Anda di halaman 1dari 59

NAMA: TIARA

NPM:21090038

KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan


Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat
pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang herediter dalam
bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner(1957) bahwa
perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari
keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi,
artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan
sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayata totalitas itu lambant laun
bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka
keseluruhan.

2. Penegertian kemantangan
Kematangan adalah suatu keadaan dimana seseorang atau peserta didik telah
mencapai titik dimana seseorang tersebut telah mampu mengendalikan diri baik itu
kematangan emosi maupun kematangan biologis (telah melewati masa
remaja/pubertas) dengan melewati berbagai rangkaian macam proses pendewasaan.

3. Prinsip dan hukum perkembangan


Prinsip-prinsip (Hukum) Perkembangan Ciri-ciri perkembangan menunjukkan gejala-
gejala yang secara relatif teratur. Sehingga terjadi pola-pola perkembangan yang
sistematis. Atas dasar itu, maka para ahli merumuskan prinsip-prinsip
perkembangan. Prinsip-prinsip perkembangan itu kadang-kadang juga dipandang
sebagai hukum-hukum perkembangan. Beberapa prinsip itu adalah:
1. Perkembangan fungsi-fungsi jasmaniah dan fungsi-fungsi rohaniah
berlangsung dalam proses satu kesatuan yang menyeluruh (integral). Prinsip ini
sering disebut sebagai hukum kesatuan organis (fungsional). Prinsip ini berarti
bahwa organ-organ atau fungsi-fungsi itu proses perkembangannya bukan secara
sendiri-sendiri, terpisah satu sama lain. Melainkan satu dengan yang lain saling
berhubungan dan bahkan saling ketergantungan. Perkembangan fungsi pikir
misalnya, adalah tidak terpisahkan dengan perkembangan fungsi ingatan, fungsi
fantasi, fungsi motivasi dan sebagainya, bahkan tidak terpisah dengan organ-organ
jasmaniah.
2. Setiap individu mempunyai kecepatan sendiri-sendiri dalam perkembangannya.
Prinsip ini mengandung maksud bahwa perkembangan antara sejumlah anak
tidaklah sama,belum tentu sama pula tingkat perkembangan yang dicapainya pada
suatu saat tertentu, baik pola perkembangan seluruhnya, maupun dalam
aspek tertentu dari perkembangan itu. Dengan kata lain senantiasa terdapat
perbedaan-perbedaan individual dalam proses perkembangan anak-anak. Prinsip
ini disebut juga dengan hukum tempo perkembangan.
3. Perkembangan seorang individu, baik keseluruhan maupun setiap aspeknya,
kelangsungannya tidak konstan melaikan berirama. Ini berarti bahwa proses
perkemangan itu kadang-kadang cepat, kadang-kadang lambat, atau mungkin
berhenti untuk beberapa waktu. Perkembangan kemampuan berbicara sebagai
suatu bentuk pekembangan misalnya, padasuatu saat cepat memperooleh
katakata baru beserta pengertiannya dalam waktu jangka singkat, pada saat
yang lain sebaliknya, dalam waktu yang lebih lama hanya mendapat
penambahan sedikit ataupun tidak mendapatkan kosa kata yang lain lagi. Prinsip
ini disebut juga dengan hukum irama (rithme) perkembangan.
4. Proses perkembangan itu megikuti pola tertentu
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap aspek perkembangan kelangsungan
mengikuti
aturan yang relatif tetap, sesuai dengan perkembangan itu sendiri.
Misalnya,
perkembangan kecakapan berjalan, dimulai dengan berdiri sambil
berpegangan
selanjutnya erdiri tanpa berpegangan, melangkah sambil jatuh sampai melangkah
dan berjalan seperti biasa.
5. Proses perkembangan berlangsung secara berkesinambungan

Dengan prinsip ini berarti apa yang sudah dicapai pada saat-saat yang lalu

merupakan bagian tak terpisahkan dengan bagian-bagian sebelumya. Oleh kareba


itu, adanya periode-periode perkembangan yang diadakan adalah sekedar untuk
memahami perkembangan, karena sebenarnya tidak ada perubahan yang
mendadak. Prinsip ini disebut juga dengan hukum kontinuitas perkembangan.
6. Antara aspek perkembangan dengan aspek perkembangan yang lain saling
berkaitan atau saling berkolerasi secara bermakna.
Dengan prinsip ini dapat dicontohkan, bahwa perkembangan kesanggupan berjalan
akan berkolerasi dengan perkembangan dan pertumbuhan otot-otot, syaraf-syaraf,
tulang-tulang kaki dan sebagainya. Prinsip ini dipandang sebagai hukum kolerasi
perkembangan.
7. Perkembangan berlangsung dari pola-pola yang bersifat umum menuju pola-pola
yang bersifat khusus.
Prinsi ini pada dasarnya menyatakan, bahwa perkembangan bermula dari
“globalitas” yang dengan melalui proses berangsur-angsur semakin muncul
“perincian-perincian” yang smakin beraneka ragam. Dengan kata lain
perkembangan ini disebut menuju diferensiasi. Oleh karena itu disebut juga dengan
hukum diferensiasi
Prinsip-prinsip (hukum) perkembangan di atas, sejalan dengan pendapat
Kasiram yang menyatakan bahwa pada garis besarnya peristiwa
perkembangan itu mengikuti prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut:
1. Perkembangan itu mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur.
2. Perkembangan itu selalu menuju ke diferensiasi dan integrasi.
Dari gerakan-gerakan yang bersifat massal, berkembang menjadi gerakan-gerakan
khusus dan terjadi koordinasi dan integrasi antara organ yang satu dengan yang
lain.
3. Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi berlangsung
secara berangsur-angsur secara teraur dan terus menerus.
4. Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan sebelumnya.
Terlambatnya suatu tingkat perkembangan, akann menghambat pula
perkembangan pada tingkat berikutnya. Sebaliknya sukses dalam suatu tingkat
perkembangan akan sukses juga pada perkembangan berikutnya.
5. Perkembangan adalah hasil dari peristiwa maturation, readness, dan learning.
6. Perkembangan itu antara satu anak berbeda dengan anak yang lain,baik dalam
perkembangan masing-masing organ/aspek kejiwaannya maupun cepat lambatnya
perkembangan tersebut.
Selain dari beberapa prinsip-prinsip (hukum) perkembangan di atas,
Syamsuddin mengemukakan ada beberapa hukum (Principles)
perkembangan, yaitu sebagai berikut:
1. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor pembawaan, lingkungan dan
kematangan.
2. Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap (progresif dan sistematik).
3. Bagian-bagian dari fungsi-fungsi organisme mempunyai garis perkembangan dan
tingkat kematangan masing-masing. Meskipun demikian, sebagai kesatuan organis
dalam prosesnya terdapat kolerasi dan bahkan kompensatoris antara yang satu
dengan yang lainnya.
4. Terdapat variasi dalam tempo dan irama perkembangan antar-individual dan
kelompok tertentu (menurut latar belakang jenis, geografis, dan kultural).
5. Proses perkembangan itu pada taraf awalnya lebih bersifat diferensiasi dan pada
akirnya lebih bersifat integrasi antar bagian dan fungsi organisme.
6. Dalam batas-batas masa peka, perkembangan atau pertumbuhan dapat dipercepat
atau diperlambat oleh kondisi lingkungan.
7. Laju perkembangan anak berlangsung lebih cepat pada periode kanak-kanak
daripada periode-operiode berikutnya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan itu memiliki
prinsip-prinsip (hukum) yang menggambarkan secara umum bahwa perkemangan itu
pastinya senantiasa mengalami seluruh poin-poin yang ada didalam prinsip-
prinsip
(hukum) tersebut
Prinsip-prinsip (hukum) itu secara umum menggambarkan bahwa proses
perkembangan itu terjadi secara teratur, sitematik, bertahap dan tidak terjadi secara
tiba-tiba serta dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Kemudian dijelaskan juga
dalam
prinip perkembangan peserta didik bahwa setiap individu mengalami perkembangan
yang erbeda dengan individu lainnya dan terjadi secara diferensiasi dan integrasi.
Hubungan antara Belajar dan Perkembangan
Winkel (2005:26) menyimpulkan bahwa kaitan antara belajar dan
perkembangan adalah sebagai berikut:
1. Belajar melandasi sebagian besar dari perkembangan. Yang sebagian besar
meliputi perkembangan psikis/mental dalam berbagai aspekya. Sebagian kecil
yaitu aspek pertumbuhan yang tidak bergantung pada usaha belajar walaupun
meletakkan dasar bagi perkembangan psikis/mental.
2. Adanya tahap perkembangan tertentu, berpengaruh terhadap apa yang dapat
dipelajari dan dengan cara bagaimanaharus dipelajari. Misalnya anak sebelum
berusia 6 tahun, biasanya dapat belajar berbicara dua bahasa sekaligus, dan belajar
secara spontan dari lingkungannya yang mengajak dia berbicara dua bahasa itu.
Selanjutnya belajar semacam itu makin lama ssemakin sulit, sehingga pada umur
12 tahun keatas, anak harus belajar secara formal kalau ingin belajar berbicara
dalam bahasa yang masih asing baginya. Meskipun belajar dengan rajin di
sekolah, namun logatnya dalam berbicara asing itu sering berbeda dengan orang
yang berbicara dalam bahasa itu sejak masih belia.
Belajar dan perkembangan merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama
lain dan masing-masing memiliki fungsi yang saling mendukung. Belajar dalam aspek
perkembangan berarti usaha yang dilakukan unnttuk mencapai tahapan-tahapan
menuju arah kematangan dalam perkembangan seorang individu, sementara
perkembangan dalam aspek belajar merupakan proses berlangsungnya
perubahan-
perubahan dalam diri seseorang yang membawa penyempurnaan dalam
kepribadiaannya untuk menjadi manusia yang insan kamil.

4. Aspek yang berkembang

ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF


Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang
berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang
berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam Dictionary Of Psychology karya Drever, dijelaskan bahwa “kognisi adalah
istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi,
penangkapan makna, penilaian dan penalaran”. Salah satu tokoh yang penting yang
mengkaji dan meneliti perkembangan kognitif anak adalah Jean Piaget. Jean Piaget
meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980.

Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang
dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda
secara kualitatif. Menurut penelitiannya tahap-tahap perkembangan individu/pribadi
serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu. Jean Piaget
menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan
dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan
respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini
berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki
struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil.

Tahap Sensorimotor (0 – kurang lebih 2 tahun).


Pada tahap ini tingkah laku anak ditentukan oleh perasaan (senses) dan
aktivitas motorik. Kesan (impression) anak tentang dunia dibentuk oleh persepsi
mengenai perasaannya dan oleh manipulasi dari lingkungannya. Pembentukan
konsep/ide pada tahapan ini terbatas kepada objek yang bersifat permanen atau objek
yang tampak dalam batas pengamatan anak. Perkembangan skema verbal dan kognitif
masih sangat sedikit dan tidak terkoordinaikan.

Tahap Operasi Awal/Preoperational (2 – 6 tahun).


Pada tahapan ini anak mulai menggambarkan kejadian-kejadian dan
objekobjek melalui simbol-simbol, termasuk simbol-simbol verbal bahasa. Artinya,
mereka sudah mulai berpikir tentang benda-benda dengan tidak terikat pada kehadiran
benda konkrit. Anak sudah menghubungkan tentang kejadian atau objek yang
dihadapinya dengan skema yang sudah ada dalam ingatannya. Tetapi anak relatif
masih belum dapat menerima perbedaan persepsi dengan orang lain, kemampuan
yang berkembang pada saat ini masih bersifat egosentrik, sehingga cara-cara dan
pengetahuan yang ia miliki itulah yang dianggapnya benar, sepertinya tidak ada
alternatif cara dan pengetahuan benar yang lainnya. Anakanak pada tahapan ini juga
sudah mulai memecahkan jenis-jenis masalah, tetapi hanya mengenai masal…
Pada tahap ini, skema kognitif anak berkembang, terutama berkenaan dengan
keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. Perkembangan keterampilan
berpikirnya yaitu berkenaan dengan keterampilan menggolonggolongkan
(mengklasifikasi) berdasarkan ciri dan fungsi sesuatu; mengurutkan sesuatu misalnya
dari yang terkecil ke yang terbesar; membandingkan bendabenda; memahami konsep
konservasi, yaitu kemampuan memahami bahwa sesuatu itu tidak berubah walaupun
misalnya sesuatu itu dipindahkan tempatnya, tali yang dilingkarkan panjangnya tidak
berubah walaupun ditarik menjadi memanjang, dsb., memahami identitas, yaitu
kemampuan mengenal bahwa suatu objek yang bersifat fisik akan mengambil ruang
dan memiliki volume tertentu, dan kemampuan membandingkan pendapat orang.

