PENGARUH ANTIOKSIDAN PARE (Momordica charantia L), BROKOLI (Brassica olaracea L.var italica ) DAN KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus) AKIBAT PAPARAN HAIRSPRAY
PENGARUH ANTIOKSIDAN PARE (Momordica charantia L), BROKOLI (Brassica olaracea L.var italica ) DAN KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus) AKIBAT PAPARAN HAIRSPRAY
SKRIPSI
Oleh:
Fitriyah Malik
135090301111002
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
PENGARUH ANTIOKSIDAN PARE (Momordica charantia L),
BROKOLI (Brassica olaracea L.var italica ) DAN KULIT
MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP GAMBARAN
MIKROSKOPIS ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus)
AKIBAT PAPARAN HAIRSPRAY
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains dalam bidang Fisika
Oleh
Fitriyah Malik
135090301111002
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Oleh:
Fitriyah Malik
135090301111002
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Fisika
Fakultas MIPA Universitas Brawijaya
iii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Malang,
Yang menyatakan
(Fitriyah Malik)
NIM. 135090301111002
v
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
vi
PENGARUH ANTIOKSIDAN PARE (Momordica charantia L),
BROKOLI (Brassica olaracea L.var italica ) DAN KULIT
MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP GAMBARAN
MIKROSKOPIS ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus)
AKIBAT PAPARAN HAIRSPRAY
ABSTRAK
Hairspray merupakan suatu produk kosmetik yang cukup
populer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa macam bahan
yang terkandung dalam hairspray berpotensi membahayakan organ
tubuh, salah satunya adalah Cocomide diethanol (DEA). Cocomide
diethanol (DEA) mengandung senyawa karsinogenik yang berpotensi
menimbulkan kerusakan pada organ hati bahkan berakibat kanker.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian
antioksidan pare, brokoli dan kulit manggis pada organ dari hati
mencit yang terpapar hairspray. Penelitian ini dilakukan dengan cara
mencit dipapar hairspray tanpa pemberian antioksidan untuk
mendapatkan dosis maksimum penyemprotan hairspray yang
kemudian digunakan sebagai parameter dalam perlakuan paparan
hairspray dengan pemberian antioksidan. Lama paparan hairspray
adalah 20 menit. Setelah itu, mencit dibedah dan dibuat preparat organ
hati. Kemudian diamati kerusakan struktural sel organ hati mencit
melalui mikroskop dengan perbesaran 100x. Setelah itu dilakukan
analisis kerusakan organ hati mencit. Hasil penelitian menunjukkan
adanya pengaruh pemberian antioksidan pare, brokoli dan kulit
manggis pada kerusakan organ hati mencit yang terpapar hairspray.
Kerusakan sel hati mencit berkurang seiring dengan bertambahnya
dosis antioksidan yang diberikan. Kerusakan organ hati mencit
terkecil yaitu 5,35 % didapat pada pemberian dosis antioksidan
terbesar yaitu 4,05 mg.
vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
viii
THE INFLUENCE ANTIOXIDANT OF PARE (Momordica
charantia L), BROCCOLI (Brassica olaracea L.var italica) AND
MANGOSTEEN’S PEEL (Garcinia mangostana L) AGAINST
THE MICROSCOPICAL LIVER ORGANS OF MICE (Mus
musculus) EXPOSURED BY HAIRSPRAY
ABSTRACT
Hairspray is a popular cosmetic product . The study results
showed that there are several kinds of materials contained in hairspray
potentially harm organs, one of them contains cocomide diethanol
(DEA). Cocomide Diethanol (DEA) contains carcinogenic
compounds that has potential to damage to the liver even cancerous.
The purpose of this study was to analyze the effect antioxidant of pare,
broccoli and mangosteen’s peel in the liver organs of mice exposed by
hairspray. This research was conducted by exposing hairspray on mice
without giving antioxidant to get maximum dose of hairspray, which
is used as a parameter in the treatment of hairspray exposure by giving
antioxidant. The duration of hairspray’s exposure is 20 minutes. After
that, the mice was dissected and liver preparations were made. The
structural damage of mice liver organ cells were observed then
through a microscope with 100x magnification. After that, analyzing
the damage of mice liver. The results showed that there is effect
antioxidant of pare, broccoli and mangosteen’s peel on the damage of
mice liver exposed by hairspray. Damage of mice liver cells decreases
a long the increasing dosage of a given antioxidant. The smallest
damage of liver organ of mice is 5,35% gained from the giving of
antioxidant with dosage of 4,05 mg.
ix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
x
KATA PENGANTAR
xi
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih terdapat
kekurangan baik dalam penyusunan, bahasa dan penyajian
penjelasannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca sehingga dapat memberikan perubahan ke arah yang
lebih baik. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Malang, 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi hati.…………………………………………...6
Gambar 2.2 Mikroskopis sel hati normal…………...……………….7
Gambar 2.3 Proses pembentukan ROS…………………………….10
Gambar 2.4 Pare………………………………………...………….11
Gambar 2.5 Brokoli………………………………………………...13
Gambar 2.6 Kulit manggis…………………………………………13
Gambar 2.7 Mencit (Mus musculus)……………………………….14
Gambar 2.8 Rumus kimia senyawa DEA.........................................16
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian………………………………..18
Gambar 3.2 Mencit dipapar hairspray…………………………..…20
Gambar 3.3 Diagram alir proses pembedahan mencit……………..22
Gambar 3.4 Diagram alir pembuatan preparat………………….….23
Gambar 4.1 Organ hati mencit kontrol negatif…………………….26
Gambar 4.2 Organ hati mencit TP1………………………………..27
Gambar 4.3 Organ hati mencit TP2………………………………..27
Gambar 4.4 Organ hati mencit TP3………………………………..28
Gambar 4.5 Organ hati mencit TP4………………………………..28
Gambar 4.6 Organ hati mencit TP5………………………………..29
Gambar 4.7 Organ hati mencit P1………………………….……....31
Gambar 4.8 Organ hati mencit P2………………………….………31
Gambar 4.9 Organ hati mencit P3……………………….…………32
Gambar 4.10 Organ hati mencit P4………………….……………..32
Gambar 4.11 Organ hati mencit P5……………..………………….33
Gambar 4.12 Grafik kerusakan sel vena centralis TP ………..…....34
Gambar 4.13 Grafik kerusakan sel degenerasi parenkim TP...…....35
Gambar 4.14 Grafik kerusakan sel binuklear TP…………….…….35
Gambar 4.15 Grafik total kerusakan TP………………….………..36
Gambar 4.16 Grafik kerusakan sel vena centralis P………………..37
Gambar 4.17 Grafik kerusakan degenerasi parenkim P…………....37
Gambar 4.18 Grafik kerusakan sel binuklear P………...………....38
Gambar 4.19 Grafik total kerusakan P…………………..…………38
Gambar 4.20 Struktur kimia radikal asam minyak……….………..41
Gambar 4.21 Struktur kimia vitamin C…………..……….………..42
Gambar 4.22 Proses pendonoran atom H………...……….………..45
xv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 jenis kerusakan organ hati………………………………..8
Tabel 2.2 Tahapan reaksi pembentukan radikal bebas……………...9
Tabel 3.1 Pengelompokan hewan coba mencit (Mus musculus)…..19
Tabel 3.2 Dosis antioksidan hewan coba mencit..............................21
Tabel 4.1 Data kerusakan organ hati mencit TP……..…………….30
Tabel 4.2 Data kerusakan organ hati mencit P…...…..…………….33
Tabel 4.3 Energi ikat……………………………………………….46
xvii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Data Kerusakan Sel………………………...………….57
Lampiran II Alat dan Bahan Penelitian…………….………………69
Lampiran II Kode Etik Penelitian………………….………………72
Lampiran IV Sertifikat Bebas Plagiasi……………………………..73
xix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xx
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di zaman modern ini, terdapat banyak sekali produk kosmetik
yang digunakan untuk menata dan merawat rambut. Hal ini
dikarenakan rambut manusia tidak hanya bersifat sebagai
pelindung tetapi juga berperan dalam menunjang penampilan
seseorang (Nusmara, 2012). Salah satu produk kosmetik yang
digunakan untuk menata rambut agar tetap rapi sepanjang hari dan
sesuai dengan yang diinginkan adalah hairspray.
Hairspray merupakan suatu produk kosmetik yang cukup
populer digunakan oleh kaum wanita maupun pria untuk
membentuk model rambut. Hairspray digunakan untuk
membantu menahan bentuk rambut baik untuk rambut basah
maupun rambut kering. Berbagai macam bahan yang terkandung
dalam hairspray berpotensi membahayakan organ tubuh. Salah
satu bahan berbahaya yang terkandung dalam hairspray adalah
cocomide diethanol (DEA) (Santhosh M Mathews et al, 2015).
Cocamide diethanol (DEA) adalah dietanolamida yang dibuat
dengan mereaksikan campuran asam lemak dari minyak kelapa
dengan diethanolamine. Pada Juni 2012, sebuah lembaga
penilaian kesehatan lingkungan dari California, menyatakan
bahwa cocamide diethanol (DEA) termasuk ke dalam daftar
bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker pada manusia.
Cocomide diethanol (DEA) juga bersifat karsinogen dan toksik,
yang mana pada dosis diatas 6,3 gr dapat menyebabkan kematian
pada hewan mencit (CIR, 2011). Zat karsinogen pada cocomide
diethanol (DEA) ini dapat masuk ke dalam tubuh terkhususnya ke
dalam hati manusia melalui udara maupun proses metabolisme.
