebulan ini sebelum pengumuman di SMA tempat bersekolah, Anton, “ Ardi
kamu setiap hari ada kerjaan bantu Ibumu urus kios dan membantu Ayahmu mengurus

8
ternak Sapi dan Ayam “Ardi , tapi Ton saya lelah juga dengan pekerjaan yang saya
geluti itu, tetapi mau kerja apa lagi Ton “ Anton, aku sendiri kepikiran mau kerja montir
di bengkel teman. Ardi, wah bagus itu Ton, daripada kita pasif, saatnya sekarang kita
bekerja, tidak hanya bergantung kepada orang tua, Ardi, orang tua kita pasti senang
melihat kita bekerja, lihat kawan-kawan kita yang lain, hanya makan lalu tidur, malam
hari nongkrong bercerita, nggak tahu apa yang di ceritakan, bagi saya tidak bermanfaat
masa muda, di habiskan tidak produktif, Anton, benar apa yang kamu sampaikan itu
Ardi, oh iya Ton kamu masih kepikiran dengan si Dewi. Anton “iya juga sih namun
waktunya tidak tepat untuk saya mendekatkan diri padanya“ biarlah kapan-kapan saja,
urusan cewek tidak rumit kalau kita sudah di lihat sedikit mapan, punya keterampilan
soal cewek gampanglah “ ucapan Anton di Amini oleh Ardi.

Anton, aku permisi pulang sudah jam 9.30 menit, aku sudah ngantuk, Ardi, iya
Ton silahkan, aku juga mau tutup kios, rasanya sudah ngantuk. Setelah sholat subuh
Anton tidur kembali dan bangun jam.7.00 pagi hari, setelah sarapan ia menuju bengkel
motor pada jam.8.00 pagi, sesampai di bengkel motor milik kawan nya, ia mengucapkan
salam kepada Roby, he..he..he kamu ya Ton, kesini duduk dulu aku bikinkan kopi ya,
boleh Roby, Anton belum punya pengalaman bekerja di bengkel motor, lalu Roby
mengajari tahap demi tahap kepada Anton, hanya seminggu Anton belajar tentang
kerusakan ringan motor dapat ia pahami, sedangkan kerusakan berat belum sama sekali,
Roby amat suka dengan pekerjaan Anton, ia sudah mahir buka baut Oli, buka Ban
dalam motor yang harus di tambal, menyetel dan memasang lampu weser, lampu besar
yang putus balonnya, Roby, he..he Anton kamu tidak usah pulang makan siang, bareng
sama aku makan siang di sini saja nanti jam 5.30 sore kamu balik kerumah, Anton
senyum dan mengangguk tanda setuju, iya terima kasih Roby.

Setelah dua minggu Anton bekerja di bengkel Roby, saat itu ia tak menyadari
kedatangan Ani yang sedang menuntun motor yang kempes ban belakang nya, saat itu
Anton sedang membuka kap motor untuk di kerja kerusakan pada kabilator nya, yang
akan di kerjakan oleh Roby, lalu ia melihat kedepan saat itu, Ani, hai Ton wah kamu
kerja di sini ya Ton, kata Anton iya Ani kenapa motor kamu tanya Anton, Ani, bocor
kali ban dalam

9
roda belakang Ton, Anton, saya buka dulu Ban belakang ya Ani, Ani, silahkan, kamu
duduk saja tak lama press ban dalam, ya sekitar dua puluh lima menit motor Ani telah
selesai Aku kerja, Ani, berapa biaya Ton oh, iya lima belas ribu rupiah kawan, kamu
bayar ke kasir saja Ani, dengan senyum Ani yang indah berucap terima kasih, Ton iya
Ani, kamu kelihatan buru-buru, saya mau ke kota nanti keburu hujan Ton, Roby aku
pamit, Roby oh iya Ani hati-hati di jalan.

Anton:

Kenapa Aku tak pernah bertemu Dewy, bagaimana kabar dia, Dewi gadis yang
cantik baik dan ramah, Aku ingat ketika di SMA, kami berempat seperti saudara, sering
makan di warung bersama-sama, walaupun Aku tidak satu kelas dengan Dewi dan Ani,
tetapi kami akrab sebagai sahabat, Aku masih memiliki perasaan suka sama Dewi, tetapi
karena faktor jarang bertemu dan sebab kesibukan pekerjaan yang kami geluti berbeda,
Aku tak mungkin sering bertemu mereka lagi, Aku tak punya waktu untuk menemui
Dewi, kedua orang tua Aku, sakit diabetes mellitus yang sudah akut, Aku prihatin sama
Ibu dan Bapak yang aku lihat sudah menderita, makannya hanya keladi hampir setiap
hari.

Ardi:

Masa ketika SMA, dalam ingatan Aku telah terkikis oleh rutinitas Aku sebagai
mahasiswa Fakultas Peternakan, sepulang kuliah Aku harus bantu Bapak mengambil
pakan rumput dan menyiram sayuran di kebun di tambah lagi Aku sesekali Aku ganti
Ibu di warung Kios kami, hingga gadis bernama Ani telah sirna dari lubuk hati Aku,
padahal ketika masih sekolah di SMA kami masih sering bertemu, sungguh romantis
Aku rasakan, walaupun perasaan suka terpendam hingga tiga tahun berlalu menamatkan
jenjang sekolah SMA, ya Aku memikirkan masa depan Aku, Aku ingin kedua orang tua
Aku bangga dengan prestasi Aku, menjadi anak seorang petani kecil, tak akan
menghalangi Aku menjadi sarjana peternakan, setelah kuliah Aku selesai Aku akan
melamar menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Peternakan di Daerah Aku
tinggal saat ini, atau jika tak mungkin Aku menjadi petani sukses menggarap sawah dan

kebun seluas dua hektar milik Ayah Aku. Ardi mengungkapkan perasaan dia ketika
menjelang tidur malam jam sepuluh malam.

10
BAB II

Masa Lulus Ujian di SMA

Pada hari Senin tanggal sepuluh Mei di tahun 2004, Anton dan kawan-kawan
seangkatan di SMA menerima amplop pelulusan, Anton membuka amplop tersebut ia di
nyatakan Lulus Ujian, Ardi, Dewi dan Ani bernasib sama dengan Anton juga menerima
amplop lulus ujian. Mereka amat gembira saat itu, Anton mendatangi Ardi, Dewi dan
Ani,yuk kita ke warung makan bersama, merayakan kesuksesan awal kita di SMA, Ardi
tidak usah repot Ton, kita langsung balik saja ke rumah kita masing-masing
menyampaikan ini kepada orang tua kita, yang lain orang tuanya datang ke sekolah,
sedangkan kita cukup membawah kartu ujian, hasil ujian di serahkan oleh kepala
sekolah, Anton ah biarlah kali ini kalian makan hasil keringat aku kerja di bengkel
motor si Roby, Ani, Sudahlah Ardi kita nurut saja kata si Anton, kenapa sih kamu
gelisah begitu, kaya mikir sudah punya istri saja, Ardi, ah kamu Ani, Ardi aku ikut yuk
makan bareng di traktir teman yang baik hati Anton, Dewi tersenyum bahagia ia lulus
ujian pasti kedua orang tua nya gembira dengan kabar ini “oh di mana Ani tadi aku tadi
tidak barengan pulang,” lelah juga rasanya sekolah.

Terbesit dalam hatinya, dia berusaha untuk masuk kuliah jurusan hukum, atau
beralih sekolah akademi kesehatan kebidanan, sesampai di rumah ayah Dewi sedang
duduk di ruang tengah, ayah Dewi bertanya, kamu lulus ujian Dewi, iya pak jawab
Dewi, syukurlah, kamu persiapkan diri lagi lanjut kuliah, berarti harus belajar lagi agar
bisa lulus di terima jadi mahasiswa, iya tak lama dia permisi, aku istirahat dulu di kamar
pak, dia baringkan kepalanya di bantal tempat tidur, sambil berucap syukur, telah di beri
nikmat lulus SMA, minggu depan aku harus mengambil ijazah sekalian aku syahkan,
kenangan sekolah di SMA tak akan mudah aku lupakan, utamanya persahabatan dengan
kawan-kawan sekelas, terasa begitu indah, namun dia tak melupakan dukanya juga,
ketika itu harus di hukum guru karena terlambat masuk kelas, karena mobil mogok
jalan, mereka berdemo, sebab bahan bakar minyak premium dinaikan pemerintah,
belum ada penyesuaian

ongkos pete-pete, ya aku di suruh pak guru menyanyikan lagu Indonesia Raya, aku
nurut saja, sambil mengenang masa SMA ia tertidur pulas hingga ia terbangun sudah

11
jam.4.00 sore hari, ia langsung berwudhu dan sholat Ashar, setelah sholat Ashar ia
mendengar suara Ibu nya, memanggil Dewi, kamu masak nasi dan sayur, untuk makan
malam, jawab Dewi iya Bu ”aku masak dulu ke kamar, dari pada keburu maghrib bisa
kena marah aku gumam dalam hati Dewi,“

Anton selesai makan bersama Ardi dan Ani, Dewi lebih awal pulang, kata Ani
yuk aku duluan ya, Ardi iya Ani silahkan, Anton, yuk kita pulang Ardi, sekarang sudah
jam.12.00 lewat, tak lama kemudian motor yang di tumpangi Ardi telah sampai di
rumah Anton, Ardi Ton aku lanjut pulang, dengan langkah sigap ia telah berlalu dari
hadapan Anton, Anton, sepertinya aku mendengar suara bapak memanggilku, iya
dengan cepat menjawab ya pak, kamu lulus ujian Anton ya pak saya lulus, bagaimana
rencanamu, iya pak saya tak berniat kuliah, aku sudah bekerja di bengkel motor.

Kawan saya Roby, oh begitu ya tidak apa, saya biayai saja kakakmu tiga orang
sementara kuliah dan adikmu masih kelas dua SMA, ya Pak, saya memilih kerja swasta,
aku tak sanggup kuliah otak saya tidak mampu berpikir berat, oke Anton, silahkan kamu
kerja yang benar dan jangan bergaul dengan dengan anak-anak preman, keluyuran
malam hari, ya Pak, tak lama kemudiam Anton bergegas ke kamar tidurnya, hingga ia
terbangun jam.4.00 sore, dia kepikiran tadi siang dia lupa sholat dhuhur, aku berwudhu
sholat Ashar sekalian jamak Sholat Dhuhur,

Setelah selesai sholat Ashar dia di suruh bapaknya, Anton kamu tengok kebun
Ubi kayu jangan-jangan ada ternak sapi masuk di dalam kebun, ya pak aku segera ke
kebun, sampai di kebun ia berkeliling, rupanya aman hanya ia melihat ada beberapa
pohon ubi kayu yang sudah tumbang, ia berpikir mungkin tadi malam ada Babi hutan
yang masuk di dalam kebun, lalu ia melihat sudah jam.5.00 lewat sore hari ia cepat
balik pulang kerumah, hanya sekitar lima ratus meter dari rumahnya, sesampai di rumah
ia di tanya bapak, Anton ada sapi masuk tidak pak tetapi aku lihat ada pohon-Pohon ubi
yang tumbang, mungkin ada Babi yang masuk tadi malam, dengan menarik napas dalam
bapak Anton berkata wah gawat kalau tidak di pagar lebih kuat lagi. setiap malam Babi
masuk di kebun, kasian tidak ada hasil yang maximal di peroleh.

Ya Allah beri aku kekuatan dan kesehatan agar semua tugas aku mengurus anak-
anak dan kebun itu dapat ku tunaikan dengan baik, ia bergumam dalam hati, sambil

12
memegang jari kakinya yang sudah mulai bengkak karena luka akibat bolak-balik ke
hutan menebang kayu dan memikulnya setiap hari Sabtu dan Minggu bersama kedua
kakak laki-laki Anton, sedangkan setiap hari pulang kantor jam.12.00 siang, dan
jam.3.00 sore bapak Anton selalu berada di kebun ubi kayu seluas satu hektar, hingga
jam.5.30 sore hari, pulang ke rumah.

Bapak Anton, kamu selesai magrib jangan kemana-mana pijat kaki dan
punggung saya ini terasa sakit “Anton iya Pak saya tidak kemana-mana pak saya akan
pijat “ Anton menuruti perintah Bapaknya, namun ketika bapak tertidur jam.8.00 ia
memperhatikan situasi kakaknya sedang keluar sama pacar mereka, dan Ibunya, sudah
tidur karena kelelahan, ia menuntun motor di bawah keluar, dan Anton stater lima puluh
meter dari rumahnya, ia pulang sudah jam.12.00 malam, rupanya Anton kerumah kawan
nya Roby, lalu di sana ada dua kawan SMA Nya, mereka mengobrol hingga larut
malam, Anton, ia mendengar suara bapaknya pada jam 5.00 subuh, kamu bangun sholat
subuh Anton.

Dengan perasaan kaget Anton, berucap hem, hu, ha, ah ia paksa tubuhnya
bangun dari tidurnya, dan mengambil wudhu, setelah itu ia baringkan tubuhnya
kembali, tak lama berselang jam 6.00 pagi ia di bangunkan, Anton kesini kamu ya pak,
jam berapa kamu pulang semalam, dengan gugup sedikit Anton menjawab, ya pak cepat
ko pak saya pulang sekitar jam.sepuluh, ya sudah sekarang kamu sarapan dan berangkat
ke kebun bawah itu cangkul dan parang kamu, bersihkan rumput yang tinggi di sekitar
pohon ubi kayu, ya pak aku kerjakan jawab, Anton, Bapak Anton jam.11.00, baru kamu
balik dari kebun, sebentar sore saya akan ke-kebun mengecek apa kamu bekerja atau
tidak, dengan menahan rasa ngantuk Anton berangkat ke-kebun jam 7.00 pagi, namun
dalam perjalanan ia singgah di rumah kawannya, agar ia ada teman untuk bekerja.
Anton bekerja semampunya, maklum Anton adalah anak bungsu dari Sembilan
bersaudara, ia memang tak biasa bekerja berat.

Pikir Anton sudah jam 10.30 aku pulang saja capek, ah mana sudah lapar, ada
terasa ngantuk lagi, sesampai di rumah ia bantu Ibunya untuk mengambil Air di sumur
dengan timba ember, lalu ia angkat ke dapur, ini airnya Bu, letak kan saja di situ, kata
Ibu Anton, oh iya Bu sekalian aku isi bak mandi, airnya sudah kurang, sebab Bapak
sebentar mau mandi sepulang dari kebun, Anton pun cepat-cepat menimba air di sumur

13
untuk mengisi bak mandi, hanya berselang hampir satu jam satu bak mandi telah berisi
penuh, lalu Anton istirahat, dia pun mengambil air minum segelas dan meneguknya,
setelah itu dia membuat kopi dan duduk melamun, memikirkan pekerjaannya besok di
bengkel motor si Roby, sambil menghelai nafas panjang dan berucap dalam hatinya,
seandainya saja Dewi membalas perasaanku padanya rasanya aku cukup tenang,
bayangan wajahnya yang ayu dan ramah kepada ku, membuat aku kepikiran dalam
lamunan sebelum aku tidur, tetapi biarlah waktu yang akan menentukan kemana
jodohku nanti.

Anton aku ingin bertemu dengan Ardi sebentar malam, kalau malam minggu
saya selalu ke rumah Roby hingga larut malam, hingga selesai sholat Isya Anton
bergegas ke rumah Ardi, ketika itu Ardi sedang termenung sambil duduk di depan kios
nya, dia kaget ketika Anton datang menghampirinya, Anton kamu lagi melamun
Ardi,kelihatannya kamu kelelahan dan banyak pikiran, ah dengan senyum lebar Ardi
menjawab ucapan Anton, tidak Ton aku senang kamu mau datang main kerumahku,
saya memang agak capek sore tadi aku mengambil rumput makanan sapi dua kali
berturut-turut dan aku tidak sempat tidur siang karena harus menggantikan Ibu di Kios
ini, kata Anton kita sebagai anak nurut saja apa perintah orang tua, mumpung kita
belum menikah ngurusi anak dan istri kelak di kemudian hari, jadi sebisanya kita
berbakti lebih banyak untuk kedua orang tua kita, Ardi benar Ton, kamu sudah berpikir
dewasa sekali puji Ardi kepada Anton.

Ardi aku tadi sms kamu sekitar jam empat sore, namun tidak ada jawaban, saya
sibuk Ardi ambil air di sumur dan bantu Ibu di dapur, kasian Ibu sudah sakit-sakitan dan
bapak saya juga demikian, aku mikir juga bekerja cari uang sendiri semasa bapak masih
hidup, kalau nanti bapak sudah tidak ada saya sudah mampu mandiri, benar ucapan mu
Ton, aku pun demikian, kita ngobrol kosong nih Ton, sudah lah Ardi saya hanya jalan-
jalan saja sejenak daripada aku duduk sendiri di rumah, hanya dalam lamunan yang
tiada akhirnya, mikir macam-macam, Ardi waktu sudah mulai larut jam sepuluh aku
pulang tidur besok mau kerja di bengkel motornya Roby, saya lupa kamu sudah trampil
kerja motor, silahkan Ton, senin depan kita barengan saja ambil ijazah kita di sekolah,
kata Anton oke Ardi. Dengan humor Ardi berkata bagaimana kabar Si Dewi, Ton ah
saya tidak mikirin Dewi atau cewek lain untuk saat ini.Ardi ah, masa kamu ingat tidak

14
dulu kamu kirim surat sama Dewi, aku tidak ingat Ardi, aku balik ngantuk rasanya
mataku sudah lengket, yuk Ardi nanti malam senin aku ke rumahmu lagi Ardi.

