Epidemiologi
• Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara terpadat di dunia (>250 juta
penduduk).
• Jumlah penderita DM di seluruh dunia 285 juta orang, di Indonesia sebanyak sekitar 9,1 juta
orang.
• Kasus DM di Indonesia tahun 2030 diperkirakan akan mencapai angka 21.3 juta orang.
– Hanya dua pertiga saja dari yang terdiagnosis yang menjalani pengobatan.
– Dari yang menjalani pengobatan tersebut hanya sepertiganya saja yang terkendali
dengan baik.
TB Miller
• DM merupakan faktor risiko penting untuk perkembangan TB aktif (3 kali lebih tinggi untuk
menderita TB aktif).
TB DM anak
Klasifikasi
• komorbid
– Diabetes melitus
– Gagal ginjal
– Gangguan hati
– Geriatri
– dll
• Kondisi khusus
– Kehamilan
– Menyusui
– Pemakai kontrasepsi
– Dll
Anak
• TB Milier
• TB Meningitis
• TB Pleura
• TB HIV
• TB Kongenital/perinatal
• Nijland, et al., CID 2006. Tingkat rifampisin pada pasien DM dgn TB sangat rendah dibanding
pasien TB tanpa DM.
– Dosis fixed drug combination, berat badan pasien DM dgn TB lebih tinggi dibanding
pasien TB tanpa DM
• Ada interaksi antara rifampin dan obat2an diabetes, membuat kontrol DM lebih susah
• Bertambah resiko perinatal mortality, penurunan berat badan dan ukuran bayi
• TB kongenital ( jarang)
Pasien TB Perempuan pengguna kontrasepsi
• Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk KB), dapat
menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut.
Gambaran Klinis
– Kaviti di paru (lebih banyak dan lebih sering ditemukan di bagian bawah paru
dibanding pasien tanpa-DM)
TB Miller
• Gejala: sesak napas, ronki, mengi hipoksia, sepsis, pneumothoraks, dan atau
pneumomediastinum
Pemeriksaan Penunjang
• Bila SGOT dan SGPT meningkat > 3 kali OAT tidak diberikan dan bila pengobatan
telah berlangsung, harus dihentikan
• Ingatlah: gejala dini nefrotoksik mirip dengan gejala mual dari kehamilan (“morning
sickness”)
• DOT cara yang paling baik untuk menentukan kepatuhan pasien dan mengawasi gejala
keracunan obat
TB Milier
• Gambaran foto toraks khas berupa tuberkel halus (millii) yang tersebar merata di seluruh
lapangan paru, dengan ukuran yang hampir seragam (1-3 mm)
• Pasien dengan kecurigaan TB milier di faskes primer harus dirujuk untuk tatalaksana lebih
lanjut
– Kaviti di paru (lebih banyak dan lebih sering ditemukan di bagian bawah paru
dibanding pasien tanpa-DM)
• Untuk semua kasus DM terduga TB hasil penapisan dengan gejala dan tanda TB ekstra
paru maka pasien dirujuk ke FKRTL untuk upaya diagnosis selanjutnya.
• Bila SGOT dan SGPT meningkat > 3 kali OAT tidak diberikan dan bila pengobatan
telah berlangsung, harus dihentikan
• Ingatlah: gejala dini nefrotoksik mirip dengan gejala mual dari kehamilan (“morning
sickness”)
• DOT cara yang paling baik untuk menentukan kepatuhan pasien dan mengawasi gejala
keracunan obat
TB Milier
• Diagnosis: gejala klinis, foto toraks, riwayat kontak TB BTA (+), pemeriksaan bakteriologis
• Gambaran foto toraks khas berupa tuberkel halus (millii) yang tersebar merata di seluruh
lapangan paru, dengan ukuran yang hampir seragam (1-3 mm)
• Pasien dengan kecurigaan TB milier di faskes primer harus dirujuk untuk tatalaksana lebih
lanjut
Penatalaksanaan Komprehensif
Tatalaksana TB pada DM
• Pada pasien DM, tinggi kejadian TB disebabkan beberapa hal diantaranya : Terjadi kerusakan
pada proses imunologi, gangguan fisiologis paru yaitu hambatan dalam proses pembersihan
sehingga memudahkan penyebaran infeksi .
• Orang dengan DM memiliki 2 - 3 kali lebih tinggi berisiko sakit TB dibandingkan dengan
orang tanpa DM
• Orang yang menderita TB dan DM berisiko 4 kali lebih tinggi terjadi kematian selama
pengobatan TB
• Konsentrasi OAT dalam plasma pasien TB dengan DM lebih rendah dibandingkan dengan
pasien TB tanpa DM. Hal ini menyebabkan risiko gagal pengobatan atau resistensi OAT
• TB dapat memicu timbulnya diabetes, dan memperburuk kontrol glikemik pada penderita
diabetes dimana obat TB dapat mengganggu pengobatan diabetes melalui interaksi obat,
• Prioritaskan DOT
• Penapisan
• Diagnosis
• Pengobatan
• Rujuk-rujuk balik
• Benjolan di leher atau bagian tubuh lain yang tidak diketahui penyebabnya
• Sesak, nyeri saat menarik napas, atau rasa berat di satu sisi dada
• Jika salah satu langkah di atas memberikan hasil positif, maka tatalaksana selanjutnya
mengacu pada buku pedoman penanggulangan TB nasional dilakukan penegakan diagnosis.
• Jika hasil penapisan negatif, penapisan TB pada penyandang DM dilakukan setiap kunjungan
berikutnya dengan menelusuri gejala/faktor risiko diatas. Pemeriksaan foto toraks ulang
ditentukan oleh dokter atas indikasi medis.