Apabila terjadi pengendapan dalam tubuh maka akan
mengganggu proses kerja organ hati.
Organ hati adalah salah satu organ penting dalam tubuh
manusia dan merupakan organ terbesar dalam tubuh. Organ hati
berperan dalam proses pengaturan homeostasis yaitu diantaranya
metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan serta
imunologi (Depkes RI, 2007). Apabila organ hati terganggu atau
mengalami kerusakan maka akan mempengaruhi proses kerja hati
1
yang menyebabkan terganggunya proses pengaturan homeostatis
di dalam tubuh manusia.
Salah satu cara untuk meminimalisir atau mengurangi
terjadinya kerusakan organ hati maka diberikan antioksidan alami
yaitu pare (Momordica charantia L), brokoli (Brassica olaracea
L.var italica) dan kulit manggis (Gircinia manngostana L).
Alasan menggunakan antioksidan ini dikarenakan pada tanaman
ini banyak terdapat kandungan antioksidan alami seperti
flavonoid, vitamin A, vitamin C, polifenol serta antioksidan
lainnya yang mana antioksidan ini berpotensi dapat memperbaiki
kerusakan pada organ hati mencit (Mus musculus).
1.2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh pemberian antioksidan pare (Momordica charantia L.),
brokoli (Brassica oleracea L. var italica), dan kulit manggis (Garcinia
mangostana L) terhadap gambaran mikroskopis organ hati dari mencit
(Mus musculus) yang terpapar hairspray.
1.3. Batasan Masalah
Adapun beberapa hal yang menjadi batasan masalah dalam
penelitian ini yaitu hairspray yang digunakan adalah hairspray jenis
X yang mengandung bahan cocomide diethanol (DEA) ; dengan objek
yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) berjenis kelamin
jantan dan berusia 2-3 bulan; tidak dilakukan uji kandungan hairspray
dan antioksidan secara kimia; keadaan awal mencit tidak diperiksa
(diabaikan), hanya meneliti organ hati mencit serta melihat bentuk dari
sel organ hati mencit dan hanya menghitung kerusakan sel organ hati
secara subjektif dengan menggunakan softwere image raster.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh pemberian antioksidan pare (Momordica charantia L),
brokoli (Brassica oleracea L. var italica) dan kulit manggis (Garcinia
mangostana L) pada organ hati dari mencit (Mus musculus) yang
terpapar hairspray berdasarkan citra mikroskopisnya.
2
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai kajian ilmiah kepada
masyarakat tentang bahaya dari cocomide diethanol (DEA) yang
terkandung didalam hairspray, sebagai sumber informasi kepada
pembaca tentang pengaruh pemberian antioksidan pare, brokoli dan
kulit manggis didalam tubuh serta sebagai acuan penggunaan
hairspray dalam kehidupan sehari-hari.
3
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hati
Hati adalah organ tubuh manusia terbesar. Berat hati sekitar
1500 gr dan terletak di sudut kanan atas perut. Organ ini terkait erat
dengan usus kecil, memproses darah vena yang kaya nutrisi
meninggalkan saluran pencernaan. Hati melakukan lebih dari 500
fungsi metabolik, menghasilkan sintesis produk yang dilepaskan ke
aliran darah, misalnya glukosa yang berasal dari glikogenesis, protein
plasma, faktor pembekuan dan urea atau yang diekskresi ke saluran
usus (empedu) serta beberapa produk disimpan dalam parenkim hati
(Plaats, 2005).
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan
metabolisme, merusak sel darah merah tua, sintesis dan sekresi
lipoprotein plasma serta mempunyai fungsi metabolisme (sintesis
glikogen, glukoneogenesis, menyimpan glikogen, beberapa vitamin
dan lipid) (Burkitt HG, 1995). Fungsi detoksifikasi sangat
berhubungan erat dengan fungsi ekskresi, karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia
sederhana, seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu
(Kelly, 1993). Hati juga mempunyai fungsi dalam mengatur kadar
glukosa dalam darah. Makanan berupa glukosa akan diabsorbsi di
usus, kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal. Sebagian dari
glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa.
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk
mempertahankan kadar glukosa darah. Jika terjadi gangguan hati,
dapat menyebabkan terjadinya hiperglikemia atau hipoglikemia
(Ganiswara SG, 1995).
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber. Bagian
terbesar darah masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang
lain melalui arteri hepatica. Darah balik seluruhnya dialirkan keluar
hati melalui vena hepatika yang masuk ke dalam vena cava caudalis.
Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan dari alat tubuh
lain. Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 2/3 darah balik dan
1/3 darah nadi (Ressang, 1984). Vena porta dan arteri hepatika
merupakan pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-
zat lain yang diserap oleh usus. Nutrisi yang sampai di hati melalui
5
aliran darah portal diolah dan keluar sebagai bahan baru dalam aliran
darah (Hartono, 1992). Selain nutrisi, turut masuk berbagai bakteri,
darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah, dihancurkan
atau mungkin juga disimpan. Sebanyak 75-80% darah pada organ hati
berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar
20-25% darah yang kaya oksigen (Lu FC, 1995).
6
normal. Dalam kondisi sel yang masih tersusun radier hepatosit akan
berbentuk bulat.
7
Tabel 2.1 Jenis - jenis kerusakan pada organ hati
Jenis kerusakan Gambar Keterangan
Vena centralis Terjadi penggabungan
beberapa vena menjadi
vena yang lebih besar,
ukuran vena > 200
mikrometer,
8
Tabel 2.1 Tahapan reaksi pembentukan radikal bebas
Tahapan Reaksi
1. Inisiasi RH+ OH
R' + O2
2. Propagasi ROO'+ RH ROOH +R'
ROO' + ROO' ROOH + O2
3. Terminasi ROO' + R' ROOR
R' + R'
9
Gambar 2.3 Proses pembentukan oksigen reaktif spesies (ROS)
Efek yang terjadi akibat paparan radikal bebas didalam hati dapat
menimbulkan kanker hati. Kanker hati merupakan pertumbuhan sel
yang abnormal, cepat, dan tidak terkendali pada hati sehingga merusak
bentuk dan fungsi organ hati. Pada keadaan normal sel hati akan
membelah diri jika ada penggantian sel-sel hati yang telah mati dan
rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus sehingga terjadi
penumpukan sel baru yang menimbulkan desakan dan merusak
jaringan normal pada hati (R.T. Oakley et al, 1998).
2.3. Antioksidan
Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi
elektron (elektron donor). Secara biologis, pengertian antioksidan
adalah senyawa yang dapat menangkal atau meredam dampak negatif
oksidan. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas
senyawa oksidan tersebut dapat di hambat (Winarsi, 2006).
Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas. Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen
kimia yang dalam kadar atau jumlah tertentu mampu menghambat
atau memperlambat kerusakan akibat proses oksidasi.
Didalam tubuh terdapat antioksidan yaitu antioksidan endogen
diantaranya adalah enzim catalase yang berikatan dengan Fe,
glutathione peroxidase dan glutathione Stransferase yang berikatan
dengan Se, superoxide dismutase yang berikatan dengan Cu, Zn dan
Mn, dapat menangkal radikal bebas namun jika senyawa radikal bebas
10
didalam tubuh melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan
seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar atau
antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal bebas yang terbentuk
(Reynertson, K. A., Basile, M. J. & Kennelly, 2005). Antioksidan
memiliki kemampuan mendonorkan elektron dan dapat berfungsi
sebagai agen pereduksi sehingga dapat mengkhelat ion metal dan
mengurangi potensi radikal dalam tubuh (Vaya, J & Aviram, 2001).
2.4. Pare
Sistematika tumbuhan pare adalah sebagai berikut (Depkes, 2001).
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Cucurbitales
Suku : Cucurbitaceae
Marga : Momordica
Spesies : Momordica charantia L
11
Pare juga mengandung momorkarin, momordenol,
momordisilin, momordisin, momordisinin, momordin, momordolol,
karantin, karin, kriptoxantin, diosgenin, asam elaeostearat, eritrodiol,
asam galakturonat, asam gentisik, goyaglikosida dan goyasaponin,
asam kafeat dan asam ferulat, fisetin dan isoramnetin, dihydroxy,
methoxycucurbita, diene, dimethoxycucurbita dan
dihydroxycucurbita (Rukmana, 1997).
Selain itu juga mengandung saponin, flavonoid, polifenol,
alkaloid, triterpenoid, momordisin, glikosida cucurbitacin, charantin,
asam butirat, asam palmitat, asam linoleate dan asam stearat. Daun
pare mengandung momordisina, momordina, karantina, resin, asam
trikosanik, asam resinat, saponin, vitamin A, dan C serta minyak
lemak yang terdiri dari asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan
L.oleostearat. Biji pare mengandung saponin, alkanoid, triterpenoid,
asam momordial dan momordisin sedangkan akar pare mengandung
asam momordial dan asam oleanolat (A.N.S. Thomas, 2008).