Setelah Anton bekerja selama setahun di bengkel motor Si Roby, dia pun beralih
kerja menjadi sopir yang mengangkut batu bata, pekerjaan itu dia geluti selama enam
bulan lamanya, lalu ia jenuh bekerja menjadi sopir batu bata, kerena pekerjaan itu
berdebu dan membuat dia kelelahan di malam hari, badannya terasa sakit, hingga akhir
nya dia harus kehilangan Ibunya yang sakit diabetes mellitus yang di deritanya selama
lima tahun, hari itu bertepatan dia sedang berada di luar kota membawa penumpang di
daerah.

Konawe Utara sejauh tujuh puluh kilometer dari rumah Anton, bergegas dia
menurunkan penumpangnya dan balik ke rumah, sesampai di rumah telah banyak
tetangga yang melayat dan sanak saudara dari pihak Ibu dan Bapak, dengan ekspresi
sedih, sesekali dia membersihkan air matanya dengan telapak kanan tangannya,
mengenang kenangan bersama Ibu ketika masih hidupnya, baru seminggu yang lalu ia
bersama Ibu di dapur membantu pekerjaannya, sekarang dia telah pulang menghadap
Allah Swt untuk selama Nya, Anton terdiam lama beberapa hari membisu, dia tidak
pernah keluar rumah, sehingga saat itu Ardi, Roby dan anak tetangga datang menemani
nya, ketika malam ke-tiga dan ke-tujuh, Ardi, yang sabar Ton inilah cobaan dari Allah
setiap manusia akan melaluinya, Roby, benar kata Ardi, kita akan di perhadapkan
dengan cobaan ini, entah kapan hingga ajal kita pun tak tahu kapan tiba waktu kita di
panggil oleh sang pencipta.

Setelah peringatan tahlilan malam ke-Tujuh Anton mulai menekuni kembali


pekerjaan yang dia bisa kerjakan, dia kembali menjadi sopir mobil kakak perempuan
Nya yang pertama selama enam bulan mengantar berkantor di daerah kabupaten
Konawe Utara, sebelum besok Nya dia membawa Mobil kakaknya, dia sempat ketemu
Dewi dan Ani yang melayat pada hari pertama meninggalnya Ibu Anton, malam itu di
rumah Ardi dia berdialog tentang pekerjaannya besok dan bagaimana dan masa depan
dia, bapaknya sudah pensiun tak mampu lagi bekerja dia hanya menghabiskan waktu
nya di rumah

15
selama setahun, setelah itu dia menikah lagi dengan seorang janda, dengan
pertimbangan agar jika dia sakit ada yang merawatnya, mencuci pakaiannya, kasian si
Bapak sudah sakit sendirian di rumah, kakak saya semua sudah menikah dan punya
rumah sendiri-sendiri tidak ada yang menemaninya, gumam dalam hati Anton,
bagaimana jika nanti aku sudah menikah siapa yang mengurus Bapak, biarlah Bapak
menikah lagi, setelah bapaknya Anton menikah Anton tinggal sendiri di Rumah,
sedangkan Bapak Anton di Rumah bersama Ibu tirinya, hanya kadang-kadang dia
datang menengok Anton dan saudara Nya yang kebetulan berdekatan rumah. dan
setelah seminggu lamanya di rumah anak-anaknya, dia balik lagi pulang di rumah
istrinya, dengan kondisi selama setahun lamanya.

Anton mulai kepikiran untuk mengawini perempuan bernama Rosna setelah dia
mendekati Ros cewek pembantu di rumah kakak laki-laki bernama Riyan, lalu dia
nikahi selama setahun lama Nya, pernikahan ini Anton memiliki satu anak perempuan,
baru saja anak ini berumur tiga bulan, Anton melarikan diri, entah di mana tidak yang
tahu sanak keluarga kemana arah Anton pergi, sehingga akhirnya, pihak keluarga
Rosna meminta untuk di ceraikan saja, tetapi dengan syarat Anton harus datang
menyerahkan diri di hadapan keluarga Rosna, dalam sebulan pencarian tiba-tiba ada
yang mengabari bahwa Anton bersembunyi di rumah temannya di daerah Kolaka, maka
informasi ini di ketahui oleh kakak kandung laki-laki Anton,.

Besok hari kakak kandung Anton berusaha menjemput Anton, untuk di bawah
ke-rumah Rosna, hanya dalam waktu dua puluh empat jam Anton telah berhasil di bujuk
agar dia mau bercerai dengan baik-baik dari keluarga Rosna di Kampung Kota Unaaha,
setelah di persiapkan rencana perceraian atau pun rujuk kembali oleh ketua adat dan
sanak keluarga berangkatlah mereka menemui bapak Rosna di Kota Unaaha pada jam. 5
sore dan tiba jam 6.30 malam, akhirnya, Anton di paksa untuk rujuk namun Anton
bertahan tidak mau, ketua adat terdiam dan tegang dengan masalah yang terjadi, tak ada
penyelesaian malam itu seluruh rombongan bergegas naik ke-mobil, sebelum terjadi
perkelahian dengan pihak keluarga Rosna dan pihak sepupu Anton saat itu, mengalami
luka memar di wajah akibat pukulan di layangkan oleh kakak laki-laki Rosna beruntung
sepupu Anton cepat naik mobil dan sopir tancap gas sehingga dapat menghindari
konflik perkelahian masif, sepupu.

16
Anton yang secara kebetulan ikut dalam rombongan keluarga Anton, pada saat
sepupu Anton, di singgahi untuk jalan bareng ketempat rumah Rosna, sepupu Anton
bertempat tinggal di daerah Konawe, dengan nada memohon sepupu yuk ikut kami ke
Rumah Rosna, Sepupu memang ada apa di sana, Anton, yuk kamu ikut saja, nanti juga
paham tujuan kita kesana, sepupu, karena kamu maksa aku ikut denganmu, biarlah kita
ramaikan bersama sanak kelauarga, tuh aku lihat banyak yang ikut, Anton, kami hanya
beberapa orang saja, sekitar sepuluh orang, oh saya pikir dua mobil puluhan orang,
Anton, kamu naik ke mobil, tak lama kemudian berangkat lah rombongan keluarga
Anton.

Setelah kejadian itu, Anton mulai menyadari kesalahannya, dan sesekali dia ke
Masjid untuk sholat berjamaah, dia mengingat kejadian malam itu terjadi pemukulan
dan korbannya adalah sepupu sekali Anton, hingga memar bagian mukanya, beruntung
sopir angkot tancap gas sehingga tidak terjadi banyak korban perkelahian.Anton “gawat
juga kejadian yang menimpaku aku akan jadikan pengalaman,“ hanya berselang dua
bulan tiba-tiba, Anton telah berpacaran dengan gadis bernama Lina.

Anton:

Aku merasa kesepian jika Aku tidak cepat menikah lagi, Aku tidak mungkin
hidup bersama lebih lama dengan Rosna Aku hanya khilaf akibat nafsu Aku, gadis itu
memiliki cacat pada kaki dia tidak normal ketika berjalan Aku tak menyangka peristiwa
ini terjadi Rosna hamil ah Aku memang lelaki kurang ajar tak tahu malu, Aku rasa
kejadian ini membuat Aku terpukul di hadapan kawan dan saudaraku, selama ini
menganggap Aku orang baik, namun biarlah Aku pacari saja dulu gadis yang bernama
Lina, apa nanti Aku berjodoh hanya Allah yang tahu.

Lina:

Sambil duduk sendiri di bale belakang rumah, Lina menatap beberapa ekor ayam dan
dua ekor sapi milik Bapaknya, dan bunga-bunga yang di tanamnya sekian lama, lalu
sesekali kepalanya menengadah keatas langit, sambil mendengarkan musik pop lagu
ciptaan Ariel Noah tiga lagu berlalu di dengarnya, lalu mengganti lagu lain yang di

17
nyanyikan oleh Bunga Citra Lestari, “Cinta Sejati,” begitu asyiknya Lina,
mendengarkan lagu-lagu kesukaannya, waktu itu menunjukan sore hari jam lima, tak
lama mendengarkan lagu BCL, hati dan pikirannya berkata ohh….! Anton apakah
engkau akan menemani hidupku hingga ajal memisahkan kita atau mungkin aku lebih
awal dipanggil Tuhan dan hidup dalam keabadian, menunggu kamu disana atau
sebaliknya engkau meninggalkan aku dan kelak kita punya anak selamanya, begitu
tersakiti hatiku, kamu buat hati ini menangis, aku ingin engkau bersamaku seperti cinta
Ainun dan Habibie, lamunan dan kata hatinya begitu terasa amat dalam, akhirnya Lina
beranjak dari tempat duduknya untuk segera mandi karena waktu sholat Magnrib sudah
hampir tiba.

Anton:

Anton aku harus tekun bekerja pengalamanku dalam rumah tangga bersama
Nani mantan istri kedua aku telah menjadi pembelajaran, aku menyesal mengapa aku
tak mengikuti kakak kandung saya bersekolah, tetapi waktu Bapak sudah sakit-sakitan,
tak mungkin aku menambah beban Ayahku, sementara aku dapat membiayai kuliah
aku, aku juga masih punya beban utang kepada kakak perempuanku, saat itu kami
tertipu oleh oknum tak bertanggung jawab, aku dan ponakanku tertipu lima belas juta
rupiah, aku menderita saat aku di tampung di Tarakan Kalimantan Tengah menunggu
pemberangkatan, lalu kami berusaha melarikan diri dari Tarakan dan Balik Kendari,
beruntung aku dan ponakan masih hidup, karena selama dua hari tak di beri makan,
hanya air minum, saat aku pulang badanku kurus sekali begitu ucapan orang dan sanak
saudaraku yang melihatku, hingga kau bekerja sebagai tukang ojek, motor pinjaman
dari sahabatku, aku terpuruk. Hingga aku bercerai dengan Nani.

Lina:

Kenapa ya Anton tak pernah datang kepadaku sudah seminggu ini kemana, aku
telpon dulu dia, kring, kring, ! Halo Ton kamu dimana, oh kamu Lina ini aku sedang
mengojek, malam hari aku bawa mobil rental teman, maaf ya aku belum bisa datang
menemuimu, aku nyari duit untuk melamarmu nanti ya tambahan aku akan minta tolong
sama sudaraku untuk membantu menambahkan uang saya ketika nanti akan menikah

18
oh iya aku tutup telponnya, aku mau kerja bantu Ibu buat kue untuk di jual besok pagi
ok sayang, sampai jumpa nanti, salam saya untuk Bapak dan Ibumu.

BAB III

Prahara Pernikahan Anton

Dalam lamunan Anton memikirkan peristiwa yang baru saja di alamnya, istrinya
rela dan ikhlas untuk di cerai, daripada kedepan Nya aku mempertahankan rumah
tanggaku, sedangkan Anton aku tahu dia tak sepenuh Nya mencintaiku, aku pikir aku
lebih baik mendaftar jadi tenaga kerja wanita atau TKW, sedangkan Anak ku, aku titip
sama Ibuku untuk merawat Nya, terasa aku malu dengan keluargaku karena aku harus
menjada semuda ini, namun inilah takdir Ku, aku harus melanjutkan hidup Ku, maka
aku putuskan bekerja di luar negeri, Anton “aku takut jangan sampai Nani hamil, dan
menuntut harus di nikahi“ dalam lamunan yang membuat Anton menjadi sosok penuh
dengan masalah wanita, kenapa aku ini belum lama aku berpisah dengan Rosna
sekarang aku di rundung masalah wanita, aku mingggat saja dulu untuk menghindari
masalah dengan Nani, baru sebulan Anton minggat, dia mendengar kabar Nani hamil
dan menuntut untuk di nikahi, pada saat itu bingung keluarga Anton, bagaimana
menyelesaikan masalah Anton.

Sedangkan keluarga Nani bersikap emosi atas kelakuan Anton yang berusaha
lari dari tanggung jawab, pihak keluarga Antonpun menjadi sasaran emosi pihak
keluarga Nani, agar secepatnya Anton menikahi Nani, dalam situasi ini, Ayah Anton
sudah sakit-sakitan tak dapat berjalan karena luka pada jari jempol kakinya. akibat
diabetes mellitus yang dia derita selama lima tahunan, kakak Anton,”kemana perginya
Anton, aku akan mencari dia hingga ketemu dan membawahnya ke-rumah keluarga
Nani untuk segera menikahi Nani kasian perempuan itu dan keluarganya baik dan saya
pun mengenal mereka.“. Dengan rasa prihatin dan wajah tegang dan bingung kakak
laki-laki Anton. Berbicara tegas dan bijaksana agar sanak keluarga tidak ikut tegang
mendengar ucapan kakak kandung mereka yang tertua.

Aku cari dia di rumah kawannya di Makassar atau aku telepon kawanku di sana
agar dia menghubungi Anton segera pulang ke-Kendari, tetapi kabar yang di sampaikan
dengan cara bahwa ada pembagian warisan segera untuk di dengarkan dalam rapat

19
keluarga, akhirnya si Anton mau pulang ke-Kendari, Anton terbesit dalam hatinya, dan
dia mikir kebenaran kabar dari kakak laki-laki tertuanya, biarlah aku pulang kasian
Bapak yang lagi sakit parah, pada esok hari Anton muncul sendiri, ketika itu, kakak
laki-laki yang tertua sedang berada di luar rumahnya, sedangkan Bapak Anton sedang.
Baring di kamar di temani Ibu tiri Anton, Ibu tiri sedang memijat kaki
Bapaknya, Ayah Anton,“Nak kenapa kamu pergi tak memberitahu kami di rumah,
dengan nada marah dia memarahi Anton kamu tak tahu malu aku sering bilang ke kamu
jangan mendekati wanita sebelum kamu punya pekerjaan sebelum kamu mampu
memberi nafkah dan membiayai kelak istrimu dan anakmu Anton serta biaya untuk
menikah,” apa kamu tidak kasihan pada Bapak yang sudah sakit ini, seharusnya kamu
lebih dewasa dengan apa yang baru saja terjadi dengan perceraian dengan wanita
bernama Rosna, aduh Anton aku tak menyangka kejadian ini membuat sakitku
bertambah parah, aku sudah, beritahu kakak kamu untuk mengurus pernikahan kamu
besok dengan wanita yang. Bernama Nani, bagaimanapun juga kita harus bertanggung
jawab atas perbuatan yang sudah kamu lakukan, Anton “maaf pak aku khilaf sudilah
memaafkan saya, aku tak tahu harus berbuat apa lagi, kata bapak Anton membalas
uacapan Bapak Nya, itulah akibat engkau memakan buah terlarang alias hawa nafsumu
tak dapat kamu kendalikan,“ ya pak aku sangat bersalah, Anton berusaha
menyenangkan hati Bapak, sambil memijat-mijat kaki Ayahnya, dengan nafas menahan
rasa sakit pada kaki yang sudah di amputasi jempol jari kaki, sesekali bapak Anton
bersuara huh… hu… aduh…! hu ya Allah Astagfirullahal adzim ya Allah sakit, hu La
ilaha illallah muhamadarasulullah, sungguh Anton saat itu bagai berada dalam situasi
sedih dan memikirkan Bapaknya yang sakit dan persoalannya dengan Nani.

Pada esok hari kakak tertua Anton dan saudara yang lain dan di temani ketua
adat berangkat menuju kerumah Nani, setelah di sampaikan sesuai persyaratan adat
istiadat dan biaya yang sesuai, maka pada malam itu di langsungkan pernikahan antara
Anton dan Nani, setelah berbincang-bincang tentang rencana pesta tetapi dengan nada
rendah hati orang tua Nani mengatakan kami tak berniat memberatkan sudara Anton
dan keluarga aku paham situasi yang di rasakan sudara-sudara Anton, kami meminta
pergaulilah anakku Nani dengan baik dan jangan kamu sia-siakan dia, kita makhluk
beragama tak baik saling menyakiti, aku sendiri hidup sama dengan nak Anton, aku
sudah biasa menderita, mencari nafkah maka sudilah kamu menghidupi anakku Nani

20
dengan rasa sayang yang paling dalam, suasana hening saat itu dalam ruangan di rumah
Nani bagian tengah, sambil menundukkan kepala Anton, memijat kepala dan memegang
perutnya tanda dia telah merasa lapar dan bingung sebab dia harus mulai memikirkan
kerjaan untuk menafkahi istri dan kelak anak mereka. Keluarga Anton termenung
hening saat itu, ketua adat membalas ucapan Bapak mertua dari Anton, dia berucap
semua apa yang di sampaikan mertuamu nak Anton benar adanya jalani hidupmu
dengan istrimu dengan baik, jika ada masalah kamu dapat menyampaikan kepada kami,
kakak tertua atau mertuamu, insya Allah semua urusan dapat di selesaikan dengan
berpikir jernih.

