Sabun
BAB I
LEMAK/ MINYAK
1. BILANGAN ASAM
2. BILANGAN ESTER
3. BILANGAN PENYABUNAN
4. BILANGAN IODIUM
5. PENGUJIAN KADAR MINYAK/ LEMAK DALAM BAHAN TEKSTIL CARA SOXHLET
BAB II
1. PENETAPAN KADAR LEMAK BEBAS YANG TIDAK TERSABUNKAN
2. PENETAPAN ALKALI BEBAS
3. PENETAPAN ALKALI TOTAL
4. PENETAPAN KADAR ZAT PEMBERAT/ PENGISI (FILLERS)
5. PENETAPAN MINYAK/ LOGAM PELIKAN
BAB I
LEMAK/ MINYAK
1. BILANGAN ASAM
Maksud : Menetukan bilangan asam suatu contoh uji.
Tujuan : Menentukan banyaknya asam lemak bebas di dalam lemak/minyak.
2. BILANGAN ESTER
Maksud : Menentukan bilangan ester suatu contoh uji.
Tujuan : Menentukan banyaknya asam lemak yang teresterkan pada gliserol di dalam
lemak/minyak (berapa banyak gugus ester yang terdapat di asam lemak).
3. BILANGAN PENYABUNAN
Maksud : Menentukan bilangan penyabunan suatu contoh uji.
Tujuan : Menentukan banyaknya total e lemak (yang bebas dan teresterkan) di dalam
lemak/minyak
4. BILANGAN IODIUM
Maksud : Menentukan bilangan iodium suatu contoh uji.
Tujuan : Menentukan kadar ikatan tidak jenuh (ikatan rangkap) dalam rantai hidrokarbon pada
lemak/minyak.
selain itu , lemak dan minyak juga diberi nama dengan cara yang biasa dipakai untuk penamaan
suatu ester, misalnya:
– triestearat dari gliserol disebut gliseril tristearat
– tripalmitat dari gliserol disebut gliseril tripalmitat
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai
hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig yang dapat cocok satu sama lain,
sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud padat. Sedangkan asam
lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbonnya . asam lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak lazim,terutama terdapat
pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda (poliunsaturat)
cenderung berbentuk minyak.
Minyak / lemak BA BI BP
Castor 0,13 – 0.8 86.6 – 88.3 175 – 183
Kelapa 2,5 – 10 8.4 – 8.8 200 – 205
Jagung 1 – 2 113 – 125 187 – 193
Sawit 10 53 200 – 205
Zaitun 0,3 – 1.6 86 – 90 185 – 194
Kacang 0,8 88 – 98 186 – 194
Wijen 9,8 103 – 117 186 – 194
Kedelai 0,3 – 1.2 122 – 134 189 – 193.5
Lemak dan minyak adalah ester dari gliserol (alkohol trihidrat) dengan asam lemak dengan berat
molekul ( C = 11 – 24 ). Contoh minyak atau lemak bisa berasal dari minyak atau lemak hewan
atau tumbuh-tumbuhan. Bentuk lemak dari hewan pada umumnya mengandung lemak jenuh
lebih banyak dari pada lemak tak jenuh dan umumnya berbentuk fasa padat, misalnya : lemak
sapi, berupa gliserol triasetat dengan campuran gliserol oleo-palmito-stearat. Sedangkan lemak
dari minyak nabati (tumbuh-tumbuhan) mengandung asam lemak tak jenuh lebih banyak dari
pada lemak jenuh dan umumnya berbentuk fasa cair, misalnya minyak jagung berupa gliserol
trioleat dengan campuran gliserol-oleo-palmoti-linolat, gliserol-dilinolo dan gliserol-trinoleat.
Lemak yang stabil mempunyai kandungan asam lemak dengan jumlah karbon C = 11 – 24.
apabila jumlah atom C rendah seperti pada asam Butirat (C4H9COOH) pada mentega asli, tidak
tahan panas jadi mudah terbakar. Dalam penyimpanan, asam lemak tak jenuh mudah teroksidasi
oleh udara, membentuk keton-keton yang berbau tengik.
