Anda di halaman 1dari 6

Agrokompleks Vol. 4 No.

9, Desember 2015

PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU JENEPONTO TERHADAP


KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN PUNAGAYA, JENEPONTO-SULSEL

Hasriyani Hafid
Sekolah Tinggi Teknologi Balik Diwa

ABSTRAK
Sebaran suhu air panas ke perairan yang diakibatkan oleh pemanfaatan air laut sebagai air
pendingin dari mesin pembangkit tenaga listrik uap memberikan dampak pada perubahan
suhu perairan terhadap habitat dalam suatu ekosistem. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh buangan air pendingin dari PLTU terhadap komunitas plankton di
perairan baik yang dekat dan jauh dari sumber buangan (near-far field). Penelitian ini telah
dilakukan pada bulan Maret-Juli 2014 dengan metode surveydengan menetapkan enam (6)
stasiun penelitian yang berada di sekitar lokasi buangan air buangan dan intake, serta
melakukan pengukuran parameter suhu dan pengambilan sampel plankton.. Data yang
dihitung meliputi komposisi jenis, kepadatan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman
dan indeks dominansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas plankton yang berada
di sekitar buangan air bahang dan intake pltu terdiri dari 4 kelas. Komposisi jenis terbesar
dari kelas Bacillariophyceae yaitu sebesar 44,89 %. Kepadatan rata-rata plankton sebesar
112,5 plankter/L, dengan kepadatan plankton terbesar ditemukan di stasiun yang jauh dari
sumber buangan air bahang. Kisaran nilai indeks keanekaragaman 1,01 – 1,97 dan indeks
keseragaman kisaran nilainya 0,73 – 1,01, dengan yang nilai indeks tertinggi berada di lokasi
yang jauh dari sumber buangan air bahang. Sedangkan nilai indeks dominansi, diperoleh
kisaran nilai 0,1 – 0,42 dengan yang terendah berada di lokasi yang jauh dari sumber buangan
air bahang. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu sebaran suhu air panas
dapat mempengaruhi kehidupan biota perairan seperti plankton, hal ini ditunjukkan dengan
menurunnya jumlah jenis dan spesies, khususnya yang berada dekat dengan sumber buangan
air panas (source).

Kata Kunci: Sebaran suhu, PLTU, plankton.

PENDAHULUAN mati karena kebutuhan oksigen tinggi


Pengoperasian suatu instalasi sedangkan yang tersedia sedikit (Effendi,
pembangkit listrik, baik yang berbahan 2010).
bakar batubara, minyak bumi maupun Peningkatan pemenuhan kebutuhan
energi nuklir, umumnya menggunakan air energi listrik melalui pengoperasian PLTU
laut sebagai pendingin. Air laut yang telah Jeneponto unit 1 dan 2, disisi lain
digunakan sebagai pendingin ini kemudian menghasilkan air buangan (air bahang)
dibuang ke laut. Sebaran suhu air panas ke yang langsung dibuang secara sirkuler ke
perairan yang diakibatkan oleh laut dimana perairan pantai Desa Punagaya
pemanfaatan air laut sebagai air pendingin berhubungan langsung dengan Teluk
dari mesin pembangkit tenaga listrik uap Laikang – Kab.Takalar. Tekanan
memberikan dampak pada pola lingkungan terhadap perairan yakni
penyebaran perubahan suhu perairan pembuangan air panas tersebut secara
terhadap habitat dalam suatu ekosistem. langsung ke laut dapat mempengaruhi
Suhu sangat berperan dalam perubahan struktur komunitas organisme
mengendalikan kondisi ekosistem laut pada lokasi pelimbahan. Perubahan
perairan. Apabila kadar oksigen sedikit struktur komunitas organisme laut seperti
saat suhu air naik maka hal tersebut dapat plankton meliputi keanekaragaman,
mengakibatkan makhluk hidup dalam air keseragaman, indeks dominansi dan pola

