Anda di halaman 1dari 6

THE POWER OF LOVE

“kapan kau mau datang ke rumahku membawa orang tua mu?” tanya sang wanita

Tiba-tiba saja sang wanita mengucapkan kalimat tersebut padahal sedari tadi mereka duduk di
bawah pohon besar yang rindang dengan dilanda nikeheningan.

“aku sedang memikirkan cara agar orang tua mu dapat menerimaku,dan aku tidak mau pulang
dengan tangan kosong,melainkan pulang membawa restu dari orang tua mu.”

“kalau begitu apa rencanamu?” tanya sang wanita penasaran

“aku akan membawa sekarung beras agar orang tua mu dapat melihat ketulusanku” jawab di pria.

Ya,,mereka adalah sepasang kekasih yang tidak mendapat restu dari orang tua si perempuan
dikarenakan kondisi ekonomi yang berbeda. Mereka berdua adalah Dinda dan Baginda. Baginda
hanyalah seorang buruh yang bekerja dibawah pimpinan orang tua Dinda,sedangkan Dinda adalah
seorang anak perempuan yang tidak mendapat keadilan dari kedua orang tuanya untuk bersekolah
seperti abang dan adik kandungnya.

Setelah pulang dari menemui Dinda,Baginda langsung menuju rumahnya dan langsung mencari
ibunya untuk memberitahu maksud dari percakapannya tadi dengan Dinda.

“ibu,aku besok akan pergi ke rumah juragan Anton untuk meminta restu kembali,tapi kali ini aku
mau membawa sekarung beras agar mereka tahu ketulusanku” ucap Baginda kepada ibunya.

“ibu setuju saja,itu tergantung dirimu nak. Ibu percaya kali ini kamu akan berhasil mendapat restu
juragan Anton” jawab ibu Baginda sembari memberi semangat.

Keesokan harinya Baginda menepati janjinya untuk mendatangi rumah Dinda untuk meminta restu
dari orang tua Dinda. Dia juga membawa ibunya dan tidak lupa membawa sekarung beras seperti
yang dikatakannya kepada Dinda tempo hari.

“assalamualaikum,,selamat siang tuan Anton” kata Baginda sambil mengetuk pintu depan rumahnya
Dinda

“waalaikumsalan,,mau ngapain kamu kesini”balas tuan Anton setelah mambuka pintu rumahnya.

“maksud tujuan saya dan ibu saya datang kesini untuk meminta restu kembali kepada tuan agar
mengijinkan saya dan Dinda putri tuan untuk menikah,saya juga membawa sekarung beras sebagai
bukti bahwa saya tulus mancintai putri tuan” jelas Baginda panjang lebar.

“kan sudah saya bilang saya tidak akan pernah mau memberi restu saya untuk kamu, mau diberi apa
anak saya nanti kalo dia menikah dengan kamu” jawab tuan Anton dengan tidak senangnya.

Tiba-tiba saja Dinda datang dari dalam rumah dan langsung menghampiri mereka yang berada di
depan pintu.

“ayah apa-apaan sih, emang selama ini yang ayah kasih ke aku apa aja?, bahkan aku minta sekolah
aja gak ayah kasi” jawab Dinda dengan nada kecewa.

“kamu gak usah sok-sokan mau ngebela Baginda, sampai kapanpun Ayah gk akan kasi restu Ayah
untuk kalian berdua, dan kamu segera pergi dari rumah saya sekarang juga” kata tuan Anton final,
sambil pergi dari depan rumah tak lupa untuk manutup dan mengunci pintu rumahnya.
Setelah pintu ditutup,Baginda dan ibunya pergi meninggalkan halaman rumah tuan Anton.
Sedangkan didalam rumah,pak Anton memegang kuat tangan Dinda dan membawanya ke ruang
tamu yang ada di rumah mereka.