Penapisan DM pada pasien TB adalah dengan pemeriksaan kadar Gula darah puasa (GDP) dan/atau
Gula Darah Sewaktu (GDS) atau 2 jam setelah makan pada semua pasien TB dengan spesimen darah
kapiler atau vena.
Untuk menegakkan diagnosis dibutuhkan nilai yang berasal dari dua pemeriksaan yang berbeda
waktu.
• Bila perlu sekali dapat diberikan etambutol dan streptomicin selama mak 3 bulan, setelah itu
lanjutkan RH 6 bulan
Pasien dengan kondisi berikut dapat diberikan paduan pengobatan OAT sesuai standar :
Namun tetap waspada dan dengan pengawasan karena kemungkinan terjadi reaksi hepatotoksis
terhadap OAT
• Bila SGOT dan SGPT meningkat > 3 kali OAT tidak diberikan dan bila pengobatan
telah berlangsung, harus dihentikan
2 HRSE / 6 HR
9 HRE
2 HES / 10 HE
Pada panduan OAT dengan penggunaan etambutol lebih dari 2 bulan diperlukan evaluasi
gangguan penglihatan.
• Paduan OAT yang dianjurkan adalah pada pasien TB dengan gagal ginjal atau gangguan
fungsi ginjal yang berat:
2 HRZE/4 HR.
• H dan R diekskresi melalui empedu sehingga tidak perlu dilakukan perubahan dosis.
– Hemodialisis
– Dialisis peritoneum
• Tes konsentrasi OAT di darah pasien jika pasien tidak menjadi sembuh atau respons
pengobatan tidak begitu baik
– INH dan RIF tidak terpengaruh, dosis tidak perlu diubah (metabolisme obat oleh
liver)
– EMB, PZA dan levofloksasin: dosis tetap, tetapi kurangkan frekuensi jadi 3x
seminggu
• Kehamilan
Semua jenis OAT lini pertama aman untuk perempuan hamil, kecuali golongan aminoglikosida
(streptomisin ). Streptomisin tidak dapat dipakai pada perempuan hamil karena bersifat permanent
ototoxic.
• PZA digunakan diluar AS, tapi tidak digunakan di AS karena toxicity pada fetus tidak
deketahui
• B6 dibutuhkan lebih banyak utk pertumbuhan fetus dan penyusuan selama pengobatan
• Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus
mendapat paduan OAT secara adekuat. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan
kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.
– Minuman bayi pertama sesudah minum OAT dari botol/formula, bukan ASI
Terapi Farmakologi
Pengobatan TB DM
• Paduan OAT yang diberikan pada prinsipnya sama dengan paduan OAT bagi pasien TB tanpa
DM dengan syarat kadar gula darah terkontrol
• Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama pengobatan dapat dilanjutkan sampai
9 bulan
• Hati hati efek samping dengan penggunaan Etambutol karena pasien DM sering mengalami
komplikasi kelainan pada mata
• Perlu diperhatikan penggunaan Rifampisin karena akan mengurangi efektifitas obat oral anti
diabetes (sulfonil urea) sehingga dosisnya perlu ditingkatkan, atau gunakan gol lain.
• Target yang harus dicapai yaitu kadar gula darah puasa <120 mg% dan HbA1c <7% (bila
tersedia fasilitas).
• Pasien yang telah didiagnosis TB dan DM pengobatan TB sesuai PNPK Tatalaksana TB dan
pengobatan DM sesuai PNPK Tatalaksana DM.
• Pada pasien TB dan DM dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol, maka pengobatan TB
dapat diperpanjang sampai 9 bulan dengan tetap mendasarkan pada mempertimbangkan
kondisi klinis pasien*)
• Untuk kendali gula darah, pasien TB dengan DM di FKTP mendapatkan pengobatan satu
Obat Hipoglikemik Oral (OHO) yang tersedia di FKTP atau kombinasi 2 OHO. Jika pada
pemantauan di 3 bulan pertama kadar gula darah tidak terkontrol maka pasien dirujuk ke
FKRTL.
• Untuk kendali gula darah pada pasien TB dengan DM di FKRTL merujuk pada PNPK DM dan
PNPK TB yang sudah ada.
– Hemodialisis
– Dialisis peritoneum
• Dosis TIDAK perlu diatur jika
• Tes konsentrasi OAT di darah pasien jika pasien tidak menjadi sembuh atau respons
pengobatan tidak begitu baik
– INH dan RIF tidak terpengaruh, dosis tidak perlu diubah (metabolisme obat oleh
liver)
– EMB, PZA dan levofloksasin: dosis tetap, tetapi kurangkan frekuensi jadi 3x
seminggu
• Kehamilan
Semua jenis OAT lini pertama aman untuk perempuan hamil, kecuali golongan aminoglikosida
(streptomisin ). Streptomisin tidak dapat dipakai pada perempuan hamil karena bersifat permanent
ototoxic.
– Streptomisin
• Perkembangan sendi
• Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus
mendapat paduan OAT secara adekuat. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan
kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.
– Minuman bayi pertama sesudah minum OAT dari botol/formula, bukan ASI
– Pasien TB dgn DM cenderung konversi dahak lebih lambat, gagal obat, walaupun
tidak signifikan secara statistik
• Pada umumnya, pasien TB dgn gagal ginjal lebih lemah dan sakit dibanding pasien TB biasa
• Toxicity beberapa OAT yg dieksresi oleh ginjal lebih tinggi (EMB, PZA)