Kakak Anton, mengucapkan terima kasih kepada mertua Anton, sambil berucap
kami hendak balik pulang biarlah Anton bersama Nani disini di rumah Bapak, untuk
beberapa hari, kami mohon di maafkan jika dalam urusan Anton ada hal yang tidak di
sukai keluarga Bapak, sebab kejadian ini di luar dugaan kita sebagai manusia biasa,
seraya berucap kami permisi saat ini sudah jam.9 malam, toh kami juga sudah selesai
makan yang telah di siapkan keluarga Nani, kata Bapak mertua Anton “oh iya kami tak
bisa menahan kalian“ sambil mengantar di depan pintu sanak keluarga istri Anton.
Berucap ya kita pihak keluarga tugas kita mempasilitasi saja, kedepan mereka
berdua yang akan menjalani hidup soal penderitaan itu sudah hal biasa yang harus kita
lalui dalam hidup, kakak Anton yang tertua, kami permisi semua Asalamu Alaikum,
salam itu di jawab oleh Bapak mertua Anton Wa Alaikum Salam Warah Matullahi
Wabarakaatuh, hati-hati di jalan salam untuk Mertua saya Bapaknya Anton, terucap dari
suara Nani, oh…! iya Nak Nani akan kami saya sampaikan, tak begitu lama rombongan
mobil saudara Anton tidak kelihatan lagi. Percakapan dalam mobil kakak laki-laki tertua
Anton “semoga Anton sadar tak mengganggu lagi wanita lain, jika berulah lagi dengan
menceraikan istrinya aku tak sudi lagi membantu berurusan rasanya aku lelah dengan
urusan Anton,“ kata ipar laki-laki

Anton ya kamu jangan begitu semasa kita masih bisa membantunya kita semua
harus selalu bersatu, namun rupanya ucapan kakak tertua Anton tak bergeming lagi
dengan apa yang sudah dia sampaikan, suasana di rumah Anton saat itu sudah terlihat
sepi, kedua orang tua Nani sudah masuk tidur, di susul Anton dan istrinya kisaran waktu

21
Jam.sepuluh malam, ke-esokan hari Anton harus berusaha bangun Jam lima subuh
untuk sholat, dia malu kepada mertua yang kelihatannya alim taat beribadah.

Setelah selesai sholat dia tidur kembali sekitar Jam tujuh pagi Anton bangun
kembali, Mertua Anton “Anton kamu ambil sendiri sarapan dan bikin sendiri minuman
yang kamu sukai jika telat istrimu buatkan silahkan ambil sendiri saja, kata Anton iya
Pak terima kasih, jangan sungkan anggap saja disini rumah sendiri sama di rumah kedua
orang tuamu,“ ucapan mertua Anton begitu menyentuh hati Anton saat itu, mereka baik
sekali, namun tetap saja Anton merasa sungkan di rumah mertua, selama empat hari iya
berada di rumah Nani, Nani “ Ton jam berapa kamu bangun “ tadi bangun sholat subuh
dan saya tidur lagi saat ini baru saja aku bangun, kata Nani oh begitu, mendengar
penuturan Anton Nani senang karena Anton bangun sholat subuh.

Nani berucap kepada Anton oh ya lusa kita akan pulang kerumahmu, bagaimana
kondisi Bapakmu, Anton Bapak sakit parah akibat luka amputasi pada jempol kakinya,
obat yang dia minum, sepertinya tak dapat ber reaksi lagi, aku kasian si Bapak tetapi
untung sepeninggal Ibuku, ada wanita Janda yang sudi menikah dengan Bapak. Nani
aku turut prihatin Ton, kita berdo’ a saja semoga penyakit Bapak dapat sembuh, sambil
memegang tangan Anton, “Ton aku ingin mendengar suara hatimu apa engkau benar-
benar sayangi aku dan akan hidup berumah tangga dengan baik, kecuali maut yang
memisahkan pernikahan kita berdua Ton,“ Nani berusaha melukis pernikahan di hatinya
dengan Anton yang sangat dia cintai, tetapi dia tidak dapat menebak kejadian apa yang
akan terjadi kelak dalam rumah tangganya, kata Anton aku sungguh-sungguh
mencintaimu, harapanmu adalah harapanku juga, Nani syukurlah kalau demikian
adanya cintamu padaku.

Ketika lusa hari senin Jam sepuluh pagi mereka balik pulang ke-rumah Anton di
temani oleh kedua orang tua istri Anton, namun mertua Anton balik lagi pulang setelah

mengantar anak dan mantu Anton sehabis Dhuhur, sambil permisi Bapak Nani berkata
kalian jangan lupa sholat kalau ada apa-apa hubungi Bapak ya nak Anton, kata Anton
iya Pak. Seiring dengan waktu berjalan, enam bulan kemudian Nani melahirkan Anak
Anton laki-laki, kehidupan Anton terasa sulit sebab pekerjaan yang berganti-ganti tak
menentu penghasilan Nya, membuat dia tak mampu mempertahankan rumah tangga

22
Nya, hanya tiga tahun kemudian Anton mulai menampakan gelagat tak suka kepada
Nani, dengan dalih macam-macam, alasan ekonomi keluarga, alasan tak pernah
mendapat bantuan dari pihak keluarga istrinya namun dia tak menyampaikan langsung
kepada Nani, kehidupan pas-pasan saat itu, tak mampu di syukuri oleh Anton, dia
menyebut bahwa Nani istri yang meminta berpisah, keluarga sudah mencoba.
Memperbaiki situasi rumah tangga Anton, tetapi tak di tanggapi oleh Anton, dia
telah bersikukuh untuk bercerai, hingga akhir Nya Nani berpisah dengan Anton,
permintaan Nani dia yang akan mengurus anak semata wayang yang dia sayangi, Anton
setuju saja, toh kata dia wajar lah kamu besarkan anak kita jika suatu saat dia mencari
saya bapak Nya, aku akan mengasihi Nya, pulanglah Anton kepada Bapak Nya, sangat
sedih hati si Bapak melihat Nani pulang sendrian dengan anak Nya yang beru berumur
tiga tahun, dengan meneteskan air mata si kakek mengelus-ngelus kepala si anak yang
di beri nama Muhamad Aldi, nak jangan kamu punya rasa dendam sama Bapak kamu
jika engkau rindu sama Ayah kamu, boleh datangi dia kapan saja kamu mau, aku kakek
kamu akan membantu Ibu kamu membesarkan nak Aldi seperti anak kandung sendiri,
kata Aldi iya kek, Aldi aku lapar Kek, saya mau makan, si kakek memanggil Nani ini
Aldi ambilkan dia makan dan minum, kata Nani iya Pak saya segera ambil makan dan
minum lalu Aldi di suapi oleh Ibunya.

Tak lama kemudian nenek mendatangi Aldi dan Nani sambil berucap, aku tak
menyangka Anton tega ,menceraikan kamu Nani, dia laki-laki kurang ajar tak tahu
malu, dia telah menghina kita Nani, rasa Nya jika dia ada disini aku ingin maki-maki si
Anton itu dan menampar Nya, kata kakek Aldi memberi nasehat Bu sudah lah kita sabar
saja mungkin ini sudah takdir Allah jika Nani anak kita harus bercerai dengan Anton.

Suasana saat itu keluarga Nani memiliki rasa marah dan benci kepada Anton,
kakak laki-laki Nani suatu saat jika aku bersua dengan Anton tungggu saja aku akan
memukulmu hingga babak belur, agar kamu tahu rasa bagaimana kamu menyakiti hati
adikku, perasaan Nani saat itu ikut terguncang, dia berkata dalam hati mengapa aku
bertemu dengan Anton kenapa juga aku suka sama dia, tetapi semua sudah terlanjur
inilah takdirku. Suasana saat itu setelah beberapa hari semua menyadari bahwa yang
terjadi kepada sudara mereka tak dapat kita kembalikan dalam situasi awalnya,
kesabaran dan keikhlasan hati serta kelapangan jiwa yang dapat mengobati rasa kecewa

23
dan amarah kita dalam hati aku tawakal saja kepada Allah, aku akan menjalani hidupku
dengan anak Ku dengan kesabaran, semoga aku di tolong Allah dalam setiap urusan Ku,
tak baik aku memikirkan urusan yang sudah terjadi, kasian anak ini masih kecil harus
jauh dengan Bapak Nya, menangis rasa Nya hati Nani menatap si Anak semata wayang.
Keadaan Ibu Nani menjadi janda satu anak lelaki yang di beri nama Aldi, seiring
dengan waktu, Ibu Nani, Aldi, jika nanti kamu sudah dewasa, kamu boleh tinggal
dengan Bapak kandung Mu, Aldi “ iya ma saya juga rindu ingin bertemu Bapak, aku
kan anaknya, tidak mungkin Bapak mengusirku, walaupu aku tahu kabar Bapak sudah
menikah lagi “ rasa sedih di wajah Ibu Nani, Nampak dengan kata-kata anaknya. Aldi,
perasaan seorang Ibu, sungguh tak dapat di lukiskan dengan kata-kata, begitu halus,
tulus dan ikhlas membesarkan anak, walaupun dengan penderitaan, Aldi “Bu kenapa
Bapak meninggalkan kita,“ Ibu, nak jangan kamu benci Bapak ayah kandung Mu,
setelah dewasa kamu akan tahu, suka duka rumah tangga, tak bertanya Aldi, dia hanya
membersihkan badan Nya, sehabis bermain dengan teman-teman nya, di halaman rumah
kakeknya.

Tak terasa waktu berlalu Aldi, telah tamat SMA dan bekerja sebagai montir di
salah satu bengkel di desa tempat tinggal Nya, Aldi, Bu aku mau bayar uang Sekolah,
oh iya kamu minta kepada Bapak Mu, kamu cari dia, kamu minta dengan baik-baik ya,
Aldi iya Bu aku akan temui Bapak.

Anton:

Kenapa ya Aku tiba-tiba ingat kepada Aldi anak kandungku buah hati dari
pernikahan Aku dengan Nani, sudah dua tahun kami tak pernah bertemu, mungkin dia
telah besar sekarang, Aku memang bejat, Anton memarahi diri sendiri, jika saja Aku tak
di sudutkan masalah ekonomi aku tak mungkin bercerai dengan Nani, semoga saja
Anak Aku mau memaafkan Aku, kelak dia besar nanti, kehidupan Aku hingga saat ini
tak memungkinkan Aku mengasuh dia, kehancuran rumah tangga Aku, bukan salah
mereka, tetapi Aku sebagai seorang Bapak tak mampu dalam hal ekonomi, di tambah
lagi istri Aku tak mau sabar menerima keadaan ya begini lah akhir kehidupan rumah
tanggaku.

24
BAB IV

Ayah Anton Wafat

Setelah bercerai dengan Nani istri kedua Anton tak lama kemudian hanya
berselang sebulan lamanya ayah Anton meninggal dunia dengan umur enam puluh
tahun, kondisi ini menjadikan Anton sangat terpukul, dia membayangkan walaupun aku
anak bandel namun Bapak amat sayang kepada Ku, karena aku anak bungsu, sekarang
sudah tak ada Bapak kemana aku meminta bantuan, aku harus tinggal sendiri di rumah
ini, rasa Nya berat sekali cobaan aku rasakan ini, sementara semua saudaraku telah
berkeluarga, hati Anton terguncang tak tahu harus berbuat apa, dengan Ibu tiri tak
mungkin dia dapat membantu Nya dia pun memiliki Anak dua orang, sisa pensiun
Bapak tak mungkin dia bagi kepadaku, aku tak mau meminta, biarlah aku jalani hidup
Ku dengan susah payah, aku harus kuat aku tak boleh lemah.

Anton “aku akan mulai bekerja dengan serius aku akan mencoba melamar
masuk karyawan swasta,“ waktu berkabung sudah seminggu lamanya Anton
menyiapkan foto copy ijazah dan pas foto dan copy KTPnya, hari itu demikian cerah
sekali dia merasa sedih teringat Bapak kandungnya, setelah seminggu melamar
pekerjaan dia dapat di terima dengan job satpam, dia bersyukur dapat di terima bekerja
sebuah perusahaan pembiayaan di Kota Kendari, pekerjaan ini dia geluti selama
setahun, hingga dia di minta untuk menjadi

karyawan staf biasa di dalam kantor dan sebagai tenaga lapangan atau penagih setoran
motor para nasabah, Anton syukurlah pekerjaan ini saja sudah dapat membiayai diriku
dan aku akan menabung untuk persiapan menikah lagi, semoga aku memiliki istri yang
pandai masak dan sabar dengan pendapatanku ini. Dengan hidup sendiri Anton leluasa
untuk mengkonsumsi minuman keras dengan alasan dia stress dengan Jam kerja yang
banyak hingga harus pulang Jam sepuluh malam kadang juga jam Sembilan malam,
kondisi kejiwaan Anton labil tanpa ada istri di dekat Nya, berselang bekerja selama dua
tahun lebih dia berusaha berkenalan dengan seorang janda, yang dulu adalah kawan
sekelas di SMP, kurang lebih selama sebulan Anton mendekati perempuan yang
bernama Lina, rupanya perempuan itu menaruh hati kepada Anton,. Anton dan sanak
keluarganya melamar saat itu, mereka pun menikah hingga Lina memiliki dua orang

25
anak, satu anak perempuan satu anak laki-laki, Lina “menghubungi Anton kamu di
mana Ton kamu ada waktu tidak malam minggu kita jalan-jalan,“ balas Anton oke nanti
malam minggu aku hubungi kamu ya jam delapan malam, Lina boleh aku siap rasa
senang menyelimuti hati Lina saat itu karena rupanya Anton menyetujui usulnya,

Hari sabtu malam telah tiba Anton bergegas menjemput Lina di rumahnya, Lina
rupanya sedang menunggu di teras rumah, ketika motor Anton datang Lina
menghampiri Anton, Ton yuk kita berangkat Anton merasa terhibur dan senang sebab
sudah wanita yang menyukainya, diam-diam Lina berbisik kepada Anton aku suka
kamu Ton, aku ingin kamu menikahiku dengan cepat, kata Anton ya akan aku pikirkan,
kenapa lagi Ton berpikir kapan saja, aku sudah siap nikah denganmu, yang sabar Lina
jodoh tak akan kemana.

Perjalanan malam itu sangat berkesan bagi Anton, namun dia mulai memikirkan
biaya yang harus dia siapkan untuk melamar Lina, ah tidak soal aku akan mendatangi
sudaraku aku bilang tambahin duit saya ini, aku akan nikah lagi dengan perempuan
bernama Lina, sebulan ia bingung dan dan pusing kepala mikirkan akan nikah lagi,
apakah aku sanggup menikah dengan kondisiku saat ini gumamnya dalam hati, aku
ingat Bapak jika dia masih ada aku pasti di bantu, namun kehilafanku kepada Bapak
bisa jadi dia jenuh melihat keadaanku seperti ini.

Waktu sudah jam sebelas malam, yuk Lina kita balik pulang sudah larut malam
saya tidak enak hati sama Ibu dan Bapakmu dan tetangga melihat kita berduaan begini,
Lina Ton kamu jangan terlalu terbawa perasaan kita kan tidak berbuat apa-apa, tetapi
sangkaan orang lain akan berbeda walaupun kamu bilang begitu, kata Anton kepada
Lina saat berada di atas motor jalur arah pulang dari Kota, masa kita tak boleh pacaran
lalu nanti nikah, iya Lina kamu benar juga, tak lama mereka sampai di rumah Lina,
rupan Nya orang tua Lina sudah tidur, Anton “aku langsung pulang ya Lina,“ kata Lina
iya Ton, sampai jumpa malam minggu depan, kata Anton oke Lina, sayangku.

Kondisi kesehatan Anton dengan sakit Paru mulai kambuh, penyakit itu pernah
kambuh ketika waktu masih di kelas dua SMA Angkasa di Ambaipua, namun dengan
cepat di obati hingga dia sembuh, cukup lama aku berobat hingga butuh waktu selama
setahun, Anton “sungguh aku bingung dengan sakit ku ini,“ pekerjaan yang saya geluti

26
ini cukup menantang saya harus sabar menerima konsekuensinya “setiap malam pulang
kerja Anton merasa lelah sekali,“ ya beginilah menjalani kehidupan di dunia.
Berkata dalam hati Anton sambil berdo’a semoga Allah memberi aku kekuatan
untuk rencana menikah dengan Lina dan kesehatan Ku cepat membaik. Anton “sudah
dua tahun lebih aku tak bertemu dengan anak Ku Aldi,“ bagaimana keadaannya
sekarang ini, kasian juga si Aldi aku belum sanggup merawatnya penghasilan Ku belum
cukup untuk membiayai dia berkata dalam hati Anton sesaat sebelum tidur “ ah aku
pusing sendiri di rumah, Anton mengambil handphone memanggil kawannya si Roby,
Roby kamu belum tidur kata Roby belum Ton,

Yuk kamu kerumahku, ada apa Ton….? malam-malam begimi mau ngobrol,
masa tidak paham kamu Roby, sudahlah kerumahku sekarang aku tunggu, oke Ton
jawab Roby menutup telponnya, Roby bergegas ke rumah Anton, tok-tok bunyi suara
pintu kata Anton siapa ini aku Roby, oh iya tunggu, dengan bergegas Anton membuka
pintu depan rumah, aduh Roby aku pikir kamu tidak mau datang, obrolan pun terjadi
hingga larut malam, Roby “kita mau bikin apa sekarang Ton,“ ya kata Anton ini ada
uang tolong kamu belikan kita minuman itu yang biasa kita konsumsi, ah Ton saya pikir
kamu sudah berhenti, Roby aku punya masalah nih pekerjaan aku lelah, mana aku mau
nikah lagi dengan perempuan bernama Lina, kata Roby hebat kamu Ton, mau nikah lagi
dikatakan hebat, ha..ha…ha..! balas Anton yang ketiga kali kamu mau nikah ya,
sadarlah Ton jangan kamu permainkan mereka kasian, nanti kamu kualat loh, sudah lah
Roby kita enjoy saja dulu.

