Anda di halaman 1dari 68

UPDATE TATALAKSANA TB

PARU PADA PASIEN DENGAN


KONDISI KHUSUS

PRIYANTI Z SOEPANDI
Departemen Pulmonologi dan Kedoktrean Respirasi FKUI -
RSUP Persahabatan Jakarta
PENDAHULUAN
• TB Paru dalam pengobatannya memerlukan OAT
minimal 6 bulan dapat meninbulkan efek samping
• Pasien TB banyak dgn komorbid ; DM,HIV dll
• TB juga dapat terjadi pada perempuan hamil,
menyusui, pasien gagal ginjal dan penyakit hati
• Keadaan khusus: keadaan yg dapat memperberat
atau keadaan yang memerlukan penanganan
pengobatan diluar regimen standar
• Monitoring dan evaluasi khusus, ketat
TB dengan DM
Mengapa lebih susah mengobati pasien DM?
“Hipotesis” (1)

• Nijland, et al., CID 2006. konsentrasi rifampisin


pada pasien DM dgn TB sangat rendah dibanding
pasien TB tanpa DM.
• Mekanisme? glucose meningkatkan pH gastrik -
> mungkin menurunkan serapan rifampisin
• Dosis fixed drug combination, berat badan pasien
DM dgn TB lebih tinggi dibanding pasien TB tanpa
DM

ISTC Indonesia Training


Mengapa lebih susah mengobati pasien
DM? “Hipotesis “ (2)

• Perubahan respons kekebalan badan pasien DM


• Dalam animal model utk infeksi M. tb, jumlah kuman M.
tb dlm hewan DM lebih banyak dibanding hewan tanpa
DM
• Hewan DM memproduksi lebih sedikit IFN , IL-12, and
ESAT-6 responsive T cells pada tahap infeksi dini =
kekurangan TH1 adaptive immunity response
• Studi manusia
• ada korelasi antara peningkatan Hgb A1c dan penurunan
produksi IFN 
• Penurunan neutrophil chemotaxis dan oxidative burst pada
pasien DM

ISTC Indonesia Training


Mengapa lebih susah mengobati pasien
DM? “Hipotesis” (3)

• Ada interaksi antara rifampin dan obat2an diabetes,


membuat kontrol DM lebih susah
• Rifampin mempercepat metabolisme
 Sulfonilurea (contoh: glyburide) 27-30%
 Tiazolidinedion (contoh: rosiglitazone)54-64%
• Pengobatan TB bisa menyulitkan kontrol gula darah

ISTC Indonesia Training


INTERAKSI OAT dengan OHO

• Rifampicin  inducer kuat enzim


sitokrom P450 hepar menurunkan
kadar sulfonilurea (gliklazid, gliburide,
glipizide dan glimepirid) dan biguanid

Monitoring kadar gula darah dan


penyesuaian dosis OHO
INTERAKSI OAT dengan OHO

• Isoniazid  neuropati perifer yang dapat


memperburuk atau menyerupai neuropati diabetik

Suplemen vitamin B6 atau piridoksin selama


pengobatan TB - DM
• DM  gangguan farmakokinetik OAT
• DM + BB yang tinggi + kadar glukosa darah
tinggi  konsentrasi rifampin plasma
• Nijland dkk.  kadar rifampisin plasma
53% lebih rendah pada pasien TB-DM
• DM  perubahan penyerapan obat oral,
penurunan ikatan protein dengan obat,
insufisiensi ginjal, perlemakan hati,
gangguan bersihan obat
Pengaruh DM Terhadap Hasil Pengobatan TB

• Dooley et al., Am J Tropical Medicine, 2009


• Selama pengobatan, pasien TB dgn DM
punya kemungkinan meninggal 2x dibanding
pasien tanpa DM
• Pasien TB dgn DM cenderung konversi dahak
lebih lambat, gagal obat, walaupun tidak
signifikan secara statistik

