Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK 8

SKB 3 Menteri Tahun 2021

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan “Kapita Selekta Pendidikan Islam”

DISUSUN OLEH :

Eti Sapitri 12110124830

Wini Fatmawati 12110122434

Dosen Pengampuh : Hj. Nurzena Zen, S. Ag., M. Ag.

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEMESTER 2 KELAS E

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyusun makalah yang berjudul “SKB 3 Menteri Tahun 2021” tepat waktu sesuai dengan
waktu yang telah diberikan dan ditentukan. Shalawat serta salam tidak lupa pula kita
hadiahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita selaku umatnya
dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulis sangat merasa bersyukur, karena telah dapat menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas dalam mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam yang dibimbing langsung
oleh Ibu Hj. Nurzena Zen, S. Ag., M. Ag. selaku dosen pengampuh. Disamping itu, kami
banyak mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah bersedia membantu selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu kami mengharapkan dan menghargai kritik serta saran yang
membangun dari pembaca. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 07 Maret 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Lahirnya SKB 3 Menteri ........................................................................................ 3


B. Isi SKB 3 Menteri Tahun 2021 tentang Seragam Sekolah .................................... 4
C. SKB 3 Menteri Tahun 2021 dalam Toleransi Beragama di Lembaga
Pendidikan .............................................................................................................. 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 11

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun 2021 menjadi tahun yang menyiksa dan berat bagi seluruh kalangan
masyarakat yang ada di belahan dunia, khususnya Negara Indonesia. Virus Covid-19 yang
terus merajalela sangat berpengaruh terhadap perubahan dan perkembangan bagi dunia baik
di bidang ekonomi, sosial maupun pendidikan. Sehingga para pemerintah perlu melakukan
tindakan dan kebijakan yang tepat dan cepat dalam menangani kasus-kasus yang terjadi
karena dampak dari virus tersebut, dengan harapan supaya tidak semakin larut dalam
kesengsaraan dan keterpurukan yang bisa saja terjadi. Tindakan dan kebijakan
tersebut ditetapkan demi keberlangsungan Negara Republik Indonesia.

Seperti halnya pada tahun 1975, telah diterbitkan sebuah Surat Keputusan bersama 3
Menteri yang dikeluarkan oleh Menteri dalam Negeri, Menteri Agama, dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Surat keputusan bersama ini tentulah menjadi hal baik pada
masa itu, demi keberlangsungan pendidikan di Negara Indonesia. Dan karena menyikapi
kasus Covid-19 Surat Keputusan Bersama 3 Menteri kembali dikeluarkan pada tahun 2021.

Surat Keputusan Bersama 3 Menteri pada tahun 2021 ini membahas tentang seragam
sekolah. Namun, Surat Keputusan Bersama 3 Menteri tersebut tidak jadi disahkan oleh MA
karena mendapat banyak kritikan dan respon dari beberapa kalangan dan masyarakat. Salah
satunya dari para pejabat yang tidak menyetujui isi keputusan surat tersebut karena dianggap
tidak sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

Munculnya Surat Keputusan Bersama 3 Menteri pada tahun 2021, baik itu yang sudah
diterbitkan atau dibatalkan tentu saja akan menjadi topik dan pembicaraan yang menarik bagi
masyarakat untuk dibahas dan diperbincangkan. Oleh karena itu, untuk kali ini kami akan
membahas serta menganalisa mengenai Surat Keputusan Bersama 3 Menteri pada tahun
2021 ini.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana Lahirnya SKB 3 Menteri?


2) Bagaimana Isi SKB 3 Menteri Tahun 2021 tanteng Seragam Sekolah?

1
3) Bagaimana SKB 3 Menteri Tahun 2021 dalam Toleransi Beragama di Lembaga
Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui Lahirnya SKB 3 Menteri


2) Untuk mengetahui Isi SKB 3 Menteri Tahun 2021 tentang Seragam Sekolah
3) Untuk mengetahui SKB 3 Menteri Tahun 2021 dalam Toleransi Beragama Di
Lembaga Pendidikan

