Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JOURNAL REVIEW

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Sorta Simanjuntak, M.S

NAMA : LAURENSIUS BAGUS C. SIAHAAN

NIM 2223321041

PRODI : PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat kemurahan-Nya saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul Critical
Journal Review. Saya juga berterimakasih kepada Ibu Dra. Sorta Simanjuntak,
M.S., selaku Dosen Pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah
memberikan tugas ini kepada saya. Tidak lupa saya juga mengucapkan terimakasih
kepada orangtua yang selalu mendoakan dan mendukungsaya.

Saya telah menyusun CJR ini dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi


tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Terlepas dari semua itu, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa tugas jurnal ini masih banyak memiliki kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran dari ibu dosen ataupun dari
pembaca agar penulis dapat memperbaiki jurnal ini.
Semoga tugas jurnal ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan
kata-kata yangkurang berkenan. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan
untuk membuat makalah inisaya mengucapkan terimakasih.

Medan, 30 September 2022

Laurensius Bagus C. Siahaan

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………i

Daftar Isi………………………………………………………………………………….ii

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………1
A. Latar Belakang.……………………………………………………………..1

B. Tujuan Penulisan……………………………………………………………2

C. Manfaat Penulisan…………………………………………………………..2

BAB II. RINGKASAN BUKU…………………………………………………………3

2.1 Identitas Jurnal.……………………………………………………………..3

2.2 Ringkasan Jurnal……………………………………………………………4

BAB III. PEMBAHASAN……………………………………………………………...6

3.1 Keunggulan Jurnal………………………………………………………….6

3.2 Kelemahan Jurnal.………………………………………………………….6

3.3 Implikasi terhadap Perkembangan Pendidikan…………………………….7

3.4 Kajian Teori………………………………………………………………..8

BAB VI. PENUTUP……………………………………………………………………10

A. Kesimpulan..………………………………………………………………10

B. Saran………………………………………………………………………10

ii
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Prestasi belajar merupakan hasil pengukuran terhadap peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran dalam periode tertentu yang dapat diukur menggunakan instrumen yang
relevan. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, ada yang dari dalam diri (internal)
dan ada yang dari luar diri (eksternal). Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 138),
prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
2 yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri
(internal) dan faktor yang berasal dari luar diri (eksternal). Faktor internal yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri siswa, meliputi faktor jasmaniah, psikologi, dan faktor kematangan fisik
maupun psikis. Faktor jasmaniah antara lain panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor budaya
meliputi adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Faktor lingkungan fisik
seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar. Fasilitas belajar meliputi ruang belajar, meja, kursi
penerangan, alat tulis, dan buku-buku pelajaran. Faktor tersebut saling berinteraksi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam mempengaruhi prestasi belajar.

1
A. Tujuan Penulisan Critical Journal Report (CJR)
Mengkritik Jurnal (critical journal review) ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu
yang bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui
kelebihan dan kekurangan suatu jurnal, menjadi bahan pertimbangan, dan juga menyelesaikan
salah satu tugas individu mata kuliah Perkembangan Peserta Didik pada Jurusan Pendidikan
Tari di Universitas Negeri Medan.
B. Manfaat Penulisan Critical Journal Report (CJR)

 Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah jurnal
atau hasil karya tulis ilmiah lainnya secara ringkas.

 Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik.

 Mengetahui latar belakang dan alasan jurnal tersebut dibuat.

 Mengetahui kualitas jurnal dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang
sama atau penulis lainnya.

 Memberi masukan kepada penulis jurnal berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi jurnal.

2
BAB II.
IDENTITAS JURNAL

Judul : Early childhood social and emotional development:


Advancing the field of measurement
Penulis : Kristen E. Darling-Churchill , Laura Lippman
Jenis Jurnal : Journal of Applied Developmental Psychology
Website :-
Volume dan Halaman : Vol. 1 Hal. 1-7
Tahun Terbit : 2016
Jurnal Pembanding
Judul : Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Dukungan Sosial
Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa SMA di Surabaya
Penulis : Fitri Kumala Arum Sari dan M.M.W. Tairas
Jenis Jurnal : Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Website :-
Volume dan Nomor : Vol. 1 No. 03
Jumlah Halaman :5
Tahun Terbit : 2012