97
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

sebaran akibat akumulasi limbah buangan Tahap Persiapan


tersebut. Akumulasi buangan air panas Penentuan titik stasiun yang
tersebut dapat mengakibatkan kerusakan dilakukan pada 6 stasiun di perairan pantai
pada tingkat yang berbeda-beda tergantung Desa Punagaya, Kec.Bangkala. Desain
jarak organisme tersebut terhadap sumber penelitian didasarkan pada jarak dekat dan
buangan air panas dan kemampuan jauhnya dari sumber buangan air bahang
adaptasi organisme terhadap kenaikan yang keluar dari kanal pelimbahan (outlet)
suhu di perairan. Sebagai contoh PLTU Jeneponto.
fitoplankton, kenaikan suhu hingga 3,4 – Pengumpulan Data
o
5,9 C menyebabkan terjadinya Metode pengumpulan data yang
pengurangan jumlah klorofil-a sekitar 15- dilakukan adalah survey primer, berupa
50% (Poernima et al., 2005). Selain itu, pengambilan sampel plankton dan
peraturan Kep. Men LH No. 51 (2004) pengukuran suhu di lapangan dan survey
menyebutkan kenaikan suhu perairan oleh sekunder, berupa data-data sekunder dari
aktivitas industri tidak boleh lebih dari 2 0C data parameter lingkungan sebelum ada
dari suhu perairan alami. PLTU Jeneponto dan studi literatur.
Pada penelitian sebelumnya di Pengambilan Sampel
Muara Karang menunjukkan bahwa Pengambilan sampel plankton
pembuangan limbah termal dari PLTU dilakukan dengan cara menyaring 40 liter
Muara Karang telah menyebabkan dampak air laut dengan menggunakan planktonet,
kenaikan suhu perairan tersebut yang yang selanjutnya ditampung ke dalam
mengakibatkan menurunnya jumlah jenis botol bervolume 25 ml, kemudian
di sana. Terjadi pengurangan jumlah jenis diawetkan dengan formalin 4% sebanyak 4
ikan, crustacea dan molusca akibat limbah tetes dan dilakukan identifikasi lanjutan di
termal PLTU Muara Karang. Penelitian laboratorium.
lain di PLTU Priok, limbah air panas Analisis Data
mempengaruhi komposisi jenis ikan di Untuk mengetahui komposisi jenis
pelimbahan. Makin tinggi suhu-suhu plankton dilakukan pengamatan sampel di
perairan makin sedikit jumlah jenis ikan bawah mikroskop dengan bantuan
yang hidup di sana. Suhu yang lebih Sedgwick Rafter (S-R) dan diidentifikasi
rendah dari 37°C belum mempengaruhi sampai tingkat spesies dengan
kehidupan ikan, sedangkan pada suhu 39 - menggunakan buku petunjuk Saclan
40°C mulai terlihat dampaknya (2005), Davis (1955) dan Newell (1977).
(Burhanuddin dan Sujatno,1981). Komposisi jenis dan kelimpahan plankton
Pengaruh sebaran suhu air dinyatakan dalam jumlah individu per liter
pendingin ini perlu dianalisis.Oleh karena air, sampel dihitung dengan menggunakan
itu tujuan penelitian ini adalah untuk rumus :
mengetahui pengaruh buangan air 𝐶 𝑥 1000𝑚𝑚2
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑠𝑚𝑒 =
pendingin dari PLTU terhadap komunitas 𝐿𝐷𝑊𝑆
plankton di perairan baik yang dekat dan Keterangan :
jauh dari sumber buangan (near-far field). C = Jumlah organisme yang ditemukan
L = Panjang alur (S-R) mm
METODOLOGI PENELITIAN D = Tinggi alur (S-R)
Lokasi Penelitian W = Lebar alur (S-R)
Penelitian ini dilaksanakan di S = Jumlah alur (S-R) mm yang
perairan Punagaya pada bulan Maret-Juli dihitung.
2014. Secara geografi lokasi perairan Analisis data untuk mendapatakan
Punagaya terletak pada posisi nilai kepadatan plankton dihitung
119°32'42.19" BT dan 05º 03’ 00’’- berdasarkan rumus :
5°37'18.11" LS.