Asam lemak umumnya rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercabang. Lemak dan minyak
seringkali diberi nama sebagai derivat asam-asam lemak ini. Misalnya tristerat dan gliserol diberi
nama tristerin dan tripalmitat dari gliserol disebut tripalmitin.
Komponen minyak terdiri dari gliserrida yang memiliki banyak asam lemak tak jenuh sedangkan
komponen lemak memiliki asam lemak jenuh.
1.3 PERCOBAAN
1. BILANGAN ASAM
a. Definisi
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah KOH dalam mgram yang diperlukan
untuk menetralkan asam-asam organik (lemak) bebas didalam 1 gram lemak.
c. Reaksi
RCOOH + KOH RCOOK + H2O
Asam lemak alkali encer garam netral
(0,1N)
d. Cara Kerja
e. Data Pengamatan
Percobaan 1 : Percobaan 2:
Volume akhir : 1,30 ml Volume akhir : 1,20 ml
Volume awal : 0,00 ml Volume awal : 0,00 ml
Volume titrasi : 1,30 ml Volume titrasi : 1,20 ml
f. Perhitungan
PERHITUNGAN 1
Bilangan Asam = ml x N KOH Alkohol x BE KOH Alkohol
Bobot Contoh Lemak (mgram)
= 1,30 ml x 0,1 N x 56
1196,3 mgram
= 7,28 = 0,0060 mgram/ liter.
1196,3 mgram
PERHITUNGAN 2
Bilangan Asam = ml x N KOH Alkohol x BE KOH Alkohol
Bobot Contoh Lemak (mgram)
= 1,20 ml x 0,1 N x 56
1135,5 mgram
= 6,72 = 0,0059 mgram/ liter.
1135,5 mgram
2. BILANGAN ESTER
a. Definisi
Bilangan Ester (BE) adalah bilangan yang menyatakan berapa mgram KOH yang diperlukan
untuk menyabunkan ester yang ada dalam 1 gram lemak/ minyak. BE merupakan suatu ukuran
bagi kadar ester yang terdapat dalam lemak/ minyak.
d. Cara Kerja
e. Data Pengamatan
Percobaan 1 : Percobaan 2:
Volume akhir : 1,10 ml Volume akhir : 5,00 ml
Volume awal : 0,00 ml Volume awal : 0,00 ml
Volume titrasi : 1,10 ml Volume titrasi : 5,00 ml
f. Perhitungan
PERHITUNGAN 1
Bilangan Ester = (ml blanko – ml titrasi) x N HCl x BE KOH
Bobot Contoh Lemak (gram)
= (9ml – 1,1 ml) x 0,5 x 56
1,1963 gram
= 221,2 = 0,1849 mgram/ liter.
1,1963 mgram
PERHITUNGAN 2
Bilangan Ester = (ml blanko – ml titrasi) x N HCl x BE KOH
Bobot Contoh Lemak (gram)
= (9 ml – 5 ml) x 0,5 x 56
1,1355 mgram
= 112 = 0,0986 mgram/ liter.
1,1355 mgram
3. BILANGAN PENYABUNAN
a. Definisi
Bilangan Penyabunan (BP) adalah bilangan yang menunjukkan berapa mgram KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan sempurna 1 gram minyak/ lemak.