3
2.1 Ringkasan Jurnal
1. Jurnal Utama
Masalah dalam mengukur perkembangan sosial dan emosional pada awal masa kecil
Ada konsensus umum dalam bidang anak usia dini itu ada beberapa domain kompetensi
yang terkait dengan yang sedang berlangsung perkembangan positif pada anak usia dini, dan
anak-anak itu pengembangan dalam beberapa domain berlangsung secara asynchronous, belum
interdependen (Dewan Penelitian & Institut Kedokteran, 2000).Karena itu, banyak tantangan
muncul dalam menilai anak-anak secara memadai kompetensi dari waktu ke waktu. Domain
sosial dan emosional telah sangat menantang dari perspektif pengukuran. Dalam bagian,
tantangannya bersifat konseptual, membutuhkan identifikasi konstruk dalam domain ini yang
paling menonjol selama awal serta tahap perkembangan selanjutnya. Tantangan lain adalah
tidak fokus tidak proporsional pada indikator potensi patologi, tetapi pada ukuran
perkembangan positif juga (Cabrera, 2013; Campbell, 2016-masalah ini; VanderVen, 2008).
Memang, masalah dan kekuatan jangan jatuh dengan rapi pada satu kesatuan, dan tidak ada
masalah tidak menjamin kehadiran kompetensi; jadi, ini penting untuk mengukur keduanya.
Ada juga tantangan yang terkait dengan menangkap kompetensi populasi yang berbeda,
termasuk anak-anak yang merupakan bahasa ganda pelajar, memiliki cacat, dan berasal dari
tradisi budaya yang beragam.Meskipun tantangan tersebut tidak eksklusif untuk perkembangan
sosial dan emosional,mereka bisa sangat sulit dalam domain ini. Sebagai contoh,tanpa bahasa
atau jika anak-anak berbeda-abas2 dari yang lain anak-anak seusia mereka, menilai
perkembangan sosial dan emosional mereka mungkin terbukti lebih menantang (Divisi untuk
Anak Usia Dini dari Council for Exceptional Children, 2007; Espinosa & Lopez, 2007).
Selanjutnya,praktik sosialisasi yang berbeda-beda antar kelompok budaya bisa menghasilkan
perbedaan yang sesuai dalam interaksi orangtua-anak atau teman sebaya.Dari sudut pandang
budaya-budaya, variasi ini dapat mengarah ke tampaknya kesimpulan salah mengenai
kenormalan perilaku tertentu.Dengan pesatnya pertumbuhan jumlah anak-anak imigran dan
anak-anak yang bahasa rumahnya bukan bahasa Inggris, ada peningkatan kebutuhan untuk
mengukur perkembangan sosial dan emosional yang sensitif variasi budaya dalam perilaku
sosial dan yang secara akurat menangkap keragaman kompetensi berkembang anak-anak.
Pertimbangan saat mengembangkan dan memilih ukuran.
Peneliti dan praktisi anak usia dini umumnya setuju bahwa itu sama pentingnya
untuk menilai perkembangan sosial dan emosional juga sebagai bidang pengembangan lainnya.
Namun, ada perdebatan tentang bagaimana caranya untuk mendefinisikan konstruksi dalam
domain perkembangan sosial dan emosional, dan bagaimana mengembangkan dan memilih
ukuran (Epstein, Schweinhart, DeBruin-Parecki, & Robin, 2004; Riset Nasional Council, 2008).
Beberapa pertimbangan yang dibahas terkait dengan kualitas ukuran (misalnya, reliabilitas,
validitas, dan norma norming) sedangkan pertimbangan lain terkait dengan betapa mudahnya
mengukur dapat digunakan (misalnya, waktu administrasi atau pelatihan yang diperlukan untuk
mengelola saya t). Pertimbangan terkait baik untuk kualitas dan kemudahan penggunaan juga
termasuk ketersediaan ukuran dalam bahasa selain bahasa Inggris,siapa yang ditunjuk sebagai
reporter (misalnya, orang tua, guru, atau pengamat terlatih atau dokter), yang aspek-aspek
perkembangannya sedang dikaji, usia kisaran yang dicakup oleh ukuran, dan apakah ukurannya
memiliki biaya menggunakan. Ketika memilih ukuran untuk digunakan oleh program dan
peneliti, semua faktor-faktor ini dianggap signifikan.