“s..sakittt yahh.tangan Dinda sakit Ayah cengkeram” rintih Dinda karena merasa sakit tangannya di
cengkeram oleh ayahnya.

“kan sudah berapa kali ayah bilang jangan pernah lagi berhubungan dengan Baginda,dia gk baik
untuk kamu” kata tuan Anton

“tapi Dinda cinta yah sama Baginda,cuman Baginda yang Dinda cintai” balas Dinda dengan
mengeluarkan air matanya.

“kamu bisa gak sekali ini demgerin kata Ayah Dinda,ini juga demi kebaikan kamu” kata tuan Anton
dengan nada amarahnya.

“kebaikan Dinda,kebahagiaan Dinda cuman ada di Baginda yah” balas Dinda dengan nada yang
sedikit tinggi kepada ayahnya.

“kamu sudah berani sekarang malawan Ayah demi cowo gak baik itu ya” kata tuan Anton dengan
nada marahnya sambil menampar kuat pipi kanan Dinda.

“ayah jahat,Ayah tega nampar pipi Dinda” balas Dinda kecewa,dan segera pergi ke kamar
meninggalkan ayahnya yang sedang mangatur nafasnya.

Setelah kepergian Dinda ke kamarnya,ibu Dinda yang bernama Ratih datang ke ruang tamu dengan
membawa secangkir kopi. Bu Ratih pun memberikan kopi tersebut kepada tuan Anton. Setelah
duduk dan menerima kopinya,tuan Anton mulai menceritakan apa tang terjadi barusan.

“anak kamu sudah berani malawan ayahnya hanya karena cowo gak guna kaya Baginda” ucap tuan
Anton mambuka percakapan.

“harusnya kamu lebih kuat dan tegas dong ngedidik Dinda,liat sekarang dia ngalawan kamu,mungkin
besok dia ngalawan aku” jawab ibu Ratih

“kok jadi saya yang kamu salahkan,yang salah disini itu kamu,kamu sebagai ibu yang tugasnya
menjaga dan mendidik anak,bukan saya sebagai Ayah yang tugas saya mencari nafkah untuk
keluarga”jawab tuan Anton gak mau kalah.

“kalo begitu kasi aja restu sama Dinda,kan tugas cuman cuman mencari nafkah untuk keluarga”balas
ibu Ratih dan pergi meninggalkan tuan Anton sendirian di ruang tamu rumah.

Sedangkan di kediaman Baginda,setelah kejadian tersebut Baginda lebih sering diam daripada
berbicara.Ibunya susah beberapa kali mengajaknya berbicara tapi hanya dibalas dengan dehaman
dan anggukan kepala.

“kamu ibu ajak bicara kok diam saja?,masalah yang tadi itu bukan salah Kamu.Munkin katena tuan
Anton belum bisa menerima kamu,kamu harus berusaha mambujuk tuan Anton” ibu Baginda
memberi nasehatnya kepada Baginda agar dia tidak bersedih terus-menerus.

“tapi yang dikatakan tuan Anton itu bener bu,mau aku kasi apa nanti Dinda kalo misalnya kami
menikah,untuk makan aja kita udah susah apalagi untuk kebutuhan Dinda yang lainnya”jawab
Baginda dengan nada yang sedih.
“kamu harus percaya sama diri kamu sendiri bahwa kamu bisa membahagiakan Dinda dengan
keringat dan usaha kamu,tekankan di dalam diri kamu sendiri bahwa kamu harus bisa
membahagiakan Dinda”balas ibunya Baginda.

“baik bu,aku akan berusaha sekuat munkin demi mendapatkan restu dari tuan Anton,setelah aku
dan Dinda akan menikah dan aku akan berusaha sekuat munkin untuk membahagiakan Dinda”
jawab Baginda.

“itu baru anaknya ibu,tidak mudah menyerah” jawab ibu Baginda dengan mengelus pucuk kepala
Baginda putra semata wayangnya.