Tahap Operasi Formal (12 tahun ke atas).


Pada tahap ini anak memiliki kecakapan berpikir simbolik, tidak tergantung
kepada keberadaan objek secara fisik. Anak pada tahapan operasi formal mampu
berpikir logis, matematis, dan abstrak. Anak bahkan mungkin dapat memahami hal-
hal yang secara teortis mungkin terjadi sekalipun ia belum pernah melihat
kejadiannya secara nyata.

ASPEK PERKEMBANGAN FISIK


Secara umum, fisik berarti bentuk (postur) atau perawakan. Jadi Pertumbuhan
fisik adalah pertumbuhan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak dalam kandungan
hingga ia dewasa atau mencapai tingkat kematangan pertumbuhannya. Proses
perubahannnya adalah menjadi panjang (pertumbuhan vertikal) dan menjadi
tebal/lebar (pertumbuhan horizontal) dalam suatu proporsi bentuk tubuh.
Pertumbuhan sebelum lahir dimulai sejak terjadinya pembuahan (fertilisasi) antara sel
telur dengan sel sperma yang kemudian berkembang menjadi embrio. Pertumbuhan
fisik sebelum lahir akan dilanjutkan dengan pertumbuhan fisik setelah kelahiran yang
akan menyempurnakan struktur dan fungsi dari dimensi fisik peserta didik.
Ada dua hukum pertumbuhan fisik yang berlaku umum dan menyeluruh
(Satoto,1993), yaitu hukum chepalocaudal dan hukum proksimodistal. Menurut
hukum chepalocaudal maka pertumbuhan dimulai dari arah kepala menuju ke kaki.
Bagian kepala tumbuh lebih dahulu daripada daerah-daerah lain. Kematangan
pertumbuhan juga berlangsung lebih dahulu dibagian kepala, kemudian melanjutkan
ke bagian-bagian lain dari tubuh. Bayi baru lahir sudah dapat menggerakkan mata
atau bibir, kemudian pada masa berikutnya mampu menggerakkan lengan dan tangan
dan kemudian disusul dengan kemampuan meenggerakkan tungkai dan kaki. Sebagai
akibatnya bayi yang baru lahir memiliki kepala yang secara proporsi lebih besar dari
bagian lain dalam masa-masa pertumbuhan berikutnya kepala secara proporsional
menjadi lebih kecil. Menurut hukum proximodistal maka pertumbuhan berpusat dari
daerah sumbu (proximo) kearah tepi (distal). Alat-alat yang berada didaerah sumbu
misalnya jantung, alat-alat nafas dan pencernaan tumbuh lebih dahulu dan lebih pesat
dibandingkan didaerah tepi, misalnya anggota gerak badan

Perkembangan fisik anak usia SD mengikuti prinsip-prinsip yang berlaku umum


menyangkut: tipe perubahan, pola pertumbuhan fisik dan karakteristik perkembangan
serta perbedaan individual. Perubahan dalam proporsi mencakup perubahan tinggi dan
berat badan. Pada fase ini pertumbuhan fisik anak tetap berlangsung. Anak menjadi
lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat, dan lebih banyak belajar berbagai keterampilan.
Perkembangan fisik pada masa ini tergolong lambat tetapi konsisten, sehingga cukup
beralasan jika dikenal sebagai masa tenang.

ASPEK PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK


Perkembangan motorik sangat berkaitan erat dengan perkembangan fisik anak.
Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan
yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan
motorik yang sempurna sangat menopang dalam melaksanakan tugas perkembangan
anak pada umumnya, terlebih lagi bagi kalangan tertentu yang menggunakan
kecerdasan motorik sebagai tumpuannya, seperti olahragawan dan profesional.
Psikomotorik dan motorik memiliki definisi yang berbeda. Secara umum, motorik
adalah gerak sedangkan psikomotorik adalah kemampuan gerak. Dalam psikologi,
kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjukkan pada hal, keadaan, yang
melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya, demikian pula kelenjar-kelenjar juga
sekresinya. Motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan
atau menghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.
Terdapat lima prinsip perkembangan motorik ialah: perkembanagn motor
merupakan fungsi dari pematangan susunan dan otot, gerakan motorik tak akan terjadi
sampai anak memiliki kesiapan motor dan syaraf untuk gerakan itu, perkembangan
motor secara umum mengikuti pola yang dapat diramal, hukum sefalokaudal dan
hukum proksimodistal berlaku untuk perkembangan motor, dimungkinkan untuk
menegakkan perkembangan motor, dan ada perbedaan individual dalam
perkembangan motor

5. Faktor yang mempengaruhi perkembangan


Menurut Santrok (1992), banyak aspek yang dipengaruhi faktor genetik. Para
ahli genetik menaruh minat yang sangat besar untuk mengetahui dengan pasti tentang
variasi karakteristik yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Kecerdasan dan
temperamen merupakan aspek-aspek-yang paling banyak ditelaah yang dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan.
Kecerdasan

Arthur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwal kecerdasan itu


diwariskan (diturunkan). Ia juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya hanya
mempunyai peranan minimal dalam kecerdasan.
Temperamen
Temperamen adalah gaya-perilaku karakteristik individu dalam
merespons. Ahli-ahli perkembangan sangat tertarik mengenai temperamen
bayi. Sebagian bayi sangat aktif menggerak-gerakkan tangan, kaki dan
mulutnya dengan keras, sebagian lagi lebih tenang, sebagian anak menjelajahi
lingkungannya dengan giat pada waktu yang lama dan sebagian lagi tidak
demikian.
TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN

Tahap Sensorimotor (0 – kurang lebih 2 tahun).

Pada tahap ini tingkah laku anak ditentukan oleh perasaan (senses) dan aktivitas
motorik. Kesan (impression) anak tentang dunia dibentuk oleh persepsi mengenai
perasaannya dan oleh manipulasi dari lingkungannya. Pembentukan konsep/ide pada tahapan
ini terbatas kepada objek yang bersifat permanen atau objek yang tampak dalam batas
pengamatan anak. Perkembangan skema verbal dan kognitif masih sangat sedikit dan tidak
terkoordinaikan.

Tahap Operasi Awal/Preoperational (2 – 6 tahun).

Pada tahapan ini anak mulai menggambarkan kejadian-kejadian dan objekobjek


melalui simbol-simbol, termasuk simbol-simbol verbal bahasa. Artinya, mereka sudah mulai
berpikir tentang benda-benda dengan tidak terikat pada kehadiran benda konkrit. Anak sudah
menghubungkan tentang kejadian atau objek yang dihadapinya dengan skema yang sudah ada
dalam ingatannya. Tetapi anak relatif masih belum dapat menerima perbedaan persepsi
dengan orang lain, kemampuan yang berkembang pada saat ini masih bersifat egosentrik,
sehingga cara-cara dan pengetahuan yang ia miliki itulah yang dianggapnya benar, sepertinya
tidak ada alternatif cara dan pengetahuan benar yang lainnya. Anakanak pada tahapan ini juga
sudah mulai memecahkan jenis-jenis masalah, tetapi hanya mengenai masal…

Pada tahap ini, skema kognitif anak berkembang, terutama berkenaan dengan
keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. Perkembangan keterampilan berpikirnya
yaitu berkenaan dengan keterampilan menggolonggolongkan (mengklasifikasi) berdasarkan
ciri dan fungsi sesuatu; mengurutkan sesuatu misalnya dari yang terkecil ke yang terbesar;
membandingkan bendabenda; memahami konsep konservasi, yaitu kemampuan memahami
bahwa sesuatu itu tidak berubah walaupun misalnya sesuatu itu dipindahkan tempatnya, tali
yang dilingkarkan panjangnya tidak berubah walaupun ditarik menjadi memanjang, dsb.,
memahami identitas, yaitu kemampuan mengenal bahwa suatu objek yang bersifat fisik akan
mengambil ruang dan memiliki volume tertentu, dan kemampuan membandingkan pendapat
orang.

Tahap Operasi Formal (12 tahun ke atas).

Pada tahap ini anak memiliki kecakapan berpikir simbolik, tidak tergantung kepada
keberadaan objek secara fisik. Anak pada tahapan operasi formal mampu berpikir logis,
matematis, dan abstrak. Anak bahkan mungkin dapat memahami hal-hal yang secara teortis
mungkin terjadi sekalipun ia belum pernah melihat kejadiannya secara nyata.
TUGAS TUGAS PERKEMBANGAN

1. Pengertian dan fungsi tugas perkembangan


TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan tugas
yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa oleh seseorang dalam masa-masa
tertentu masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyarakat serta norma serta
norma–norma kebudayaan norma kebudayaan
Fungsi tugas tugas perkembangan:
a. Sebagai petunjuk untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat pada
usia tertentu
b. Memberi motivasi kepada individu untuk melakukan apa yang diharapkan
oleh masyarakat pada usia tertentu
c. Menunjukkan apa yang mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan
dari mereka pada perkembangan berikutnya
2. Pengaruh petumbuhan fisik terhadap tingkah laku remaja

Pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan tingkah laku remaja, hal


ini tampak pada perilaku remaja yang canggung dalam proses penyesuaian diri.
Remaja isolasi diri dari pergaulan, perilaku emosi seperti gelisah, mudah
tersinggung serta melawan kewenangan, dan sebagainya. Perubahan fisik
pada masa puber mempengaruhi semua bagian tubuh, baik eksternal maupun
internal, sehingga mempengaruhi keadaan psikologis remaja. Meskipun akibatnya
biasa sementara, namun cukup menimbulkan perubahan dalam perilaku, sikap,
dan kepribadian. Perubahan pada masa remaja sering mempengaruhi sikap dan
perilakunya. Mengemukakan perubahan yang terjadi pada remaja adalah sebagai
berikut :
1. Ingin menyendir
2. Bosan
3. Inkoordinasi
4. Antagonis sosial
5. Hilangnya kepercayaan diri
6. Terlalu sederhana

3. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik


Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisk remaja adalah :
a. Faktor keluarga, meliputi keturunan dan lingkungan keluarga
Faktor lingkungan akan membantu tercapainya perwujudan potensi yang dibawa
anak lahir. Pada setiap tahap usia lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap
berat badan daripada terhadap tinggi.
b. Faktor gizi yang erat kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi keluarga.
Antara lain :
Kurang makan juga menyebabkan ketegangan emosi meningkat.
Anemia menyebabkan apatis disertai kecemasan dan lekas marah.
Kekurangan kalsium menyebabkan lekas marah dan ketidakstabilan emosi.
Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah
cenderung lebih kecil dari anak yang berasal dari keluarga yang status
ekonominya tinggi.
c. Faktor emosional yang bertalian dengan gangguan emosional yang
dialami selama perkembangannya. Anak yang terlalu sering mengalami
gangguan emosional menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang
berlebihan, dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan
hormon pertumbuhan dikelenjar piturity. Bila terjadi hal demikian,
pertumbuhan awal remajapun terhambat dan tidak tercapai berat badan
yang seharusnya.
d. Faktor jenis kelamin, dimana laki-laki cenderung memiliki ukuran tubuh
lebih tinggi dan kuat dibandingkan perempuan.
Terjadinya perbedaan berat badan dan tinggi ini karena bentuk tulang dan otot
yang pada anak laki-laki memang berbeda pada anak perempuan.
e. Faktor kesehatan fisik
Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh lebih berat
daripada anak yang sering sakit.
f. Faktor kecerdasan
Hampir selalu sama, anak yang kecerdasannya tinggi biasanya lebih gemuk dan
berat daripada anak yang kecerdasannya rendah juga anak yang berprestasi di
sekolah menonjol cenderung lebih gemuk dan berat.

