Epidemologi Analitik Adalah Epidemiologi Analitik Menguji Hipotesis Dan Menaksir
Epidemologi Analitik Adalah Epidemiologi Analitik Menguji Hipotesis Dan Menaksir
Sakit
Tidak terpajan
prospektif
Tidak Sakit
prospektif
SEKARANG LAMPAU
Mengunyah
Kanker mulut
tembakau
Populasi
Referens sampel Tidak
(bebas sakit) Kanker mulut
Pengukuran Efek
1. Insiden Rate (IR)
Group terpapar (Exposure) IE=a/a+b
Group tak terpapar(Non-Exposure) IO=c/c+d
2. Resiko Relatif (RR)
Resiko Relatif RR=IE/IO=a/(a+b):c/(c+d)
Resiko Relatif
1) Estimasi besarnya hubungan antara faktor pemapar dan penyakit
2) Menunjukan kekerapan munculnya pada group terpapar relatif di
bandingkan dengan group tidak terpapar
Interpretasi RR :
1) RR=1, berarti asosiasi/ hubungan faktor resiko dan penyakit
2) RR>1, berarti ada asosiasi positif antara faktor resiko dengan penyakit
(Penyebab)
3) RR<1,berarti ada asosiasi negatif antara faktor resiko dan
penyakit(pencegah)
b. Penelitian Kasus Control (Case Control Study)
Penelitian kasus kontrol merupakan penelitian yang membandingkan kelompok
kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Pemilihan subyek
berdasarkan status penyakitnya, apakah mereka menderita (group kasus) atau
tidak(group control) untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek
mempunyai riwayat terpapar atau tidak.
Desain Penelitian Kasus Kontrol :
Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)
Kasus
(kelompok dengan kondisi )
Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)
Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)
Kontrol
(kelompok dengan kondisi )
Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)
Retrospektif
SEKARANG LAMPAU
Pengukura Efek:
1. Proporsi kasus yang terpapar
Pc = a/ (a+b)
Proporsi control yang terpapar
PC = c/ (c+d)
2. Odds Ratio (OR) adalah Estimasi Resiko relative (RR)
OR = (axd) / (bxc)
Interpretasi OR :
1) RR=1, berarti asosiasi/ hubungan faktor resiko dan penyakit
2) RR>1, berarti ada asosiasi positif antara faktor resiko dengan penyakit
(Penyebab)
3) RR<1,berarti ada asosiasi negatif antara faktor resiko dan
penyakit(pencegah)
Kasus Control Kohort
Kekuatan Kekuatan
Relatif cepat dan mahal Baik untuk evaluasi pemaparan yang
Optimal untuk kejadian yang jarang, jarang
misalnya kanker organ spesifik Mempelajari multiple pemaparan
Relatif efesien,memerlukan sampel yang Mendapat incidance rate
kecil Mudah mendapatkan hubungan temporal
Sedikit masalah pengurangan periode Bias seleksi kexil
investigasi dan beberapa subjek menolak Dapat menemukan penyakit lain/multiple
kerja sama efek dari suatu exposure
Kelemahan Kelemahan
Inefesiensi untuk pemaparan jarang Inefesiensi untuk penyakit yang jarang
Tidak dapat incidence rate Tidak selalu layak jangka panjang
Sulit mendapatkan hubungan temporal Mahal dan menyita waktu
Bias seleksi berpeluang besar Jumlah sample sangat besar
Sangat sulit memperoleh informasi bila Rentan dengan hilangnya subjek
priode terlalu lama Rentan dengan perubahan
individu,lingkungan,tipe intervensi
Masalah etika
JENIS PENELITIAN ANALITIK
a) Penelitian Kohort
Penelitian cohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah penelitian non eksperimen yang
paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor resiko dengan efek. Seperti telah diuraikan
sebelumnya penelitian cohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek melalui pendekatan longitudinal kedepan. Artinya,
faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu, kemudian diikuti kedepan secara prospektif
timbulnya efek.
Dalam penelitian ini akan dibagi 2 kelompok, yaitu kelompok resiko dan kelompok tanpa resiko,
kemudian kedua kelompok diikuti sampai batas waktu tertentu untuk menentukan ada tidaknya
efek yang diteliti.subyek yang dipilih dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
penelitian.
Pemantauan sederhana ini sifatnaya deskriptif akan tetapi pada umunya penelitaian bersifat
analitik, yakni mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dan variabel
tergantung (efek).
Kesimpulan hasil penelitian ini akan membandingkan proporsi subyek yang menjadi efek positif
antara kelompok subyek yang diteliti dengan faktor resiko positif dengan kelompok subyek
dengan faktor resiko negatif (kontrol).
Sakit
terpajan
Sakit
Tidak terpajan
prospektif
Tidak Sakit
1. Kohor prospektif
penelitian non eksperimen yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor resiko
dengan efek. Seperti telah diuraikan sebelumnya penelitian cohort adalah suatu penelitian yang
digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek melalui pendekatan
longitudinal kedepan. Artinya, faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu, kemudian diikuti
kedepan secara prospektif timbulnya efek.