2.5. Brokoli
Brokoli termasuk dalam tanaman musiman dengan daur hidup
yang berlangsung minimal empat bulan dan maksimal setahun
tergantung tipenya (Sharma V, Paliwal R, 2012). Menurut (Bahri, S.,
Sitorus, P., Pasaribu, 2012), klasifikasi tanaman brokoli adalah
sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleraceae L. var italica
2.8. Hairspray
Hairspray merupakan kosmetik yang digunakan pada rambut
untuk mempertahankan suatu bentuk rambut agar sesuai dengan yang
dinginkan. Hairspray dibentuk dalam sediaan aerosol, sehingga
hairspray termasuk kedalam kosmetik kemasan gas untuk
menguatkan rambut yang sudah ditata (Rostamilis, 2008) .
Dalam hairspray, terdapat pelarut utama berupa alkohol,
dengan hidrokarbon terhalogenasi yang digunakan sebagai pelarut dan
propelan. Pada saat hairspray disemprotkan ke rambut, sebagian
propelan menguap, hanya menyisahkan sedikit didalam droplet.
Jumlah aliran keluar dari tetesan pada serat rambut tergantung pada
seberapa banyak jumlah semprotan yang membasahi serat rambut dan
juga tergantung pada mobilitas droplet setelah mengenai serat rambut.
Berdasarkan penelitian Brookins, bahwa setelah dilakukan
penyemprotan selama satu detik maka cairan hairspray tersebut akan
kering. Namun, setelah penyemprotan dua detik, tetesan cenderung
menghilang dikarenakan alkohol secara menyeluruh membasahi serat
rambut dan membentuk lapisan serat (Rostamilis, 2008).
2.9. Cocomide Diethanol (DEA)
Menurut Ron Robinson, seorang ahli kimia kosmetik dan
spesialis perawatan rambut di Aviva, cocamide diethanol (DEA)
merupakan agen berbusa atau pengental yang relatif umum digunakan
dalam produk pembersih. Cocamide diethanol (DEA) digunakan
15
sebagai agen pengemulsi untuk membuat produk dan dibuat dengan
mereaksikan campuran asam lemak dari minyak kelapa dengan
dietanolamin. DEA termasuk kedalam alergen yang dalam dosis kecil
dapat menyebabkan dermatitis ringan pada individu yang rentan
terhadap alergi kulit sedangkan pada dosis tinggi berpotensi menjadi
senyawa karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker pada manusia
(Santhosh M Mathews et al, 2015).
Diethanolamine atau disingkat DEA adalah senyawa organik
dengan formula HN (CH2CH2OH)2. Diethanolamine bersifat
polifungsional menjadi amina sekunder dan diol. Dietilolamin bersifat
hidrofilik dari gugus amina dan hidroksil sekunder yang larut dalam
air. Amida yang terdapat pada cocomide diethanol (DEA) sering juga
bersifat hidrofilik (Santhosh M Mathews et al, 2015).
Diethanolamine murni adalah padatan putih pada suhu kamar
yang memiliki kecenderungan untuk menyerap air yang sering
ditemukan sebagai cairan kental yang tidak berwarna. Cocomide
diethanol (DEA) juga disebut sebagai surfaktan yang memiliki sifat
bagian polar yang suka terhadap air (hidrofilik) dan bagian nonpolar
yang suka terhadap minyak atau lemak. Pada dasarnya bagian non
polar atau hidrofobik merupakan rantai alkil yang memiliki ekor yang
panjang sedangkan bagian polar atau hidrofilik mengandung gugus
hidroksil dan nampak sebagai kepala surfaktan (CIR, 1986).
Adapun Rumus kimia dari senyawa cocomide diethanol
(DEA) adalah CH (CH2)n.
Berikut adalah rumus kimia dari cocomide diethanol (DEA) :
R
Hidrofobik Hidrofilik
16
BAB III
METODOLOGI
17
Selanjutnya data yang diperoleh dari pengamatan akan dianalisis dan
penelitian selesai.
Tahapan- tahapan penelitian dapat digambarkan dalam diagram alir
(Gambar 3.1) berikut ini.
Mulai
Kontrol P (haispray
Negatif (K- TP (hairspray dengan
) tanpa antioksidan)
antioksidan)
Pembagian Kelompok
perlakuan
Analisa data
Selesai
18
3.4. Cara Kerja
3.4.1. Persiapan hewan coba mencit
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
dipersiapkan alat dan bahan penelitian yang terdiri dari pakan mencit,
sekam, tempat makan dan minum mencit, kandang mencit serta
chamber. Setelah itu 50 ekor mencit dimasukkan ke dalam kandang
yang telah disediakan dengan pembagian kelompok yang telah
ditetapkan. Mencit yang akan diuji coba diaklimatisasi atau
diadaptasikan dengan lingkungan terlebih dahulu selama 1 minggu
sebelum dilaksanakan penelitian. Berikut adalah tabel pengelompokan
hewan coba mencit (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Pengelompokan hewan coba mencit (Mus musculus)
Kelompok Nama Perlakuan
Kontrol negative K (-) Tanpa perlakuan apapun
5 kelompok TP1 paparan hairspray 1,43 mg
paparan hairspray
TP2 paparan hairspray 2,64 mg
TP3 paparan hairspray 3,36 mg
TP4 paparan hairspray 5,07 mg
TP5 paparan hairspray 6,00 mg
5 kelompok P1 Pemberian antioksidan dosis 0,81
antioksidan dan mg dengan paparan hairspray
hairspray 1,43 mg.
P2 Pemberian antioksidan dosis 1,62
mg dengan paparan hairspray
2,64 mg.
P3 Pemberian antioksidan dosis 2,43
mg dengan paparan hairspray
3,36 mg.
P4 Pemberian dosis antioksidan dosis
3,24 mg dengan paparan
hairspray 5,07 mg.
P5 Pemberian dosisantioksidan dosis
4,05 mg dengan paparan
hairspray 6,00 mg.
19
3.4.2. Penyemprotan hairspray pada hewan coba
Pada penelitian ini proses paparan hewan coba mencit
dilakukan setiap hari sekali selama 2 minggu. Pemberian hairspray
untuk kelompok TP yaitu mencit dimasukkan kedalam chamber
tertutup kemudian disemprotkan dengan hairspray dengan jumlah
semprotan yang bervariasi sesuai yang ditetapkan. Mencit kemudian
dibiarkan selama 20 menit didalam chamber tertutup. Setelah itu
mencit diangkat dan dipindahkan ke kandangnya. Untuk kelompok P
yaitu mencit terlebih dahulu diberikan antioksidan dengan cara
disuntikkan kedalam mulut mencit dengan dosis yang berbeda-beda
untuk setiap kelompoknya. Dosis antioksidan yang digunakan
bervariasi mulai dari dosis 4,48 mg sampai dengan 10,48 mg.
massa mencit
Dosis Mencit = x dosis manusia
massa manusia
Dosis antioksidan yang diberikan kepada mencit divariasikan
menjadi lima variasi yang besarnya berkisar di antara dosis mencit
hasil perhitungan. Pada penelitian ini digunakan antioksidan pare,
brokoli dan kulit manggis. Konversi dosis yang digunakan untuk
pemberian antioksidan pada mencit dan manusia berbeda. Konversi
20
dosis mencit ke manusia dan dosis untuk perhitungan antioksidan
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Dosis antioksidan untuk perlakuan hewan coba mencit
Antio- Dosis untuk setiap kelompok perlakuan
ksidan P1 P2 P3 P4 P5
Pare 0.31 mg 0,62 mg 0,93 mg 1,24 mg 1,55 mg
Brokoli 0,19 mg 0,38 mg 0,57 mg 0,76 mg 0,95 mg
Kulit 0,31 mg 0,62 mg 0,93 mg 1,24 mg 1,55 mg
Manggis
Total 0,81 mg 1,62 mg 2,43 mg 3,24 mg 4,05 mg
Mulai
Mencit didislokasi
Mencit dibedah
Selesai
22
3.4.5. Pembuatan preparat histopatologi organ hati
Diagram alir pembuatan preparat hispatologi organ hati
mencit dapat dilihat pada gambar berikut ini (Gambar 3.4).
Direndam
Dibersihkan
dalam
Organ Hati dengan NaCl
Formalin 10%
0,9%
1-7 hari
Embedding
(menuangkan Proses Dicuci dengan
organ besera Parafinisasi Alkohol dan
parafin ke blok menambahkan xylol 3 kali
parafin lalu parafin 3 x 30 masing-masing
dibiarkan menit) 20 menit
semalam)
Pemotongan Deparafinisasi
blok parafin (irisan blok Rehidrasi,
dengan parafin dimasukkan
mikrotom dimasukkan dalam alkohol
(ketebalan 4 dalam xylol 2 x bertingkat
µm) 5 menit)
Dehidrasi
Clearing dengn
dengan alkohol Pewarnaan HE
xylol 2 kali
bertingkat
covering glass
objek dengan Selesai
entellan
23
3.4.6. Pengamatan mikroskopis preparat organ hati mencit
Setelah preparatnya siap maka akan dilakukan pengamatan
dengan menggunakan mikroskop. Area pengamatan dibagi menjadi 5
luas lapang pandang untuk setiap preparatnya. Area 5 lapang pandang
ini terdiri dari bagian atas, bagian tengah, bagian bawah, bagian kiri
dan bagian kanan. Hasil pengamatan mikroskopis organ hati yang
telah diperoleh kemudian dihitung sel yang mengalami kerusakan
yaitu vena centralis, degenerasi parenkim dan sel binuklear serta
dihitung juga sel normalnya untuk setiap lapang pandang dengan
menggunakan softwere Image Raster.