Roby “aku berangkat cepat Ton,“ oke Roby begitu kawan yang baik kata Anton,
tak lama kemudian Roby datang dan membawa sebotol minuman, yuk Roby kita cerita-
cerita santai Roby menuangkan minuman di gelas yang sudah di siapkan Anton, setelah
mereka habiskan minuman tersebut Roby langsung permisi pulang, Ton aku pulang
capek dan ngantuk oh..! iya Roby terima kasih ya kamu mau datang, maaf menganggu,
tidak apa Ton, tak lama Roby berlalu dari hadapan Anton, Anton ah.. hu.. ha.. ngantuk
sudah aku lihat waktu sudah jam dua belas malam, pikir semoga besok aku tidak telat
bangun pagi.

Besok pagi Anton terbangun jam.tujuh pagi, aku mandi dan siap-siap berangkat
kerja, sebelum berangkat kerja ada pelanggan nasabah motor datang menyambangi

27
rumah Anton, Ton ini aku mau setor angsuran motor, Oh kamu saya pikir siapa
silahkan duduk pak aku ambil kwitansi dulu, setelah Anton melayani pelanggan, aku
berangkat ke kantor sekarang takut telat absen jam delapan takut di tegur Bos, Anton
“sesampai di kantor Anton mengisi absensi dan keluar kantor untuk menagih angsuran.
Motor para nasabah, setelah tiga jam berada di luar kantor Anton,“ sebaiknya
aku balik kekantor menyetor uang tagihan ini di kasir perusahaan, tepat pukul 13.00
siang, Bu kasir ini setoran motor sepuluh orang nasabah sejumlah tujuh juta rupiah, Bu
kasir oh iya ini tanda terima setoran kamu Anton. Terima kasih Nona cantik Amel,
kamu Ton bisa saja kamu merayu, gombal kamu Ton maaf ya Nona cantik, oke aku
permisi balik pulang, silahkan Ton balas Amelia.

Anton dalam hati, Aku balik pulang kerumah untuk istirahat sejenak, kepalaku
terasa pening, tak lupa Anton mampir membeli obat di Apotek, lalu bergegas pulang,
karena keburu pulang tiba-tiba Anton terjatuh dari motor lantaran dia menghindari
mobil dan motor di depan dari arah berlawanan Anton pun terjatuh, aduh sakit aduh
sakit sambil memegang kaki kanan yang terluka, perlahan-lahan Anton bangkit berdiri,
namun tak bisa, Ardi lewat “Kulihat dari jauh orang yang kecelakaan itu pasti Anton
Aku mampir saja dulu,” Ardi kaget setelah sekian lama jarang ketemu melihat Anton
kecelakaan dia tak tega untuk meninggalkan Anton tergeletak di pinggir aspal, bergegas
Ardi mengangkat Anton naik ke mobil lalu di bawa ke Puskesmas terdekat, Ardi aduh
Anton lukamu parah ini tak lama kemudian mereka sampai di Puskesmas.

Suster jaga di UGD dengan cepat memberi pertolongan kepada Anton, tak lama
kemudian Ardi permisi kepada Anton, Ton aku pamit dulu aku mau ambil motor kamu.
Maklum Ardi saat itu naik Mikrolet dia belum memiliki motor sendiri, sepulang kuliah
kata Anton iya Ardi terima kasih ya kamu telah membantu tolong bawa motor saya ke
rumah, dan beritahu salah satu saudaraku untuk menjenguk saya, Ardi oh iya Ton, tak
lama kemudian Ardi telah kembali dari mengambil motor Anton, setelah menyimpan
motor Anton, Ardi aku pulang ke rumah aku lapar nih sekarang sudah pukul.14.00, lalu
Ardi sholat Ashar dan mengambil makanan di priuk, Ibu Ardi kenapa kamu telat
pulang Ardi, Ardi “menceritakan peristiwa kecelakaan yang dialami oleh Anton.”……

Bu tadi aku menolong Anton kecelakaan aku sudah bawa dia di Puskesmas,
kasian Anton sudah tinggal sendirian di rumah, kecelakaan lagi, istri telah bercerai,

28
kasian itu anak ucapan itu di dengar Ardi Iya Bu kasian juga si Anton, sebentar malam
aku jenguk dia, kata Ibu Ardi oh jangan lupa bawakan makan dan minum untuknya, iya
Bu menjawab usul Ibu Ardi, setelah makan Ardi baringkan badan aku capek. berkata
sebentar sore saja Aku beritahu kakak laki-laki Anton setelah dua jam tertidur Ardi
bangun berwudhu dan sholat Ashar, lalu dengan cepat dia ke rumah Kakak Anton,
tok,tok Assalamu Alaikum, oh kamu ya Ardi ada dik Ardi ini aku beritahu kalau Anton
kecelakaan dia sekarang ada di rawat di Puskesmas di UGD Om, oh iya sebentar aku
kesana jenguk, tak lama kemudian Ardi permisi, om aku balik dulu iya terima kasih
Ardi kamu telah membantu menolong Anton, iya Om, kakak Anton anak itu terlalu
banyak ulah sekarang dia mulai merasakan kepahitannya, seandainya dia masih ada istri
bernama Nani aka nada merawatnya, semoga dia sadar diri.

Tak lama kemudian tepat pukul 17.00, kakak berangkat menjenguk Anton,
sesampai di sana Anton masih meringis kesakitan pada luka kaki kanannya, aduh Anton
luka Mu ini parah juga, semoga luka ini cepat sembuh, masalahnya Anton bisa di pecat
jika lama tak masuk kerja, berkata dalam hati kakak Anton, setelah satu jam menemani
kakak Anton “saya balik kerumah sudah masuk waktu magrib sebentar malam ada
waktu aku akan jenguk kamu,“ Anton oh iya kak terima kasih sudah. Merepotkan
kakak, kata kakak Anton sudah lah jangan kamu pikirkan berdoa’a agar kamu cepat
sehat, sambil menangis Anton dia sedih karena tak ada orang tua lagi yang melihat Nya,
istri Pun telah bercerai karena situasi ekonomi saat itu membuat dia tak dapat
mempertahankan rumah tangganya, dengan mengusap air mata yang meleleh di pipi dia
terus merasa syok dengan keadaannya, ya Allah ampuni dosa dan kesalahanku kepada
kedua orang tuaku, anak-anak aku, mantan istriku, ya Alah beri Aku jalan yang lurus
engkau maha pengampun dan sayang akan hambamu sekalipun aku banyak dosa, kakak
“ anak itu rupanya telah menyadari kesalahannya” aku pulang saat ini sudah masuk
waktu maghrib.

Ardi, aku berangkat mengambil rumput, selang waktu satu jam lamanya Ardi
sudah kembali dari mengambil rumput pangan sapi, setelah duduk di rumah dia
kepikiran Anton sedang sakit, teringat dulu masa-masa di sekolah di SMA,
bagaimanapun Anton adalah teman dan tetanggaku, hanya karena persoalan kesibukan

29
aku jarang bertemu Anton, lagi pula Anton sudah menikah lebih cepat dari aku, sedang
aku setelah tamat kuliah aku baru mau menikah.

Setelah sholat Isya Ardi berangkat menjenguk Anton sambil membawa rantang
berisi makanan dan air minum yang di masukan di dalam Aqua botol, tok, tok, tok
masuk Oh kamu Ardi, aduh maaf ya saya bikin repot saja kamu jangan begitu Ton,
sesama manusia kita saling bantu Ton, aku tak dapat membantu semoga Allah swt
membalas kebaikan Mu Ardi, Aamiin kata Ardi berucap, pada malam itu Ardi sempat
bercerita dengan Anton hingga jam sepuluh malam hitung-hitung menemani Anton,
berselang satu jam kemudian kakak laki-laki Anton dan istrinya muncul, namun mereka
duduk di kursi depan kamar, Ardi memulai percakapan, Ton bagaimana rasa sakit di
kakimu, ya sudah sedikit ada perubahan di bandingkan siang tadi pas kejadian, Ardi
syukurlah, semoga kamu cepat sembuh Ton, lalu Ardi berucap apa rencanamu Ton
setelah sembuh nanti, Anton.

Ardi belum aku utamakan pekerjaan saya di perusahaan pembiayaan motor,


besok aku akan kabari pihak pimpinan aku, di kantor kalau aku kecelakaan setelah aku
balik dari kantor, oh iya Ton kenapa kamu batuk-batuk begitu, aku sakit paru Ardi nih
kambuh lagi setelah sembuh waktu aku kelas dua SMA, oh begitu, jaga kesehatan kamu
Ton, sebaiknya kamu tidak bergaul dengan kawan lama preman-preman Desa itu, ingat
kamu harus melanjutkan hidup kamu dengan baik dan pasti kelak kamu akan menikah
lagi, ah Ardi kata Anton, “aku memang mikir untuk masalah itu namun kondisiku tak
wajar aku memikirkan perempuan apa lagi cepat menikah,“ saya dengar cepat kamu
pacari Lina, siapa Lina itu aku rasa aku tak kenal dia, Anton berpura-pura membohongi
Ardi agar Ardi mau mengalihkan pembicaraan lain, oh ya Ardi kamu kuliah ya Anton
mengalihkan pembicaraan iya Ton saat ini sudah semester empat di fakultas peternakan,
oh syukurlah aku do’akan kelak kamu jadi Sarjana dan punya kerjaan yang mapan,
tetapi aku heran kamu ko tak tertarik dengan perempuan, sebenarnya aku ingin menikah
tetapi aku mikir Bapak tidak akan setuju sebelum aku lulus menjadi sarjana. Kata Ardi.
Ton aku permisi ya besok ada kuliah, Ibu juga kawatir jika aku pergi lama tadi
aku bilang akan cepat pulang ke rumah, ya silahkan Ardi, salam sama Bapak dan Ibu ya
terima kasih atas kepeduliaannya, Anton berucap kepada Ardi, lalu Ardi berlalu keluar
kamar rawat nginap Anton, permisi Om, Tante, oh dek Ardi mau balik pulang ke rumah

30
iya Om, sambil berlalu Ardi pun mengambil sepedanya dan segera pulang, lalu sekitar
jam sepuluh tiga puluh menit kakak Anton dan ipar Anton permisi pulang, kakak laki-
laki Anton meraih dompet lalu menyodorkan uang kepada Anton, sambil berkata ambil
ini untuk beli jajan makan yang kamu suka, satu lembar uang seratus ribu rupiah, nanti
lusa aku tengok lagi, Anton, terima kasih Kak, tante, tak lama Kakak laki-laki Anton
telah berlalu.

Anton, “Aku telpon si Roby untuk menemani saya di rawat nginap ini“ kring,
kring Roby mendengar suara telpon, lalu meraih handphone, oh si Anton kenapa ya
malam-malam begini dia nelpon saya, Anton dengan berucap sedikit batuk-batuk
kepada, Roby aku di rumah sakit puskesmas saya kecelakaan tadi siang jam satu, aku
mohon temani aku di ruang rawat Nginap nomor Tiga, kamu bersedia kan Rob, oh iya
sebentar aku kasitau dulu Bapak saya, Bapak suka marah kalau aku keluar malam dan
tidak cepat pulang aku pasti kena marah Si Bapak Ton, iya Rob aku tunggu ya, aku
minta tolong aku tidak ada teman aku tak bisa balik badan dan jika aku ke WC amat
susah sekali bangkit dari tempat tidur, aku sendirian saja di kamar rawat nginap, Roby
pamit Pak saya mau keluar kasihan Anton tidak ada teman di rumah sakit, kenapa dia,
Bapak Roby penasaran, Roby kecelakaan Pak.

Astagfirullah hal adzim, kasian anak itu, sudara-sudara Anton semua sudah
berkeluarga, istri juga sudah cerai, kata Bapak Roby, ya sudah silahkan kamu temani si
Anton aku kasian anak itu, semasa hidup Bapak si Anton, pernah menolong saya Bapak
dia orang baik seraya berucap kepada Roby, sebelum Roby berlalu, berikan ini pada
Anton sedikit biaya, pasti dia butuh uang untuk beli obat, waktu menunjukkan jam
sebelas malam, Bapak Roby masuk kamar untuk tidur, seiring berangkatnya Roby ke
Puskesmas.

Tok,.. tok…!, siapa buka saja pintunya, dengan senyum dan bercampur tegang
serta sedih dia menyapa Anton, aduh Ton bagaimana keadaanmu, ya beginilah cobaan
yang harus aku lakoni Rob aku sedang di uji oleh Allah, mungkin juga mengingatkan
aku akan dosa dan kesalahan Aku, sebelum Aku kecelakaan begini aku lagi sedikit
melamun, kasian kamu Ton kata Roby, ini aku bawakan makan, iya Roby, aku sudah
makan bareng dengan si Ardi, oh Ardi kawan kita waktu di SMA dulu ya, betul Roby.
dia lewat pas aku jatuh dari motor, lalu dia turun dari mobil mikrolet, karena melihat

31
Aku jatuh dari motor, dan sempat pingsan, lalu ia membawa Aku disini, Aku
beruntung sekali punya teman-teman seperti kalian melebihi sudara kandung aku
sendiri, ah Ton sudah lah kamu banyak bicara, tuh kamu sedang sakit, lihat kaki Mu,
seperti Nya bengkak, gawat Ton kaki kamu ini, mesti ada orang yang memijat Nya,
jangan sampai ada tulang yang bergeser akibat benturan atau tertindis motor saat jatuh,
tuh tanganmu juga agak bengkak, ya sulit aku gerakan, ya Allah ampun, kasian Anton,
Roby pegang aku aku mau WC, iya sini Ton, Roby membantu memegang bahu Anton
dan infus, masuk di kamar mandi, saat itu Anton buang air kecil, tak lama kemudian,
Anton memanggil Rob, sudah buang air kecilnya, lalu Roby membantu memegang
tubuh dan infus balik lagi di tempat tidur.

Melihat sudah larut malam Roby menyuruh Anton, kamu tidur saja duluan Ton
kelihatannya, kamu sudah ngantuk, kamu jangan banyak bergerak dulu, nanti sakit Mu
parah, besok aku akan panggil tukang urut yang pintar memeriksa dan sekalian
membetulkan sakit pada kaki Mu dan pergelangan tanganmu, Roby meraih Roti dan
membuat Teh lalu, sambil duduk tidak jauh dari tempat tidur Anton, dua potong Roti
telah habis dia makan, melihat jam sudah pukul 13.30 malam iya pun baringkan tubuh
Nya di tikar yang sudah di gelar, oleh Kakak laki-laki Anton sejak tadi.

Sambil mengucapkan do’a tidur Roby pun tertidur, dan bangun ketika Anton
memanggilnya jam tiga subuh, Roby, kenapa Ton tolong ambilkan air minum aku haus,
Roby bangkit dan bertanya apa kamu mau minum teh aku bikinkan ya, Anton tidak usah
Roby itu saja Roti, lalu Roby mengambil dua buah Roti, kalau kamu lapar bilang saja
aku ambilkan makan ya Ton, seraya Roby menawarkan sebagai sikap peduli setia
kawan dan rasa kasihan pada Anton, oh iya Roby terima kasih. Nanti jika lapar, Roby
aku baring lagi ya Ton, iya tidur Roby, panggil saja kalau ada apa-apa ya, Ton kata
Roby.

Setelah memakan Roti dan meminum segelas air, aku tidur rasanya badanku
sakit semua sambil berucap aduh, ah hu ah ah kakiku sakit, lalu Anton meluruskan kaki
nya tak lama kemudian dia tertidur dan terbangun jam lima lewat tiga puluh menit, saat
itu Anton tak mau membangunkan si Roby, dalam hati biarlah nanti juga dia bangun
sendiri, tak lama kemudian Roby terbangun tepat jam enam pagi, langsung dia kamar
mandi Roby aku lega masih dapat nyenyak tidur walaupun disini tempat tak biasa aku

32
tidur, setelah buang air kecil dan cucim muka Roby keluar dari kamar mandi, dan.
Bertanya Ton kamu tidak lapar, oh ya Roby ambil kan aku makan itu yang di
bawah Ardi, dalam lemari kecil itu, Roby membuka lemari kecil lalu memberikannya
pada Anton, nasi dalam rantang dan ikan dengan rantang yang berbeda. Pagi itu jam
tujuh pagi Roby, Ton aku pamit dulu aku mau buka bengkel motor jam delapan, toh
perjalanan dari sini butuh waktu dua puluh lima menit, Anton “ iya Roby terima kasih
telah menemani aku di sini kebaikan Mu tak akan ku lupakan salam sama Bapak dan
Ibumu,“ oh iya Ton, sambil meraih saku celana Roby rupanya telah memegang uang
seratus ribu satu lembar lalu di berikan kepada Anton, aduh Rob….! kenapa repo-repot
begini kamu kasih aku duit lagi, tidak apa Ton ini juga dari, pemberian.

Bapak aku semalam ia berikan ke aku, kata Roby pada Anton, sebentar malam
jika aku tidak lelah aku akan tengok kamu lagi, oh iya Roby terima kasih banyak, Rob
insya Allah akan beri pahala kebaikan kamu dan teman lainnya, oke Ton aku permisi
ya, tak lama Roby berlalu Suster datang menanyakan kepada Anton, bagaimna sakit di
kakimu pak, sakit rasanya Suster, sebentar jam sepuluh dokter akan memeriksa sakit
pada kaki dan pergelangan tanganmu ya yang sabar Pak Anton, jawab Anton ya suster.

