Sendi adalah bagian yang menghubungkan tulang dan membantu tubuh bergerak.
Jumlah sendi setiap orang berbeda satu sama lain. Setidaknya ada sekitar 250
hingga 350 sendi yang menghubungkan tulang-tulang kita. Penasaran? Simak
artikel kali ini yang akan mengeksplorasi tentang sendi. Khususnya seputar macam-
macam sendi dan contohnya.
Kelainan tulang yang satu ini lebih umum terjadi pada lansia dan wanita. Penyakit
ini dapat disebabkan oleh kekurangan kalsium, penggunaan kortikosteroid dalam
jangka panjang, atau gangguan hormon.
2. Rakitis dan osteomalacia
Rakitis adalah suatu kondisi yang memengaruhi perkembangan tulang pada anak-
anak. Sementara pada orang dewasa, rakitis dikenal dengan
istilah osteomalacia atau tulang lunak.
Kondisi ini dapat menimbulkan gejala berupa pegal-pegal, nyeri otot, kesemutan,
dan nyeri pada tulang, terutama setelah melakukan banyak aktivitas fisik.
3. Infeksi tulang (osteomielitis)
Jika tidak diobati dengan baik, kondisi ini dapat menyebabkan infeksi berat dan
kematian jaringan tulang. Pada anak-anak, osteomielitis yang tidak ditangani
dengan baik dapat menyebabkan kelainan bentuk tulang dan mengakibatkan
tubuh anak menjadi pendek.
4. Tumor tulang
Ketika sel-sel di tulang tumbuh tidak terkendali, dapat terbentuk suatu gumpalan
jaringan yang disebut tumor. Tumor pada tulang biasanya bersifat jinak, namun
tetap bisa membuat jaringan tulang yang sehat di sekitarnya menjadi rusak dan
lemah. Hal ini kemudian menyebabkan tulang rapuh dan mudah patah.
Ada beberapa jenis tumor tulang yang bersifat ganas (kanker). Tumor tulang yang
ganas ini bisa menyebar dan menyebabkan kerusakan di bagian tubuh lain. Tanpa
penanganan yang tepat, tumor ganas pada tulang dapat menimbulkan gangguan
yang serius bahkan kematian.
5. Penyakit Paget
Belum diketahui dengan pasti apa penyebab penyakit Paget, namun banyak ahli
menduga bahwa faktor lingkungan dan genetik merupakan penyebab tulang
tumbuh terlalu cepat dan lemah.
Penyakit Paget biasanya tidak menimbulkan gejala. Apabila timbul gejala, keluhan
yang biasanya dialami penderita penyakit Paget adalah nyeri pada tulang atau
sendi, pembesaran tulang, sakit kepala, gangguan pendengaran, serta kesulitan
melakukan aktivitas tertentu, seperti berjalan atau duduk.
6. Osteogenesis imperfecta
Osteogenesis imperfecta (OI) adalah kelainan genetik yang diturunkan dari orang
tua, di mana formasi tulang tidak sempurna sehingga mudah patah. Selain patah
tulang, OI juga dapat menyebabkan otot lemah, gigi rapuh, tulang belakang
melengkung, dan hilangnya pendengaran.
1. Menambah asupan kalsium dan vitamin D
Selain dari makanan, kedua nutrisi di atas juga dapat diperoleh dengan
mengonsumsi suplemen. Sedangkan vitamin D dapat diproduksi di dalam tubuh
dengan bantuan paparan sinar matahari.
2. Rutin berolahraga
Namun jika Anda sudah memiliki kelainan tulang sebelumnya, disarankan untuk
berkonsultasi ke dokter untuk menentukan jenis olahraga yang tepat dan aman
untuk tulang.
3. Menjaga berat badan ideal
Memiliki berat badan yang terlalu kurus atau gemuk (obesitas) dapat
meningkatkan risiko Anda terkena osteoporosis. Untuk mengetahui apakah berat
badan badan Anda sudah ideal, cobalah hitung indeks massa tubuh Anda.
4. Menjalani pemeriksaan kepadatan tulang
Pemeriksaan yang dilakukan dengan foto Rontgen khusus ini bertujuan untuk
menilai kepadatan dan kekuatan tulang. Dokter biasanya akan menyarankan
pemeriksaan ini pada lansia atau wanita yang telah menopause dan orang yang
rutin mengonsumsi obat kortikosteroid.
SISTEM SIRKULASI
“Secara keseluruhan, komponen darah manusia terdiri atas plasma darah, sel darah
merah, sel darah putih, dan trombosit (keping darah/platelet). Masing-masing komponen
tersebut memiliki fungsi penting. Misalnya seperti sel darah putih yang berfungsi untuk
melawan infeksi”
Halodoc, Jakarta – Darah merupakan cairan tubuh yang terbentuk dari jaringan hidup,
mengalir ke seluruh bagian tubuh melalui kumpulan jaringan pembuluh darah. Darah
memiliki fungsi penting bagi kesehatan manusia. Salah satunya memasok zat-zat penting ke
seluruh tubuh seperti hormon, oksigen, dan gula.