24
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
25
3,36 mg, kelompok IV dengan perlakuan IV massa paparan hairspray
5,07 mg dan kelompok V dengan perlakuan V dengan massa paparan
hairspray 6,00 mg. Pada kelompok perlakuan II dosis antioksidan
yang diberikan sebesar 0,81 mg, kelompok perlakuan II sebesar 1.62
mg, kelompok perlakuan III sebesar 2,43 mg, kelompok perlakuan IV
sebesar 3,24 mg dan kelompok perlakuan V sebesar 4,05 mg
kemudian dibedah dan diambil organ hatinya organ hati mencit (Mus
musculus) tersebut kemudian dibuat preparat dengan pewarnaan HE.
Selanjutnya dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop.
Pengamatan dilakukan dengan mengamati setiap preparat
dengan satu preparat terdapat 5 lapang pandang yang berbeda.
Kerusakan ini dihitung secara skoring yaitu menghitung banyaknya
sel yang rusak dan banyaknya sel normal. Kemudian dijumlahkan
untuk masing-masing lapang pandang dan dicari nilai rata-rata
kerusakan sel hati untuk setiap mencit.. Pada penelitian ini digunakan
Softwere Image Raster untuk membantu dalam perhitungan kerusakan
sel. Berikut adalah gambaran mikroskopis organ hati mencit (Mus
musculus) (Gambar 4.1).
26
Gambar 4.2 (TP1) Gambaran mikroskopis organ hati mencit
paparan hairspray 1,43 mg tanpa pemberian antioksidan.
27
Gambar 4.4 (TP3) Gambaran mikroskopis organ hati mencit
paparan hairspray 3,36 mg tanpa pemberian antioksidan.
29
Untuk Gambar 4.5 yaitu kelompok perlakuan TP4 diperoleh
kerusakan sebesar 41,70 %. Sedangkan pada Gambar 4.6 yaitu
kelompok percobaan TP5 diperoleh kerusakan bahwa terjadinya
kerusakan total sebesar 47,56 %. Berikut adalah Tabel 4.1 yang
merupakan tabel kerusakan untuk setiap kelompok perlakuan.
Tabel 4.1 Data kerusakan sel organ hati mencit perlakuan TP
Kelompok Konsentrasi % Jenis Kerusakan
Perlakuan (mg/cm3) Rata-rata
VC DP SB kerusakan
K (-) 0 1,52 % 19,40 % 4,84 % 8,99 %
TP1 0.000119 3,60 % 42,00 % 12,00 % 23,92 %
TP2 0.000220 4,00 % 48,00 % 18,00 % 32,84 %
TP3 0.000280 4,30 % 64,00 % 23,70 % 38,21 %
TP4 0.000423 5,32 % 66,00 % 27,00 % 41,70 %
TP5 0.000500 6,40 % 79,00 % 33,33 % 47,56 %
30
Gambar 4.7 (P1) Gambaran mikroskopis organ hati mencit dengan
pemberian antioksidan 0,81 mg.
32
Gambar 4.11 (P5) Gambaran mikroskopis organ hati mencit dengan
pemberian antioksidan 4,05 mg.
33
Dari data yang diperoleh maka dapat ditunjukkan dengan
grafik seperti berikut ini.
Grafik dibawah ini (Gambar 4.12 sampai Gambar 4.15)
merupakan grafik kerusakan sel organ hati mencit (Mus musculus) per
masing-masing jenis kerusakan pada sel organ hati mencit yang terdiri
dari kerusakan vena centralis, kerusakan degerasi parenkim dan
kerusakan sel binuklear serta grafik total kerusakan dari sel organ hati
mencitnkelompok perlakuan TP (paparan hairspray tanpa pemberian
antioksidan).
Vena centralis
9
8
7
6
% Kerusakan
5
4
3
2
1
0
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006
Konsentrasi hairspray (mg/cm3)
Gambar 4.12 Grafik kerusakan vena centralis sel organ hati mencit
kelompok perlakuan TP (paparan hairspray tanpa pemberian
antioksidan).
34
Degenerasi Parenkim
100
80
% Kerusakan
60
40
20
0
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006
Konsentrasi hairspray (mg/cm3)
Sel Binuklear
40
35
30
% Kerusakan
25
20
15
10
5
0
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006
Konsentrasi hairspray (mg/cm3)
35
Kerusakan Total
60
50
% Kerusakan
40
30
20
10
0
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006
Konsentrasi hairspray (mg/cm3)
Gambar 4.15 Grafik total kerusakan sel organ hati mencit kelompok
perlakuan TP (paparan hairspray tanpa pemberian antioksidan).
36
Vena Centralis
8
7
6
% Kerusakan
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5
Dosis Antioksidan (mg)
Gambar 4.16 Grafik kerusakan vena centralis sel organ hati mencit
kelompok perlakuan P (paparan hairspray dengan pemberian
antioksidan).
Degenerasi Parenkim
80
70
60
% Kerusakan
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5
Dosis Antioksidan (mg)
37
Sel Binuklear
35
30
% Kerusakan
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5
Dosis Antioksidan (mg)
Kerusakan Total
50
40
% Kerusakan
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5
Dosis Antioksidan (mg)
Gambar 4.19 Grafik total kerusakan sel organ hati mencit kelompok
perlakuan P (paparan hairspray dengan pemberian antioksidan).
4.3. Pembahasan
Dari hasil pengamatan organ hati mencit yang terpapar
hairspray dengan pemberian antioksidan 5 varian dosis antioksidan
pare, brokoli dan kulit manggis diperoleh adanya perubahan pada
masing-masing kelompok perlakuan. Pare, brokoli dan kulit manggis
ini memiliki senyawa antioksidan yang tinggi yang dapat menangkal
radikal bebas yang terdapat dalam kandungan hairspray serta dapat
39
memperbaiki kerusakan sel pada organ hati mencit (Mus Musculus).
Adapun Kerusakan organ hati mencit yang diamati dalam penelitian
ini yaitu kerusakan vena centralis, degenerasi parenkim serta
kerusakan sel binuklear dan juga diamati sel hepatosit atau sel normal.
Pada penelitian ini kelompok perlakuan mencit dibagi menjadi tiga
kelompok diantaranya kelompok K- (kelompok kontrol yaitu
kelompok tidak dipapar hairspray dan juga tidak diberikan
antioksidan), kelompok TP (paparan hairspray tanpa pemberian
antiosidan) dan kelompok P (pemberian antioksidan dan paparan
hairspray).
Berdasarkan pengamatan mikroskopis organ hati mencit
maka dapat diketahui tingkat kerusakan sel organ hati mencit. Hal ini
sesuai dengan perhitungan jumlah sel yang rusak dengan
menggunakan persamaan yang sudah ditentukan serta gambar
perbedaan kerusakan untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada
Gambar 4.1 sampai dengan Gambar 4.11. Pada kelompok perlakuan
TP (paparan hairspray tanpa pemberian antioksidan) terjadi
pertambahan jumlah kerusakan seiring dengan pertambahan jumlah
semprotan hairspray yang diberikan sedangkan pada kelompok
perlakuan P (paparan hairspray dengan pemberian antioksidan)
jumlah kerusakan menurun seiring dengan pertambahan pemberian
dosis antioksidan. Sehingga dari sini terdapat hubungan yang erat
antara paparan hairspray dengan pemberian antioksidan dengan
bermacam-macam dosis yang berbeda terhadap gambaran
mikroskopis organ hati mencit (Mus musculus).
40
membran sel dan protein, termasuk enzim sehingga menyebabkan
nekrosis sentrilobular atau kerusakan sel (Ruqiah, 2007).
Terbentuknya radikal didalam hati dapat menimbulkan
peroksidasi lemak dalam membrane didalam sel. Mitokondria
terserang sehingga akan melepaskan ribosom dari retikulum
endoplasma yang menyebabkan pemasokan energi yang dibutuhkan
untuk memelihara fungsi dan struktur retikulum endoplasma terhenti
yang menyebabkan sintesis protein menjadi menurun. Sel akan
kehilangan daya untuk mengeluarkan trigliserida sehingga
menyebabkan degenerasi lemak pada sel hati. Apabila bagian yang
sangat luas dari hati mengalami kerusakan maka hati akan kehilangan
fungsinya (Koeman, 1987).
Organ hati memiliki kapasitas yang tinggi dalam mengikat
bahan kimia sehingga bahan kimia lebih banyak terkonsentrasi pada
organ hati. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi hati yaitu
mengeliminasi toksikan dalam tubuh. Hati memiliki kemampuan
untuk mengeluarkan toksikan namun organ hati mempunyai
kapasitasnya yang lebih tinggi dalam proses biotransformasi toksikan.
Hati berperan menghilangkan bahan toksik dari darah setelah
diabsorpsi pada saluran pencernaan sehingga dapat dicegah distribusi
bahan toksik tersebut ke bagian lain dari tubuh yang akan
menyebabkan terbentuknya radikal (Mukono HJ, 2005).
R
Gambar 4.20 Struktur kimia radikal asam minyak
42
Oksigen bebas di udara akan mengoksidasi ikatan rangkap pada asam
lemak yang tidak jenuh. Kemudian radikal bebas yang terbentuk akan
beraksi dengan oksigen sehingga akan menghasilkan peroksida aktif.
