Anda di halaman 1dari 6

1427

Jurnal Produksi Tanaman


Vol. 6 No. 7, Juli 2018: 1427 – 1432
ISSN: 2527-8452

PENYERBUKAN PADA BUNGA SEMANGKA (Citrullus vulgaris) SEBAGAI


UPAYA PEMBENTUKAN BENIH UNGGUL
POLLINATION IN WATERMELON FLOWER (Citrullus vulgaris) AS THE
EFFORT TO PRODUCE SUPERIOR SEED
Khaton Fajar Setyawan*), Afifuddin Latif Adiredjo dan Sumeru Ashari

Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University


Jl. Veteran Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia
*)
E-mail: khatonfajars@gmail.com

ABSTRAK ABSTRACT

Buah semangka banyak digemari karena Watermelon is popular because it tastes


rasanya yang manis dan segar. Benih sweet and fresh. Seed is one component in
merupakan salah satu komponen dalam the cultivation of plants that are key to the
budidaya tanaman yang merupakan kunci success of farming. Time pollination also
keberhasilan usaha tani. Waktu determine the success of the seed
penyerbukan menentukan keberhasilan production. This study aimed to determine
produksi benih semangka. Penelitian ini the effect of time of pollination on seed yield
bertujuan untuk mengetahui pengaruh and quality and to determine the right time
waktu penyerbukan terhadap hasil dan to pollinate watermelon plant. It was
kualitas benih serta untuk mengetahui conducted January to April 2016 in the land
waktu yang tepat dalam melakukan PT. East West Seed Indonesia, District
penyerbukan buatan pada tanaman Pakusari, Jember. The study was
semangka. Penelitian dilaksanakan bulan conducted with a randomized block design
Januari sampai bulan April pada lahan PT. (RAK). Treatment in the form of pollination
East West Seed Indonesia di Desa Seputih, time is at 6:00 to 7:00 am (W1), at 9:00 to
Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember. 10:00 am (W2), at 12:00 to 13:00 pm (W3).
Penelitian dilakukan dengan Rancangan The results showed that the time of
Acak Kelompok (RAK). Perlakuan berupa pollination significant effect on the
waktu penyerbukan yaitu pukul 06.00-07.00 percentage of successful pollination,
WIB (W1), pukul 09.00-10.00 WIB (W2), planting fruit weight, fruit diameter, number
pukul 12.00-13.00 WIB (W3). Hasil of seed planting, seed weight of dry planting,
penelitian menunjukkan bahwa waktu seeds pithy percentage, weight of 1000
penyerbukan memberikan pengaruh nyata seeds, water content, germination and
terhadap persentase keberhasilan polinasi, germination simultaneity.
bobot buah pertanaman, diameter buah,
jumlah benih pertanaman, bobot benih Keywords: Watermelom, Pollination Time,
kering pertanaman, persentase benih Seed Quality, Result Seed.
bernas, bobot 1000 biji, keserempakan
perkecambahan dan daya berkecambah. PENDAHULUAN

Kata kunci: Semangka, Waktu Penyerbukan, Buah semangka banyak digemari


Kualitas Benih, Hasil Benih. karena rasanya yang manis dan segar.
Benih merupakan salah satu komponen
dalam budidaya tanaman yang merupakan
kunci keberhasilan usaha tani. Benih hibrida
ialah benih yang berasal dari persilangan
1428

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 7, Juli 2018, hlm. 1427 – 1432