c. Reaksi
R(COO)3C3H5 + 3 KOH 3 RCOOK + C3H5 (OH)3
d. Cara Kerja
e. Data Pengamatan
Data Pengamatan 1
Volume akhir : 0,20 ml
Volume awal : 0,00 ml
Volume titrasi : 0,20 ml
Data Pengamatan 2
Volume akhir : 0,10 ml
Volume awal : 0,00 ml
Volume titrasi : 0,10 ml
f. Perhitungan
PERHITUNGAN 1
Bilangan Penyabunan = (ml blanko – ml titrasi) x N HCl x BE KOH
Bobot contoh uji
= (6,50 – 0,20) ml x 0,5 N x 56
1,4394 gram
= 6,30 ml x 0,5 N x 56
1,4394 gram
= 176,4 = 122,5511 mgram KOH
1,4394
PERHITUNGAN 2
Bilangan Penyabunan = (ml blanko – ml titrasi) x N HCl x BE KOH
Bobot contoh uji
= (6,50 – 0,10) ml x 0,5 N x 56
1,4080 gram
= 6,40 ml x 0,5 N x 56
1,4080 gram
= 179,2 = 127,2727 mgram KOH
1,4080
Rata-rata BP = BP 1 + BP 2
2
= 122,5511 + 127,2727
2
= 249,8238
2
Rata-rata BP = 124,9119 mgram KOH
4. BILANGAN IODIUM
a. Definisi
Bilangan Iodium (BI) adalah bilangan yang menunjukkan berapa mgram halogen (dinyatakan
sebagai iodium) yang dapat diikat oleh 100 mgram minyak/ lemak atau berapa % halogen yang
dapat diikat oleh minyak/ lemak. BI merupakan ukuran bagi banyaknya ikatan rangkap (tidak
jenuh) dalam minyak/ lemak, karena halogenia akan diadisi pada ikatan rangkap tersebut.
b. Alat dan bahan
Alat :
* Labu Erlenmeyer 250 ml
* Gelas ukur 100 ml
* Pipet tetes
* Buret 50 ml
Bahan :
• Contoh uji (minyak)
• Pereaksi :
* Larutan Hanus 0,1 N
* Chloroform
* Larutan Tiosulfat 0,1 N
* Indikator kanji 0,5%
* Kalium Iodida 10%
c. Reaksi
HH
CH = CH + Br 1 C C
I Br
Br2 + 2 KI 2K Br + I2
I2 + 2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 Na I
d. Cara Kerja
Catatan :
1. Pembuatan larutan hanus 0,1 N
– Timbang sebanyak 13 gram iodium Kristal resublimatun
– Lalu direbus dalam lumping dan dilarutkan dalam 1 liter asam asetat glacial
– Tambahkan 8 gram Brom
– Kocok dengan baik
2. Untuk penetapan BA, BE,dan BI contoh minyak/ lemak harus bebas dari asam-asam mineral,
seperti HCl, HNO3 dan H2SO4
e. Data Pengamatan
Data Pengamatan 1
Volume akhir : 12,30 ml
Volume awal : 0,00 ml
Volume titrasi : 12,30 ml
Data Pengamatan 2
Volume akhir : 11,90 ml
Volume awal : 0,00 ml
Volume titrasi : 11,90 ml
f. Perhitungan
PERHITUNGAN 1
Bilangan Iodium = (ml blanko – ml titrasi) x N Tio x BE x 100
Bobot contoh uji 1000
= (23,50 – 12,30) ml x 0,1 N x 127 x 100
1,0346 gram 1000
= 11,20 ml x 0,1 N x 127 x 100
1,0346 gram 1000
= 142,24
1,0346
Bilangan Iodium = 13,7483 mgram KOH
PERHITUNGAN 2
Bilangan Iodium = (ml blanko – ml titrasi) x N Tio x BE x 100
Bobot contoh uji 1000
= (23,50 – 11,90) ml x 0,1 N x 127 x 100
1,0192 gram 1000
= 11,60 ml x 0,1 N x 127 x 100
1,0192 gram 1000
= 147,32
1,0192
Bilangan Iodium = 14,4545 mgram KOH
BI rata-rata = BI 1 + BI 2
2
= (13,7483 + 14,4545)
2
= 28,2028
2
BI rata-rata = 14,1014 mgram halogen
Pelarut :
• Benzena
• * Ethanol
• * Karbon Tetra Klhorida
• * Trikhloro Etilena
• * Campuran Benzena : Ethanol = 1:1
c. Cara Kerja
d. Data Pengamatan
Berat bahan awal : 2,8454 gram = a gram
Berat labu soxhlet awal : 105,0843 gram = b gram
Berat bahan akhir : 1,7864 gram = c gram