4
2. Jurnal Pembanding
Prestasi belajar siswa SMA di Surabaya dapat dikatakan masih belum memuaskan. Hal ini
dapat diketahui berdasarkan data peringkat 10 besar UN SMA se-Jawa Timur 2010/2011,
Surabaya tidak masuk peringkat 10 besar. Suryabrata (2007:233) mengklasifikasikan faktor-
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri atas dua yakni faktor internal (fisiologis dan
psikologis) dan eksternal (sosial dan non-sosial). Pada faktor eksternal, Hawadi (2001:90)
menambahkan bahwa ia membedakan menjadi tiga macam, meliputi lingkungan sekolah,
keluarga, dan masyarakat.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara persepsi siswa SMA Surabaya terhadap dukungan sosial orang tua dengan prestasi
belajar dengan subjek penelitian sebanyak 251 siswa SMA di Surabaya yang tinggal dengan
kedua orangtuanya dan memiliki IQ total pada range rata-rata. Tipe penelitian ini termasuk
penelitian penjelasan (explanatory research) dengan menggunakan metode penelitian yaitu
metode korelasional. Pengambilan sampel secara random sampling serta pengambilan data
berupa metode kuisioner dan studi dokumentasi.Lingkungan terkecil dari siswa adalah
lingkungan keluarga. Orang tua harus mampu menyediakan fasilitas belajar dengan lengkap.
Namun kenyataannya banyak orang tua yang belum mampu menyediakan fasilitas belajar
dengan lengkap dikarenakan oleh banyak faktor salah satunya yaitu keadaan ekonomi keluarga.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 88),
bahwa keadaan ekonomi keluarga akan mempengaruhi
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil sampel secara random sampling
sebanyak 251 sampel. Lalu peneliti mengukur intelegensi sampel yang dilakukan biro psikologi
Exensia, guna untuk menjaga kesamaan alat tes yang digunakan. Pengambilan data dengan
metode kuisioner dengan jumlah sebanyak item 103 dengan pilihan respon sangat setuju SS,
setuju S, tidak setuju TS, dan sangat tidak setuju STS dan studi dokumentasi. Selanjutnya data
dianalisis dengan menggunakan korelasi spearman dengan bantuan SPSS. Maka diperoleh nilai
korelasi antara persepsi siswa terhadap dukungan sosial orangtua dengan prestasi belajar
sebesar r = 0,130, hal ini berarti arah korelasi nihil. Dan probabilitas p = 0,064, jika nilai
probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak. Kedua variabel tersebut secara nyata tidak berkorelasi
sehingga Ha ditolak berarti tidak terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap dukungan
sosial orangtua dengan prestasi belajar siswa SMA di Surabaya.
Hasil yang didapatkan peneliti menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
persepsi siswa terhadap dukungan sosial orangtua dengan prestasi belajar siswa SMA di
Surabaya. Hal ini dapat disebabkan karena :Responden cenderung menunjukkan jawaban yang
positif.Ada kemungkinan responden menjawab dengan tidak jujur dan tidak terbuka.Kondisi
responden pada saat melakukan pengisian kuisioner dapat mempengaruhi jawaban-jawaban
yang diberikan Instrumen/alat ukur yang dibuat kurang baik sehingga kurang mencerminkan
atribut yang akan diukur.Kurangnya pendekatan yang dilakukan peneliti kepada responden
mengakibatkan penolakan untuk menjadi responden.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Keunggulan Jurnal

Penulisan judul sudah benar, dicetak dengan huruf besar/kapital, dicetak tebal (bold)
tidak melebihi jumlah kata maksimum 15. Penulisan nama penulis juga sudah benar, nama
penulis ditulis di bawah judul tanpa gelar, tidak boleh disingkat, diawali dengan huruf kapital,
tanpa diawali dengan kata ”oleh”, urutan penulis adalah penulis pertama diikuti oleh penulis
kedua, ketiga dan seterusnya. Nama perguruan tinggi dan alamat surel (email) semua penulis
ditulis di bawah nama penulis.
Tata cara penulisan dan isi abstrak sudah baik karena penulis dapat memberikan gambaran
menyeluruh mengenai kegiatan penelitian tentang Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap
Dukungan Sosial Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa SMA di Surabaya serta menjelaskan
latar belakang jurnal penelitian yang dibuat secara ringkas, tepat dan jelas. Dalam penulisan
jurnal jenis huruf yang digunakan sama, penggunaan sistem penomoran (numbering) juga
tersusun dengan baik.
Referensi yang digunakan peneliti sudah cukup baik. Ditambah lagi peneliti dalam
membuat item pada instrumen penelitiannya mengacu pada teori di sebuah buku. Seluruh
kutipan pustaka sudah sesuai dengan daftar pustaka.
3.2 Kelemahan Jurnal

Pada metode penelitian, peneliti tidak hanya mengambil data dengan kuisioner tapi juga dengan
studi dokumentasi. Namun peneliti tidak menjelaskan bagaimana studi dokumentasi yang ia
lakukan, hasil studi dokumentasi juga tidak dibahas oleh peneliti.