Setelah berlalu suster jaga, Anton menelpon pimpinan perusahaan di kantor,


bunyi kring, kring, kring, halo Assalamu Alaikum pak, oh kamu Anton ya pak, ada apa
saya tidak masuk kantor dulu pak memangnya ada apa, dengan rasa kaget dan
bercampur gumam dalam hati pak Aryo pimpinan perusahaan tempat Anton bekerja,
dengan terbata-bata duh duh sakit, ini pak saya kecelakaan kemarin jam satu sepulang
dari kantor, Aryo Astaga Anton, oh begitu, kamu sekarang di mana, disini pak di
Puskesmas, aduh begini saja kamu minta rujukan ke Puskesmas berobat di rumah sakit
daerah ya, iya aku tidak masalah, kamu di tanggung BPJS kesehatan, itu gaji yang di
potong selama kamu bekerja, ya pak oke, nanti jam sepuluh aku jemput kamu ya, yang
sabar Anton, ya pak kata Anton hingga keluar air mata menetes di pipinya, lantaran
terharu dengan sikap Bosnya itu.

Setelah datang dokter bernama Dokter Bima Nugraha, memeriksa dan memberi
resep, Anton “ Dok aku minta rujukan saja, aku kawatir dengan sakit ku ini aku juga
mengidap sakit Paru Dok, dan semalam sakit di bagian kaki kanan sakit sekali, oh iya
aku lupa memang benar kakimu ini mulai bengkak, ok silahkan Anton aku tidak

33
menghalanginya,“ hanya butuh sepuluh menit rujukan Dokter sudah ada, Anton nanti
jika butuh pengobatan ganti perban dan lain Nya jangan sungkan ke Puskesmas ya ‘
baik Dok sapa Anton kepada Dokter Bima Nugraha, oh iya dimana keluargamu, kamu
telpon mereka untuk mengurus perpindahan ke rumah sakit daerah Provinsi ya, iya Dok
akan saya hubungi salah satu dari mereka.

Kring, kring halo kak, kakak ada sempat ya tolong aku, aku di rujuk di rumah
sakit daerah provinsi dan sekarang aku menunggu jemputan Bos saya, nanti kita sama-
sama ke rumah sakit oh iya, Anton aku segera kesitu jawab kakak laki-laki Anton, tak
begitu lama hampir bersamaan Bos Anton muncul dan kakak laki-laki Anton juga telah
berada di depan kamar rawat nginap di Puskesmas, yuk Ton kita berangkat sekarang ya,
rujukan Mu di mana itu di atas meja, semua telah di persiapkan, barang-barang Ardi dan
barang Anton sendiri telah di masukan dalam mobil, barang Ardi di titipkan di ruang
suster,Anton menelpon Ardi agar dia mengambil rantang makanan yang di bawah tadi
malam.

Berselang waktu tiga puluh menit mereka telah sampai di rumah sakit umum
daerah provinsi. Kakak Anton ikut berangkat bersama Bos Anton mengantar Anton,
sekaligus mengurus apa yang di butuhkan Anton saat itu, Aryo pak kita sudara kandung
Anton ya pak, kasian adik ini dia baik dan ramah rajin bagus kerjanya di kantor target
penagihan terpenuhi sesuai tugas dia, oh iya pak dengan senyum di wajah kakak Anton,
terima kasih pak atas perhatiannya pada adik saya, semoga Allah beri kebaikan yang
banyak pada Bapak, ah biasa saja pak, kita harus tolong menolong toh tak orang yang
mau celaka seperti ini, Ton aku kembali ke kantor jika butuh sesuatu jangan sungkan ya
bilang pada aku, permisi pak aku pamit dulu pak, “oh iya pak silahkan saya sebentar
setelah Anton masuk ruang nginap,“ Ton aku pamit ya, ya Bos terima kasih, sabar ya
dan semoga cepat sembuh, terima kasih do’anya Pak Aryo.

Astagfirullahal adzim Anton, saya tak sangka kemarin dia masih di kantor
bergurau dengan aku, tahu-tahu dia mengalami kecelakaan berat begitu, tak lama
kemudian Anton masuk ruangan Mawar Lima, setelah beberapa waktu berlalu kakak
Anton pamit pulang ke kantor untuk bekerja kembali hingga pukul 15.00, Roby oh iya
aku janji kalau sore aku harus meghubungi tukang urut yang pintar patah tulang atau
keseleo pada bagian tulang, tetapi sebentar jam empat tiga puluh menit aku ke rumah

34
mba urut semoga iya bersedia aku bawa ke-rumah sakit,aku juga yang usul tadi malam,
namun jika tidak di perbolehkan oleh petugas rumah sakit ya apa boleh buat.yang
penting kita sudah berusaha pikir Roby dalam hati. Dan aduh si Anton kena cobaan
sambil merenung Roby kelihatan prihatin sekali.

Sekitar jam lima sore Roby muncul di rumah sakit, saat itu rupanya telah ada
perempuan bernama Lina, namun Roby tak mengenalnya, Roby malu-malu masuk
karena di dalam kamar rawat nginap ada perempuan, namun dengan cepat Anton
menyapa “ Roby jangan malu ini Lina kebetulan masih ada hubungan keluarga dengan
Bapak almarhum “ Roby, saya pikir dia calon istrimu Ton ah kamu Rob, aku sudah
sakit begini masih mikir nikah ya entah lah nanti jika aku benar-benar sudah sehat dan
punya modal mungkin aku harus nikah lagi, supaya jika sakit ada yang urus Rob, benar
itu Ton kata Roby menyahuti perbincangannya dengan Anton, mana tukang urutnya,
kata Anton, Roby ada di luar oh ya saya panggil dia masuk Ton, tak lama kenudian Mba
urut telah ada di samping Anton, Mba

urut, aduh hu.. hu.. kasian kamu ini, aku buka sarungnya dulu ya aku tida akan
memijat hanya memberi ramuan bedah beras saja yang telah aku canpur dengan kencur,
oh iya Mba kata Anton, silahkan Mba.

Lina telah berada diluar saat Anton berbincang dengan Roby, dan Mba urut aku
oleskan bedah beras ini di kaki Mu Anton, jangan kamu basahi dengan air kaki yang
telah di beri ramuan ini, kata Anton iya Mba, tiga hari kemudian aku datang lagi.
Mengobati lukamu, sambil membaca mantra do’a Mba urut lalu mengambil
tepung beras yang telah di campur kencur untuk di oleskan di bagian paha, kaki
punggung dan kedua pergelangan tangan Anton, tak lama kemudian, Lina pacar Anton
permisi pulang kepada Anton, kata Anton Lina mengapa kamu terburu-buru pulang,
tolong kamu temani aku hingga jam sepuluh, jangan Ton aku takut kena marah Bapak
dan Ibu di rumah, tadi aku bilang mau pergi kerumah teman tidak jauh dari rumah Ku,
oh sudah lah kalau begitu, aku tidak akan menahan Mu, Anton kelihatan ikhlas saja
ketika Lina permisi pulang, Roby dan Mba urut yang memperhatikan Anton dan Lina
berbicara, dengan senyum lebar terlihat di wajah kedua Nya, setelah Lina berlalu Roby
“Ton aku salut kamu pandai bersandiwara kulihat tatapan matamu kepada wanita itu

35
Aku menduga sejak awal wanita itu bukan keluarga kamu,” Anton, ah kamu
Rob bisa saja pintar juga kamu meramal, Mba urut, nak Anton kelihatan aku kenal
orang tua perempuan itu, dari logat dia pasti dia orang Jawa ya, kata Anton iya Mba
memang dia orang Jawa, sambil senyum lebar Mba urut melanjutkan bicara, watak
wanita baik dia juga seperti perempuan yang sabar, Mba urut aku permisi Anton, di
rumah Ibu Nya anak-anak sementara sakit demam, kasian di tinggal sendiri, oh ya Mba
terima kasih sudah mau datang mengobati aku, oh ya Mba, nanti setelah aku pulang ke-
rumah aku kerumah Mba, semoga kaki aku cepat sembuh, oh iya nak Anton tidak
masalah aku mengerti keadaan Mu saat ini.

Roby, yuk Mba kita balik ini sudah jam delapan malam, Mba urut iya nak Roby
yuk kita pulang, dalam perjalanan pulang Mba urut mengatakan, kasian Anton sebenar
Nya anak itu baik, aku kenal almarhum Bapak dia, tetapi sebab kenakalannya, hingga
iya harus menderita seperti itu, Roby, iya Mba kadang aku pikir kebaikan dia dan
keterampilan kerja Nya baik, orang Nya sangat bersahabat, tetapi persoalan dia memang
Play Boy Mba, suka

sekali merayu wanita yang dia sukai, entah kenapa demikian dia tidak mikir resiko Nya
loh Mba, apa tidak mikir dengan anak darah dagingnya, butuh biaya makan dan sekolah,
aduh Anton bercerita kepada Mba urut, iya nak Roby, benar kamu bilang begitu.

Mba urut ya semoga saja jika setelah menikah dengan perempuan bernama Lina,
dia lebih sadar dan mawas diri dan kuat iman mempertahankan rumah tangganya, kata
Roby benar Mba semoga Anton sadar dengan kecelakaan yang menimpa dia, tak lama
kemudian Roby sampai di rumah Mba urut, Roby, aku langsung pulang saja Mba, oh
iya Roby terima kasih ya, jangan lupa tiga hari kemudian jemput aku jam lima sore ya
Roby, kata Roby iya Mba sampai nanti, Insya Allah Mba, balas Roby kepada pak
Satrio, Mba Urut, lalu melangkah masuk ke rumah.

Ardi sempat kaget, kenapa ya Anton tiba-tiba di rujuk apa sakitnya parah, Ardi
begitu khawatir dengan kondisi Anton, pada hal aku lihat malam itu dia baik-baik saja,
hanya kadang dia meringis seperti menahan rasa sakit, tetapi aku capek, aku ambil saja
rantang makanan di Puskesmas daripada aku lupa, setelah balik mengambil rantang
kosong Ardi berniat menjenguk Anton namun dia mikir besok saja sepulang kuliah aku

36
tengok si Anton, gimana juga ya sih Anton kelewat nakal tuh, selalu saja gangguin
cewek.

Ardi keesokan hari dia berangkat kuliah, pulang lalu singgah di rumah sakit
untuk menengok Anton, dalam bergejolak, jika dia menaksir Ani cewek kawan sekolah
waktu di SMA dulu, pikiran aku simpan saja dulu, jika berjodoh aku pasti dapatin dia,
lalu Ardi berjalan, sambil menggaruk kepala, aku harus mengerjakan tugas kuliah lagi
sebentar malam, mana aku lelah, sungguh sulit sekali menjadi sarjana, lelah belajar,
banyak tugas, waktu dan biaya tidak sedikit, aku bersusah dahulu, senangnya, kemudian
hari. Ani. Sungguh aku aku tak menyangka, Anton telah beristri tiga kali dan telah
menceraikan semua istri dia, bagaimana jika aku yang mengalami demikian, perasaan
wanita semua sama tidak ada mau di polygami, aku dengar istri kedua Anton si Nani tak
bersedia dimadu, dia orangnya baik, ramah dan keibuan selain itu dia juga cantik, tetapi
kenapa ya.

Anton menceraikan Nani, kasian aku melihat perempuan masih muda sudah
menjadi janda, semoga saja tidak terjadi pada diri aku ketika bersuami nanti, Ani
kepikiran berbicara apa yang menurut dia untuk di renungkan dalam hati, terbesit dalam
hati ketika sebelum tidur malamnya.

Roby:

Aku telpon dulu si Anton aku penasaran kemana si Play Boy itu tidak pernah
hubnngi aku, dan tidak permisi kalau dia sudah tak bersedia bekerja di bengkel aku,
halo, halo, halo ini aku Roby, Ton kamu dimana sekarang, oh kamu Rob aku nyopir
antar penumpang keluar kota, aku sekarang ada di Kolaka, semalam aku tiba, besok sore
aku baru balik, saya pikir kamu, Ton sama-sama cewek sambil, Anton haha, ha tidak
Rob. Masa yang diurus cewek melulu, oke Rob.

37
BAB V

Pernikahan Anton Dengan Lina

Setelah selama seminggu di rumah sakit umum daerah, Anton mulai membaik
sakit akibat kecelakaan, di memutuskan keluar rumah sakit, rencana, aku balik kerumah
setelah di rumah aku akan rawat jalan, lagi pula ada Mba urut yang akan mengobati
aku,selama sekian malam Anton hanya sendirian di ruang rawat nginap, Anton, aku
sudah merepotkan teman dan saudara Ku, masih syukur mereka mau menengok Aku,
Kakak laki-laki Ku Riyan yang marah kepada aku, toh dia masih punya rasa kasian ke
aku, aku tak ma uterus-menerus membebani mereka,begitu sembuh aku akan bekerja
kembali. Anton, tak terasa waktu sudah sebulan aku tinggal di rumah berteman tongkat.
Aku pakai berjalan ketika akan buang air kecil dan buang air besar, mengambil
makan dan minum yang aku pesan di penjual makanan di seberang jalan, biarlah aku
telpon Bos aku jika aku akan masuk bekerja lagi senin depan, Roby pun datang
kerumah Mba Urut tok,tok Assalamu Alaikum Mba, oh kamu nak Roby silahkan
masuk, tunggu aku pakai jaket dulu dan kita langsung berangkat, tak lama kemudian
Mba urut berucap, nak Roby yuk kita berangkat, tak begitu lama Roby sudah sampai di
depan pintu kamar rawat nginap Anton, tok, tok, suara Anton dari kamar, masuk siapa
ya, ini aku Roby, Ton oh kamu

masuk Rob, langkah Roby pun di ikuti si Mba Urut, yang di ketahui namanya, di sapa
Pak Satrio kadang di panggil Mba sebab umurnya sekitar enam puluhan lebih sebagai
orang Jawa tetangga Roby, Mba urut langsung membaca mantra Do’a sambil
memegang mangkok kecil berisi tepung beras telah di campur kencur, sehingga baunya
wangi, dan ketika di oleskan di bagian yang sakit akan terasa dingin nan sejuk.

Mba urut, aku oleskan ya nak Anton, berucap Mba Bismilahirrahmaanirrohiim,


dengan rata seluruh badan di oleskan ramuan Bapak Satrio, ya sudah nak Anton kamu
baring saja kembali, ini sisa ramuan dapat kamu oleskan besok pagi setelah kamu lap
basah kaki Mu dan tangan yang terasa sakit, oh Iya Mba aku akan lakukan, Anton Rob
gimana usahamu ya Ton baik Alhamdulillah ada-ada rejeki walaupun tidak banyak,
namun selalu ada tiap harinya, ya syukurlah Rob, semoga kamu, aku masih ingat dulu

38
aku bekerja di bengkel motor Mu, aku dapat membiayai diriku dan sitri kedua aku
waktu itu, tetapi karena kerumitan rumah tangga aku tak tahan di permalukan oleh Nani
istriku, Roby, sudah lah Ton jangan ingat lagi masa lalu Mu, jadikan pengalaman untuk
melangkah kedepan Nya yang lebih baik lagi.

Anton, mendengar tutur kata Roby, aku jadi malu pada Roby terbesit kata hati
Anton dalam hati, setelah waktu berlalu selama satu jam kemudian Mba urut, Ton aku
pamit dulu, aku obati nak Anton hingga tiga kali berturut-turut, ya empat hari kemudian
kita ketemu lagi nak Anton, iya Mba mugkin saat mengobati yang ke tiga kali Nya,
nanti kita bertemu di rumah Ku saja Mba, iya tidak apa-apa aku senang kamu sudah
merasa lebih baik, dan jika di rumah Nak Anton aku lebih dekat untuk bertemu tak perlu
lagi Nak Roby repot-repot jemput aku di rumah, Roby saat itu memperhatikan ucapan
Mba urut, dalam hati Roby merasa tugas dia sudah ringan ketika Mba urut bersedia
jalan kaki dari rumahnya dia lalu kerumah Anton.

Tak lama kemudian, Roby “Ton aku dan Mba urut mau pamit pulang“ oh iya,
Roby terima kasih atas bantuan Mu, Mba sampai ketemu di rumah ya, Anton berucap,
Mba Insya Allah nak Anton kamu akan sembuh di kaki Mu itu hanya keseleo tidak
terjadi patah tulang, benar Mba ini hasil foto pada kaki Ku, Anton memperlihatkan foto
rontgen tulang

Kaki kepada Mba urut, tapi Mba kok sakit sekali di kaki saya ini, saat malam
aku di Puskesmas, kata Mba iya namanya juga terjadi benturan keras pasti sakit, Mba
Urut menyudahi pembicaraan Nya, aku permisi nak Anton, yuk Roby kita berangkat
pulang, Roby Ton aku balik pulang sambil senyum, Roby si Lina pasti datang tuh
tengok kamu, ha ha ha, Anton ah kamu Rob bisa saja malam-malam begini si Lina
datang, iya kan Ton nama Nya calon istri, tidak ada salah Nya, kan, oke Ton aku pamit.

Tak lama Mba urut dan Roby telah berlalu dari hadapan Anton, duh, duh ah
sakit Nya ampun ya Allah, tak terasa terucap kata-kata Anton seraya bertawakal kepada
Allah, berelang tiga puluh menit, tok,tok tok suara pintu berbunyi, Assalamu Alaikum,
oh kamu Lina saya pikir si Ardi atau kakak saya yang datang, Lina, Ton ini aku
bawakan makan, Lina membantu tubuh Anton agar dapat bersandar di atas ranjang,
Anton “Aduh sakit ah Astagfirullah,“ Anton aku makan dulu Lina, aku lapar nih, Ton,

39
sakit paru-parumu sudah mendingan atau masih terasa sakit dada kiri kamu, iya Lina.
Masih, biar nanti saja setelah sembuh kaki dan tanganku ini, aku akan ke Dokter
penyakit Dalam memeriksanya, Oh iya tidak apa-apa, aku pikir kamu sudah konsul ke
Dokter, belum Lina, aku rencana mau minta rawat jalan saja Lina, senin jam sepuluh
lusa aku sudah di rumah, he he kenapa kamu Ton ingin cepat keluar, awas loh kalau
nanti ada masalah kamu juga yang tanggung sakitnya, Anton sudah lah Lina, makan tuh
yang banyak Ton, supaya fisik kelihatan sehat bugar, ya Lina, kamu perhatian sekali, ya
pada aku, lalu mau bagaimana lagi Ton.