ISTC Indonesia Training


Prinsip pengobatan TB-DM
1. Pengobatan tepat
2. DM dengan kontrol glikemik buruk  dirawat
3. Insulin  kontrol gula darah
4. OHO  DM ringan
5. Keseimbangan glikemik  keberhasilan terapi
OAT (target GDP <120 mg% dan HbA1c <7%)
6. Monitoring ESO
7. Durasi OAT  kontrol diabetes dan respon pasien
8. Penanganan komorbid, dan malnutrisi
Pengelolaan DM pada pasien dg
pengobatan TB
• Mungkin perlu menyesuaikan frekuensi PZA dan pemberian
EMB
• Berikan B6 untuk mencegah INH diinduksi neuropati perifer
• Pastikan bahwa dosis obat TB tepat
• Orang dengan DM  penurunan imunitas TB Luas
• Pertimbangkan memberi pengobatan TB 9 bulan bagi pasien
DM dan Kavitas(+) atau banyak sputum
• Setelah selesai pengobatan kultur dan sputum sewaktu
• Follow up pada 6 bulan dan 12 bulan setelah selesai
pengobatan
Pengelolaan DM pada pasien dg
pengobatan TB
Kegagalan pengobatan:
1. Absorbsi buruk OAT pada pasien DM
2. Interaksi antara OAT dan obat DM
3. Peningkatan kejadian retinitis
diabetes
Rekomendasi Pengobatan
TB dengan DM
• Prioritaskan DOT
• Tatalaksana DM secara ketat
• Paduan OAT dan lama pengobatan pada prinsipnya
sama dengan TB tanpa DM, dengan syarat kadar
gula darah terkontrol.
• Jika dahak tidak konversi sesudah dua bulan, TCM
( Tes Cepat Molekuler ), ulang uji resistensi
• Perpanjang pengobatan jika konversi lebih lambat
• Hati-hati dengan etambutol pada DM sering
terjadi retinopati  OAT akan memperberat

ISTC Indonesia Training


TB/HIV
• Paduan pengobatan sama dengan pasien
tanpa HIV
• Mendahulukan pengobatan TB
• Jangan berikan Thiacetazon
• Hati-hati penggunaan dengan suntikan 
kewaspadaan standar
• Jangan melakukan desentisasi OAT
Terapi ko-infeksi TB-HIV
Masalah terapi:
• Adherence / jumlah pil banyak
• Efek toksisitas yang tumpang tindih
• mual, muntah, ruam kulit, hepatitis, anemi
• Interaksi obat
• Rifampisin merupakan enzyme inducer yang kuat
• ‘Paradoxical worsening’ TB
• Reaksi Immune reconstitution
• Lebih sering jika ART dimulai lebih dini pada terapi TB
• Jika mungkin tunda ART sampai fase intensif selesai
TB Immune reconstitution
 Infeksi TB yang sebelumnya tenang menjadi nyata
2-3 minggu setelah memulai ART akibat
meningkatnya respons inflamasi

 Gejala meliputi demam, limfadenopati, abses,


lesi paru yang bertambah buruk dan meluasnya
lesi susunan saraf pusat, artritis
Immune Reconstitution
Inflammatory Syndrome (IRIS)
Kebijakan TB-HIV (dalam Permenkes 21)

• Penawaran Tes HIV


pada seluruh pasien TB
tanpa memandang
faktor risiko HIV (Pasal
22, 23, 24: Pemeriksaan
Diagnosis HIV)
 Pemberian ARV pada
pasien ko-infeksi TB-HIV
tanpa melihat nilai CD4
(Pasal 34 : Pengobatan
dan Perawatan)
Three “I” utk HIV/TB

