Anda di halaman 1dari 37

Keamanan Vaksin PCV

Dr. Toto Wisnu Hendrarto, dr., Sp.A(K), DTM&H


Wakil Ketua Komite Nasional PP-KIPI
DEFINISI KIPI

Kejadian Ikutan Pasca


Imunisasi (KIPI) adalah
semua kejadian medik yang
terjadi setelah imunisasi,
menjadi perhatian dan
diduga berhubungan
dengan imunisasi.
Dapat berupa gejala, tanda,
hasil pemeriksaan
laboratorium atau penyakit
Pemantauan KIPI yang efektif melibatkan:
Masyarakat atau petugas kesehatan di lapangan
Bertugas melaporkan kepada petugas
kesehatan Puskesmas setempat bila
ditemukan KIPI
Supervisor tingkat Puskesmas
dan Dinkes Kab/Kota
Petugas kesehatan/Kepala
BPOM Puskesmas dan Kabupaten/Kota
Bertanggung jawab terhadap bertugas melengkapi laporan
keamanan vaksin (Farmakovigilans) kronologis KIPI;

Tim KIPI Kab/Kota (Pokja KIPI)


Bertugas menilai dan investigasi KIPI
Komda & Komnas PP-KIPI apakah memenuhi kriteria klasifikasi
Melakukan kajian klasifikasi kausalitas dan penyebab spesifik & melaporkan
melaporkan hasil kajian kepada Menkes kesimpulan investigasi ke Komda PP-
melalui Dirjen P2P KIPI
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Permintaan sebagai saksi ahli dalam
Peran Organisasi Profesi persidangan:
• Pasal 179 (1) KUHAP à Setiap orang yang
dalam KIPI diminta pendapatnya sebagai ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli
demi keadilan
Peran Forensik • Pasal 224 KUHP àBarangsiapa dipanggil
sebagai saksi, ahli atau Juru Bahasa
• Via expertise made by certifying physician menurut UU dengan sengaja tidak
menggubah fakta empirik menjadi memenuhi kewajiban berdasarkan undang
kebenaran ilmiah (medik) = pembuktian yang harus dipenuhinya, diancam: dalam
atau kesaksian. perkara pidana, dengan penjara paling
• Via kiprah profesi mengajukannya untuk lama 9 bulan.
kepentingan keadilan (dan penegakan Peran IDI, IDAI, IBI, PPNI, dll ikut
hukum) à mis assessing physician vs mengatasi:
treating Dokter à komunikator
• Sebagai pembina keilmuan : khususnya
• Via etikolegal (MKEK/MKDKI/MDTK): dalam pembuatan SOP
pemeriksaan salah/benar dalam
• Sebagai sumber pakar seperti Komnas/
professional conduct à imparsialitas
Komda untuk verifikasi-klasifikasi
• Via medikolegal: pembuatan legislasi dan
• Sbg sumber pakar dalam penyelesaian
penyelesaian sengketa dan advokasi
sengketa medik kasus KIPI antara petugas
anggota à specific competency +
imunisasi-keluarga korban.
capacity building
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Penyebab KIPI:
Komponen Vaksin dan Cara Pemberian

Komponen Vaksin Cara Pemberian

• Antigen • Oral
• Stabilizer • Intradermal
• Ajuvan • Subkutan
• Antibiotik • Intramuskular
• Preservasi
DASAR SURVEILANS KIPI
Setiap fasyankes yang menyelenggarakan
Pasal 45 imunisasi, wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan KIPI.
Keamanan, mutu, khasiat vaksin dan safety
PMK 12/2017 Pasal 31 injection à untuk mencegah KIPI

Pasal 32 Melakukan KIE, serta skrining (sehat dan


kontraindikasi)
Pembentukan Komite Independen
(Komnas, Komda, Pokja PP KIPI) à
Pasal 40 Pemantauan dan Penanggulangan melalui:
• Surveilans KIPI dan laman (website)
keamanan vaksin,
• Pengobatan dan perawatan
• Penelitian dan pengembangan
Laporan dugaan KIPI bisa dilaporkan
Pasal 42 masyarakat/petugas kesehatan, ditindaklanjuti dengan
pengobatan/perawatan, investigasi oleh program dan
kajian oleh komite independen. Pembiayaan pengobatan
dan perawatan sesuai peraturan yang berlaku.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


JENIS KIPI

Serius
01 Setiap kejadian medik setelah imunisasi yang menyebabkan rawat
inap, kecacatan, dan kematian, serta yang menimbulkan keresahan
di masyarakat.