RH + O2 R* + OOH
Asam lemak Oksigen Radikal bebas tidak jenuh
R* + O2 ROO*
Radikal bebas Oksigen Peroksida aktif
43
peroksida (2). Radikal peroksida mengikat semua atom hidrogen dari
molekul asam lemak membentuk radikal asam lemak yang baru dan
hidroperoksida (3). Zat antioksidan bereaksi dengan radikal asam
lemak dan radikal peroksida (4) dan (5). Radikal bebas menjadi
kurang aktif dan radikal antioksidan yang terbentuk tidak mampu
melanjutkan rantai oksidasi lebih lanjut.
Didalam (Sayuti, 2015), Mekanisme pencegahan timbulnya kanker
oleh senyawa flavonoid diantaranya adalah :
Stimulasi aktivitas enzim-enzim detoksifikasi fase II. Enzim-
enzim detoksifikasi fase II akan mengkatalisis reaksi
yang meningkatkan ekskresi senyawa toksik atau bahan kimia
karsinogenik dalam tubuh.
Menjaga aturan siklus sel yang normal. Jika DNA mengalami
kerusakan, siklus sel akan berhenti pada titik tempat
terjadinya kerusakan sehingga memberi kesempatan pada
DNA untuk melakukan mengaktifkan jalur yang membawa
pada kematian sel jika kerusakan tersebut tidak dapat
diperbaiki
Menghambat proliferasi dan menginduksi apoptosis
Menghambat invasi tumor dan angiogenesis. Dengan bantuan
enzim-enzim matrixmetalloproteinases sel-sel kanker akan
menyerang jaringan normal
Mengurangi terjadinya peradangan. Peradangan ini bisa
terjadi akibat produksi radikal bebas secara local oleh
enzim-enzim inflamasi (inflammatory enzymes).
44
Gambar 4.22 Proses mekanisme pendonoran atom H
45
Tabel 4.1 Energi Ikat
46
4.3.3. Aspek Fisis dari cocomide dietahanol (DEA) ketika
masuk kedalam organ hati
Hairspray ketika masuk kedalam tubuh akan mengalami
proses difusi yaitu proses bergeraknya molekul dari daerah dengan
konsentrasi lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih
rendah yang terjadi secara spontan. Contohnya dalam penelitian ini,
proses difusi pada hairspray yang dipaparkan pada mencit yang
berada didalam chamber secara perlahan akan memenuhi seluruh
ruangan karena molekul gas yang terdapat pada hairspray mulai
berdifusi dengan sekelilingnya, menyebar keseluruh ruangan dan
dihirup oleh mencit yang selanjutnya gas tersebut akan masuk
kedalam organ hati mencit.
Proses difusi terjadi dikarenakan perbedaan konsentrasi dari
hairspray yang masuk kedalam tubuh. Misalkan, pada peristiwa
respirasi pada manusia berlangsung didalam paru-paru tepatnya
dibagian alveoli. Hairspray yang terdapat dilingkungan sekitar
memiliki kandungan oksigen yang lebih tinggi dari pada didalam
tubuh manusia. Ketika menghirup oksigen (hairspraya) berjalan
melewati rongga hidung menuju saluran trakea/ tenggorokan
selanjutnya menuju bronkus dan bronkiolus. Gas-gas pernafasan akan
berdifusi karena perbedaan tekanan menuju ke alveoli didalam paru-
paru. Difusi terjadi melalui membran respirasi yang berupa dinding
alveolus sangat tipis. Selanjutnya dari alveolus oksigen (hairspray)
berdifusi kedalam pembuluh darah kapiler, hal ini dapat terjadi
dikarenakan konsentrasi oksigen (hairspray) didalam alveoli lebih
tinggi dari pada di pembuluh darah kapiler dan selanjutnya hairspray
berakhir masuk kedalam sel untuk proses metabolisme sel.
Hairspray yang masuk kedalam tubuh akan mengalami proses
oksidasi yaitu akan berikatan dengan oksigen yang ada didalam darah
sehingga akan menyebabkan peningkatan konsentrasi darah yang ada
didalam tubuh. Peningkatan konsentrasi darah ini diakibatkan karena
tekanan yang yang ada didalam darah serta dipengaruhi oleh suhu
yang ada didalam tubuh sehingga akan terjadi pemecahan senyawa
berbahaya dari hairspray yaitu cocomide diethanol (DEA) antara
bagian kepala dan bagian ekor. Bagian ekor cocomide diethanol
(DEA) disebut sebagai radikal asam lemak dikarenakan memiliki satu
elektron yang tidak berpasangan sehingga bersifat sangat reaktif dan
tidak stabil. Radikal asam lemak ini masuk kedalam organ hati maka
47
akan terjadi proses detoksifikasi yang dilakukan oleh organ hati.
Apabila konsentrasi radikal asam lemak yang berlebihan masuk
kedalam organ hati maka akan terjadi ketidakstabilan kerja enzim dan
organ hati akan kehilangan kemampuan untuk melakukan
detoksifikasi dikarenakan penumpukan konsentrasi yang
mengakibatkan terjadinya penyempitan pembuluh darah yang ada
didalam organ hati. Penyempitan pembuluh darah ini akan
menimbulkan desakan dan akan terjadi kerusakan sel organ hati.
Kecepatan difusi suatu zat melewati sebuah membrane
tergantung pada permeabilitas zat terhadap membran, perbedaan
konsentrasi antar dua sisi, perbedaan tekanan antara masing-masing
sisi karena tekanan akan memberikan energi kinetik yang lebih besar,
dan potensial listrik yang menyeberangi membran akan memberi
muatan pada zat tersebut. Difusi antara cairan interstisial dan cairan
intraselular dapat terjadi melalui beberapa mekanisme: (1) secara
langsung melewati lapisan lemak bilayer pada membran sel, (2)
melewati protein chanel dalam membran, (3) melalui ikatan dengan
protein carier yang reversible yang dapat melewati membran (difusi
yang difasilitasi). Molekul-molekul yang larut seperti oksigen, CO2,
air, dan lemak akan menembus membran sel secara langsung. Kation-
kation seperti 𝑁𝑎+ , 𝐾 + dan 𝐶𝑎2+ sangat sedikit sekali yang dapat
menembus membran oleh karena tegangan potensial transmembran
sel (dengan bagian luar yang positif) yang diciptakan oleh pompa 𝑁𝑎+
dan 𝐾 + . Dengan demikian kation-kation ini dapat berdifusi hanya
melalui chanel protein yang spesifik. Pada akhirnya ion-ion ini akan
berpindah dan saling menetralkan. Misalnya jika diluar sel terjadi
muatan positif yang terlalu besar maka tubuh akan
mengkompensasinyua dengan mengeluarkan muatan negatif dari
intraselular begitu juga sebaliknya. Glukosa dan asam amino berdifusi
dengan bantuan ikatan membran-protein karier.
Kecepatan difusi zat melalui membran sel tidak hanya
bergantung pada gradien konsentrasi tetapi juga pada besarnya muatan
dan daya larut dalam lipid yaitu molekul hidrofobik lebih mudah
berdifusi melalui membran dari pada molekul hidrofilik (Kimball,
2000). Setiap molekul hairspray yang disemprotkan akan bergerak
secara lurus dan bertabrakan dengan molekul hairspray lainnya
maupun molekul-molekul yang ada didalam udara. Pada setiap
48
tabrakan molekul terpental dan menuju ke arah yang lain sehingga hal
inilah yang menyebabkan gerak acak dari molekul tersebut.
Berdasarkan hukum Fick tentang fluks aliran bahwa sejumlah
massa benda (M) yang mengalir melalui satuan penampang melintang
(S) dalam waktu (t) dapat ditulis dalam persamaan berikut.
𝑑𝑀
J= Hukum Fick I
𝑆 𝑑𝑡
Keterangan :
J : fluks aliran (g/cm² detik)
M : jumlah massa (g atau mol)
S : Luas permukaan (cm²)
t : waktu (detik)
𝑑𝐶
J=-D Hukum Fick I
𝑑𝑥
Keterangan :
D : koefisien difusi (cm²/det)
C : konsentrasi (g/cm³)
x : jarak (cm)
Tanda negatif pada persamaan menandakan bahwa difusi terjadi
dalam arah yang berlawanan dengan kenaikan konsentrasi (arah x
positif).
Meskipun koefisien difusi (D) tampak seperti suatu konstanta
perbandingan, koefisien ini biasanya tidak tetap konstan seperti
konstanta umumnya. D dipengaruhi oleh konsentrasi, suhu, tekanan,
sifat pelarut dan sifat kimia difusan. Sedangkan Hukum Fick II
mengatakan bahwa suatu persamaan untuk transport massa yang
menekankan perubahan dalam konsentrasi terhadap waktu pada
tempat tertentu bukan pada massa yang berdifusi melalui satu satuan
luas barrier dalam satuan waktu.
Konsentrasi (C) dalam elemen volume tertentu hanya berubah
sebagai akibat aliran bersih molekul yang berdifusi ke dalam atau ke
luar dari suatu daerah. Perbedaan konsentrasi diakibatkan oleh
perbedaan masukan dan keluaran. Dan konsentrasi difusan dalam
49
elemen volume berubah seirinf waktu yaitu C/t sedangkan fluks
aliran atau jumlas zat yang berdifusi berubah seiring dengan jarak,
J/x dalam arah x, atau dapat ditulis dalam persamaan berikut.
