Anda di halaman 1dari 97

PENGARUH ANTIOKSIDAN PARE (Momordica charantia L),

BROKOLI (Brassica olaracea L.var italica ) DAN KULIT


MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP GAMBARAN
MIKROSKOPIS ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus)
AKIBAT PAPARAN HAIRSPRAY

SKRIPSI

Oleh:
Fitriyah Malik
135090301111002

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
PENGARUH ANTIOKSIDAN PARE (Momordica charantia L),
BROKOLI (Brassica olaracea L.var italica ) DAN KULIT
MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP GAMBARAN
MIKROSKOPIS ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus)
AKIBAT PAPARAN HAIRSPRAY

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains dalam bidang Fisika

Oleh
Fitriyah Malik
135090301111002

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

i
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH ANTIOKSIDAN PARE (Momordica charantia L),


BROKOLI (Brassica olaracea L.var italica ) DAN KULIT
MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP GAMBARAN
MIKROSKOPIS ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus)
AKIBAT PAPARAN HAIRSPRAY

Oleh:
Fitriyah Malik
135090301111002

Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji


Pada tanggal……………………
Dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains dalam bidang fisika

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Unggul P. Juswono, M.Sc Gancang Saroja, S.Si., MT


NIP. 196501111990021002 NIP. 197711182005011001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Fisika
Fakultas MIPA Universitas Brawijaya

Prof.Dr. Rer.Nat. Muhammad Nurhuda


NIP. 196409101990021001

iii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

iv
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : FITRIYAH MALIK
NIM : 135090301111002
Jurusan : FISIKA
Penulisan Skripsi berjudul:

PENGARUH ANTIOKSIDAN PARE (Momordica charantia L),


BROKOLI (Brassica olaracea L.var italica ) DAN KULIT
MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP GAMBARAN
MIKROSKOPIS ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus)
AKIBAT PAPARAN HAIRSPRAY

Dengan ini menyatakan bahwa:


1. Isi dari Skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya sendiri dan
tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-nama yang
termaktub di isi dan tertulis di daftar pustaka dan Tugas Akhir ini.
2. Apabila dikemudian hari ternyata Skripsi yang saya tulis terbukti
hasil jiplakan, maka saya akan bersedia menanggung resiko yang
akan saya terima.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.

Malang,
Yang menyatakan

(Fitriyah Malik)
NIM. 135090301111002

v
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

vi
PENGARUH ANTIOKSIDAN PARE (Momordica charantia L),
BROKOLI (Brassica olaracea L.var italica ) DAN KULIT
MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP GAMBARAN
MIKROSKOPIS ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus)
AKIBAT PAPARAN HAIRSPRAY

ABSTRAK
Hairspray merupakan suatu produk kosmetik yang cukup
populer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa macam bahan
yang terkandung dalam hairspray berpotensi membahayakan organ
tubuh, salah satunya adalah Cocomide diethanol (DEA). Cocomide
diethanol (DEA) mengandung senyawa karsinogenik yang berpotensi
menimbulkan kerusakan pada organ hati bahkan berakibat kanker.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian
antioksidan pare, brokoli dan kulit manggis pada organ dari hati
mencit yang terpapar hairspray. Penelitian ini dilakukan dengan cara
mencit dipapar hairspray tanpa pemberian antioksidan untuk
mendapatkan dosis maksimum penyemprotan hairspray yang
kemudian digunakan sebagai parameter dalam perlakuan paparan
hairspray dengan pemberian antioksidan. Lama paparan hairspray
adalah 20 menit. Setelah itu, mencit dibedah dan dibuat preparat organ
hati. Kemudian diamati kerusakan struktural sel organ hati mencit
melalui mikroskop dengan perbesaran 100x. Setelah itu dilakukan
analisis kerusakan organ hati mencit. Hasil penelitian menunjukkan
adanya pengaruh pemberian antioksidan pare, brokoli dan kulit
manggis pada kerusakan organ hati mencit yang terpapar hairspray.
Kerusakan sel hati mencit berkurang seiring dengan bertambahnya
dosis antioksidan yang diberikan. Kerusakan organ hati mencit
terkecil yaitu 5,35 % didapat pada pemberian dosis antioksidan
terbesar yaitu 4,05 mg.

Kata kunci : Sel Hati, Paparan Hairspray, Mencit (Mus musculus),


antioksidan

vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

viii
THE INFLUENCE ANTIOXIDANT OF PARE (Momordica
charantia L), BROCCOLI (Brassica olaracea L.var italica) AND
MANGOSTEEN’S PEEL (Garcinia mangostana L) AGAINST
THE MICROSCOPICAL LIVER ORGANS OF MICE (Mus
musculus) EXPOSURED BY HAIRSPRAY

ABSTRACT
Hairspray is a popular cosmetic product . The study results
showed that there are several kinds of materials contained in hairspray
potentially harm organs, one of them contains cocomide diethanol
(DEA). Cocomide Diethanol (DEA) contains carcinogenic
compounds that has potential to damage to the liver even cancerous.
The purpose of this study was to analyze the effect antioxidant of pare,
broccoli and mangosteen’s peel in the liver organs of mice exposed by
hairspray. This research was conducted by exposing hairspray on mice
without giving antioxidant to get maximum dose of hairspray, which
is used as a parameter in the treatment of hairspray exposure by giving
antioxidant. The duration of hairspray’s exposure is 20 minutes. After
that, the mice was dissected and liver preparations were made. The
structural damage of mice liver organ cells were observed then
through a microscope with 100x magnification. After that, analyzing
the damage of mice liver. The results showed that there is effect
antioxidant of pare, broccoli and mangosteen’s peel on the damage of
mice liver exposed by hairspray. Damage of mice liver cells decreases
a long the increasing dosage of a given antioxidant. The smallest
damage of liver organ of mice is 5,35% gained from the giving of
antioxidant with dosage of 4,05 mg.

Keywords: Liver Cell, Hairspray Exposure, Mice (Mus musculus),


Antioxidant.

ix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


berkat Rahmat dan Karunia-Nya serta Leluhur Lewotanah yang selalu
membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Sains Jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Brawijaya. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Ibu dan Bapak, kakak, adik serta keluarga besar Lamabelawa
yang selalu memberi semangat dan doa dari masa perkuliahan
sampai penyelesaian tugas akhir ini.
2. Bapak Unggul P. Juswono, M.Sc. selaku pembimbing
pertama yang selalu memberikan arahan serta motivasi,
meluangkan waktu dan pikiran, serta arahan selama
penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. Bapak Gancang Saroja, S.Si,. MT. selaku pembimbing kedua
karena telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan jurusan Fisika yang telah
memberikan pendidikan dan bantuan selama di jurusan
Fisika FMIPA UB.
5. Rekan satu kelompok penelitian di laboratorium serta rekan-
rekan satu pembimbing skripsi.
6. Sodara-sodara yang selalu mengajak males (SA, CTP, SM)
7. Kakak sepupu terkece (HA, SRA, AA) yang selalu sabar
mengajari dan menjaga penulis dari awal berada di Kota
Malang serta Sertu (MMB) yang selalu memberikan motivasi.
8. Seluruh pihak yang terkait yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, terimakasih atas segala batuan dan dukungannya.

xi
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih terdapat
kekurangan baik dalam penyusunan, bahasa dan penyajian
penjelasannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca sehingga dapat memberikan perubahan ke arah yang
lebih baik. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Malang, 2017

Penulis

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................. v
ABSTRAK....................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xv
DAFTAR TABEL ......................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. xix
PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah................................................................ 2
1.3. Batasan Masalah ..................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian.................................................................... 2
1.5. Manfaat Penelitian.................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
2.1. Hati ......................................................................................... 5
2.2. Radikal Bebas ......................................................................... 8
2.3. Antioksidan .......................................................................... 10
2.4. Pare ....................................................................................... 11
2.5. Brokoli ................................................................................. 12
2.6. Kulit Manggis ...................................................................... 13
2.7. Mencit (Mus Musculus ......................................................... 14
2.8. Hairspray ............................................................................. 15
2.9. Cocomide Diethanol (DEA) ................................................. 15
BAB III ............................................................................................ 17
METODOLOGI ............................................................................. 17
3.1. Tempat dan waktu penelitian ............................................... 17
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................... 17
xiii
3.3. Tahapan Penelitian ............................................................... 17
3.4. Cara Kerja ............................................................................. 19
3.4.1. Persiapan hewan coba mencit............................................. 19
3.4.2. Penyemprotan hairspray pada hewan coba ........................ 20
3.4.3. Penentuan dosis antioksidan ............................................... 20
3.4.4. Pembedahan hewan coba mencit ........................................ 21
3.4.5. Pembuatan preparat histopatologi organ hati ..................... 23
3.4.6. Pengamatan mikroskopis preparat organ hati mencit ........ 24
3.4.7. Analisa data........................................................................ 24
BAB IV ............................................................................................ 25
ANALISA DAN PEMBAHASAN ................................................. 25
4.1. Hasil Penelitian ..................................................................... 25
4.2. Hasil Pengamatan Sel Hepatosit Organ Hati Mencit (Mus
Musculus) ............................................................................. 25
4.3. Pembahasan .......................................................................... 39
4.3.1. Toksisitas cocmide diethanol (DEA) terhadap organ hati.... 40
4.3.2. Cara kerja antioksidan ......................................................... 41
BAB V PENUTUP .......................................................................... 51
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 51
5.2. Saran .......................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 53
DAFTAR LAMPIRAN................................................................... 56

xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi hati.…………………………………………...6
Gambar 2.2 Mikroskopis sel hati normal…………...……………….7
Gambar 2.3 Proses pembentukan ROS…………………………….10
Gambar 2.4 Pare………………………………………...………….11
Gambar 2.5 Brokoli………………………………………………...13
Gambar 2.6 Kulit manggis…………………………………………13
Gambar 2.7 Mencit (Mus musculus)……………………………….14
Gambar 2.8 Rumus kimia senyawa DEA.........................................16
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian………………………………..18
Gambar 3.2 Mencit dipapar hairspray…………………………..…20
Gambar 3.3 Diagram alir proses pembedahan mencit……………..22
Gambar 3.4 Diagram alir pembuatan preparat………………….….23
Gambar 4.1 Organ hati mencit kontrol negatif…………………….26
Gambar 4.2 Organ hati mencit TP1………………………………..27
Gambar 4.3 Organ hati mencit TP2………………………………..27
Gambar 4.4 Organ hati mencit TP3………………………………..28
Gambar 4.5 Organ hati mencit TP4………………………………..28
Gambar 4.6 Organ hati mencit TP5………………………………..29
Gambar 4.7 Organ hati mencit P1………………………….……....31
Gambar 4.8 Organ hati mencit P2………………………….………31
Gambar 4.9 Organ hati mencit P3……………………….…………32
Gambar 4.10 Organ hati mencit P4………………….……………..32
Gambar 4.11 Organ hati mencit P5……………..………………….33
Gambar 4.12 Grafik kerusakan sel vena centralis TP ………..…....34
Gambar 4.13 Grafik kerusakan sel degenerasi parenkim TP...…....35
Gambar 4.14 Grafik kerusakan sel binuklear TP…………….…….35
Gambar 4.15 Grafik total kerusakan TP………………….………..36
Gambar 4.16 Grafik kerusakan sel vena centralis P………………..37
Gambar 4.17 Grafik kerusakan degenerasi parenkim P…………....37
Gambar 4.18 Grafik kerusakan sel binuklear P………...………....38
Gambar 4.19 Grafik total kerusakan P…………………..…………38
Gambar 4.20 Struktur kimia radikal asam minyak……….………..41
Gambar 4.21 Struktur kimia vitamin C…………..……….………..42
Gambar 4.22 Proses pendonoran atom H………...……….………..45

xv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 jenis kerusakan organ hati………………………………..8
Tabel 2.2 Tahapan reaksi pembentukan radikal bebas……………...9
Tabel 3.1 Pengelompokan hewan coba mencit (Mus musculus)…..19
Tabel 3.2 Dosis antioksidan hewan coba mencit..............................21
Tabel 4.1 Data kerusakan organ hati mencit TP……..…………….30
Tabel 4.2 Data kerusakan organ hati mencit P…...…..…………….33
Tabel 4.3 Energi ikat……………………………………………….46

xvii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Data Kerusakan Sel………………………...………….57
Lampiran II Alat dan Bahan Penelitian…………….………………69
Lampiran II Kode Etik Penelitian………………….………………72
Lampiran IV Sertifikat Bebas Plagiasi……………………………..73

xix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xx
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di zaman modern ini, terdapat banyak sekali produk kosmetik
yang digunakan untuk menata dan merawat rambut. Hal ini
dikarenakan rambut manusia tidak hanya bersifat sebagai
pelindung tetapi juga berperan dalam menunjang penampilan
seseorang (Nusmara, 2012). Salah satu produk kosmetik yang
digunakan untuk menata rambut agar tetap rapi sepanjang hari dan
sesuai dengan yang diinginkan adalah hairspray.
Hairspray merupakan suatu produk kosmetik yang cukup
populer digunakan oleh kaum wanita maupun pria untuk
membentuk model rambut. Hairspray digunakan untuk
membantu menahan bentuk rambut baik untuk rambut basah
maupun rambut kering. Berbagai macam bahan yang terkandung
dalam hairspray berpotensi membahayakan organ tubuh. Salah
satu bahan berbahaya yang terkandung dalam hairspray adalah
cocomide diethanol (DEA) (Santhosh M Mathews et al, 2015).
Cocamide diethanol (DEA) adalah dietanolamida yang dibuat
dengan mereaksikan campuran asam lemak dari minyak kelapa
dengan diethanolamine. Pada Juni 2012, sebuah lembaga
penilaian kesehatan lingkungan dari California, menyatakan
bahwa cocamide diethanol (DEA) termasuk ke dalam daftar
bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker pada manusia.
Cocomide diethanol (DEA) juga bersifat karsinogen dan toksik,
yang mana pada dosis diatas 6,3 gr dapat menyebabkan kematian
pada hewan mencit (CIR, 2011). Zat karsinogen pada cocomide
diethanol (DEA) ini dapat masuk ke dalam tubuh terkhususnya ke
dalam hati manusia melalui udara maupun proses metabolisme.
Apabila terjadi pengendapan dalam tubuh maka akan
mengganggu proses kerja organ hati.
Organ hati adalah salah satu organ penting dalam tubuh
manusia dan merupakan organ terbesar dalam tubuh. Organ hati
berperan dalam proses pengaturan homeostasis yaitu diantaranya
metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan serta
imunologi (Depkes RI, 2007). Apabila organ hati terganggu atau
mengalami kerusakan maka akan mempengaruhi proses kerja hati
1
yang menyebabkan terganggunya proses pengaturan homeostatis
di dalam tubuh manusia.
Salah satu cara untuk meminimalisir atau mengurangi
terjadinya kerusakan organ hati maka diberikan antioksidan alami
yaitu pare (Momordica charantia L), brokoli (Brassica olaracea
L.var italica) dan kulit manggis (Gircinia manngostana L).
Alasan menggunakan antioksidan ini dikarenakan pada tanaman
ini banyak terdapat kandungan antioksidan alami seperti
flavonoid, vitamin A, vitamin C, polifenol serta antioksidan
lainnya yang mana antioksidan ini berpotensi dapat memperbaiki
kerusakan pada organ hati mencit (Mus musculus).
1.2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh pemberian antioksidan pare (Momordica charantia L.),
brokoli (Brassica oleracea L. var italica), dan kulit manggis (Garcinia
mangostana L) terhadap gambaran mikroskopis organ hati dari mencit
(Mus musculus) yang terpapar hairspray.
1.3. Batasan Masalah
Adapun beberapa hal yang menjadi batasan masalah dalam
penelitian ini yaitu hairspray yang digunakan adalah hairspray jenis
X yang mengandung bahan cocomide diethanol (DEA) ; dengan objek
yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) berjenis kelamin
jantan dan berusia 2-3 bulan; tidak dilakukan uji kandungan hairspray
dan antioksidan secara kimia; keadaan awal mencit tidak diperiksa
(diabaikan), hanya meneliti organ hati mencit serta melihat bentuk dari
sel organ hati mencit dan hanya menghitung kerusakan sel organ hati
secara subjektif dengan menggunakan softwere image raster.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh pemberian antioksidan pare (Momordica charantia L),
brokoli (Brassica oleracea L. var italica) dan kulit manggis (Garcinia
mangostana L) pada organ hati dari mencit (Mus musculus) yang
terpapar hairspray berdasarkan citra mikroskopisnya.