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Lahirnya SKB 3 Menteri

Indonesia memiliki kekayaan sumber daya yang beragam, baik sumber daya alam
maupun sumber daya manusianya. Indonesia, selain memiliki keanekaan ekosistem dan
keanekaragaman hayati, juga memiliki keanekaan atau kebhinekaan suku, bangsa, bahasa,
bahkan agama. Penduduk tahun 2010, perkembangan penduduk Indonesia saat ini mencapai
jumlah 237.556.363 jiwa, yang menempatkan Indonesia pada urutan keempat dunia setelah
Cina, India dan Amerika Serikat. Beragam suku bangsa hidup berdampingan dengan latar
belakang kehidupan yang berbeda, Kondisi geografis, dan tempat tinggal yang berbeda
tersebut menjadikan masyarakat di Indonesia memiliki kehidupan beranekaragam yang
dipengaruhi oleh budaya masing-masing sebagai warisan dari tiap generasi.

Keragaman budaya (multikultural) merupakan peristiwa alami karena bertemunya


berbagai budaya, berinteraksinya beragam individu dan kelompok dengan membawa perilaku
budaya, memiliki cara hidup berlainan dan spesifik. Keragaman seperti keragaman budaya,
latar belakang keluarga, agama, dan etnis tersebut saling berinteraksi dalam komunitas
masyarakat Indonesia. Namun keragaman suku, ras, agama, perbedaan bahasa dan nilai-nilai
hidup yang terjadi di Indonesia sering berbuntut berbagai konflik. Indonesia sebagai Negara
yang majemuk memiliki berbagai keanekaragaman suku, ras, budaya, bahasa dan agama.
Dalam hal agama, Indonesia mengakui beberapa agama, yaitu Islam, Kristen Katolik,
Protestan, Hindu dan Budha. Agama-agama tersebut memiliki prinsip dan keyakinan yang
berbeda. Oleh karena itu, apabila perbedaan tersebut tidak dikelola dengan baik, rawan
menimbulkan persengketaan dan konflik antar agama yang justru bertentangan dengan
prinsip agama itu sendiri yang seharusnya mengajarkan nilai-nilai perdamaian.

Sehingga, karena Negara Indonesia dikenal dengan segala keberagamannya. Maka


diperlukan keputusan dan tindakan dari para pemerintah-pemerintah guna mengatur proses
berjalannya kehidupan bermasyrakat, berbangsa dan bernegara supaya lebih teratur dan
tertata dengan baik dengan harapan tidak terjadi konflik yang tidak diinginkan. Salah satunya
dengan adanya Surat Keputusan Bersama 3 Menteri, yang dibentuk untuk kepentingan dan
kebaikan rakyat-rakyat yang ada di Negara Republik Indonesia.

3
B. Isi SKB 3 Menteri Tahun 2021 tentang Seragam Sekolah

Salah satu kasus yang menarik untuk dibahas adalah adanya pemaksaan penggunaan
atribut pakaian berunsur agama (jilbab) pada siswi SMKN 2 Padang oleh guru dan pendidik
di lingkungan sekolah tersebut. Padahal, siswi tersebut bukanlah penganut keyakinan agama
Islam sehingga wajar jika yang bersangkutan menolak untuk menggunakan jilbab. Adanya
unsur paksaan yang terjadi berulang kali melahirkan konflik dari pihak sekolah dengan pihak
keluarga siswi tersebut. Orang tua dari siswi tersebut tidak menerima bahwa putrinya
diwajibkan menggunakan jilbab. Elianu (Bapak putri tersebut) menjelaskan dirinya dan Jeni
Hia (Siswi) merupakan non-muslim. Mereka mempertanyakan mengapa sekolah negeri
membuat aturan siswi non-muslim mengenakan jilbab. 1

Apabila dilihat dari kacamata moderasi beragama, maka pemaksaan penggunaan


jilbab atau atribut khas agama-agama tertentu, dapat berpotensi menghilangkan nilai-nilai
paham moderat di dalam diri peserta didik. Moderat dalam beragama berarti sebagai
ungkapan bangga akan esensi dari agama atau kepercayaan yang dianutnya. Jika hal tersebut
terjadi maka seakan-akan peserta didik dihalangi cara padang dirinya dalam menentukan
sikap berdasarkan ajaran agamanya karena terbelenggu oleh aturan yang mengharuskan
mengenakan jilbab dengan kekhasan agama tertentu, sehingga kehilangan jati diri. Padahal
moderasi beragama adalah cara pandang yang berada di tengah atau adil dan tidak ekstrim ke
kiri atau ke kanan.