 Intensified TB case finding


 Isoniazid preventive therapy
 Infection control for TB in HIV care
Efek Rifampisin terhadap obat2 anti
HIV
 Protease inhibitor
 Saquinavir 80 % berkurang
 Ritonavir 35 % berkurang
 Indinavir 92 % berkurang
 Nelfinavir 82 % berkurang
 Amprenavir 81 % berkurang
 Nonnucleoside reverse transcriptase
inhibitor (NNRTI)
 Nevirapine 37 % berkurang
 Efavirenz 26 % berkurang
 Reverse transcriptase inhibitor
 Tidak ada efek
Terapi ARV untuk Ko-infeksi Tuberkulosis
 Paduan yang dianjurkan : TDF + 3TC + EFV
 Dimulai segera setelah terapi TB dapat ditole-ransi
(antara 2 minggu hingga 8 minggu)
 WHO 2011: anjurkan pemberian OAT setiap hari
pada fase intensif dan fase lanjutan
 Gunakan NVP atau triple NRTI bila EFV tidak dapat
digunakan
 Bila terapi TB sudah lengkap dapat dipertim-
bangkan kembali untuk mengganti paduan ARV ke
NVP kembali
TB DENGAN KEHAMILAN
• Penyakit TB pada kehamilan tidak terbukti akan
lebih ringan ataupun lebih berat, dan tidak
mempengaruhi proses persalinan
• Prinsip pengobatan sama:
OAT harus terus diberikan kecuali golongan aminoglikosida
seperti streptomisin atau kanamisin, karena menembus
barier plasenta dan dapat menyebabkan gangguan
pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi
(ototoksik)
• Tidak ada indikasi terminasi kehamilan
• Pemeriksaan foto toraks dapat dilakukan dgn
perlindungan perisai/apron jika sangat diperlukan

ISTC Indonesia Training


TB pada Kehamilan

• Bila TB tidak diobati dapat terjadi


peningkatan risiko aborsi spontan,
mortalitas perinatal, penurunan berat
badan dan ukuran bayi, risiko
penularan TB pada janin.
• Keberhasilan pengobatan sangat
penting
ISTC Indonesia Training
• Keuntungan pemberian OAT lebih besar
dari pada kerugiannya
• Lini 2 : Etionamid & protionamid 
teratogenik, induksi kelahiran prematur
• Fluorokuinolon  teratogenik (hewan
percobaan)
Pengaruh TB pada Kehamilan
• TB kongenital:
• Jarang terjadi, disebabkan penyebaran secara
hematogen dari ibu
• Sulit didiagnosis, gejala biasanya muncul minggu
kedua/ketiga post partum
• Gejala umum adalah hepatosplenomegali, susah
bernapas dan demam
• Foto toraks hampir selalu abnormal

ISTC Indonesia Training


Pengobatan TB Selama Kehamilan

• Harus dimulai secepatnya bila kemungkinan


penyakit tidak kecil
• Pada umumnya OAT tidak membahayakan ibu
atau fetus
• PZA digunakan diluar AS, tapi tidak digunakan di
AS karena toksisitas pada fetus tidak diketahui
• B6 dibutuhkan lebih banyak utk pertumbuhan
fetus dan masa menyusui selama pengobatan

ISTC Indonesia Training


Penundaan Pengobatan TB Selama Kehamilan

• Kapankah pengobatan layak ditunda sampai


sesudah kelahiran?
• Kalau OAT bersifat toxic ke fetus (MDR-TB) dan
penyakit tidak gawat (limfadenitis)
• Menunda pengobatan bisa mengakibatkan
masalah apa?
• Ibu dan bayi harus dipisah sesudah kelahiran
• Perkembangan penyakit, diseminasi, TB penyakit
bawaan, berat badan bayi waktu lahir rendah

ISTC Indonesia Training


OAT Yang Dihindari Selama Kehamilan

• Tuli bawaan (kongenital) dan tuna rungu:


• Streptomisin
• Kanamisin (tidak terbukti)
• Amikasin (tidak terbukti)
• Kapreomisin (tidak terbukti)
• Perkembangan sendi
• Fluorokuinolon (menyebabkan arthropati
pada hewan muda, belum terbukti di
manusia)
ISTC Indonesia Training
OAT dan Efek Teratogenik
Obat Kategori FDA Efek Pada Fetus
INH A = tak berisiko Aman
Rifampin C= mungkin berisiko Aman, data terbatas
Etambutol A= tak berisiko Aman
Pyrazinamide C= mungkin berisiko Tidak ada bukti keracunan
Streptomisin D= ada bukti risiko Ototoksik
Fluorokuinolon B= tak berisiko pd Mungkin aman, mengakibatkan arthropathy pada
beb penelitian hewan muda

