Anda di halaman 1dari 14

Hal-hal Krusial RPP Pengupahan

Materi ini hanya sebagai dasar pemikiran, belum menjadi dasar aturan rujukan.

Sesuai Amanat UU Cipta Kerja


Adi Mahfudz Wuhadji
➢ Wakil Ketua DEPENAS RI
➢ Anggota LKS TRIPNAS RI
➢ Ketua Bidang OKP DPN APINDO
➢ Ketua Komtap KHI Kadin Indonesia
➢ Ketua Umum KOPBI Indonesia
➢ Ketua DP BPP ABUJAPI
➢ Senior HIPMI
➢ CEO EGP Group

“Jiwa manusia tidak berkembang karena upah


tetapi berkembang karena pekerjaan yang menghasilkan upah.”
E D U A R D D O U W E S D E K K E R ( M U LTAT U L I )
1/2 Aturan Pengupahan yang diubah oleh UU 11/2020
➢ Hanya terdapat Upah Minium Berdasarkan Wilayah, yaitu Upah Minimum Provinsi dan Upah Minimum Kabupaten/Kota.
➢ Penetapan Upah Minimum tidak lagi berdasarkan KHL, didasarkan oleh besaran makro (PE atau Inflasi) dengan menggunakan Formula
Aturan Perhitungan Upah Minimum.
➢ Pengaturan Upah pada Usaha Mikro dan Kecil dikecualikan dari Upah Minimum, yang besarannya disepakati harus diatas persentase tertentu
Pengupahan
dari rata-rata konsumsi.
UU ➢ Upah dapat dibayarkan secara perjam
➢ Tugas dan Fungsi Dewan Pengupahan

Substansi Pokok Dalam UU Cipta Kerja


1) Kebijakan Pengupahan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. 2) Upah Minimum Provinsi (UMP) WAJIB ditetapkan oleh Gubernur,
3) Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) DAPAT ditetapkan oleh Gubernur. Penetapan UMK dengan menggunakan syarat tertentu
Substansi yaitu pertumbuhan ekonomi daerah atau inflasi daerah serta harus lebih tinggi dari UMP. 4) UMP dan UMK ditetapkan berdasarkan
kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan. 5) Kenaikan Upah Minimum dihitung dengan menggunakan formula perhitungan upah
Pokok
UU No. UU
minimum yang memuat variabel pertumbuhan ekonomi atau inflasi. 6) Bagi usaha mikro dan kecil berlaku upah berdasarkan
kesepakatan antara pengusaha dan pekerja di perusahaan, sekurang kurangnya sebesar persentase tertentu dari rata-rata
konsumsi masyarakat. 7) Pengusaha WAJIB menyusun struktur dan skala upah.
11/2020
& RPP Amanat UU Cipta Kerja dengan PP
1. Kebijakan pengupahan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
2. Upah berdasarkan satuan waktu dan/atau satuan hasil.
Amanat 3.
4.
Tata cara penetapan UMP dan UMK serta syarat tertentu UMK.
Upah bagi usaha mikro dan kecil.
RPP 5. Struktur dan skala upah.
6. Tata cara pembentukan, komposisi keanggotaan, tata cara pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan, serta tugas dan tata
kerja dewan pengupahan.

Proses Penyusunan RPP Pengupahan


❖ Kemnaker telah menyampaikan surat kepada Menko Perekonomian untuk izin prakarsa ke Presiden.
❖ Pembahasan internal Kemnaker dalam rangka penyusunan draft awal RPP
❖ Pembahasan secara tripartite dengan (SP/SB, Asosiasi Pengusaha, KL Terkait) pada tanggal 23 Oktober 2020;
Proses ❖ Berdasarkan Draft RPP Pengupahan yang telah disusun dan hasil pembahasan Triparti Depenas melakukan serangkaian pembahasan guna meberikan
masukan kepada Pemerintah berupa Draft RPP Pengupahan Versi Depenas.
RPP ❖ Melaksanakan komunikasi publik (Uji Sahih) dengan stakeholder (Dinas, Praktisi Hukum, Akademisi, Kementerian/Lembaga, Organisasi Internasional).
❖ Pemerintah melakukan penyempurnaan Draft RPP Pengupahan yang kemudian akan di bahas secara Lintas Kementerian terkait sebelum diserahkan
Kepada Kemenko Ekon.
Hal-hal Krusial dalam RPP Pengupahan
2/2 Hal-hal1. 1. Adjusting (Penyesuaian) UM
Krusial2. 2. Setting (Penetapan) UM
RPP 3. 3. Upah Terendah Bagi Usaha Mikro Kecil
4. 4. Upah Per-Jam Terendah
5. 5. Dewan Pengupahan

Penetapan UM sesuai Amanat UUD 1945


Amanat ❖ UUD 45 Pasal 27 ayat(2), Tiap-tiap warga negara berhak atas penghidupan yg layak bagi kemanusiaan
UUD ❖ UU Ciptaker Pasal 88 ayat (1), Setiap pekerja/buruh berhak atas penghidupan yg layak bagi kemanusiaan
1945
UU No. ❖ Penetapan UM, salah satu instrumen kebijakan pemerintah dalam rangka mewujudkan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan dari sisi pekerja (dimensi ekonomi)
11/2020
& RPP Definisi Upah Minimum
UU Ciptaker Pasal 88E ayat (1)
“Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam pasal 88C ayat (1) dan (2) berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja
Definisi kurang dari 1 (satu) tahun pada perusahaan yang bersangkutan”

UM Definisi Konseptual:
Upah Minimum adalah upah terendah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai bentuk perlindungan terhadap pekerja/buruh
di suatu wilayah.