Non Serius
Kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi dan tidak
02 menimbulkan risiko potensial pada kesehatan pada
penerima imunisasi. Dilaporkan rutin setiap bulan bersamaan
dengan hasil cakupan imunisasi.
FORM
KIPI
Formulir KIPI, KIPI Serius &
Investigasi dapat diunduh di :
bit.ly/formkipi

keamananvaksin.kemkes.
go.id Form KIPI Form KIPI Form
Non Serius Serius Investigasi

Cara Pencatatan dan Pelaporan KIPI dapat


Tatacara pelaporan melalui
dilakukan melalui:
web keamanan vaksin dapat
dilihat pada Buku Pedoman:
E-mail: komnasppkipi@gmail.com Website: keamananvaksin.kemkes.go.id
bit.ly/jukniswebkipi
ALUR PELAPORAN KIPI NON-SERIUS
Substansi Surveilans PD3I &
KIPI/Komnas PP-KIPI

Setiap tanggal 15

Dinas Kesehatan Provinsi

Setiap tanggal 10
Alur
pelaporan Dinas Kesehatan Kab./ Kota

Umpan balik
Setiap tanggal 5

Faskes
Pelaporan KIPI Non Serius

Saat kunjungan
imunisasi bulan Orangtua/
berikutnya: masyarakat
• Ditanyakan apakah ada memberi
gejala yang timbul setelah informasi kepada
imunisasi sebelumnya?
petugas
• Bila ada, petugas
puskesmas mengisi kesehatan.
formulir KIPI non-serius.
ALUR PELAPORAN KIPI SERIUS
Menteri Kesehatan

Ditjen P2P c.q.


Komnas PP-KIPI Badan POM RI
Subs. PD3I & KIPI
Produsen
24--72 jam
Vaksin
Komda PP-KIPI Dinkes Provinsi Balai POM

~24 jam

Dinkes Kab./ Kota Rumah Sakit

Segera Mengirimkan laporan


Tanggapan
Puskesmas Koordinasi
Kajian
Segera Memberikan laporan
Investigasi
Masyarakat
Pelaporan Pelacakan
Penanggulangan KIPI Serius

Petugas Dinkes Prov dan Kab/Kota


melakukan investigasi ke lapangan. 3
Hasil investigasi segera dilaporkan
ke Komda KIPI Prov, Komnas KIPI Audit KIPI
1 dan Subdit Imunisasi.
Komda KIPI Prov, dan Pokja KIPI
Kab/Kota melakukan audit telaah
Pelaporan Investigasi kasus. Hasil Audit diteruskan ke
Komnas KIPI.
Petugas Imunisasi yang
menerima laporan kasus KIPI Selanjutnya Komnas KIPI akan
dari masyarakat harus langsung melakukan audit telaah dan kajian
melaporkan ke Dinkes Kab/Kota. kausalitas. Hasil audit dilaporkan ke
2 Dirjen P2P cc Menkes RI.
Dinkes Kab/Kota melaporkan ke
Dinkes Prov.
Diperlukan Kajian Independen

Untuk mengkaji efek simpang, diperlukan kajian independen, yang


terpisah dari program imunisasi.

Penilaian sebab akibat (atau hubungan penyebab) memerlukan


suatu tim investigator, termasuk seorang ahli imunologi atau pakar
lain, tergantung pada sifat kejadian ikutan tersebut.