PAS C= mungkin berisiko Kemungkinan lengan/kaki /kuping ab N


Amikacin D=ada bukti risiko Nefro/ototoksik
Kapreomisin C=mungkin berisiko Beracun pada tikus hamil
Etionamid D=ada bukti risiko Efek teratogenic nonspesifik pada hewan
Cycloserine C=mungkin berisiko Aman utk hewan, manusia tidak diketahui
Linezolid C= mungkin berisiko Aman utk hewan, manusia tidak diketahui

ISTC Indonesia Training


OAT Aman (Tidak Teratogenic)
Selama Kehamilan

• WHO regimen: INH, RIF, EMB, PZA


• PZA tidak dianjurkan di AS karena kurang
data, tapi mungkin aman
• PAS (P-aminoparasalicylic acid)
• Efek tidak diketahui:
• Cycloserine, etionamid, linezolid

ISTC Indonesia Training


Monitoring Selama Kehamilan
• Liver Function Test setiap bulan dan awasi
gejala keracunan ginjal
• Ingatlah: gejala dini keracunan ginjal mirip
dengan gejala mual dari kehamilan
(“morning sickness”)
• DOT cara yang paling baik untuk
menentukan kepatuhan pasien dan
mengawasi gejala keracunan obat

ISTC Indonesia Training


PRINSIP PENGOBATAN TB PADA
KEHAMILAN
Prinsip pengobatan sama
• Tidak ada indikasi pengguguran
• OAT dapat terus diberikan kecuali
aminogklikosida seperti streptomisin, kanamisin
ototoksik menembus barier placenta 
gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap
pada bayi
• Bayi diperiksa untuk kemungkinan TB aktif, apabila tidak
terjadi maka bayi sebaiknya diberikan INH preventive
therapy selanjutnya vaksinasi BCG
• Keberhasilan pengobatan sangat penting
ISTC Indonesia Training
Pengobatan TB dan Masa Menyusui

• Tetap anjurkan ibu untuk menyusui bayi


• OAT di ASI tidak cukup utk pengobatan bayi
• Kalau ibu sangat enggan, berikan alternatif:
• Menyusui bayi sebelum minum OAT
• Minuman bayi pertama sesudah minum OAT dari
botol/formula, bukan ASI
• Apabila bayi sudah dipastikan tidak dengan TB aktif
maka dapat diberikan terapi preventif dan vaksinasi
• Dianjurkan pemberian Piridoksin pd perempuan hamil
dan menyusui

ISTC Indonesia Training


PENGOBATAN TB DAN MENYUSUI
• Prinsip pengobatan sama & semua jenis OAT
aman
• Dapat mencegah transmisi M. Tb ke bayi
• Dapat dirawat gabung & dapat menyusui bayinya
karena konsentrasi OAT melalui ASI sangat kecil
• Bila ibu masih BTA pos, sebaiknya menggunakan
masker saat menyusui
• Profilaksis INH pada bayi

ISTC Indonesia Training


Pengguna kontrasepsi hormonal

• Rifampisin dapat menurunkan


efektivitas kontrasepsi hormonal
• Dianjurkan tidak menggunakan
kontrasepsi hormonal; pil, suntikan,
susuk
TB DENGAN GANGGUAN GINJAL
Gagal Ginjal Membuat Pengobatan TB Lebih
Rumit

• Pada umumnya, pasien TB dgn gagal ginjal lebih


lemah dan sakit dibanding pasien TB biasa
• Toksisitas beberapa OAT yg dieksresi oleh ginjal lebih
tinggi (EMB, PZA)
• Dialisis membuang beberapa OAT dan untuk dialisis
peritoneal, bisa menjadi indikasi pemeriksaan kadar
obat
• Mual dapat disebabkan uremia atau hepatitis
• Jangan lupa vitamin B6