Setting & Ajusting UM


Adjusting (Penyesuaian)
Bagi Provinsi atau Kab/Kota yang sejauh ini telah menetapkan UM (UU Ciptaker pasal 191 a mengamanatkan untuk
Setting menggunakan UM yang telah ada ini sebagai baseline bagi adjusting nilai UM pada tahun2 berikutnya)
UM Setting (Penetapan)
- Bagi Kab/Kota yang selama ini Tidak/Belum menetapkan UM dan ingin mulai menetapkan UM
- Bagi Provinsi atau Kab/Kota baru (pemekaran wilayah)
1 PENYESUAIAN UPAH MINIMUM
Bagi Provinsi atau Kab/Kota yang sejauh ini telah menetapkan UM

Prinsip Dasar Penyesuaian


bagi Existing UM
Acuan Penyesuaian UM
dalam UU Ciptaker Upah Layak dan Kisaran UM
❖ Mengurangi kesenjangan UM Menurut Pasal 88C ❖ Nilai UM di suatu wilayah seharusnya ditetapkan sesuai dengan kondisi
antar wilayah kesejahteraan wilayah tersebut.
ayat 5) → UMK > UMP
❖ Menahan laju pertumbuhan UM
❖ Kondisi kesejahteraan suatu wilayah dapat diukur dengan tingkat
di wilayah-wilayah yang ayat 6) → menggunakan
konsumsi masyarakat.
pencapaian UM nya relatif tinggi data yang bersumber dari
dibanding standar hidup di ❖ Jika UM ditetapkan terlalu tinggi maka implementasinya di lapangan akan
wilayah tersebut
lembaga yang berwenang
menjadi upah efektif. Sebaliknya jika ditetapkan terlalu rendah kurang
❖ Memacu laju pertumbuhan UM di bidang statistik berdampak bagi penurunan angka kemiskinan di suatu wilayah.
di wilayah-wilayah yang capaian Menurut pasal 88D ❖ Rumah tangga pekerja bisa dikatakan “hidup layak” jika rata-rata
UM nya relative rendah
dibanding standar hidup di ayat 1) → dihitung konsumsi per kapita anggota rumah tangganya sama atau lebih tinggi
menggunakan formula dari rata-rata konsumsi penduduk dimana pekerja tersebut tinggal.
wilayah tersebut
penghitungan UM ❖ Dengan demikian rata-rata konsumsi rumah tangga di suatu wilayah,
dapat dijadikan sebagai patokan dalam menghitung batas atas UM.
Sesuai dengan amanat UU ayat 2) → menggunakan
Ciptaker pasal 88C ayat (6), ❖ UM juga harus bisa menjamin bahwa rumah tangga pekerja bukan
standar hidup di suatu wilayah variable pertumbuhan
merupakan rumah tangga miskin. Untuk memastikan rumah tangga
dihitung dengan menggunakan ekonomi ATAU inflasi pekerja tidak jatuh ke jurang kemiskinan praktek di berbagai negara
data yang bersumber
dari lembaga yang berwenang di ayat 3) → formula biasanya menggunakan patokan 50% dari rata-rata konsumsi rumah
bidang statistik (digunakan penghitungan diatur dalam tangga. Angka ini juga merupakan salah satu indikator yang
standar/patokan rata-rata nilai direkomendasikan di dalam SDGs. Dengan demikian angka ini dapat
konsumsi penduduk di masing-
PP dijadikan patokan dalam menghitung batas bawah UM.
masing wilayah)
BATAS BAWAH DAN BATAS ATAS UM
Garis
Konsumsi
Ranah
FORMULA PENYESUAIAN UM
Penduduk ❖ Pasal 88D ayat (2) → menggunakan
Upah Layak
variable pertumbuhan ekonomi ATAU
Batas Atas (BA) UM inflasi
❖ Guna mengurangi kesenjangan antar
Ranah UM wilayah maka existing UM yang masih
❖ Jika existing UM masih berada di
𝐵𝐵 = 50% × 𝐵𝐴 ranah UM maka masih bisa berada di bawah batas atas (BA) UM,
dilakukan penyesuaian dg disesuaikan dari tahun ke tahun
Batas Bawah Formula Penyesuaian UM
(BB) UM ❖ Jika existing UM sudah berada di
menggunakan formula matematika:
ranah upah layak maka sesuai dg 𝐵𝐴 𝑡 − 𝑈𝑀 𝑡
Garis 𝑈𝑀 𝑡+1 = 𝑈𝑀 𝑡 + 𝑀𝑎𝑥 %𝑃𝐸(𝑡) , %𝑖𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖(𝑡) × × 𝑈𝑀 𝑡
pasal 90A UU Ciptaker diserahkan 𝐵𝐴 𝑡 − 𝐵𝐵 𝑡
Kemiskinan ke mekanisme bipartit di
perusahaan
❖ Dalam hal UM sudah lebih tinggi dari Batas Atas
(BA), maka menggunakan formula matematika:
𝑈𝑀 𝑡+1 = 𝑈𝑀 𝑡
PENGGUNAAN DATA DALAM FORMULA PENYESUAIAN UM
❖ Dalam menentukan Batas Atas dan Batas Bawah, menggunakan data wilayah sesuai dengan tingkat administrasinya baik level provinsi ataupun
kabupaten/kota:
➢ Data rata2 konsumsi penduduk tersedia pada level provinsi maupun Kabupaten/Kota.
➢ Data tersebut menggambarkan kondisi taraf hidup secara akurat untuk setiap level administratif.
❖ Dalam perhitungan penyesuaian nilai UM baik level provinsi maupun Kabupaten/Kota, menggunakan data pertumbuhan ekonomi atau inflasi tingkat provinsi:
➢ Data Inflasi tersedia untuk seluruh level provinsi tetapi untuk level kabupaten/kota hanya tersedia di 90 Kab/Kota.
➢ Data Pertumbuhan Ekonomi Kab/Kota cenderung bersifat tidak stabil, dalam hal suatu wilayah didominasi oleh salah satu sektor maka pertumbuhan
ekonomi wilayah tersebut cenderung hanya mencerminkan peningkatan sektor tersebut. Dilain sisi ketersediaan data pertumbuhan ekonomi
kabupaten/kota tidak tersedia data yang termutakhir (terdapat Lag Data).
CONTOH PENYESUAIAN UM: DKI JAKARTA
Garis Ranah Upah Layak Diketahui dari publikasi BPS:
Konsumsi 𝑅𝑎𝑡𝑎2 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖/𝐾𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎 2020 = Rp. 2.156.112
Penduduk 𝑅𝑎𝑡𝑎2 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑅𝑇 2020 = 4,3
𝑅𝑎𝑡𝑎2 𝐴𝑅𝑇 𝐵𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 2020 = 1,8 𝐵𝐴 𝑡 − 𝑈𝑀 𝑡
UMP 2020 = Rp. 4.276.350 𝑈𝑀 𝑡+1 = 𝑈𝑀 𝑡 + 𝑀𝑎𝑥 %𝑃𝐸(𝑡) , %𝑖𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖(𝑡) × × 𝑈𝑀 𝑡
Batas Atas (BA) 𝐵𝐴 𝑡 − 𝐵𝐵 𝑡
PE 2020 = 6,01%
UM 𝑅𝑎𝑡𝑎2 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖/𝐾𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎 𝑡 ×𝑅𝑎𝑡𝑎2 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑅𝑇 𝑡
(BA) 𝑈𝑀 2021 = 𝑅𝑎𝑡𝑎2 𝐴𝑅𝑇 𝐵𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑡 Rp. 5.150.712 − Rp. 4.276.350
Ranah UM Rp. 2.156.112 × 4,3 𝑈𝑀 2021 = 𝑅𝑝. 4.276.350 + 6,01% × × 𝑅𝑝. 4.276.350
= Rp. 5.150.712 − Rp. 2.575.356
1,8
= Rp. 𝟓. 𝟏𝟓𝟎. 𝟕𝟏𝟐 = 𝑅𝑝. 4.276.350 + 2,04% × 𝑅𝑝. 4.276.350
Batas Bawah = 𝑅𝑝. 4.276.350 + 2,04% × 𝑅𝑝. 4.276.350
𝐵𝐵 𝑈𝑀 2021 = 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑡𝑎𝑠 𝑡+1 × 50%
(BB) UM = 𝑅𝑝. 4.276.350 + 𝑅𝑝. 87.286
Garis
= Rp. 5.150.712 × 50%
Kemiskinan = Rp. 𝟐. 𝟓𝟕𝟓. 𝟑𝟓𝟔 = 𝑅𝑝. 4.363.636