Tim ini biasanya tidak termasuk pejabat dari program imunisasi


nasional, karena mereka dikhawatirkan mempunyai konflik kepentingan
bila harus menyelidiki kejadian ikutan yang berkaitan dengan vaksin.

www.vaccine-safety-training.org
Komite Ahli yang melakukan kajian

Komite Nasional PP-KIPI Komite Daerah PP-KIPI

• Komnas PP-KIPI: • Komda PP-KIPI


àkomite independen yang àkomite independen yang
melakukan pengkajian untuk melakukan pengkajian untuk
penanggulangan laporan KIPI di penanggulangan laporan KIPI
tingkat nasional di tingkat daerah provinsi

• SK dari MenKes RI • SK dari Gubernur/Pimpinan


Provinsi
Klasifikasi KIPI: Berdasarkan Penyebab

2 3 4
1
Reaksi yang terkait Reaksi yang terkait Reaksi kecemasan
Reaksi yang terkait cacat mutu vaksin kekeliruan prosedur terkait imunisasi 5
kandungan vaksin Kejadian Koinsiden
(Vaccine quality imunisasi (Immunization
(Vaccine product- (Coincidental event)
defect-related (Immunization error- anxiety-related
related reaction)
reaction) related reaction) reaction)

CONTOH
CONTOH
Kegagalan pabrik CONTOH
CONTOH
CONTOH vaksin untuk Demam setelah
Vasovagal imunisasi
menginaktivasi Transmisi infeksi
Trombositopenia secara komplit syncope pada (hubungan
melalui vial
pasca pemberian suatu lot vaksin multidosis yang
seorang dewasa sementara) dan
vaksin campak IPV yang muda setelah parasit malaria
terkontaminasi
menyebabkan imunisasi. yang diisolasi dari
polio paralitik darah.
KIPI: Reaksi Vaksin

Terkait produk vaksin

• KIPI yang diakibatkan atau dicetuskan oleh satu atau lebih komponen
yang terkandung di dalam produk vaksin
• Contoh: Pembengkakan luas di tungkai setelah imunisasi DTP.

Terkait cacat mutu vaksin

• KIPI yang disebabkan atau dicetuskan oleh satu atau lebih cacat mutu
produk vaksin, termasuk alat pemberian vaksin yang disediakan oleh
produsen.
• Contoh: Kegagalan yang dilakukan oleh produsen vaksin pada waktu
melakukan inaktivasi lengkap virus polio saat proses pembuatan vaksin
IPV (inactivated polio vaccine) yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
FREKUENSI REAKSI VAKSIN

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Reaksi Vaksin Ringan FR
Reaksi Lokal Reaksi Sistemik
Vaksin
Nyeri, bengkak, merah Demam > 38 oC Rewel, malaise,…
BCG 90-95 % _ _
Dewasa ~15 % _
Hepatitis B 1-6 %
Anak-anak ~ 5 %
Hib 5-15 % 2-10 % -
Campak/MR/MMR ~10 % 5-15 % 5 % (Ruam)
OPV Tidak ada <1% <1%
Pertusis (DTwP) ~ 50 % ~ 50 % ~ 55 %
PCV ~ 20 % ~ 20 % ~ 20 %
Tetanus/DT/aTd ~ 10 % ~ 10 % ~ 25 %
Berikan minum yang banyak
Berikan pakaian yang sejuk dan
Kompres dingin pada lokasi Berikan minum yang
Tatalaksana nyaman
suntikan, Parasetamol Berikan spons hangat banyak
Parasetamol

