Anda di halaman 1dari 4

Peran Masjid dan Lembaga Ekonomi Islam dalam Kehidupan

Masjid dalam sejarah peradaban Islam merupakan sarana untuk melakukan ibadah,
dakwah, dan pengembangan atau pemberdayaan sumber daya ekonomi umat Islam yang akan
lebih diatur oleh lembaga ekonomi Islam. Dengan demikian, masjid dan lembaga ekonomi
Islam merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dan memiliki peranan penting dalam
kehidupan bermasyarakat, namun pada kenyataannya tidak semua umat Islam mengetahui
lebih jauh fungsi masjid dan lembaga ekonomi Islam dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat dan pembentuk karakteristik umat Islam. Tulisan ini bertujuan untuk
memaparkan informasi mengenai masjid dan lembaga ekonomi Islam serta fungsinya dalam
kehidupan.
Masjid merupakan bangunan yang diperuntukkan bagi umat Islam untuk melakukan
ibadah seperti sholat. Secara etimologis kata masjid merupakan isim makan dari kata
“sajada” – “yasjudu” – “sujudan”, yang artinya tempat sujud, dalam rangka beribadah
kepada Allah, atau tempat untuk mengerjakan sholat (Mujilan dkk, 2016). Dalam
perkembangan selanjutnya, masjid dipahami sebagai tempat yang dipakai untuk shalat sehari-
hari dan ibadah shalat Jum’at.
Masjid memiliki kaitan yang erat dengan umat Islam karena merupakan sarana yang didirikan
berdasarkan iman dan menjadi pusat kegiatan umat Islam. Pada saat ini, masjid tidak hanya
berfungsi sebagai tempat ibadah mahdah melainkan juga berfungsi sebagai pusat dakwah dan
peradaban Islam serta berbagai aktivitas seperti pendidikan, pusat studi, pusat informasi
Islam, pusat kegiatan ekonomi sosial dan kegiatan kemasyarakatan lainnya (Kaelany, 2010).
Masjid memiliki fungsi sebagai pusat pendidikan. Pendidikan dalam Islam berarti
luas yaitu upaya sadar untuk membantu manusia dalam menemukan jati dirinya (Suwarto,
2011). Masjid memiliki peran sebagai sarana untuk berlangsungnya pendidikan dan
pengajaran agama Islam kepada manusia sehingga manusia dapat menemukan jati dirinya
dan dapat meningkatkan kualitas beribadah kepada Allah. Selain itu, masjid memiliki fungsi
sebagai pusat informasi Islam. Masjid memiliki peranan dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang dialami umat Islam karena masjid merupakan sumber informasi Islam
seperti hukum menyelesaikan suatu perselisihan didalam musyawarah dan lain-lain. Selain
itu, masjid memiliki peran sebagai pusat kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang
dimaksud tidak berarti sebagai pusat perdagangan atau industri, tetapi sebagai pusat untuk
melahirkan ide-ide dan sistem ekonomi yang islami, yang melahirkan kemakmuran, dan
pemerataan pendapatan bagi umat manusia secara adil dan berimbang (Mujilan dkk, 2016).
Menurut Suwarto (2011) “Masjid harus berfungsi sebagai pusat perencanaan dan manajemen
pengembangan ekonomi dan bisnis umat”. Terakhir, masjid sebagai pusat keuangan dan
perbendaharaan negara (Baitul Mal). Pada masa Rasulullah masjid dijadikan Baitul Mal
karena belum adanya sistem perbendaharaan negara, sehingga Rasulullah memultifungsikan
masjid sebagai Baitul Mal untuk mengatur keuangan negara dan umat.
Salah satu pilar kemajuan peradaban Islam adalah amwāl (wealth) atau ekonomi. Ibn
Khaldun dalam Dalmeri (2014), mengatakan bahwa ekonomi adalah tiang dan pilar paling
penting untuk membangun peradaban Islam (imarah). Tanpa kemapanan ekonomi, kejayaan
Islam sulit dicapai bahkan tidak mungkin diwujudkan. Ekonomi penting untuk membangun
negara dan menciptakan kesejahteraan umat, untuk itu dibutuhkan lembaga ekonomi Islam
untuk mengatur perekonomian umat Islam. Lembaga ekonomi Islam merupakan salah stau
instrument yang digunakan untuk mengatur aturan-aturan ekonomi Islam. Muhammad Abdul
Manan (1993) dalam Hakim (2012) mengatakan bahwa ekonomi Islam didefinisikan sebagai
ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami
oleh nilai-nilai islam. Ekonomi islam didasari pada prinsip-prinsip yang terkandung dalam
Al-Qur’an, As Sunnah, ijma dan qiyas (Fikri, 1997). Lembaga ekonomi Islam memiliki
bentuk bermacam-macam seperti ziswaf, Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR), Bank