Dengan nada sedikit kesal Lina mengatakan kamu harus rubah sikap Mu, jangan
kamu sia-siakan aku ketika nanti kita sudah menikah, aku tidak mau kau jadikan istri
sebagai wanita yang semau Mu, jika kau bosan kepada aku, kamu tak segan tinggalkan
aku, apa kamu tidak sayang pada anak-anak kita kelak, tolong Anton camkan ini, Lina
merasa sedih juga dengan keadaan calon suaminya, sedang sakit.

Anton, Lina kamu nginap saja ya temani aku selama empat malam aku sendiri di
kamar ini, tidak satupun keluarga ada yang datang menemani aku, Lina aku tetap pulang
Ton tidak baik aku tidur di sini, nanti apa tanggapan orang tua aku, dan orang akan
curiga pada kita berdua, larut malam aku tetap pulang, Anton ya sudah tidak apa Lina
kamu tega

meninggalkan sendiri, aku hanya minta malam ini saja, tetapi kamu tetap menolak, aku
paham maksud Mu, Lina, aku Juga “mengerti kok kalau kita bukan muhrim,“ tak lama
Lina pamit sambil melihat jam tangan dia, Ton sekarang sudah Jam dua belas malam,
Lina “silahkan Lina sayang kamu boleh balik pulang,“ terima kasih sudah menjenguk
aku, salam aku pada Bapak dan Ibumu Lin, iya nanti aku sampaikan Ton.

Setelah dua hari kemudian Anton keluar dari rumah sakit, Aku minta tolong
dulu sama si Ardi, semoga dia sedang tidak sibuk, kring,kring,kring halo, Ardi oh kamu
ya Ton, ada apa Ton, aku minta tolong kamu ke rumah sakit sekarang, aku mau keluar
dari rumah sakit, oke Ton kata Ardi, tunggu Aku, Ardi membawa motor milik Bapak di
kendarai Ardi , agar cepat sampai di tujuan, dua puluh menit paling aku sudah sampai di
rumah sakit, tok,tok,tok masuk kamu Ardi, tolong kamu urus administrasi dan resep
obat ini, Anton menyodorkan foto copy BPJS kepada Ardi, tak banyak pikir Ardi cepat

40
melangkah, aku ke Administrasi dulu, setelah itu aku ke Apotek, Anton, jangan lama-
lama Ardi setelah di urus semua kamu cepat balik temui Aku, oke Ton, oh iya Aku lupa
ini duit kamu bawah, untuk membayar obat yang tidak di tanggung oleh BPJS
kesehatan, dan biaya rawat nginap, Anton menyodorkan satu juta rupiah, jika kurang
kamu balik lagi temui akui.

Setelah Ardi mengurus semua urusan di rumah sakit, dia langsug balik ke kamar
rawat nginap Anton, Ardi, Ardi siapa ya yang memanggil Aku, sepertinya suara cewek,
setelah menoleh kebelakang ternyata Ani kawan sekolah Ardi di SMA, selama tiga
tahun lamanya baru ketemu, tanya Ani siapa yang sakit Ardi, Anton Ani oh saya pikir
Ibu kamu atau Bapak kamu, Alhamdulillah kedua orang tua saya sehat Ani, syukurlah
kalau demikian keadaam mereka. Oh iya di kamar berapa Anton, ikuti saja. Aku
sebentar juga kita sampai, kata Ardi, mereka berjalan bersama sambil bercerita, kamu
dari mana Ani, tanya Ardi, oh saya lagi jenguk kakak saya yang sakit masuk di rumah
sakit dua hari yang lalu, oh begitu, Aku sudah lama menaruh hati sama Ani, tetapi aku
tidak berani menyampaikan kepada nya, aku masih sungkan dan malu, lagi pula aku
belum lulus kuliah, aku masih mikir masa depanku, gumam di dalam hati Ardi, Ani
kamu lanjut sekolah di mana, oh di fakultas keguruan Ardi, calon ibu guru, kawan aku
ini, ah kamu Ardi iya, dengan senyum dan tertunduk malu Ani kelihatan senang di puji
Ardi, semoga kesampaian cita-cita aku, pasti kamu akan menjadi guru, Ardi memberi
semangat, ya nanti lah tergantung nasib, benar Ani. Manusia jika tak mimpi atau
rencana, hidup seperti tak miliki tujuan yang semu cantik, Ibu guru cantik, lihat wajah
kamu aku gemas Ani. Ah…..! bisa saja gombal kamu.

Yuk masuk ini kamar Anton, Ton ini kebetulan saya ketemu Ani tadi saat
setelah Aku selesai ngurus obat di Apotek, lalu dia memanggilku, sebab Aku tadi
terburu-buru ingin cepat menemui kamu Ton, sapa Anton, kamu Ani, iya, kenapa kamu
aku kecelakaan satu minggu yang lalu, rasa kaget Ani melihat Anton harus memegang
tongkat untuk bangkit dari duduknya, saat dia mengambil air minum, Ani nanti saja
ngobrolnya, kata Ardi, ini Anton siap-siap mau keluar kamar, oh iya silahkan, namun
Ani masih penasaran sebenarnya apa yang terjadi dan aku lihat Anton belum sembuh
benar dia minta keluar dari rumah sakit ini, tetapi biar saja kusimpan rasa penasaranku,

41
yuk Ardi bantu Aku ya tolong angkat tas itu dan beberapa peralatan dapur kedalam
mobil, mobil itu ada di lapangan parker depan tetapi kita bersamaan saja keluar.

Anton Mengambil tongkat dan berjalan perlahan, aduh sakit, Anton berusaha
jalan sendiri, kaki Nya, masih terbungkus perban, Ani Meraih satu tas berisi pakaian
Anton dari tangan Ardi, Ardi sini aku bantuin Ani meraih tas dari Ardi, kata Ardi, Aku
kuat ko sendirian angkat Nya, Anton tak apa Ardi Ani ingin membantu saya, ya sebagai
amal ibadah, semua kebaikan kalian Allah akan membalas dengan kebaikan dari sisi
Allah mungkin bukan aku yang balas tetapi ada orang lain, yang tak kita pikirkan justru
saat kita susah mereka muncul bantu kita, benar tuh kata Anton dengarin, Ardi, pintar
juga kawan Ku, ini mengeluarkan kata-kata bijak, aku suka ko dengar kata yang kamu
ucapkan Anton, namun aku minta Ton, setelah sehat kamu jangan jauh dari Allah,
sholat,sholat seperti dulu waktu kita di SMA, aku minta maaf loh Ton, wajar aku teman
Mu, menasehati, untuk kebaikan boleh Ton, senyum lebar Anton, dan tertawa kecil ha
ha, aku serius Ton bilang ini ke kamu, iya Ardi, aku paham maksud kamu, Ani hanya
diam, dan menatap Ardi sedang bicara kepada Anton.

Dalam perjalanan pulang kerumah Anton, Ani lebih awal turun dari mobil,
sebab ada bunyi telepon dari Bapak Nya, agar dia cepat pulang, Aku turun duluan ya
Ton, Ardi, oh ya terima kasih ya, Anton memberi sapa kepada Ani, sedang Ardi tunduk
termenung, ketika Ani turun dari Mobil, he Ardi kenapa kamu kelihatan murung, tidak
Ton thidak ada apa-apa, tuh aku mikir tugas kuliah dan pekerjaan rutin setiap hari, oh
itu rupanya, pak sopir belok kanan, pak sopir belok kiri, pak sopir kiri sudah sampai.

Ardi lebih awal turun, tak lama Anton ikut turun dari mobil, sambil memegang
tongkat di sebelah kanan Nya, aduh ah, sakit, Ardi aku turunkan barang-barang Mu, ya
Ton, bawa masuk kedalam rumah saja Ton, Anton, maaf sudah merepotkan, terima
kasih atas bantuan kamu Ardi, sama-sama Ton, kenapa tidak dulu bikin the di dapur, ah
tidak usah Ton nanti di rumah saja, aku keburu pulang sholat lalu makan dan tidur, aku
lelah Anton. Kamu istirahat saja, jangan terlalu banyak bergerak, awas loh kambuh tuh
luka di kaki Mu, ya Ardi. Sore hari jam lima sore Mba urut datang kerumah Anton
untuk mengobati kaki dan pergelangan tangan Anton, setelah selesai Anton,
menyodorkan amplop berisi uang sebagai sedekah untuk Mba urut, tak lama kemudian,
Mba urut, nak Anton aku pamit, iya Mba silahkan.

42
Sepulang Ardi, “Aku baring saja dulu,“ tak mampu rasanya, hidup begini, tak
punya istri, kalau sakit tidak ada yang urus, semoga dalam tiga bulan kedepan aku sudah
sehat dan tambahin tabungan rencana menikah nanti dengan si Lina. Setelah enam bulan
kemudian Anton melamar Lina dan menikah, selama empat tahun Anton hidup
bersama Lina seorang janda, bercerai namun tak memiliki anak dari pernikahan suami
Lina yang pertama.

Lina:

Ada apa ya dengan suami aku, akhir-akhir ini dia sering marah jika Aku
menanyakan uang belanja telah habis, apa mungkin suamiku punya hubungan dengan
wanita lain selain Aku, mungkin Aku terlalu bersikap kurang lemah lembut kepada dia,
padahal Aku menceritakan jika uang belanja itu Aku bayarkan arisan dan sebagian
angsuran motor yang dia pakai berangkat kerja, Aku sudah sering sabar, Aku sering di
tampar oleh Anton, namun Aku tak mau cerita kepada Bapak dan Ibu Aku, dan sudara
Aku, Anton telah menampakan sesuatu yang tidak biasa kepada Aku, malam itu kami
bertengkar dia mengusir Aku, hingga tetangga sebelah rumah mendengar kami
beertengkar,….

Aku berusaha sabar dan mempertahankan rumah tangga Aku, Aku kasian pada
anak-anak mereka masih kecil butuh kasih sayang dari Aku dan perhatian Ayah
mereka, Anton, sambil merenung kalau suatu saat terjadi perceraian Aku pasrah, ya
Allah Ya Robbi, Anton tak ingat Aku sudah bantu ekonomi kami dengan berjualan kue
di depan rumah, dan kurang bersyukur dengan kendaraan mobil dan motor walaupun
kredit, tetapi Anton tak bergantung lagi harus bekerja di perusahaan pembiayaan motor,
dia tekuni saja menyetir mobil kami untuk di rentalkan, Anton sendiri dapat mengatur
jam kerja dia dan dapat beristirahat ah, Aku “lelah aku tutup saja kios Aku ini anak-
anak Aku sudah kelihatan ngantuk,”

Anton:

Tok,tok, tok, siapa….! diluar jawab Anton aku, tunggu Aku buka pintu, tak lama
kemudian pintu di buka, Assalamu Alaikum, istri Anton wa alaikum salam, setelah
Anton masuk rumah, Ibu Lina tak berbicara lagi langsung masuk kamar tidur menemani
anak-anak, tak lama masuk kamar, Lina tuh makan Pak, ambil sendiri sudah ada

43
makanan di atas meja, Anton iya, sebentar aku makan Bu, sikap Anton begitu santai
maklum, lelah bekerja seharian sampai malam.

Lina:

Pak tadi sore ada orang datang mau setor kredit motor, tetapi aku bilang malam
saja dia datang atau besok pagi jam tujuh, Anton siapa nama dia, oh orang tinggi aku
tidak tahu nama dia Pak, sudah kamu tidur saja, pinta Anton kepada Ibu Arya malam
itu.

Anton:

Bu aku keluar sebentar di rumah teman, namun tak di jawab oleh istrinya, kata
Anton mungkin dia sudah tertidur, Anton bergegas naik kemotornya, lalu tak lama
sampai dirumah temannya, Rizal, he he malam-malam begini kamu masih keluyuran
anak muda, maklum Rizal masih perjaka belum beristri, melihat Anton datang, Rizal
senang.

Rizal:

Ton ada perlu apa kamu malam-malam begini, apa mamanya anak-anak tidak
marah kamu keluar malam temui aku, ah, ha,ha,ha! Anton berbisik pelankan suaramu
Rizal nanti Bapak kamu terbangun, Rizal ha,ha,ha! Ssst…, yuk kita menyingkir saja di
belakang rumah disana nggak ada orang sekitar dua puluh meter dari rumahku, kita bisa
bebas tertawa-tawa, disana, masalahmu apa Ton, ini aku masalah rumah tangga dengan
Lina, supaya enak santai ceritanya, Rizal aku minta tolong belikan kita minuman,
minuman apa Ton ha… ha…!, kamu pura-pura bingung teman, oh iya oke Ton, kamu
jalan kaki saja ya tuh nggak jauh seratus meter dari sini, Rizal langsung berangkat dan
begitu lama datang membawa minuman, yuk tuangkan kita Ton, lanjut curhatnya Ton,
si Lina, tidak mau di cerai tetapi tidak mau juga di polygamy, akhir-akhir ini kami
sering bertengkar, masalah apa yang kamu tidak suka sama Lina, dia tuh aku kasih duit
gaji tiga juta rupiah, masih nuntut lagi katanya uang belanja sudah habis, aku pusing
Rizal, dia mengomel tuh ampun tidak cepat berhenti, jadi kamu kasih ke dia, tidak Rizal
gaji aku hanya empat juta rupiah, aku punya kebutuhan lain, beli bensin, biaya makan

44
siang, dan ngopi di warung, ya sebaiknya kamu musyawarah Ton bilang dengan baik-
baik.

Rizal:

Ton pasti ada masalah lain yang membuat dia cemberut dan sering cerewetan ke
kamu Ton, dengan senyum aduh tak lama bunyi telepon, Rizal diam saat Anton
menerima telpon, Ton kenapa kamu tidak pernah hubungi aku, aku kangen sama kamu
Ton, malam minggu depan kamu datang, ya, Anton ya nanti aku datang kalau aku
sempat, maaf besok saja kalau aku ada di kantor jam sepuluh kamu nelpon aku, saat ini
aku sibuk kerja laporan harian saya di kantor, iya sudah awas loh aku tunggu kamu
Harus datang, tak lama kemudian Anton telah menutup telpon dari si cewek itu,
Rizal …..! wauh ha,ha, ha anak Muda teman aku ini nggak lama lagi nikahin cewek,
Ton ini sumber masalah, aku pusing, lelah, itu dia Ton kamu sendiri yang cari penyakit,
istrimu saya pikir baik tetapi ya tegas juga sih aku lihat dari wajahnya, Rizal lanjut
minumnya, biar rileks santai Bro, aduh Ton kamu jangan minum terlalu banyak, Rizal
aku banyak masalah. Kamu curhat saja jangan simpan sendiri masalahmu yuk kita cari
solusinya, aku tetap cerai saja,permintaan si Lina satu mobil dan satu buah motor dan
satu stel kursi dia ngotot untuk dia miliki, ya soal harta gono-gini ada aturannya, cerai
lewat pengadilan Agama atau dimana Ton, kami di tengahi kepala desa dan Pak KUA,
oh begitu Ton balas Rizal, ya aku tidak ada hak untuk tahan kamu bercerai tetapi kasian
anak-anak kamu Ton, bisa terlantar mereka, ada Ibunya nanti yang urus mereka, kalau
dewasa boleh mereka datang ke aku, itu cerita Ton, istri barumu kelak bagaimana apa
dia setuju mau merawat anak kamu, jadi konflik lagi Ton, ah kamu Ton, kamu sudah
ngelantur tidak waras kamu berpikir, ah Rizal, tetapi “Up To You,” terserah kamu Ton,
Rizal aku balik pulang sudah jam satu malam, aku stres, ha,ha,ha Anton, Anton dasar
Play Boy, Rizal ya silahkan Ton, terima kasih aku pamit ya teman baik, oke Ton.

45
BAB VI

Konflik Dan Nasehat Polisi

Setelah selama setahun Anton bercerai dengan Lina, diam-diam Anton menemui
Dewy kawan SMA dulu, pertemuan mereka saat Dewy telah lulus sekolah kebidanan
diploma tiga, tamat enam bulan yang lalu, perceraian Anton dan Lina berbuntut
perkelahian masalah warisan Mobil dan Motor yang telah di sepakati Anton, tetapi
Anton tak begitu saja menyerahkan, utamanya sebuah unit Mobil Anton meminta agar
mobil tersebut di jual dan dibagi uang hasil penjualannya, sebelum bercerai Anton
bertengkar hingga Anton menampar wajah Lina, aduh sakit dengan nada emosi Lina
membalas melemparkan gelas kebadan Anton namun tak sempat mengenai Anton,
bunyi plak, krak…..! saat Lina melempar sebuah gelas dan piring, hingga berkeping-
keping pecahannya.

Anton:

Lina aku tak berniat menceraikanmu tetapi kelakuanmu telah memukul aku lebih
dahulu saat kita bertengkar bulan lalu, sekarang aku sadar jika rumah tangga kita tak
bisa lagi dipertahankan, kamu terus-menerus memarahiku hampir setiap malam pulang
kerja, aku sudah pertimbangkan masalah kita ini, mungkin kita berpisah, mulai malam
ini kita pisah ranjang saja, balas Lina, yang telah lama tak suka dengan kelakuan Anton,
ya aku setuju Lina, tetapi jika kamu masih mau bersamaku dengan siap di polygamy,
kupikir tak perlu kita cerai, aku sayang anak-anak.