CONTOH PENYESUAIAN UM: KOTA SUKABUMI


Garis Ranah Upah Layak Diketahui dari publikasi BPS:
Konsumsi 𝑅𝑎𝑡𝑎2 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖/𝐾𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎 2020 = Rp. 1.557.065
Penduduk 𝑅𝑎𝑡𝑎2 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑅𝑇 2020 = 4,1
𝑅𝑎𝑡𝑎2 𝐴𝑅𝑇 𝐵𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 2020 = 1,6 𝐵𝐴 𝑡 − 𝑈𝑀 𝑡
UM𝐾 2020 = Rp. 2.530.184 𝑈𝑀 𝑡+1 = 𝑈𝑀 𝑡 + 𝑀𝑎𝑥 %𝑃𝐸(𝑡) , %𝑖𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖(𝑡) × × 𝑈𝑀 𝑡
Batas Atas (BA) 𝐵𝐴 𝑡 − 𝐵𝐵 𝑡
PE Prov 2020 = 5,36%
UM 𝑅𝑎𝑡𝑎2 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖/𝐾𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎 𝑡 ×𝑅𝑎𝑡𝑎2 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑅𝑇 𝑡
(BA) 𝑈𝑀 2021 = 𝑅𝑎𝑡𝑎2 𝐴𝑅𝑇 𝐵𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑡
Ranah UM Rp. 1.557.0 6 5 × 4,1
= Rp. 3.989.979 − Rp. 2.530.184
1,6
𝑈𝑀 2021 = 𝑅𝑝. 2.530.184 + 5,36% × × 𝑅𝑝. 2.530.184
= Rp. 𝟑. 𝟗𝟖𝟗. 𝟗𝟕𝟗 Rp. 3.989.979 − Rp. 1.994.989
Batas Bawah = 𝑅𝑝. 2.530.184 + 3,92% × 𝑅𝑝. 2.530.184
𝐵𝐵 𝑈𝑀 2021 = 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑡𝑎𝑠 𝑡+1 × 50%
(BB) UM = 𝑅𝑝. 2.530.184 + 𝑅𝑝. 103.088
Garis
= Rp. 3.989.979 × 50%
Kemiskinan = Rp. 1.994.989 = 𝑅𝑝. 2.629.383
2 PENETAPAN UPAH MINIMUM BARU
• Bagi Kab/Kota yang pertama kali menetapkan UM
• atau Provinsi/Kab/Kota Pemekaran
Acuan Penetapan UM
dalam UU Cipta Kerja
Penetapan dan Penyesuaian UM
bagi Wilayah PEMEKARAN
Formulasi Syarat Tertentu bagi
bagi Perhitungan UMK Pertama Kali
Pasal 88C 1) Rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 3 (tiga) tahun
1) Gubernur wajib menetapkan upah
minimum provinsi. 1) Untuk tahun pertama UM wilayah pemekaran ≝ terakhir (sesuai dengan data yang tersedia) di
2) Gubernur dapat menetapkan upah UM wilayah Induknya kabupaten/kota tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-
minimum kabupaten/kota dengan rata pertumbuhan ekonomi provinsi; ATAU
syarat tertentu. 𝑈𝑀𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑟𝑢 1 = 𝑈𝑀𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑢𝑘 1
3) Upah minimum sebagaimana
2) Selama 3 (tiga) tahun terakhir (sesuai dengan data
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan berdasarkan kondisi yang tersedia) nilai pertumbuhan ekonomi dikurangi
ekonomi dan ketenagakerjaan. 2) Untuk tahun kedua dan seterusnya digunakan inflasi di kabupaten/kota tersebut selalu positif dan
4) Syarat tertentu sebagaimana rumus penyesuaian
lebih tinggi dari nilai di tingkat provinsinya.
dimaksud pada ayat (2) meliputi
𝐵𝐴 𝑡 − 𝑈𝑀 𝑡
ekonomi daerah atau inflasi pada 𝑈𝑀 𝑡+1 = 𝑈𝑀 𝑡 + 𝑀𝑎𝑥 𝑖𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖%, 𝑃𝐸% 𝑡 × × 𝑈𝑀 𝑡