2
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai kajian ilmiah kepada
masyarakat tentang bahaya dari cocomide diethanol (DEA) yang
terkandung didalam hairspray, sebagai sumber informasi kepada
pembaca tentang pengaruh pemberian antioksidan pare, brokoli dan
kulit manggis didalam tubuh serta sebagai acuan penggunaan
hairspray dalam kehidupan sehari-hari.

3
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hati
Hati adalah organ tubuh manusia terbesar. Berat hati sekitar
1500 gr dan terletak di sudut kanan atas perut. Organ ini terkait erat
dengan usus kecil, memproses darah vena yang kaya nutrisi
meninggalkan saluran pencernaan. Hati melakukan lebih dari 500
fungsi metabolik, menghasilkan sintesis produk yang dilepaskan ke
aliran darah, misalnya glukosa yang berasal dari glikogenesis, protein
plasma, faktor pembekuan dan urea atau yang diekskresi ke saluran
usus (empedu) serta beberapa produk disimpan dalam parenkim hati
(Plaats, 2005).
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan
metabolisme, merusak sel darah merah tua, sintesis dan sekresi
lipoprotein plasma serta mempunyai fungsi metabolisme (sintesis
glikogen, glukoneogenesis, menyimpan glikogen, beberapa vitamin
dan lipid) (Burkitt HG, 1995). Fungsi detoksifikasi sangat
berhubungan erat dengan fungsi ekskresi, karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia
sederhana, seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu
(Kelly, 1993). Hati juga mempunyai fungsi dalam mengatur kadar
glukosa dalam darah. Makanan berupa glukosa akan diabsorbsi di
usus, kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal. Sebagian dari
glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa.
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk
mempertahankan kadar glukosa darah. Jika terjadi gangguan hati,
dapat menyebabkan terjadinya hiperglikemia atau hipoglikemia
(Ganiswara SG, 1995).
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber. Bagian
terbesar darah masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang
lain melalui arteri hepatica. Darah balik seluruhnya dialirkan keluar
hati melalui vena hepatika yang masuk ke dalam vena cava caudalis.
Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan dari alat tubuh
lain. Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 2/3 darah balik dan
1/3 darah nadi (Ressang, 1984). Vena porta dan arteri hepatika
merupakan pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-
zat lain yang diserap oleh usus. Nutrisi yang sampai di hati melalui

5
aliran darah portal diolah dan keluar sebagai bahan baru dalam aliran
darah (Hartono, 1992). Selain nutrisi, turut masuk berbagai bakteri,
darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah, dihancurkan
atau mungkin juga disimpan. Sebanyak 75-80% darah pada organ hati
berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar
20-25% darah yang kaya oksigen (Lu FC, 1995).

Gambar 2.1 Anatomi hati

Sumber : (Plaats, 2005)

Berdasarkan hasil penelitian (Fajariyah S, 2010), sel hati


normal menunjukkan susunan sel dalam bentuk radier dengan vena
centralis, sel memiliki ciri berbentuk bulat dan oval, serta terlihat
lempeng-lempeng hepatosit. Sel hati normal memiliki satu nukleus,
tetapi ada pula yang meiliki lebih dari satu nukleus atau biasa disebut
dengan sel binuklear yang berada di posisi tengah. Vakuolisasi dari
karakteristik sel normal yaitu memiliki volume hepatosit yang besar,
terdapat satu nukleus pada masing- 16 masing sel, berbentuk cekung
melebar dan berwarna putih untuk sitoplasma normal. Didaerah vena
centralis ditemukan sel hati bervakuola yang ada pada zona
sentrolobuler. Pada organ hati, sel yang mengalami piknosis dan
nekrosis lebih banyak dibandingkan hepatosit yang mengalami
vakuolisasi.
Sel hati yang mengalami piknosis memiliki ciri- ciri yaitu sel
tampak menghitam, tetapi masih memiliki membran sel. Nukleus
belum mengalami proses fragmentasi. Apabila sel mengalami
piknosis akan tampak lebih besar dan membengkak dari sel hati
normal, tetapi ada pula yang memiliki ukuran lebih kecil dari sel hati

6
normal. Dalam kondisi sel yang masih tersusun radier hepatosit akan
berbentuk bulat.

Gambar 2.2 Gambaran mikroskopis sel hati normal (Fajariyah S,


2010)

Sel-sel hati menghasilkan dua enzim transaminase yaitu


SGOT (Serum Glutamat Oxaloasetate Transaminase) dan SGPT
(Serum Glutamat Piruvate Transaminase). Apabila ada kerusakan
pada sel-sel hati maka ditandai dengan SGOT-SGPT yang meningkat.
Peningkatan SGOT dan SGPT mengindikasikan adanya kerusakan.
Pemeriksaan organ hati perlu dilakukan karena hati merupakan pusat
seluruh metabolisme seluruh zat asing yang masuk kedalam tubuh.
Jika zat tersebut bersifat toksik, maka dapat merusak hati secara
langsung atau konsekuensi dari perubahan metabolisme yang terjadi
(Neuschwander, 2003).
Kerusakan sel hati akan mempengaruhi kadar enzim hati,
bilirubin dan protein dalam serum. Untuk melakukan detoksikasi dari
bahan berbahaya tersebut, hati mengandung antioksidan dengan berat
molekul rendah dan enzim yang merusak kelompok oksigen reaktif
(Reactive Oxygen Species) ROS yaitu glutation tereduksi (GSH),
vitamin C, vitamin E, superoksid dismutase (SOD), glutasi
peroksidase dan katalase (R.T. Oakley et al, 1998).

7
Tabel 2.1 Jenis - jenis kerusakan pada organ hati
Jenis kerusakan Gambar Keterangan
 Vena centralis  Terjadi penggabungan
beberapa vena menjadi
vena yang lebih besar,
ukuran vena > 200
mikrometer,

 Degenerasi  Pembengkakan sel,


parenkim peningkatan jumlah
granule sitoplasma, inti sel
terdesak ke tepi, membran
sel rusak, atau hilangnya
sitoplasma

 Sel binuklear  Terjadinya penggabungan


dua inti sel atau dua sel
menjadi satu.

2.2. Radikal Bebas


(Sayuti, 2015) melaporkan bahwa pembentukan radikal bebas
akan meningkat dengan bertambahnya usia. Radikal bebas adalah
oksidan yang sangat reaktif, karena radikal bebas merupakan senyawa
yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
luarnya. Senyawa tersebut selalu berusaha untuk menyerang
komponen seluler seperti lipid, lipoprotein, protein, karbohidrat, RNA
dan DNA.
Radikal bebas sangat tidak stabil dan bereaksi cepat dengan
senyawa lainnya dan mencoba menangkap elektron yang dibutuhkan
untuk mendapatkan stabilitas. Ketika molekul diserang kehilangan
elektronnya, maka molekul tersebut menjadi radikal dan memulai
reaksi berantai. Semua ini terjadi dalam hitungan nanodetik. Beberapa
radikal bebas mungkin timbul secara normal selama metabolisme dan
oleh sistem kekebalan tubuh dengan sengaja untuk menetralkan virus
dan bakteri. Biasanya, tubuh bisa menangani radikal bebas, tapi jika
antioksidan tidak tersedia, atau jika produksi radikal bebas sangat
berlebihan maka kerusakan bisa terjadi (Wilkins, 2008).

8
Tabel 2.1 Tahapan reaksi pembentukan radikal bebas
Tahapan Reaksi
1. Inisiasi RH+ OH
R' + O2
2. Propagasi ROO'+ RH ROOH +R'
ROO' + ROO' ROOH + O2
3. Terminasi ROO' + R'  ROOR
R' + R'

 Reaksi inisiasi adalah reaksi yang menghasilkan peningkatan


jumlah radikal bebas. Reaksi ini melibatkan pembentukan
radikal bebas dari spesies yang stabil atau mungkin
melibatkan reaksi radikal bebas dengan spesies yang stabil
untuk membentuk lebih banyak radikal bebas.
 Reaksi propagasi melibatkan radikal bebas dimana jumlah
total radikal bebas tetap sama.
 Reaksi Terminasi adalah reaksi yang menghasilkan
penurunan bersih jumlah radikal bebas. Dua radikal bebas
bergabung membentuk spesies yang lebih stabil, misalnya:
2Cl → Cl2 (Wilkins, 2008).
Setiap radikal bebas yang melibatkan oksigen disebut sebagai
oksigen reaktif spesies (ROS). ROS yang paling umum terbentuk
adalah radikal anion superoksida (O2•-) dan radikal hidroksil (•OH)
(Price, S. A. & L.M, 1995). Pada manusia O2•- adalah radikal bebas
yang paling banyak diproduksi. Sel fagositik seperti makrofag dan
neutrofil adalah sumber yang menonjol dari O2•- pada peradangan
inflamasi, sel-sel ini menghasilkan radikal bebas yang menyerang
patogen seperti bakteri. Produksi O2•- oleh sel fagositik yang
diaktifkan sebagai respons terhadap peradangan adalah salah satu
yang paling banyak menghasilkan radikal bebas (Halliwel &
Gutteridge JM, 1999).

9
Gambar 2.3 Proses pembentukan oksigen reaktif spesies (ROS)

Efek yang terjadi akibat paparan radikal bebas didalam hati dapat
menimbulkan kanker hati. Kanker hati merupakan pertumbuhan sel
yang abnormal, cepat, dan tidak terkendali pada hati sehingga merusak
bentuk dan fungsi organ hati. Pada keadaan normal sel hati akan
membelah diri jika ada penggantian sel-sel hati yang telah mati dan
rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus sehingga terjadi
penumpukan sel baru yang menimbulkan desakan dan merusak
jaringan normal pada hati (R.T. Oakley et al, 1998).

2.3. Antioksidan
Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi
elektron (elektron donor). Secara biologis, pengertian antioksidan
adalah senyawa yang dapat menangkal atau meredam dampak negatif
oksidan. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas
senyawa oksidan tersebut dapat di hambat (Winarsi, 2006).
Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas. Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen
kimia yang dalam kadar atau jumlah tertentu mampu menghambat
atau memperlambat kerusakan akibat proses oksidasi.
Didalam tubuh terdapat antioksidan yaitu antioksidan endogen
diantaranya adalah enzim catalase yang berikatan dengan Fe,
glutathione peroxidase dan glutathione Stransferase yang berikatan
dengan Se, superoxide dismutase yang berikatan dengan Cu, Zn dan
Mn, dapat menangkal radikal bebas namun jika senyawa radikal bebas
10
didalam tubuh melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan
seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar atau
antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal bebas yang terbentuk
(Reynertson, K. A., Basile, M. J. & Kennelly, 2005). Antioksidan
memiliki kemampuan mendonorkan elektron dan dapat berfungsi
sebagai agen pereduksi sehingga dapat mengkhelat ion metal dan
mengurangi potensi radikal dalam tubuh (Vaya, J & Aviram, 2001).
2.4. Pare
Sistematika tumbuhan pare adalah sebagai berikut (Depkes, 2001).
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Cucurbitales
Suku : Cucurbitaceae
Marga : Momordica
Spesies : Momordica charantia L

Gambar 2.4 Pare

Sumber: (Dalimartha, 2003)

Pare (Momordica charantia) adalah tanaman yang tumbuh di


daerah tropis, yaitu daerah Amazon (Amerika Selatan), Afrika Timur,
Asia, dan Karibia (Taylor, 2002).
Buah pare memiliki kandungan senyawa aktif charantin, vicine dan
polipeptida-p (protein mirip insulin) memiliki mekanisme
meningkatkan sekresi insulin, asupan glukosa jaringan, sintesis
glikogen otot hati, oksidasi glukosa dan menurunkan glukoneogenesis
hati (Subroto, 2006).