Sakit
Tidak
Mengunyah
Tidak Sakit
tembako
Dalam merencanakan penelitian prospektif, harus dibuat rancangan analisisnya agar
orang dapat mengetahui analisis yang dilakukan oleh peneliti sehingga mudah dilakukan
evaluasi terhadap hasil penelitian. Secara skematis, analisis dan perhitungan yang akan
dilakukan sebagai berikut.
Insiden Penyakit
Sakit Tak Sakit Jumlah
Positif + (a) - (b) a+b
Pemajanan Negatif + (c) - (d) c+d
Jumlah a+c b+d N
Case Control
Penelitian case control adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana variabel
bebas/faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retropektif. Dengan kata lain
efek/variabel tergantungnya diidentifikasi saat ini, kemudian faktor resiko diidentifukasi adanya
atau terjadinya pada waktu lalu. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)
disease
tidakTerpajan
Retrospektif
(dengan karakteristik atau faktor resiko)
Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)
disease
tidakTerpajan
Retrospektif
(dengan karakteristik atau faktor resiko)
SEKARANG LAMPAU
Tahap pertama, yang dilakukan yaitu mengidentifikasi variabel dependent (efek) dan variabel
independent (faktor resiko)
Jumlah subyek yang diteliti untuk dapat membuktikan hubungan tersebut perlu ditentukan
sebelum penelitian dimulai.
Pada dasarnya untuk penelitian kasus kontrol jumlah subyek yang akan diteliti bergantung
kepada :
a) Berapa besar densitas faktor resiko pada populasi. Hal ini penting terutama bila kontrol
diambil dari populasi. Kalau jumlah sampel yang diambil sebagai resiko terlalu kecil atau
terlalu besar, maka kemungkinan pejanan resiko kasus dan kontrol hampir sama dan
diperlukan sampel yang besar untuk mengetahui perbedaannya.
b) Derajat kemaknaan yang diinginkan, biasanya dipilih = 5%
c) Perbadingan antara kasus dan kontrol, yaitu dengam mengambil kontrol lebih banyak jumlah
kasus bisa dikurangi.
d) Apakah pemilihan kontrol dimatching atau tidak.
Tahap ketiga, dengan melakukan identifikasi kasus, yaitu anak balita yang menderita malnutrisi.
Yang dimaksud kasus disini adalah anak balita yang memenuhi kriteria malnutrisi yang
ditetapkan, misalnya berat per umurnya kurang dari 75 % standart harvard. Kasus diambil dari
populasi yang telah ditetapkan.
Tahap keempat, adalah pemilihan subyek sebagai kontrol, yaitu pasanmgan ibu-ibu dengan anak
balita mereka. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan pada kesamaan karakteristik subyek
kasus. Misalnya ciri-ciri masyarakatnya, sosila ekonominya, letak geografinya dan sebagainya.
Pada kenyataannya memang sulit untuk memilih kelompok kontrol yang mempunyai
karakteristik yang sama dengan kelompok kasus. Oleh sebab itu sebagian besar ciri-ciri tersebut
kiranya dapat dianggap mewakili.
Pemilihan konrol memberi masalah yang lebih besar daripada pemilihan kasus, karena kontrol
semata-mata ditentukan oleh peneliti, sehingga sangat terancam oleh bias. Yang perlu
ditekankan adalah bahwa kontrol harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus sehingga
baik kasus maupun maupun kontrol mempunyai propbability yang sama untuk terpajan oleh
faktor resiko
a) Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama. Misalnya kasus adalah semua pasien
dalam populasi tertentu sedangkan kontrolnya diambil secara acak dari populasi sisanya.
Bisa juga dari yang sudah ditentukan sebelumnya yang lebih kecil.
b) Matching. Cara kedua untuk mendapatkan kontrol yang baik adalah dengan melakukan
matching yaitu memilih kontrol yang mempunyai karakter yang sama dengan kasus dalam
semua variabel yang mungkin berperan sebagai faktor resiko tetapi yang tidak diteliti.
Apabila matching dilakukan dengan baik, maka pelbagai jenis variabel yang mungkin
berperan terhadap kejadian penyakit (kecuali yang sedang diteliti) dapat disamakan,
sehingga didapatkan assosiasi yang lebih kuat antara variabel yang sedang diteliti dengan
penyakit. Tekhnik ini mempunyai keuntuingan lain yaitu subyek penelitian yang diteliti
menjadi lebih sedikit. Akan tetapi jangan sampai terjadi overmatching yaitu melakukan
matching terhadap variabel yang mempengaruhi pejanan faktor resiko, sehingga akan
didapatkan resiko relatif yang terlalu rendah. Terlalu banyak faktor yang disamakan juga
menyebabkan kesulitan untu mencari kontrol.
c) Cara lain ialah dengan memilih lebih dari satu kelompo kontrol. Karena sukar mencari
kelompok kontrol yang benar-benar sebanding maka dapat dipilih lebih dari satu kelompok
kontrol yang berbeda lokasi dan demogfrafinya yang tidak terlalu berbeda jauh. Tetapi bila
didapatkan perbedaan yang cukup besar antara kedua kelompok tersebut, maka berarti
salah satu atau kedua hasil tersebut tidak sahih( terdapat bias) dan perlu diteliti dimana
letak biasnya.