4. Usaha guru untuk mengatasi permasalahan peserta didik berkaitan dengan


pertumbuhan fisiknya
Peran pendidik dalam menghadapi Permasalahan perkembangan peserta didik
antara lain:
A. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi,
bahaya seks bebas dan penyalahgunaan narkoba serta miras
B. Membantu peserta didik mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur
tubuh atau kondisi dirinya
C. Memberikan pelatihan untuk mengembangkan ketrampilan memecahkan
masalah dan mengambil keputusan
D. Melatih peserta didik mengembangkan resiliensi (kemampuan bertahan
dalam kondisi sulit dan penuh godaan)
E. Menjalin hubungan yang harmonis dengan peserta didik dan bersedia
mendengarkan keluhan dan problem yang dihadapinya
F. Memupuk spirit keagamaan peserta didik melalui pembelajaran Agama
secara humanis dan lebih toleran
G. Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
untuk berfikir kritis, reflektif, dan positif
H. Membantu peserta didik mengembangkan etos kerja yang tinggi dan
menumbuhkan jiwa kewirausahaan
I. Merumuskan tujuan kurikulum yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik
J. pendidik harus menjadi figur dan tauladan yang baik bagi peserta didiknya
K. Pendidik harus mampu membentuk kepribadian yang sehat bagi peserta
didiknya

KEBUTUHAN SOSIAL DAN PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK

1. Jenis-Jenis Kebutuhan Manusia


Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk
hidup dalam aktivitas aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Pada
dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi
kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. selama hidup
manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti makanan,
pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh
kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat
kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi / banyak pula macam kebutuhan
yang harus dipenuhi.
Setiap makhluk hidup memerlukan segala sesuatu untuk mempertahankan
hidupnya. Demikian pula manusia, ia memerlukan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang
diperlukan manusia untuk mencapai kemakmuran.
Kebutuhan manusia beraneka ragam dan tidak terbatas jumlahnya yang dapat
dibedakan berdasarkan tingkat kepentingannya, waktunya, subjek dan sifatnya.
1) Tingkat kepentingannya  
a. Kebutuhan Primer
Kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup manusia
tidak terganggu. Contoh: Sandang, pangan dan Papan.   
b. Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan yang bersifat tambahan atau tingkat ke dua. Kebutuhan
sekunder akan terpenuhi apabila kebutuhan primer sudah terpenuhi.
Contoh: Kebuthan akan Lemari Es, Perabot rumah tangga, TV,
dsb.
c. Kebutuhan Tersier
Kebutuhan tersier akan muncul apabila kebutuhan premer dan
skunder telah terpenuhi. Atau biasa disebut dengan kebutuhan
mewah atau lux. Contoh: Rumah mewah, mobil me wah, dsb.  
2) Waktunya
a. Kebutuhan Sekarang. Kebutuhan yang segera harus dipenuhi,
sifatnya segera dan tidak dapat ditangguhkan. Contoh: Obat-obatan
bagi orang sakit, makan bagi orang lapar, dsb.  
b. Kebutuhan yang akan datang. Kebuthan yang pemuasannya bisa
ditunda karena sifatnya tidak mendesak. Contoh: Manusia
membutuhkan sesutu dimasa yang kan datang, biasanya digunakan
untuk cadangan atau berjaga-jaga. Misalnya, tabungan.
3) Sifatnya 
a. Kebutuhan Jasmani, Kebutuhan yang bersifat fisik atau material.
Contoh: Makanan, Minuman, Pakaian, Kendaraan , dsb.
b. Kebutuhan Rohani, Kebuthan yang Sifatnya mental atau
spiritual. Cntohnya: Rekreasi, hiburan, agama, dsb.
4) Subjeknya
a. Kebutuhan Individu, Kebutuhan yang hanya diperlukan oleh oleh
perorangan. Contoh: Kursi roda bagi orang yang lumpuh, cangkul
bagi petani, jala bagi nelayan, dsb.
b. Kebutuhan Sosial, Kebuthan yang sifatnya kolektif atau bersama-
sama. Contoh: Jalan raya, Pasar , Sekolah , dsb.
2. Jenis-Jenis Kebutuhan Sosial-Psikologis Peserta Didik Sesuai Dengan
Tingkatan Pertumbuhan Dan Perkembangannya
a. Kebutuhan Sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesasama peserta
didik dan Pendidik serta orang lain. Dalam halini sekolah harus
dipandang sebagai lembagatempat para siswa belajar, beradaptasi,
bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa,
agama, status sosial dan kecakapan.
b. Kebutuhan Fisiologi/fisik
Merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik
dan merupakan kebutuhan yang berada pada level paling utama
untuk kelangsungan hidup manusia. Contohnya kebutuhan untuk
makan, minum, pakaian, seks dan sejenisnya.
c. Kebutuhan Psikologi
1) Kebutuhan rasa aman (safety needs).
Rasa aman dalam bentuk lingkungan psikologis yaitu terbebas
dari gangguan dan ancaman serta permasalahan yang dapat
mengganggu ketenangan hidup seseorang. 
2) Kebutuhan akan Rasa Cinta dan memiliki atau kebutuhan
sosial (love and belongingnext needs).
Pemenuhan kebutuhan ini cenderung pada terciptanya
hubungan sosial yang harmonis dan kepemilikan.
3) Kebutuhan Harga diri (self esteem needs).
Setiap manusia membutuhkan pengakuan secara layak atas
keberadaannya bagi orang lain. Hak dan martabatnya sebagai
manusia tidak dilecehkan oleh orang lain, bilamana terjadi
pelecehan harga diri maka setiap orang akan marah atau
tersinggung. 
4) Kebutuhan Aktualisasi Diri (self actualization needs).
Setiap orang memiliki potensi dan itu perlu pengembangan dan
pengaktualisasian. Orang akan menjadi puas dan bahagia
bilamana dapat mewujudkan peran dan tanggungjawab dengan
baik.

Menurut Jumbur dan Moh. Surya (1975) ada sembilan jenis kebutuhan manusia, yaitu :
A. Kebutuhan untuk memperoleh kasih sayang
B. Kebutuhan untuk memperoleh harga diri
C. Kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi
D. Kebutuhan untuk memperoleh penghargaan yang sama dengan orang lain
E. Kebutuhan untuk memperoleh kemerdekaan diri
F. Kebutuhan untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri
G. Kebutuhan untuk dikenal orang lain
H. Kebutuhan untuk merasa dibutuhkan oleh orang lain
Kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompoknya. (Tim Pembina mata kuliah PPD,
UNP, 2007).

3. Pengaruh Kebutuhan Yang Tidak Terpenuhi Terhadap Tingkah Laku


Herdy dan Kugelmann berpendapat bahwa apabila kebutuhan remaja itu tidak
terpenuhi akan timbul perasaan kecewa atau frustasi. Aturan sekolah yang pilih kasih atau
membedakan penerapan aturan itu atas dasar pertimbangan tertentu saja yang tidak adil
akan menimbulkan kekecewaan besar bagi siswa.
Perasaan konflik dan kecewa dapat dipastikan terjadi pada siswa remaja yang
berupaya untuk mencapai dua tujuan yang bertentangan. Misalnya remaja yang
berperilaku preman dengan tujuan ditakuti kelompoknya dan sekaligus bersikap terpelajar
dengan tujuan dihormati akan menemui kesulitan dalam hidupnya. Begitu juga bagi siswa
yang memasuki dua kelompok sebaya yang sangat berbeda perilaku. Remaja itu akan
mengalami kebingungan memilih nilai atau filsafat hidup yang akan dianutnya.
Seringkali standar moral seseorang telah terbentuk sejak masa kecil bertentangan
dengan pola tingkah laku guru atau teman sebaya disekolah setelah ia remaja. Sejak dari
kecil ia telah diajar bahwa berbicara kasar, merokok, menghardik, dan mencaci maki itu
pebuatan yang salah, namun disekolah atau setelah ia remaja, seolah-olah dituntut teman
sebaya untuk melakukan perbuataan tersebut, karena itulah yang dianggap benar. Situasi
seperti itu menimbulkan konflik dan perasaan bersalah yang berlebihan sehingga dapat
menjadikan minat belajar siswa menurun.
Blair & Stewar (1964), mengemukakan bahwa siswa remaja yang kebutuhan-
kebutuhannya tidak terpenuhi dapat melakukan tingkah laku mempertahankan diri seperti
tingkah laku agresif, kompensasi, identifikasi, rasionalisasi, proyeksi, pembentukan
reaksi, egosentris, menarik diri, dan gangguan pertumbuhan fisik. Implikasinya dalam
bidanh akademis, guru tidak patut memberikan nilai rendah kepada siswanya. Guru baru
memberi nilai jika siswanya benar-benar telah menguasai materi pelajaran. Oleh karena
itu, proses pembelajaran siswa haruslah melayani perbedaan individual siswa remaja.
4. Usaha-Usaha Yang Dapat Di Lakukan Guru Untuk Memenuhi Kebutuhan Sosial
Peserta Didik

Lingkungan keluarga dan guru/sekolah mempunyai peranan penting dalam mengarahkan


sikap dan perilaku untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, pihak-pihak tersebut
perlu melakukan berbagai usaha membantu memenuhi kebutuhan remaja, agar tidak
menimbulkan kesulitan atau berbagai permasalahan bagi siswa
Usaha yang dapat dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan remaja :
a) Meningkatkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, melalui
ceramah keagamaan dan kegiatan kerohanian lainnya.
b) Memberikan bimbingan kepada remaja / siswa untuk mencapai cita-citanya
dengan penuh kasih sayang, sehingga dapat menimbulkan citra positif.
c) Memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari, untuk dapat
dijadikan sebagai model bagi remaja sesuai dengan peran jenis kelaminnya
masing-masing.
d) Menyesuaikan fasilitas yang memadai untuk membantu remaja
mengembangkan potensinya kearah positif dan bermanfaat bagi remaja itu
sendiri dalam hidupnya.
e) Menghargai dan memperlakukan remaja sebagi individu yang sedang
berkembang menuju kedewasaannya.
f) Membantu remaja mengatasi problem yang sedang dialami, agar tidak
menimbulkan dampak negatif dalam kehidupannya.
g) Mengikutsertakan remaja dalam mengatasi maslah (keluarga, sekolah) yang
memerlukan pemecahan masalah.
h) Sekolah perlu menyediakan sarana / fasilitas dan program kegiatan yang dapat
berfungsi sebagai wahana untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
i) Sekolah perlu melakukan berbagai kegiatan kelompok sebagai wahana untuk
mengembangkan sifat kebersamaan dan memenuhi kebutuhan
diikutsertakannya dalam kelompok.
j) Membimbing dan memberi kesempatan untuk berprestasi melakukan berbagai
kegiatan ko-kurikuler maupun ekstrakurikuler
PERKEMBANGAN INTELEGENSI PESERTA DIDIK

1. Pengertian intelegensi
Kata intelegensi berasal dari bahasa Inggris, yaitu intelegensi yang berawal pula dari
bahasa Latin, yaitu intellectus dan intellegere atau intelligentia. Menurut beberapa
sumber disebutkan bahwa Charles Darwin merupakan tokoh yang memperkenalkan
teori intelegensi. Akan tetapi, beberapa sumber lain menyebutkan bahwa Spearman
dan Wynn Jones Pol yang pertama kali mengemukakan teori intelegensi pada tahun
1951.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intelegensi ialah daya
reaksi atau disebut pula sebagai penyesuaian yang tepat serta cepat, baik itu dalam
fisik maupun mental pada pengalaman yang baru, dan membuat pengalaman serta
pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang siap untuk digunakan jika dihadapkan
pada suatu fakta atau kondisi yang baru, dan bisa pula dikatakan sebagai kecerdasan.

 
2. faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik 
 
Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi
pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya
sendiri. Hal ini juga bisa terjadi karena faktorgenetika
(hereditas).
Faktor internal bisa dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a.Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Faktorinidibedakan menjadi dua macam, yaitu keadaan tonus jasmani dan
keadaan fungsi jasmani.keadaan tonus jasmani maksudnya dalam hal perbedaan porsi
tubuh. !eperti tinggi kurus, tinggi gemuk, pendek kurus, pendek gemuk, dll. Hal ini
sangat berpengaruh pada fisiologis siswa itu sendiri. Terutama untuk siswa yang
kurang lengkap anggota badannya cacat.keadaan fungsi jasmani maksudnya dalam hal
penyakit. siswa yang terkena penyakit dalam yang parah dengan siswa yang terkena
penyakit ringan akan berpengaruh pada fisiologis siswa tersebut.
b. Faktor Psikologis
dalam hal kejiwaan, kapasitas mental, emosi, dan intelegensi setiap orang itu berbeda.
kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi
akan berkemampuan berbahasa secara baik. oleh karena itu kemampuan intelektual
tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang
sangat menentukan keberhasilan dan kecerdasan dalam perkembangan sosial anak
sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal
utama dalamkehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja
yang berkemampuan intelektual tinggi, berbeda dengan anak yang mempunyai daya
intelektual kurang, mereka selalu tampak murung, pendiam, mudah tersinggung
karenanya suka menyendiri, tingkat kecerdasan yang lambat dan temperamen.
Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah :
 kecerdasan/intelegensi siswa
 motivasi
 minat
 sikap
 bakat

Faktor Psikologis
.kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. kondisi fisik yang tidak sempurna atau
cacat juga berkaitan dengan persepsi individu terhadap kemampuan dirinya. Begitupun
dengan ketidakmampuan intelektual yang diulas sebelumnya dapat disebabkan karena
kerusakan sistem syaraf , kerusakan otak atau mengalami retardasi mental

