Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN DAN PERBEDAAN HADIST DARI SEGI KUALITAS

1
Firyal Nafilah Az Zahra,2Paisal zunaidi ,3Tengku Abdu Rozaq, Alfariza⁴
1
firyalazzahra30@gmail.com,2paisalzunaidi@gmail.com,3tengkurozaq7@gmail.com
⁴alfarizariza8@gmail,com123Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Prodi Pendidikan Bahasa Arab Kelas Pendidikan Bahasa Arab 2

Abstract
Muslims must learn to overcome that the hadith of the Prophet (peace be upon him) as a
guide to life after the Qur'an. Human laws that are not determined by law, how to practice
them, are not specified in the Al-Qur'an verse in an absolute way and clearly, this makes the
believers aware of the need to find a solution in this matter through al-hadith. A pious hadith
is a hadith which is based on the Prophet Mhammad SAW whose sanad is in a group,
narrated on fair and dhabit narrators until the end of the sanad, there are no irregularities
and no flaws and no defects. The hasan hadith is a hadith that is justified by a just person,
but his mind is less strong, not defective and odd. The dhaif hadith is a hadith in which there
are no saheeh and hadots hasan conditions.
Key Words: Hadist,Shahih,Hasan,Dhaif
Abstrak
Umat Islam harus belajar untuk mengatasi bahwa hadits Nabi (saw) sebagai panduan untuk
hidup setelah Al-Qur'an. Hukum manusia yang tidak ditentukan oleh undang-undang,
bagaimana mengamalkannya, tidak ditentukan dalam ayat Al-Qur'an secara mutlak dan jelas,
hal ini menyadarkan orang-orang beriman akan perlunya mencari solusi dalam hal ini melalui
al- hadits. Hadits shaleh adalah hadits yang didasarkan pada Nabi Muhammad SAW yang
sanadnya berkelompok, diriwayatkan perawi yang adil dan dhabit sampai akhir sanadnya,
tidak ada kejanggalan dan tidak ada cacat dan tidak ada cacat. Hadits hasan adalah hadits
yang dibenarkan oleh orang yang adil, tetapi pikirannya kurang kuat, tidak cacat dan ganjil.
Hadits dhaif adalah hadits yang tidak ada syarat shahih dan hadits hasan.
Kata Kunci : Hadist, Shahi, Hasan, Dhaif

1
PENDAHULUAN
Hadits merupakan sumber ajaran jurnal ilmiah, koran, majalah, berita dan
Islam yang kedua telah dibukukan pada dokumen).
masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, Penelitian sebagai landasan
khilafah kelima Bani Umayyah. mendasar bagi peneliti untuk merumuskan
Sedangkan sebelumnya hadits– hadits realitas permasalahan, artikel-artikel
Nabi SAW masih terdengar dalam ingatan virtual, studi literatur dan data validitas
para sahabat untuk kepentingan dan yang jelas keberadaanya. Adapun sifat dari
pegangan mereka sendiri. penelitian ini adalah analisis deskriptif,
yakni penguraian secara teratur data yang
Umat Islam di dunia harus telah diperoleh, kemudian diberikan
menyadari bahwa hadits Rasulullah SAW pemahaman dan penjelasan agar dapat
sebagai pedoman hidup yang kedua dipahami dengan baik oleh pembaca.
setelah Al-Qur‟an. Tingkah laku manusia Analisis data dalam penelitian ini
yaang tidak ditegaskan ketentuan dilakukan dengan mengabstraksi beberapa
hukumnya, cara mengamalkannya, tidak hasil temuan yang dikelompokkan dengan
dirinci dengan ayat Al-Qur‟an secara dibantu menggunakan teknik analisis
mutlak dan secara jelas, hal ini membuat pemetaan konflik dari Simon Fisher dkk.
para muhaditsin sadar akan perlunya ANALISIS DAN PEMBAHASAN
mencari penyelesaian dalam hal tersebut
dengan al-hadits. A. Pengertian Hadist