11
Pare juga mengandung momorkarin, momordenol,
momordisilin, momordisin, momordisinin, momordin, momordolol,
karantin, karin, kriptoxantin, diosgenin, asam elaeostearat, eritrodiol,
asam galakturonat, asam gentisik, goyaglikosida dan goyasaponin,
asam kafeat dan asam ferulat, fisetin dan isoramnetin, dihydroxy,
methoxycucurbita, diene, dimethoxycucurbita dan
dihydroxycucurbita (Rukmana, 1997).
Selain itu juga mengandung saponin, flavonoid, polifenol,
alkaloid, triterpenoid, momordisin, glikosida cucurbitacin, charantin,
asam butirat, asam palmitat, asam linoleate dan asam stearat. Daun
pare mengandung momordisina, momordina, karantina, resin, asam
trikosanik, asam resinat, saponin, vitamin A, dan C serta minyak
lemak yang terdiri dari asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan
L.oleostearat. Biji pare mengandung saponin, alkanoid, triterpenoid,
asam momordial dan momordisin sedangkan akar pare mengandung
asam momordial dan asam oleanolat (A.N.S. Thomas, 2008).
2.5. Brokoli
Brokoli termasuk dalam tanaman musiman dengan daur hidup
yang berlangsung minimal empat bulan dan maksimal setahun
tergantung tipenya (Sharma V, Paliwal R, 2012). Menurut (Bahri, S.,
Sitorus, P., Pasaribu, 2012), klasifikasi tanaman brokoli adalah
sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleraceae L. var italica

Brokoli (Brassica olaracea L.var italica mengandung


fitokimia yang baik seperti glukosinolat,senyawa fenolik, serat dan
senyawa antioksidan seperti vitamin C dan E serta mineral seperti Ca,
Mg, Se, dan K (Moreno, 2006). Berbagai metabolit sekunder yang
ditemukan dalam tanaman brokoli yang memiliki khasiat antimikroba
yang tersedia untuk mengobati sejumlah penyakit yang disebabkan
oleh mikroorganisme. Kelompok phytochemicals antimikroba terdiri
dari beberapa kategori yang mencakup alkaloid, flavonoid, tanin,
12
polifenol, minyak atsiri, fenolat dan polipeptida. Brokoli juga
memiliki banyak khasiat sebagai antioksidan dan senyawa anti-
karsinogenik. Brokoli mentah mengandung vitamin A, B1, B2, B3, C,
E dan K. Brokoli juga mengandung folic acid, fosfor, magnesium,
besi, potassium, serat, beta karoten dan kalsium yang tinggi. Selain
itu, brokoli juga mengandung polynutrients seperti sulforaphane yang
merupakan agen anti kanker (USDA, 2012).

Gambar 2.5 Brokoli

2.6. Kulit Manggis


Menurut (Gembong, 1994) kedudukan taksonomi dari Garcinia
mangostana L sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Guttiferanales
Famili : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L

Gambar 2.6 Kulit manggis

Manggis adalah tanaman yang pertama kali ditemukan di


Burma dan Thailand, yang merupakan tanaman tropis dengan tinggi
pohon antara 7-25 meter (Acharya, U., Mishra, et al, 2008). Kulit buah
13
manggis mengandung berbagai senyawa seperti mangostin, tannin,
xanthon, crysanthemin, garcinone, gartanin, vitamin B1, B2, terpen,
anthocyanin, phenol dan zat bioaktif lainnya (Moongkarndi-et al,
2004). Kulit manggis yang mempunyai aktifitas farmakologi yaitu
pada golongan xanthone yang terdiri dari α-mangostin, β- mangostin
dan γ- mangostin. Senyawa xanthone berperan untuk menangkal
radikal bebas dan mencegah kerusakan sel. Xanthone memiliki
kandungan senyawa antioksidan tinggi dan bersifat antikanker,
antidiabetes, antiinflamasi dan meningkatkan kekebalan tubuh
(Utami. P, 2013).

2.7. Mencit (Mus Musculus)


Mencit banyak digunakan sebagai hewan percobaan
dikarenakan mempunyai keunggulan, yakni siklus hidup yang relatif
pendek, tiap kelahiran menghasilkan anak yang banyak, variasi
sifatnya tinggi, dan mudah dalam penanangannya (Moriwaki, 1994).

Gambar 2.7 Mencit (Mus musculus)

Menurut (Arrington, 1972), sistematika mencit (Mus musculus)


berdasarkan taksonomi adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus

Lama hidup mencit satu sampai tiga tahun, dengan masa


kebuntingan yang pendek (18-21 hari) dan masa aktifitas reproduksi
yang lama (2-14 bulan) sepanjang hidupnya. Siklus reproduksi mencit
bersifat poliestrus dimana siklus estrus berlangsung sampai lima hari
14
dan lamanya estrus 12-14 jam. Mencit jantan dewasa memiliki berat
20- 40 gram sedangkan mencit betina dewasa 18-35 gram. Hewan ini
dapat hidup pada temperatur 30C. Mencit jantan dan mencit betina
lumayan sukar untuk dibedakan diakibatkan pada testis mencit jantan
muda masih kecil dan tidak terlihat (Smith B. J & S. Mangkoewidjojo,
1988).
Mus musculus akan lebih aktif pada senja atau malam hari.
Siklus hidup dan reproduksi Mus musculus dinyatakan bahwa Mus
musculus betina memiliki siklus estrus lamanya 4-6 hari, dengan lama
estrus kurang dari 1 hari. Beberapa Mus musculus betina jika hidup
bersama dalam keadaan yang berdesakan, maka tidak terjadi siklus
estrus pada saat itu tetapi jika dirangsang oleh urine Mus musculus
jantan, maka estrus akan terjadi dalam 72 jam (Smith B. J & S.
Mangkoewidjojo, 1988).

2.8. Hairspray
Hairspray merupakan kosmetik yang digunakan pada rambut
untuk mempertahankan suatu bentuk rambut agar sesuai dengan yang
dinginkan. Hairspray dibentuk dalam sediaan aerosol, sehingga
hairspray termasuk kedalam kosmetik kemasan gas untuk
menguatkan rambut yang sudah ditata (Rostamilis, 2008) .
Dalam hairspray, terdapat pelarut utama berupa alkohol,
dengan hidrokarbon terhalogenasi yang digunakan sebagai pelarut dan
propelan. Pada saat hairspray disemprotkan ke rambut, sebagian
propelan menguap, hanya menyisahkan sedikit didalam droplet.
Jumlah aliran keluar dari tetesan pada serat rambut tergantung pada
seberapa banyak jumlah semprotan yang membasahi serat rambut dan
juga tergantung pada mobilitas droplet setelah mengenai serat rambut.
Berdasarkan penelitian Brookins, bahwa setelah dilakukan
penyemprotan selama satu detik maka cairan hairspray tersebut akan
kering. Namun, setelah penyemprotan dua detik, tetesan cenderung
menghilang dikarenakan alkohol secara menyeluruh membasahi serat
rambut dan membentuk lapisan serat (Rostamilis, 2008).
2.9. Cocomide Diethanol (DEA)
Menurut Ron Robinson, seorang ahli kimia kosmetik dan
spesialis perawatan rambut di Aviva, cocamide diethanol (DEA)
merupakan agen berbusa atau pengental yang relatif umum digunakan
dalam produk pembersih. Cocamide diethanol (DEA) digunakan

15
sebagai agen pengemulsi untuk membuat produk dan dibuat dengan
mereaksikan campuran asam lemak dari minyak kelapa dengan
dietanolamin. DEA termasuk kedalam alergen yang dalam dosis kecil
dapat menyebabkan dermatitis ringan pada individu yang rentan
terhadap alergi kulit sedangkan pada dosis tinggi berpotensi menjadi
senyawa karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker pada manusia
(Santhosh M Mathews et al, 2015).
Diethanolamine atau disingkat DEA adalah senyawa organik
dengan formula HN (CH2CH2OH)2. Diethanolamine bersifat
polifungsional menjadi amina sekunder dan diol. Dietilolamin bersifat
hidrofilik dari gugus amina dan hidroksil sekunder yang larut dalam
air. Amida yang terdapat pada cocomide diethanol (DEA) sering juga
bersifat hidrofilik (Santhosh M Mathews et al, 2015).
Diethanolamine murni adalah padatan putih pada suhu kamar
yang memiliki kecenderungan untuk menyerap air yang sering
ditemukan sebagai cairan kental yang tidak berwarna. Cocomide
diethanol (DEA) juga disebut sebagai surfaktan yang memiliki sifat
bagian polar yang suka terhadap air (hidrofilik) dan bagian nonpolar
yang suka terhadap minyak atau lemak. Pada dasarnya bagian non
polar atau hidrofobik merupakan rantai alkil yang memiliki ekor yang
panjang sedangkan bagian polar atau hidrofilik mengandung gugus
hidroksil dan nampak sebagai kepala surfaktan (CIR, 1986).
Adapun Rumus kimia dari senyawa cocomide diethanol
(DEA) adalah CH (CH2)n.
Berikut adalah rumus kimia dari cocomide diethanol (DEA) :

R
Hidrofobik Hidrofilik

Gambar 2.8 Rumus kimia senyawa cocomide diethanol (DEA)

16
BAB III
METODOLOGI

3.1. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan dan
Laboratorium Optik Jurusan Biologi Fakultas Sains Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium Biofisika
Universitas Brawijaya Malang dengan rentang waktu bulan Oktober
2016 hingga Maret 2017.

3.2. Alat dan Bahan


Pada penelitian ini digunakan beberapa alat yang terdiri dari
chamber, timbangan digital, mikroskop, gelas objek, alat bedah, alat
preparasi, masker dan sarung tangan latex. Sedangkan bahan yang
digunakan terdiri dari mencit (Mus musculus) jantan usia 2-3 bulan,
hairspray, NaCl, Alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol
95% dan 96% , alkohol absolut, formalin 10%, Pewarna HE
(Hematoksilin-Eosin), aquades, xylo, parafin, entellan dan
antioksidan pare, brokoli dan kulit manggis.

3.3. Tahapan Penelitian


Adapun tahapan- tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini
yaitu dimulai dari persiapan awal yaitu persiapan alat dan bahan serta
pengelompokkan mencit. Mencit dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
kelompok kontrol, kelompok TP yaitu kelompok yang dipapar
hairspray tanpa pemberian antioksidan dan kelompok P yaitu
kelompok yang dipapar hairspray dengan pemberian antioksidan
dengan dosis yang bervariasi. Kemudian mencit diaklimatisasi selama
1 minggu. Setelah itu mencit diberikan perlakuan yaitu pada tahap
pertama mencit dipapar hairspray tanpa pemberian antioksidan
sedangkan pada tahap kedua mencit dipapar hairspray dengan
pemberian antioksidan. Proses perlakuan ini dilakukan selama 14 hari
atau 2 minggu. Setelah perlakuan selesai yaitu pada hari ke-15 hewan
coba mencit dibedah dan diambil organ hati mencit. Tahap selanjutnya
yaitu pembuatan preparat histologi hati. Preparat hati mencit yang
telah jadi dilakukan pengamatan mikroskopis dengan menggunakan
mikroskop. Pada proses pengamatan menggunakan perbesaran 100x
dengan 5 luas pandang pengamatan pada lokasi yang berbeda-beda.

17
Selanjutnya data yang diperoleh dari pengamatan akan dianalisis dan
penelitian selesai.
Tahapan- tahapan penelitian dapat digambarkan dalam diagram alir
(Gambar 3.1) berikut ini.

Mulai

Persiapan awal (aklimatisasi 1 minggu)

Kontrol P (haispray
Negatif (K- TP (hairspray dengan
) tanpa antioksidan)
antioksidan)

Pembagian Kelompok
perlakuan

Perlakuan terhadap hewan coba mencit (paparan


hairspray tanpa antioksidan dan paparan hairspray
dengan antioksidan)

Pembedahan dan pembuatan preparat

Pengamatan mikroskopis organ hati mencit

Analisa data

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

18
3.4. Cara Kerja
3.4.1. Persiapan hewan coba mencit
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
dipersiapkan alat dan bahan penelitian yang terdiri dari pakan mencit,
sekam, tempat makan dan minum mencit, kandang mencit serta
chamber. Setelah itu 50 ekor mencit dimasukkan ke dalam kandang
yang telah disediakan dengan pembagian kelompok yang telah
ditetapkan. Mencit yang akan diuji coba diaklimatisasi atau
diadaptasikan dengan lingkungan terlebih dahulu selama 1 minggu
sebelum dilaksanakan penelitian. Berikut adalah tabel pengelompokan
hewan coba mencit (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Pengelompokan hewan coba mencit (Mus musculus)
Kelompok Nama Perlakuan
Kontrol negative K (-) Tanpa perlakuan apapun
5 kelompok TP1 paparan hairspray 1,43 mg
paparan hairspray
TP2 paparan hairspray 2,64 mg
TP3 paparan hairspray 3,36 mg
TP4 paparan hairspray 5,07 mg
TP5 paparan hairspray 6,00 mg
5 kelompok P1 Pemberian antioksidan dosis 0,81
antioksidan dan mg dengan paparan hairspray
hairspray 1,43 mg.
P2 Pemberian antioksidan dosis 1,62
mg dengan paparan hairspray
2,64 mg.
P3 Pemberian antioksidan dosis 2,43
mg dengan paparan hairspray
3,36 mg.
P4 Pemberian dosis antioksidan dosis
3,24 mg dengan paparan
hairspray 5,07 mg.
P5 Pemberian dosisantioksidan dosis
4,05 mg dengan paparan
hairspray 6,00 mg.

19
3.4.2. Penyemprotan hairspray pada hewan coba
Pada penelitian ini proses paparan hewan coba mencit
dilakukan setiap hari sekali selama 2 minggu. Pemberian hairspray
untuk kelompok TP yaitu mencit dimasukkan kedalam chamber
tertutup kemudian disemprotkan dengan hairspray dengan jumlah
semprotan yang bervariasi sesuai yang ditetapkan. Mencit kemudian
dibiarkan selama 20 menit didalam chamber tertutup. Setelah itu
mencit diangkat dan dipindahkan ke kandangnya. Untuk kelompok P
yaitu mencit terlebih dahulu diberikan antioksidan dengan cara
disuntikkan kedalam mulut mencit dengan dosis yang berbeda-beda
untuk setiap kelompoknya. Dosis antioksidan yang digunakan
bervariasi mulai dari dosis 4,48 mg sampai dengan 10,48 mg.

Gambar 3.2 Mencit dipapar hairspray

3.4.3. Penentuan dosis antioksidan


Penentuan dosis antioksidan yang diberikan kepada mencit
berdasarkan dosis antioksidan yang diberikan kepada manusia melalui
konversi berat badan.

massa mencit
Dosis Mencit = x dosis manusia
massa manusia
Dosis antioksidan yang diberikan kepada mencit divariasikan
menjadi lima variasi yang besarnya berkisar di antara dosis mencit
hasil perhitungan. Pada penelitian ini digunakan antioksidan pare,
brokoli dan kulit manggis. Konversi dosis yang digunakan untuk
pemberian antioksidan pada mencit dan manusia berbeda. Konversi

20
dosis mencit ke manusia dan dosis untuk perhitungan antioksidan
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Dosis antioksidan untuk perlakuan hewan coba mencit
Antio- Dosis untuk setiap kelompok perlakuan
ksidan P1 P2 P3 P4 P5
Pare 0.31 mg 0,62 mg 0,93 mg 1,24 mg 1,55 mg
Brokoli 0,19 mg 0,38 mg 0,57 mg 0,76 mg 0,95 mg
Kulit 0,31 mg 0,62 mg 0,93 mg 1,24 mg 1,55 mg
Manggis
Total 0,81 mg 1,62 mg 2,43 mg 3,24 mg 4,05 mg

Maka didapatkan dosis bertingkat ekstrak teh hijau untuk mencit


adalah :
Dosis 1 = 0,81 mg
Dosis 2 = 1,62 mg
Dosis 3 = 2,43 mg
Dosis 4 = 3,24 mg
Dosis 5 = 4,05 mg
Pemberian antioksidan dilakukan selama 2 mingguatau 14 hari dengan
cara diberikan pada mencit sebelum mencit dipapar hairspray.
Antioksidan pare, brokoli dan kulit manggis dimasukkan kedalam
mulut mencit dengan cara disonde yaitu menggunakan suntikan atau
sonde lambung sesuai dengan kelompok perlakuan dan dosis
antioksidan yang digunakan berbeda- beda sesuai dengan kelompok
perlakuannya masing-masing.