Dalam hal kejiwaan, kapasitas mental, emosi, dan intelegensi setiap orang itu berbeda.
kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecah
kanmasalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik. oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi,
kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat
menentukan keberhasilan dan kecerdasan dalam perkembangan sosial anak.b eberapa faktor
psikologis yang utama mempengaruhi proses perkembangan siswa,hormone, intelegensi,
motivasi, sikap, dan bakat

Faktor Eksternal

Yaitu hal – hal yang datang atau ada diluar diri siswa/peserta didik yang meliputi lingkungan
(khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan

Macam-macam faktor eksternal yaitu :

a) faktor biologis

Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah faktor yang berkaitan dengan keperluan
primer seorang anak pada awal kehidupanya: Faktor ini wujudnya berupa pengaruh yang
datang pertama kali dari pihak ibu dan ayah.

b) Faktor Physis

Maksudnya adalah pengaruh yang datang dari lingkungan geografis, seperti iklim keadaan
alam, tingkat kesuburan tanah, jalur komunikasi dengan daerah lain, dsb.

c) Faktor Ekonomis/Status Sosial Ekonomi

Dalam proses perkembanganya, betapapun ukuranya bervariasi, seorang anak pasti


memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan minum dirumah, tetapi juga untuk mebeli
peralatan sekolah yang dibutuhkan oleh siswa. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh
kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam
konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam
pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang
berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak
memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan
dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan
ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat
berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka
akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.

d) Faktor Cultural
Di Indonesia ini, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat yang
masing masing mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini
jelas berpengaruh terhadap perkembangan anak – anak.
e) Faktor Edukatif

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang mempunyai pengaruh terhadap


perkembangan anak manusia terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu
yang normatif, yang memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan
bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan.

f) Faktor Religious

Sebagai contoh seorang anak kyai, sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak
menjadi kyai, yang sekedar terhitung orang beragama, lebih – lebih yang memang tidak
beragama sama sekali, ini adalah persoalan perkembangan pula, menyangkut proses
terbentunya prilaku seorang anak dengan agama sebagai faktor penting yang
mempengaruhinya karena pondasi agama merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dan berperan penting sebagai media kontrol dalam perkembangan peserta didik.
USAHA YANG DILAKUKAN GURU UNTUK MENGEMBANGKAN INTELEGENSI
PESERTA DIDIK

1. Mengukur Kembali Kemampuan Siswa

Saat pembelajaran tatap muka kembali dilaksanakan, alangkah baiknya jika Anda mengukur
kembali kemampuan siswa-siswi Anda di sekolah. Anda bisa melakukan asesmen diagnostik
atau pemetaan kemampuan belajar siswa.

Asesmen ini bisa Anda lakukan dengan cara memberikan soal yang terstruktur dan sesuai
kompetensi siswa, untuk mengukur pemahaman mereka terhadap materi yang sudah
dipelajari sebelumnya. Hasilnya bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk pengajaran
selanjutnya. Anda juga bisa melakukan pendampingan lebih pada siswa yang membutuhkan
atau kurang memahami materi tersebut.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Saat kegiatan belajar mengajar, Anda bisa mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan
mereka. Kemampuan siswa bisa Anda ketahui melalui hasil penilaian assessment atau latihan
soal yang sudah Anda berikan sebelumnya.

Pengelompokan ini bukan berarti membeda-bedakan siswa antara siswa pintar dan kurang
pintar, tetapi bisa dijadikan sebagai indikator keberhasilan guru selama mengajar, apakah
masih banyak siswa yang masih belum paham atau sudah paham semua. Sehingga guru bisa
menciptakan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan kemampuan siswa di setiap
kelompoknya. Ini bertujuan untuk memperbaiki kemampuan siswa dan menciptakan
pembelajaran yang lebih efektif bagi seluruh siswa kedepannya.

Bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan akademik yang baik dan mendapatkan nilai
assessment di atas rata-rata, guru bisa memberikan pengajaran normal sebagaimana mestinya.
Hal ini dikarenakan siswa tersebut berarti memiliki pemahaman dan penyerapan materi yang
baik.
Sebaliknya, bagi siswa yang memiliki kemampuan akademik kurang dan mendapatkan nilai
atau hasil asesmen di bawah rata-rata, guru harus memberikan perhatian khusus kepada
mereka. Artinya, guru bisa menjelaskan kembali materi yang sudah pernah disampaikan
namun belum dipahami dengan baik oleh siswa tersebut untuk mengejar ketertinggalan.

Hal tersebut memang cukup sulit bagi guru, karena artinya Anda harus mengejar lebih ekstra.
Namun tak ada salahnya untuk dicoba guna meningkatkan kemampuan siswa-siswi Anda di
kelas, membantu mereka mencapai tujuan pembelajaran dengan baik serta agar siswa bisa
siap menerima materi baru.

3. Pantau Perkembangan Siswa

Setelah mengelompokkan siswa dan mengajar sesuai kebutuhan mereka, maka langkah
selanjutnya yaitu dengan memantau perkembangan pembelajaran siswa. Pemantauan ini
ditujukan untuk mengetahui apakah sudah ada peningkatan dalam diri siswa atau masih
merasa kesulitan. Sehingga Anda bisa menilai apakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan
sudah berjalan baik atau belum, apa saja yang masih kurang dan harus diperbaiki di
kedepannya.

Untuk memantau kemampuan siswa, Anda bisa melakukan asesmen dan evaluasi secara
berkala. Jika hasilnya cukup baik dan terdapat kemajuan pada siswa, maka siswa tersebut
bisa lanjut mempelajari materi baru atau pindah ke kelompok belajar yang lebih tinggi.
Begitupun sebaliknya, jika siswa masih belum ada kemajuan signifikan, maka harus belajar
lebih keras lagi.

Selanjutnya, guru juga harus memantau pemulihan siswa terhadap pembelajaran keterampilan
dasar ketika kembali sekolah tatap muka. Keterampilan dasar yang dimaksud seperti
keterampilan literasi dan numerasi, serta materi lainnya yang belum dikuasai siswa. Dengan
memiliki keterampilan dasar yang baik, siswa akan mudah menyerap materi selanjutnya.
PERKEMBANGAN MORAL

1. Pengertian moral
Secara umum, pengertian moral adalah suatu hukum perilaku yang diterapkan kepada
setiap individu dalam bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin rasa hormat
dan menghormati antar sesama.
2. Tahapan perkembangan moral
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang
berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh
Lawrence Kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan
dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat
teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan
usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas
berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan
dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya
berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan,
walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya.
Kolhlberrg mengelompokkan tahapan-tahapan perkembangan moral ke dalam tiga
tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Mengikuti
persyaratan yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teori perkembangan kognitif,
adalah sangat jarang terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini. Walaupun
demikian, tidak ada suatu fungsi yang berada dalam tahapan tertinggi sepanjang
waktu. Juga tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap tahap
memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif, beragam, dan
terintegrasi dibanding tahap sebelumnya. Adapun tahapan-tahapannya yaitu :
a. Tingkat Pra-konvensional
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak,
walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini.
Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu
tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari
dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk
egosentris.
Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi
langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan
dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras
hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak
tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini
bisa dilihat sebagai sejenis otoriterisme.
Dalam tahap dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor
yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-
konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan
dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua,
perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.
b. Tingkat Konvensional
Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang
di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya
dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap
ketiga dan keempat dalam perkembangan moral.
Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial.
Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena
hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya.
Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut,
karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga
menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam
bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa
terimakasih, dan golden rule. Keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas ada
hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip ini. Maksud dari suatu tindakan
memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap ini mereka
bermaksud baik.
Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi
sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral
dalam tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti
dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme
utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus
fundamentalisme. Bila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga
akan begitu – sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan.
Bila seseorang melanggar hukum, maka ia salah secara moral, sehingga celaan
menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari
yang baik.
c. Tingkat Pasca-Konvensional
Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari
tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu
adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif
seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat hakekat diri
mendahului orang lain ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar
dengan perilaku pra-konvensional.
Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat
dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan
dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti
kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. Kenyataannya, sejalan
dengan itu hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku.
Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu
demi terpenuhinya kebaikan terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang. Hal tersebut
diperoleh melalui keputusan mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini, pemerintahan
yang demokratis tampak berlandaskan pada penalaran tahap lima.
Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan
prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan
komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi
hukum yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk
tindakan moral deontis. Keputusan dihasilkan secara kategoris dalam cara yang
absolut dan bukannya secara hipotetis secara kondisional. Hal ini bisa dilakukan
dengan membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain,
yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama. Tindakan yang
diambil adalah hasil konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara
tapi selalu menjadi hasil, seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena
ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya. Walau
Kohlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan
seseorang yang menggunakannya secara konsisten. Tampaknya seseorang akan sulit
dalam mencapai tahapan ini.

3. Faktor yang mempengaruhi perkembangan moral


Berdasarkan sejumlah hasil penelitian, perkembangan internalisasi nilai-nilai terjadi
melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggapnya sebagai model. Bagi para
ahli psikoanalisis, perkembangan moral dipandang sebagai proses internalisasi norma-
norma masyarakat dan dipandang sebagai kematangan dari sudut organik biologis.
Menurut psikoanalisis, moral dan nilai menyatu dalam konsep superego yang
dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah yang
datang dari luar (khususnya orang tua) sedemikian rupa, sehingga akhirnya terpencar
dari dalam diri sendiri.karena itu,orang-orang yang tidak mempunyai hubungan yang
harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar tidak mampu
mengembangkan super-ego yang cukup kuat, sehingga mereka bisa menjadi orang
yang sering melanggar norma masyarakat. Beberapa sikap orangtua yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, di antaranya sebagai
berikut.
a.   Konsisten dalam mendidik anak dilarang
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dan melarang atau
membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang
dilarang oleh orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan
kembali pada waktu lain.
b.   Sikap orangtua dalam keluarga
Secara tidak langsung, sikap orangtua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau
sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui proses
peniruan (imitasi). Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih
sayang, keterbukaan, musyawarah (dialogis), dan konsisten.
c.   Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
Orangtua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk di sini panutan dalam
mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim religius (agamis),
dengan cara membersihkan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada
anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
d.   Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma
Orangtua sebaiknya menjadi cintoh positif bagi anak – anaknya, bukan hanya sekedar
member contoh. Karena itu, orang-orang yang tak mempunyai hubungan yang
harmonis dengan orang taunya dimasa kecil, kemungkinan besar tidak mampu
mengembangkan superego yang cukup kuat, sehingga mereka bisa menjadi orang
yang sering melanggar norma masyarakat..
Teori-teori lain yang non psikoanalisi beranggapan bahwa hubungan anak-orang tua
bukan satu-satunya sarana pembentukan moral. Para sosiolog beranggapan bahwa
masyarakat sendiri mempunyai peran penting dalam pembentukan moral.tingkah laku
yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang
mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat pelanggar-pelanggarnya.
Didalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup
tertentu ternyata faktor lingkungan memegang pean penting. Diantara segala unsur
lingkungan sosial yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsur
lingkungan berbentuk manusia yng langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang
sebagai perwujudan dari nila-nilai tertentu. Dalam hal ini lingkungan sosial berfundsi
sebagai pendidik dan pembina. Makin jelas sikap dan sifat lingkungan terhadap nilai
hidup tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk atau
meniadakan tingkah laku yang sesuai.
Dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup
terterntu,  banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan moral, diantaranya yaitu:
1)        Faktor tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.
2)        Faktor seberapa banyak model (orang-orang dewasa yang simpatik, teman-
teman,      orang-orang yang terkenal dan hal-hal lain) yang diidentifikasi oleh anak
sebagai gambaran- gambaran ideal.
3)        Faktor lingkungan memegang peranan penting. Diantara segala segala unsur
lingkungan social yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsur
lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang
sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu.
4)        Faktor selanjutnya yang memengaruhi perkembangan moral adalah tingkat
penalaran. Perkembangan moral yang sifatnya penalaran menurut Kohlberg,
dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh piaget. Makin
tinggi tingkat penalaran seseorang menrut tahap-tahap perkembangan piaget, makin
tinggi pula tingkat moral seseorang.
5)        Faktor Interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk
mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga,
sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.

KONSEP DIRI

A. Pengertian konsep diri

Konsep diri adalah gagasan atau keseluruhan gambaran tentang diri sendiri yang mencakup
keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri
atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang
diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana
yang kita harapkan.
Konsep diri merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu “self concept” istilah self dalam
psikologi memiliki dua arti yaitu sikap dan perasaan seseorang terhadap diri sendiri dan
sesuatu keseluruhan proses psikologi yang menguasai tingkah laku dan penyesuaian diri

Hurlock3 berpendapat bahwa konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang
dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang tentang diri
mereka sendiri, karakteristik fisik, psikologi, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.