Dalam meneliti kekuatan hadits Secara etimologi, hadis adalah kata


benda (isim) dari kata al-Tahdis yang
serta kelemahan hadits serta kelemahan
berarti pembicaraan. Kata hadits
hadits dan untuk dijadikan hujjah hukum,
mempunyai beberapa arti; yaitu
serta untuk mengamalkan Hadits, perlu
difahami hadits–hadits yang berkembang 1. “Jadid” (baru), sebagai lawan
baik dari segi kwalitas mapun kwantitas. dari kata”qadim” (terdahulu).
Dalam makalah ini penulis akan Dalam hal ini yang dimaksud
membahas ; hadits shahih, syaratnya, qadim adalah kitab Allah,
macam–macamnya dan contohnya. Ke-dua sedangkan yang dimaksud jadid
adalah hadis Nabi saw.1 Namun
; Hadits Hasan, syaratnya, macam–
dalam rumusan lain
macamnya, contohnya. Ke-tiga ; Hadits mengatakan bahwa Al-Qur’an
Dhaif ( dari sudut sandaran Sanadnya), disebut wahyu yang matluw
dhaif dari sudut perawinya serta kehujahan karena dibacakan oleh Malaikat
hadits shahis dan hadits hasan. Terakhir Jibril, sedangkan hadis adalah
akan ditutup dengan beberapa kesimpulan. wahyu yang ghair matluw
sebab tidak dibacakan oleh
METODE PENELITIAN
malaikat Jibril. Nah, kalau
Jenis penelitian ini adalah keduanya sama-sama wahyu,
penelitian kepustakaan (library research), maka dikotomi, yang satu
yaitu serangkaian penelitian yang qadim dan lainnya jadid tidak
berkenaan dengan metode pengumpulan perlu ada.2
data pustaka, atau penelitian yang objek
1
penelitiannya digali melalui berbagai , (Jakarta:Pustaka Firdaus, 1995),h. 22
informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, 2
Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan
Metodologis, (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya,
2003),h.2