Kehilangan cara pandang tersebut sangatlah berbahaya. Dalam kajian psikologis, anak
usia sekolah adalah masa di mana mereka berupaya untuk mencari jati diri, maka tugas
mereka adalah mengembangkan diri, sehingga peran lembaga pendidikan harus mendorong
mereka ke arah yang lebih baik tanpa ada belenggu aturan yang mengharuskan untuk
mengikuti kebiasaan yang bukan bagian dari kepercayaan atau jati diri mereka. Walaupun
dalam ajaran agama Islam Tuhan kita hanya satu sehingga kita harus berdakwah atau
memberikan pendidikan kepada non-muslim agar kembali ke jalan yang lurus yaitu agama
Islam, akan tetapi perlu juga diingat bahwa Al-Qur’an sendiri di dalam QS. Al-Baqarah ayat

1
Prima Roza, dkk. “Kebijakan Surat Keputusan Bersama 3 Menteri Sebagai Implementasi Pluralisme dan
Multikulturalisme di Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 5, No. 2 (2021), h. 57-58.

4
256 mengatakan bahwa tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Hal ini juga berlaku
bagi aturan yang mewajibkan penggunaan jilbab bercirikan Islam kepada non-muslim.

Apabila lembaga pendidikan berupaya untuk meningkatkan pemahaman religiositas


peserta didiknya ataupun untuk menciptakan ciri khas sekolah tersebut melalui penggunaan
jilbab, dengan demikian bentuk solusi strategis untuk mencapai tujuan tersebut yaitu atribut
yang digunakan harus berdasarkan agamanya sebagai cerminan diri peserta didik dan
memunculkan kebanggaan di dalam dirinya sebagai umat beragama dengan kata lain tidak
memaksakan seragam sekolah dengan kekhasan agama tertentu.

Karena sebenarnya persoalan jilbab tidak dimonopoli oleh umat Islam, dan jika dalam
hal ini sekolah yang menerapkan kebijakan penggunaan jilbab bagi muridnya maka dapat
dianggap sebagai usaha untuk menekankan dan mengamalkan apa yang ada di dalam ajaran
agama. Bahkan jilbab dianggap sebagai simbol kemuliaan seorang perempuan. Namun perlu
diperhatikan bahwa jilbab atau atribut tersebut sesuai dengan bentuk yang diajarkan agama
dan kepercayaan peserta didik. Sehingga solusi yang tepat adalah membebaskan peserta didik
menggunakan atribut penutup kepala atau jilbab sesuai dengan tuntunan agamanya. Dengan
demikian akan terwujud peserta didik yang bersungguh-sungguh menjalankan perintah
agamanya dengan penuh rasa syukur atau memiliki kecerdasan spiritual. Dengan
mengedepankan agama dalam membuat aturan akan melahirkan wajah baru dunia pendidikan
yang tidak hanya mengedepankan ilmu pengetahuan semata akan tetapi juga akhlak dan budi
pekerti yang baik. 2

Hal inilah yang mendorong Pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama 3


(SKB 3) Menteri pada Tahun 2021 sebagai bentuk kerjasama Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Agama dalam mengatur seragam dan
atribut sekolah tanpa kekhususan agama. Hak untuk memakai atribut keagamaan berada
dalam individu, dan individu tersebut adalah guru, murid dan orang tua, bukan menjadi
keputusan sekolah negeri tersebut. Adapun Pemda dan kepala sekolah wajib mencabut
aturan-aturan yang berisikan seragam sekolah dengan kekhususan agama. Adapun tujuan dari
diadakannya SKB 3 ini sendiri untuk meningkatkan toleransi, harmonisasi umat beragama
melalui perlindungan hak sipil dan hak beragama, serta mengukuhkan kerukunan sebagai
bentuk tanggung jawab sosial, agar dunia pendidikan harus menjadi lingkungan yang

2
Muh Iqbal. “Wajah Baru Pendidikan Islam Indonesia: Jilbab, Toleransi, dan SKB 3 Menteri”, Jurnal
Pendidikan, Sosial, dan Agama. Vol. 13 No. 2 (2021), h. 208-209.