𝐵𝐴 𝑡 − 𝐵𝐵 𝑡
kabupaten/kota yang bersangkutan. Catatan:
5) Upah minimum kabupaten/kota Data bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) statistik.
harus lebih tinggi dari upah minimum
provinsi. Catatan:
Selama di wilayah baru belum
Catatan:
UMK yang telah ada akan tetap berlaku
tersedia data Inflasi atau
sampai dengan nilai UMP melebihi nilai Pertumbuhan Ekonominya maka nilai
UMK.
Dalam hal Kab/kota tersebut telah UM nya mengikuti nilai UM wilayah
memenuhi persyaratan tertentu penetapan
UMK meskipun nilai UMP belum melebihi
induknya
nilai UMK, maka Kab/Kota tersebut dapat
melakukan penyesuain nilai UMK.
FORMULA PENETAPAN UM PERTAMA KALI
PPP merupakan variabel ekonomi
𝑃𝑃𝑃 𝐾𝑎 𝑏Τ𝐾 𝑜𝑡𝑎 𝐴𝑣𝑔 3 𝑡ℎ𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑎ℎ𝑖𝑟
𝑈𝑀𝐾F1 = × 𝑈𝑀𝑃𝑡
𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑟𝑜𝑣 𝐴𝑣𝑔 3 𝑡ℎ𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑎ℎ𝑖𝑟
Variabel ketenagakerjaan berkaitan
(1 − 𝑇𝑃𝑇 𝐾𝑎𝑏/𝐾𝑜𝑡𝑎 ቁ dengan kesempatan kerja 𝑼𝑴𝑲 𝐅𝟏 + 𝑼𝑴𝑲 𝐅𝟐 + 𝑼𝑴𝑲 𝐅𝟑
𝑡 𝑼𝑴𝑲 =
𝑈𝑀𝐾F2 = × 𝑈𝑀𝑃𝑡 𝒕
𝟑
(1 − 𝑇𝑃𝑇 𝑃𝑟𝑜𝑣 𝑡 ቁ
Variabel ketenagakerjaan berkaitan
𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑏/Kota (𝑡) dengan kemampuan perusahaan
𝑈𝑀𝐾F3 = × 𝑈𝑀𝑃𝑡
𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑣 𝑡 CONTOH PENGHITUNGAN UM: MANGGARAI BARAT (NTT)
𝑃𝑃𝑃 𝐾𝑎𝑏/𝑘𝑜𝑡𝑎 𝐴𝑣𝑔 3 𝑡ℎ𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑎ℎ𝑖𝑟
𝑃𝑃𝑃 𝐾𝑎𝑏. 𝑀𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑖 𝐵𝑎𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑣𝑔 3 𝑡ℎ𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑎ℎ𝑖𝑟 = 0,972 𝑈𝑀𝐾F1 = × 𝑈𝑀𝑃2020
𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑟𝑜𝑣 𝐴𝑣𝑔 3 𝑡ℎ𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑎ℎ𝑖𝑟
𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑟𝑜𝑣 𝐴𝑣𝑔 3 𝑡ℎ𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑎ℎ𝑖𝑟 = 0,824 0,972
𝑈𝑀𝑃 𝑁𝑇𝑇2020 = 𝑅𝑝. 1.950.000 = 0,824 × 𝑅𝑝. 1.950.000 = Rp. 2.299.725
(1 − 𝑇𝑃𝑇 𝐾𝑎𝑏/𝑘𝑜𝑡𝑎 2020 )
𝑈𝑀𝐾F2 = × 𝑈𝑀𝑃2020
𝑇𝑃𝑇 𝐾𝑎𝑏. 𝑀𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑡2020 = 1,61% (1 − 𝑇𝑃𝑇 𝑃𝑟𝑜𝑣 2020 )
(1−1,61%)
𝑇𝑃𝑇 𝑃𝑟𝑜𝑣 𝑁𝑇𝑇2020 = 2,85% = (1−2,85%) × 𝑅𝑝. 1.950.000 = Rp. 1.976.637
𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑈𝑝𝑎ℎ Ka bΤK ota (2020)
𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑏. 𝑀𝑎𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑖 𝐵𝑎𝑟𝑎𝑡 (2020) = 𝑅𝑝. 1.700.000 𝑈𝑀𝐾F3 = × 𝑈𝑀𝑃2020
𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑈𝑝𝑎ℎ Prov 2020
𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑈𝑝𝑎ℎ Prov. 𝑁𝑇𝑇 (2020) = 𝑅𝑝. 1.401.818 𝑅𝑝.1.700.000
𝑈𝑀𝑃 𝑁𝑇𝑇2020 = 𝑅𝑝. 1.950.000 = 𝑅𝑝.1.401.818 × 𝑅𝑝. 1.950.000 = Rp. 2.364.786