2
2. “Qarib”, yang berarti dekat atau Sedangkan pengertian hadis secara
dalam waktu dekat belum lama, luas sebagaimana yang diberikan oleh
sebagian ulama seperti Ath Thiby
3. “Khabar”, yang berarti warta berpendapat bahwa hadits itu tidak hanya
berita yaitu sesuatu yang meliputi sabda Nabi, perbuatan dan taqrir
dipercakapkan dan dipindahkan beliau (hadis marfu’), juga meliputi sabda,
dari seseorang kepada perbuatan dan taqrir para sahabat (hadis
seseorang. Hadis selalu mauquf), serta dari tabi’in (hadis
menggunakan ungkapan maqthu’).5
‫ا‬EE‫ا أنبأن‬EE‫أخربن‬, ‫دثنا‬EE‫ح‬, ‫( و‬megabarkan
kepada kami, memberitahu B. Pembagian Hadist dari segi
kepada kami dan menceritakan kualitas
kepada kami. Dari makna 1. Hadist Shahih
terakhir inilah diambil
perkataan “hadits Rasulullah” - Pengertian
yang jamaknya “aha>di>ts.3 Kata shahih menurut bahasa berarti
Allah-pun, memakai kata hadits yang sehat, yang selamat, yang benar,
dengan arti khabar dalam yang sah dan yang sempurna. Para ulama
firman-Nya: biasa menyebut kata shahih ini sebagai
lawan dari kata saqim (sakit).
‫َفْلَيْأُتوا ِبَح ِد يٍث ِم ْثِلِه ِإْن َك اُنوا َص اِدِقيَن‬
Maka kata hadits shahih menurut
Maka hendaklah bahasa, berarti hadits yang sah, hadits yang
mereka mendatangkan kalimat sehat atau hadits yang selamat. Secara
yang semisal Al Quran itu jika terminologis, shahih didefinisikan oleh Ibn
mereka orang-orang yang Shalah sebagai berikut:
benar. (QS.At-Tur : 34)
‫املسند الى يتصل اسناده بنقل العدل‬
Sedangkan pengertian
hadits secara terminologi, maka terjadi
‫الضابط اىل منتهاه وليكون شادا ول معالل‬
perbedaan antara pendapat antara ahli “Hadits yang disandarkan kepada
hadits dengan ahli ushul. Ulama ahli hadits nabi SAW, yang sanadnya bersambung,
ada yang memberikan pengertian hadis diriwayatkan oleh perawi yang adil dan
secara terbatas (sempit) dan ada yang dhabit hingga sampai akhir sanad, tidak
memberikan pengertian secara luas. ada kejanggalan dan tidak ber’illat.”6
Pengertian hadis secara terbatas
diantaranya sebagaimana yang diberikan Ibn Hajar al Asqalani
oleh Mahmud Tahhan adalah: mendefinisikannya dengan lebih ringkas
yaitu:“Hadits yang diriwayatkan oleh
orang adil, sempurna kedhabitannya,
bersambung sanadnya, tidak ber’illat.”7
‫صفة أو تقرير أو فعل أو قول من وسلم‬
‫عليه اهلل صىل انليب إىل أضيف ما‬ Al Qasimi juga mengemukakan
definisi yang cukup ringkas, yang hampir
“Sesuatu yang disandarkan kepada
5
Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan M. Hasby As Shidiqi, Sejarah dan Pengantar
Ilmu Hadis, (Semarang : Thoha Putra, 1994), h.4
atau persetujuan atau sifat”.4
6
Ibn Al-Sholah, Ulum al-Hadis Muqaddimah
3
Ibn Al-Shahih, (Mekkah : al-Muktabat al-Tijariah
Shubhi al-Shalih, Ulum al-Hadis wa Musthalahuh, Musthafa Ahmad al-Baz, 1993),h.10.
(Beirut:Dar al-‘Ilm li al- Malayin, 1969),h. 4
4
Mahmud al-Tahhan, Taysir Mushthalah al-hadis, 7
Ibnu Hajar al-asqalani, Syarh Nuhbah al-
(Beirut : Dar al-Tsaqafahal-islamiyah, tth.),h.15 Fikr,h.51