antara dua tetua yang berbeda secara dan bunga yang diserbuki terletak pada
genetik. Materi genetik yang digunakan ruas ke 13 sampai 20. Penyerbukan
dalam persilangan harus berasal dari tetua dilakukan selama 8 hari.
yang unggul, dalam hal ini yaitu tetua betina Bahan yang digunakan untuk
sebagai sumber putik dan tetua jantan penelitian terdiri dari bahan tanam bibit
sebagai sumber serbuk sari. Viabilitas semangka induk jantan dan induk betina
serbuk sari yang digunakan akan dan bahan yang digunakan dalam proses
mempengaruhi viabilitas benih yang budidaya ialah mulsa plastik hitam perak,
dihasilkan (Widiastuti dan Palupi, 2008). pupuk NPK, dolomit, insektisida, fungisida,
Jika tidak dilakukan pada waktu anthesis kertas koran, sedotan, dan benang penanda
bunga yang optimum dapat menyebabkan berwarna merah, biru, ungu. Peralatan yang
kegagalan penyerbukan dan pembuahan digunakan untuk penelitian berupa cangkul,
baik alami maupun buatan dan gembor, sabit, pinset, nampan plastik, roll
mengakibatkan kegagalan produksi buah meter, timbangan, sprayer, gunting, alat
serta pembentukan benih. tulis, stapler, penggaris, plakat nama, dan
Efektifitas penyerbukan sangat kamera digital. Pengamatan yang dilakukan
ditentukan oleh kualitas sumber daya yaitu persentase keberhasilan polinasi,
manusia penyerbuk serta jumlah berapa bobot buah pertanaman, diameter buah,
yang harus diserbukkan. Sementara itu, jumlah benih pertanaman, bobot benih
waktu penyerbukan juga menentukan kering pertanaman, persentase benih
keberhasilan produksi. Penyerbukan untuk bernas, bobot 1000 biji, keserempakan
pembentukan buah dan biji menjadi perkecambahan dan daya berkecambah..
penentu tinggi rendahnya produksi Data yang didapatkan di analisis dengan
semangka. Keberhasilan penyerbukan analisis ragam (uji F) taraf 5%, bila
dipengaruhi oleh kematangan dari bunga menunjukkan pengaruh nyata dilanjutkan
jantan dan bunga betina itu sendiri. Masa dengan uji BNT dengan taraf 5 %.
kematangan stigma dan polen pada
sebagian besar tumbuhan bunga terjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam waktu singkat, yaitu antara 1-3 hari.
Bahkan ada beberapa jenis tumbuhan , Keberhasilan Polinasi
masa kematangan stigma dan polen hanya Hasil analisis ragam menunjukkan
terjadi dalam beberapa jam saja (Heslop- adanya perbedaan nyata pada waktu
Harrison dan Heslop-Harrison, 1970). Oleh penyerbukan terhadap persentase
karena itu, diperlakukan waktu yang tepat keberhasilan polinasi (Tabel 1).
untuk melakukan penyerbukan buatan. Penyerbukan yang dilakukan pada W1 dan
pada W2 menghasilkan persentase
BAHAN DAN METODE keberhasilan polinasi yang tidak berbeda
nyata. Pernyerbukan pada W3
Penelitian dilaksanakan pada lahan memperlihatkan persentase keberhasilan
PT. East West Seed Indonesia di Desa polinasi yang berbeda nyata dengan
Seputih, Kecamatan Pakusari, Kabupaten perlakuan yang lain.
Jember dengan ketinggian tempat sekitar
200 m dpl dan suhu rata-rata harian 19o- Tabel 1 Persentase Keberhasilan Polinasi
32oC. Penelitian dilakukan pada bulan
Perlakuan Keberhasilan polinasi (%)
Januari sampai bulan April 2016. Penelitian
W1 62,76 b
dilakukan dengan Rancangan Acak W2 62,50 b
Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 ulangan W3 18,72 a
dan 3 perlakuan. Perlakuan berupa waktu BNT 5% 6,01
penyerbukan yaitu pukul 06.00-07.00 WIB
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf kecil
(W1), pukul 09.00-10.00 WIB (W2), pukul yang berbeda pada kolom
12.00-13.00 WIB (W3). Setiap perlakuan menunjukkan berbeda nyata
terdiri dari 12 tanaman contoh sehingga dengan uji BNT pada Taraf 5%.
untuk setiap ulangan terdiri dari 36 tanaman
1429

Setyawan, dkk, Penyerbukan Pada Bunga Semangka…

Hal tersebut diduga karena dengan pertambahan diameter dan panjang


reseptivitas stigma bunga semangka telah buah. Adanya pembesaran sel
mencapai kondisi optimum pada pagi hari. mengakibatkan ukuran sel yang baru lebih
Suhu rendah diduga memberikan besar dari sel induk. Pertambahan ukuran
kesehatan atau kesegaran kepala putik sel menghasilkan pertambahan ukuran
maupun polen sehingga cocok untuk jaringan, organ dan akhirnya meningkatan
perkecambahan polen. Masa anthesis ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan
dimulai pada sore hari sehingga keesokan maupun berat tanaman tersebut
paginya masa anthesis telah optimal
(Hasanuddin,2013). Tabel 3 Rata-Rata Diameter Buah

Bobot Buah Pertanaman Perlakuan Diameter buah (cm)