18
Diagnosis dan Alur Penanganan Anafilaksis

19
Perbedaan Anafilaksis, Respon Akut Stress Umum, dan
Reaksi Vasovagal dengan Syncope
Anafilaksis Respon Akut Stress Umum Reaksi Vasovagal dengan Syncope
Onset Biasanya 5 menit setelah imunisasi, Mendadak, terjadi sebelum, selama Mendadak, terjadi sebelum, selama atau
namun dapat terjadi secara lambat atau segera (<5 menit) setelah segera (<5 menit) setelah imunisasi.
hingga 60 menit imunisasi Dapat timbul setelah 5 menit jika
mendadak berdiri
Kulit Urtikaria, eritema, angioedema, Pucat, berkeringat, dingin Pucat, berkeringat, dingin
pruritus dengan atau tanpa kemerahan,
rasa tertusuk, gatal pada mata
Respiratorik Batuk persisten, napas mengorok, Hiperventilasi Normal hingga napas dalam
bersin. Dalam kondisi berat, dapat
terjadi henti napas
Kardiovaskular Takikardi, Meningkat tekanan darah, Takikardi, normal atau meningkat Bradikardi dengan atau tanpa
henti jantung tekanan darah sistolik penurunan tekanan darah transien
Gastrointestinal Mual, muntah, kram perut Mual Mual, muntah
Neurologis dan Gelisah, agitasi, hilang kesadaran, Ketakutan, pusing, rasa kebas, Kehilangan kesadaran transien, respon
gejala lain respon sedikit Ketika berbaring kelemahan, kesemutan pada bibir, baik Ketika berbaring, dengan atau
spasme pada tangan dan kaki tanpa kejang tonik-klonik
Tatalaksana
Tatalaksana
Setelah diagnosis dan tatalaksana anafilaksis, setiap pasien perlu diobservasi
hingga gejala hilang sepenuhnya

Observasi: 0–72 jam


• Keterlibatan respiratori
• Hipotensi

Edukasi mengenai :
• Penghindaran terhadap agen penyebab yang telah teridentifikasi
• Kemungkinan berulangnya anafilaksis
• Gejala dan tanda klinis yang mungkin muncul di kemudian hari
• Biphasic anaphylaxis: 20% dalam 72 jam
• Penggunaan epinephrine auto-injectors sebagai tata laksana jangka panjang
• Rujuk ke ahli alergi-imunologi
Shaker M, et al. Anaphylaxis—a 2020 practice parameter update, systematic review, and Grading of Recommendations, Assessment, Development and
Evaluation (GRADE) analysis. J Allergy Clin Immunol. 2020
Anagnostou K. Anaphylaxis in Children: Epidemiology, Risk Factors and Management. Curr Pediatr Rev. 2018
Kit Anafilaktik
KIPI: Reaksi terkait kekeliruan prosedur imunisasi

• Kesalahan dalam penyiapan, penanganan, penyimpanan, dan cara pemberian vaksin.

• Dapat menimbulkan KIPI yang bersifat kluster (terjadinya dua atau lebih KIPI yang sama
yang terkait dengan waktu, tempat dan vaksin yang sama).

• KIPI kluster ini sering juga terjadi pada petugas kesehatan, fasilitas kesehatan, dan/atau
vaksin dari vial serta batch yang sama, yang dikelola tidak sesuai dengan SOP atau
terkontaminasi.

• Dampaknya dapat terjadi pada jumlah vial vaksin yang besar, misalnya vaksin membeku
pada saat transportasi dapat menyebabkan peningkatan reaksi lokal.
KIPI: Reaksi terkait kekeliruan prosedur imunisasi (2)
Kesalahan Perkiraan KIPI
Tidak steril Infeksi
• Pemakaian ulang alat suntik / jarum • Abses lokal di daerah suntikan
• Sterilisasi tidak sempurna • Sepsis, sindrom syok toksik
• Infeksi penyakit yang ditularkan lewat darah: hepatitis, HIV
• Vaksin / pelarut terkontaminasi • Abses lokal karena kurang kocok
• Pemakaian sisa vaksin untuk beberapa sesi vaksinasi

Salah pakai pelarut vaksin


• Pemakaian pelarut vaksin yang salah • Efek negatif obat misal insulin
• Memakai obat sebagai vaksin atau pelarut vaksin • Kematian
• Vaksin tidak efektif
Penyuntikan salah tempat
• BCG subkutan • Reaksi lokal / abses
• DPT/DT/TT/Covid-19 kurang dalam • Reaksi lokal / abses
• Suntikan di bokong • Kerusakan Nervus Isiadikus

