Anda di halaman 1dari 5

Pondasi dalam Pembentukan Manusia Taqwa

Taqwa adalah suatu kedudukan manusia di sisi Tuhannya. Satu posisi yang mampu membawa
seorang manusia dan suatu bangsa menjadi maju dan sejahtera. Oleh karena itu ada 3 aspek yang
akan terbentuk : (1) seseorang itu kan menjadi hamba yang paling mulia di sisi Allah SWT, (2)
seseoang itu akan dibukakan jalan rezeki dan mendapat rezeki yang tidak terhitung dan menjadi
kaya serta berhasil, (3) negerinya akan menerima rahmat dari langit dan dari
bumi(Philisopher,2016). Ketiga aspek tersebut akan terbentuk apabila kita sebagai umat manusia
yang diciptakan oleh Allah SWT memiliki sifat taqwa.

Taqwa dijelaskan dalam Al-Qur’an ayat 2, 3 dan 177 yang berbunyi :

Artinya :

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang

bertakwa.”

Artinya :
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
Artinya :
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa.”
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa seseorang yang bertaqwa adalah seseorang yang selalu
mengikuti petunjuk dari Allah SWT yaitu Al-Qur’an, selalu melakukan apa yang diperintahkan
Allah SWT dan menjauhi apa yang dilarang-Nya serta selalu beribadah dimana pun, kapanpun,
dan juga kepada siapapun.

Dalam membangun taqwa pada diri, seorang muslim harus memiliki pondasi dalam diri mereka
masing – masing untuk menunjukan seberapa besar taqwanya kepada Allah SWT. Islam
dibangun berdasarkan tiga pondasi, yaitu akidah, syariat dan akhlak (Hidayat, 2014). Akhlak
adalah nilai-nilai keutamaan yang bisa menghantarkan seseorang menuju tercapainya
kesempurnaan keyakinan. Akhlak adalah perwujudan dari proses amal ibadah, sehingga
seseorang hamba dapat meningkatkan kualitas iman dan amal ibadahnya dengan akhlak
tersebut(Mujilan dkk, 2016). Dalam meningkatkan akhlak yang baik kita memerlukan
akidah(iman) yang kuat dan dalam menyempurnakan akhlak kita memerlukan syariah sebagai
batasan – batasan perbuatan yang harus dilakukan dan perbuatan yang harus ditinggalkan.

Kuat atau lemahnya iman(akidah) dapat diketahui melalui tingkah laku (akhlak) seseorang.
Tingkah laku seseorang cerminan dari imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik,
pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika perbuatannya buruk, maka dapat dikatakan ia
mempunyai iman yang lemah. Imam Al-Ghazali mengatakan, bahwa iman yang kuat
memunculkan akhlak yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah melahirkan akhlak yang
buruk(Mujilan dkk, 2016). Keberadaan akhlak memiliki peranan yang istimewa dalam akidah
Islam sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis berikut:

“Orang mukmin yang sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya,” (HR. Tirmidzi).

Dari hadis diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak itu harus berpijak pada keimanan. Iman tidak
cukup disimpan dalam hati, namun harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari(Mujilan dkk,
2016). Ahklak yang baik akan memiliki akidah yang kuat, dan akhlak yang buruk akan
menjadikan akidah yang lemah.

Seorang muslim akan memiliki keyakinan yang benar kepada Allah SWT dan tidak akan
mencampuri keyakinannya itu dengan keyakinan yang batil(kemusyrikan), baik yang
kecil(riyaa’) maupun yang besar (mengakui tuhan selain Allah). Oleh karena itu, akhlak dan
akidah sangat diperlukan untuk mencegah penyimpangan dalam masalah akidah yang membuat
keyakinan kepada Allah SWT menjadi tidak kuat, contohnya seperti mempercayai
perdukunan(Yani,2007).

Akhlak juga tak luput dari syariah atau islam dalam pengembangan atau pembentukan taqwa
pada diri manusia. Syariah menjadi standard ukuran yang menentukan apakah suatu amal-
perbuatan itu benar atau salah. Ketentuan syariah merupakan aturan dan rambu-rambu yang
berfungsi membatasi, mengatur dan menetapkan mana perbuatan yang mesti dijalankan dan yang
mesti ditinggalkan. Ketentuan hukum pada syariah pada asasnya berisi tentang keharusan,
larangan dan kewenangan untuk memilih. Ketentuan ini meliputi wajib, sunnah/mandub, mubah
(wenang), makruh dan haram. Syariah memberi batasan-batasan terhadap akhlak sehingga
praktik akhlak tersebut berada didalam kerangka aturan yang benar tentang benar dan salahnya
suatu amal perbuatan (ibadah). syariah berfungsi sebagai jalan yang akan menghantarkan
seseorang kepada kesempurnaan akhlak(Mujilan dkk, 2016).

Syariat dan akhlak sangat diperlukan untuk mencegah masalah – masalah dalam keistiqamahan
dalam syariah. Karena dengan syariah, seorang muslim mampu menghindarkan dirinya dari
perbuatan – perbuatan yang batil atau perbuatan – perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
perbuatan – perbuatan tersebut contohnya seperti, ketika seseorang sedang kesulitan dalam hal
ekonomi atau keuangan, seseorang tersebut akan menghalalkan berbagai cara untuk
mendapatkan uang dan ketika seseorang yang berprinsip untuk jujur malah berbohong untuk
menutupi perilaku buruknya(Yani,2007).

Akidah(iman), syariah, dan akhlak terkait satu sama lain, tidak dapat dipisah – pisahkan, karena
ketiganya diperlukan untuk membentuk kepribadian yang utuh pada seorang muslim. Dengan
ketiga pondasi akan terbentuk manusia taqwa yang akan membentuk perilaku yang mulia dan
akan menjadi kan negerinya sejahtera. Manusia taqwa adalah hamba Allah SWT yang memiliki
iman yang kuat dan tidak melawati batasan – batasan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT,
selalu beribadah dalam tujuannya mendapatkan keridhoan Allah SWT dan mengejar akhlak yang
baik.
Daftar pusaka

Dr. Halo-N, Philosopher.(2016). AL FATHUN NAWA Jilid 1. Bandar Baru Selayang : Hafizul
Publications.
Hidayat, Yadi Saeful.(2014). Merindukanmu, duhai Muhammad!: buatlah nabimu begitu spesial
di hatimu. Jakarta : Mizan Mizania.
Mujilan, HD., Kaelany, Nurwahidin, Afroni, S., Rozaq, A., dkk.(2016). Materi Pembelajaran
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Agama Islam. Jakarta : Universitas Indonesia.
Yani, Ahmad.(2007). Be Excellent : Menjadi Pribadi Terpuji. Jakarta : Al Qalam.

Anda mungkin juga menyukai