Berat labu soxhlet akhir : 105,3806 gram = d gram
e. Perhitungan
PERHITUNGAN 1
Kadar lemak/ minyak = a – c x 100%
Contoh uji
= (2,8454 – 1,7864) gram x 100 %
2,8454 gram
= 0,3721 x 100 %
Kadar lemak/ minyak = 37,21 %
PERHITUNGAN 2
Kadar lemak/ minyak = d- b x 100%
Contoh uji
= (105,3806 – 105,0843) gram x 100 %
2,8454 gram
= 0,104133 x 100 %
Kadar lemak/ minyak = 10,41 %
1. BILANGAN ASAM
Dalam penentuan bilangan asam dilakukan metode titrasi alkalimetri yakni penetralan asam
dengan alkali. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan praktikum
diantaranya :
1. Ketika dibubuhi indicator PP, larutan harus tidak berwarna karena untuk membuktikan bahwa
larutan yang diuji bersifat asam. Karena jika larutan ditambahkan PP dan tidak berwarna maka
larutan tersebut bersifat asam
2. Dalam penetapan ini harus dititar cepat karena larutan dititar dengan KOH Alkohol yang
mudah menguap
3. Dalam penetapan ini berlaku penetapan duplo karena untuk mendapatkan berapa mgram KOH
yang diikat oleh minyak
4. Pada persiapan alat usahan agar alat harus bebas dari air karena air akan mengganggu hasil
akhir. Oleh karena itu sebelum memulai praktikum diusahakan alat-alat dipanaskan terlebih
dahulu agar air tidak tercampur dengan larutan
5. Pada penimbangan minyak dan memasukkannya kedalam Erlenmeyer jangan sampai terkena
ke dinding Erlenmeyer karena minyak yang berada di dinding tidak akan terlarutkan yang akan
menyebabkan kesalahan perhitungan
2. BILANGAN ESTER
Pada penetapan ini dilakukan dengan titrasi asidimetri setelah proses penyabunan sempurna.
Adapun hasil yang diperoleh terlalu besar dengan hasil yang seharusnya. Hasil yang saya
dapatkan dari hasil praktikum yaitu sebesar 141,7 gram/ liter. Hal ini terjadi karena beberapa
kemungkinan kesalahan diantaranya :
1. Adanya kelebihan dalam penitaran sehingga mengganggu hasil akhir yang diharapkan. Untuk
menghindarinya sebaiknya ketika melakukan penitaran disimpan kertas putih dibawah
Erlenmeyer agar pada saat warna merah tepat hilang dapat terlihat
2. Pada saat memanaskan sewaktu-waktu harus dikocok agar penyabunan sempurna
3. Sebelum dititrasi sebaiknya di tetesi indicator PP agar mengetahui apakah masih ada KOH
Alkohol berlebih atau tidak
4. Pada saat mendinginkan jangan terlalu dingin karena jika terlalu dingin maka sabun akan
membeku karena mengandung sabun dan lemak. Oleh karena itu untuk menghindarinya pada
saat mendinginkan hanya sebentar saja
5. Dipanaskan dengan cara di refluks karena alcohol bersifat mudah menguap sehingga dengan
di refluks tidak akan menguap dan untuk membantu proses penyabunan
6. Pada penimbangan minyak dan memasukkannya kedalam Erlenmeyer jangan sampai terkena
ke dinding Erlenmeyer karena minyak yang berada di dinding tidak akan terlarutkan yang akan
menyebabkan kesalahan perhitungan
3. BILANGAN PENYABUNAN
Dalam penentuan Bilangan Penyabunan dapat pula dihitung dengan menambahkan BA dan BE.
Namun pada perhitungan hasil tersebut tidak sama. Kemungkinan BP yang didapat terlalu besar.