Transportasi / penyimpanan vaksin tidak benar • Reaksi lokal akibat vaksin beku
• Vaksin tidak aktif (tidak potent)
Mengabaikan indikasi kontra Tidak terhindar dari reaksi yang berat
KIPI: Kecemasan & Koinsieden

Reaksi terkait Kejadian Koinsiden


Kecemasan pada Imunisasi

Terjadi setelah
Fainting Hiperventilasi imunisasi tetapi
tidak disebabkan
oleh vaksin dan
atau cara
pemberian
Muntah Kejang
imunisasi.
Tren Kasus Pneumonia Kab Lombok Barat, NTB
200

180

160

140

120

100

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52

2016 2017 2018

Terjadi tren penurunan signifikan kasus pneumonia di Kabupaten Lombok Barat dari
tahun 2016 hingga 2018 setelah pelaksanaan demonstrasi program imunisasi PCV. Hal
yang serupa juga ditemukan di Kabupaten Lombok Timur. Sumber: Dinkes Prov NTB
PCV13 sudah memiliki profil keamanan

Nafsu makan menurun (48,3%)


Kemerahan (23,1%) Mengantuk (71,5%)
Lokal Sistemik
Bengkak (17,2%) Diare (> 1%)
Nyeri (62,5%) Demam (23,6%)
Hambatan Rewel (85,6 %)
menggerakan tungkai
lengan (10,4%) Ruam (> 1%)
Muntah (> 1%)

Efek simpang PCV13 pada umumnya bersifat ringan. Vaksin ini telah digunakan secara luas sejak tahun
2010 pada program imunisasi nasional di 100 negara. Sumber: package insert Prevnar 13
Studi Keamanan Vaksin: Immunogenicity and Safety of 13-Valent
Pneumococcal Conjugate Vaccine in Infants and Toddlers
PEDIATRICS Volume 126, Number 3, September 2010
Surveilans KIPI Pasif di NTB dan Babel

Tidak ditemukan laporan KIPI


serius selama demonstrasi
program imunisasi PCV di
Provinsi NTB dan Babel tahun
2017 sampai dengan 2020.
Surveilans KIPI Aktif di NTB 2018: % Subjek yang Melaporkan Demam
(Subjek yang Mendapat PCV, Pentabio, dan Polio, n = 544)
Dosis 1, n = 343 Dosis 2, n = 201

TOTAL

Kategori Demam
TOTAL
Kategori Demam

Berat Berat
28 Hari 28 Hari
Sedang Sedang
7 Hari 7 Hari
Ringan Ringan 3 Hari
3 Hari

0 5 10 15 20 0 2 4 6 8 10
n (%) n (%)

Surveilans KIPI Aktif di NTB 2018: % Subjek yang Melaporkan Demam


(Subjek yang Hanya Mendapat PCV, n = 403)

Dosis 1, n = 270 Dosis 2, n = 133

TOTAL TOTAL
Kategori Demam

Kategori Demam
Berat Berat
28 Hari 28 Hari
Sedang 7 Hari Sedang 7 Hari
3 Hari 3 Hari
Ringan Ringan

0 2 4 6 8 10 12 0 5 10 15
n (%) n (%)
Surveilans KIPI Aktif di NTB 2018: % Subjek yang Melaporkan Bengkak
(Subjek yang Mendapat PCV, Pentabio, dan Polio, n = 544)
Dosis 1, n = 343 Dosis 2, n = 201

TOTAL TOTAL

Kategori Bengkak
Kategori Bengkak

Berat Berat
28 Hari 28 Hari
Sedang Sedang
7 Hari 7 Hari
Ringan 3 Hari Ringan 3 Hari

0 10 20 30 40 0 10 20 30 40
n (%) n (%)

Surveilans KIPI Aktif di NTB 2018: % Subjek yang Melaporkan Bengkak


(Subjek yang Hanya Mendapat PCV, n = 403)

Dosis 1, n = 270 Dosis 2, n = 133

TOTAL TOTAL
Kategori Bengkak

Kategori Bengkak
Berat Berat
28 Hari 28 Hari
Sedang Sedang
7 Hari 7 Hari
Ringan 3 Hari Ringan 3 Hari