98
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

𝑉𝑟 1 ke dalam 4 kelas, yakni Bacillariophyceae,


𝑁=𝑛𝑥 ( )𝑥 ( )
𝑉𝑜 𝑉𝑠 Dynophyceae, Cyanophyceae, dan
Keterangan : Crustacea. Komposisi jenis dan persentase
N = Kepadatan plankton (sel/liter) rata-rata kemunculan plankton yang
n = Jumlah plankton yang diamati (sel) ditemukan didominasi dari kelas
Vr = Volume air tersaring (ml) Bacillariophyceae yaitu sebesar 44,89 %;
Vo = Volume air yang diamati pada SR sedangkan kelas Crustacea sebesar 23,11
(ml) %; Cyanophyceae sebesar 19,11 % dan
Vs = Volume air yang disaring (liter) yang terkecil adalah Dynophyceae sebesar
12,89 % (Gambar.1).
Untuk indeks keanekaragaman dan Demikian pula dengan jumlah jenis
indeks keseragaman baik plankton dan plankton yang ditemukan menunjukkan
makrozoobentos dihitung berdasarkan bahwa kelas Bacillariophyceae merupakan
indeks Shannon-Wiener (Brower et al., kelas yang dominan yakni sebanyak 96
1990): plankter/l dari 8 genus (Tabel.1). Secara
H’ = - ∑Pi log2 Pi atau terperinci komposisi jenis plankton di
'  ni   ni  setiap stasiun menunjukkan bahwa kelas
H    log 2   Bacillariophyceae mendominasi hampir di
N N
Keterangan: semua stasiun. Komposisi jenis dari kelas
H’ = Indeks keanekaragaman; Bacillariophyceae tertinggi terdapat di
ni = Jumlah individu untuk setiap jenis; stasiun 1,2,3 dan 6 sedangkan yang
N = Jumlah total individu. terendah terdapat di stasiun 4 dan 5
Indeks keseragaman dapat dihitung (Gambar.2). Penyebaran komposisi jenis
dengan menggunakan rumus Shannon – plankton dari kelas yang lain bervariasi di
Wiener (Brower et al., 1990): setiap stasiun.

Indeks Keanekaragaman, Indeks


H' H' Keseragaman dan Indeks Dominansi
J'   Nilai rata-rata indeks
Hmax' log 2 s
keanekaragaman, indeks keseragaman dan
Keterangan: indeks dominansi plankton yang
H’= Indeks keanekaragaman; ditemukan di lokasi penelitian dapat dilihat
J’= Indeks keseragaman; pada Gambar.3. Kisaran nilai indeks
S = Jumlah jenis keanekaragaman 1,01 – 1,97 dengan nilai
Untuk indeks dominasi dihitung indeks keanekaragaman tertinggi terdapat
dengan menggunakan formula menurut di stasiun 5 dan terendah di stasiun 4.
Brower et al. (1990) sebagai berikut : Untuk indeks keseragaman kisaran
 ni(ni  1) nilainya 0,73 – 1,01 dengan yang tertinggi
D
N(N  1) di stasiun 5 dan terendah di stasiun 4.
Indeks dominansi, diperoleh kisaran nilai
Keterangan: 0,1 – 0,42 dengan yang tertinggi di stasiun
D = Indeks dominansi; 4 dan terendah di stasiun 5. Perbandingan
ni= Jumlah Individu setiap jenis nilai indeks ekologi sebelum adanya PLTU
N = Jumlah individu dari seluruh jenis Jeneponto (tahun 2005) dan setelah
pembangkit listrik tersebut beroperasi
HASIL (tahun 2014) disajikan pada Tabel. 2 yang
Komposisi dan Kepadatan Plankton menunjukkan bahwa telah terjadi
Dari hasil pengamatan penurunan nilai indeks ekologi khususnya
keseluruhan stasiun yang telah dilakukan indeks keanekaragaman dan indeks
diperoleh sebanyak 13 genus yang terbagi