Lina:

Ucapan kamu Anton sangat tidak sesuai, aku tak mau di madu, kita berpisah
saja, selama sebulan Anton berpisah ranjang dengan Lina, hingga Lina tak tahan lagi
tinggal di rumah Anton, pagi jam Sembilan Lina memanggil mobil open cup, untuk
memuat kursi satu stel, baru setahun lamanya mereka beli, termasuk lemari pakaian,
sedangkan motor di tumpangi oleh Ibu Arya saat itu, sore hari Lina membawa sopir
mengambil mobil type Avanza G, namun mobil sedang di bawa Anton, tak lama
kemudian mobil tersebut tiba di halaman depan rumah Anton, Lina meminta kunci
mobil dan STNK mobil, dan menyuruh sopir tetangganya untuk segera membawa mobil

46
tersebut kerumah Ayah Lina, lalu masuk kedalam rumah mengambil tas pakaian dan
peralatan dapur yang di beli Lina saat empat mereka bersama, saat itu Lina mendapat
pukulan keras dari Anton kearah bagian punggung Lina, hingga Lina tersungkur, saat
Lina bangkit dia langsung ke kantor polisi, tak lama kemudian polisi datang menangkap
Anton, Polisi,…! Pak Anton ini surat tugas kami, Anton terdiam kamu telah
menganiaya mantan istrimu, dengan tuduhan KDRT, kamu ikut kami ke kantor polisi
sekarang, silahkan naik ke mobil kami

Anton naik ke mobil polisi untuk pemeriksaan, selam seminggu Anton di sel di
Polsek Kota Kendari,.

Lina:

Rasakan kamu Anton, laki-laki egois, dasar tukang kawin, kamu pikir kamu
akan menang, sekarang aku sudah bawa harta milik kita saat berumah tangga, kini aku
mengurus kedua anakku, ya Allah ya Tuhan semoga engkau beri aku kekuatan dan
kesabaran menjalani hidupku dengan kedua anakku, mungkin ini sudah takdirku harus
berpisah dengan Anton, syukur kedua orang tuaku sabar menerima kenyataan ini.

Anton:

Setelah seminggu di sel di Polsek Kota Kendari, Anton keluar dalam keadaan
kurus dan pucat, aku lapar sekali, aku tak punya uang untuk singgah beli makanan, aku
telpon Roby semoga dia mau menemuiku, kring,kring…..!, siapa ya Roby tak mengenal
suara Anton karena sudah cukup lama Anton tak berjumpa dengan Roby, ya ampun
Rob, ini aku Rob, ini aku Rob, siapa kamu, Aduh tolong aku Rob, sebentar ya aku ada
tamu, kring,kring,…! Siapa aku Rob yang dulu bekerja di bengkel kamu, oh ya aku
paham sekarang, Anton iya, tolong aku Rob pinjam uangmu ya seratus ribu saja, ok
kamu di mana sekarang di warung kecil namanya warung rizkiyah murah meriah, oh iya
tunggu aku ya Ton, oke Anton menutup telponnya, aduh si Anton, kasian, tak lama
Roby muncul, ini Ton oh iya besok aku kerja di bengkel kamu lagi sambil
mencari pekerjaan lain, lah istimu sudah cerai Rob, mobilmu yang kau pakai muat
penumpang sudah di ambil Lina, ampun Anton. Tak lama kemudia adik datang
memukul Anton plak, plak, plak belum begitu lama Roby pulang, ah sakit, sakit, sakit,
orang yang berada di sekitar depan warung menonton saja tak kuasa melerai, Anton

47
membalas hanya satu pukulan, sambil berlalu sudah aku sengaja pukul kamu, Ton kamu
kurang ajar sama adikku, lalu berlalu pergi, Anton hanya mengeluh aduh sakit, biarlah
mereka berbuat kepadaku supaya telampiaskan kemarahannya karena aku menceraikan
kakak mereka.

Anton:

Kejadian kemarin siang membuat aku malu dihadapan orang-orang tetapi ya aku
harus sabar, toh aku juga membuat masalah, benar juga si Rizal bilang ke aku kalau
nanti pasti ada konflik. Namun aku sudah memikirkan, sudah jam delapan pagi, aku
berangkat ke bengkel si Roby, aku punya utang kedia, he, he, he…! Ton sapa Roby aku
senang kamu datang Ton, itu motor kata pemiliknya mati businya, tak mau bunyi, saya
Periksa dulu Rob, aku coba ganti busi, tidak bisa bunyi, Rob, buka kabilatornya,
bersihkan, setelah Anton mengganti busi dan mencuci kabilatornya, sssrt…. Ssrt,….
ngaung, ngaung, Rob, motor ini sudah bunyi, iya yang ini kenapa Rob oh itu temple ban
dalamnya, oke., tak lama selesai dikerjakan Anton, lalu muncul motor lain, pelanggan
ganti olinya pak, oh iya, oli federal yang sering di pakai, betul pak, ok tunggu, ini
uangnya pak oh didalam saja bayarnya pak, Anton menunjuk dengan jari tangannya ke
Rob, berapa pak Lima Puluh Ribu Rupiah.

Roby:

Ton tuh wajahmu kenapa, oh aku kemarin sore terjatuh Rob, oh begitu ah
sepertinya kamu habis kena pukulan tidak Rob, benar aku tidak bohong, ya sudah ini
kamu kasih obat ini oleskan di muka kamu, terima kasih Rob, rencanamu harus apa lagi
setelah bercerai dengan Lina, mantanmu, ah tidak tahu Rob, mau nikah lagi tidak punya
duit, ya kerja saja dulu dua tahun, kalau sama saya bosan atau jenuh cari kerjaan lain
banyak ko, iya Rob.

Anton:

Aku mikir aku mau buka warung Rob, mau jual apa, ya minuman saraba dan
gorengan-gorengan, kalau jadi sopir, penumpang saat ini kurang, jumlah mobil sudah
banyak, begini saja siang kerja disini, sampai jam tiga, warung bukanya malam hari jam
tujuh lewat, jadi bisa sedikit ada pendapatan dobel, aduh modalnya Rob, sekarang aku

48
tak punya apa-apa semuanya di ambil Lina, ya sabar Ton, sekarang kamu harus berubah
Sembilan puluh derajat Ton, semua kelakuan dulu buang jauh-jauh Ton, iya benar Roby
apa yang kamu bilang ke aku.

Ardi:

Bagaimana kabar si Anton ya sekarang aku dengar setelah konflik dengan


istrinya Lina, dia masuk sel polisi, aku dengar dari orang lain, maklum aku sibuk kuliah
tak pernah bertemu Anton sejak keluar dari rumah sakit, waktu itu, ah semoga kawanku
dalam keadaaan sehat, kasian dia semenjak bercerai dengan Lina, dia tak punya apa-
apa, warisan tinggal rumah itupun peninggalan dari Almarhum Bapaknya. Pikir Ardi
sejenak.

Aku pernah lihat dia bekerja di bengkel Roby minggu lalu, aku telpon dia tak
menjawab juga, mungkin dia sungkan ke-aku, biarkan saja dulu dia menatap masa
depan selanjutnya apa, aku ingat dulu ketika dia kecelakaan, sudah menderita,
sebenarnya dia bekerja di perusahaan motor itu baik, kenapa dia keluar, tetapi ya itu
urusan dia aku hanya kepikiran saja.

Ani:

Bikin apa Ardi setelah kecelakaan Anton, kami bertemu saat itu, sudah setahun
ini kami tak pernah berjumpa lagi, ya aku tak mungkin nikah sebelum selesai kuliah aku
atau punya kerjaan jadi guru honor dulu juga tidak apa, oh iya nanti aku telpon dia saat
saya di kampus hari sabtu, ya sekedar memberi info kedia tentang bagaimana kuliahnya
ada kendala ya misalnya mata kuliah yang belum di luluskan, Ardi sudah selesai kuliah
kerja nyata, ya semoga saja kuliah lancar-lancar saja, aduh aku ko mikirin si Ardi, aku
punya tugas yang harus di setor sebentar sore ke dosen aku.

Aku ke perpustakaan dulu, sekalian aku bawa saja laptop ini, begitu selesai tugas
Ani di kerjakan, sore harinya dia setor ke-dosennya.

49
BAB VII

Masa Pacaran Anton Dan Dewi

Sebelum berpisah dengan Lina, sebenarnya Anton telah menjalin hubungan


dengan Dewi, tetapi baru sebatas pacaran tak lebih dari itu, Lina pun mengetahui
kelakuan Anton, sebab kata Lina aku saja sudah menjadi istri ketiga, aku suka Anton
orang ramah dan sopan dengan keluargaku status dia juga jelas adalah duda, sama sekali
tak ada ikatan cinta lagi dengan wanita lain, itu sebuah pengalaman buruk, semoga nanti
jika Anton menikah lagi dia sayang sama istrinya dan tak pernah bercerai.

Anton:

Aku sekarang sangat terpuruk, aku sama sekali tak punya modal padahal
sebelum menikah nanti aku sudah punya tabungan minimal untuk biaya nikah, ampnn,
tak lama Anton melamun di rumah sendirian, “pusing pening kepalaku,” aku baringkan
saja dulu, sambil baring di dalam kamar kecil, menatap dinding tembok, dan sesekali
dia memijat kepalanya dan bolak-balikkan badan kenapa aku susah sekali untuk tidur,
dia meraih handphonenya dan mulai menguak rasa ngantuk ini sudah jam dua belas
malam, namun karena terasa lapar Anton bangun untuk masak indomie,lalu tidur
kembali.

Aku kerja dibengkel saja besok untuk membeli beras dan ikan, aku malu untuk
makan di rumah saudaraku, ya kalau keseringan juga, aku sungkan sama ipar-iparku,
dan anak-anak mereka, apa lagi mereka kurang peduli sama aku, sering buat masalah
dengan istriku yang sekarang menjadi mantanku.

Keesokan harinya Anton menemui Roby, he Ton kamu dari mana saja,
seminggu ini kamu tidak kelihatan, aduh Ton saya dengar kamu pacaran lagi, siapa dia
Ton, sambil tersenyum….! Anton ah tidak Rob, tidak benar kabar miring yang kamu
dengar itu Rob, iya sudah kamu duduk saja dulu belum juga ada motor yang akan di
kerja, Rob aku masuk ke dapur membuat kopi, tak lama Roby membawa dua gelas kopi,
yuk Ton minum kopinya, ya Rob, sambil cerita mereka berdua agak santai supaya
Anton terhibur tidak tegang pikirannya.

50
Anton:

Sebentar malam aku ke kota menemui Dewi di kamar kosnya, tok,tok, siapa aku
Dewi, oh kamu Anton masuk di dalam, jangan aku di luar saja tidak baik dilihat orang
kita belum menikah, nanti jadi masalah lagi, yuk masuk saja Ton, Anton dengan raut
wajah girang dan segan, Lina aku buatkan the ya Ton terserah kamu Lina, setelah
membuat the, Ton ini tehnya, oh masih ada kue sisa kemarin aku beli, mulailah cerita
romantic antara seorang duda dan gadis saling menatap, kamu cantik Dewi, baik lagi ke
aku, masih ingat tidak dulu ketika kita di SMA, ya ingat, aku menolak cintamu, tetapi
kenapa yah hampir empat tahun ini kita bisa bertemu lagi mungkin nanti kita berjodoh
Dewi, Anton meraih tangan si Dewy, halus sekali tanganmu, ah masa halus, kalau aku
pulang kampung aku kerja bantu Ibu di kebun Anton, oh begitu, yang kasar tanganku ini
Dewi.

Waktu SMA aku tak pantas mengenal lelaki, soalnya aku mau kuliah, dari mana
kamu tahu kalau aku tinggal disini, aku duda sering keluar malam jika ada waktu, aku
tanya kawan kamu waktu itu, dia bilang kosnya Dewi di Jl. Durian nama kosnya Citra
Permata, kamar No.7, jadi aku ingat siapa ya kawan saya itu, aku tidak tahu namanya
Dewi, sudah tak perlu kamu pikirkan itu, aku sekarang sudah jadi pacar kamu, he, he
ssst…! Jangan terlalu keras bicaranya Ton, di sebelah kamarku nanti terganggu tidunya,
oh iya.

Dewi ya Ton, aku tak bosan menatap wajahmu, ah masa, merayu, gombal kamu
duda tua-tua keladi, balas Dewy, Anton meraih tangan Dewi, tetapi di tepis oleh Dewi,
jangan Ton, nanti saja kalau kita sudah menikah, aku sudah syah milik kamu, kamu
boleh berbuat apa kepadaku, walaupun hampir setiap malam kamu ke kos saya aku tetap
bertahan untuk menuruti keinginanmu, lebih baik pikirkan pekerjaan apa jika kita sudah
menikah nanti, iya Dewi maaf kan aku, kamu boleh datang kapan saja, hanya untuk
cerita-cerita saja, apa boleh aku minta cium pipi atau cium wajahmu nan ayu itu, tidak
sekarang Ton, Rupanya Dewi membolehkan hanya cium sekali saat, Anton pamitan ke
Dewi.

51
Sudah sebulan kita pacaran masa sekarang aku pamit pegang tangan dan cium
pipi sekali saja Dewi tidak boleh, malam minggu saja kamu datang ke aku, mungkin
saat itu baru boleh kamu cium aku Anton, saya permisi Dewi iya Ton, silahkan.

Setelah sabtu malam tiba, setelah bekerja di bengkel motor Roby, Anton pulang
mandi waktu itu pukul 17.30 menit, setelah mandi dia duduk sendiri sambil melamun
dan dia memutar musik kesukaan dia, di temani segelas kopi, hingga masuk magrib
mendengar adzan dia teringat kalau dia sudah lama sekali dia tak sholat berjamaah di
masjid, lalu dia bergegas berwudhu dan berangkat ke masjid, setelah sholat magrib
berjamaah dia langsung pulang kerumah untuk beristirahat, aku baring saja dulu karena
kelelahan bekerja seharian lalu terbangun jam Sembilan malam, hu,ha….! Oh,oh sudah
jam Sembilan rupanya, aku sholat Isya saja dulu, setelah sholat dia teringat, aku baru
ingat kalau aku ada janjian dengan Dewi, biar aku segera berangkat.

Anton berangkat menemui Dewi, jam sepuluh dia tiba di rumah kos Dewi,
tok,tok Assalamu Alaikum, apa Dewi tidak di rumah kenapa tidak dia menyahut
salamku, coba aku ketuk lagi pintunya, tok,tok tunggu siapa diluar setelah membuka
pintu ternyata Anton, masuk pak duda, saya pikir kamu sudah tidur Dewi, belum aku
tadi sedang ada di WC, buang air besar, sebenarnya saya mau langsung tidur, tetapi aku
dengar ada orang mengetuk pintu tidak jadi tidur, sambil menguak ahh.., tangan kanan
menutup mulut, tanda si Dewi sudah ngantuk.

Anton:

Aku tidak akan lama disini aku, ya aku kepikiran tadi aku kesepian di rumah
sendirian jadi aku juga rindu ingin ketemu kamu, oh,oh Anton kamu merayuku lagi, iya
Dewi bagaimana rencanamu bekerja sebagai tenaga honor, belum ada lowongan, Ton,
kamu kerja apa sekarang, oh aku kerja di bengkel motor dan jadi sopir mobil panggilan,
kadang aku bawa motor mengojek, oh begitu, Dewi apa kamu sungguh-sungguh mau
menikah dengan aku, soalnya aku ragu kamu sudah menduda hingga tiga kali, kalau kita
jadi nikah saya istri yang ke empat, iya betul Dewy tetapi aku dengan mereka tak akan
pernah lagi ada ikatan, kecuali anak-anakku kalau aku nanti punya rezki lebih ya aku
akan santuni mereka, tetapi jika hidupku sudah menderita begini ya harus bagaimana
lagi.

52
Dewi:

Pak duda aku juga serius kekamu tetapi tak perlu buru-buru untuk nikahi aku,
kita sama-sama cari duit saja dulu, kasian nanti hidup kita akan menderita, kata Anton
yang kita bisa makan saja dulu, soal rejeki nanti kita cari bersama, yang penting kamu
sabar Dewi pinta Anton, sabar bolehlah tetapi kita harus rajin berusaha, oke Dewy,
begini saja Ton kalau kamu serius temui Ibu saya dan sudara saya di kampung, jadi
Bapakmu dimana dia, oh Bapak sudah meninggal Anton aku anak yatim, sudaramu
berapa orang, kami bersaudara empat orang tetapi mereka telah berkeluarga semua,
tinggal saya sendiri, saya paham Dewi, aku berniat kesana bagaimana jika hari Minggu
pagi kita berangkat di kampung kamu di daerah Konawe Utara untuk menemui Ibu dan
saudaramu, saya setuju Ton, aku senang mendengarnya, ya ampun Dewi kamu ternyata
telah bersedia dilamar rupanya.