𝑑𝐶 𝑑𝐽
=− , dengan menurunkan persamaan
𝑑𝑡 𝑑𝑥
hukum pertama terhadap x maka diperoleh.
𝑑𝐽 𝑑2 𝐶 𝑑𝐶 𝑑2 𝐶
− =𝐷 =𝐷 Hukum Fick II
𝑑𝑥 𝑑𝑥 2 𝑑𝑡 𝑑𝑥 2
50
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa kerusakan sel organ hati mencit tergantung dari
konsentrasi dan massa hairspray yang disemprotkan, suhu dan
tekanan dalam tubuh mencit serta volume hairspray dalam chamber.
Terdapat pengaruh pemberian antioksidan (pare, brokoli dan kulit
manggis) pada kerusakan organ hati mencit yang terpapar hairspray.
Pemberian dosis antioksidan (pare, brokoli dan kulit manggis) yang
berbeda-beda menghasilkan pengaruh yang berbeda pula. Kerusakan
sel hati mencit berkurang seiring dengan bertambahnya antioksidan
(pare, brokoli dan kulit manggis) yang diberikan. Kerusakan terendah
pada organ hati mencit yaitu sebesar 5,35 % yang dialami pada
pemberian dosis antioksidan terbanyak yaitu 4,05 mg dengan
perbandingan dosis masing-masing antioksidan (pare, brokoli dan
kulit manggis) yaitu 1:1:1.
5.2. Saran
Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya lebih diperhatikan
massa setiap semprotan hairspray, menggunakan variasi dosis
antioksidan lainnya yang lebih tinggi dari pada dosis yang digunakan
pada penelitian yang telah dilakukan serta menggunakan softwere lain
yang otomatis dapat menentukan jenis kerusakan dari sel pada
gambaran mikroskopis organ hati.
51
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
52
DAFTAR PUSTAKA
A.N.S. Thomas. (2008). Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta:
Kanisius.
Arrington, L. R. (1972). Introductory Laboratory Animal Sciene, the
Breeding, Care and Management of Experimental Animal. The
Interstate Printers and Publishers. Inc, Danville.
Bahri, S., Sitorus, P., Pasaribu, F. (2012). Uji ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) terhadap penurunan kadar
glukosa darah. Journal of Pharmaceutics and Pharmacologi.
Vol. 1(1):1-8.
Bracke, Marc E, Eric A. Bruyneel, Stefan J. Vermeulen, Krist’l
Vennekens, Veerle Van Marck, and M. M. M. (1994). Citrus
Flavonoid Effect on Tumor Invasion and Metastasis. Food
Tech :121-124.
Burkitt HG, O. G. (1995). Clinical and Diagnostic Veterinary
Toxicology. Edisi ke-2. Kendal/Hunt. Publishing Company. Pp.
333-334.
CIR. (1986). Final Report on the Safety Assessment of Cocamide
DEA, Lauramide OEA, linoleamide OEA, and Oleamide DEA.
Journal of the American College of Toxicology. 5(5):415-454.
CIR. (2011). Crosslinked Alkyl Acrylates as Used in Cosmetics. Final
report.
Cuppett, S., M. S. and C. H. I. (1954). Natural Antioxidant – Are They
Reality. Dalam Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants,
Chemistry, Health Effect and Applications, AOCS Press,
Champaign, Illinois: 12-24.
Depkes RI. (2007). Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Fajariyah S, U. E. & A. Y. (2010). “Efek PemberianEstrogen Sintetis
(Diethylstillbestrol) Terhadap StrukturHepar Dan Kadar SGOT
Dan SGPT Pada Mencit (MusMusculus) Betina Strain Bal/C,” J
Ilmu dasar 11(1) 76-82.
Ganiswara SG. (1995). Farmakologi dan Terapi. Ed ke-4. Jakarta:
Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
Hartono. (1992). Histologi Veteriner. Organologi. Bogor:
Laboratorium Histologi Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor. Hlm 90.
53
Kelly, W. R. (1993). The liver and biliary system in pathology of
domestic animals. Ed ke-4. Volume ke-2. Jubb kuf, Peter CK dan
Nigel P (Ed). London: Academic Press. 319-406.
Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.
jakarta: UI press.
Koeman, J. . (1987). Pengantar Umum Toksitologi. Yogyakarta:
UGM Press.
Lu FC. (1995). Toksikologi Dasar. Edisi ke-2. jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Moreno, M. (2006). Chemical and Biological Characteristisation of
Nutraceutical Compound Of Broccoli journal of Pharmaceutical
and Biomedical Analysis vol. 4.p.1508-22.
Moriwaki, K. S. H. Y. (1994). Genetic in Wild Mice. Its Aplication to
Biomedical Research. Tokyo: Japan Scientific Sosieties Press.
Karger.
Muchtadi, H. (2000). Sayur-sayuran. Sumber serat dan Antioksidan :
Mencegah penyakit Degeneratif. Bogor: Jurusan Teknologi
Pangan & Gizi. FATETA.IPB.
Mukono HJ. (2005). Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap
Gangguan Saluran Pernapasan. (Airlangga University Press,
Ed.). Surabaya.
Neuschwander, T. B. (2003). Nonalcoholic steatohepatitis: summary
of an AASLD Single Topic Conference. Hepatology 1202-1219.
Nusmara, K. G. (2012). Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas
Pertumbuhan Rambut Tikus Putih dari Sediaan Hairtonic yang
Mengandung Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica
charantia). Skripsi.Fakultas MIPA Program Studi Farmasi.
Plaats, A. V. (2005). The Groningen hypothermic liver perfusion
system for improved preservation in.
Pokorny, J. (1971). Stabilization of Fats by Phenolic Antioxidant
Canadion Inet J. Food Technol.4:68.
Price, S. A. and L, M, W. (1995). Pathofisiologi, Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Edisi 4. EGC.
R.T. Oakley.Inorg.Chem. (1998). Free Radicals and Their Role in
Different Clinical Conditions: An. Hepatology,, 36,299.
Rajalakshmi, D. dan S. N. (1985). Food Antioxidants: Sources and
Methods of Evaluation dalam D.L. Madhavi: Food Antioxidant,
Technological, Toxilogical and Health Perspectives. Hongkong:
54
Marcel Dekker Inc: 76-77.
Ressang, A. (1984). Patologi Khusus Veteriner. Edisi ke-2. Denpasar:
Percetakan Bali. Hlm 45-81.
Reynertson, K. A., Basile, M. J. & Kennelly, E. J. (2005). Antioxidant
Potential of Seven Myrtaceous Fruits, Ethnobotany Research &
Applications, 3:025- 035.
Rostamilis, H. M. (2008). Tata Kecantikan Rambut. Jilid I.
Rukmana, R. (1997). Budidaya Pare. Yogyakarta: Kanisius.
Santhosh M Mathews, Jiju V, Irene Thomas*, Ritty Anu Joseph, N. T.
(2015). COCAMIDE AND ITS DANGERS. Nazareth College of
Pharmacy, Othera, P.O, Thiruvalla, Kerala.
Sayuti, K. (2015). Antioksidan, alami dan sintetik. Padang: AU Press.
Smith B. J & S. Mangkoewidjojo. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan
dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. jakarta:
Indonesia University Press.
Utami, P., & P. D. E. (2013). The Miracle of Herbs. jakarta: PT
Agromedia Pustaka.
Vaya, J., dan Aviram, M. (2001). Nutritional Antioxidants:
Mechanisms of Action, Analyses of Activities and Medical
Applications, Curr. Med. Chem.-Imm, Endoc. and Metab.
Agents, 1 (1).
Wilkins, L. W. (2008). Lippincott Williams & Wilkins Instructor’s
Resource, Parth’s Pathophysiology: Concepts of Altered Health
States, Seventh.
Winarsi, H. (2006). Antioksidan alami dan Radikal Bebas.
Yogyakarta: Kanisius.