99
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

keseragaman di perairan sekitar outlet (far-field). Stasiun 1 merupakan lokasi


pelimbahan dari PLTU. intake yang berada di sebelah utara saluran
(kanal) pembuangan air panas, sedangkan
PEMBAHASAN Stasiun 6 berada sekitar 500 meter sebelah
Berdasarkan hasil survey sebelum barat daya outlet kanal pembuangan air
adanya pembangkit listrik ini (tahun 2005) panas. Sebaliknya Stasiun 3 dan 4 berada
komposisi jenis plankton yang terdapat di sebelah selatan outlet atau tegak lurus
mengalami penurunan sejak beroperasinya dengan outlet yang berjarak 150 – 300
PLTU Jeneponto Unit 1 dan 2. Komposisi meter dari outlet. Komposisi jenis
jenis plankton pada tahun 2005 (APUR, plankton mengalami penurunan sebesar
2005) yang ditemukan sebanyak 20 genus 23,75% di Stasiun 2 yang merupakan
dari 7 kelas yakni Bacillariophyceae outlet buangan air panas pembangkit
(28,62%), Dynophyceae (22,55%), listrik, yang berarti sebanyak 76,25%
Crustacea (36,63), Protozoa (1,32%), komposisi jenis plankton mengalami
Ciliata (2,05%), Rhizopoda (0,49%) dan kematian dan atau rusak, setelah melalui
Molusca (8,33%). Sedangkan komposisi sistem pemanasan air yang bekerja dalam
jenis plankton di tahun 2014 yang pembangkit listrik (kondensor). Untuk
ditemukan sebanyak 8 genus dari 4 kelas Stasiun 5 yang juga berada jauh dari
yakni Bacillariophyceae yaitu sebesar saluran kanal pembuangan air panas tetapi
44,89 %; sedangkan kelas Crustacea mempunyai komposisi jenis sedikit, hal
sebesar 23,11%; Cyanophyceae sebesar disebabkan karena letak Stasiun 5 yang
19,11% dan yang terkecil adalah berada pada jarak 350 meter dari depan
Dynophyceae sebesar 12,89 % saluran intake, dimana konsentrasi
Dibandingkan dengan komposisi plankton lebih banyak masuk ke saluran
jenis plankton di tahun 2005 untuk intake.
plankton dari Kelas Crustacea lebih Nilai indeks keanekaragaman
mendominasi perairan di sekitar lokasi plankton dapat dijadikan petunjuk
perencanaan pembangunan PLTU seberapa besar tingkat pencemaran suatu
Jeneponto Unit 1 dan 2, namun di tahun perairan. Berdasarkan nilai indeks
2014 plankton dari Kelas keanekaragaman di lokasi penelitian yakni
Bacillariophyceae lebih mendominasi. 1,01 – 1,79 menandakan bahwa di lokasi
Melimpahnya plankton dari kelas tersebut tersebut telah mengalami tekanan
disebabkan Bacillariophyceae (diatom) lingkungan dalam tingkat yang sedang.
merupakan jenis fitoplankton yang Hal ini sesuai dengan nilai indeks
mempunyai sifat yang mudah beradaptasi keanekaragaman Shannon-Wiener
dengan lingkungan, bersifat kosmopolit, (Wardoyo, 2009) yang menyatakan bahwa
tahan terhadap kondisi yang ekstrim dan jika indeks keanekaragaman berkisar
mempunyai daya reproduksi yang tinggi. antara 0,0 – 1,0 tercemar berat (tekanan
Hal ini juga dapat dilihat dari jumlah lingkungan tinggi) dan antara 1,0 – 2,0
kepadatan 243 sel/L yang terdiri dari 8 tercemar sedang (tekanan lingkungan
spesies yaitu Chaetoceros sp, Nitzchia sp, sedang).
Coconeis sp, Melosira sp, Pleurosigma sp, Indeks keseragaman mencapai nilai
Coscinodiscus sp, Amphiprora sp dan maksimum jika penyebaran jumlah
Plagiotropis sp. individu setiap spesies merata. Semakin
Kepadatan plankton yang kecil nilai keseragaman (mendekati nol)
ditemukan berdasarkan stasiun menunjukan bahwa penyebaran jumlah
menunjukkan bahwa dari keempat kelas individu tiap jenis tidak sama dan ada
komposisi jenis tertinggi terdapat di kecenderungan bahwa komunitas akan
Stasiun 1 dan Stasiun 6 yang lokasi berada didominasi oleh spesies tertentu. Nilai
jauh dari saluran pembuangan air panas indeks keseragaman di lokasi penelitian