3.4.4. Pembedahan hewan coba mencit


Setelah mendapat perlakuan selama 2 minggu atau 14 hari
maka pada hari ke-15 akan dilakukan pembedahan mencit dan diambil
organ hati mencit. Pertama- tama mencit dimatikan atau didislokasi
dengan cara menekan kepala bagian belakang mencit, setelah itu
mencit yang telah mati diletakkan diatas papan bedah yang
selanjutnya ditahan dengan menggunakan jarum pentul. Kemudian
mencit dibedah denga menggunakan seperangkat alat bedah dan
diambil organ hati. Organ hati yang telah diambil direndam dan dicuci
dengan menggunakan NaCl kemudian dimasukkan kedalam wadah
21
yang telah disi dengan formalin untuk selanjutnya dibuat menjadi
preparat. Berikut ini adalah Gambar 3.3 diagram alir proses
pembedahan mencit.

Mulai

Mencit didislokasi

Mencit diposisikan terlentang dengan


masing-masing kaki ditahan
menggunakan jarum pentul pada papan
alas

Mencit dibedah

Diambil organ hati mencit

Organ hati mencit direndam dan dibersihkan


dengan menggunakan larutan NaCl
kemudian disimpan kedalam wadah yang
telah di sediakan lalu diberi formalin 10%

Selesai

Gambar 3.3 Diagram alir proses pembedahan mencit

22
3.4.5. Pembuatan preparat histopatologi organ hati
Diagram alir pembuatan preparat hispatologi organ hati
mencit dapat dilihat pada gambar berikut ini (Gambar 3.4).

Direndam
Dibersihkan
dalam
Organ Hati dengan NaCl
Formalin 10%
0,9%
1-7 hari

Embedding
(menuangkan Proses Dicuci dengan
organ besera Parafinisasi Alkohol dan
parafin ke blok menambahkan xylol 3 kali
parafin lalu parafin 3 x 30 masing-masing
dibiarkan menit) 20 menit
semalam)

Pemotongan Deparafinisasi
blok parafin (irisan blok Rehidrasi,
dengan parafin dimasukkan
mikrotom dimasukkan dalam alkohol
(ketebalan 4 dalam xylol 2 x bertingkat
µm) 5 menit)

Dehidrasi
Clearing dengn
dengan alkohol Pewarnaan HE
xylol 2 kali
bertingkat

covering glass
objek dengan Selesai
entellan

Gambar 3.4 Diagram alir pembuatan preparat

23
3.4.6. Pengamatan mikroskopis preparat organ hati mencit
Setelah preparatnya siap maka akan dilakukan pengamatan
dengan menggunakan mikroskop. Area pengamatan dibagi menjadi 5
luas lapang pandang untuk setiap preparatnya. Area 5 lapang pandang
ini terdiri dari bagian atas, bagian tengah, bagian bawah, bagian kiri
dan bagian kanan. Hasil pengamatan mikroskopis organ hati yang
telah diperoleh kemudian dihitung sel yang mengalami kerusakan
yaitu vena centralis, degenerasi parenkim dan sel binuklear serta
dihitung juga sel normalnya untuk setiap lapang pandang dengan
menggunakan softwere Image Raster.

3.4.7. Analisa data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian diolah
menggunakan bantuan Microsoft Office Excel. Persentase kerusakan
sel hati mencit dapat diperoleh dengan cara jumlah organ hati yang
mengalami kerusakan dibagi dengan jumlah total sel yang terdapat
dalam satu luas lapang pandang. Adapun persamaan dibawah ini yang
digunakan untuk menghitung presentasi kerusakan sel hati.

Jumlah sel rusak


% kerusakan = x 100%
Jumlah sel dalam satu lapang pandang

24
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis pengaruh
pemberian antioksidan buah pare (Momordica charantia), brokoli
(Brassica oleracea var italica) dan kulit manggis (Garcinia
mangostana L) pada organ hati mencit (Mus musculus) akibat paparan
hairspray. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hairspray dapat
menyebabkan kerusakan pada organ hati. Sel hepatosit memiliki berat
80% dari berat hati dan termasuk sel parenkimal utama yang terdapat
di dalam hati serta memiliki peran penting dalam proses metabolisme.
Adapun jenis kerusakan organ hati tersebut yaitu degenerasi
parenkim, vena centralis dan sel binuklear. Degenerasi parenkim
adalah kerusakan awal dari sel hepatosit yang ditandai dengan adanya
pembengkakan pada sel hepatosit, sitoplasma bergranula serta tampak
tidak homogen. Sedangkan vena centralis ditandai dengan
penggabungan vena menjadi vena lebih besar yang kemudian
membentuk vena hepatica lalu selanjutnya akan menuju vena kava
interior. Adanya kerusakan pada vena sentral dapat diakibatkan karena
terlalu banyaknya darah yang ditampung, hal inilah yang dapat
menyebabkan konsentrasi zat yang bersifat toksik jauh lebih besar
sehingga memperjelas kerusakan yang terjadi pada vena sentral (Price,
S. A. and L, M, 1995). Sel binuklear merupakan sel hepatosit yang
memiliki dua inti yang saling bergandengan dan berikatan dengan sel
hepatosit yang lain.

4.2. Hasil Pengamatan Sel Hepatosit Organ Hati Mencit (Mus


Musculus)
Hasil dari pengamatan ini menunjukkan bahwa paparan
hairspray pada mencit memiliki dampak buruk pada organ hati mencit
(Mus musculus) dimana pemberian hairspray ini mempengaruhi
bentuk dan struktur dari sel-sel hati mencit. Hewan coba mencit (Mus
musculus) yang sudah terpapar hairspray dengan perlakuan yang
berbeda-beda meliputi kontrol sehat, kelompok I dengan perlakuan I
dengan massa paparan hairspray sebesar 1,43 mg, kelompok II
dengan perlakuan II dengan massa paparan hairspray 2,64 mg,
kelompok III dengan perlakuan III dengan massa paparan hairspray

25
3,36 mg, kelompok IV dengan perlakuan IV massa paparan hairspray
5,07 mg dan kelompok V dengan perlakuan V dengan massa paparan
hairspray 6,00 mg. Pada kelompok perlakuan II dosis antioksidan
yang diberikan sebesar 0,81 mg, kelompok perlakuan II sebesar 1.62
mg, kelompok perlakuan III sebesar 2,43 mg, kelompok perlakuan IV
sebesar 3,24 mg dan kelompok perlakuan V sebesar 4,05 mg
kemudian dibedah dan diambil organ hatinya organ hati mencit (Mus
musculus) tersebut kemudian dibuat preparat dengan pewarnaan HE.
Selanjutnya dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop.
Pengamatan dilakukan dengan mengamati setiap preparat
dengan satu preparat terdapat 5 lapang pandang yang berbeda.
Kerusakan ini dihitung secara skoring yaitu menghitung banyaknya
sel yang rusak dan banyaknya sel normal. Kemudian dijumlahkan
untuk masing-masing lapang pandang dan dicari nilai rata-rata
kerusakan sel hati untuk setiap mencit.. Pada penelitian ini digunakan
Softwere Image Raster untuk membantu dalam perhitungan kerusakan
sel. Berikut adalah gambaran mikroskopis organ hati mencit (Mus
musculus) (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Gambaran mikroskopis preparat organ hati mencit (Mus


musculus) dengan kelompok Kontrol Negatif.

Keterangan : (A) Vena Centralis, (B) Sel Normal, (C) Degenerasi


Parenkim, (D) Sel Binuklear

26
Gambar 4.2 (TP1) Gambaran mikroskopis organ hati mencit
paparan hairspray 1,43 mg tanpa pemberian antioksidan.

Keterangan : (A) Vena Centralis, (B) Sel Normal, (C) Degenerasi


Parenkim, (D) Sel Binuklear

Gambar 4.3 (TP2) Gambaran mikroskopis organ hati mencit


paparan hairspray 2,64 mg tanpa pemberian antioksidan.

Keterangan : (A) Vena Centralis, (B) Sel Normal, (C) Degenerasi


Parenkim, (D) Sel Binuklear

27
Gambar 4.4 (TP3) Gambaran mikroskopis organ hati mencit
paparan hairspray 3,36 mg tanpa pemberian antioksidan.

Keterangan : (A) Vena Centralis, (B) Sel Normal, (C) Degenerasi


Parenkim, (D) Sel Binuklear

Gambar 4.5 (TP4) Gambaran mikroskopis organ hati mencit


paparan hairspray 5,07 mg tanpa pemberian antioksidan.

Keterangan : (A) Vena Centralis, (B) Sel Normal, (C) Degenerasi


Parenkim, (D) Sel Binuklear
28
Gambar 4.6 (TP5) Gambaran mikroskopis organ hati mencit
paparan hairspray 6,00 mg tanpa pemberian antioksidan.

Keterangan : (A) Vena Centralis, (B) Sel Normal, (C) Degenerasi


Parenkim, (D) Sel Binuklear.

Berdasarkan gambaran mikroskopis (Gambar 4.2 sampai


Gambar 4.6) organ hati mencit (Mus musculus) diatas dapat dituliskan
bahwa pada kelompok kontrol negatif (kelompok yang tidak diberikan
paparan hairspray maupun antioksidan) terdapat sedikit kerusakan
pada sel. Pada kelompok kontrol dapat diamati jenis kerusakan selnya
yang meliputi degenerasi parenkim dan juga sel binuklear. Meskipun
tidak diberikan paparan hairspray namun tetap terjadi kerusakan sel
total sebesar 8,99 % dikarenakan kondisi mencit yang kurang baik.
Sedangkan pada Gambar 4.2 yaitu kelompok perlakuan dengan
paparan hairspray terlihat adanya kerusakan yang meliputi kerusakan
vena centralis, degenerasi parenkim dan sel binuklear. Total kerusakan
sel pada kelompok perlakuan TP1 sebesar 23,92 % sedangkan pada
Gambar 4.3 yaitu kelompok perlakuan TP2 mengalami kerusakan sel
lebih besar yaitu 32,84 % begitu juga dengan Gambar 4.4 yaitu
kelompok perlakuan TP3 diperoleh total kerusakan sebesar 38,21 %.

29
Untuk Gambar 4.5 yaitu kelompok perlakuan TP4 diperoleh
kerusakan sebesar 41,70 %. Sedangkan pada Gambar 4.6 yaitu
kelompok percobaan TP5 diperoleh kerusakan bahwa terjadinya
kerusakan total sebesar 47,56 %. Berikut adalah Tabel 4.1 yang
merupakan tabel kerusakan untuk setiap kelompok perlakuan.
Tabel 4.1 Data kerusakan sel organ hati mencit perlakuan TP
Kelompok Konsentrasi % Jenis Kerusakan
Perlakuan (mg/cm3) Rata-rata
VC DP SB kerusakan
K (-) 0 1,52 % 19,40 % 4,84 % 8,99 %
TP1 0.000119 3,60 % 42,00 % 12,00 % 23,92 %
TP2 0.000220 4,00 % 48,00 % 18,00 % 32,84 %
TP3 0.000280 4,30 % 64,00 % 23,70 % 38,21 %
TP4 0.000423 5,32 % 66,00 % 27,00 % 41,70 %
TP5 0.000500 6,40 % 79,00 % 33,33 % 47,56 %

Dari hasil yang diperoleh diatas maka dapat dikatakan bahwa


semakin tinggi kerusakan sel terjadi seiring dengan pertambahan
jumlah semprotan pada setiap perlakuan. Sedangkan untuk kerusakan
setiap jenis kerusakannya berbeda-beda tidak bergantung pada
jumlahnya semprotan. Jenis kerusakan vena centralis pada gambaran
mikroskopis perlakuan kontrol lebih kecil dibandingan dengan vena
centralis pada kelompok perlakuan paparan hairspray 1,43 mg sampai
dengan perlakuan paparan hairspray 6,00 mg. Hal ini dikarenakan
massa yang diberikan setiap penyemprotan berbeda-beda dan tidak
konsisten sehingga dapat mempengaruhi kerusakan sel organ hati
mencit.
Adapun gambaran mikroskopis organ hati mencit (mus
musculus) yang terpapar hairspray dengan pemberian antioksidan
pare, brokoli dan kulit manggis.

30
Gambar 4.7 (P1) Gambaran mikroskopis organ hati mencit dengan
pemberian antioksidan 0,81 mg.

Keterangan : (A) Vena Centralis, (B) Sel Normal, (C) Degenerasi


Parenkim, (D) Sel Binuklear

Gambar 4.8 (P2) Gambaran mikroskopis organ hati mencit dengan


pemberian antioksidan 1,62 mg.

Keterangan : (A) Vena Centralis, (B) Sel Normal, (C) Degenerasi


Parenkim, (D) Sel Binuklear
31
Gambar 4.9 (P3) Gambaran mikroskopis organ hati mencit dengan
pemberian antioksidan 2,43 mg.

`Keterangan : (A) Vena Centralis, (B) Sel Normal, (C) Degenerasi


Parenkim, (D) Sel Binuklear

Gambar 4.10 (P4) Gambaran mikroskopis organ hati mencit


dengan pemberian antioksidan 3,24 mg.

Keterangan : (A) Vena Centralis, (B) Sel Normal, (C) Degenerasi


Parenkim, (D) Sel Binuklear

32
Gambar 4.11 (P5) Gambaran mikroskopis organ hati mencit dengan
pemberian antioksidan 4,05 mg.

Keterangan : (A) Vena Centralis, (B) Sel Normal, (C) Degenerasi


Parenkim, (D) Sel Binuklear

Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopis diperoleh


data kerusakan total untuk setiap kelompok perlakuan berbeda-beda
dikarenakan dosis pemberian antioksidannya juga berbeda-beda. Data
kerusakan total untuk setiap kelompok perlakuan yaitu dapat dilihat
pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Data kerusakan sel organ hati mencit perlakuan P


Perlakuan % Jenis Kerusakan
Dosis anti- VC DP SB Rata-rata
oksidan(mg) kerusakan
0 5,32 % 66,00 % 27,00 % 41,70 %
0,81 3,32 % 38,00 % 17,60 % 18,91 %
1,62 2,90 % 30,00 % 16,00 % 13,45 %
2,43 2,40 % 26,00 % 13,00 % 10,41 %
3,24 2,20 % 20,00 % 11,4 % 7,61 %
4,05 1,92 % 15,00 % 9,30 % 5,35 %

33
Dari data yang diperoleh maka dapat ditunjukkan dengan
grafik seperti berikut ini.
Grafik dibawah ini (Gambar 4.12 sampai Gambar 4.15)
merupakan grafik kerusakan sel organ hati mencit (Mus musculus) per
masing-masing jenis kerusakan pada sel organ hati mencit yang terdiri
dari kerusakan vena centralis, kerusakan degerasi parenkim dan
kerusakan sel binuklear serta grafik total kerusakan dari sel organ hati
mencitnkelompok perlakuan TP (paparan hairspray tanpa pemberian
antioksidan).