𝑈𝑀𝐾F1 = Rp.2.299.725
Rp.2.299.725 + Rp.1.976.637 + Rp. 2.364.786
𝑈𝑀𝐾F2 = Rp.1.976.637 𝑼𝑴𝑲 2021 = = Rp. 𝟐. 𝟐𝟏𝟑. 𝟕𝟏𝟔
𝑈𝑀𝐾F3 = Rp. 2.364.786 3
3 UPAH TERENDAH
BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL
UM DALAM SISTEM PENGUPAHAN INDONESIA
Kaitz Indeks Indonesia Tahun 2010 s/d 2017
2,50

2,00 UM dibanding Median Upah pada sektor Informal

1,50

1,00

0,50

0,00
Source : Minimum Wage Policy Guide; Data 2015 (ILO)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
✓ Ideal Kaitz Index: 0.4 ~ 0.6
UM (High income country) Memperhatikan data tersebut, maka kemampuan Usaha Mikro
Kaitz Index = dan Kecil akan sangat berat
Median Upah
✓ Indonesia satu2nya negara
dengan Kaitz Index > 1 9
TUJUAN PENGATURAN UPAH BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL PENGGUNAAN RATA-RATA KONSUMSI
1) Memperhatikan data yang ada, maka usaha Mikro dan Kecil akan sulit untuk 1) Penggunaan nilai rata-rata konsumsi penduduk per kapita per bulan dilakukan
membayar upah sebesar UM yang berlaku. Hal tersebut menyebabkan dengan pertimbangan bahwa nilai tersebut merupakan besaran nilai dari
Pekerja/Buruh pada usaha Mikro dan Kecil tidak terlindungi dengan program keseluruhan barang dan jasa yang umum (mayoritas) dikonsumsi oleh penduduk
Jaminan Sosial. di suatu wilayah (provinsi) baik komponen makanan dan non makanan.
2) Perlu adanya pengaturan agar upah yang disepakati bagi Pekerja/Buruh pada
usaha Mikro dan Kecil tidak terlalu rendah, sehingga mereka dapat memenuhi 2) Nilai rata-rata konsumsi penduduk Rata-rata
kebutuhan hidupnya. yang dipublikasikan oleh BPS tersebut,
telah memperhatikan perubahan pola
3) Pekerja/Buruh pada usaha Mikro dan Kecil dapat menjadi peserta program Jaminan konsumsi penduduk.
Sosial yang iurannya dibayarkan secara bersama oleh pengusaha dan
pekerja/buruh. 3) Nilai rata-rata konsumsi
menggambarkan taraf hidup umum
4) Sebagai bentuk peran pemerintah terhadap perlindungan Pekerja/Buruh pada terhadap barang dan jasa yang di
usaha Mikro dan Kecil. konsumsi oleh penduduk di suatu
5) Sebagai salah upaya pemerintah untuk pengentasan kemiskinan. wilayah.