B. Perkembangan konsep diri anak-anak dan remaja.

Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh pengalaman yang dijumpai dalam
hubungannya dengan individu lain, terutama dengan orang-orang terdekat, maupun yang
didapatkan dalam peristiwa-peristiwa kehidupan. Sejarah hidup individu dari masa lalu dapat
membuat dirinya memandang diri lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan sebenarnya.
Hurlock (1999) mengatakan bahwa konsep diri bertambah stabil pada periode masa remaja.
Konsep diri yang stabil sangat penting bagi remaja karena hal tersebut merupakan salah satu
bukti keberhasilan pada remaja dalam usaha untuk memperbaiki kepribadiannya. Banyak
kondisi dalam kehidupan remaja yang turut membentuk pola kepribadian melalui
pengaruhnya pada konsep diri.

Menurut Hurlock, terdapat delapan kondisi-kondisi yang mempengaruhi konsep diri


remaja, yaitu :

a. Usia kematangan

Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa,
mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
baik. Remaja yang terlambat matang, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa salah
dimengerti dan bernasib kurang baik sehingga cenderung kurang bisa menyesuaikan diri.

b. Penampilan diri

Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun
perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Setiap cacat fisik merupakan sumber yang
memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik
menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah
dukungan sosial.

c. Kepatutan seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, dan perilaku membantu remaja
mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatutanseks membuat remaja sadar diri dan hal ini
memberi akibat buruk pada perilakunya.

d. Nama dan julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau
mereka memberi nama julukan yang bernada cemooh.

e. Hubungan keluarga

Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga
akan mengidentifikasi diri dengan orang tersebut dan ingin mengembangkan pola
kepribadian yang sama.

f. Teman-teman sebaya

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama,
konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman
tentang dirinya. Kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri
kepribadian yang diakui kelompok.

g. Kreativitas

Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam tugas-
tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dari identitas yang memberi
pengaruh yang baik pada konsep dirinya.h. Cita-citaBagi remaja yang mempunyai cita-cita
yang tidak relistik, akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak
mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana ia akan menyalahkan orang lain atas
kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemampuannya akan lebih banyak
mengalami keberhasilan dari pada kegagalan.

Remaja

Menurut Hurlock istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang
berarti ”tumbuh” atau ”tumbuh menjadi dewasa”. Sedangkan Piaget mengemukakan
bahwa secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dalam
masyarakat dewasa10. Sedangkan Hall mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu
tahap perkembangan yang dikarakteristikkan sebagai “storm and stress’, tahap dimana
remaja sangat dipengaruhi oleh mood dan remaja tidak dapat dipercaya.

a. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Havighurst mengatakan bahwa terdapat beberapa tugas perkembangan yang harus dipenuhi
pada masa remaja, yaitu 8 :

1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita

2) Mencapai peran sosial pria dan wanita

3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya

6) Mempersiapkan karir ekonomi

7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis

c.ciri-ciri konsep diri remaja dan anak-anak.

Menurut Calhoun & Acocella (1995), konsep diri merupakan gambaran mental terhadap
diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri, pengharapan bagi diri dan penilaian
terhadap diri sendiri. Salah satu ciri dari konsep diri yang negatif akan terkait secara langsung
dengan pengetahuan yang tidak tepat terhadap diri sendiri, pengharapan yang tidak realistis
atau mengada-ada, serta harga diri yang rendah. Untuk menghindari hal tersebut, Sheerer
(dalam Cronbach, 1963) memformulasikan ciri-ciri konsep diri positif yang selanjutnya
mengarah pada penerimaan diri individu, sebagai berikut:

 mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi kehidupan yang


dijalaninya,

 menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan manusia
lainnya,

 mampu menempatkan dirinya pada kondisi yang tepat sebagaimana orang lain, sehingga
keberadaannya dapat diterima oleh orang lain

 bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya

 menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya,

 kelemahan yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya sendiri,


sebagaimana ia mampu menghargai setiap kelebihannya,

 memiliki obyektivitas terhadap setiap pujian ataupun celaan, dan tidak mengingkari atau
merasa bersalah atas dorongan-dorongan emosi yang ada pada dirinya.

D.  Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri.

1. Usia

Adaya perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep diri akan dibentuk. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman yang diperoleh seseorang sehingga akan
semakin mempengaruhi luasnya wawasan kognitif. Selanjutnya akan menentukan bagaimana
persepsi seseorang terhadap pengalamannya dan akhirnya turut juga berpengaruh dalam
mempersepsi dirinya.

2. Peran Sexsual

Peran seksual adalah pengetahuan individu sendiri apakah ia termasuk laki-laki ataukah
perempuan. Peran seksual akan mempengaruhi perkembangan konsep diri individu. Itu
berarti, peran seksual yang diterapkan pada seorang anak lambat-laun akan membentuk
konsep diri anak.

Misalnya, seorang anak perempuan tunggal yang mempunyai beberapa saudara laki-laki,
dapat dimungkinkan bahwa lambat laun akan berperilaku seperti layaknya laki-laki, bahkan
konsep dirinya juga dibangun dalam kerangka konsep laki-laki. Perbedaan peran kedua jenis
kelamin tersebut mengakibatkan adanya perbedaan perilaku terhadap laki-laki dan
perempuan. Perbedaan perilaku terhadap kedua jenis kelamin ini telah diterapkan sejak diri
pada kehidupan anak.

Orangtua akan memberikan perlakuan yang berbeda antara anak laki-lakidan perempuan.
Orangtua mengajarkan anak laki-laki untuk bersikap sebagai makhluk kuat, mandiri,
bertanggung jawab, dan harus melindungi perempuan dan anak-anak. Orangtua mengajarkan
anak perempuan untuk bersikap lemah lembut, emosional, patuh, pasif, dan harus dilindungi.
Perbedaan perilaku tersebut akan membentuk konsep diri sesuai dengan jenis kelaminya.

3. Keadaan Fisik

Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi seseorang, khususnya bagi seorang
wanita. Ini disebabkan keadaan fisik memegang peranan penting dalam pembentukan konsep
diri. Gambaran fisik dipahami melalui pengalaman langsung dan persepsinya mengenai
tubuhnya sendiri. Adanya ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan mempengaruhi konsep
diri secara tidak langsung. Dengan kata lain, proses evaluasi tentang tubuhnya didasarkan
pada norma sosial dan umpan balik dari orang lain. Penilaian yang positif terhadap keadaan
fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun dari orang lain sangat membantu perkembangan
konsep diri yang positif.

4. Sikap-sikap Orang di Lingkungan Sekitarnya


Roger (1961) menyatakan bahwa perkembangan konsep diri ditentukan oleh interaksi
yang terbentuk antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Ini berhubungan dengan feed
back atau umpan balik yang diberikan oleh orang-orang disekitarnya terhadap perilaku
individu tersebut. Umpan balik yang diberikan orang dilingkungannnya akan mempengaruhi
konsep.

E. Usaha guru dan orang tua dalam menunjang perkembangan konsep diri.

Menuru Mudjiran 2007, usaha guru untuk mengembangkan konsep diri pada siswa
nya yaitu:

1. Memberikan penguatan dan menciptakan situasi belajar yang memberi kesempatan bagi
siswa memperoleh penguatan.

2. Memberi sokongan dan menciptakan situasi yang menyebabkan keputusan atau kegiatan
siswa tersokong dan di setujui.

3. Selalu berfikir positif tentang penampilan, prestasi belajar dan permasalahan siswa.

4. Menciptakan situasi yang memungkinkan siswa merasa sukses melalui pengalaman belajar
yang sukses yaitu belajar dengan siswa aktif.

5. Menghargai usaha siswa melebihi hasil, bukan memberikan penghargaan dari apa yang
bukan hasil usaha mereka.

6. Berusaha mengembangkan bakat dan keterampilan para siswa, sehingga mereka merasa
berguna dan berarti.

7. Suka menyokong dan memberikan penghargaan bukan mencela dan menyalahkan.

8. Tidak suka bahkan tidak ingin memberikan penilaian sebelum siswanya memahami dan
menguasai berbagai konsep yang di ajarkan.

9. Hubungan sosial guru dan siswa yang hangat bukan mengkritik, mencela atau
menghukum.

10. Lingkungan sekolah membuat program-program penampilan fisik untuk remaja pria dan
wanita.
11. Lingkunga sekolah yang menimbulkan perasaan sukses dalam diri setiap siswa dengan
berbagai cara.

12. Berfikir positif dalam menilai menapilkan fisik dan psikis siswa.

KREATIVITAS

A. Pengertian kreativitas
Dalam bahasa inggris, istilah kreativitas berasal dari kata tocreate, yang artinya
menciptakan. Kemudian dalam bahasa indonesia, kata kreatif dinyatakan mengandung makna
(1) memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, (2) bersifat (mengandung)
daya cipta. Sementara istilah kreativitas mengandung arti (1) kemampuan untuk
menciptakan; daya cipta (2) perihal berkreasi.
Salah satu tafsiran tentang hakikat kreativitas dikemukakan oleh ausubel, Creative
achievement… reflectsa rare capacity for developing insights, sensitivities, and
appreciations ini a circumscribed content area of intelectual or aristic activity. Berdasarkan
rumusan tersebut, maka seseorang yang kreatif adalah yang memiliki kemampuan kapasitas
tersebut (pemahaman, sensitivas, dan apresiasi), dapat dikatakan melebihi dari seseorang
yang tergolong intelegen. Pembahasan tentang kreativitas bertalian dengan aspek-aspek abilet
kreatif, mempelajari kemampuan-kemampuan tersebut, serta mengembangkan dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Kreativitas merupakan salah satu potensi anak yang harus dikembangkan sejak dini.
Setiap anak memiliki bakat kreatif. Bila ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat
dikembangkan. Oleh karena itu perlu dipupuk sejak usia dini. Melalui aktivitas pembelajaran
yang sitematis dari pendidik, maka potensi kreativitas peserta didik akan berkembang secara
optimal. Dan kreativitas seorang guru dalam mebuat rencana pembelajaran siswa juga harus
diperhatikan untuk membantu perkembangan dari kreativitas peserta didik.
Adapun beberapa ahli yang telah merumuskan pengertian dari aktivitas yaitu, sebagai
berikut:
a. Menurut sudarsono, kreativitas adalah kempuan untuk menciptakan, kemampuan
mencapai pemecahan masalah atau jalan keluar yang sama sekali baru, asli dan imajinatif
terhadap masalah yang bersifat pemahaman, filosofi, estetis ataupun lainnya.
b. Menurut supriadi (dalam Faisal Abdullah) mengutarakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia
menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi, yang
mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berfikir, ditandai oleh suksesi,
diskontinuitas, deferensiasi, dan integrasi antara setiap perkembangan.
c. Menurut Utami Munnandar ( dalam Faisal Abdullah) memberikan beberapa pengertian
kreativitas menurut para ahli salah satunya merupakan kemampuan untuk membuat
kombinasi baru berdasarkan data, informasi, dan unsur-unsur yang ada. Hal ini
mengartikan kreativitas adalah sebagai daya cipta seperti yang telah disebutkan diatas.
d. Menurut Torrance (dalam Faisal Abdullah), kreativitas adalah proses
kemampuan individu untuk memahami kesenjangan atau hambatan dalam
hidupnya, merumuskan hipotesis baru, dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya.
e. Menurut Semiawan (dalam Faisal Abdullah) mengemukakan bahwa kreativitas
adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam
permesinan, atau dalam metode-metode baru.5
f. Menurut Nawawi Elizabeth Hurlock (dalam Trianto Ibnu Badar), kreativitas
adalah suatu proses yaung menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu
gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru.6
g. Menurut David Campbell, kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan
hasil yang sifatnya, pertama, Baru (novel) yaitu inovatif, belm ada
sebelumnya, segar, menarik, aneh, dan mengejutkan. Kedua, berguna (useful)
lebih baik atau banyak. Ketiga, dapat dimengerti (understandable) hasil yang
sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu. Peristiwa-peristiwa
yanug terjadi begitu sajau, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan, tak
dapat di ulangi mungkin saja baru dan berguna , tetapi lebih merupakan hasil
keberuntungan (luck), bukan kureativitas. 7 Berikut ini akan dijelaskan
pendapat para ahli mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong
kreativitas.
h. Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan menyebutkan kreativitas adalah
kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar
baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan
mengembangkan hal-hal yang sudah ada.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah
kemampuan seseorang dalam menciptakan dan melahirkan karya atau ide-ide yang baru

B. Perkembangan Kreativitas
Pengembangan kreativitas adalah upaya untuk memperluas ciri-ciri khas yang
dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
sama sekali beru atau kombinasi dari karya-karya atau ide yang telah ada sebelumnya
menjadi suatu hal yang baru. Perlunya pengembangan kreativitas pada peserta didik adalah
untuk meningkatkan cara berfikir yang kreatif, dalam aritu kemampuan untuk menemukan
cara-cara baru yang dapat memecahkan suatu permasalahan. Dan perkembangan kreativitas
penting untuk mewujudkan dirinya dan merupakan kebutuhan pokok manusia, terutama bagi
peserta didik.
Proses perkembangan kreativitas para peserta didik dibimbing oleh pendidik agar
memiliki cara berfikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah. Karena itu, melalui
proses belajar mengajar tertentu harus diupayakan tercapainya tujuan-tujuan tersebut.
Pendidik perlu menyediakan kondisi-kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya
penambahan aspek keluwesan, keahlian, dan kuantitas dari kemampuan kreativitas yang
dimiliki oleh para siswa.