Vena centralis
9
8
7
6
% Kerusakan

5
4
3
2
1
0
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006
Konsentrasi hairspray (mg/cm3)

Gambar 4.12 Grafik kerusakan vena centralis sel organ hati mencit
kelompok perlakuan TP (paparan hairspray tanpa pemberian
antioksidan).

34
Degenerasi Parenkim
100

80
% Kerusakan

60

40

20

0
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006
Konsentrasi hairspray (mg/cm3)

Gambar 4.13 Grafik kerusakan degenerasi parenkim sel organ hati


mencit kelompok perlakuan TP (paparan hairspray tanpa pemberian
antioksidan).

Sel Binuklear
40
35
30
% Kerusakan

25
20
15
10
5
0
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006
Konsentrasi hairspray (mg/cm3)

Gambar 4.14 Grafik kerusakan sel binuklear organ hati mencit


kelompok perlakuan TP (paparan hairspray tanpa pemberian
antioksidan).

35
Kerusakan Total
60

50
% Kerusakan

40

30

20

10

0
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006
Konsentrasi hairspray (mg/cm3)

Gambar 4.15 Grafik total kerusakan sel organ hati mencit kelompok
perlakuan TP (paparan hairspray tanpa pemberian antioksidan).

Kerusakan masing-masing sel organ hati mencit (Mus


musculus) dapat dilihat pada Grafik 4.12 sampai dengan Grafik 4.15.
Pada grafik kerusakan vena centralis (Gambar 4.12) dengan
nilai y = -881944x2 + 8622.7x + 2.1211 serta diperoleh nilai koefisien
korelasi R² = 0.9718. Untuk grafik kerusakan degenerasi parenkim
(Gambar 4.13) dengan nilai y = -1E+08x2 + 168257x + 20.345 dan
diperoleh nilai koefisien korelasi R² = 0.9593 serta pada grafik
kerusakan sel binuklear (Gambar 4.14) dengan nilai y = -2E+07x2 +
67148x + 4.8254 dan diperoleh nilai koefisien relasi R² = 0.9866.
Grafik total kerusakan organ hati mencit dengan kelompok perlakuan
TP (paparan hairspray tanpa pemberian antioksidan) dapat dilihat
pada Gambar 4.15 diperoleh fungsi dari grafik kuadratis polynomial
derajat dua dengan nilai y = -1E+08x2 + 132453x + 9.3886 dan
diperoleh nilai koefisien korelasi R² = 0.9895.
Berikut ini adalah grafik (Gambar 4.16 sampai Gambar 4.19)
data kerusakan sel organ hati mencit (Mus musculus) dengan
kelompok perlakuan P (paparan hairspray dengan pemberian
antioksidan).

36
Vena Centralis
8
7
6
% Kerusakan

5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5
Dosis Antioksidan (mg)

Gambar 4.16 Grafik kerusakan vena centralis sel organ hati mencit
kelompok perlakuan P (paparan hairspray dengan pemberian
antioksidan).

Degenerasi Parenkim
80
70
60
% Kerusakan

50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5
Dosis Antioksidan (mg)

Gambar 4.17 Grafik kerusakan degenerasi parenkim sel organ hati


mencit kelompok perlakuan P (paparan hairspray dengan pemberian
antioksidan).

37
Sel Binuklear
35
30
% Kerusakan

25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5
Dosis Antioksidan (mg)

Gambar 4.18 Grafik kerusakan sel binuklear organ hati mencit


kelompok perlakuan P (paparan hairspray dengan pemberian
antioksidan).

Kerusakan Total
50

40
% Kerusakan

30

20

10

0
0 1 2 3 4 5
Dosis Antioksidan (mg)

Gambar 4.19 Grafik total kerusakan sel organ hati mencit kelompok
perlakuan P (paparan hairspray dengan pemberian antioksidan).

Grafik masing-masing kerusakan sel organ hati mencit (Mus


musculus) dapat dilihat pada Gambar 4.16 sampai dengan Gambar
38
4.19. Grafik kerusakan vena centralis dapat dilihat pada Gambar 4.16
dengan nilai y = 0.2656x2 - 1.825x + 5.1314 dan nilai koefisien
korelasi R² = 0.9461. Kerusakan degenerasi parenkim dapat dilihat
pada Gambar 4.17 dengan nilai y = 3.3597x2 - 24.678x + 62.134 dan
diperoleh nilai koefisien korelasi R² = 0.9483 serta grafik kerusakan
sel binuklear dapat dilihat pada Gambar 4.18 dengan nilai y= 0.9983x2
- 8.0009x + 26.084 dan diperoleh nilai koefisien korelasi R² = 0.9469.
Pada Gambar 4.19 merupakan grafik total kerusakan organ hati mencit
kelompok perlakuan P (paparan hairspray dengan pemberian
antioksidan) diperoleh nilai y = 3.0849x2 - 20.207x + 38.605 dan
diperoleh nilai koefisien korelasi R² = 0.9391. Kerusakan organ hati
mencit diperoleh dosis efektif paparan hairspray yaitu pada kelompok
perlakuan TP4 yaitu paparan hairspray 8x semprotan. Dosis efektif ini
yang digunakan sebagai pembanding untuk pemberian antioksidan
pada perlakuan P.
Pada grafik diatas (Gambar 4.12 sampai Gambar 4.15) yang
merupakan grafik kerusakan organ hati mencit akibat paparan
hairspray tanpa pemberian antioksidan diketahui bahwa persentase
kerusakan sel organ hati mencit semakin bertambah seiring dengan
pertambahan dosis semprotan hairspray baik untuk total kerusakan
maupun per setiap kerusakan. Sedangkan pada grafik (Gambar 4.16
sampai dengan Gambar 4.19) yang merupakan grafik kerusakan organ
hati mencit akibat paparan hairspray dengan pemberian antioksidan
pare, brokoli dan kulit manggis diketahui terjadi penurunan persentase
kerusakan sel seiring dengan pertambahan dosis antioksidan yang
diberikan baik total kerusakan maupun per setiap kerusakan sel organ
hati mencit. Dari grafik (Gambar 4.16 sampai Gambar 4.19) tersebut
juga dapat dikatakan bahwa pemberian antioksidan pare, brokoli dan
kulit manggis dapat menurunkan jumlah kerusakan pada organ hati
mencit (Mus musculus).

4.3. Pembahasan
Dari hasil pengamatan organ hati mencit yang terpapar
hairspray dengan pemberian antioksidan 5 varian dosis antioksidan
pare, brokoli dan kulit manggis diperoleh adanya perubahan pada
masing-masing kelompok perlakuan. Pare, brokoli dan kulit manggis
ini memiliki senyawa antioksidan yang tinggi yang dapat menangkal
radikal bebas yang terdapat dalam kandungan hairspray serta dapat

39
memperbaiki kerusakan sel pada organ hati mencit (Mus Musculus).
Adapun Kerusakan organ hati mencit yang diamati dalam penelitian
ini yaitu kerusakan vena centralis, degenerasi parenkim serta
kerusakan sel binuklear dan juga diamati sel hepatosit atau sel normal.
Pada penelitian ini kelompok perlakuan mencit dibagi menjadi tiga
kelompok diantaranya kelompok K- (kelompok kontrol yaitu
kelompok tidak dipapar hairspray dan juga tidak diberikan
antioksidan), kelompok TP (paparan hairspray tanpa pemberian
antiosidan) dan kelompok P (pemberian antioksidan dan paparan
hairspray).
Berdasarkan pengamatan mikroskopis organ hati mencit
maka dapat diketahui tingkat kerusakan sel organ hati mencit. Hal ini
sesuai dengan perhitungan jumlah sel yang rusak dengan
menggunakan persamaan yang sudah ditentukan serta gambar
perbedaan kerusakan untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada
Gambar 4.1 sampai dengan Gambar 4.11. Pada kelompok perlakuan
TP (paparan hairspray tanpa pemberian antioksidan) terjadi
pertambahan jumlah kerusakan seiring dengan pertambahan jumlah
semprotan hairspray yang diberikan sedangkan pada kelompok
perlakuan P (paparan hairspray dengan pemberian antioksidan)
jumlah kerusakan menurun seiring dengan pertambahan pemberian
dosis antioksidan. Sehingga dari sini terdapat hubungan yang erat
antara paparan hairspray dengan pemberian antioksidan dengan
bermacam-macam dosis yang berbeda terhadap gambaran
mikroskopis organ hati mencit (Mus musculus).

4.3.1. Toksisitas cocomide diethanol (DEA) terhadap organ hati


Cocomide diethanol (DEA) pada kosmetik ketika bereaksi
dengan bahan kimia lainnya yang terdapat didalam kosmetik diketahui
dapat menyebabkan kanker. Jika pada paru-paru terjadi penumpukan
konsentrasi cocmide diethanol (DEA) maka akan terjadi peristiwa
pemecahan cocomide diethanol (DEA) serta akan mengaktifasi gugus
RCO_ (CIR, 1986). Gugus RCO_ ini akan masuk kedalam organ hati
melalui proses pernafasan yaitu lewat organ paru-paru yang
selanjutnya akan masuk kedalam organ hati melalui proses
metabolisme. Molekul oksigen reaktif didalam hati dapat
meningkatkan stres oksidatif yang ditandai dengan kerusakan

40
membran sel dan protein, termasuk enzim sehingga menyebabkan
nekrosis sentrilobular atau kerusakan sel (Ruqiah, 2007).
Terbentuknya radikal didalam hati dapat menimbulkan
peroksidasi lemak dalam membrane didalam sel. Mitokondria
terserang sehingga akan melepaskan ribosom dari retikulum
endoplasma yang menyebabkan pemasokan energi yang dibutuhkan
untuk memelihara fungsi dan struktur retikulum endoplasma terhenti
yang menyebabkan sintesis protein menjadi menurun. Sel akan
kehilangan daya untuk mengeluarkan trigliserida sehingga
menyebabkan degenerasi lemak pada sel hati. Apabila bagian yang
sangat luas dari hati mengalami kerusakan maka hati akan kehilangan
fungsinya (Koeman, 1987).
Organ hati memiliki kapasitas yang tinggi dalam mengikat
bahan kimia sehingga bahan kimia lebih banyak terkonsentrasi pada
organ hati. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi hati yaitu
mengeliminasi toksikan dalam tubuh. Hati memiliki kemampuan
untuk mengeluarkan toksikan namun organ hati mempunyai
kapasitasnya yang lebih tinggi dalam proses biotransformasi toksikan.
Hati berperan menghilangkan bahan toksik dari darah setelah
diabsorpsi pada saluran pencernaan sehingga dapat dicegah distribusi
bahan toksik tersebut ke bagian lain dari tubuh yang akan
menyebabkan terbentuknya radikal (Mukono HJ, 2005).

4.3.2. Cara kerja antioksidan

R
Gambar 4.20 Struktur kimia radikal asam minyak

Seperti pada Gambar 4.20 diatas bahwa struktur radikal asam


minyak mempunyai satu elektron bebas yang mana pada atom C ini
tidak memiliki pasangan elektron pada salah satu dari keempat kaki
atom yang mana elektron bebas ini dapat berpotensi menjadi radikal
dan menyebabkan kanker serta merusak sel hati.
Antioksidan pare, brokoli dan kulit manggis ini akan bereaksi
dengan radikal asam minyak segera setelah senyawa tersebut
terbentuk. Terdapat banyak sekali kandungan antioksidan didalam
41
pare, brokoli dan kulit manggis yaitu salah satunya adalah flavonoid.
Flavonoid mempunyai aktivitas antioksidan lebih kuat melawan
radikal bebas dibandingkan dengan vitamin C dan vitamin E yang
mana flavonoid dapat menurunkan resiko terjadinya kanker paru.
Flavonoid menstimulus aktivitas enzim sehingga akan menginduksi
sel arrest dan apoptosis serta mengatur fungsi imun tubuh,
menghambat inflamasi, proliferasi dan angiogenesis. Berikut ini
adalah gambar struktur kimia flavonoid (Gambar 4.21).

Gambar 4.21 Struktur kimia C6 - C3 - C6 flavonoid

Flavonoid merupakan suatu kelompok senyawa metabolit


sekunder yang ditemukan di dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi,
1985). Terdapat beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
flavonoid mempunyai kontribusi dalam aktivitas antiproliferatif pada
sel kanker manusia. Diketahui bahwa tangeretin, suatu senyawa
flavonoid yang terdapat pada citrus, dapat menghambat sel tumor
manusia (Bracke, Marc E, Eric A. Bruyneel, Stefan J. Vermeulen,
Krist’l Vennekens, Veerle Van Marck, 1994).
Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara
mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya
mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai
samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon
(Cuppett. S, 1954). Flavonoid memberikan kontribusi pada aktivitas
antioksidannya secara in vitro dengan cara flavonoid mengikat ion-ion
metal seperti Fe dan Cu. Ion-ion metal seperti Cu dan Fe dapat
mengkatalisis reaksi yang akhirnya memproduksi radikal bebas
(Muchtadi, 2000).
Prinsip kerja dari pada antioksidan dalam menghambat
autooksidasi pada lemak dapat dilihat sebagai berikut.

42
Oksigen bebas di udara akan mengoksidasi ikatan rangkap pada asam
lemak yang tidak jenuh. Kemudian radikal bebas yang terbentuk akan
beraksi dengan oksigen sehingga akan menghasilkan peroksida aktif.