Analisis ragam menunjukkan adanya W1 17,78 b
perbedaan nyata pada waktu penyerbukan W2 17,74 b
terhadap bobot buah pertanaman. Nilai rata W3 16,42 a
rata bobot buah pertanaman pada BNT 5% 1,03
penyerbukan yang dilakukan pada W1 tidak
berbeda nyata jika dibandingkan dengan Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf kecil
yang berbeda pada kolom
penyerbukan pada W2. Penyerbukan pada
menunjukkan berbeda nyata
W3 memperlihatkan bobot buah dengan uji BNT pada Taraf 5%.
pertanaman yang berbeda nyata dengan
perlakuan yang lain. (Tabel 2). Jumlah Benih Pertanaman
Hasil yang terbaik didapatkan pada Hasil analisis ragam menunjukkan
waktu penyerbukan dilakukan pukul 06.00- adanya perbedaan nyata pada waktu
07.00 WIB. Viabilitas serbuk sari juga dapat penyerbukan terhadap jumlah benih per
mempengaruhi viabilitas benih yang tanaman. Penyerbukan yang dilakukan
dihasilkan dan serbuk sari dengan viabilitas pada W1 dan pada W2 menghasilkan
yang tinggi akan lebih dulu membuahi sel jumlah benih yang tidak berbeda nyata.
telur, serta menghasilkan buah yang Penyerbukan yang dilakukan pada W3
bermutu baik (Widiastuti dan Palupi, 2008). menunjukkan jumlah benih yang berbeda
nyata dengan perlakuan yang lain.
Tabel 2. Bobot Buah Pertanaman Penyerbukan pada W3 menghasilkan nilai
Perlakuan Bobot buah (g) rata-rata terkecil dibandingkan perlakuan
W1 2,91 b yang lain (Tabel 4). Dari hasil penelitian
W2 2,78 b menunjukkan bahwa respon tertinggi
W3 2,22 a ditunjukkan oleh penyerbukan yang
BNT 5% 0,54 dilakukan pada pukul 06.00-07.00
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf kecil WIB.Semakin banyak jumlah benih yang
yang berbeda pada kolom dihasilkan maka semakin tinggi
menunjukkan berbeda nyata keberhasilan penyerbukan buatan yang
dengan uji BNT pada Taraf 5%. dilakukan.

Diameter Buah Tabel 4 Jumlah Benih Pertanaman


Sidik ragam menunjukkan perbedaan Perlakuan Jumlah benih
yang nyata waktu penyerbukan terhadap W1 124,20 b
diameter buah semangka. Penyerbukan W2 122,22 b
pada W3 menunjukkan diameter buah yang W3 70,79 a
berbeda nyata dengan perlakuan yang lain. BNT 5% 13,6
Penyerbukan pada W1 dan W2 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil
memperlihatkan diameter buah yang tidak yang berbeda pada kolom
berbeda (Tabel 3). menunjukkan berbeda nyata
Menurut Ryugo (1998), bahwa dengan uji BNT pada Taraf 5%.
volume buah akan bertambah seiring
1430

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 7, Juli 2018, hlm. 1427 – 1432