Keesokan harinya seperti yang dikatakannya kepada ibunya tadi malam, Baginda akan bekerja keras
demi Dinda. Dia akan bekerja pagi,siang,sore bahkan malam untuk manabung sedikit demi sedikit
uang untuk melamar Dinda. Dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak menyalahkan
dirinya karena masalah semalam,tetapi dia akan menjadikan masalah semalam sebagai motifasi agar
dia semakin semangat untuk mengumpulkan uang demi Dinda.

Hari ini ia akan kembali bekerja seperti biasanya yaitu sebagai buruh di sawah miliknya tuan
Anton,dia bekerja dengan semangat yang membara dari dalam tubuhnya.

“setelah ini kamu timbang padinya,setelah ditimbang masukkan ke dalam karung dan ikat. Setelah
pekerjaan kamu selesai semuanya,temuin saya di ruang kerja saya,ada yang ingin saya bicarakan ke
kamu” kata tuan Anton kepada Baginda.

“baik pak” jawab Baginda seadanya.

Setelah menimbang dan memasukkan padi ke dalam karung seperti yang disuruh tuan Anton kepada
Baginda,ia pun bergegas pergi menuju ruangan tuan Anton.

Sesampainya Baginda di ruangan tuan Anton........

“kamu duduk disini” kata tuan Anton sembari menunjuk kursi yang ada didepannya.

Baginda pun duduk di kursi yang ditunjuk tuan Anton.

“saya manyuruh kamu datang keruangan saya dan manyuruh kamu untuk duduk di hadapan saya
karena ada sesuatu yang ingin saya bicarakan ke kamu” kata tuan Anton

“apa itu ya pak?,apa yang mau bapak bicarakan ke saya?” tanya Baginda.

“saya ingin kamu jauhi anak saya,ini demi kamu dan anak saya. Saya gak mau anak saya menderita
karena hidup sama kamu,dan saya juga gak mau kamu kesusahan untuk menghidupi anak saya” kata
tuan Anton langsung ke inti.

“pak,mohon maaf sebelumnya. Tapi saya gak mau jauhin anak bapak. Kami berdua saling mencintai
dan saling menyayangi pak,bapak gak bisa semudah itu untuk suruh kami pisah pak” jawab Baginda.

“tapi ini demi kita semua. Demi Kamu,Dinda dan keluarga saya” balas tuan Anton.

“saya mohon pak jangan suruh saya untuk menjauhi anak bapak,saya sudah janji kepada Dinda
untuk menikahinya. Saya janji akan bekerja keras agar bisa membahagiakan Dinda. Seperti
sekarang,saya bekerja keras demi mengumpulkan uang untuk melamar dan menikahi Dinda pak”
balas Baginda.
“saya tetap gak bisa menjamin kebahagiaan anak saya kepada kamu,saya takut dia gak bahagia kalo
menikah dengan kamu” balas tuan Anton.

“saya bisa pastikan dan janjikan kebahagiaan Dinda yang nomor satu bagi saya pak,tapi tolong kasi
saya restu dan waktu,saya pasti akan buktikan ke bapak bahwa saya mampu” jawab Baginda.

“oke,saya beri kamu waktu setengah tahun untuk kamu bisa buktikan ke saya bahwa kamu pantas
untuk mendapatkan anak saya. Setelah setengah tahun kamu harus datang ke rumah saya
membawa mahar dan hasil dari kerja keras kamu selama ini,tapi kalau kamu gagal kamu harus
menjauh dari kehidupan anak saya dan pergi sejauh munkin sampai anak saya tidak bisa
menemukanmu” final tuan Anton.

“baik pak,saya janji,saya pasti akan usahakan sekuat tenaga saya pak” Baginda

Setelah kesepakatan Baginda dengan tuan Anton tadi,dia langsung pergi untuk menemui Dinda dan
membicarakan tentang kesepakatan dirinya dengan tuan Anton tadi.