RH + O2 R* + OOH
Asam lemak Oksigen Radikal bebas tidak jenuh

R* + O2 ROO*
Radikal bebas Oksigen Peroksida aktif

Apabila dalam suatu asam lemak yang terdapat dalam minyak


tidak mengandung antioksidan, maka peroksida aktif akan bereaksi
dengan ikatan rangkap lemak. Apabila ditambah suatu antioksidan,
maka peroksida aktif akan bereaksi dengan antioksidan tersebut
sehingga pembentukan radikal bebas dapat dihentikan dengan
penambahan suatu antioksidan. Mekanisme antioksidan dalam
menghambat oksidasi atau menghentikan reaksi berantai pada radikal
bebas dari lemak yang teroksidasi dapat disebabkan oleh 4 macam
reaksi adalah : (1) pelepasan hidrogen dari antioksidan, (2) pelepasan
elektron dari antioksidan, (3) penambahan lemak ke dalam cincin
aromatik pada antioksidan, (4) pembentukan senyawa kompleks
antara lemak dan cincin aromatik dari antioksidan (Ketaren, 1986).
Menurut (Pokorny, 1971), mekanisme kerja antioksidan
dalam menghambat proses pembentukan radikal bebas adalah sebagai
berikut.
RH R+H (1)
R + O2 ROO (2)
ROO + RH ROOH + R (3)

Pengaruh antioksidatif antioksidan:


AH + R RH + A (4)
AH + RCO ROOH + A (5)

Reaksi (1) sampai (3) menunjukkan perubahan prinsip yang


terjadi selama reaksi oksidasi. Radikal bebas yang terbentuk dari asam
lemak tidak jenuh sebagai akibat pengaruh panas, cahaya dan logam
berat (1). Radikal bebas bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

43
peroksida (2). Radikal peroksida mengikat semua atom hidrogen dari
molekul asam lemak membentuk radikal asam lemak yang baru dan
hidroperoksida (3). Zat antioksidan bereaksi dengan radikal asam
lemak dan radikal peroksida (4) dan (5). Radikal bebas menjadi
kurang aktif dan radikal antioksidan yang terbentuk tidak mampu
melanjutkan rantai oksidasi lebih lanjut.
Didalam (Sayuti, 2015), Mekanisme pencegahan timbulnya kanker
oleh senyawa flavonoid diantaranya adalah :
 Stimulasi aktivitas enzim-enzim detoksifikasi fase II. Enzim-
enzim detoksifikasi fase II akan mengkatalisis reaksi
yang meningkatkan ekskresi senyawa toksik atau bahan kimia
karsinogenik dalam tubuh.
 Menjaga aturan siklus sel yang normal. Jika DNA mengalami
kerusakan, siklus sel akan berhenti pada titik tempat
terjadinya kerusakan sehingga memberi kesempatan pada
DNA untuk melakukan mengaktifkan jalur yang membawa
pada kematian sel jika kerusakan tersebut tidak dapat
diperbaiki
 Menghambat proliferasi dan menginduksi apoptosis
 Menghambat invasi tumor dan angiogenesis. Dengan bantuan
enzim-enzim matrixmetalloproteinases sel-sel kanker akan
menyerang jaringan normal
 Mengurangi terjadinya peradangan. Peradangan ini bisa
terjadi akibat produksi radikal bebas secara local oleh
enzim-enzim inflamasi (inflammatory enzymes).

Pada gambar dibawah ini (Gambar 4.22), merupakan proses


mekanisme pendonoran atom H dari gugus vitamin C kepada atom C
pada senyawa asam minyak sehingga akan menjadi senyawa yang
stabil. Atom C terletak pada golongan IVA, sehingga memiliki 4
elektron valensi. Oleh karena itu, untuk mencapai konfigurasi oktet
maka atom karbon mempunyai kemampuan membentuk 4 ikatan
kovalen yang relatif kuat.

44
Gambar 4.22 Proses mekanisme pendonoran atom H

Adanya elektron yang tidak berpasangan pada gugus asam


minyak yaitu atom C yang bersifat radikal. Aktifitas radikal asam
minyak dengan antioksidan dari pare, brokoli dan kulit manggis dapat
terjadi dengan adanya gaya tarik menarik antara kedua atom yaitu
atom C pada radikal asam minyak dan atom H pada flavonoid menjadi
senyawa yang lebih stabil yang mana aktifitas ini dapat dipengaruhi
oleh sifat keelektronegatifan. Keelektronegatifan adalah suatu
bilangan yang menyatakan kecederungan suatu unsur menarik
elektron dalam suatu ikatan kimia untuk digunakan secara bersamaan
serta membentuk senyawa lain yang lei stabil dan tidak reaktif. Dalam
satu periode dari kiri ke kanan sifat keelektronegatifannya semakin
besar sedangkan dalam satu golongan dari atas ke bawah sifat
kelektronegatifanya makin kecil.
Atom C pada senyawa asam minyak memiliki sifat
keelektronegatifan tinggi sehingga atom C memiliki kecenderungan
untuk menarik elektron dari atom H. Atom H adalah elektron yang
bersifat positif dikarenakan atom H memiliki satu elektron dan lebih
cenderung lepas. Atom H mempunyai energi ikat rendah yaitu sebesar
(O-H) 63 kj/mol sehingga lebih cenderung melepaskan diri dari
antioksidan sedangkan atom C cenderung kuat dikarenakan atom C
mempunyai energi ikat yang tinggi yaitu (C-O) 358 kj/mol sehingga
atom C dan atom O tidak mudah lepas.
Energi ikat adalah perubahan entalpi yang dibutuhkan untuk
memutuskan suatu ikatan kimia. Jika suatu energi ikatan tinggi maka
ikatan tersebut kuat dan molekulnya akan cenderung lebih stabil dan
kurang reaktif. Senyawa yang lebih reaktif memiliki energi ikatan
yang mana umumnya lebih rendah.

45
Tabel 4.1 Energi Ikat

Ikatan Energi Ikatan Energi Ikatan Energi


Ikatan Ikatan Ikatan
(Kj/Mol) (Kj/Mol) (Kj/Mol)
H–F 436 N–H 391 Br – F 237
H–F 567 N–N 163 Br – Cl 218
H – Cl 431 N–O 201 Br - Br 193
H – Br 366 N–F 272 l – Cl 208
H–l 299 N – Cl 200 l – Br 175
C–H 413 N – Br 243 l–l 151
C–C 348 O–H 63 C=C 614
C–N 293 O–O 146 C=N 839
C–O 358 O–F 190 C–N 615
C–S 259 O – Cl 203 C=O 891
C–F 485 O–l 234 C=O 749

Energi ikatan dinyatakan dengan satuan kJ/mol. Energi ikatan


dibedakan menjadi energi disosiasi untuk senyawa molekul yang
dilambangkan dengan D yang mana energi disosiasi ini terkait dengan
energi yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan senyawa molekul
atau kovalen sedangkan energi kisi terkait dengan energi yang
dilepaskan untuk membentuk ikatan senyawa ion. Dua atom akan
saling terikat jika ada gaya ikat antara keduanya. Ikatan antar atom
terbentuk jika dalam pembentukan ikatan tersebut terjadi penurunan
energi total (Sudirham, 2013). Suatu senyawa dapat dikatakan
memiliki ikatan kuat apabila senyawa tersebut memiliki energi ikatan
yang tinggi.
Menurut Fennema (1996) suatu kesinergisan terjadi ketika
antioksdan-antioksidan bergabung sehingga menghasilkan aktivitas
yang lebih besar dibandingkan aktivitas antioksidan yang diuji secara
masing-masing. Seperti pada penelitian ini digunakan tiga macam
tanaman yaitu pare, brokoli dan kulit manggis yang mana ketiga
tanaman ini akan menghasilkan aktivitas yang lebih besar.

46
4.3.3. Aspek Fisis dari cocomide dietahanol (DEA) ketika
masuk kedalam organ hati
Hairspray ketika masuk kedalam tubuh akan mengalami
proses difusi yaitu proses bergeraknya molekul dari daerah dengan
konsentrasi lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih
rendah yang terjadi secara spontan. Contohnya dalam penelitian ini,
proses difusi pada hairspray yang dipaparkan pada mencit yang
berada didalam chamber secara perlahan akan memenuhi seluruh
ruangan karena molekul gas yang terdapat pada hairspray mulai
berdifusi dengan sekelilingnya, menyebar keseluruh ruangan dan
dihirup oleh mencit yang selanjutnya gas tersebut akan masuk
kedalam organ hati mencit.
Proses difusi terjadi dikarenakan perbedaan konsentrasi dari
hairspray yang masuk kedalam tubuh. Misalkan, pada peristiwa
respirasi pada manusia berlangsung didalam paru-paru tepatnya
dibagian alveoli. Hairspray yang terdapat dilingkungan sekitar
memiliki kandungan oksigen yang lebih tinggi dari pada didalam
tubuh manusia. Ketika menghirup oksigen (hairspraya) berjalan
melewati rongga hidung menuju saluran trakea/ tenggorokan
selanjutnya menuju bronkus dan bronkiolus. Gas-gas pernafasan akan
berdifusi karena perbedaan tekanan menuju ke alveoli didalam paru-
paru. Difusi terjadi melalui membran respirasi yang berupa dinding
alveolus sangat tipis. Selanjutnya dari alveolus oksigen (hairspray)
berdifusi kedalam pembuluh darah kapiler, hal ini dapat terjadi
dikarenakan konsentrasi oksigen (hairspray) didalam alveoli lebih
tinggi dari pada di pembuluh darah kapiler dan selanjutnya hairspray
berakhir masuk kedalam sel untuk proses metabolisme sel.
Hairspray yang masuk kedalam tubuh akan mengalami proses
oksidasi yaitu akan berikatan dengan oksigen yang ada didalam darah
sehingga akan menyebabkan peningkatan konsentrasi darah yang ada
didalam tubuh. Peningkatan konsentrasi darah ini diakibatkan karena
tekanan yang yang ada didalam darah serta dipengaruhi oleh suhu
yang ada didalam tubuh sehingga akan terjadi pemecahan senyawa
berbahaya dari hairspray yaitu cocomide diethanol (DEA) antara
bagian kepala dan bagian ekor. Bagian ekor cocomide diethanol
(DEA) disebut sebagai radikal asam lemak dikarenakan memiliki satu
elektron yang tidak berpasangan sehingga bersifat sangat reaktif dan
tidak stabil. Radikal asam lemak ini masuk kedalam organ hati maka
47
akan terjadi proses detoksifikasi yang dilakukan oleh organ hati.
Apabila konsentrasi radikal asam lemak yang berlebihan masuk
kedalam organ hati maka akan terjadi ketidakstabilan kerja enzim dan
organ hati akan kehilangan kemampuan untuk melakukan
detoksifikasi dikarenakan penumpukan konsentrasi yang
mengakibatkan terjadinya penyempitan pembuluh darah yang ada
didalam organ hati. Penyempitan pembuluh darah ini akan
menimbulkan desakan dan akan terjadi kerusakan sel organ hati.
Kecepatan difusi suatu zat melewati sebuah membrane
tergantung pada permeabilitas zat terhadap membran, perbedaan
konsentrasi antar dua sisi, perbedaan tekanan antara masing-masing
sisi karena tekanan akan memberikan energi kinetik yang lebih besar,
dan potensial listrik yang menyeberangi membran akan memberi
muatan pada zat tersebut. Difusi antara cairan interstisial dan cairan
intraselular dapat terjadi melalui beberapa mekanisme: (1) secara
langsung melewati lapisan lemak bilayer pada membran sel, (2)
melewati protein chanel dalam membran, (3) melalui ikatan dengan
protein carier yang reversible yang dapat melewati membran (difusi
yang difasilitasi). Molekul-molekul yang larut seperti oksigen, CO2,
air, dan lemak akan menembus membran sel secara langsung. Kation-
kation seperti 𝑁𝑎+ , 𝐾 + dan 𝐶𝑎2+ sangat sedikit sekali yang dapat
menembus membran oleh karena tegangan potensial transmembran
sel (dengan bagian luar yang positif) yang diciptakan oleh pompa 𝑁𝑎+
dan 𝐾 + . Dengan demikian kation-kation ini dapat berdifusi hanya
melalui chanel protein yang spesifik. Pada akhirnya ion-ion ini akan
berpindah dan saling menetralkan. Misalnya jika diluar sel terjadi
muatan positif yang terlalu besar maka tubuh akan
mengkompensasinyua dengan mengeluarkan muatan negatif dari
intraselular begitu juga sebaliknya. Glukosa dan asam amino berdifusi
dengan bantuan ikatan membran-protein karier.
Kecepatan difusi zat melalui membran sel tidak hanya
bergantung pada gradien konsentrasi tetapi juga pada besarnya muatan
dan daya larut dalam lipid yaitu molekul hidrofobik lebih mudah
berdifusi melalui membran dari pada molekul hidrofilik (Kimball,
2000). Setiap molekul hairspray yang disemprotkan akan bergerak
secara lurus dan bertabrakan dengan molekul hairspray lainnya
maupun molekul-molekul yang ada didalam udara. Pada setiap

48
tabrakan molekul terpental dan menuju ke arah yang lain sehingga hal
inilah yang menyebabkan gerak acak dari molekul tersebut.
Berdasarkan hukum Fick tentang fluks aliran bahwa sejumlah
massa benda (M) yang mengalir melalui satuan penampang melintang
(S) dalam waktu (t) dapat ditulis dalam persamaan berikut.

𝑑𝑀
J=  Hukum Fick I
𝑆 𝑑𝑡
Keterangan :
J : fluks aliran (g/cm² detik)
M : jumlah massa (g atau mol)
S : Luas permukaan (cm²)
t : waktu (detik)

Fluks aliran berbanding lurus dengan gradien konsentrasi dC/dx,


sehingga hukum difusi fick dapat ditulis persamaan sebagai berikut.

𝑑𝐶
J=-D  Hukum Fick I
𝑑𝑥
Keterangan :
D : koefisien difusi (cm²/det)
C : konsentrasi (g/cm³)
x : jarak (cm)
Tanda negatif pada persamaan menandakan bahwa difusi terjadi
dalam arah yang berlawanan dengan kenaikan konsentrasi (arah x
positif).
Meskipun koefisien difusi (D) tampak seperti suatu konstanta
perbandingan, koefisien ini biasanya tidak tetap konstan seperti
konstanta umumnya. D dipengaruhi oleh konsentrasi, suhu, tekanan,
sifat pelarut dan sifat kimia difusan. Sedangkan Hukum Fick II
mengatakan bahwa suatu persamaan untuk transport massa yang
menekankan perubahan dalam konsentrasi terhadap waktu pada
tempat tertentu bukan pada massa yang berdifusi melalui satu satuan
luas barrier dalam satuan waktu.
Konsentrasi (C) dalam elemen volume tertentu hanya berubah
sebagai akibat aliran bersih molekul yang berdifusi ke dalam atau ke
luar dari suatu daerah. Perbedaan konsentrasi diakibatkan oleh
perbedaan masukan dan keluaran. Dan konsentrasi difusan dalam

49
elemen volume berubah seirinf waktu yaitu C/t sedangkan fluks
aliran atau jumlas zat yang berdifusi berubah seiring dengan jarak,
J/x dalam arah x, atau dapat ditulis dalam persamaan berikut.

𝑑𝐶 𝑑𝐽
=− , dengan menurunkan persamaan
𝑑𝑡 𝑑𝑥
hukum pertama terhadap x maka diperoleh.