Bobot Benih Pertanaman dibandingkan dengan dua perlakuan yang


Hasil analisis ragam menunjukkan lain. Penyerbukan yang dilakukan pada W1
adanya perbedaan nyata pada waktu menghasilkan bobot 1000 butir tertinggi
penyerbukan terhadap bobot benih kering yaitu 58,2 g (Tabel 6).
pertanaman. Nilai rata rata bobot benih Dari hasil penelitian menunjukkan
pertanaman pada penyerbukan yang bahwa perlakuan waktu penyerbukan
dilakukan pada W1 tidak berbeda nyata jika berpengaruh terhadap persentase benih
dibandingkan dengan penyerbukan yang bernas. Persentase benih bernas yang
dilakukan pada W2. Sementara itu, tinggi didapatkan karena serbuk sari yang
penyerbukan yang dilakukan pada W3 diserbukan dalam jumlah yang banyak dan
memperlihatkan bobot benih pertanaman dalam kondisi viabilitas yang tinggi.
yang berbeda nyata dengan perlakuan yang Penyerbukan yang baik akan menghasilkan
lain (Tabel 5). jumlah biji bernas yang lebih banyak.
Penyerbukan pada W1 dan W2 Menurut Kelly et al (2002), serbuk sari
memiliki nilai bobot benih yang tinggi dapat dilihat dari kualitasnya. Serbuk sari
dibaningkan dengan W3. Penyerbukan dengan viabilitas yang tinggi akan lebih dulu
yang dilakukan lebih awal akan membuahi sel telur dan menghasilkan benih
memperpanjang proses pengisian biji bermutu tinggi, dan dalam produksi benih
sehingga lebih memungkinkan biji untuk diperlukan serbuk sari dengan viabilitas
menimbun lebih banyak bahan kering ke tinggi dan dengan jumlah yang memadai.
dalam biji (Maintang dan M Nurdin, 2013).
Tabel 6 Presentase Benih Bernas dan
Tabel 5 Bobot Benih Pertanaman Bobot 1000 Butir
Perlakuan Bobot benih (g) Perlakuan Benih Bobot 1000
W1 7,14 b bernas(%) butir (g)
W2 7,13 b W1 92,23 b 58,2 b
W3 3,97 a W2 91,38 b 54,71 ab
BNT 5% 0,84 W3 84,51 a 53,58 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil BNT 5% 3,64 3,89
yang berbeda pada kolom Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil
menunjukkan berbeda nyata yang berbeda pada kolom
dengan uji BNT pada Taraf 5%. menunjukkan berbeda nyata
dengan uji BNT pada Taraf 5%.
Presentase Benih Bernas dan Bobot
1000 Butir Daya Perkecambahan dan
Berdasarkan analisis ragam Keserempakan Perkecambahan
menunjukkan adanya perbedaan nyata Hasil analisis ragam menunjukkan
pada waktu penyerbukan terhadap adanya perbedaan nyata pada waktu
persentase benih bernas dan bobot 1000 penyerbukan terhadap persentase
butir. Penyerbukan yang dilakukan pada W1 keserempakan perkecambahan dan
dan pada W2 menghasilkan persentase persentase daya berkecambah.
benih bernas yang tidak berbeda nyata. Penyerbukan yang dilakukan pada W1 dan
Sementara itu, Pernyerbukan pada W3 pada W2 menghasilkan persentase
memperlihatkan persentase benih bernas keserempakan perkecambahan yang tidak
yang berbeda nyata dengan perlakuan yang berbeda nyata. Penyerbukan pada W3
lain. Sidik ragam menunjukkan perbedaan memperlihatkan persentase keserempakan
yang nyata waktu penyerbukan terhadap perkecambahan yang berbeda nyata
bobot 1000 butir. Penyerbukan pada W1 dengan perlakuan yang lain. Jika
menghasilkan bobot 1000 butir yang dibandingkan dengan penyerbukan W1 dan
berbeda jika dibandingkan dengan W2, penyerbukan W3 memiliki nilai yang
penyerbukan pada W3. Penyerbukan yang terendah. Penyerbukan yang dilakukan
dilakukan pada W2 menghasilkan bobot pada W3 menghasilkan nilai sebesar
1000 butir yang tidak berbeda jika 60,25%, sedangkan penyerbukan pada W1
1431