Anton:

Minggu pagi jam delapan Anton menemui Dewi dan berangkat menuju rumah
Dewy, Anton meminjam motor sama Roby, keadaan Anton saat itu tak ada sama sekali
kendaraan, dalam perjalanan Anton sebenarnya pusing dan pening memikirkan akan
menikah cepat, tak ada setahun dia harus menikah lagi, ya ampun aku ini, tetapi aku tak
tahan kesepian di rumah sendiri, jam sepuluh mereka tiba di rumah Dewi, saat itu Ibu
Dewi dan salah satu sudara kandung Dewi sedang berada di rumah, Dewy menyapa
Ibunya Ma, ma iya kamu Dewi, masuk dalam rumah sedangkan Anton masih berada di
halaman depan rumah, tanya Ibu Dewy siapa dia, oh,…! ma dia pacar saya Ma, apa
mama marah ah tidak Dewi, dia tinggal dimana oh di Kota Kendari Ma, jawab Dewi
apa dia ada pekerjaan ma, maaf dia Anton seorang duda oh,…! begitu, suruh dia masuk,
Anton masuk kerumah, Anton Assalamu Alaikum, dijawab oleh Ibunya Dewi wa
alaikum salam.

Dewi, Bu saya mohon maaf ya, ma, ini Anton datang kesini dia ada niat untuk
menikahiku, oh begitu, nak Anton ya Bu, hanya minta maaf aku seorang duda mungkin
tak sesuai keinginan Ibu, “aku tak punya apa-apa kalau rumah ada Bu,” Anton
merendahkan diri.

53
BAB VIII

Pernikahan Anton Dan Dewi

Setelah pertemuan Hari Minggu di rumah Dewi, mereka balik kerumah mereka
di Kota Kendari hingga jam empat sore mereka tiba, dengan kepala pening Anton
berpikir untuk melamar Dewy, selama tiga bulan Anton berusaha mendekati sudara
kandungnya agar mau membantu materi jika nanti dia akan melamar Dewi, setelah
Anton sampai dirumah Dewi, Ton masuk dulu aku buatkan the ya Dewi, kenapa kamu
kelihatan tak bersemangat Ton, kepalaku pening dan berat, oh aku tahu kamu mungkin
pernah minum alkohol ya, kata Anton dulu sudah lama, bohong kamu Ton, karena
kesepian kamu lampiaskan kepusinganmu dengan minum alkohol, Anton ya Dewi kamu
mengaku saja, tetapi tolong jika kita sudah hidup bersama jangan kamu lakukan lagi
kebiasaanmu itu Ton, iya gadisku, merayu saya lagi.

Dewi kamu pernah janji, janji apa Ton, Anton memegang tangan Dewi dan
merangkul bahu dan mencium pipi Dewi, oh ini kan yang bilang janji, Dewy terdiam
saat di cium pipi kanannya, lalu Anton berbisik aku sayang kamu Dewy, aku akan
nikahi kamu secepatnya, ah lepaskan tanganku Anton, Dewi menarik tangannya saat di
genggam Anton.

Dewi,…! aku pamit sudah sore aku besok ada kerja ada ponakan saya yang akan
menikah minggu depan jadi aku yang disuruh bantu-bantu kesibukan orang tua ponakan
saya, hitung-hitung ambil hati mereka agar nanti mau bersedia nyumbang biaya
pernikahan kita, oke Ton “aku sebulan ini tak menemuimu aku karena faktor
kesibukan,” semoga kau mengerti keadaanku, kata Dewi ya tidak apa Ton.

Seiring waktu berjalan setelah tiga bulan berlalu Anton dan sudara kandungnya
berangkat menemui orang tua Dewi, sebelum berangkat Anton mendapat omongan
miring dari beberapa orang sudaranya namun tak semua, dengan mengatakn si Anton itu
kerjanya kawin cerai ,kawin cerai mau nikah lagi tak punya biaya ah malas ah
nyumbang kedia kalau urusannya untuk nikah lagi sama calonnya, biar dia cari sendiri,
namun beberapa sudara rembukan dan di beri kata-kata bijak dan memberi pemahaman
yang baik, ya omongan miring itu sirna dengan waktu berjalan, kakak laki-laki Anton,
kita bantu saja dia kasian adik kita lontang-lantung bagaimana kalau dia stres atau sakit,

54
ya namanya sudah takdir mungkin sikap begitu kita mau bikin apa, kita semua sudah
nasehati dia agar dia bekerja dengan tekun, menyayangi istri anak-anak dia, jangan
bercerai dengan istrinya yang lalu Ibunya Arya yang saya maksud. Minggu depan kita
semua berangkat kesana mengurus dia mau nikah kita bawa saja biaya sesuai
kemampuan kita, kita minta agar mereka di nikahkan malam itu juga setelah
peminangan.

Sabtu sore tiba mana Anton tuh dia lagi murung, pusing kata dia, suruh dia
menyetir mobil ini, kakak kandung Anton kenapa sudara kita ada dua orang tidak ikut,
katanya ada acara kesibukan lain dan kurang sehat, yuk sudah kita berangkat sekarang
sudah jam empat sore, jam enam sore rombongan sudara Anton tiba di rumah Dewi,
semua rombongan sholat magrib di masjid tak jauh dari rumah Dewi, lalu kembali di
rumah Dewy jam enam tiga puluh menit, setelah duduk dalam ruang tengah dimana
kepala desa kita,tuh sudah ada, ketua adat, hadir pak begitu ucapan humor ketua adat
saat itu, sudah lengkap, setelah semua syarat telah diletakan ketua adat mewakili
keluarga Anton, mohon Pak, Ibu Dewi dan sudara kandung Dewi, kami minta malam ini
Anton dan Dewy segera menikah dengan petimbangan mereka sudah lima bulan
pacaran saya khawatir nanti terjadi sesuatu yang kurang baik dengan anak Ibu yaitu
Dewi.

Bu Dewi tadi masih ada yang belum di penuhi tentang biaya pesta pernikahan
sejunmlah Lima Puluh Juta Rupiah, oh masalah akan di selesaikan di kemudian hari
kami saat ini hanya bisa meletakan Tujuh Juta Rupiah dan isi adat sesuai adat yang
berlaku, perjanjian itu akan di tanda tangani oleh Anton, iya supaya Anton tidak merasa
berat Dua Puluh Lima Juta Rupiah saja, kalian harus prihatin keadaan dia saat ini, Ibu
Dewi dan saudara kandungnya saling rembukan dengan berbisik-bisik, kami setuju
ketua adat malam ini segerakan mereka untuk dinikahkan, kata kepala desa dimana
penghulunya, oh tadi pamit untuk sholat Isya, tak lama kemudian penghulu telah masuk
dalam ruang tengah.

Ketua adat pak penghulu kita lanjut dengan Ijab Kabul, oh begitu syukurlah,
maka terjadilah ijab Kabul malam itu, setelah “Ijab Kabul.” Rombongan yang ada di
ruang tengah semuanya di persilahkan untuk mencicipi hidangan makan malam
bersama., setelah semua selesai makan, rombongan keluarga Anton pamit kepada tuan

55
rumah, Ibu, Dewi pak Ibu semua, kami pamit, Ibu Dewi iya silahkan. Sekitar jam
sepuluh lewat rombongan sampai di Kota Kendari, yang lain berada di daerah Konawe
Selatan.

BAB IX

Romantika Rumah Tangga Anton Dan Dewi

Pernikahan Anton dan Dewy empat tahun kemudian, anak mereka berumur
empat tahun sudah, kehidupan rumah tangga di jalani dengan penderitaan, Anton
menjual Saraba dan gorengan di samping lapangan Bola Kaki, istrinya membantu
menggoreng Ubi dan pisang setiap hari mulai jam tiga sore, Anton berbelanja untuk
keperluan bahan baku untuk di jual pada malam hari mulai jam tujuh tiga puluh menit
hingga jam sebelas malam, itu di jalaninya selama tiga bulan, Anton berhenti menjual,
dan mengambil motor kredit lalu menjadi tukang ojek selama setahun, penyebab Anton
berhenti menjual katanya rugi untungnya hanya sedikit, dan tak mampu setiap malam
berjualan dan begadang malam hari.

Setelah melewati waktu demi waktu Anton membeli motor dengan kredit untuk
digunakan ojek, namun karena penghasilannya kecil dia berhenti, motor pun digadaikan
hingga tak mampu ditebus, berselang waktu tiga bulan Anton mencicil mobil bekas
dengan kredit hasil pencairan kredit gadai motornya dan jaminan lain yang di pinjam
oleh Anton, hanya setahun mobil tersebut di kembalikan ke sorum mobil sebagai
pemiliknya, tak ada pekerjaan yang di kerjakan oleh Anton, saat itu ada beberapa
barang di dalam kios yang dijual oleh istrinya Dewy, namun setelah enam bulan
kemudian kios tersebut mati suri.

Dalam urusan makan sehari-hari Anton menjual kalung emas istrinya untuk
bertahan makan itupun hanya bertahan sebulan saja, lalu seorang sahabat mengajak dia
untuk menjadi driver mobil untuk mengurus tambang nikel perusahaan, tak lama
kemudian dia berhenti sebab honor tak lancar lagi di bayarkan, hingga bulan berikutnya,
dia beruntung bertemu dengan kawan lama lima tahun yang lalu bekerja di perusahaan
mandala finance, memiliki keluarga dari Medan, lalu Anton berbincang-bincang dia di
beri pekerjaan untuk menjadi driver mobil dengan rute transportasi Kota Kendari-
Kolaka Utara perjalanan 10 jam baru dapat sampai tujuan.

56
Sejak bekerja dari April-saat ini Anton dapat membiayai keluarganya, tetapi
muncul persoalan lain dalam, rupanya Anton mulai ditagih utang biaya pesta nikah
empat tahun yang lalu oleh pihak keluarga Dewi, istrinya, keadaan ini membuat Anton
berpikir akan bertanggung jawab, akan membayarnya jika dia telah punya uang.

Aku menabung dari hasil bekerja driver mobil tambang, kebetulan juga Bosku
orangnya baik sepulang dari daerah Kolaka Utara aku kadang di beri Bonus uang
makan, aku berikan sama si Dewi untuk belanja hari-hari sedangkan honorku akan aku
tabung untuk melunasi utang kepada mertuaku.

Dewi aku senang Anton berubah dia tidak seperti dulu sebelum dia menikahiku,
tetapi aku selalu ingatkan agar dia sholat jangan keluyuran malam jika tidak penting
pintaku pada suamiku. Hingga sampai saat ini Anton belum melunasi utang biaya pesta
kepada pihak Ibunya Dewi.

BAB X

Kisah Cinta Ardi Dan Ani

Setelah setahun Anton menikahi Dewy Ardi telah menjadi sarjana Peternakan
melamar Ani gadis calon guru IPA, merekapun menikah setelah dua tahun menikah Ani
belum memiliki anak,hingga Ani di ajak kawan jalan-jalan di salah satu Mall di
Kotanya, kawannya bernama Irma mereka beremu di Mall Irma saat itu bersama
pacarnya bernama Arman seorang pegawai Wali Kota Kendari, memiliki mobil sendiri,
saat di kenalkan oleh Irma ohh….! Kamu kawannya Irma iya kak, kamu sudah menikah
Arman bertanya sudah, tetapi suamiku belum bekerja, dia sarjana peternakan, ohh..!
begitu, tidak apa sabar saja dulu.

Setelah pertemuan di Mall, diam-diam Arman meminta nomor handphone Ani


melalui kawan kuliahnya bernama Damayanti, dia memberikannya, saat itu Arman
berada di salah satu Restoran, dia menelpon Ani, kaget hati Ani kring….. kring….
kring, tak dijawab oleh Ani, saat sedang sendirian dirumahnya, lalu Arman memberi
sms, Ani kamu ada waktu ketemu saya di Restoran, jawab Ani apa disitu ada Irma,
oh..! Irma dia lagi sakit Ani tidak ikut aku tak mau ganggu dia, saya sudah beristri
Arman jangan ganggu Aku.

57
Setelah sekian lama Arman merayu Ani, tak mempan rayuan dia, Arman
memutuskan tak mau lagi menganggu Ani, rumah tangga Ardi mulai goyah karena Ani
ingin hidup bercukupan sedang Arman belum menjadi PNS, lalu mereka bercerai, Ardi
tak kuasa menahan Ani nasehat demi nasehat dari kedua belah pihak keluarga telah
sering dilakukan, lalu Ani pindah keluar daerah merantau, dan menikah dengan
Pedagang kaya sebagai istri kedua Ani, kelihatan sangat senang, setelah tujuh
tahun tinggal di daerah Jakarta, Ani di ceraikan oleh suaminya, sebab seorang pedagang
di ketahui bernama Zainuddin menikah lagi dengan seorang gadis, Ani tak tahan tinggal
dirumah besar Zainuddin dia di perlakukan seperti pembantu rumah tangga, sementara
Ani telah punya seorang anak lelaki berumur tiga tahun, dia memutuskan pulang di
kampung kelahirannya.

Saat itu Ardi mantan suami Ani, belum menikah dan telah bekerja sebagai
pegawai peternakan dan telah memiliki mobil dan peternakan sendiri, namun hati dan
cintanya begitu dalam kepada Ani, lalu bagaimanakahnya kisahnya selanjutnya,…?

Saat kepulangan Ani telah diketahui Ardi, hati Ardi berdebar kencang ketika Ani
telah punya seorang anak dan di ceraikan suaminya, kenapa Ani tak mau sabar, aku
waktu berusaha keras dia seenaknya meninggalkanku tega sekali dia, dia pikir apa
hanya dia perempuan yang bisa aku nikahi, ampun aku tak dapat membohongi hatiku,
aku seperti “Zainuddin masih cinta Hayati,” lalu akhir hidup Hayati tenggelam bersama
kapal yang karam. Lalu selamat namun tak panjang umur lagi, Zanuddin menyesal tak
menikahinya.

Ani sore hari berjalan bersama anaknya, sedang Ardi baru pulang dari Kantor
jam empat sore, sambil mengendarai mobil merek Innova plat hitam, karena kaca mobil
Ardi diturunkan Ani melhat Ardi di mobil, tetapi Ani sangat malu, saat Ardi menatap
Ani, siapa ya tadi yang lewat……! Ampun apa dia tadi Ardi kenapa dia senyum sinis
kepadaku, apa dia masih sayang sama aku, seandainya aku tak minggat ke Jakarta
mungkin aku hidup dengan Ardi sangat bahagia, apa dia masih bersedia mengawiniku,
aku buang saja pikiran itu aku seorang janda tak pantas punya rasa cinta ke Ardi yang
mapan dan gagah.Akhir cerita Ardi menengok Ani dan anaknya saat Ibu Ani meminta
agar Ardi mau datang kerumahnya sudah tiga tahun Ani sakit, tak tega kawan dan

58
mantan istrinya telah sakit lama, aku jenguk saja Ani aku tak boleh dendam dan sakit
hati, saat itu Ani memohon maaf dan menangis di hadapan Ardi.

Ani:

Kasihanilah aku Ardi maaf seribu maaf, bolehka aku pegang tanganmu, Ardi
memberikan tangannya ke Ani, maukah engkau Ardi mengawini aku walaupun hanya
sebatas waktu, Ardi berpikir terdiam dan pening kepalanya, aku tak mungkin
menikahimu kembali Ani aku sudah punya janji dengan pacar saya, Ani ha….! Masa
Ardi…. Aku pasrah sekarang, aku sakit Ardi aku meminta temanilah aku sering kamu
kerumahku, Ardi menyanggupi, setelah sekian lama sakit, Ardi datang ke Ani, kamu ya
Ardi ya Ani ssst aduh sakit aku sudah parah Ardi aku sakit stadium empat kanker rahim,
ampun Ani.

Ardi menangis sangat sedih sekali melihat kawan dan mantan istrinya terbaring
lemah, lalu Ardi mengelus-elus wajahnya, dan memijat kaki Ani, dan mencium pipi Ani
sambil menangis meneteskan air mata huh,,,huh…hu…hu….? sedih sekali rasanya
hatiku, aku seperti tak menginjak bumi badanku berubah tegang dan bingung, rasa
menyesalku tak ada gunanya lagi, kenapa aku tak menerima saja Ani kembali
kepangkuanku.

Ani:

Ardi maukah engkau menjaga dan membesarkan anakku, lalu bagaiman dengan
kedua orang tuamu, mereka tergantung saya, hanya ini permintaan terakhirku padamu,
semoga engkau mau ikhlas dan sabar membesarkan anakku, aku tahu hatimu bersih dan
cintamu suci kepadaku, aku sangat menyesal Ardi meninggalkanmu, sudahlah Ani aku
sudah maafkan engkau dan aku terima anak ini sama dengan anakku sendiri, semoga
kau bahagia dengan gadis pilihanmu Ardi selamat tinggal, tak lama Ani
menghembuskan nafas, Lailaha Illahllaha Muhamadarasullah, akhir ucapan Ani saat
maut telah menjemputnya.Inna lillahi wa inna Ilaihi Rojiun, Ardi berucap setelah Ani
menutup mata. Anak Ani, Bu..Bu..Bu… kenapa Ibu kek kenapa Ibu nek, Ardi
merangkul anak Ani bernama Ariyanto, saat itu berumur delapan tahun, Ibu meninggal
ya Pak, nak Ari aku sekarang bapakmu, kamu ikut aku setelah kita makamkan Ibumu,
nak Ari akan tinggal di rumah saya sendiri aku yang akan mengurus semua

59
keperluanmu sampai kamu sekolah tinggi dan menikah nak Ari sabar ya nak,….! tak
kuasa Ardi menahan tangisnya dengan tersedu-sedu saat itu. Akhir kisahnya Ardi hidup
bersama Ariyanto dan Ardi menikahi seorang gadis Jawa yang cantik, ramah, keibuan
dan sholihah, sangat sayang kepada Ariyanto anak almarhumah Ani.

Tamat

60

Anda mungkin juga menyukai