Anda di halaman 1dari 7

Nilna Fadlillah

Fakultas Tarbiyah
IAI Qomaruddin Gresik
Etimologi: Terminologi:
a. Jadid )‫ (جديد‬: baru -
b. Kalam )‫ (كالم‬: pembicaraan ‫ما اضيف ايل النيب صلي هللا عليه وسلم من قول او فعل او تقرير او صفة‬
c. Khabar )‫ (خبر‬: berita segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, berupa ucapan,
perbuatan, ketetapan atau sifat beliau.
-
Struktur Hadis: Hadits: penuturan (periwayatan verbal ) sahabat tentang
1. Sanad (terdiri dari para rawi) Rasulullah, baik mengenai perkataan, perbuatan, atau
2. Matan taqrirnya, bahkan juga tentang sifat-sifatnya.
3. Mukharrij

‫حدثنا إسحاق بن إبراهيم احلنظلي قال أخربان عبد الرزاق قال أخربان معمر عن مهام بن منبه أنه‬
–‫مسع أاب هريرة يقول قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ال تقبل صالة من أحدث حىت يتوضأ‬
‫اخرجه البخاري‬
Etimologi :
‫ سنة‬: kebiasaan ; ‫الطريقة المسلوكة‬: jalan yang dilalui baik yang tercela maupun yang terpuji.

Terminologi
Menurut Muhadditsin : Menurut Ulama Ushul:
Sunnah diartikan sama dengan Hadis, yaitu : Sunnah adalah perbuatan/sikap Nabi yang
segala ucapan, perbuatan, taqrir dan sifat yang memiliki nilai hukum, atau dalam ungkapan lain
disandarkan kepada Nabi saw. Dalam hal ini, sunnah adalah perbuatan/sikap Nabi yang dapat
maksud penyamaan kedua istilah tersebut karena digunakan sebagai dalil hukum.
Hadis dan sunnah adalah satu kesatuan. Hadis Sedangkan hadits merupakan keseluruhan
merupakan wadah, dan sunnah merupakan isinya. periwayatan (verbal) tetang Nabi (Rasul), baik
yang bernilai hukum maupun tidak.
Etimologi: Etimologi:
Atsar : bekas, jejak atau sisa Khabar: berita yang disampaikan

Terminologi: Terminologi:
1) Atsar sinonim dengan Hadis 1) Khabar sama dengan Hadis
2) Atsar adalah perkataan, tindakan, dan 2) Khabar berbeda dengan Hadis. Khabar lebih
ketetapan yang disandarkan kepada Sahabat dan umum dari Hadis, yaitu segala berita yang
Tabiin diterima dari Nabi dan selain dari Nabi.

ُّ‫َّللاِ ْالبَ َج ِلي ِ قَا َل ُكنَّا نَعُد‬


َّ ‫ع ْب ِد‬ ِ ‫ع ْن َج ِر‬
َ ‫ير ب ِْن‬ َ ‫ع ْن قَ ْي ٍس‬ َ ‫ع ْن ِإ ْس َما ِعي َل‬َ ‫ب‬ ٍ ‫ص ُر ب ُْن بَا‬ ْ َ‫َحدَّثَنَا ن‬
)‫النيَا َح ِة (رواه احمد‬ َّ َ‫ص ِنيعَة‬
ِ َ‫الطعَ ِام بَ ْعدَ دَ ْف ِن ِه ِمن‬ َ ‫ت َو‬ ِ ‫ع ِإلَى أ َ ْه ِل ْال َم ِي‬َ ‫ِاِل ْج ِت َما‬
Nashr Ibn Bab bercerita kepada kami, dari Isma`il dari Qays dari Jarir Ibn Abd Allah al-
Bajaliy, dia berkata : Kami berkumpul bersama keluarga orang yang meninggal dunia dan
membuat makanan sesudah dikebumikannya untuk meratap. (H.R. Ahmad)
‫ا‬ ْ
َ ‫ه‬ َ َ ْٰ َ ْ َْ َ َ‫ه‬ ُ ْ َ َ َ ْ َ ِّ ٌ َ َ َ ٌ َ ْ ُ ‫ه‬ ْ ُ َ َ َ ْ ََ
َ َ َ َ
٢١ ‫اّٰلل اسوة حسنة ِلمن كان يرجوا اّٰلل واليوم الا ِخر وذكر اّٰلل ك ًِِْا‬ ُ َ ْ
ِ ‫لقد كان لكم ِف ْي رسو ِل‬

Klasifikasi Otoritas/Kehujjahan Hadis Nabi : Hadits Nabi (sebagai laporan verbal tentang penjelasan ,

1. Hadits Tasyri yaitu hadits-hadits yang bersifat petunjuk dan perilaku Nabi) secara konseptual dan garis
sebagai penetapan ajaran agama yang wajib besar merupakan hujjah yang memiliki otoritas untuk
ditaati. Seperti: hadis-hadis ttg aqidah, ibadah,
digunakan sebagai dalil dan pedoman hidup.
mualamah, akhlak, dan keutamaan amal-amal.

2. Hadits irsyadi, yaitu hadits –hadits yang bersifat


bukan sebagai penetapan ajaran agama, boleh
ditiru sebagai anjuran. Seperti: pengetahuan Nabi
ttg kesehatan, pertanian, model pakaian, atau
keputusan yang bersifat temporal, dsb.
Hadits terhadap al-Qur’an, berfungsi sebagai:
1. Konfirmatif / Ta’kid. Fungsi yang pertama ini sifatnya hanya sebagai penegasan kembali atas
ketentuan yang telah disinggung al-Qur’an.
2. Tafshil, semacam petunjuk pelaksanaan dan teknisnya. Dalam kaitannya dengan fungsi ini
hadits Nabi biasanya hadir sebagai pentafshil ketentuan yang mujmal, mentakhsis ayat-ayat
yang ‘amm, mentaqyid (membatasi) ketentuan yang mutlak, dan sebagainya
3. Tasyri’, semacam ketentuan tambahan. Dalam hal ini hadits bisa menambah hukum-hukum
baru yang belum disebut dalam al-qur’an.

Anda mungkin juga menyukai