PENGATURAN UPAH BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DALAM UU CK PERHITUNGAN UPAH TERENDAH USAHA MIKRO DAN KECIL
Pasal 90B Upah Terendah Usaha Mikro Kecil(t+1)
1) Ketentuan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88C = Sekurang - kurangnya 50% Rata2 Konsumsi Perkapita(t) dan 25%>GK
ayat (1) dan ayat (2) dikecualikan bagi Usaha Mikro dan Kecil. Catatan:
1. Rata-rata konsumsi juga telah Rata-rata
2) Upah pada Usaha Mikro dan Kecil ditetapkan berdasarkan memperhatikan taraf hidup umum 50% Rata2 Konsumsi

kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/ buruh di perusahaan. penduduk pada suatu wilayah.
2. 50% merupakan kisaran nilai terendah
3) Kesepakatan upah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang- namun layak bagi seorang untuk dapat
bekerja.
kurangnya sebesar persentase tertentu dari rata-rata konsumsi 3. Penggunaan nilai ini dimaksudkan untuk Garis
masyarakat berdasarkan data yang bersumber dari lembaga yang mendorong seseorang agar dapat keluar
Kemiskinan

berwenang di bidang statistik. dari lingkaran kemiskinan karena nilainya


lebih tinggi dari Garis Kemiskinan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai upah bagi Usaha Mikro dan Kecil diatur 4. harus menghasilkan nilai upah sekurang-
dalam Peraturan Pemerintah. kurangnya sebesar 25% di atas garis
kemiskinan.
CONTOH PENGHITUNGAN UPAH TERENDAH BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL
Upah Terendah Peresentase Selisih
RATA-RATA
Garis Bagi Usaha 25% > Garis 50% Rata2 Peresentase
KONSUMSI Upah Terendah
Kemiskinan Mikro dan Kecil Kemiskinan Konsumsi dengan RATA-RATA Selisih 50%
PROVINSI PER KAPITA
(50%) Garis Kemiskinan KONSUMSI PER
Garis Bagi Usaha 25% > Garis
Rata2 Konsumsi
Kemiskinan Mikro dan Kecil Kemiskinan
A B C D E PROVINSI KAPITA
(50%)
dengan Garis
Kemiskinan
A × 50% B × 125% (C – B) / B

BALI 1.387.154 443.070 693.577 553.838 57% A B C D E


A × 50% B × 125% (C – B) / B
NUSA TENGGARA BARAT 1.029.451 417.730 514.726 522.163 23%
ACEH 993.433 570.462 496.717 713.078 -8%
NUSA TENGGARA TIMUR 750.693 494.388 375.347 617.985 -24%
SUMATERA UTARA 1.063.964 549.033 531.982 686.291 3%
KALIMANTAN BARAT 1.080.370 500.131 540.185 625.164 8%
SUMATERA BARAT 1.164.879 469.551 582.440 586.939 4%
KALIMANTAN TENGAH 1.287.201 471.684 643.601 589.605 36%
RIAU 1.233.245 573.222 616.623 716.528 8%
KALIMANTAN SELATAN 1.250.362 503.748 625.181 629.685 24%
JAMBI 1.068.987 500.720 534.494 625.900 -3%
KALIMANTAN TIMUR 1.617.640 665.970 808.820 832.463 21%
SUMATERA SELATAN 958.819 710.634 479.410 888.293 2%
KALIMANTAN UTARA 1.455.947 714.492 727.974 893.115 2%
BENGKULU 1.096.350 616.743 548.175 770.929 -4%
SULAWESI UTARA 1.150.789 395.983 575.395 494.979 45%
LAMPUNG 929.024 680.401 464.512 850.501 -7%
SULAWESI TENGAH 983.641 489.881 491.821 612.351 0,4% KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG 1.509.974 412.902 754.987 516.128 6%
SULAWESI SELATAN 1.022.418 363.361 511.209 454.201 41%
KEPULAUAN RIAU 1.778.150 401.771 889.075 502.214 44%
SULAWESI TENGGARA 1.021.290 366.063 510.645 457.579 39%
DKI JAKARTA 2.156.112 487.173 1.078.056 608.966 58%
GORONTALO 1.002.864 371.201 501.432 464.001 35%
JAWA BARAT 1.266.877 428.175 633.439 535.219 53%
SULAWESI BARAT 841.013 354.993 420.507 443.741 18%
JAWA TENGAH 956.403 527.777 478.202 659.721 19%
MALUKU 1.002.239 558.222 501.120 697.778 -10%
DI YOGYAKARTA 1.339.726 570.462 669.863 713.078 38%
MALUKU UTARA 1.026.090 488.764 513.045 610.955 5%
JAWA TIMUR 1.036.177 549.033 518.089 686.291 21%
PAPUA BARAT 1.368.510 629.738 684.255 787.173 9%
BANTEN 1.426.382 469.551 713.191 586.939 35%
PAPUA 1.214.718 611.115 607.359 763.894 -1% 11
4 UPAH PER- JAM TERENDAH
TUJUAN PENGATURAN UPAH PER-JAM
1) Pekerjaan paruh waktu pada era digital saat ini sudah menjadi keniscayaan yang tidak
PERHITUNGAN UPAH PER-JAM TERENDAH
1. Upah berdasarkan satuan waktu ditetapkan secara per jam, harian atau bulanan
2. Upah per jam terendah dihitung menggunakan formula penghitungan sebagai
dapat dipungkiri lagi keberadaannya. Hal tersebut terlihat yang jumlahnya terus meningkat
berikut:
khususnya pada sektor non-manufacturing.
Berdasarkan data Sakernas, pada tahun 2017 tercatat terdapat 24,674 Juta pekerja Paruh 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
Upah per jam Terendah =
Waktu yang jumlahnya terus meningkat hingga 28,405 Juta pekerja Paruh Waktu pada 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 52 ∶12
tahun 2019 (naik 15% dalam 2 tahun).
Penjelasan:
Berdasarkan Berita Resmi Statistik yang dipublikasi pada 5 November 2020, menunjukkan Upah Bulanan terendah di perusahaan
pekerja paruh waktu Indonesia tercatat sebesar 33,34 juta atau naik 17%. angka pembagi yang diperoleh dari hasil perkalian Nilai median jam kerja tertinggi dengan 52
2) Mengakomodir tuntutan perubahan zaman. (lima puluh dua) minggu dibagi 12 (dua belas) bulan.
3) Selama ini tidak terdapat pengaturan terhadap pekerja paruh waktu di Indonesia, sehingga Saat ini median jam kerja tertinggi di Indonesia berdasarkan data Sakernas adalah 29 jam.
Penetapan upah secara per jam tidak menghilangkan kewajiban untuk membayar iuran
diperlukan pengaturan yang jelas khususnya bidang pengupahan untuk dapat melindungi
jaminan sosial yang menjadi tanggung jawab pengusaha yang dihitung secara proporsional.
pekerja paruh waktu.