5
menyenangkan. Selain itu, hal ini dapat juga membangun sumber daya manusia berkualitas
dan bersifat komprehensif, sekolah mampu membangun moralitas dan integritas, salah
satunya adalah toleransi dalam keberagaman antar sesama, dan sebagai wujud konkret
komitmen pemerintah dalam menegakkan “Bhinneka Tunggal Ika”, membangun karakter
toleransi di masyarakat dan menindak tegas praktik-praktik pada sector pendidikan yang
melanggar semangat kebangsaan. 3

Keputusan Bersama 3 Menteri adalah aturan yang di keluarkan atas kesepakatan


bersama tiga menteri yaitu Menteri dalam Negeri, Menteri Agama, dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan yang berisi tentang enggunaan Pakaian Seragam dan Atribut Bagi Tenaga
Kependidikan di Lingkungan Sekolah yang Diselenggarakan Pemerintah Daerah Pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Keputusan MA ini diambil sebagai bentuk
pengabulan atas permohonan uji materil SKB 3 Menteri yang diajukan oleh Lembaga
Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat. MA menilai SKB tersebut
bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi, misalnya sejumlah pasal dalam UU No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, UU No. 24 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dengan demikian, maka SKB yang sebelumnya telah diputuskan kini tak lagi sah dan
memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Adapun poin-poin penting yang ada di dalam SKB
3 Menteri Tahun 2021 adalah sebagai berikut:

1) Peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan di lingkungan sekolah yang


diselenggarakan pemerintah daerah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
berhak memilih untuk menggunakan pakaian seragam dan atribut:
a) Tanpa kekhasan agama tertentu;
b) Atau dengan kekhasan agama tertentu, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Pemerintah daerah dan sekolah memberikan kebebasan kepada peserta didik,
pendidik, dan tenaga pendidik untuk memilh menggunakan pakaian seragam dan
atribut sebagaimana mestinya.
3) Dalam rangka melindungi hak peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan,
pemerintah daerah dan sekolah tidak boleh mewajibkan, memerintahkan,

3
Op. cit, h. 58.

6
mensyaratkan, mengimbau, atau melarang penggunaan pakaian seragam dan atribut
dengan kekhasan agama tertentu.
4) Pemerintah daerah dan/atau kepala sekolah sesuai dengan kewenanganannya wajib
mencabut peraturan, keputusan, instruksi, kebijakan atau imbauan tertulis terkait
penggunaan pakaian seragam dan atribut di lingkungan sekolah yang dikeluarkan oleh
kepala daerah dan/atau kepala sekolah yang bertentangan dengan SKB ini, paling
lama 30 hari kerja terhitung sejak tanggal SKB ditetapkan.
5) Dalam hal pemerintah daerah dan/atau kepala sekolah tidak melaksanakan ketentuan
dalam SKB ini:
a) Pemda memberi sanksi disiplin bagi kepala sekolah, pendidik, dan/atau tenaga
kependidikan yang bersangkutan sesuai ketentuan perundang-undangan;
b) gubernur sebagai wakil pemerintah pusat memberikan sanksi kepada bupati/wali
kota berupa terguran tertulis dan/atau sanksi lainnya sesuai ketentuan perundang-
undangan;
c) Kemendagri: memberi sanksi pada bupati/wali kota berupa teguran tertulis
dan/atau sanksi lainnya dalam hal gubernur sebagai wakil pemerintah pusat tidak
melaksanakan ketentuan.memberi sanksi pada gubernur teguran tertulis dan/atau
sanksi lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan;
d) Kemendikbud memberikan sanksi pada sekolah yang bersangkutan terkait bantuan
operasional sekolah dan bantuan pemerintah lainnya yang bersumber dari
Kemendikbud sesuai ketentuan perundang-undangan;
e) Kemenag: melakukan pendampingan dan penguatan pemahaman keagamaan dan
praktik beragama yang moderat ke pemda dan/atau sekolah yang bersangkutan;
dan dapat memberi pertimbangan untuk pemberian dan penghentian sanksi
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d;
f) Ketentuan dalam SKB ini dikecualikan untuk peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan yang beragama Islam di Provinsi Aceh, sesuai kekhususan Aceh
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Pemerintah
Aceh. 4

4
Kompas, “6 Point SKB 3 Menteri Soal Seragam Sekolah yang Dibatalkan MA”
https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/08/110000165/6-poin-utama-skb-3-menteri-soal-seragam-sekolah-
yang-dibatalkan-ma, Diakses pada 8 Mei 2021