Selain itu, darah juga berperan dalam membuang limbah dari tubuh. Namun, perlu diketahui
bahwa darah terdiri dari kombinasi beberapa komponen dengan masing-masing peran yang
berbeda. Penasaran apa saja komponen yang melengkapi darah dan apa saja fungsinya?
Simak penjelasannya di sini!
Komponen Darah Beserta Fungsi Pentingnya
Secara keseluruhan, komponen darah manusia terdiri atas plasma darah, sel darah merah, sel
darah putih, serta trombosit (keping darah/platelet). Nah, berikut adalah penjelasan dari setiap
komponen dan fungsinya, yaitu:
Plasma
Komponen darah cair disebut dengan plasma, yakni campuran antara air, gula, lemak,
protein, dan garam. Plasma adalah komponen darah yang berperan dalam mengangkut sel-sel
darah ke seluruh tubuh bersama dengan berbagai zat lain. Misalnya seperti nutrisi, antibodi,
zat protein pembekuan, hormon, hasil limbah tubuh, serta protein yang membantu menjaga
keseimbangan cairan tubuh.
Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang paling melimpah dalam darah. Sebab, sel
tersebut terhitung sekitar 40 sampai 45 persen dari volumenya. Secara sederhana, eritrosit
berbentuk seperti ‘donat’ tapi tanpa lubang di tengahnya. Produksi sel darah merah
dikendalikan oleh eritropoietin, yaitu hormon yang diproduksi oleh ginjal.
Namun, eritrosit tidaklah memiliki nukleus layaknya sel tubuh kebanyakan, sehingga dapat
dengan mudah berubah bentuk.
Kondisi tersebut memudahkannya untuk menyesuaikan diri melalui berbagai pembuluh darah
di tubuh. Akan tetapi, tidak adanya nukleus juga membuat kehidupan sel darah merah
terbatasi ketika mengalir melalui pembuluh darah terkecil. Sebab, hal ini dapat merusak
membran sel darah merah dan menghabiskan energinya. Umumnya, rata-rata sel darah merah
hanya bertahan selama 120 hari sejak terbentuk.
Sel darah merah mengandung protein khusus yang disebut sebagai hemoglobin. Hemoglobin
sendiri berperan penting dalam membantu mengalirkan oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh dan kemudian mengembalikan karbon dioksida dari tubuh ke paru-paru, sehingga dapat
dihembuskan. Selain itu, hemoglobinlah yang membuat darah tampak merah.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi penting dalam melindungi tubuh dari infeksi. Namun,
sel darah putih jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan sel darah merah, yaitu
hanya terhitung sekitar satu persen dari total darah keseluruhan pada tubuh. Sementara itu,
jenis sel darah putih yang paling umum adalah neutrofil, yang merupakan sel dengan respon
‘cepat’ dan menyumbang 55 hingga 70 persen total jumlah sel darah putih. Setiap neutrofil
hidup kurang dari sehari, sehingga sumsum tulang akan terus-menerus memproduksinya agar
dapat mempertahankan perlindungan dari infeksi.
Selain neutrofil, jenis utama sel darah putih lainnya adalah limfosit yang memiliki dua
populasi utama. Populasi yang pertama adalah limfosit T yang berperan dalam membantu
mengatur fungsi sel kekebalan lainnya. Tak hanya itu, limfosit T juga berperan secara
langsung menyerang berbagai sel tumor yang terinfeksi.
Populasi kedua adalah limfosit B yang berperan dalam membuat antibodi dalam bentuk
protein khusus. Protein tersebut nantinya akan secara khusus menargetkan virus, bakteri dan
mikroorganisme lainnya.
Trombosit
Trombosit atau platelet tidaklah seperti sel darah merah atau putih. Sebab, trombosit
sebenarnya bukan sel, melainkan fragmen sel yang lebih kecil. Komponen darah yang satu ini
berperan dalam membantu proses pembekuan darah atau koagulasi. Proses tersebut terjadi
dengan berkumpulnya trombosit di area cedera atau luka, dengan menempel pada lapisan
pembuluh darah yang terluka. Proses tersebut akan menghasilkan bekuan fibrin yang
berfungsi untuk menutupi luka dan mencegah darah bocor keluar.
Selain itu, fibrin juga berperan dalam membantu pembentukan struktur awal jaringan baru,
sehingga dapat mempercepat penyembuhan. Namun, apabila kadar trombosit terlalu tinggi
dari batas normal, hal ini dapat menyebabkan pembekuan yang berlebihan. Akibatnya, risiko
stroke dan serangan jantung dapat meningkat.