3
sama dengan yang dikemukakan oleh al muslim, baligh, berakal sehat,
Asqalani. Menurutnya, hadits shahih dan tidak fasik.
adalah : “hadits yang bersambung
sanadnya, diriwayatkan dan diterima dari Keadilan para perawi di
perawi yang adil lagi dhabit, serta selamat atas menurut para ulama dapat
atau terhundar dari kejanggalan diketahui melalui: pertama,
kejanggalan dan ‘illat”8 Definisi yang keutamaan kepribadian nama
hampir samajuga dikemukakanoleh an perawi itu sendiri sikenal di
Nawawi. kalangan ahli hadits, sehinggga
keadilannya tidak diragukan
Hanya saja ia menggunakan lagi. Kedua, penilaian dari para
bentuk-bentuk jamak, seperti berikut ini : ulama lainnya, yang melakukan
“Hadits yang bersambung sanadnya penelitian terhadap
diriwayatkan oleh para perawi yang adil perawi,tentang keadilan perawi-
lagi dhabit, tidak syudzudz dan tidak perawi hadits. Ketiga, penerapan
ber’illat”9 kaidah al jarh wa at ta’dil,
apabila terjadi perbedaan
-
Syarat Hadist Shahih pendapat antara para ulama
Sebagaimana pengertian hadist peneliti terhadap perawi-perawi
shahih yang dikemukakan oleh para ulama tertentu.
di atas diketahui ada lima syarat yang
harus dipenuhi yaitu:10 Penelitian atau penilaian
para ulama terhadap keadilan
- Diriwayatakan oleh para perawi para perawi ini dilakukan
yang adil. kepada mereka pada setiap
Yang dimaksud dengan thabaqahnya dengan sangat
istilah adil dalam periwayatan teliti, sehingga tidak ada seorang
disini secara terminologis perawipun yang tertinggal.
mempunyai arti spesifik atau Dengan ketelitian para ulama
khusus yang sangat ketat dan dalam melakukan penelitian ini,
berbeda dengan istilah adil segala identitas, kebiasaan
dalam terminology hukum. sehari- hari, dan kaitan-kaitan
Dalam periwayatan seseorang lainnya dapat diketahui dengan
dikatakan adil apabila memiliki pasti. Dikecualikan dari
sifat-sifat yang mendorong penelitian ini, para perawi pada
terpeliharanya ketaqwaan, yaitu thabaqah sahabat. Terhadap para
senantiasa melaksanakan sahabat, hampir semua ulama
perintah dan meninggalkan sependapat, tidak dilakukan
laranganNya, baik aqidahnya, penelitian. Mereka memeandang
terpelihara dirinya dari dosa para sahabat secara kolektif
besar dan dosa kecil, dan adalah adil (ash-shahabat
terpelihara akhlaknya termasuk kulluhum udul). Ini artinya
dari hal-hal yang menodai bahwa keadilan para sahabat
muru’ah, disamping ia harus tidak diragukan lagi, sehingga
terhadap mereka tidak perlu
8
Jamal al-Din al-Qasimy, Qawa’id al-Tahdis Min dilakukan penelitian lagi.
Funun Musthalah al- Hadis,(Beirut : Dar Al-
Nafatis, 1987),h.79 - Kedhabitan para perawinya
9
An-Nawawi, At-Taqrib li An-NawawiFann Ushul
al-Hadis, (Kairo : Abd ar- rahman Muhammad,
harus sempurna.
t.th),h.2
10 Dikatakan perawi yang
Agus Solahuddin, Ulumul Hadist,(Bandung:CV.
Pustaka Setia),h.172-173. sempurna kedhabitannya yang

4
dimaksud disini, ialah perawi verifikasi riwayat yang mereka
yang baik hafalannya, tidak namakan dengan i’tibar. Metode
pelupa, tidak banyak ragu, dan ini terdiri dari dua tahap:
tidak banyak tersalah, sehingga pertama,mengumpulkan semua
ia dapat mengingat dengan hadits yang diriwayatkan
sempurna hadits-hadits yang seorang perawi tanpa
diterima dan diriwayatkannya. meninggalkan satu hadits pun.
Kedua,membandingkan setiap
Menurut Ibn Hajar al hadits yang ia riwayatkan itu
Asqalani, perawi yang dhabit dengan riwayat orang-orang
adalah yang kuat hafalannya tsiqah. Nilai ke-tsiqatan perawi
terhadap apa yang pernah ini diberikan sesuai dengan
didengarnya, yang kemudian tingkat kesesuaian riwayatnya
mampu menyampaikan hafalan dengan riwayat mereka. Jika
tersebut kapan saja manakala semua riwayatnya, atau sebagian
diperlukan. Ini berarti bahwa besarnya, sesuai dengan riwayat
orang yang disebut dhabit harus mereka maka ia dinilai tsiqah.
mendengar secara utuh apa yang Jika semua diriwayatnya, atau
diterimanya, memahami isinya, sebagian besarnya, bertentangan
kemudian mampu memproduksi dengan riwayat mereka maka ia
atau menyampaikannya kepada dinilai tidak tsiqah (dhaif).
orang lain atau
meriwayatkannya sebagaimana Ahli hadis menggunakan
mestinya. kata tsiqoh, untuk menunjukkan
penilaian baik mereka terhadap
Dari sudut kuatnya orang yang memiliki reputasi
ingatan perawi, para ulama kesalehan pribadi (‘adil) dan
membagi kedhabitan ini menjadi sistem dokumentasi (dhabth)
dua, yaitu: pertama, dhabit shadr yang sempurna. Mereka tidak
atau disebut juga dengan dhabit menerima orang yang hanya
fuad, dan kedua, dhabit kitab. memiliki syarat pertama (‘adil)
Dhabit shadr artinya terpelihara jika tidak memiliki syarat kedua
hadits yang diterimanya dalam (dhabth), begitu juga sebaliknya.
hafalan, sejak ia menerima Kedua syarat ini harus terpenuhi
hadits tersebut sampai hingga seorang perawi hadis
meriwayatkan kepada orang berhak memperoleh predikat
laian, kapan saja periwayatan itu tsiqat dari ahli hadis.
diperlukan. Sedang dhabit kitab,
artinya terpeliharanya - Antara satu sanad dengan sanad
periwayatan itu melalui tulisan- lainnya harus bersambung.
tulisan yang dimilikinya. Ia
mengingat betul hadits-hadits Yang dimaksud dengan
yang ditulisnya atau catatan- sanad hadits yang muttashil di
catatan yang dimilikinya, sini adalah sanad-sanad hadits
menjaganya dengan baik dan yang antara satu dengan yang
meriwayatkannya kepada orang lainnya .pada sanad-sanad yang
lain dengan benar. disebut berdekatan atau
berurutan , bersambungan atau
Untuk mengetahui merangkai. Dengan kata lain
tingkat dhabth seorang perawi, diantara pembawa hadits dan
ahli hadits memiliki metode penerimanya terjadi pertemuan