0 10 20 30 40 50 0 10 20 30 40
n (%) n (%)
Surveilans KIPI Aktif di NTB 2018: % Subjek yang Melaporkan Kemerahan
(Subjek yang Mendapat PCV, Pentabio, dan Polio, n = 544)
Dosis 1, n = 343 Dosis 2, n = 201

TOTAL TOTAL
Kategori Merah

Kategori Merah
Berat Berat
28 Hari 28 Hari
Sedang Sedang
7 Hari 7 Hari
Ringan 3 Hari Ringan 3 Hari

0 20 40 60 80 0 20 40 60 80
n (%) n (%)

Surveilans KIPI Aktif di NTB 2018: % Subjek yang Melaporkan Kemerahan


(Subjek yang Hanya Mendapat PCV, n = 403)

Dosis 1, n = 270 Dosis 2, n = 133

TOTAL TOTAL
Kategori Merah

Kategori Merah
Berat Berat
28 Hari 28 Hari
Sedang Sedang
7 Hari 7 Hari

Ringan 3 Hari Ringan 3 Hari

0 10 20 30 40 50 0 10 20 30 40 50 60
n (%) n (%)
Surveilans KIPI Aktif di NTB 2018: % Subjek yang Melaporkan Nyeri
(Subjek yang Mendapat PCV, Pentabio, dan Polio, n = 544)
Dosis 1, n = 343 Dosis 2, n = 201

TOTAL TOTAL
Kategori Nyeri

Kategori Nyeri
Berat Berat
28 Hari 28 Hari
Sedang Sedang
7 Hari 7 Hari
Ringan 3 Hari Ringan 3 Hari

0 20 40 60 80 100 0 2 4 6 8 10
n (%) n (%)

Surveilans KIPI Aktif di NTB 2018: % Subjek yang Melaporkan Nyeri


(Subjek yang Hanya Mendapat PCV, n = 403)
Dosis 1, n = 270 Dosis 2, n = 133

TOTAL TOTAL
Kategori Nyeri

Kategori Nyeri
Berat Berat
28 Hari 28 Hari
Sedang 7 Hari Sedang 7 Hari
3 Hari 3 Hari
Ringan Ringan

0 20 40 60 80 100 0 2 4 6 8 10 12
n (%) n (%)
Surveilans KIPI Aktif di NTB 2018: % Subjek yang Melaporkan Rewel
(Subjek yang Mendapat PCV, Pentabio, dan Polio, n = 544)
Dosis 1, n = 343 Dosis 2, n = 201
Kategori Reaksi Rewel

Kategori Reaksi Rewel


TOTAL TOTAL

Berat Berat
28 Hari 28 Hari
Sedang Sedang
7 Hari 7 Hari
Ringan 3 Hari Ringan 3 Hari

0 20 40 60 80 0 20 40 60 80
n (%) n (%)

Surveilans KIPI Aktif di NTB 2018: % Subjek yang Melaporkan Rewel


(Subjek yang Hanya Mendapat PCV, n = 403)
Dosis 1, n = 270 Dosis 2, n = 133
Kategori Reaksi Rewel

TOTAL TOTAL

Kategori Reaksi Lokal


Berat Berat
28 Hari 28 Hari
Sedang 7 Hari Sedang 7 Hari
3 Hari 3 Hari
Ringan Ringan

0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 40
n (%) n (%)
KESIMPULAN
Keamanan vaksin merupakan hal penting dalam menjamin kelangsungan program
imunisasi.

Prosedur pemberian imunisasi yang benar dapat mengurangi resiko KIPI.

KIPI dapat terjadi pada semua vaksin dan harus dilaporkan.

Tenaga medis harus memberikan vaksinasi yang aman dan dapat memberikan
penanganan jika terjadi KIPI.

Tidak ada laporan KIPI serius pada demontrasi program imunisasi PCV-13
konyugasi tahun 2016-2020.

Pemberian imunisasi PCV-13 Konyugasi aman diterapkan pada Program Imunisasi


Nasional.

Anda mungkin juga menyukai