Setyawan, dkk, Penyerbukan Pada Bunga Semangka…

dan W2 menghasilkan nilai sebesar 80,75% Tabel 8 Daya Perkecambahan


dan 79,87%. Sidik ragam menunjukkan Perlakuan Daya Perkecambahan (%)
perbedaan yang nyata waktu penyerbukan W1 82,75 b
terhadap persentase daya berkecambah W2 81 b
benih semangka. Pernyerbukan pada W3 W3 68,12 a
menunjukkan persentase daya BNT 5% 3,3
berkecambah yang berbeda nyata dengan Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil
perlakuan yang lain. Penyerbukan yang yang berbeda pada kolom
dilakukan pada W1 menghasilkan menunjukkan berbeda nyata
persentase daya berkecambah yaitu dengan uji BNT pada Taraf 5%.
82,75%, penyerbukan pada W2
menghasilkan nilai persentase daya KESIMPULAN
perkecambahan 81% dan pernyerbukan
pada W3 menghasilkan persentase daya Dari hasil penelitian dapat
perkecambahan terendah yaitu 68,12% disimpulkan bahwa waktu penyerbukan
(Tabel 7 dan 8). memberikan pengaruh nyata terhadap
Menurut Neppi dan Pacini (1993) persentase keberhasilan polinasi, bobot
menunjukkan bahwa viabilitas serbuk sari buah dalam satu tanaman, diameter buah,
bunga jantan Cucurbita pepo yang masih jumlah benih pertanaman, bobot benih
kuncup sebesar 75%, saat bunga mekar kering pertanaman, persentase benih
meningkat sebesar 92%, kemudian bernas, bobot 1000 biji, keserempakan
viabilitasnya terus menurun setelah bunga perkecambahan dan daya berkecambah.
anthesis menjadi sebesar 10% pada satu Waktu penyerbukan atau polinasi
hari setelah anthesis. Selain itu, benih yang semangka dapat dilakukan dengan optimal
dipanen pada saat tercapainya masak pada pukul 06.00-10.00 WIB.
fisiologis kemudian diikuti pengeringan
matahari atau buatan, memiliki viabilitas DAFTAR PUSTAKA
benih maksimum (Kartika dan Ilyas, 1994).
Selain dari faktor lingkungan, juga didukung Bjorkman, T. 1995. The Effect of Pollen
dengan ketersediaan cadangan makanan di Load and Pollen Grain Competition
dalam benih yang juga sangat menunjang on Fertilization Success and Progeny
dalam proses perkecambahan benih. Benih Performance in Fagopyrum
yang memiliki viabilitas tinggi eculentum. Euphytica 83(1):47-52.
mengindikasikan bahwa benih tersebut Griffin, A.R., dan M. Sedgley. 1989.
mempunyai cukup cadangan makanan di Sexual Reproduction of Tree Crops.
dalam endosperm yang digunakan sebagai Academic Press Inc. Harcourt Brace
sumber energi oleh benih ketika proses Jovanovich Publisher. San Diego,
perkecambahan berlangsung (Lesilolo et al, USA.
2013). Hasanuddin. 2013. Penentuan viabilitas
polen dan Reseptif Stigma pada
Tabel 7 Keserempakan Perkecambahan Melon serta Hubungannya dengan
Perlakuan Keserempakan Penyerbukan dan Produksi Buah.
Perkecambahan (%) Dosen Program Studi Pendidikan
W1 80,75 b Biologi FKIP. Aceh.
W2 79,87 b Heslop-Harrison, J. and Y. Heslop-
W3 65,25 a Harrison. 1970. Evaluation of Pollen
BNT 5% 4,21 Viability by Enzymatically Induced
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil Fluorescence; Intracellular Hydrolysis
yang berbeda pada kolom of Florescein Diacetate. Stain
menunjukkan berbeda nyata Technology. 45(1):115-120.
dengan uji BNT pada Taraf 5%. Kartika, E. dan S. Ilyas. 1994. Pengaruh
Tingkat Kemasakan Benih dan
Metode Konservasi Terhadap Vigor
1432

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 7, Juli 2018, hlm. 1427 – 1432

Benih dan Vigor Kacang Jogo


(Phaseolus vulgaris L.). Buletin
Agronomi. 22(2):44-59.
Kelly, J.K., A. Rasch, and S. Kalisz. 2002.
A Method to Estimate Pollen Viability
from Pollen Size Variation. American
Journal of Botany. 89(6):1021-1023.
Lesilolo, M.K., J. Riry., dan E.A. Matatula.
2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman yang
Beredar di Pasaran Kota Ambon.
Agrologia. 2(1):1-9.
Maintang, Nurdi M. 2013. Pengaruh Waktu
Penyerbukan Terhadap Keberhasilan
Pembuahan Jagung pada Populasi
SATP-2 (S2)C6. Agrilan Jurnal
Agribisnis Kepulauan. 2(2):95-107
Neppi, M., E. Paccini. 1993. Pollination,
Pollen Viabillity and Pistil Receptivity
In Cucurbita peppo. Annals of Botany.
72(6):527-536.
Ryugo, K 1988. Fruit Culture It’s Science
and Art. John Wilwy and Sons Inc.
USA.
Widiastuti, A. dan E.R. Palupi. 2008.
Viabilitas Serbuk Sari dan
Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan
Pembentukan Buah Kelapa Sawit.
Biodiversitas. 9(1):35-38.
Wijaya, S.A., N. Basuki, dan S.L.
Purnamaningsih. 2014. Pengaruh
Waktu Penyerbukan dan Proporsi
Bunga Betina Dengan Bunga Jantan
Terhadap Hasil dan Kualitas Benih
Mentimun (Cucumis sativus L)
Hibrida. Jurnal Produksi Tanaman.
8(3):615-622
Zaman, M.R. 2006. Pollen Germination,
Viability and Tube Growth in Fourteen
Cultivated and Wild Species of
Cucurbit Grown in Bangladesh. J. Life
Earth Science 1(2):1-7.

Anda mungkin juga menyukai