Kuisioner yang dibuat peneliti sebagai instrumen penelitian berjumlah 103 item, dalam jurnal
peneliti tidak menyebutkan apakah instrumen tersebut telah valid atau belum. Karena validitas
instrumen sangat mempengaruhi hasil penelitian. Jumlah item yang digunakan peneliti pada alat
instrumen penelitian terlalu banyak, yaitu 103 item. Responden akan merasa jenuh untuk
menjawab 103 item tersebut.
6
Subjek penelitian yang digunakan responden berjumlah 251 siswa SMA, peneliti tidak
membatasi apakah sampel yang digunakan siswa kelas X, XI atau XII. Tentu ketiga tingkatan
tersebut memiliki karakter emosional dan sosial yang berbeda. Akibatnya hasil penelitian
kurang valid dan tidak sesuai dengan harapan peneliti.
3.3 Implikasi terhadap Perkembangan Pendidikan

Johnson & Johnson (Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari, 2011: 20) menyatakan
bahwa ada empat manfaat dukungan sosial, yaitu:
1. Meningkatkan produktivitas dalam pekerjaan;
2. Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan memberikan rasa
memiliki;
3. Memperjelas identitas diri, menambah harga diri, dan mengurangi stress;
4. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik serta pengelolaan terhadap stress &
tekanan.
Dukungan sosial dapat membuat individu merasa nyaman dan mengurangi stress yang
dirasakan. Kenyamanan yang dirasakan indvidu akan meningkatkan kesejahteraan psikologis
dan dapat meningkatkan produktifitas kerja.
Menurut Ni Made Sintya Noviana Utami (2013: 14), ada beberapa manfaat dari
dukungan sosial, antara lain yaitu: individu mampu menghadapi masalah dengan lebih baik;
membantu meningkatkan kompetensi dan rasa percaya diri; mengurangi kecemasan dan stress;
dan membuat individu lebih berpikir positif dalam menghadapi permasalahan. Dengan
dukungan dari orang lain, individu akan terbantu dalam menghadapi masalah sehingga dapat
mengurangi tekanan dan stress yang dirasakan. Hasil penelitian Dubow & Tisak (Tina Afiatin
& Budi Andayani, 1998: 39) menyatakan bahwa siswa sekolah dasar yang cukup mendapat
dukungan sosial dan memiliki ketrampilan pemecahan masalah, memiliki penyesuaian diri yang
baik. Dukungan sosial yang dirasakan anak akan membuat anak percaya diri dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan baik.
Disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki banyak manfaat, yaitu khususnya dalam
membantu siswa menyelesaikan masalah dengan baik sehingga mengurangi stress, memelihara
kesehatan fisik dan meningkatkan kesejahteraan psikologis individu sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
7
3.4 Kajian Teori