Sekarang ini,Baginda dan Dinda sedang berada di bawan pohon rindang yang sangat besar,tempat
mereka biasa menghabiskan waktu untuk sekedar berbicara dan tidur siang sejenak. Baginda
memberitahu kepada Dinda tentang kesepakatan dirinya dengan tuan Anton tadi,tetapi respon
Dinda berbeda dengan yang diharapkannya.

“kenapa kamu sampai kepikiran untuk membuat kesepakatan seperti itu kepada ayahku” ucap
Dinda.

“aku gak tahu lagi apa yang harus aku lakukan untuk mendapat restu dari orang tua kamu,hanya itu
satu-satunya cara untuk aku mendapat restu dari orang tua mu” balas Baginda.

“tapi kalau kamu gagal,kamu akan pergi jauh dariku. Aku gak mau kalo kamu pergi jauh dari aku”
kata Dinda.

“kamu percayakan samaku,kalau aku gak akan pernah ninggalin kamu. Aku janji aku pasti akan bisa
ngumpulin uang dan mahar buat kamu dalam waktu setengah tahun,kamu harus percaya sama aku”
balas Baginda.

“iyaa....aku percaya sama kamu,kamu pasti bisa menepati janjimu” ucap Dinda.

“aku juga ingin bilang,aku ingin meminta izin sekalian berpamitan kepadamu bahwa aku mau pergi
ke negeri sebrang untuk mencari pekerjaan yang upahnya lebih besar. Aku ingin menabung dengan
nominal yang besar supaya aku lebih cepat menemuimu” ujar Baginda.

“kalau itu demi kebaikan kita aku rela asalkan kamu dan aku bisa bahagia” balas Dinda.

“aku janji aku akan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dan pulang tepat waktu supaya kita
dapat bahagia” ucap Baginda.

Setelah Baginda meminta izin dan berpamitan kepada Dinda,mereka berpelukan karena setelah ini
mereka tidak akan berjumpa untuk waktu yang lama.

Sepulang dari bertemu dengan Dinda,Baginda pergi ke pasar dahulu untuk membeli perlengkapan
dan peralatan untuk dia bawa pergi ke perantauannya.

Setelah pulang dari pasar,Baginda langsung pulang kerumahnya untuk menyampaikan maksudnya
kepada ibunya.
“ibu,ada yang ingin aku sampaikan kepadamu” Baginda memulai percakapan.

“ada apa itu anakku sayang?” tanya ibunya Baginda.

“bu...aku ingin pergi ke negeri sebrang untuk mencari pekerjaan dengan nilai upah yang lebih tinggi
dari pekerjaanku sekarang,aku membuat perjanjian dengan tuan Anton untuk membawa uang dan
mahar untuk Dinda dalam waktu setengah tahun,tetapi kalau aku gagal aku harus pergi sejauh
mungkin sampai Dinda tidak bisa menemukanku” ucap Baginda.

“kamu yakin kamu bisa membawa uang dan mahar dalam waktu setengah tahun,ibu takut kamu
tidak sanggup”ujar ibunya Baginda.

“aku yakin bu,hanya ini cara satu-satunya untuk aku menikah dengan Dinda Bu,ibu harus yakin
dengan ku” balas Baginda.

“baiklah kalau itu demi kebaikan kamu dan Dinda ibu rela,ibu juga akan mendoakan yang terbaik
dari sini,kamu hanya perlu menjaga kesehatan kamu disana dan mengumpulkan uang sebanyak-
banyaknya” kata ibunya Baginda.

“baik Bu,terimakasih atas izin dan doa dari ibu. Aku janji aku akan pulang dengan cepat dan selamat
dan juga membawa uang yang banyak” kata Baginda.

Setelah meminta izin dan doa dari ibunya,Baginda dan ibunya berpelukan tidak lupa juga dengan
tangan ibunya yang mengelus pucuk kepala Baginda, sebagai bentuk dukungan dan semangat yang
diberikannya kepada putra semata wayangnya.