C. Cici-Ciri Peserta Didik yang Kreatif


Pengembangan kreativitas dapat dilakukan apabila sudah memahami ciri-cirinya.
Kreativitas seseorang dapat membedahkan orang yang satu dengan yang lain dari kekhasanya
atau ciri-cirinya.Menurut Campbell berpendapat bahwa ciri-ciri orang kreatif dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a. ciri-ciri pokok yang terdiri dari kunci untuk melahirkan ide, gagasan, pemecahan, cara
baru, penemuan,
b. cirir-ciri yang memungkinkan yaitu yang membuat mampu mempertahankan ide-ide
kreatif sekali sudah ditemukan tetap hidup,
c. ciri ciri sampingan yaitu tidak langsung berhubungan dengan penciptaan atau ide-ide
yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi mempengaruhi perilaku orang-orang kreatif.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang kreatif dapat diciri-
cirikan sebagai berikut :
c. peserta didik mampu untuk menyelesaikan masalah dengan ide-ide, gagasan atau cara
yang baru.
d. Peserta didik mampu untuk menjelaskan ide-ide kreatif yang diungkapkannya dengan
caranya sendiri. Dia mampu menjawab pertanyaan yang sehubungan dengan hal-hal
yang dia kemukakan.
e. Peserta didik mampu membuat ide-ide yang diciptakannya diterima dan mempengaruhi
orang yang ada disekitarnya
f. Peserta didik memiliki karya ide-ide yang cermelang, imajinasi yang tinggi, selau
berorientasi kedepan dam giat dalam belajar dan bekerja.
g. Peserta didik menghargai waktu dan menggunakannya sebaik-baiknya.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas Peserta Didik
Menurut Hurluock, mengemukakan beberapa faktor pendorong yang dapat
meningkatkan beberapa faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas, yaitu:
a. Waktu, untuk dapat menjadi kreatif. Kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian
rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain dengan gagasan,
konsep, dan mencobanya dalam bentuk baru dan orisional.
b. Kesempatan menyendiri. Hanya apabila tidak mendapatkan tekanan dari kelompok
sosial, anak dapat menjadi kreatif.
c. Dorongan terlepas dari beberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang dewasa.
Untuk menjadi kreatif maka mereka harus terbebas dari ejekan dan kritis yang sering kali
dilontarkan pada anak yang tidak kreatif.
d. Sarana. Sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harusu disediakan untuk
merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari
semua aktivitas.
e. Lingkungan yang merangsang. Lingkunugan rumah ada sekolah harus merangsang
kreativitas. Ini harus dilakukakan sendiri mungkin sejak masa bayi dan dilanjutkan
hingga nama sekolah dengan menjadikan kreativitas, suatu pengalaman yang
menyenangkan dan dihargai secara sosial.
f. Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif. Orang tua yang tidak terlalu posesif
terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri.
g. Cara mendidik anak. Mendidik anak secara demokratis dan permisif di rumah dan
sekolah meningkatkan kreativitas, sedangkan cara mendidik otoriter untuk mandiri.
h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Kreativitas tidak muncul dalam
kehampaan. Makin banyak pengetahuan yang diperoleh anak semakin baik dasar-dasar
untuk mencapai hasil yang kreatif.

E. Upaya Guru dan Orang Tua Dalam Mengembangkan Kreativitas Peserta Didik

Sikap guru yang dapat membantu mengembangkan kreativitas dengan mendorong


motivasi intrinsik peserta didik. Jika guru memberikan kebebasan pada peserta didik dalam
memberikan gagasan, mencari alternatif-alternatif jawaban dalam menyelesaikan suatu
masalah, maka motivasi intrinsik pada peserta didik dapat tumbuh. Motivasi intrinsik adalah
motivasi yang dimiliki peserta didik atau motivi yang berasal dari dalam diri peserta didik
tersebut.

Dengan meningkatkan kreativitas peserta didik maka tingkat keberhasilan belajarnya


akan meningkat. Beberapa cara untuk meningkatkan kreativitas dan keaktifan peserta didik
adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan kemampuan untuk berusaha, bertanya dan berpikir
Sebelumnya, peserta didik harus dilandasi dengan niat yang sungguh-sungguh untuk
belajar. Dengan adanya niat yang ikhlas, akan muncul peserta didik yang dengan
sendirinya berkeinginan untuk berusaha secara maksimal, tidak malu-malu untuk
bertanya dan berpikir dengan kritis. Niat yang ikhlas dalam belajar akan mengawali
untuk menjadi siswa yang aktif dan kreatif serta berprestasi.
b. Melakukan riset maupun analisis sederhana
Setelah berusaha maka peserta didik diharapkan mampu untuk melakukan riset dan
analisis sederhana dengan tujuan untuk memperlebar jangkauan ilmu pengetahuan. Riset
dan analisis ini dilakukan dengan cara berpikir kritis. Jika terdapat sebuah permasalahan,
peserta didik diharapkan mampu menguraikan masalah dengan mencari benang merah
solusi penyelesaiannya.
c. Mempelajari dan mengembangkan ide-ide serta konsep-konsep yang baru dan
menantang
Ketika peserta didik menemui ide-ide dan konsep yang cermelang diharapkan untuk
mampu mengembangkan ide dan konsep yang dimiliki agar ide dan konsep tersebut
menjadi sebuah ide-ide yang dapat bermanfaat untuk semua orang. Mengembangkan ide
yang didapatkan ini bisa berkolaborasi dengan rekan sejawat atau pendidik yang
berkompeten di sekolah. Ide sederhan pun bisa menjadi luar biasa jika dikembangkan
dengan sungguh-sungguh.

d. Memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah


Untuk menjadi siswa aktif dan kreatif, diharapkan peserta didik memiliki
kemampuan dalam mengatasi berbagai masalah yang dialaminya. peserta didik yang
memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah adalah peserta didik yang sangat hebat
dan kreatif. Memecahkan masalah dengan cara sederhana adalah salah satu contoh
bentuk sikap kreatifnya. Jangan pula peserta didik menyerah jika ditimpa sebuah
permasalahan. Teruslah berjuang. Evaluasi diri. Tingkatkan kualitas pribadi.
e. Belajar disiplin dengan mengatur waktu yang baik
Waktu merupakan sesuatu yang mutlak tidak dapat dibeli, tidak dapat mundur dan
tidak dapat dimajukan. Oleh sebab itu, peserta didik diharapkan mampu memanagemen
waktu yang dimilikinya. Mengatur sedemikian rupa agar setiap detik yang dilalui
menjadi detik yang bermanfaat. Dengan manajemen waktu yang baik, peserta didik
mampu memanfaatkan waktu yang dimilikinya dengan kegiatan bermanfaat. Mulailah
belajar memanajemen waktu dari sekarang. Manajemen waktu untuk belajar, organisasi,
membantu orangtua, atau juga berbisnis semenjak jenjang sekolah.
f. Melakukan kegiatan pembelajaran dengan kontinu
Belajar dan belajar. Itu adalah hal yang harus selalu dilakukan oleh peserta didik
yang beringinan menjadi siswa aktif , kreatif dan berprestasi. Belajar tidak boleh
setengah-setengah. Belajar harus dilakukan secara rutin atau kontinu. Belajar dengan
rutin, managemen waktu pun akan tertata dengan baik.

g. Mampu menerapkan pembelajaran melalui tindakan


Setelah belajar dengan konsep-konsep teori. peserta didik diharapkan mampu
mengaplikasikan melalui tindakan terhadap apa yang dipelajarinya secara teoritis.
Menyeimbangkan antara kemampuan teori dan praktek itu adalah hal yang luar biasa
bagi seorang peserta didik.
h. Melakukan banyak kegiatan secara berkelompok atau diskusi
Pembelajaran yang bisa menjadikan siswa aktif adalah dengan menggunakan metode
kelompok dan diskusi. Dengan melemparkan satu pokok permasalahan, peserta didik
akan dapat aktif dalam berdiskusi dan bertukar pendapat dengan teman-temannya.
i. Mampu menumbuhkan dan melakukan interaksi sosial
Kebanyakan dari peserta didik hebat adalah pelajar-pelajar yang kurang bergaul
dengan lingkungan sekitar, Mereka hanya sibuk dengan buku-buku. Itu juga merupakan
hal yang keliru, peserta didik yang hebat itu mampu bergaul dengan masyarakat dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
j. Mampu menyeimbangkan antara belajar dengan organisasi
Point terakhir yang yang bisa menjadikan peserta didik yang aktif, kreatif dan
inovatif adalah mampu menyeimbangkan antara belajar dengan organisasi. Jangan
sampai belajar tertinggal karena organisasi dan jangan sampai organisasi dilupakan
karena belajar. Dengan kata lain “Belajar itu nomor satu , tetapi organisasi tidak boleh di
nomor duakan”

Sepuluh poin diatas, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka peserta didik dapat
menjadi siswa yang aktif , kreatif dan beprestasi.

Upaya yang dapat dilakukan pendidik dalam mengembangkan kreativitas peserta didik
dengan cara sebagai berikut:
5) Memberikan peserta didik kesempatan untuk menyelesaikan masalah dalam
pembelajaran dengan cara yang mereka anggap baik dan benar. Namun pendidik harus,
terus mengawasi dan mengarahkan peserta didik.
6) Menciptakan kondisi-kondisi dimana peserta didik dapat berkerja sama dengan yang
lainnya dalam memecahkan masalah.
7) Memberikan apresiasi terhadap peserta didik yang dapat menyelesaikan suatu masalah.
Apresiasi tersebut dapat berupa nilai plus dalam belajar.
8) Menciptakan lingkungan yang baik dalam belajar sehingga peserta didik merasa nyaman
agar dapat fokus pada pelajaran dan permasalahan yang dihadapinya dalam belajar.
9) Memberikan dorongan untuk tetap aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu masalah.

Sedangkan orang tua, juga memiliki peran yang penting dalam perkembangan kreativitas
dari peserta didik. Karena orang tua adalah orang yang memberikan dan menyediakan segala
sesuatu yang peserta didik butuhkan dirumah. Maksudnya orang tua adalah orang yang akan
memfasilitasi dan mengawasi peserta didik dalam pengembangan kreativitas dilingkungan
keluarganya. Maka upa yang dapat dilakukan dalam mengembangkan kreativitas peserta
didik adalah sebagai berikut:
c. Menyediakan atau memfasilitasi peserta didik dalam pembelajrannya dirumah.
Karena peserta didik yang memiliki ide atau kemampuan menciptan hal yang
dianggapnya baru. Namun, jika peserta didik tersebut tidak memiliki hal-hal yang
dianggapnya perlu dalam menjalankan ide tersebut maka peserta didik tidak dapat
melakukan ide tersebut. Tetapi orang tua harus selalu mengawasi anaknya dalam
melakukan hal-hal yang dianggapnya baru. Contohnya peserta didik yang ingin
membuat masakan yang dia pelajari di buku pelajaran memasak namun dia tidak
memiliki alat dan bahan-bahannya, maka dia tidak dapat menjalankan ide nya.
d. Mengawasi dan mengarahkan kreativitas anak tetap pada hal-hal yang positif. Karena
hal-hal yang dipelajarinya dilingkungan diluar rumah, tidak selalu hal-hal yang positif
atau baik. Maka orang tua harus dapat mengarahkan anaknya dalam hal-hal yang baru
dia ketahui.
e. Memberikan dorongan terhadap hal-hal yang disukainya. Namun orang tua tidak
dapat memaksakan kehendaknya terhadap anak karena akan mematikan ide atau hal-
hal yang ingin dia pelajari.