ISTC Indonesia Training


GRADASI CKD
• Gradasi 1 CKD : CC dan fungsi normal /
abn struktur
• Gradasi 2 CKD : CC 60-90 ml/ menit
• Gradasi 3 CKD : CC 30-60 ml/ menit
• Gradasi 4 CKD : CC 15-30 ml/ menit
• Gradasi 5 CKD : CC < 15 ml/ menit dgn
atau tanpa HD
• Rifampisin
- aman ; aktif metabolisme ekskresi di
empedu, in aktif metabolisme ( 10%) di
ekskresi di urin
- Direkomendasikan dosis normal pada setiap
stage
• INH
- aman ; metabolisme di hepar
- tambahakan piridoksin  cegah neuropati
perifer
- Direkomendasikan dosis normal pada setiap
stage
• PZA
- Metabolisme dalam hati
- Eliminasi obat lambat dan metabolisme pada
CKD 4-5
- Membutuhkan dosis penyesuaian
CKD 1-3 : < 50 Kg : 1,5 gr/ hari
> 50 kg : 2 gr/hari
CKD 4-5 : 25-30 mg/kg  3 X / minggu
• Etambutol
- Neprotoksik, ekskresi di ginjal tak terjadi
perubahan ( 80% )
- ocular toxicity dose dependent
- Membutuhkan monitoring serum harus
< 1 ug/ ml
CKD 1-3 : 15 mg/kg/ hari
CKD 4-5 : 15-25mg/kg/ 3X /minggu
Mak : 2,5 gr
• Aminogklikosid
- Neprotoksik : ekskresi di ginjal 80 % tak ada
perubahan
- Streptomisin  nefrotoksik dan ototoksik
- Menurunkan clearance pada manula
- Membutuhkan penyesuaian dosis pada setiap
stage 12- 15 mg/kg  2-3X / minggu Max 1g/hari
- Monitor level serum, yakinkan serum level
(/24jam) < 2ugm / ml
- Rekomendasi baru hindari aminoglikosid
- Gunakan moxi : 400 mg pada CKD 1-3
• Protionamid
- Aman, ekskresi
• Thionamid, PAS, Cycloserin
- Harus dihindari
- ekskresi partial di ginjal
Dosis utk OAT lini ke2: pada gagal ginjal
OAT Rubah frekuensi Dibuang oleh hemodialisis

Streptomisin Ya ++

Kanamisin Ya ++

Kapreomisin Ya ++

Etionamid Tidak Tidak


PAS Tidak +++

Cycloserine Ya +++

ISTC Indonesia Training


REKOMENDASI DOSIS OAT PADA
CKD (BTS)
Stage 1-3 CKD Stage 4-5 CKD Transplantasi Ginjal

INH 300 mg/hari 300mg/ hari atau 15mg/max 300 mg/hari


900 mg 3X/minggu

Rif < 50kg : 450mg/hari < 50kg : 450mg/hari < 50kg : 450mg/hari
≥ 50 kg : 600mg/hari ≥ 50 kg : 600mg/hari > 50 kg : 600mg/hari

PZA < 50kg : 1,5 gr/hari 25-30mg/kg/ 3X/ minggu < 50kg : 1,5 gr/hari
≥ 50 kg : 2gr /hari > 50 kg : 2gr /hari

EMB 15mg/kg/hari 15-25mg/ kg/ 3 X/ minggu 15mg/kg/har


(max 2,5 gr)
Moxi 400mg/hari Tidak diberikan 3Xminggu 400mg/hari
TB dengan Gagal Ginjal

-RHZ diekskresi melalui empedu


-Streptomisin, Kanamisin dan
Kapreomisin  diekskresi mel ginjal
Etambutol  diekskresi melalui ginjal
- Pantau faal ginjal
- Paduan yang dianjurkan 2RHZ/4RH

ISTC Indonesia Training


Dosis OAT untuk Pasien Gagal Ginjal
• Dosis disesuaikan dalam keadaan berikut:
• Hemodialisis
• Creatinine clearance
• Dialisis peritoneum*
• Dosis TIDAK perlu diatur jika*
• Ada continuous dialysis - CVVHD (misalnya pasien di ICU dgn
pressors)*
• Uji konsentrasi OAT di darah pasien jika pasien tidak
menjadi sembuh atau respons pengobatan tidak begitu
baik