𝑑𝐽 𝑑2 𝐶 𝑑𝐶 𝑑2 𝐶
− =𝐷  =𝐷  Hukum Fick II
𝑑𝑥 𝑑𝑥 2 𝑑𝑡 𝑑𝑥 2

Perubahan konsentrasi terhadap waktu dalam daerah tertentu adalah


sebanding dengan perubahan dalam perbedaan konsentrasi pada titik
itu dalam sistem tersebut.
Hal ini berlaku pada penelitian ini bahwa konsentrasi
hairspray yang dipaparkan semakin besar maka kerusakan yang
ditimbulkan juga semakin meningkat. Hal ini dikarenakan terjadi
penumpukan konsentrasi cocomide diethanol yang mengakibatkan
terjadinya desakan didalam tubuh yang berakibat pada kerusakan.
Berdasarkan hukum Fick maka dapat dikatakan bahwa jumlah aliran
hairspray yang masuk kedalam organ hati mencit bergantung pada
volume ruangan atau dalam hal ini adalah chamber yang digunakan
dalam penelitian, massa hairspray yang dipaparkan serta waktu
lamanya mencit dibiarkan didalam chamber. Jumlah hairspray atau
aliran hairspray berbanding lurus dengan massa hairspray yang
dipaparkan serta berbanding terbalik dengan luas permukaan chamber
dan waktu.
Sel hati yang terpapar hairspray dengan pemberian
antioksidan dosis yang berbeda-beda menghasilkan kerusakan yang
berbeda pula. Konsentrasi hairsparay berkurang seiring dengan
pertambahan dosis antioksidan yang diberikan. Hal ini dikarenakan
senyawa cocomide diethanol (DEA) yang terdapat didalam hairspray
berikatan dengan antioksidan yang diberikan yaitu flavonoid yang
diperoleh dari tanaman pare, brokoli dan kulit manggis. Antioksidan
ini mendonorkan elektron dari atom OH-nya kepada radikal asam
lemak yang terdapat didalam hairspray. Konsentrasi antioksidan yang
diberikan berbeda-beda sehingga menghasilkan dampak yang
berbeda-beda pula.

50
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa kerusakan sel organ hati mencit tergantung dari
konsentrasi dan massa hairspray yang disemprotkan, suhu dan
tekanan dalam tubuh mencit serta volume hairspray dalam chamber.
Terdapat pengaruh pemberian antioksidan (pare, brokoli dan kulit
manggis) pada kerusakan organ hati mencit yang terpapar hairspray.
Pemberian dosis antioksidan (pare, brokoli dan kulit manggis) yang
berbeda-beda menghasilkan pengaruh yang berbeda pula. Kerusakan
sel hati mencit berkurang seiring dengan bertambahnya antioksidan
(pare, brokoli dan kulit manggis) yang diberikan. Kerusakan terendah
pada organ hati mencit yaitu sebesar 5,35 % yang dialami pada
pemberian dosis antioksidan terbanyak yaitu 4,05 mg dengan
perbandingan dosis masing-masing antioksidan (pare, brokoli dan
kulit manggis) yaitu 1:1:1.

5.2. Saran
Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya lebih diperhatikan
massa setiap semprotan hairspray, menggunakan variasi dosis
antioksidan lainnya yang lebih tinggi dari pada dosis yang digunakan
pada penelitian yang telah dilakukan serta menggunakan softwere lain
yang otomatis dapat menentukan jenis kerusakan dari sel pada
gambaran mikroskopis organ hati.

51
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

52
DAFTAR PUSTAKA
A.N.S. Thomas. (2008). Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta:
Kanisius.
Arrington, L. R. (1972). Introductory Laboratory Animal Sciene, the
Breeding, Care and Management of Experimental Animal. The
Interstate Printers and Publishers. Inc, Danville.
Bahri, S., Sitorus, P., Pasaribu, F. (2012). Uji ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) terhadap penurunan kadar
glukosa darah. Journal of Pharmaceutics and Pharmacologi.
Vol. 1(1):1-8.
Bracke, Marc E, Eric A. Bruyneel, Stefan J. Vermeulen, Krist’l
Vennekens, Veerle Van Marck, and M. M. M. (1994). Citrus
Flavonoid Effect on Tumor Invasion and Metastasis. Food
Tech :121-124.
Burkitt HG, O. G. (1995). Clinical and Diagnostic Veterinary
Toxicology. Edisi ke-2. Kendal/Hunt. Publishing Company. Pp.
333-334.
CIR. (1986). Final Report on the Safety Assessment of Cocamide
DEA, Lauramide OEA, linoleamide OEA, and Oleamide DEA.
Journal of the American College of Toxicology. 5(5):415-454.
CIR. (2011). Crosslinked Alkyl Acrylates as Used in Cosmetics. Final
report.
Cuppett, S., M. S. and C. H. I. (1954). Natural Antioxidant – Are They
Reality. Dalam Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants,
Chemistry, Health Effect and Applications, AOCS Press,
Champaign, Illinois: 12-24.
Depkes RI. (2007). Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Fajariyah S, U. E. & A. Y. (2010). “Efek PemberianEstrogen Sintetis
(Diethylstillbestrol) Terhadap StrukturHepar Dan Kadar SGOT
Dan SGPT Pada Mencit (MusMusculus) Betina Strain Bal/C,” J
Ilmu dasar 11(1) 76-82.
Ganiswara SG. (1995). Farmakologi dan Terapi. Ed ke-4. Jakarta:
Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
Hartono. (1992). Histologi Veteriner. Organologi. Bogor:
Laboratorium Histologi Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor. Hlm 90.
53
Kelly, W. R. (1993). The liver and biliary system in pathology of
domestic animals. Ed ke-4. Volume ke-2. Jubb kuf, Peter CK dan
Nigel P (Ed). London: Academic Press. 319-406.
Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.
jakarta: UI press.
Koeman, J. . (1987). Pengantar Umum Toksitologi. Yogyakarta:
UGM Press.
Lu FC. (1995). Toksikologi Dasar. Edisi ke-2. jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Moreno, M. (2006). Chemical and Biological Characteristisation of
Nutraceutical Compound Of Broccoli journal of Pharmaceutical
and Biomedical Analysis vol. 4.p.1508-22.
Moriwaki, K. S. H. Y. (1994). Genetic in Wild Mice. Its Aplication to
Biomedical Research. Tokyo: Japan Scientific Sosieties Press.
Karger.
Muchtadi, H. (2000). Sayur-sayuran. Sumber serat dan Antioksidan :
Mencegah penyakit Degeneratif. Bogor: Jurusan Teknologi
Pangan & Gizi. FATETA.IPB.
Mukono HJ. (2005). Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap
Gangguan Saluran Pernapasan. (Airlangga University Press,
Ed.). Surabaya.
Neuschwander, T. B. (2003). Nonalcoholic steatohepatitis: summary
of an AASLD Single Topic Conference. Hepatology 1202-1219.
Nusmara, K. G. (2012). Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas
Pertumbuhan Rambut Tikus Putih dari Sediaan Hairtonic yang
Mengandung Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica
charantia). Skripsi.Fakultas MIPA Program Studi Farmasi.
Plaats, A. V. (2005). The Groningen hypothermic liver perfusion
system for improved preservation in.
Pokorny, J. (1971). Stabilization of Fats by Phenolic Antioxidant
Canadion Inet J. Food Technol.4:68.
Price, S. A. and L, M, W. (1995). Pathofisiologi, Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Edisi 4. EGC.
R.T. Oakley.Inorg.Chem. (1998). Free Radicals and Their Role in
Different Clinical Conditions: An. Hepatology,, 36,299.
Rajalakshmi, D. dan S. N. (1985). Food Antioxidants: Sources and
Methods of Evaluation dalam D.L. Madhavi: Food Antioxidant,
Technological, Toxilogical and Health Perspectives. Hongkong:

54
Marcel Dekker Inc: 76-77.
Ressang, A. (1984). Patologi Khusus Veteriner. Edisi ke-2. Denpasar:
Percetakan Bali. Hlm 45-81.
Reynertson, K. A., Basile, M. J. & Kennelly, E. J. (2005). Antioxidant
Potential of Seven Myrtaceous Fruits, Ethnobotany Research &
Applications, 3:025- 035.
Rostamilis, H. M. (2008). Tata Kecantikan Rambut. Jilid I.
Rukmana, R. (1997). Budidaya Pare. Yogyakarta: Kanisius.
Santhosh M Mathews, Jiju V, Irene Thomas*, Ritty Anu Joseph, N. T.
(2015). COCAMIDE AND ITS DANGERS. Nazareth College of
Pharmacy, Othera, P.O, Thiruvalla, Kerala.
Sayuti, K. (2015). Antioksidan, alami dan sintetik. Padang: AU Press.
Smith B. J & S. Mangkoewidjojo. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan
dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. jakarta:
Indonesia University Press.
Utami, P., & P. D. E. (2013). The Miracle of Herbs. jakarta: PT
Agromedia Pustaka.
Vaya, J., dan Aviram, M. (2001). Nutritional Antioxidants:
Mechanisms of Action, Analyses of Activities and Medical
Applications, Curr. Med. Chem.-Imm, Endoc. and Metab.
Agents, 1 (1).
Wilkins, L. W. (2008). Lippincott Williams & Wilkins Instructor’s
Resource, Parth’s Pathophysiology: Concepts of Altered Health
States, Seventh.
Winarsi, H. (2006). Antioksidan alami dan Radikal Bebas.
Yogyakarta: Kanisius.

55
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Data Kerusakan Sel
1. Tahap I Paparan Hairspray tanpa Pemberian Antioksidan
1.1. Kontrol Negatif
kontrol negatif
jenis kerusakan sel Jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 1 13 3 17 390 409 4.645476773
2 2 18 15 35 295 331 10.87613293
M1 3 2 13 2 17 290 310 6.451612903
4 2 12 13 27 356 385 7.532467532
5 1 11 4 16 273 289 5.53633218
1.6 13.4 7.4 22.4 320.8 344.8 7.008404464
1 1 19 14 34 293 327 10.39755352
2 2 16 11 29 290 320 9.375
M2 3 2 18 11 31 265 296 10.47297297
4 1 15 9 25 199 225 11.55555556
5 1 13 5 19 301 320 5.9375
1.4 16.2 10 27.6 269.6 297.6 9.54771641
1 1 17 3 21 331 354 6.948640483
2 2 20 5 27 296 325 9.797297297
M3 3 1 19 1 21 272 298 9.558823529
4 2 19 0 21 301 325 7.973421927
5 2 21 3 26 280 310 10.71428571
1.6 19.2 2.4 23.2 296 322.4 8.998493789
1 1 21 3 25 290 317 8.517350158
2 2 27 4 33 301 336 10.41666667
M4 3 1 32 0 33 287 320 10.3125
4 2 26 1 29 265 295 10.16949153
5 2 16 0 18 219 238 7.983193277
1.6 24.4 1.6 27.6 272.4 301.2 9.479840327
1 1 26 4 31 290 322 9.937888199
2 2 19 2 23 300 324 7.407407407
M5 3 2 27 2 31 265 296 10.47297297
4 1 22 5 28 220 250 12
5 1 25 1 27 250 277 9.747292419
1.4 23.8 2.8 28 265 293.8 9.913112199
Total Rata2 1.52 19.4 4.84 25.76 284.76 311.96 8.989513438

57
1.2. Perlakuan I
perlakuan I
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 2 93 13 108 104 212 50.94339623
2 3 74 13 90 116 206 43.68932039
M1 3 4 50 14 68 198 266 25.56390977
4 2 91 13 106 102 208 50.96153846
5 5 90 10 105 160 265 39.62264151
3.2 79.6 12.6 95.4 136 231.4 42.15616127
1 3 62 12 77 220 297 25.92592593
2 3 38 13 54 237 291 18.55670103
M2 3 2 43 11 56 229 285 19.64912281
4 1 46 10 57 150 207 27.53623188
5 3 26 12 41 180 221 18.5520362
2.4 43 11.6 57 203.2 260.2 22.04400357
1 4 28 12 44 237 281 15.65836299
2 2 54 12 68 242 310 21.93548387
M3 3 1 18 13 32 220 252 12.6984127
4 5 21 14 40 219 259 15.44401544
5 2 29 18 49 210 259 18.91891892
2.8 30 13.8 46.6 225.6 272.2 16.93103878
1 6 30 12 48 193 241 19.91701245
2 8 23 12 43 226 269 15.98513011
M4 3 4 38 11 53 250 303 17.49174917
4 3 31 11 45 185 230 19.56521739
5 2 23 14 39 201 240 16.25
4.6 29 12 45.6 211 256.6 17.84182183
1 3 22 13 38 185 223 17.04035874
2 6 26 10 42 200 242 17.3553719
M5 3 5 30 10 45 245 290 15.51724138
4 4 25 11 40 100 140 28.57142857
5 6 28 15 49 150 199 24.62311558
4.8 26.2 11.8 42.8 176 218.8 20.62150323
3.56 41.6 12.4 57.48 190.36 247.84 23.91890574

58
1.3. Perlakuan II
Perlakuan II
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 4 87 28 119 130 249 47.79116466
2 4 49 15 68 181 249 27.30923695
M1 3 5 53 22 80 170 250 32
4 4 54 17 75 190 265 28.30188679
5 3 62 15 80 114 194 41.2371134
4 49 19.4 84.4 157 241.4 35.32788036
1 4 43 17 64 121 185 52.89256198
2 2 60 16 78 186 264 41.93548387
M2 3 2 40 13 55 209 264 26.31578947
4 7 30 17 54 189 243 28.57142857
5 7 39 13 59 110 169 53.63636364
4.4 42 15.2 62 163 225 40.67032551
1 3 57 12 72 192 264 27.27272727
2 6 46 14 66 105 171 38.59649123
M3 3 7 47 19 73 119 192 38.02083333
4 2 39 13 54 189 243 22.22222222
5 2 49 15 66 217 283 23.32155477
4 48 14.6 66.2 164.4 230.6 29.88676577
1 4 55 20 79 186 265 29.81132075
2 5 48 16 69 215 284 24.29577465
M4 3 3 38 22 63 201 264 23.86363636
4 4 44 18 66 160 226 29.20353982
5 3 54 24 81 221 302 26.82119205
3.8 48 20 71.6 196.6 268.2 26.79909273
1 3 55 16 74 215 289 25.60553633
2 3 59 21 83 105 188 44.14893617
M5 3 5 40 17 62 150 212 29.24528302
4 3 47 19 69 185 254 27.16535433
5 4 55 21 80 175 255 31.37254902
3.6 51 18.8 73.6 166 239.6 31.50753177
3.96 48 17.6 71.56 169.4 240.96 32.83831923