100
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

termasuk dalam kategori tinggi yakni pada KESIMPULAN DAN SARAN


kisaran 0,73 – 1,01. Hal ini berarti pada Berdasarkan hasil penelitian maka
semua stasiun penyebaran jumlah individu dapat ditarik kesimpulan sebaran suhu air
merata ((jumlah individu tiap genus dapat panas dapat mempengaruhi kehidupan
dikatakan sama atau tidak jauh berbeda). biota perairan khususnya plankton, hal ini
Penurunan indeks ekologi plankton ditunjukkan dengan menurunnya jumlah
yang cukup signifikan dari tahun 2005 jenis dan spesies, khususnya yang berada
sampai tahun 2014. Penurunan dapat dekat dengan sumber buangan air panas
dilihat dari jumlah spesies sebesar 110 (source). Berdasarkan nilai indeks ekologi
spesies dan indeks keanekaragaman (H = khususnya indeks keanekaragaman
0,83). Turunnya jumlah spesies dan indeks plankton mengindikasikan bahwa telah
keanekaragaman yang ditemukan terjadi penurunan kualitas perairan di
mengindikasikan bahwa telah terjadi sekitar wilayah pengoperasian PLTU serta
perubahan lingkungan yang berpotensi menurunkan indeks
mempengaruhi pertumbuhan dan keanekaragaman, indeks keseragaman dan
perkembangan komunitas bahkan indeks dominansi di tahun yang akan
mengakibatkan hilangnya beberapa datang apabila tidak dilakukan penanganan
spesies. Hal ini sesuai dengan pernyataan terhadap buangan limbah air panas yang
Basmi (2012) bahwa karakteristik spesies dibuang ke badan perairan.
dalam komunitas menggambarkan
hubungan antara biota dan lingkungan, DAFTAR PUSTAKA
sehingga bila terjadi perubahan lingkungan Andal Persada Utama Raya. (2005).
maka struktur komunitas akan mengalami Analisis Dampak Lingkungan
perubahan. Perubahan lingkungan yang Pembangunan PLTU
terjadi akan mempengaruhi pertumbuhan Jeneponto Unit 1 dan 2 (2x125
dan perkembangan komunitas, MW) di Kecamatan Bangkala,
mengakibatkan hilangnya beberapa spesies Kabupaten Jeneponto,
yang sepanjang tahun ada, munculnya Provinsi Sulawesi Selatan
spesies baru dan terjadi dominasi spesies. (Dokumen Andal). Jeneponto.
Berdasarkan pada nilai indeks Basmi, H.J. (2012). Planktonologi,
ekologi khususnya indeks keanekaragaman Plankton sebagai Bioindikator
plankton mengindikasikan bahwa Kualitas Perairan. Bogor :
penurunan kualitas perairan di sekitar Institut Pertanian Bogor.
wilayah pengoperasian PLTU dan Burhanuddin dan Sujatno Birowo. (1981).
termasuk dalam kategori pencemaran Pengaruh Limbah Air Panas
sedang/cukup berat sampai kategori PLTU Priok Terhadap
pencemaran berat. Penurunan kualitas Komposisi Jenis Ikan di
perairan diduga karena adanya buangan air Pelimbahannya. Jurnal
panas yang berdampak terhadap Oseanologi 14 : 19 – 30.
meningkatnya suhu perairan sekitar Brower, et al. (1990). Field and
wilayah pembangkit listrik, dari data Laboratory Methods for
survey amdal dan penelitian sebelumnya General Ecology Dubuque.
suhu di perairan Punagaya dan sekitarnya WCB Publishers.
berkisar 28°C – 29°C dibandingkan Davis, C.C. (1955). The Marine and
dengan suhu pengukuran (tahun 2014) Fresh-Water Plankton.
yang dilakukan di lokasi penelitian Michigan: Michigan State
(perairan Punagaya) diperoleh suhu University Press.
29,7°C – 33,4°C Effendi, Hefni. (2010).Telaah Kualitas
Air. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.

101
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

Kepmen LH No. 51. (2004). Keputusan Thermal Biology, 30 : 307–


Menteri Lingkungan Hidup 316
tentang Baku Mutu Air Saclan, M. (2005). Planktonologi.
Laut.Jakarta. Semarang: Universitas
Newell, G.E. & R.C. Newell. (1977). Diponegoro.
Marine Plankton : Practical Wardoyo. (2009). Kriteria Kualitas Air
Guide. 5th ed. London: Untuk Keperluan Pertanian
Hutchinson & co (Pub.) Ltd. dan Perikanan. Hasil
Poernima, et al. (2005). Impact of thermal Kerjasama PPLH-UNDIP PSL-
discharge from a tropical Training Amdal. Bogor: Institut
coastal power plant on Pertanian Bogor.
phytoplankton. Journal of

102

Anda mungkin juga menyukai