5
langsung. Dengan muttasil terhadap haidts yang
persambungan ini sehingga munqathi’ atau yang mursal.
menjadi silsilah atau rangkaian
sanad yang sambung - Matannya tidak janggal atau
menyambung sejak awal sanad syad.
sampai kepada sumber hadits itu Yang dimaksud dengan
sendiri, yaitu Rasul SAW. hadits yang tidak syadz disini,
Untuk membuktikan ialah hadits yang tidak
apakah antara sand-sanad itu bertentangan dengan hadits lain
bersambung atau tidak, yang sudah diketahui tinggi
diantaranya dilihat bagaimana kualitas keshahihannya. Hadits
keadaan usia masing- masing yang syadz pada dasarnya
dan tempat tinggal mereka. merupakan hadits yang
Apakah usia keduanya diriwayatkan oleh perawi yang
memungkinkan bertemu atau tsiqah. Akan tetapi karena
tidak. Selain itu bagaimana pula matanya menyalahi hadits yang
cara mereka menerima dan diriwayatkan oleh perawi yang
menyampaikannya. Misalnya lebih tinggi ketsiqahannya,
apakah dengan cara as sama’ maka hadits itu dipandang
(mendengar langsung dari menjadi janggal atau syadz.
perawi hadits itu), atau dengan Dengan demikian, maka
cara munawalah (seorang guru kedudukan hadits ini dipandang
memberikan hadits yang lemah dari sudut matanya.
dicatatnya kepada muridnya). - Klasifikasi Hadist Shahih
- Tidak mengandung cacat atau a. Shahih Lidzatihi
‘illat. Yang dimaksud dengan
hadits shahih lidzatihi ialah hadits
Secara terminologis, shahih dengan sendirinya. Artimya
yang dimaksud dengan ‘illat ialah hadits shahih yang memiliki
disini adalah suatu sebab yang
lima syarta kriteria, sebagaimana
tidak nampak atau smar-samar
disebutkan pada persyaratan di
yang dpata mencacatkan
keshahihan suatu hadits. Maka atas. Dengan demikian, penyebutan
yang disebut hadits tidak hadits shahih lidzatihi dalam
ber;illat berarti hadits yang tidak pemakaiannya sehari-hari pada
memiliki cacat , yang dasarnya cukup dengan memakai
disebabkan adanya hal-hal yang sebutan hadits shahih, tanpa harus
tidak baik, yang kelihatannya memberikan penambahan kata
samar-samar. Dikatakan samar- lidzatihi.
samar, karena jika dilihat dari
segi dzahirnya, hadits tersebut Hadits shahih dalam
terlihat shahih. Adanya cacat kategori ini telah berhasil
yang tidak nampak tersebut dihimpun oleh para mudawwin
mengakibatkan adanya keraguan dengan jumlahnya yang sangat
sedang hadits yang didalamnya banyak, seperti oleh Malik, al
terdapat keraguan seperti ini Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu
kualitasnya menjadi tidak Dawud, At Tirmidzi, dan Ibnu
shahih. Misalnya menyebutkan Majjah dalam kitab shahih karya
masing- masing.