Hal ini kemungkinan terjadi karena beberapa hal diantaranya :
1. Adanya kelebihan dalam penitaran sehingga mengganggu hasil akhir yang diharapkan. Untuk
menghindarinya sebaiknya ketika melakukan penitaran disimpan kertas putih dibawah
Erlenmeyer agar pada saat warna merah tepat hilang dapat terlihat
2. Pada penetapan titrasi blanko terlalu besar sehingga mempengaruhi Bilangan Penyabunan itu
sendiri
3. Pada penimbangan minyak dan memasukkannya kedalam Erlenmeyer jangan sampai terkena
ke dinding Erlenmeyer karena minyak yang berada di dinding tidak akan terlarutkan yang akan
menyebabkan kesalahan perhitungan
4. BILANGAN IODIUM
Dalam praktikum BI, ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya :
1. Hati-hati dalam penggunaan beberapa larutan karena bersifat berbahaya seperti chloroform.
Dalam pengukurannya harus menggunakan pipet ukur
2. Ketika sudah disiapkan, larutan harus disimpan ditempat yang gelap karena iodium bersifat
mudah menguap, tidak tahan cahaya dan suhu tinggi, dan butuh waktu untuk bereaksi secara
sempurna
3. Kemudian ada pengenceran dengan air suling, ini hanya berfungsi untuk mengencerkan bau
saja tidak berfungsi untuk reaksi
4. Segera titar karena iodium ersifat menguap
5. Pada penimbangan minyak dan memasukkannya kedalam Erlenmeyer jangan sampai terkena
ke dinding Erlenmeyer karena minyak yang berada di dinding tidak akan terlarutkan yang akan
menyebabkan kesalahan perhitungan
1.5 KESIMPULAN
1. BILANGAN ASAM
Jadi, bilangan asam yang didapat yaitu sebesar 0,0060 mgram/ liter.
2. BILANGAN ESTER
Jadi, bilangan ester yang didapat dari hasil praktikum yaitu sebesar 141,7 gram/ liter.
3. BILANGAN PENYABUNAN
Jadi, bilangan penyabunan yang didapat yaitu sebesar 124,9119 mgram KOH.
4. BILANGAN IODIUM
Jadi, bilangan iodium yang didapat yaitu 14,1014 mgram halogen.
BAB II SABUN
Cara penetapan :
Contoh sabun diparut/ dipotong halus
Timbang sabun sebanyak 0,1 gram sabun, masukkan kedalam tabung rekasi yang bersih dan
kering
Larutkan sabun dengan 2 ml Alkohol netral (bila perlu dipanaskan diatas penangas air)
Kemudian dibubuhi 1-2 tetes indicator PP
b. Penetapan Kwantitatif
Penetapan kuantitatif dilakukan dengan cara mengamati hasil dari uji kualitatif
Jika setelah dibubuhi indicator PP larutan sabun tidak berwarna merah berarti sabun
mengandung asam lemak bebas atau netral
Apabila sabun berwarna merah berarti sabun mengandung alkali bebas
Analisis sabun secara kuantitatif meliputi pemeriksaan :
1. Alkali bebas
2. Asam lemak bebas
3. Alkali total
4. Alkali terikat
5. Asam lemak total
6. Asam lemak terikat
7. Lemak netral yang tidak tersabunkan
8. Zat pemberat/ pengisi
9. Logam minyak/ Minyak Pelikan
10. Kadar air
Definisi
Sabun adalah garam logam dari asam lemak.
– Pada prinsipnya sabun dibuat dengan cara mereaksikan asam lemak dan alkali sehingga terjadi
reaksi penyabunan
– Reaksi pertama :
Lemak + NaOH Hidrolisa mendidih Gliserol + Asam lemak
– Reaksi kedua :
3RCOOH + NaOH Penyabunan RCOONa + H2O
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian
hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non-polar, sedangkan
ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah
molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah
tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50-150) molekul
sabun yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air.
Kegunaan sabun ialah kemempuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang
dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai
hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat-zat non-polar, seperti tetesan-tetesan minyak.
Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-
molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-
tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi.