7
C. SKB 3 Menteri Tahun 2021 dalam Toleransi Beragama di Lembaga Pendidikan

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk mewujudkan pendidikan


yang lebih baik, yaitu toleransi antar umat beragama. Perwujudan toleransi antar umat
beragama dalam dunia pendidikan diurainkan sebagai berikut:

1) Sekolah berperan dan bertanggung jawab dalam menjaga eksistensi dan konsensus
dasar bernegara

Poin pertama tersebut sejalan dengan Pendidikan sebagai pengembangan warga


negara yang bertanggung jawab. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban masing-
masing yang di lindungi oleh negara. Oleh karena itu pendidikan harus mengembangkan
individu menjadi warga negara yang baik yang sadar akan hak dan tanggung jawabnya dalam
kehidupan beragama, masyarakat, berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat
madani. Misalnya hak dan kebebasan untuk memeluk agama tertentu (pasal 28 E UUD
1945). Berdasarkan regulasi tersebut kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh lembaga sekolah
harus memperhatikan aspek agama tanpa menghalangi atau mengurangi kebebasan dan
tanggung jawabnya sebagai mahkluk beragama serta menjaga konsensus negara yaitu
Pancasila, khususnya sila pertama.

Konsep tersebut terkait pengalaman nilai-nilai pancasila, di mana sekolah mengambil


peran penting dalam mendidik generasi muda. Apabila ditarik ke persoalan jilbab maka
dengan penerapan jilbab tersebut merupakan bagian dari penerapan pancasila sila ke-1, yang
berarti mendidik anak didiknya untuk mengamalkan ajaran agamanya secara menyeluruh,
misalnya umat Kristen jarang yang memakai jilbab atau umat Islam yang sebelumnya belum
menggunakan jilbab menjadi lebih onsisten dalam menggunakan jilbab. Akan tetapi yang
perlu ditekankan yaitu jilbab yang dipakai adalah sesuai kepercayaan masing-masing,
sehingga terwujud peserta didik yang religius.

2) Sekolah memiliki fungsi membangun potensi (wawasan, sikap, dan karakter) peserta
didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.

Indonesia negara yang terdiri dari suku, ras, dan agama yang beragam hal ini
membutuhkan suatu kebijakan yang dapat mengakomodir dan mampu menumbuhkan sikap

8
toleransi dalam diri peserta didik. Misalnya yang tertuang di dalam SKB Tiga Menteri poin
satu sampai empat dengan tidak memaksakan peserta didik menggunakan seragam sekolah
dengan kekhasan agama tertentu. Namun perlu juga diperhatikan bahwa lembaga pendidikan
tidak boleh melarang peserta didik menggunakan seragam yang sesuai dengan agama mereka
misalnya jilbab untuk menutup aurat.

Dengan kebijakan yang tepat, maka lembaga pendidikan akan menjelma menjadi
pencetak generasi penerus bangsa dan agama yang berkompeten, berakhlak mulia, dan
memiliki pemahaman agama yang memadai. Dalam hal ini, persoalan yang menyebabkan
keluarnya SKB Tiga Menteri yaitu jilbab. Penulis menilai aturan pihak sekolah yang
menerapkan kebijakan peserta didik untuk menggunakan jilbab adalah suatu hal yang baik
dan mencerminkan agama-agama di Indonesia yang notabenenya mengajarkan umatnya
untuk mengenakan jilbab dan menerapkan prinsip kesetaraan. Sebagaimana diketahui bahwa
banyak umat Islam yang tidak mengenakan jilbab karena mereka melihat kawannya tidak
menggunakan jilbab. Di samping itu juga memenuhi unsur tujuan pembentukan kebijakan
pendidikan dan tujuan pendidikan nasional yaitu mewujudkan peserta didik yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi perlu di perhatikan bahwa apakah jilbab atau
kerudung tersebut sesuai dengan agama peserta didik atau tidak.

3) Pakaian seragam dan atribut sekolah merupakan bentuk perwujudan moderasi


beragama dan toleransi atas keragaman agama.