55
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Data Kerusakan Sel
1. Tahap I Paparan Hairspray tanpa Pemberian Antioksidan
1.1. Kontrol Negatif
kontrol negatif
jenis kerusakan sel Jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 1 13 3 17 390 409 4.645476773
2 2 18 15 35 295 331 10.87613293
M1 3 2 13 2 17 290 310 6.451612903
4 2 12 13 27 356 385 7.532467532
5 1 11 4 16 273 289 5.53633218
1.6 13.4 7.4 22.4 320.8 344.8 7.008404464
1 1 19 14 34 293 327 10.39755352
2 2 16 11 29 290 320 9.375
M2 3 2 18 11 31 265 296 10.47297297
4 1 15 9 25 199 225 11.55555556
5 1 13 5 19 301 320 5.9375
1.4 16.2 10 27.6 269.6 297.6 9.54771641
1 1 17 3 21 331 354 6.948640483
2 2 20 5 27 296 325 9.797297297
M3 3 1 19 1 21 272 298 9.558823529
4 2 19 0 21 301 325 7.973421927
5 2 21 3 26 280 310 10.71428571
1.6 19.2 2.4 23.2 296 322.4 8.998493789
1 1 21 3 25 290 317 8.517350158
2 2 27 4 33 301 336 10.41666667
M4 3 1 32 0 33 287 320 10.3125
4 2 26 1 29 265 295 10.16949153
5 2 16 0 18 219 238 7.983193277
1.6 24.4 1.6 27.6 272.4 301.2 9.479840327
1 1 26 4 31 290 322 9.937888199
2 2 19 2 23 300 324 7.407407407
M5 3 2 27 2 31 265 296 10.47297297
4 1 22 5 28 220 250 12
5 1 25 1 27 250 277 9.747292419
1.4 23.8 2.8 28 265 293.8 9.913112199
Total Rata2 1.52 19.4 4.84 25.76 284.76 311.96 8.989513438
57
1.2. Perlakuan I
perlakuan I
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 2 93 13 108 104 212 50.94339623
2 3 74 13 90 116 206 43.68932039
M1 3 4 50 14 68 198 266 25.56390977
4 2 91 13 106 102 208 50.96153846
5 5 90 10 105 160 265 39.62264151
3.2 79.6 12.6 95.4 136 231.4 42.15616127
1 3 62 12 77 220 297 25.92592593
2 3 38 13 54 237 291 18.55670103
M2 3 2 43 11 56 229 285 19.64912281
4 1 46 10 57 150 207 27.53623188
5 3 26 12 41 180 221 18.5520362
2.4 43 11.6 57 203.2 260.2 22.04400357
1 4 28 12 44 237 281 15.65836299
2 2 54 12 68 242 310 21.93548387
M3 3 1 18 13 32 220 252 12.6984127
4 5 21 14 40 219 259 15.44401544
5 2 29 18 49 210 259 18.91891892
2.8 30 13.8 46.6 225.6 272.2 16.93103878
1 6 30 12 48 193 241 19.91701245
2 8 23 12 43 226 269 15.98513011
M4 3 4 38 11 53 250 303 17.49174917
4 3 31 11 45 185 230 19.56521739
5 2 23 14 39 201 240 16.25
4.6 29 12 45.6 211 256.6 17.84182183
1 3 22 13 38 185 223 17.04035874
2 6 26 10 42 200 242 17.3553719
M5 3 5 30 10 45 245 290 15.51724138
4 4 25 11 40 100 140 28.57142857
5 6 28 15 49 150 199 24.62311558
4.8 26.2 11.8 42.8 176 218.8 20.62150323
3.56 41.6 12.4 57.48 190.36 247.84 23.91890574
58
1.3. Perlakuan II
Perlakuan II
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 4 87 28 119 130 249 47.79116466
2 4 49 15 68 181 249 27.30923695
M1 3 5 53 22 80 170 250 32
4 4 54 17 75 190 265 28.30188679
5 3 62 15 80 114 194 41.2371134
4 49 19.4 84.4 157 241.4 35.32788036
1 4 43 17 64 121 185 52.89256198
2 2 60 16 78 186 264 41.93548387
M2 3 2 40 13 55 209 264 26.31578947
4 7 30 17 54 189 243 28.57142857
5 7 39 13 59 110 169 53.63636364
4.4 42 15.2 62 163 225 40.67032551
1 3 57 12 72 192 264 27.27272727
2 6 46 14 66 105 171 38.59649123
M3 3 7 47 19 73 119 192 38.02083333
4 2 39 13 54 189 243 22.22222222
5 2 49 15 66 217 283 23.32155477
4 48 14.6 66.2 164.4 230.6 29.88676577
1 4 55 20 79 186 265 29.81132075
2 5 48 16 69 215 284 24.29577465
M4 3 3 38 22 63 201 264 23.86363636
4 4 44 18 66 160 226 29.20353982
5 3 54 24 81 221 302 26.82119205
3.8 48 20 71.6 196.6 268.2 26.79909273
1 3 55 16 74 215 289 25.60553633
2 3 59 21 83 105 188 44.14893617
M5 3 5 40 17 62 150 212 29.24528302
4 3 47 19 69 185 254 27.16535433
5 4 55 21 80 175 255 31.37254902
3.6 51 18.8 73.6 166 239.6 31.50753177
3.96 48 17.6 71.56 169.4 240.96 32.83831923
59
1.4. Perlakuan III
Perlakuan III
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 8 92 23 123 128 251 49.00398406
2 3 72 24 99 193 292 33.90410959
M1 3 7 49 21 77 112 189 40.74074074
4 7 39 23 69 190 259 26.64092664
5 10 44 26 80 179 259 30.88803089
7 59.2 23.4 89.6 160.4 250 36.23555838
1 2 109 22 133 196 329 40.42553191
2 3 100 28 131 208 339 38.64306785
M2 3 4 108 24 136 137 273 49.81684982
4 3 73 27 103 125 228 45.1754386
5 3 80 20 103 129 232 44.39655172
3 94 24.2 121.2 159 280.2 43.69148798
1 5 76 22 103 158 261 39.46360153
2 3 51 23 77 131 208 37.01923077
M3 3 2 59 26 87 114 201 43.28358209
4 1 69 22 92 112 204 45.09803922
5 2 38 25 65 190 255 25.49019608
2.6 58.6 23.6 84.8 141 225.8 38.07092994
1 5 69 21 95 165 260 36.53846154
2 4 42 19 65 120 185 35.13513514
M4 3 5 36 14 55 100 155 35.48387097
4 6 50 28 84 129 213 39.43661972
5 4 44 25 73 217 290 25.17241379
4.8 48.2 21.4 74.4 146.2 220.6 34.35330023
1 3 77 29 109 120 229 47.59825328
2 4 50 26 80 155 235 34.04255319
M5 3 3 69 25 97 200 297 32.65993266
4 5 46 21 72 119 191 37.69633508
5 5 51 29 85 120 205 41.46341463
4 58.6 26 71.6 142.8 231.4 38.69209777
4.28 63.7 23.72 88.32 149.88 241.6 38.20867486
60
1.5. Perlakuan IV
Perlakuan IV
jenis kerusakan jumlah
LP SR SN % kerusakan
Perc. VC DP SB sel/LP
1 4 111 27 142 130 272 52.20588235
2 3 96 28 127 109 236 53.81355932
M1 3 4 29 24 57 183 240 23.75
4 5 88 26 119 167 286 41.60839161
5 4 67 32 103 124 227 45.37444934
4 78.2 27.4 109.6 142.6 252.2 43.35045652
1 6 72 25 103 168 271 38.00738007
2 5 89 22 116 163 279 41.57706093
M2 3 4 59 23 86 135 221 38.91402715
4 5 73 35 113 112 225 50.22222222
5 4 31 25 60 198 258 23.25581395
4.8 64.8 26 95.6 155.2 250.8 38.39530087
1 10 56 26 92 119 211 43.60189573
2 7 38 32 77 102 179 43.01675978
M3 3 11 84 24 119 109 228 52.19298246
4 8 43 29 80 127 207 38.647343
5 9 48 34 91 129 220 41.36363636
9 53.8 29 91.8 117.2 209 43.76452347
1 6 94 26 126 116 242 52.0661157
2 4 44 37 85 102 187 45.45454545
M4 3 5 70 23 98 109 207 47.34299517
4 4 47 32 83 185 268 30.97014925
5 6 95 36 137 161 298 45.97315436
5 70 30.8 105.8 134.6 240.4 44.36139199
1 4 58 20 82 129 211 38.86255924
2 6 45 28 79 145 224 35.26785714
M5 3 2 64 22 88 105 193 45.59585492
4 3 70 26 99 165 264 37.5
5 4 79 24 107 190 297 36.02693603
3.8 63.2 24 91 146.8 237.8 38.65064147
5.32 66 27.4 98.76 139.28 238.04 41.70446286
61
1.6. Perlakuan V
Perlakuan V
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 11 94 39 144 150 294 48.97959184
2 11 107 29 147 108 255 57.64705882
M1 3 7 102 32 141 133 274 51.45985401
4 9 113 40 162 129 291 55.67010309
5 6 86 39 131 110 241 54.35684647
8.8 100 35.8 145 126 271 53.62269085
1 7 97 32 136 120 256 53.125
2 5 60 29 94 128 222 42.34234234
M2 3 8 80 35 123 140 263 46.76806084
4 7 45 30 82 154 236 34.74576271
5 6 71 39 116 125 241 48.13278008
6.6 70.6 33 110.2 133.4 243.6 45.02278919
1 6 98 36 140 132 272 51.47058824
2 6 75 39 120 130 250 48
M3 3 7 98 35 140 110 250 56
4 5 91 32 128 109 237 54.00843882
5 7 95 38 140 112 252 55.55555556
6.2 91.4 36 133.6 118.6 252.2 53.00691652
1 7 101 37 145 119 264 54.92424242
2 4 80 23 107 133 240 44.58333333
M4 3 5 94 38 137 115 252 54.36507937
4 4 73 41 118 110 228 51.75438596
5 6 107 35 148 108 256 57.8125