6
b. Shahih Lighairihi hafalannya di bawah kebanyakan para
perawi yang shahih, akan tetapi diatas para
Yang dimaksud dengan
perawi yang dha’if. Dengan kata lain,
hadits shahih lighairihi ialah hadits
tingkat kedhabitannya menengah antara
yang keshahihannya dibantu oleh
yang shahih dan yang dha’if, padahal pada
adanya keterangan lain. hadits
kriteria-kriteria lainnya terpenuhi dengan
kategori ini pada mulanya memiliki
baik atau sempurna.11
kelemahan pada aspek kedhabitan
perawinya (qalil adh-dhabit). - Syarat Hadist Hasan
Diantaranya perawinya ada yang 1. Para perawi-nya adil.
kurang sempurna kedhabitannya,
2. Ke-dhabit-an perawi-nya
sehingga dianggap tidak memenuhi
dibawah perawi hadits shahih.
syarat untuk dikategorikan sebagai
hadits shahih. Baginya semula 3. Sanad-sanadnya bersambung.
hanya sampai kepada derajat atau 4. Tidak terdapat kejanggalan atau
kategori hadits hasan li dzatih. syadz, dan
Dengan ditemukannya 5. Tidak mengandung ‘illat.
keterangan lain, baik berupa syahid
maupun mutabi’ (matan atau sanad - Klasifikasi Hadist Hasan
lain) yang bisa menguatkan 1. Hasan li dzatih
keterangan atau kandungan Yang dimaksud dengan hadits
matannya. Hadits ini derajatnya hasan li dzatih ialah hadits hasan dengan
naik setingkat lebih tinggi, sendirinya, yakni hadits yang telah
sehingga menjadi shahih li ghairih. memenuhi persyaratan hadits hasan yang
lima, yang mengacu pada definisi al
2. Hadist Hasan
Asqalani di atas.
- Pengertian
Hadis Hasan adalah hadits yang 2. Hasan li gharih
diriwayatkan oleh perawi yang adil, Hadits hasan li ghairih ialah hadits
kurang kuat hapalannya, bersambung hasan bukan dengan sendirinya, artinya
sanadnya, tidak mengandung ‘illat dan hadits yang menduduki kualitas hasan
tidak syadz. Dari definisi di atas karena dibantu oleh keterangan lain baik
menunjukkan bahwa hadis hasan itu sama adanya syahid maupun muttabi’
dengan hadis shahih, perbedaannya hanya
pada tingkat kedlabithan perowinya berada 3. Hadist Dho’if
di bawah hadis shahih. - Pengertian
Kata ‫ ضعيف‬menurut bahasa berarti
Menurut Ibnu Taimiyah, yang
yang lemah sebagai lawan kata dari ‫قوي‬
mula-mula mempopulerkan istilah hadis
(yang kuat). Sebagai lawan kata dari
hasan ialah Abi Isa At Turmudzi atau lebih
shahih kata dha’if juga berarti ‫( سقيم‬yang
dikenal dengan Imam Turmudzi.
sakit). Maka sebutan hadits dha’if, secara
Sebelumnya para ulama membagi hadits
bahasa berarti hadits yang lemah, yang
hanya kepada dua kategori, yaitu shahih
sakit atau yang tidak kuat.
dan dlaif. Lahirnya hadis hasan disebabkan
ditemukannya adanya kriteria perowi yang
kurang sempurna dalam kedhabitannya.
11
Artinya terdapat perawi yang kualitas M.’Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadis, ‘Ulumuhu wa
Musthalahuh, (Beirut : Dar al-Fikr, 1979),h.335