Pembentukan kemandirian belajar pada siswa (Biemiller, 1998) ditentukan oleh 2 hal.
Pertama adalah sumber sosial, yaitu orang dewasa yang berada di lingkungan siswa seperti
orangtua, pelatih, anggota keluarga dan guru. Orang dewasa ini dapat mengkomunikasikan nilai
kemandirian belajar dengan modelling, memberikan arah dan mengatur perilaku yang akan
dimunculkan. Sumber yang kedua adalah mempunyai kesempatan untuk melatih kemandirian
belajar. Siswa yang secara konstan selalu diatur secara langsung oleh orangtua dan guru tidak
dapat membangun ketrampilannya untuk dapat belajar secara mandiri karena lemahnya
kesempatan yang mereka punya.
Menurut Johnson (2009), kemandirian belajar yang dimiliki oleh siswa melibatkan studi
akademik dalam kehidupan sehari – hari yang diterapkan dengan berbagai cara untuk mencapai
tujuan. Hal ini melibatkan kerja sama dengan orang lain. Kerja sama ini meliputi kerjasama
antara individu dengan individu lain, baik sesama siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan
keluarganya.
Menurut Santrock (2003), keluarga merupakan pilar utama dan pertama dalam
membentuk anak untuk mandiri. Dukungan yang paling besar di dalam lingkungan rumah
adalah bersumber dari orang tua. Orangtua diharapkan dapat memberikan kesempatan pada
anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif,
mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar
mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Hal ini dapat membentuk anak mengalami
perubahan dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi mandiri.
Apabila diberikan suasana yang penuh perlindungan, penghargaan, cukup kasih sayang
dan perhatian orang tua, jauh dari perasaan iri, cemburu, tersaingi, maka hal ini akan
mendorong dan memberikan anak untuk bersifat lebih mandiri, mempunyai keberanian untuk
melatih dirinya berinisiatif, bertanggung jawab, serta dapat menyelesaikan masalahnya sendiri,
baik dalam bidang akademis maupun non akademis (Shochib, 1998). Sears (2004),
mengungkapkan bahwa orangtua hendaknya memberi dukungan yang bersifat positif dan
menghargai anak, serta memelihara dan tidak memberi stimulus-stimulus palsu bagi putra-putri
mereka.
8
Dalam mengembangkan motivasi pada diri siswa, peran orangtua merupakan hal yang penting.
Persepsi anak terhadap dukungan orangtua dan harapan anak terhadap orangtua dapat berfungsi
sebagai motivator positif bagi pelajar (Ethington, 1991). Rasa percaya orangtua terhadap
kemampuan akademis anak, mengarahkan anak agar mandiri, memberikan penguat bagi
perilaku berprestasi, serta keterlibatan di dalam pembelajaran anak dapat memunculkan
persepsi diri positif dan motivasi akademis (Eccles, Wigfiled &, 1998 ; Gonzalez-DeHass,
Wiwms, & Holbein, 2005).
Monks, dkk (1998) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan dan
kemandirian perlu didukung oleh disiplin, dan ketelitian, karena tidak ada sesuatu pengetahuan
dan keterampilan yang dapat berkembang dengan baik tanpa diiringi oleh kedisiplinan, serta
didukung oleh sikap yang terbuka, dalam konteks menumbuhkan rasa kedisiplinan ini peran dan
dukungan sosial orangtua sangat diperlukan.
Menurut Sarafino (2002), dukungan sosial adalah berbagai macam dukungan yang diterima
oleh seseorang dari orang lain, dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan atau
harga diri, dukungan instrumental, dukungan informasi atau dukungan dari kelompok.
Menurut Canavan dan Dolan (2000), dukungan sosial dapat diaplikasikan ke dalam
lingkungan keluarga, seperti orang tua. Jadi dukungan sosial orang tua adalah dukungan yang
diberikan oleh orang tua kepada anaknya baik secara emosional, penghargaan, instrumental,
informasi ataupun kelompok.
Dukungan orangtua merupakan sistem dukungan sosial yang terpenting di masa remaja.
Dibandingkan dengan sistem dukungan sosial lainnya, dukungan orangtua berhubungan dengan
kesuksesan akademis remaja, gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri, motivasi dan
kesehatan mental. Keterlibatan orangtua dihubungkan dengan prestasi sekolah dan emosional
serta penyesuaian selama sekolah pada remaja (Corviile-Smith, Ryan, Adam & Dalicandro,
1998; Greenwood & Miller, 1995 ; Seidman et al., 1999). Menurut Lee & Detels (2007),
dukungan sosial orangtua dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu dukungan yang bersifat positif
dan dukungan yang bersifat negatif. Dukungan positif adalah perilaku positif yang ditunjukkan
oleh orangtua. Sedangkan dukungan yang bersifat negatif adalah perilaku yang dinilai negatif
yang dapat mengarahkan pada perilaku negatif anak. Dukungan keluarga bersifat optimal ketika
dukungan tersebut sesuai dengan harapan umur anak sehingga anak dapat mencapai
kemandirian dan kedekatan.
9
BAB IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara persepsi siswa terhadap dukungan sosial orangtua dengan prestasi belajar siswa SMA di
Surabaya.
Menurut saya, secara keseluruhan jurnal tersebut masih kurang baik, karena perlu
diperbaiki dibeberapa bagian seperti metode penelitian yang digunakan, kuesioner yang dibuat,
jumlah item yang digunakan peneliti pada alat instrumen penelitian, dan subjek penelitian yang
digunakan responden.
B. Saran

Sebaiknya peneliti dalam melakukan metode penelitian, peneliti tidak hanya mengambil data
dengan kuisioner tapi juga dengan studi dokumentasi, menjelaskan bagaimana studi
dokumentasi serta hasil studi yang didapat.

Sebaiknya peneliti menyebutkan apakah instrumen kuesioner yang dibuat telah valid atau
belum. Karena validitas instrumen sangat mempengaruhi hasil penelitian. Dan sebaiknya
peneliti tidak membuat terlalu banyak alat instrumen yaitu 103 item. Danebaiknya peneliti
memberikan batasan sampel yang digunakan.

10

Anda mungkin juga menyukai