Syariah, Asuransi Syariah, Pegadaian Syariah dan Baitul Mal wa Tamwil (BMT).
Ziswaf merupakan singkatan dari zakat (pembayaran sejumlah harta tertentu kepada
mustahik), infak (mempergunakan sebagian harta untuk kepentingan Islam), shadaqah
(mempergunakan sebagian harta untuk umat Islam yang membutuhkan seperti fakir dan
miskin) dan wakaf (menyerahkan harta untuk diambil manfaatnya bagi kepentingan umat
Islam dengan tetap mempertahankan kelestarian harta pokok wakafnya). BPR adalah
lembaga keuangan yang menerima simpanan uang hanya dalam bentuk deposito berjangka
tabungan (Mujilan dkk, 2016). Bank syariah menggunakan mekanisme berdasarkan prinsip
mitra usaha dan bebas bunga atau sistem bagi hasil. Asuransi syariah adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam
bentuk aset atau tabarru (Mujilan dkk, 2016). Pegadaian syariah, terbagi menajadi dua akad
transaksi yaitu Akad Rahn (menjadikan suatu barang yang berharga sebagai jaminan hutang)
dan Akad Ijarah (pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah
sewa). Baitul Mal wa Tamwil (BMT) memiliki dua istilah yaitu baitul mal (usaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit seperti zakat, infak, shadaqah) dan baitul
tamwil (usaha pengumpulan dan penyaluran dan komersil).
Lembaga Islam di Indonesia memiliki fungsi umum yaitu mendorong dan
mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan finansial,
komersial dan investasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam (Hakim, 2012). Fungsi khusus
suatu lembaga yaitu sebagai sistem norma yang didasarkan pada ajaran Islam untuk
memenuhi kebutuhan umat Islam dengan memberikan pedoman pada anggota masyarakat
(muslim) bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi berbagai
masalah yang timbul dan berkembang dalam masyarakat, memberikan pegangan kepada
masyarakat bersangkutan dalam melakukan pengendalian sosial menurut sistem pengawasan
tingkah laku para anggotanya dan menjaga keutuhan masyarakat. (Mujilan dkk, 2016).
Penyalahgunaan agama pimpinan pedepokan mencerminkan bahwa fungsi masjid dan
lembaga ekonomi Islam belum berjalan dengan semestinya. Pada kasus DKTP dan kasus GB
terlihat bahwa fungsi masjid yang seharusnya menjadi tempat pendidikan dan sumber
informasi Islam belum terlaksana dengan baik sehingga menyebabkan kurangnya iman dan
pengetahuan yang membuat umat Islam terlena dengan kenikmatan dunia seperti uang dan
narkoba. Pada kasus ini juga memperlihatkan bahwa lembaga ekonomi Islam, terutama
ziswaf belum terlaksanakan dengan baik, karena jika ziswaf sudah melekat pada diri umat
Islam maka mereka akan percaya bahwa dengan mengamalkan ziswaf maka Allah akan
“menggandakan” uang kita dan dengan adanya ziswaf, umat Islam dapat menggunakan uang
tersebut dengan bijak serta memberikan manfaat bagi orang banyak.
Masjid dan lembaga ekonomi Islam merupakan sarana untuk membentuk
karakteristik masyarakat Islam karena masjid merupakan pusat ibadah dan pendidikan.
Sedangkan lembaga ekonomi Islam merupakan sarana untuk mengamalkan ajaran-ajaran
tersebut. Karakteristik masyarakat Islam perlu dibentuk sejak dini agar dapat membentengi
diri dari berbagai menyimpang yang mengatasnamakan agama seperti zaman sekarang.
Daftar Pustaka

Mujilan, dkk. (2016). MATERI PEMBELAJARAN MPK AGAMA ISLAM. Depok:


Universitas Indonesia

Kaelany. (2010). Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press

Hakim, L. (2012). Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Bandung: Erlangga

Fikri, A. (1997). Wawasan Islam dan Ekonomi: sebuah bunga rampai. Jakarta: Univeristas
Indonesia Press
Dalmeri. (2014). REVITALISASI FUNGSI MASJID SEBAGAI PUSAT EKONOMI DAN
DAKWAH MULTIKULTURAL vol. 22 no. 2. Diterima dari
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/walisongo/article/download/269/250
Suwarto. (2011). PERANAN MASJID DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI
MASYARAKAT DI MASJID RIYAD SURAKARTA (Tinjauan Sosiologi Agama)
(Skripsi sarjana, Univeristas Muhammadiyah Surakarta). Diterima dari
http://eprints.ums.ac.id/21826/22/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.

Anda mungkin juga menyukai