7
Sedangkan pengertian hadis dlaif didalamnya terdapat cacat
secara istilah adalah hadits yang yang tersembunyi. Menurut
kehilangan satu syarat atau lebih dari Ibnu Hajar al-Asqalani
syarat-syarat hadits Shahih atau hadits bahwa hadis Mu’allal ialah
Hasan, atau hadis yang tidak ada padanya hadits yang nampaknya baik
sifat-sifat hadis shahih dan hadis hasan.12 tetapi setelah diselidiki
ternyata ada cacatnya. Hadits
Hadits Dhaif merupakan hadits Mardud
ini biasa juga disebut Hadits
yaitu hadits yang tidak diterima oleh para
Ma’lul (yang dicacati) dan
ulama hadits untuk dijadikan dasar hukum. disebut Hadits Mu’tal (Hadits
- Pembagian Hadist Dho’if sakit atau cacat).
Hadis Dho’if terbagi menjadi 5. Hadits Mudlthorib, artinya
beberapa macam, yaitu : hadits yang kacau yaitu
hadits yang diriwayatkan
a. Dho’if disebabkan adanya
oleh seorang perawi dari
kekurangan pada rawinya baik
beberapa sanad dengan matan
tentang keadilan maupun
(isi) kacau atau tidaksama
hafalannya, sebagai berikut:
dan kontradiksi dan tidak
1. Hadis Maudlu’, yaitu hadis dapat dikompromikan.
yang dibuat dan diciptakan
6. Hadits Maqlub, yakni hadits
oleh seseorang yang
yang terbalik yaitu hadits
kemudian disandarkan
yang diriwayatkan perawi
kepada Rasulullah secara
yang dalamnya tertukar
palsu dan dusta.13
dengan mendahulukan yang
2. Hadits Matruk, yang berarti belakang atau sebaliknya
hadits yang ditinggalkan baik berupa sanad (silsilah)
yaitu Hadits yang hanya maupun matan (isi).
dirwayatkan oleh seorang
7. Hadis Muharraf, yaitu hadis
perawi saja dan perawi itu
yang terjadi perubahan huruf
dituduh berdusta.
dan syakalnya.
3. Hadits Munkar, yaitu hadits
8. Hadis Mushahhaf, yaitu hadis
yang hanya diriwayatkan
yang sudah berubah titik
oleh seorang perawi yang
kata.
lemah yang bertentangan
dengan hadits yang 9. Hadits Mubham yaitu hadits
diriwayatkan oleh perawi yang perowinya tidak
yang terpercaya/ jujur.14 diketahui identitasnya.
4. Hadits Mu’allal, artinya 10. Hadits Mudraj, yaitu hadits
hadits yang dinilai sakit atau yang mengalami penambahan
cacat yaitu hadits yang isi oleh perawinya
12
Ibn Al-Sholah, Ulum al-Hadis Muqaddimah Ibn 11. Hadits Syadz, Hadits yang
Al-Shahih, (Mekkah : al-Muktabat al-Tijariah jarang yaitu hadits yang
Musthafa Ahmad al-Baz, 1993),h.62. diriwayatkan oleh perawi
13
Mahmud Abu Rayah, Adlwa’ ‘Ala Sunnah al- orang yang terpercaya yang
Muhammadiyah, (Mesir : Dar al-Ma’arif,t.th),h.119 bertentangan dengan hadits
14
Moh Zuhri, Hadis, Telaah Historis dan lain yang diriwayatkan dari
Meotdologis, (Yogyakarta: Tiara Wacana, perawi-perawi yang lain.
2003) ,h . 98