5.2 91 34.8 131 117 248 52.68790822
1 5 48 35 88 116 204 43.1372549
2 5 50 33 88 140 228 38.59649123
M5 3 4 46 25 75 149 224 33.48214286
4 7 30 22 59 210 269 21.9330855
5 5 44 19 68 158 226 30.08849558
5.2 43.6 26.8 75.6 154.6 230.2 33.44749401
6.4 79.4 33.28 119.08 129.9 249 47.55755976
Keterangan:
VC = Vena Centralis ; DP = Degenerasi Parenkim ; SB = Sel
Binuklear ; SN = Sel Normal ; SR = Sel Rusak ; TS = Total Se ; % KR
= % Kerusakan ; LP = Lapang Pandanga ; M = Mencit
62
2. Tahap II Paparan Hairspray dengan Pemberian Antioksidan
2.1. Perlakuan I
perlakuan I
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 3 20 25 48 280 328 14.63414634
2 6 33 26 65 235 300 21.66666667
M1 3 3 28 20 51 396 447 11.40939597
4 2 49 24 75 250 325 23.07692308
5 4 37 21 62 360 422 14.69194313
3.6 33.4 23.2 60.2 304.2 364.4 17.09581504
1 3 19 16 38 309 347 10.95100865
2 4 42 13 59 290 349 16.90544413
M2 3 3 40 19 62 230 292 21.23287671
4 5 39 18 62 295 357 17.36694678
5 4 31 23 58 301 359 16.15598886
3.8 34.2 17.8 55.8 285 340.8 16.52245302
1 3 46 12 61 327 388 15.72164948
2 4 43 18 65 320 385 16.88311688
M3 3 2 29 15 46 306 352 13.06818182
4 4 43 19 66 230 296 22.2972973
5 2 52 13 67 312 379 17.67810026
3 42.6 15.4 61 299 360 17.12966915
1 3 43 17 63 120 183 34.42622951
2 4 24 19 47 219 266 17.66917293
M4 3 2 40 10 52 239 291 17.86941581
4 2 47 12 61 295 356 17.13483146
5 4 53 18 75 247 322 23.29192547
3 41.4 15.2 59.6 224 283.6 22.07831503
1 3 42 15 60 160 220 27.27272727
2 3 36 12 51 250 301 16.94352159
M5 3 4 29 18 51 244 295 17.28813559
4 3 39 15 57 210 267 21.34831461
5 3 45 21 69 200 269 25.65055762
3.2 38.2 16.2 57.6 212.8 270.4 21.70065134
3.32 37.96 17.56 58.84 265 323.84 18.90538072
63
2.2. Perlakuan II
perlakuan II
LP jenis kerusakan jumlah
Perc. SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 5 7 17 29 390 419 6.92124105
2 3 14 20 37 320 357 10.36414566
M1 3 4 14 15 33 321 354 9.322033898
4 3 19 18 40 340 380 10.52631579
5 4 12 18 34 429 463 7.343412527
3.8 13.2 17.6 34.6 274.2 394.6 8.895429785
1 3 24 11 38 320 358 10.61452514
2 3 40 14 57 325 382 14.92146597
M2 3 2 13 12 27 310 337 8.011869436
4 5 23 16 44 320 364 12.08791209
5 2 23 19 44 395 439 10.02277904
3 24.6 14.4 42 334 376 11.13171034
1 2 27 16 45 335 380 11.84210526
2 4 22 15 41 320 361 11.35734072
M3 3 3 49 21 73 325 398 18.34170854
4 2 44 18 64 270 334 19.16167665
5 2 76 19 97 350 447 21.70022371
2.6 43.6 17.8 64 320 384 16.48061098
1 2 33 18 53 360 413 12.83292978
2 3 39 12 54 300 354 15.25423729
M4 3 3 44 18 65 320 385 16.88311688
4 2 62 18 82 290 372 22.04301075
5 3 32 20 55 320 375 14.66666667
2.6 42 17.2 61.8 318 379.8 16.33599227
1 3 27 15 45 230 275 16.36363636
2 4 22 17 43 310 353 12.18130312
M5 3 2 19 21 42 225 267 15.73033708
4 2 29 10 41 200 241 17.01244813
5 2 25 11 38 318 356 10.6741573
2.6 24.4 14.8 41.8 256.6 298.4 14.3923764
2.92 29.6 16.4 48.84 300.56 366.56 13.44722395
64
2.3. Perlakuan III
perlakuan III
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 2 44 13 59 401 460 12.82608696
2 3 21 11 35 310 345 10.14492754
M1 3 3 33 12 48 350 398 12.06030151
4 2 31 13 46 313 359 12.81337047
5 4 63 21 88 380 468 18.8034188
2.8 38 14 55.2 350.8 406 13.32962106
1 2 7 14 23 360 383 6.005221932
2 1 38 14 53 340 393 13.48600509
M2 3 2 34 10 46 355 401 11.4713217
4 3 47 13 63 328 391 16.11253197
5 3 17 5 25 380 405 6.172839506
2.2 29 11.2 42 352.6 394.6 10.64958404
1 2 25 6 33 405 438 7.534246575
2 3 23 11 37 351 388 9.536082474
M3 3 2 26 12 40 390 430 9.302325581
4 1 29 17 47 400 447 10.51454139
5 2 25 24 51 429 480 10.625
2 26 14 41.6 395 436.6 9.502439204
1 1 25 16 42 390 432 9.722222222
2 2 14 11 27 411 438 6.164383562
M4 3 2 15 11 28 390 418 6.698564593
4 3 21 19 43 417 460 9.347826087
5 4 15 23 42 411 453 9.271523179
2.4 18 16 36.4 403.8 440.2 8.240903929
1 2 19 10 31 290 321 9.657320872
2 1 17 8 26 255 281 9.252669039
M5 3 3 21 12 36 300 336 10.71428571
4 2 15 16 33 291 324 10.18518519
5 4 20 11 35 260 295 11.86440678
2.4 18 11.4 32.2 279.2 311.4 10.33477352
2.36 26 13.3 41.48 356.3 397.76 10.41146435
65
2.4. Perlakuan IV
perlakuan IV
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 2 15 11 28 390 418 6.698564593
2 3 6 15 24 411 435 5.517241379
M1 3 1 26 10 37 460 497 7.444668008
4 1 19 17 37 400 437 8.466819222
5 2 14 16 32 417 449 7.126948775
1.8 16 13.8 31.6 415.6 447.2 7.050848396
1 2 22 13 37 406 443 8.35214447
2 1 32 11 44 358 402 10.94527363
M2 3 1 21 10 32 411 443 7.223476298
4 2 36 16 54 300 354 15.25423729
5 4 21 16 41 483 524 7.824427481
2 26.4 13.2 41.6 391.6 433.2 9.919911834
1 2 17 16 35 490 525 6.666666667
2 1 15 11 27 406 433 6.23556582
M3 3 1 21 8 30 473 503 5.964214712
4 3 19 9 31 496 527 5.882352941
5 3 10 12 25 509 534 4.68164794
2 16.4 11.2 29.6 474.8 504.4 5.886089616
1 3 20 11 34 510 544 6.25
2 2 16 10 28 537 565 4.955752212
M4 3 2 23 12 37 514 551 6.715063521
4 3 22 7 32 498 530 6.037735849
5 4 19 13 36 421 457 7.877461707
2.8 20 10.6 33.4 496 529.4 6.367202658
1 3 19 10 32 390 422 7.582938389
2 3 25 5 33 355 388 8.505154639
M5 3 2 22 8 32 400 432 7.407407407
4 2 23 6 31 299 330 9.393939394
5 3 24 11 38 300 338 11.24260355
2.6 22.6 8 33.2 348.8 382 8.826408676
2.24 20.3 11.36 33.88 425.36 459.24 7.610092236
66
2.5. Perlakuan V
perlakuan V
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 2 13 16 31 490 521 5.950095969
2 3 4 10 17 504 521 3.262955854
M1 3 1 3 12 16 512 528 3.03030303
4 1 7 9 17 440 457 3.719912473
5 3 19 7 29 458 487 5.954825462
2 9.2 10.8 22 480.8 502.8 4.383618558
1 2 3 13 18 487 505 3.564356436
2 3 11 9 23 425 448 5.133928571
M2 3 2 55 12 69 450 519 13.29479769
4 1 13 3 17 480 497 3.420523139
5 1 29 11 41 494 535 7.663551402
1.8 22.2 9.6 33.6 467.2 500.8 6.615431447
1 1 9 1 11 515 526 2.091254753
2 2 15 13 30 425 455 6.593406593
M3 3 5 2 12 19 480 499 3.80761523
4 2 13 8 23 476 499 4.609218437
5 2 11 14 27 484 511 5.283757339
2.4 10 9.6 22 476 498 4.47705047
1 1 18 5 24 450 474 5.063291139
2 2 18 16 36 443 479 7.51565762
M4 3 1 22 5 28 505 533 5.253283302
4 1 25 7 33 420 453 7.284768212
5 3 9 6 18 465 483 3.726708075
1.6 18.4 7.8 27.8 456.6 484.4 5.76874167
1 1 13 7 21 400 421 4.988123515
2 2 10 9 21 358 379 5.540897098
M5 3 3 15 10 28 390 418 6.698564593
4 2 12 7 21 450 471 4.458598726
5 1 19 11 31 490 521 5.950095969
1.8 13.8 8.8 24.4 417.6 442 5.52725598
1.92 14.7 9.32 25.96 459.64 485.6 5.354419625
Keterangan:
VC = Vena Centralis ; DP = Degenerasi Parenkim ; SB = Sel
Binuklear ; SN = Sel Normal ; SR = Sel Rusak ; TS = Total Se ; % KR
= % Kerusakan ; LP = Lapang Pandanga ; M = Mencit.
67
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
68
Lampiran II : Alat dan Bahan Penelitian
NaCl Formalin
Jarum Pentul
Alat Bedah
Timbangan digital
Jarum Sonde
69
Papan Bedah Slide glass
Sarung Tangan
Alkohol
Mikroskop Masker
70
71
Lampiran III : Kode Etik Penelitian
72
Lampiran IV : Sertifikat Bebas Plagiasi
73