PRINSIP PERHITUNGAN UPAH PER-JAM TERENDAH SIMULASI PENGHITUNGAN UPAH TERENDAH PER JAM
1. Upah Per Jam Terendah bagi pekerja paruh waktu ditetapkan lebih tinggi Upah Terendah
Upah Perjam
Upah Terendah
Upah Perjam
Terendah
Terendah
dibandingkan dengan Upah Minimum Per bulan dari pekerja/buruh yang UM 2020
Bagi Usaha Mikro Upah Perjam
dan Kecil Terendah
Bagi Usaha Mikro UM 2020
Bagi Usaha Mikro & Upah Perjam Bagi Usaha Mikro
Kecil Terendah (UMP) & Kecil
dan Kecil PROVINSI
bekerja sesuai jam kerja normal (8 Jam dalam 1 hari atau 40 Jam dalam 1 PROVINSI (50% atau (UMP)
(50% atau
(50% atau 25%>GK) (50% atau
25%>GK) 25%>GK)
25%>GK)
minggu), dalam rangka: A B C D
A B C D
•Memberikan perlindungan pekerja/buruh terhadap ketidakpastian kerja A/126 B/126 BALI 2.494.000 693.577
A/126
19.794
B/126
5.505
(Job Security); ACEH 3.165.031 713.078 25.119 5.372 2.183.883
SUMATERA UTARA 2.499.423 686.291 19.837 5.141 NUSA TENGGARA BARAT 522.163 17.332 4.144
•Mencegah pengalihan pekerjaan tetap menjadi bentuk pekerjaan paruh SUMATERA BARAT 2.484.041 586.939 19.715 5.581
NUSA TENGGARA TIMUR
1.950.000
617.985 15.476 4.905
2.888.564
waktu. RIAU
2.630.162
716.528 22.925 5.659
KALIMANTAN BARAT 2.399.699 625.164 19.045 4.962
JAMBI 625.900 20.874 5.447 KALIMANTAN TENGAH 2.903.145 693.577 23.041 5.108
2. Ketentuan ini dilengkapi dengan pembatasan waktu kerja minimal selama 2 SUMATERA SELATAN 3.043.111 888.293 24.152 4.658 KALIMANTAN SELATAN 2.877.449 629.685 22.837 4.998
BENGKULU 2.213.604 770.929 17.568 5.687 KALIMANTAN TIMUR 2.981.379 832.463 23.662 6.607
(dua) jam, waktu kerja maksimal dalam satu minggu selama 29 (dua puluh LAMPUNG 2.432.002 850.501 19.302 4.967 KALIMANTAN UTARA 3.000.804 893.115 23.816 7.088
Sembilan) jam dan waktu kerja maksimal dalam satu hari (sesuai dengan KEPULAUAN BANGKA 3.230.024 516.128 25.635 7.050
SULAWESI UTARA 3.310.723 575.395 26.276 4.567
SULAWESI TENGAH 2.303.711 612.351 18.283 4.860
jam kerja yang ditetapkan di perusahaan 7 atau 8 jam). BELITUNG
3.005.460 SULAWESI SELATAN 3.103.800 511.209 24.633 4.057
KEPULAUAN RIAU 889.075 23.853 7.056
SULAWESI TENGGARA 2.552.015 510.645 20.254 4.053
3. Dalam pekerja paruh waktu bekerja lebih dari 29 jam dalam satu minggu DKI JAKARTA 4.276.350 1.078.056 33.939 8.556
GORONTALO 2.788.826 501.432 22.134 3.980
JAWA BARAT 1.810.351 633.439 14.368 5.027 2.678.863
maka berhak atas tarif kelebihan jam kerja yang besarnya 2x upah satu jam. JAWA TENGAH 1.742.015 659.721 13.826 3.986
SULAWESI BARAT
MALUKU 2.604.961
443.741
697.778
21.261
20.674
3.522
5.538
1.704.608 2.721.530
4. Dalam hal pekerja paruh waktu bekerja melebihi jam kerja normal maka DI YOGYAKARTA
1.768.777
669.863 13.529 5.316 MALUKU UTARA
3.134.600
610.955 21.599 4.849
PAPUA BARAT 787.173 24.878 6.247
berlaku upah kerja lembur sebagaimana umumnya.
JAWA TIMUR
BANTEN 2.460.997
686.291
713.191
14.038
19.532
4.248
5.660 PAPUA 3.516.700 763.894 27.910 12
6.063
5
TUPOKSI
DEWAN PENGUPAHAN
DEPENAS DEPEPROV DEPEKAB/KOTA
Advisory Saran dan pertimbangan kepada Saran dan pertimbangan kepada Gubernur: Saran dan pertimbangan kepada
Pemerintah Presiden qq Menaker: 1. memberikan saran dan pertimbangan kepada Gubernur Walikota/Bupati:
1. memberikan saran dan pertimbangan dalam rangka: 1. memberikan saran dan pertimbangan kepada
dalam bentuk rekomendasi kepada a) penetapan Upah Minimum Provinsi; Bupati/Walikota dalam rangka:
b) penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota; dan a) pengusulan Upah Minimum
Pemerintah dalam hal:
c) penerapan sistem pengupahan di tingkat Provinsi; dalam Kabupaten/Kota;
a) Penyusunan dan pengembangan sistem rangka melaksanakan saran dan pertimbangan, Depeprov b) penerapan sistem pengupahan di tingkat
pengupahan nasional; berkoordinasi dengan Depenas. kabupaten/kota. Dalam rangka
b) Perumusan kebijakan pengupahan. 2. menyiapkan bahan perumusan pengembangan sistem melaksanakan saran dan pertimbangan,
2. Melakukan monitoring pelaksanaan pengupahan berbasis produktivitas untuk disampaikan Depekab/Depeko dapat berkoordinasi
kebijakan pengupahan pada seluruh skala kepada Depenas. dengan Depeprov
usaha dalam rangka menyusun saran dan 3. memberikan saran dan masukan kepada Dewan Pengupahan 2. dalam hal diperlukan Depekab/Depeko dapat
pertimbangan dalam bentuk rekomendasi Nasional dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagaimana berkoordinasi dengan Depenas.
kepada Pemerintah. dimaksud pada ayat (1). 3. memberikan saran dan masukan kepada
3. Melakukan supervisi dan koordinasi dengan 4. melakukan monitoring pelaksanaan sistem pengupahan Dewan Pengupahan Provinsi sesuai tupoksinya.
berbasis produktivitas guna mendukung peningkatan daya 4. melakukan monitoring penerapan sistem
Depeprov dan Depekab/Depeko.
saing ekonomi dan ketenagakerjaan pada seluruh skala usaha pengupahan berbasis produktivitas guna
4. pengembangan Peta jalan Pengupahan di tingkat provinsi serta dalam rangka menyusun saran dan mendukung peningkatan daya saing ekonomi
Nasional berbasis Produktivitas pada pertimbangan dalam bentuk rekomendasi kepada Pemerintah. dan ketenagakerjaan pada seluruh skala
seluruh sektor dan skala usaha. 5. Melakukan supervisi dan/atau koordinasi dengan usaha di tingkat kabupaten/kota serta dalam
Depekab/Depeko yang dapat dilakukan bersama dengan rangka menyusun saran dan pertimbangan
Depenas. dalam bentuk rekomendasi kepada Pemerintah.