59
1.4. Perlakuan III
Perlakuan III
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 8 92 23 123 128 251 49.00398406
2 3 72 24 99 193 292 33.90410959
M1 3 7 49 21 77 112 189 40.74074074
4 7 39 23 69 190 259 26.64092664
5 10 44 26 80 179 259 30.88803089
7 59.2 23.4 89.6 160.4 250 36.23555838
1 2 109 22 133 196 329 40.42553191
2 3 100 28 131 208 339 38.64306785
M2 3 4 108 24 136 137 273 49.81684982
4 3 73 27 103 125 228 45.1754386
5 3 80 20 103 129 232 44.39655172
3 94 24.2 121.2 159 280.2 43.69148798
1 5 76 22 103 158 261 39.46360153
2 3 51 23 77 131 208 37.01923077
M3 3 2 59 26 87 114 201 43.28358209
4 1 69 22 92 112 204 45.09803922
5 2 38 25 65 190 255 25.49019608
2.6 58.6 23.6 84.8 141 225.8 38.07092994
1 5 69 21 95 165 260 36.53846154
2 4 42 19 65 120 185 35.13513514
M4 3 5 36 14 55 100 155 35.48387097
4 6 50 28 84 129 213 39.43661972
5 4 44 25 73 217 290 25.17241379
4.8 48.2 21.4 74.4 146.2 220.6 34.35330023
1 3 77 29 109 120 229 47.59825328
2 4 50 26 80 155 235 34.04255319
M5 3 3 69 25 97 200 297 32.65993266
4 5 46 21 72 119 191 37.69633508
5 5 51 29 85 120 205 41.46341463
4 58.6 26 71.6 142.8 231.4 38.69209777
4.28 63.7 23.72 88.32 149.88 241.6 38.20867486

60
1.5. Perlakuan IV
Perlakuan IV
jenis kerusakan jumlah
LP SR SN % kerusakan
Perc. VC DP SB sel/LP
1 4 111 27 142 130 272 52.20588235
2 3 96 28 127 109 236 53.81355932
M1 3 4 29 24 57 183 240 23.75
4 5 88 26 119 167 286 41.60839161
5 4 67 32 103 124 227 45.37444934
4 78.2 27.4 109.6 142.6 252.2 43.35045652
1 6 72 25 103 168 271 38.00738007
2 5 89 22 116 163 279 41.57706093
M2 3 4 59 23 86 135 221 38.91402715
4 5 73 35 113 112 225 50.22222222
5 4 31 25 60 198 258 23.25581395
4.8 64.8 26 95.6 155.2 250.8 38.39530087
1 10 56 26 92 119 211 43.60189573
2 7 38 32 77 102 179 43.01675978
M3 3 11 84 24 119 109 228 52.19298246
4 8 43 29 80 127 207 38.647343
5 9 48 34 91 129 220 41.36363636
9 53.8 29 91.8 117.2 209 43.76452347
1 6 94 26 126 116 242 52.0661157
2 4 44 37 85 102 187 45.45454545
M4 3 5 70 23 98 109 207 47.34299517
4 4 47 32 83 185 268 30.97014925
5 6 95 36 137 161 298 45.97315436
5 70 30.8 105.8 134.6 240.4 44.36139199
1 4 58 20 82 129 211 38.86255924
2 6 45 28 79 145 224 35.26785714
M5 3 2 64 22 88 105 193 45.59585492
4 3 70 26 99 165 264 37.5
5 4 79 24 107 190 297 36.02693603
3.8 63.2 24 91 146.8 237.8 38.65064147
5.32 66 27.4 98.76 139.28 238.04 41.70446286

61
1.6. Perlakuan V
Perlakuan V
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 11 94 39 144 150 294 48.97959184
2 11 107 29 147 108 255 57.64705882
M1 3 7 102 32 141 133 274 51.45985401
4 9 113 40 162 129 291 55.67010309
5 6 86 39 131 110 241 54.35684647
8.8 100 35.8 145 126 271 53.62269085
1 7 97 32 136 120 256 53.125
2 5 60 29 94 128 222 42.34234234
M2 3 8 80 35 123 140 263 46.76806084
4 7 45 30 82 154 236 34.74576271
5 6 71 39 116 125 241 48.13278008
6.6 70.6 33 110.2 133.4 243.6 45.02278919
1 6 98 36 140 132 272 51.47058824
2 6 75 39 120 130 250 48
M3 3 7 98 35 140 110 250 56
4 5 91 32 128 109 237 54.00843882
5 7 95 38 140 112 252 55.55555556
6.2 91.4 36 133.6 118.6 252.2 53.00691652
1 7 101 37 145 119 264 54.92424242
2 4 80 23 107 133 240 44.58333333
M4 3 5 94 38 137 115 252 54.36507937
4 4 73 41 118 110 228 51.75438596
5 6 107 35 148 108 256 57.8125
5.2 91 34.8 131 117 248 52.68790822
1 5 48 35 88 116 204 43.1372549
2 5 50 33 88 140 228 38.59649123
M5 3 4 46 25 75 149 224 33.48214286
4 7 30 22 59 210 269 21.9330855
5 5 44 19 68 158 226 30.08849558
5.2 43.6 26.8 75.6 154.6 230.2 33.44749401
6.4 79.4 33.28 119.08 129.9 249 47.55755976
Keterangan:
VC = Vena Centralis ; DP = Degenerasi Parenkim ; SB = Sel
Binuklear ; SN = Sel Normal ; SR = Sel Rusak ; TS = Total Se ; % KR
= % Kerusakan ; LP = Lapang Pandanga ; M = Mencit

62
2. Tahap II Paparan Hairspray dengan Pemberian Antioksidan
2.1. Perlakuan I
perlakuan I
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 3 20 25 48 280 328 14.63414634
2 6 33 26 65 235 300 21.66666667
M1 3 3 28 20 51 396 447 11.40939597
4 2 49 24 75 250 325 23.07692308
5 4 37 21 62 360 422 14.69194313
3.6 33.4 23.2 60.2 304.2 364.4 17.09581504
1 3 19 16 38 309 347 10.95100865
2 4 42 13 59 290 349 16.90544413
M2 3 3 40 19 62 230 292 21.23287671
4 5 39 18 62 295 357 17.36694678
5 4 31 23 58 301 359 16.15598886
3.8 34.2 17.8 55.8 285 340.8 16.52245302
1 3 46 12 61 327 388 15.72164948
2 4 43 18 65 320 385 16.88311688
M3 3 2 29 15 46 306 352 13.06818182
4 4 43 19 66 230 296 22.2972973
5 2 52 13 67 312 379 17.67810026
3 42.6 15.4 61 299 360 17.12966915
1 3 43 17 63 120 183 34.42622951
2 4 24 19 47 219 266 17.66917293
M4 3 2 40 10 52 239 291 17.86941581
4 2 47 12 61 295 356 17.13483146
5 4 53 18 75 247 322 23.29192547
3 41.4 15.2 59.6 224 283.6 22.07831503
1 3 42 15 60 160 220 27.27272727
2 3 36 12 51 250 301 16.94352159
M5 3 4 29 18 51 244 295 17.28813559
4 3 39 15 57 210 267 21.34831461
5 3 45 21 69 200 269 25.65055762
3.2 38.2 16.2 57.6 212.8 270.4 21.70065134
3.32 37.96 17.56 58.84 265 323.84 18.90538072

63
2.2. Perlakuan II
perlakuan II
LP jenis kerusakan jumlah
Perc. SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 5 7 17 29 390 419 6.92124105
2 3 14 20 37 320 357 10.36414566
M1 3 4 14 15 33 321 354 9.322033898
4 3 19 18 40 340 380 10.52631579
5 4 12 18 34 429 463 7.343412527
3.8 13.2 17.6 34.6 274.2 394.6 8.895429785
1 3 24 11 38 320 358 10.61452514
2 3 40 14 57 325 382 14.92146597
M2 3 2 13 12 27 310 337 8.011869436
4 5 23 16 44 320 364 12.08791209
5 2 23 19 44 395 439 10.02277904
3 24.6 14.4 42 334 376 11.13171034
1 2 27 16 45 335 380 11.84210526
2 4 22 15 41 320 361 11.35734072
M3 3 3 49 21 73 325 398 18.34170854
4 2 44 18 64 270 334 19.16167665
5 2 76 19 97 350 447 21.70022371
2.6 43.6 17.8 64 320 384 16.48061098
1 2 33 18 53 360 413 12.83292978
2 3 39 12 54 300 354 15.25423729
M4 3 3 44 18 65 320 385 16.88311688
4 2 62 18 82 290 372 22.04301075
5 3 32 20 55 320 375 14.66666667
2.6 42 17.2 61.8 318 379.8 16.33599227
1 3 27 15 45 230 275 16.36363636
2 4 22 17 43 310 353 12.18130312
M5 3 2 19 21 42 225 267 15.73033708
4 2 29 10 41 200 241 17.01244813
5 2 25 11 38 318 356 10.6741573
2.6 24.4 14.8 41.8 256.6 298.4 14.3923764
2.92 29.6 16.4 48.84 300.56 366.56 13.44722395

64
2.3. Perlakuan III
perlakuan III
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 2 44 13 59 401 460 12.82608696
2 3 21 11 35 310 345 10.14492754
M1 3 3 33 12 48 350 398 12.06030151
4 2 31 13 46 313 359 12.81337047
5 4 63 21 88 380 468 18.8034188
2.8 38 14 55.2 350.8 406 13.32962106
1 2 7 14 23 360 383 6.005221932
2 1 38 14 53 340 393 13.48600509
M2 3 2 34 10 46 355 401 11.4713217
4 3 47 13 63 328 391 16.11253197
5 3 17 5 25 380 405 6.172839506
2.2 29 11.2 42 352.6 394.6 10.64958404
1 2 25 6 33 405 438 7.534246575
2 3 23 11 37 351 388 9.536082474
M3 3 2 26 12 40 390 430 9.302325581
4 1 29 17 47 400 447 10.51454139
5 2 25 24 51 429 480 10.625
2 26 14 41.6 395 436.6 9.502439204
1 1 25 16 42 390 432 9.722222222
2 2 14 11 27 411 438 6.164383562
M4 3 2 15 11 28 390 418 6.698564593
4 3 21 19 43 417 460 9.347826087
5 4 15 23 42 411 453 9.271523179
2.4 18 16 36.4 403.8 440.2 8.240903929
1 2 19 10 31 290 321 9.657320872
2 1 17 8 26 255 281 9.252669039
M5 3 3 21 12 36 300 336 10.71428571
4 2 15 16 33 291 324 10.18518519
5 4 20 11 35 260 295 11.86440678
2.4 18 11.4 32.2 279.2 311.4 10.33477352
2.36 26 13.3 41.48 356.3 397.76 10.41146435

65
2.4. Perlakuan IV
perlakuan IV
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 2 15 11 28 390 418 6.698564593
2 3 6 15 24 411 435 5.517241379
M1 3 1 26 10 37 460 497 7.444668008
4 1 19 17 37 400 437 8.466819222
5 2 14 16 32 417 449 7.126948775
1.8 16 13.8 31.6 415.6 447.2 7.050848396
1 2 22 13 37 406 443 8.35214447
2 1 32 11 44 358 402 10.94527363
M2 3 1 21 10 32 411 443 7.223476298
4 2 36 16 54 300 354 15.25423729
5 4 21 16 41 483 524 7.824427481
2 26.4 13.2 41.6 391.6 433.2 9.919911834
1 2 17 16 35 490 525 6.666666667
2 1 15 11 27 406 433 6.23556582
M3 3 1 21 8 30 473 503 5.964214712
4 3 19 9 31 496 527 5.882352941
5 3 10 12 25 509 534 4.68164794
2 16.4 11.2 29.6 474.8 504.4 5.886089616
1 3 20 11 34 510 544 6.25
2 2 16 10 28 537 565 4.955752212
M4 3 2 23 12 37 514 551 6.715063521
4 3 22 7 32 498 530 6.037735849
5 4 19 13 36 421 457 7.877461707
2.8 20 10.6 33.4 496 529.4 6.367202658
1 3 19 10 32 390 422 7.582938389
2 3 25 5 33 355 388 8.505154639
M5 3 2 22 8 32 400 432 7.407407407
4 2 23 6 31 299 330 9.393939394
5 3 24 11 38 300 338 11.24260355
2.6 22.6 8 33.2 348.8 382 8.826408676
2.24 20.3 11.36 33.88 425.36 459.24 7.610092236

66
2.5. Perlakuan V
perlakuan V
jenis kerusakan jumlah
Perc. LP SR SN % kerusakan
VC DP SB sel/LP
1 2 13 16 31 490 521 5.950095969
2 3 4 10 17 504 521 3.262955854
M1 3 1 3 12 16 512 528 3.03030303
4 1 7 9 17 440 457 3.719912473
5 3 19 7 29 458 487 5.954825462
2 9.2 10.8 22 480.8 502.8 4.383618558
1 2 3 13 18 487 505 3.564356436
2 3 11 9 23 425 448 5.133928571
M2 3 2 55 12 69 450 519 13.29479769
4 1 13 3 17 480 497 3.420523139
5 1 29 11 41 494 535 7.663551402
1.8 22.2 9.6 33.6 467.2 500.8 6.615431447
1 1 9 1 11 515 526 2.091254753
2 2 15 13 30 425 455 6.593406593
M3 3 5 2 12 19 480 499 3.80761523
4 2 13 8 23 476 499 4.609218437
5 2 11 14 27 484 511 5.283757339
2.4 10 9.6 22 476 498 4.47705047
1 1 18 5 24 450 474 5.063291139
2 2 18 16 36 443 479 7.51565762
M4 3 1 22 5 28 505 533 5.253283302
4 1 25 7 33 420 453 7.284768212
5 3 9 6 18 465 483 3.726708075
1.6 18.4 7.8 27.8 456.6 484.4 5.76874167
1 1 13 7 21 400 421 4.988123515
2 2 10 9 21 358 379 5.540897098
M5 3 3 15 10 28 390 418 6.698564593
4 2 12 7 21 450 471 4.458598726
5 1 19 11 31 490 521 5.950095969
1.8 13.8 8.8 24.4 417.6 442 5.52725598
1.92 14.7 9.32 25.96 459.64 485.6 5.354419625

Keterangan:
VC = Vena Centralis ; DP = Degenerasi Parenkim ; SB = Sel
Binuklear ; SN = Sel Normal ; SR = Sel Rusak ; TS = Total Se ; % KR
= % Kerusakan ; LP = Lapang Pandanga ; M = Mencit.
67
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

68
Lampiran II : Alat dan Bahan Penelitian

NaCl Formalin

Jarum Pentul
Alat Bedah

Timbangan digital
Jarum Sonde

69
Papan Bedah Slide glass

Sarung Tangan
Alkohol

Mikroskop Masker

70
71
Lampiran III : Kode Etik Penelitian

72
Lampiran IV : Sertifikat Bebas Plagiasi

73

Anda mungkin juga menyukai