Hari esok pun telah tiba,setelah berpamitan dan mengemas barang bawaannya, Baginda pun pergi
ke negeri sebrang.

Hari pertama dilalui Baginda dengan pikiran yang melayang memikirkan Dinda dan ibunya yang ada
disana. Sedangkan Dinda,menjalani hari pertamanya berpisah dengan Baginda dengan mencari
kesibukan seperti mambantu ayahnya bekerja dengan menghitung penghasilannya.

Tak terasa hari demi hari berlalu,dilalui oleh Baginda dan Dinda dengan perasaan yang hampa,saling
menguatkan diri sendiri demi kebahagiaan mereka. Akhirnya waktu yang ditunggu oleh Dinda
tibadsusah setengah tahun berlalu dari kepergian Baginda dan tiba saatnya hari ini adalah hari
kepulangan Baginda.

Dinda sudah menunggu kepulangan Baginda dari tadi malam,dia tidak bisa tidur dari semalam
karena mencemaskan Baginda,apakah ia pulang dengan membawa uang dan mahar yang cukup
untuknya,atau bahkan sebaliknya tidak membawa uang ataupun mahar.

Sudah sekitar jam 5 sore,tetapi Baginda belum juga pulang dan datang kerumah Dinda,Dinda takut
dia kehilangan Baginda.

“sudah jam 5 ini,,tapi Baginda belum datang juga. Apa dia lupa atau bahkan gak sanggup
menyanggupi syarat dari ayah” kata tuan Anton.

“tidak ayah,Baginda tidak akan lupa atau mangingkari janjinya,Dinda bisa jamin Baginda tidak seperti
itu orangnya” balas Dinda.

“hari ini sebentar lagi akan berlalu,kalau Baginda tidak datang hari ini ayah tidak akan
mengijinkanmu untuk menemuinya lagi selamanya” final tuan Anton tak terbantahkan.
Dinda yang mendengarnya hanya menundukkan kepalanya,dia merasa sedih di satu sisi dia harus
percaya bahwa Baginda akan datang menemuinya dengan membawa mahar dan uang,di satu sisi dia
takut karena sebentar lagi hari akan berlalu. Dia takut kehilangan Baginda,dia tidak sanggup
kehilangan Baginda.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 8 malam,saat ini Dinda sedang menangis di dalam
kamarnya,dia sudah pasrah bahwa Baginda tidak akan datang hari ini.

Tapi tiba-tiba saja....

“Dinda keluar,ayah mau bicara sama kamu” kata tuan Anton sambil mengetuk pintu kamar Dinda.

“ada apa ayah?” balas Dinda,dia pun berjalan turun dari kasurnya dan membuka pintu kamarnya.

Begitu dia membuka pintu kamarnya,berapa terkejutnya dia bahwa di kursi tamu sudah ada orang
yang sedari tadi mengganggu pikirannya,orang yang selalu dia rindukan beberapa bulan ini,orang
yang sudah membuatnya menangis, dengan tidak bersalahnya dia sedang tersenyum tampan
dihadapannya. Hancur sudah pertahanan Dinda,dia langsung berlari ke arah Baginda dan langsung
saja dia memeluknya. Sudah beberapa bulan ini dia tidak merasakan hangat pelukan dari kekasihnya
ini.

Ya...Baginda pulang dari negeri sebrang setelah setengah tahun berlalu,dan dia menepati janjinya
untuk membawa uang dan mahar sebagai syarat dia untuk menikahi Dinda.

Baginda berhasil,dia berhasil untuk menepati janjinya dengan kekasihnya Dinda untuk menikahinya.

Sekarang nikmatilah waktu kalian berdua Baginda dan Dinda untuk melihat dunia,bukan hanya
sendiri tetapi dengan kekasih hatimu.

Anda mungkin juga menyukai