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni senyawa yang dapat
menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung
hidrofobik (satu rantai molekul atau lebih) dan suatu ujung hidrofilik. Porsi hidrokarbon suatu
molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif.
Larutan encer sabun selalu terionkan membentuk anion dari alkil karboksilat, yang aktif sebagai
pencuci sehingga sabun alkil natrium karboksilat disebut azt aktif anion. Gugus RCOO
mempunyai sifat ganda, gugus alkil R bersifat hidrofob (menolak air) sedangkan gugus
karboksilat – COO bersifat hidrofil (menarik air).
RCOONa RCOO- + Na+
Larutan sabun selalu trhidrolisa di dalam air sehingga bersifat sedikit alkalis. Dengan
penambahan indikator PP(fenolftalein) selalu berwarna merah muda. Sehingga dalam waktu
bersamaan akan terdapat molekul-moleku RCOONa, RCOOH dan ion-ion RCOO , OH dan Na+.
RCOONa RCOOH + Na+
Sabun dan asam lemak dapat membentuk :
Pembuatan sabun
o Alkali
Jika alkali berlebih maka dihasilkan : campuran sabun, gliserol, sisa alkali dan air. Sabun yang
terbentuk bersifat basa.
Jika alkali kurang maka akan dihasilkan : campuran sabun, gleserol, asam lemak yang berasal
dari lemak yang terhidrolisa alkali. Campuran hasil reaksi tersebut berupa masa yang kental.
Reaksi sabun
RCOOH +NaOH RCOONa + H2O
Jika NaOH berlebih maka :
RCOOH +NaOH RCOONa + NaOH + H2O
Jika sabun berlebih maka :
RCOOH +NaOH RCOONa + RCOOH + H2O
Sifat sabun
Sabun larut dalam alcohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak
Sabun + air → larutan koloid
Dalam air terlarut secara kolodial dan bersifat surfaktan yang terdiri dari molekul yang suka air
(hidrofil) dan tidak suka air (hidrofob)
Dalam air sadah (mengandung Ca dan Mg berlebih) mengendap sebagai sabun kalsium/ natrium.
Dalam asam, sabun akan terhidrolisa menjadi asam lemak kembali.
RCOONa + HCl → RCOOH + NaCl
Larutan encer sabun terionkan membentuk anion dari alkil karboksilat, yang aktif sebagai
pencuci (ZAP)
Hidrolisa dalam air bersifat alkali dan terbentuk molekul RCOONa, RCOOH, dan ion-ion
RCOO-, OH-, dan Na+
Panjang rantai alkil akan mempengaruhi sifat fisik sabun seperti derajat hidrolisa, suhu titer, dan
titik keruh. Untuk sabun jumlah C-nya 14,15, dan 17
Analisa sabun
1. Penetapan Kadar Lemak Bebas yang tidak Tersabunkan
Lemak tak tersabunkan adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya NaOH yang diperlukan
untuk menyabunkan lemak tak tersabunkan didalam sabun.
2. Penetapan Kadar Zat Pemberat (Fillers)
Zat pengisi atau zat pemberat pada sabun adalah zat-zat semacam kaolin, batu ambang, asbes,
kapur, dll. Zat-zat tersebut ditambahkan pada waktu pembuatan sabun sebagai zat pengisi atau
zat pemberat, dengan maksud untuk menambah berat dan mempermudah bentuk sabun bila
dicetak. Penetapannya yaitu dengan cara penyaringan secara kualitatif.