ISTC Indonesia Training


HEMODIALISIS
• Segera setelah HD  untuk hindari premature
drug removal . Mungkin terjadi peningkatkan level
E,Z daiantara HD
• Alternatif lain 4-6 jam sebelum HD  untuk
mengurangi toksisiti E,Z & meningkatkan premature
drug removal
• R dan H dosis standar tiap hari
• Z  dosis standar 3 X minggu
• E  dosis standar 3 X minggu
• Streptomisin hindari
TRANSPLAN GINJAL
• RHZE  dosis dan lama pengobatan
standard
• Mungkin memerlukan modifikasi
sampai fungsi ginjal normal
• E diganti moxifloksasin
• Rifampisin menginduksi enzim hepar
TB DENGAN GANGGUAN HEPAR
Gangguan hepar
• Regimen standar, apabila tidak ada bukti klinis:
• Penyakit hati kronik
• Hepatitis virus carriage
• Riwayat hepatitis akut
• Peminum alkohol berlebihan
• Reaksi hepatotoksik lebih sering ditemukan  antisipasi
• Pasien TB dgn gangguan hepar  Tes fungsi hati sebelum
pegobatan
• Semakin berat gangguan hepar  semakin sedikit OAT
hepatotoksik yg digunakan
TB dengan Hepatitis Akut

- Pemberian OAT pada hepatitis akut atau icterus


ditunda sampai hepatitisnya mengalami
penyembuhan
- Bila perlu E dan S , jangan lama (maksimal 3 bulan).
 Setelah itu tambahkan RH selama 6 bulan

ISTC Indonesian Training


Hepatitis Imbas Obat (Drug
Induced Hepatitis)
• Sering terjadi pada awal pengobatan
• Lebih sering terjadi pada KDT
dibandingkan OAT lepasan
• Tipe : Hepatosellular, kholestatik,
campuran
• Cek serologi virus pada semua pasien yang
terjadi hepatitis pada pemberian OAT
Fakto risiko Hepatitis Imbas
Obat (Drug Induced Hepatitis)
• Umur > 35 tahun
• Perempuan
• East Asian
• Pre exiting liver diseases
• TB Luas
• Peminum alkohol berat
• Malnutrisi dan hipoalbumin
• Obat2 hepatotoksik
• Asitilator lambat
• Pemakaian dosis tinggi sehubungan dengan BB
Hepatitis Imbas Obat
(Drug Induced Hepatitis)
• Perhatikan fase pengobatan TB (tahap awal atau lanjutan)
• Beratnya gangguan pada hepar
• Beratnya penyakit TB
• Kemampuan atau kapasitas pelayanan kesehatan dalam tatalaksana
efek samping akibat OAT
• Bila klinis (+) (Ikterik [+], gejala mual, muntah [+])  OAT Stop
• Bila gejala (+) dan SGOT, SGPT > 3 kali,: OAT stop
• Bila gejal klinis (-), Laboratorium terdapat kelainan:
- Bilirubin > 2  OAT Stop
- SGOT, SGPT > 5 kali : OAT stop
- SGOT, SGPT > 3 kali  teruskan pengobatan, dengan pengawasan
Pasien TB dgn kelainan hati kronik
- Bila curiga gangguan fungsi hati, pemeriksaan
fungsi hati sebelum pengobatan
- Bila SGOT, SGPT < 3x  teruskan pengobatan,
dengan pengawasan ketat ( cek fungsi hati tiap 2 minggu )
- Bila klnis (-) , SGOT, SGPT > 3x  OAT diteruskan dengan
pengawasan ketat
- Bila klnis (+) , SGOT, SGPT > 3x  OAT stop
- Pada kelainan fungsi hati Pirazinamid tidak digunakan
- Anjuran : 2SHRE / 6RH
atau
2SHE / 10HE