Supervisi 1. Melakukan supervisi pengupahan di usaha 1. Melakukan supervisi pengupahan di usaha Mikro, 1. Melakukan supervisi pengupahan di
penerapan Mikro, Kecil, Menengah dan Besar untuk Kecil, Menengah dan Besar mendapatkan informasi usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar
regulasi mendapatkan informasi terkait penerapan terkait penerapan regulasi Pengupahan untuk mendapatkan informasi terkait
Pengupahan regulasi Pengupahan 2. Menerima saran dan masukan terkait isu-isu penerapan regulasi Pengupahan
2. Menerima saran dan masukan terkait isu- pengupahan serta penerapannya 2. Menerima saran dan masukan terkait isu-
isu pengupahan serta penerapannya isu pengupahan serta penerapannya
Sistem Pengembangan Peta jalan Pengupahan Pengembangan Peta jalan Pengupahan Provinsi Pengembangan Peta jalan Pengupahan
Pengembangan Kabupaten/Kota berbasis Produktivitas
Pengupahan Nasional berbasis Produktivitas Industri berbasis Produktivitas Industri Mikro, Kecil,
berbasis Mikro, Kecil, Menengah dan Besar Menengah dan Besar Industri Mikro, Kecil, Menegah dan Besar
Produktivitas

Anggota Komposisi 2:1:1 Komposisi 2:1:1 Komposisi 2:1:1


1. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas rutin, Depenas, Depeprov, dan Depekab/Depeko dibantu oleh Sekretariat; Dalam dewan Pengupahan harus terdapat pihak yang dapat
2. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas teknis Depenas & Depeprov, dibantu oleh Tim Penunjang Teknis; mewakili kepentingan Sektor Usaha Mikro dan Kecil. 13
3. Tim Penunjang Teknis bertujuan untuk menyediakan data, informasi dan analisis terkait pengupahan dalam rangka perumusan saran dan pertimbangan kepada pemerintah.
“MASA DEPAN adalah milik mereka yang menyiapkan HARI
INI”

MATURSUWUN

Anda mungkin juga menyukai