2.3 PERCOBAAN
Bahan :
• Eter
• NaHCO3 1%
c. Cara Kerja
d. Data Pengamatan
Dengan menggunakan contoh sabun :
Nama : Wiwiet Widiarty
NRP : 10K40076
Berat contoh sabun = 4,1760 gram
Berat labu lemak awal = 95,2605 gram
Berat labu lemak akhir = 95,3892 gram
e. Perhitungan
Kadar lemak netral yang tidak tersabunkan = Berat residu x 100%
Berat contoh
= (95,3892 – 95,2605) gram x 100%
4,1760 gram
= 0,1287 gram x 100%
4,1760 gram
= 0,0308 x 100%
= 3,081%
Bahan :
• Contoh uji sabun
• Indikator PP
• HCl 0,1000 N
• Alkohol netral
c. Cara Kerja
e. Data Pengamatan
Data Pengamatan 1 :
Berat sabun = 1,1076 gram = 1107,6 mgram
Volume akhir : 0,20 ml
Volume awal : 0,00 ml +
Volume titrasi : 0,20 ml
Data Pengamatan 2 :
Berat sabun = 1,1092 gram = 1109,2 mgram
Volume akhir : 0,20 ml
Volume awal : 0,00 ml +
Volume titrasi : 0,20 ml
f. Perhitungan
Perhitungan 1 :
Alkali bebas = ml x N.HCl x BE x 100%
Berat contoh (mg)
= 0,20 ml x 0,1 N x 56,1
1107,6 mgram
= 1,122 x 100%
1107,6
= 0,001013 x 100%
Alkali bebas = 0,1013%
Perhitungan 2 :
Alkali bebas = ml x N.HCl x BE x 100%
Berat contoh (mg)
= 0,20 ml x 0,1 N x 56,1
1109,2 mgram
= 1,122 x 100%
1109,2
= 0,0010115 x 100%
Alkali bebas = 0,10115%
Perhitungan 2 :
Asam lemak terikat = ml titrasi x N x 200 x 100%
Mg contoh
= 3,70 ml x 0,5 N x 200 x 100%
552,2 mgr
= 67,0047%
c. Reaksi
RCOONa +H2O RCOOH + NaOH
NaOH + HCl NaCl + H2O
d. Cara Kerja
e. Data Pengamatan
Data Pengamatan 1 : Data Pengamatan 2 :
Berat sabun = 0.5590 gram = 559,0 mgr Berat sabun = 0,5522 gram = 552,2 mgr
f. Perhitungan
Perhitungan 1 :
Alkali total = ml x N.HCl x BE x 100%
Bobot contoh (mg)
= 4,00 ml x 0,5 N x 56,1 x 100%
559,0 mgram
= 112,2 x 100%
559,0
= 0,200715 x 100%
= 20,0715%
Bahan :
• Contoh sabun
• Alkohol 95 % sebagai pereaksi
c. Cara Kerja
d. Data Pengamatan
Data Pengamatan 1 : Data Pengamatan 2 :
Berat sabun = 1,0057 gram Berat sabun = 1,0041 gram
Berat kertas saring awal = 0,4601 gram Berat kertas saring awal = 0,4349 gram
Berat kertas saring akhir = 0,5287 gram Berat kertas saring akhir = 0,5040 gram
e. Perhitungan
Perhitungan 1 :
Kadar zat pengisi (Fillers) = Berat residu x 100%
Berat contoh
= (0,5287 – 0,4601) gram x 100%
1,0057 gram
Perhitungan 2 :
Kadar zat pengisi (Fillers) = Berat residu x 100%
Berat contoh
= (0,5040 – 0,4349) gram x 100%
1,0041 gram
= 0,0691 gram x 100%
1,0041 gram
= 0,0688 gram x 100%
Kadar zat pengisi (Fillers) = 6,88%
Bahan :
• KOH Alkohol 0,5 N
• Air suling
c. Cara Kerja
d. Data Pengamatan
Berat sabun = 0,1279 gram
Hasil pengamatan : Tidak adanya kekeruhan (jernih) pada larutan berarti logam pelican negative/
logam pelican tidak terkandung dalam sabun tersebut.
2.5 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahan Ajar Praktikum Kimia Zat Pembantu Tekstil. 2006. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Bandung
2. DIKTAT TRANSPARAN SERI KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL
3. http:www/google/minyak/ lemak dan sabun.com
4. Ralp J. Fessenden and Joan S. Fessenden, “ Organic Chemistry,”
Third Edition, University Of Montana, 1986, Wadsworth, Inc,
Belmont, Califfornia 94002, M