BAKAT KHUSUS
2.1 Pengertian Bakat Khusus Beberapa pengertian bakat menurut para ahli yaitu :
1. Menurut S.C. Utami Munandar (1985) Bakat (aptitude) pada umumnya diartikan
sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu di kembangkan dan di
latih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “ kemampuan” merupakan daya
untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Kemampuan menunjukkan suatu tindakan (performance) dapat di lakukan sekarang,
sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat di
lakukan di masa yang akan datang.
2. Kartini Kartono (1979) Bakat adalah mencakup segala faktor yang ada pada
individu sejak awal pertama dari kehidupannya, yang kemudian menumbuhkan
perkembangan keahlian, kecakapan dan keterampilan khusus tertentu. bakat bersifat
laten potensial (dalam arti dapat mekar berkembang) sepanjang hidup manusia dan
dapat di aktifkan potensinya.
3. Suganda Purbakatja (1982) Bakat sebagai “benih dari suatu sifat, yang baru akan
nampak nyata, jika mendapat kesempatan atau kemungkinan untuk berkembang”.
4. Dyke Bingham (dalam Ny. Moesono : 1989) Bakat adalah suatu kondisi atau
serangkaian karakteristik dari kemampuan seseorang untuk mencapai sesuatu dengan
sedikit latihan (khusus) mengenai pengetahuan, keterampilan, atau serangkaian
respon, misalnya kemampuan berbahasa, kemampuan mengarang lagu dan lain-lain.
5. Sarlito Wirawan Sarwono (1979) Bakat adalah kondisi dalam diri seseorang yang
memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai kecakapan pengetahuan
dan keterampilan khusus.
4 Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat di tarik kesimpulannya bahwa
bakat adalah :
a. Bakat merupakan kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu
dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
b. Bakat tidaklah diturunkan semata, tetapi merupakan interaksi dari faktor keturunan
dan faktor lingkungan, artinya dibawa sejak lahir berupa potensi dan berkembang
melalui proses belajar, dan memiliki ciri khusus.
c. Orang yang berbakat dalam bidang tertentu diperkirakan akan mampu mencapai
prstasi tinggi dalam bidang itu. Jadi prestasi sebagai perwujudan bakat dan
kemampuan.
d. Bakat mencakup cirri-ciri yang dapat member kondisi atau suasana memungkinkan
bakat tersebut terealisasi, termasuk intelegensi, kepribadian, interes, dan keterampilan
khusus. Bakat adalah suatu kapasitas adalah potensi kemampuan untuk berkembang.
2.2 Jenis-jenis Bakat Khusus Conny Semiawan dan Utami Munandar (1987)
mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun
yang sudah terwujud menjadi lima bidang, yaitu :
1. Bakat akademik khusus
2. Bakat kreatif – produktif
3. Bakat seni
4. Bakat psikomotorik
5. Bakat sosial Sehubungan dengan cara berfungsinya, ada dua jenis bakat yaitu :
Ø Kemampuan pada bidang khusus ( talent ) seperti pada bakat music, bakat menari,
olah raga dan lain – lain. 5 Ø Bakat khusus yang dibutuhkan sebagai perantara untuk
merealisir kemampuan khusus misalnya bakat melihat ruang (dimensi) dibutuhkan
untuk merealisasi kemampuan di bidang teknik arsitek. Bakat bukanlah merupakan
trait atau sifat tunggal, melainkan merupakan sekelompok sifat yang secara bertingkat
membentuk bakat. Misalnya dalam bakat musik terdapat kemampuan membedakan
nada, kepekaan akan keserasian suara, kepekaan akan irama dan nada. Bakat baru
muncul atau teraktualisasi bila ada kesempatan untuk berkembang atau
dikembangkan, sehingga mungkin saja terjadi seseorang tidak mengeahui dan tidak
mengembangkan bakatnya sehingga tetap merupakan yang latent. Selain itu Raven
(dalam pali, 1995) juga mengelompokkan bakat khusus seseorang sebagai berikut :
a. Bakat pemahaman verbal
b. Kemampuan numerikal
c. Skolastik
d. Bakat kerani (kesekretariatan)
e. Pemahaman mekanik
f. Tilikan (pandangan) ruang atau berfikir 3 dimensi
g. Bakat bahas

2.3 Hubungan antara bakat khusus dengan Kreativitas Dari hasil-hasil penelitian
Keberbakatan dan Anak Berbakat, Renzulli dkk (1981) menarik kesimpulan bahwa yang
menentukan keberbakatan seseorang adalah pada hakekatnya tiga kelompok (cluster) ciri-ciri,
yaitu :

1. kemampuan di atas rata-rata

2. kreativitas

3. pengikatan diri (tanggung jawab terhadap tugas).


Seseorang yang berbakat adalah seseorang yang memiliki ketiga ciri tersebut. Kreativitas
sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau
sebagai kemampuan untuk melihat hubunganhubungan baru antara unsur-unsur yang sudah
ada sebelumnya, adalah sama pentingnya. Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku
yang berbakat karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses
pengembangan bakat. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan bakat tidak selalu
menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Bakat yang rendah memang diikuti oleh tingkat
kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi bakat seseorang, tidak selalu diikuti
tingkat kreativitas yang tinggi pula. Hal ini tergantung pada proses perkembangan bakat yang
harusnya disertai dengan proses perkembangan kreativitas.

2.4 Hubungan Bakat Khusus dengan Prestasi Akademik Perujudan nyata dari bakat dan
kemampuan adalah prestasi (Utami Munandar 1992), karena bakat dan kemampuan
sangat menentukan prestasi seseorang. Orang yang memiliki bakat matematika
diprediksi mampu mencapai prestasi yang menonjol dalam bidang matematika.
Prestasi yang menonjol merupakan cerminan dari bakat khusus. Bakat khusus yang
memproleh kesempatan maksimal dan dikembangkan sejak dini serta didukung oleh
fasilitas dan motivasi yang tinggi, akan dapat terealisasi dalam bentuk prestasi unggul.
Contoh konkret bakat yang tidak memperoleh kesempatan maksimal untuk
berkembang adalah hasil penelitian yaumil agoes akhir (1999) yang menemukan
bahwa sekitar 22% siswa SD dan SLTP menjadi anak yang Underachiever. Artinya,
prestasi belajar yang mereka peroleh berada dibawah potensi atau bakat intelektual
yang sesungguhnya mereka miliki. Bakat memang sangat menentukan prestasi 7
seseorang, tetapi sejauh mana itu akan terwujud menghasilkan suatu prestasi, masih
banyak variable yang menentukan. Atau bias juga dikatakan bahwa bakat
memungkinkan, pengetahuan pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat
dapat terwujud. 2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus 1.
Variabel-variabel dalam diri siswa a. Interes atau minat, minat seseorang akan
berpengaruh terhadap pengembangan bakatnya. Seseorang yang berminat terhadap
hitung menghitung, berpotensi menjadi ahli matematika. Tes bakat tertulis yang
terkenal adalah tes bakat differesial. Ada delapan sub tes tersebut, yaitu :

• Tes bakat verbal adalah tes yang dipergunakan untuk mengungkap atau mengukur bakat
seseorang dalam berbahasa, seberapa baik seseorang dalam mengerti ide-ide dan konsep-
konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata, seberapa mudah seseorang dapat
berpikir dan dapat memecahkan masalahmasalah yang dinyatakan dalam bentuk kata-
kata.

• Tes bakat numerikal adalah tes yang dipergunakan untuk mengungkap atau mengukur
bakat seseorang dalam berpikir dengan angka-angka, seberapa baik seseorang mengerti
ide-ide dan konsep-konsep yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka, seberapa mudah
seseorang dapat berpikir dan memecahkan masalah dengan angka.

• Tes bakat skolastik adalah tes bakat yang dipergunakan untuk mengukur bakat
seseorang dalam mata pelajaran persiapan akademis dan sejenisnya

. • Tes bakat berpikir abstrak adalah tes yang dipergunakan untuk bakat seseorang dalam
memecahkan masalah meskipun tanpa petunjuk yang berupa kata-kata maupun angka-
angka.

• Tes bakat klerikal adalah tes yang digunakan untuk mengukur bakat seseorang dalam
memecahkan hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas ketatausahaan, 8 seberapa cepat
dan teliti seseorang dapat menyelesaikan tugas-tugas tulis menulis.
b. Motivasi, rendahnya motivasi akan menyebabkan bakat tidak akan berkembang atau
tidak menonjol. Motivasi berkaitan dengan “tujuan”. Jika kurang motivasi, sedikit saja
ada halangan, sudah cukup untuk menghilangkan semangat berlatih.

c. Value, yaitu bagaimana seseorang memberi arti terhadap pekerjaan itu. Misalnya bila
seseorang memberi arti negatif terhadap pekerjaan musi, kurang dihargai, maka bakat itu
juga terhambat berkembangnya.

d. Kepribadian, anak yang berkembang sesuai bakatnya akan memiliki kepribadian yang
lebih positif dibandingkan dengan anak yang tidak sesuai bakatnya. Keadaan ini
disebabkan oleh sukses-sukses yang dialaminya, serta enggunaan bakatnya
mempengaruhi penyesuaian emosionalnya.

e. Konsep diri, ada pengaruh timbal balik antara kepribadian dengan konsep diri.

2. Variabel lingkungan yang mempengaruh bakat khusus Menurut Sarlito (1977) terdpat
sejumlah variabel lingkungan yang mempengaruhi berkembangnya bakat pada diri
seseorang. Variabel-variabel tersebut adalah :

a. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk memfasilitasi dalam mengekspresikan


bakat yang dimiliki siswa, misalnya untuk bakat olah raga yaitu lapangan bermain, bakat
musik yaitu alat musik, dan sejenisnya.

b. Lingkungan sosial, melalui proses sosialisasi misalnya kebudayaan tertentu


membentuk tingkah laku tertentu, misalnya di Iran mungkin tidak dapat berkembang
bakat seni musik, tari, dll. Karena disana misalnya tidak dibolehkan bernyanyi, Jadi
kesempatan untuk mengekspresikan bakat tersebut sangat sedikit.

c. Lingkungan edukasi, pengembangannya melalui pendidikan formal seperti


sebagaimana diajarkan di sekolah.

d. Besar atau banyaknya latihan, pengembangan bakat melalui proses training atau
latihan.

e. Hambatan-hambatan yang ada dalam lingkungan misalnya kemiskinan, cara


pengasuhan anak yang khusus, dan sebagainya.
f. Kemungkinan untuk mengekspresikan atau mengutarakan bakat misalnya apakah
diberikan kesempatan latihan yang cukup, apakah tersedia alat dsb.
2.5 Usaha-usaha guru dan orang tua dalam mengembangkan bakat khusus Bakat bersifat
potensial dan memerlukan pengembangan. Untuk pengembangan bakat ada sejumlah
hal yang harus dilakukan oleh orang tua dan guru, antara lain :
a. Perkaya anak dengan macam-macam pengalaman dan membangun motivasi
belajar. Dengan cara ini anak akan dapat menemukan dibidang mana bakatnya.
b. Dorong atau rangsanglah anak untuk meluaskan kemampuannya, setelah anak
mengarang ,anjurkan dia untuk menggambarkannya.
c. Bersimpati atau bersama-sama melakukan kegiatan dengan anak.
d. Berilah penghargaanatau pujian atas usaha yang dilakukan sekecilapapun usaha
tersebut. e. Sediakanlah sarana yang memadai untuk