ISTC Training Modules 2009


REKOMENDASI BTS
• SGOT/SGPT  5 X normal atau bilirubin > 2
walaupun tak ada keluhan  OAT STOP
• Pasien BTA (-), klinis stabil
- Tunggu sampai fungsi hati N
- Tidak memerlukan obat alternative
• Pasien BTA (+), klinis tak stabil
- Mulai dengan E dan S dan satu dari obat
cadangan sampai fungsi hati N
- Teruskan obat yang aman sampai fs hati N
KESIMPULAN
• TB pada keadaan khusus OAT tetap diberikan sesuai
indikasi
• TB – DM  OAT yg diberikan sama perhatikan
interaksi OAT dgn OHO dan gula darah harus
terkontrol
• TB- HIV  OAT segera diberikan setelah ditoleransi
berikan ARV , OAT pada fase awal dan lajutan
diberikan tiap hari
• TB- Kehamilan  tetap diberikan pilih obat yang
tidak teratogenik
• TB pada perempuan menyusui tetap
diberikan kadar OAT dlm ASI sangat kecil
• TB pada kelainan ginjal  perhatikan CC 
Stage dan jenis OAT yang diekresi melalui
ginjal
• TB pada kelainan hati  fungsi hati dan OAT
yang di metabolisme di hati
• Penyakit utama tetap menjadi perhatian
• Memperhatikan efek samping obat
• Monitoring dan evaluasi respons
pengobatan
TERIMA KASIH
Pasien TB yang perlu mendapat tambahan
kortikosteroid

Hanya digunakan pada keadaan khusus


* meningitis TB
* TB milier dengan gejala meningitis,
gangguan respirasi
* TB dengan pleuritis eksudativa
* TB dengan perikarditis konstriktiva
- Dosis prednison ; 30-40mg/ hari diturunkan
bertahap

ISTC Indonesia Training Modules 2010


Efek Samping Ringan OAT

Efek Samping Penyebab Penanganan


Tidak ada nafsu makan, Rifampisin Semua OAT diminum
mual, sakit perut malam sebelum tidur

Nyeri Sendi Pirazinamid Beri Aspirin

Kesemutan s/d rasa INH Beri vitamin B6


terbakar di kaki (piridoxin) 100mg per
hari

Warna kemerahan pada Rifampisin Tidak perlu diberi apa-


air seni (urine) apa, tapi perlu
penjelasan kepada
pasien.

ISTC Indonesia Training Modules


2010
Efek Samping Berat OAT

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan


Gatal dan kemerahan kulit Semua jenis OAT Ikuti petunjuk penatalaksanaan
dibawah *)
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan

Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan

Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua OAT Hentikan semua OAT sampai ikterus
menghilang
Bingung dan muntah- Hampir semua obat Hentikan semua OAT, segera
muntah lakukan tes fungsi hati
(permulaan ikterus karena
obat)
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol

Purpura dan renjatan (syok) Rifampisin Hentikan Rifampisin

ISTC Indonesia Training Modules


2010
Efek Samping OAT dan Penatalaksanaannya
Efek Samping Kemungkinan Tata Laksana
Penyebab
MINOR OAT diteruskan
• Anoreksia,nausea, nyeri Rifampisin Tablet diminum malam hari
perut
• Nyeri sendi Pirazinamid Aspirin
• Rasa terbakar di kaki INH Piridoksin 1x100mg
• Urin merah/jingga Rifampisin Berikan penjelasan

MAYOR Hentikan Obat Penyebab


• Gatal/ruam Streptomisin Hentikan
• Tuli [sekret (-)] Streptomisin Hentikan streptomisin,ganti etambutol
• Gangguan keseimbangan Streptomisin Hentikan streptomisin,ganti etambutol
(vertigo & nistagmus)
• Kuning (penyebab lain disingkirkan Sebagian besar OAT Stop OAT sampai kuning hilang*
• Muntah & confusion Sebagian besar OAT Stop OAT, tes fungsi hati cito*
(suspected drug induced pre-
icteric hepatitis
• Gangguan visual Etambutol Hentikan etambutol
• Kelainan sistemik,termasuk Rifampisin Hentikan rifampisin
syok dan purpura

ISTC Indonesia Training Modules 2010

Anda mungkin juga menyukai