8
b. Dho’if disebabkan sanadnya Dari beberapa uraian diatas, maka
tidak bersambung dapatlah diambil beberapa kesimpulan.
1. Hadis Mu’allaq, yaitu hadis 1. Hadist merupakan Sesuatu
yang digugurkan sanad yang disandarkan kepada Nabi
pertama (guru mukhorrij). baik berupa perkataan atau
2. Hadis Mursal, yaitu hadis perbuatan atau persetujuan atau
yang digugurkan sanad sifat
terakhir (sahabat) atau nama 2. Hadits shahih merupakan hadits
sahabat tidak disebut. yang disandarkan kepada Nabi
3. Hadis Mu’dlal, yaitu hadis Muhammad SAW. Yang
yang digugurkan itu dua sanadnya bersambung,
orang rawi atau lebih diriwayatkan oleh perawi yanga
berturut-turut. adil dan dhabit hingga sampai
akhir sanad tidak ada
4. Hadis Munqathi’, yaitu hadis kejanggalan dan tidak berikat.
yang digugurkan 2 orang Hadits shahih ini juga terbagi
perowi atau lebih dan tidak menjadi dua macam yaitu
berturut-turut. shahih lizathihi dan shahih
lighairi.
5. Hadits Mudallas, disebut juga
hadits yang disembunyikan 3. Hadits hasan merupakan hadits
cacatnya. Hadis mudallas yang dinukilkan leh orang yang
terbagi menjadi 2, yaitu : adil, tapi kurang kuat
ingatannya yang muttasil
i. Tadlis Isnad, yaitu seorang sanadnya, tidak cacat dan tidak
perowi menerima hadis ganjil. Hadits hasan ini juga
dari orang yang semasa, terbagi menjadi dua yaitu:
tetapi tidak pernah bertemu Hadits Shahih lizathihi dan
langsung atau bertemu Hadits Shahih li-ghairihi.
langsung tetapi tidak
menyebut namanya. 4. Hadits Dhaif adlah, Hadits
yang didalamnya tidak terdapat
ii. Tadlis Syuyukh, yaitu syarat-syarat hadits shahih dan
seorang perowi menyebut hadits hasan. Atau dapat juga
nama gurunya bukan diartikan hadits yang
dengan namanya yang kehilangan, satu syarat atau
dikenal khalayak umum, lebih dari syarat-syarat hadits
tetapi dengan nama yang shahih atau hadits hasan.
kurang dikenal.
c. Dha’if dari sudut sandaran
matan-nya
1. Hadis Mauquf, yaitu hadis Daftar Pustaka
yang matanya disandarkan
kepada sahabat..
2. Hadis Maqthu’, yaitu hadis
yang matannya disandarkan
kepada tabi’in.
C. Kesimpulan

9
al-Khatib, M. (1979). Ushul al-Hadis, ‘Ulumuhu wa Musthalahuh. Beirut: Dar al-Fikr.
al-Qasimy, J. a.-D. (1987). Qawa’id al-Tahdis Min Funun Musthalah al- Hadis. Beirut: Dar
Al-Nafatis.
al-Shalih, S. (1969). Ulum al-Hadis wa Musthalahuh. Beirut: Dar al-‘Ilm li al- Malayin.
Al-Sholah, I. (1993). Ulum al-Hadis Muqaddimah Ibn Al-Shahih. Mekkah: al-Muktabat al-
Tijariah Musthafa Ahmad al-Baz.
Al-Sholah, I. (1993). Ulum al-Hadis Muqaddimah Ibn Al-Shahih. Mekkah: al-Muktabat al-
Tijariah Musthafa Ahmad al-Baz.
al-Tahhan, M. (t.tt). Taysir Mushthalah al-hadis. Beirut: Dar al-Tsaqafahal-islamiyah.
An-Nawawi. (t.tt). At-Taqrib li An-NawawiFann Ushul al-Hadis. Kairo: Abd ar- rahman
Muhammad.
As-shalih, S. (1995). Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Rayah, M. A. (t.tt). Adlwa’ ‘Ala Sunnah al-Muhammadiyah. Mesir: Dar al-Ma’arif.
Shidiqi, M. H. (1994). Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Semarang: Thoha Putra.
Zuhri, M. (2003). Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya.
Zuhri, M. (2003). Hadis, Telaah Historis dan Meotdologis. Yogyakarta: Tiara Wacana.

10

Anda mungkin juga menyukai