2.6 pengembangan anak. Selain itu ada juga beberapa cara lain yang bisa dilakukan orang
tua untuk membantu pengembangan bakat adalah :
a. Patoklah prestasi akademis yang tinggi namun realistis buat anak.
b. Tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka bisa mencapainya.
c. Bicara dan bermain dengan anak, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.
d. Berceritalah mengenai berbagai peristiwa yang sedang terjadi, apa saja yang terjadi
di lingkungan sekitar. Saat berbicara mengenai rutinitas harian Anda, jelaskan apa
yang Anda lakukan dan mengapa. Doronglah anak untuk bertanya untuk Anda jawab,
atau bisa juga bantu dia untuk menjawabnya sendiri.
e. Perhatikan apa yang mereka suka lakukan, seperti hobi menggambar, melukis, atau
menggunakan angka-angka. Bantu mereka mengembangkan kesukaan itu, dan cari
tahu bagaimana mereka bisa mengikuti lomba di lingkungan sekitar atau di tingkat
kota.
f. Bawa anak ke tempat-tempat dimana mereka bisa mempelajari hal baru, seperti
pentas musik, museum atau galeri seni.
g. Cari anggota keluarga yang bisa menjadi mentor membantu anak mengembangkan
bakat mereka
PERILAKU MENYIMPANG
A. Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.Dengan kata lain penyimpangan (deviation)
adalah segala pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri terhadap kehendak
masyarakat.
Menurut buku Psikologi Olahraga: Pengembangan Diri dan Prestasi (2021) karya Dian
Permana dan Arif Fajar Prasetyo, perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan nilai kesusilaan atau kepatutan.
Menurut James W. Vander Zanden, perilaku menyimpang adalah perilaku yang
dianggap sebagian besar orang sebagai hal tercela dan di luar batas toleransi. Dilansir dari
buku Sosiologi Komunitas Menyimpang (2018) karangan Suardi, Dwi J. Narwoko
mendefinisikan perilaku menyimpang sebagai perilaku warga masyarakat yang dianggap
tidak sesuai kebiasaan, tata aturan, atau norma sosial yang berlaku.
Perilaku menyimpang menurut Emile Durkheim dalam Soerjono Soekanto menyatakan
bahwa kejahatan kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai aturan di dalam
masyarakat. Perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan
keresahan dalam masyarakat. Perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan
melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Sebaliknya, perilaku menyimpang
yaitu perilaku yang disengaja dan meninggalkan keresahan pada masyarakat. Perilaku
menyimpang disebut juga dengan tingkah laku bermasalah. Tingkah laku bermasalah
masih dianggap wajar jika hal ini terjadi pada remaja. Maksudnya, tingkah laku ini masih
terjadi dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat adanya
perubahan secara fisik dan psikis. Perilaku menyimpang adalah setiap tindakan yang
melanggar keinginan-keinginan bersama sehingga dianggap menodai kepribadian
kelompok yang akhirnya si pelaku dikenai sanksi. Keinginan bersama yang dimaksud
adalah sistem nilai dan norma yang berlaku. Perilaku menyimpang merupakan perilaku
yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas
toleransi.Menurut Dimiyati, perilaku menyimpang anak/remaja ditinjau dari segi
pendidikan yaitu mereka dianggap mengganggu proses pembelajaran di sekolah, tidak
mentaati peraturan yang berlaku mengalami kesulitan dalam pergaulan dan aspek lain
yang mengganggu serta merugikan dirinya sendiri atau merugikan orang lain.Secara
umum, peserta didik yang melakukan atau mengatakan sesuatu yang pada pokoknya
mengganggu atau merugikan orang lain maupun dirinya sendiri sering dideskripsikan
sebagai manifestasi dari penyimpangan perilaku. Istilah penyimpangan perilaku sering
digunakan secara bergantian merujuk pada istilah gangguan emosional (emotional
disturbance) dan ketidakmampuan penyesuaian diri (maladjustment) dengan berbagai
bentuk variasinya. Hal ini dapat dicermati melalui gejala perilaku atau partisipasi peserta
didik di kelas, situasi bermain, kemampuan berkomunikasi atau interaksi sosial; agresi
fisik, ancaman, perilaku destruktif, tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma;
kelambatan dalam prestasi dan keterampilan akademik; perasaan takut, rasa bersalah dan
ekspresi verbal lainnya.

B. Faktor-Faktor Perilaku Menyimpang


Ada beberapa faktor yang menjadi pemicu seseorang melakukan tindakan atau perilaku
menyimpang, yaitu :
1. Adanya Proses Sosialisasi yang Tidak Diserap/Tidak Sempurna
Seorang individu atau manusia saat berada dan memulai berinteraksi dengan orang
lain, sudah pasti akan mendapatkan nilai dan norma. Nilai dan norma baru yang berlaku
di masyarakat. Itulah yang akan diserap ke dalam kepribadian seseorang
tersebut.Ketika seseorang mengalami sosialisasi yang tidak bisa diserap atau tidak
sempurna. Maka ia tidak akan mampu membedakan tindakan/perilaku yang pantas dan
tidak pantas.
Contohnya : Ketika seseorang pelajar yang masih sekolah, telah menerima sosialisasi
tentang penyalahgunaan narkoba/obat-obatan terlarang.Ia masih mengonsumsi
narkoba/obat-obatan tersebut, maka ia telah melakukan penyimpangan sosial.
2. Penyimpangan Proses Belajar/Meniru
seseorang individu yang sudah mulai belajar berinteraksi dan berkomunikasi dengan
orang lain. Disinilah, juga individu mulai mengenal orang orang, mereka yang
berperilaku menyimpang.Individu tersebut akan melihat, mendapatkan proses
penyerapan, yang ia lakukan juga perilaku menyimpang tersebut.
Contohnya : Ketika individu berteman/sering berinteraksi dengan para pejudi,
perampok, pencuri, atau pemakai narkoba.
3. Adanya Faktor Masyarakat Mengalami Anomie
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang individu maupun kelompok
masyarakat, karena adanya anomie.Dimana masyarakat sudah tidak ada lagi
pedoman/pegangan dasar dalam melaksanakan kehidupannya.Masyarakat sudah
kehilangan tatanan nilai, norma, tanpa arah lagi sehingga terjadilah penyimpangan
tersebut.
Contohnya : Saat masyarakat diserang wabah pandemi, maka diawal awal masyarakat
sering melakukan penyimpangan sosial.
4. Adanya Faktor Labeling
Pemberian cap atau stempel kepada seseorang individu. Ia mendapatkan julukan
ketika dianggap melakukan sebuah penyimpangan.Dimana nilai dan norma yangsudah
menjadi kesepakatan dilanggar.
Contohnya : Julukan yang diberikan kepada seseorang yang mencuri, suka
mabuk.Maka ketika seseorang mendapatkan labeling, ia malah ada kecenderungan
untuk melakukan penyimpang lagi.
5. Lingkungan Keluarga
Keluarga sebagai tempat pertama kali seorang anak mengenal lingkungan. Seorang
anak beradaptasi dengan lingkungan keluarga setiap harinya. Lingkungan keluarga
merupakan tempat anak mengembangkan diri dan berintraksi dengan anggota keluarga
lainnya. Baik buruknya seorang anak paling pertama dipengaruhi oleh lingkungan
keluarganya. Bila lingkungan baik, anak akan menjadi baik pula dan sikap orang tua
yang terlalu memberikan kebebasan kepada anaknya membuat anak tersebut tidak
mendapatkan keputusan-keputusan yang bijak dan tepat bagi dirinya sendiri, sehingga
anak lebih cenderung berperilaku menyimpang.

Bentuk Bentuk Perilaku Menyimpang


Ada beberapa bentuk perilaku menyimpang yang bisa kita lihat dan pahami di dalam
kehidupan sehari hari masyarakat, yaitu : 
1. Kenakalan Remaja
Gejala sosial ini terlihat pada anak anak remaja yang sedang mengalami masa
puber. Karena dimasa ini jiwa remaja masih dalam keadaan labil sehingga mudah
terpengaruh oleh lingkungan yang negatif.
Contohnya : tawuran, kebut-kebutan saat di jalan raya, dan lainnya.
2. Meminum Alkoholisme
Bentuk gejala ini merupakan juga racun protoplasmik yang mempunyai efek
depresan pada sistem syaraf. Seseorang yang mengkonsumsi akan kehilangan
kemampuan dalam mengendalikan diri, baik secara fisik, psikologis, maupun
sosial. Dimana individu ini juga sering melakukan keonaran, perkelahian,
pembunuhan.
Contohnya : ketika seseorang sedang mabuk minuman alkohol.
Maka kontrol terhada dirinya sudah tidak ada, terkadang ia malah membuat ricuh,
atau keributan yang bisa berujung vatal, sampai ada korban jiwa.
3. Penyimpangan Seksual
Bentuk penyimpangan ini dimana perilaku seksual yang tidak lazim untuk
dilakukan seseorang. Penyebabnya karena pengaruh menonton film porno, melihat,
membaca buku atau majalah porno/dewasa.Bisa juga kita lihat contohnya sekarang
pada seseorang yang live seksi/live tanpa busana di media sosial, serta contoh
lainnya.

4. Penyalahgunaan Narkotika/Obat-obatan terlarang


Dampak negatif dari penyalahgunaan narkoba adalah seseorang tidak lagi produktif.
Ia malah cenderung dalam keadaan malas, pemurung, dan dampak lainnya. 
Contohnya : Ketika ada seseorang yang sudah terjebak menggunakan narkoba, maka
ia akan fokus pada dunia fantasinya sendiri.Yang akan merugikan masa depannya,
karena sudah masuk ke dalam jurang yang dalam. Dengan memakai barang haram
tersebut.

C. Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang


Perilaku menyimpang berdasarkan jenisnya ada 2 yaitu:
a. penyimpangan primer
penyimpangan primer adalah perilaku menyimpang yang pertama kali dilakukan,
sifatnya sementara.Contohnya bu restu tidak berangkat arisan karena sedang sakit,
bolos sekolah.
b. penyimpangan sekunder
Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang sudah berulang kali.
contohnya korupsi, pencurian, penipuan.

Perilaku menyimpang berdasarkan dampak ada 2 yaitu:


a. penyimpangan positif
penyimpangan positif adalah perilaku yang dapat menimbulkan dampak
positif bagi masyarakat di sekitarnya. contohnya gerakan emansipasi wanita
oleh Raden Ajeng Kartini.
b. penyimpangan negatif
penyimpangan negatif adalah perilaku yang dapat menimbulkan dampak
negatif bagi masyarakat di sekitarnya. contohnya pencurian, pembunuhan dan
lain-lain. 

D. Usaha Guru Dan Orang Tua Dalam Perilaku Menyimpang


1. Peran orang tua dan guru sebagai pendidik dalam mengatasi sikap
dan perilaku menyimpang anak
Orang tua adalah tempat pendidikan pertama bagi anak, mendidik anak dari sejak
masa kecil adalah tugas dan tanggung jawab orang tua. Peran orang tua tersebut tentu
tidaklah mudah, karena mereka harus mampu melihat dan kemudian memfasilitasi
sagala bakat yang di miliki oleh anak. Orang tua dalam keluarga merupakan gerbang
pertama dalam tempat bakat seorang anak harus di temukan dan di fasilitasi. Setiap
orang tua sangat menginginkan anak mereka sukses, memiliki sikap dan perilaku yang
baik dalam masyarakat
serta tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran baik itu perilaku yang
menyimpang di lingkungan sekolah.
Salah satu peran guru disekolah adalah mendidik siswa, peran tersebut berkaitan
dengan cara guru memberikan dorongan serta semangat belajar kepada anak,
mengawasi dan membina untuk mendisiplinkan anak didik agar tetap mematuhi
peraturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga serta lingkungan sekitar.Tugas guru
sebagai pendidik adalah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut terutama disekolah.Guru sebagai
pendidik dalam mengatasi sikap dan perilaku menyimpang adalah dengan memberikan
dorongan dan semangat belajar kepada anak, dengan dorongan dan semangat yang
diberikan, anak didik tidak akan melakukan melanggar tata tertib sekolah yang ada
karena fokus peserta didik di sekolah adalah untuk memperoleh pendidikan yang baik
dengan penuh semangat.
2. Peran orang tua dan guru sebagai pelatih dalam mengatasi sikap
dan perilaku menyimpang anak
Sebagai orang tua sudah seharus melatih anak untuk disiplin, menjaga sikap dan
perilaku kepada orang lain. Dengan melatih anak mengetahui hal-hal yang baik untuk
dilakukan dan tidak melakukan perbuatan buruk di lingkungan masyarakat dan
lingkungan sekolah.
3. Peran orang tua dan guru sebagai pembimbing dalam mengatasi
Sikap dan perilaku menyimpang anak sebagai pembimbing orang tua membiasakan
anak untuk belajar mandiri, membimbing anak dengan cara membantu mencarikan
teman sebaya yang dapat membantunya dalam proses pergaulan. Menghindarkan dari
kawan yang jahat dan mengarahkan mereka untuk dapat hidup mandiri dalam
menghadapi persoalan-persoalan yang sedang dihadapi.Guru sebagai pembimbing
memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas
ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan pengetahuan saja
tetapi juga menyangkut perkembangan kepribadian anak, pembentukan sikap dan
perilaku anak.
4.Peran orang tua dan guru sebagai model dan teladan
Dalam mengatasi sikap dan perilaku menyimpang anak setiap orang tua pada
dasarnya ingin yang terbaik untuk anak-anaknya,dengan demikian orang tua harus
mampu menjadi model dan teladang bagi anak, seperti rajin dalam mengikuti kegiatan
sosial dilingkungan masyarakat sekitar. Menjadi teladan artinya menjadi sosok yang
patut ditiru, dijadikan panutan atau role model. Anak-anak tidak akan bisa tampil
manjadi teladan bagi orang disekelilingnya jika tidak mendapat keteladanan dari orang
tua terlebih dahulu.Guru bagi siswa adalah model, idola, figur atau teladan. Identifikasi
siswa terhadap guru bukan saja pada karakter kepribadian yang sederhana, jujur, adil,
disiplin tetapi juga pada penampilan fisik seperti cara berjalan dan berpakaian. Guru
merupakan model dan teladan bagi anak didik, oleh karena itu pribadi dan apa yang
dilakukan oleh guru mendapat sorotan bagi anak didik.

Anda mungkin juga menyukai