Penggunaan atribut dengan kekhasan agama tertentu merupakan suatu hal yang
memang tidak dibenarkan. Akan tetapi dalam persoalan jilbab atau kerudung, pihak sekolah
dapat menyesuaikan dengan ajaran agama peserta didik. Dengan demikian lembaga sekolah
dapat dikatakan sebagai tempat untuk memberikan keteladanan serta meningkatkan
pemahaman agama, di samping itu juga mengajarkan keberagaman agama kepada peserta
didik.

Misalnya sebagai contoh siswi non-muslim disyaratkan menggunakan jilbab sesuai


agama Islam, kemudian dia melakukan hal yang bertentangan dengan agama Islam atau
menyebarkan fitnah dan ujungnya berpotensi mengakibatkan perpecahan antar umat
beragama. Dengan demikian moderasi beragama tidak ada artinya hanya sebatas ucapan
belaka. Maka dampaknya berimbas pada nama baik agama Islam di mata masyarakat.

9
Justru akan berbanding terbalik jika kebijakan menggunakan atribut/seragam
berdasarkan ajaran agama masing-masing. Penganutnya akan lebih berusaha untuk menjaga
harkat dan martabat dirinya sebagai pemeluk agama dan berupaya untuk menghindari
perilaku yang bertentangan dengan ajaran agamanya karena mereka ke sekolah memakai atau
membawa atribut agamanya. Dampak lain yaitu mereka yang menggunakan atribut kekhasan
agama lain berpotensi untuk minder dan kehilangan kebanggaan akan agamanya sendiri. Oleh
karena itu, sebelum membuat kebijakan, pihak sekolah harus berfikir lebih luas,
mempertimbangkan nilai dan norma agama, pemahaman masyarakat, adat istiadat, kebiasaan,
5
serta aturan perundang-undangan yang berlaku.

5
Muh Iqbal. “Wajah Baru Pendidikan Islam Indonesia: Jilbab, Toleransi, dan SKB 3 Menteri”, Jurnal
Pendidikan, Sosial, dan Agama. Vol. 13 No. 2 (2021), h. 212-214.

10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Ajaran mengenakan jilbab memang ada dalam ajaran agama yang diakui di Indonesia,
akan tetapi pemaksaan penggunaan jilbab khas agama tertentu bagi non-muslim di lembaga
pendidikan merupakan suatu hal yang melanggar HAM dan agama. Persoalan toleransi harus
diajarkan kepada siswa guna mencegah konflik antar umat beragama, misalnya dengan tidak
menghina penganut agama lain. Sekolah yang menerapkan aturan penggunaan jilbab harus
memahami ajaran jilbab di dalam setiap agama masing-masing warga sekolah, dengan kata
lain jilbab yang digunakan sesuai dengan kepercayaan mereka.

Oleh karena itu, penting untuk menyusun kebijakan baru pendidikan yang lebih
spesifik agar tidak menimbulkan problematika ke depannya. Misalnya pembuatan aturan
seragam sekolah yang menampilkan desain atau gambar jilbab yang sesuai dengan ajaran
agama yang diakui di Indonesia, hal tersebut agar tidak menimbulkan permasalahan bagi
penyelenggara lembaga pendidikan.

B. Saran

Semoga kedepannya pemerintah lebih bijaksana dan lebih adil lagi dalam membuat
sebuah tindakan dan keputusan bagi para masyarakat, khususnya bagi para pelajar-pelajar
generasi penerus bangsa. Dan dengan adanya makalah yang berjudul “SKB 3 Menteri Tahun
2021”, penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca yang
membaca terlebih bagi yang mempelajarinya. Penulis menyadari makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca.
Supaya tugas makalah ini dapat menjadi makalah yang sempurna. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Muh. (2021). “Wajah Baru Pendidikan Islam Indonesia: Jilbab, Toleransi, dan SKB 3
Menteri”. Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama. Vol. 13 No. 2.

Roza, Prima. Dkk. (2021). “Kebijakan Surat Keputusan Bersama 3 Menteri Sebagai Implementasi
Pluralisme dan Multikulturalisme di Indonesia”. Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 5, No. 2.

Kompas. (2021).“6 Point SKB 3 Menteri Soal Seragam Sekolah yang Dibatalkan MA”. Diakses pada
8 Mei 2021, dari https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/08/110000165/6-poin-utama-
skb-3-menteri-soal-seragam-sekolah-yang-dibatalkan-ma

12

Anda mungkin juga menyukai