Makalah KSP Kelompok 8
Makalah KSP Kelompok 8
Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan “Kapita Selekta Pendidikan Islam”
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyusun makalah yang berjudul “SKB 3 Menteri Tahun 2021” tepat waktu sesuai dengan
waktu yang telah diberikan dan ditentukan. Shalawat serta salam tidak lupa pula kita
hadiahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita selaku umatnya
dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulis sangat merasa bersyukur, karena telah dapat menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas dalam mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam yang dibimbing langsung
oleh Ibu Hj. Nurzena Zen, S. Ag., M. Ag. selaku dosen pengampuh. Disamping itu, kami
banyak mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah bersedia membantu selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu kami mengharapkan dan menghargai kritik serta saran yang
membangun dari pembaca. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................................... 11
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 2021 menjadi tahun yang menyiksa dan berat bagi seluruh kalangan
masyarakat yang ada di belahan dunia, khususnya Negara Indonesia. Virus Covid-19 yang
terus merajalela sangat berpengaruh terhadap perubahan dan perkembangan bagi dunia baik
di bidang ekonomi, sosial maupun pendidikan. Sehingga para pemerintah perlu melakukan
tindakan dan kebijakan yang tepat dan cepat dalam menangani kasus-kasus yang terjadi
karena dampak dari virus tersebut, dengan harapan supaya tidak semakin larut dalam
kesengsaraan dan keterpurukan yang bisa saja terjadi. Tindakan dan kebijakan
tersebut ditetapkan demi keberlangsungan Negara Republik Indonesia.
Seperti halnya pada tahun 1975, telah diterbitkan sebuah Surat Keputusan bersama 3
Menteri yang dikeluarkan oleh Menteri dalam Negeri, Menteri Agama, dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Surat keputusan bersama ini tentulah menjadi hal baik pada
masa itu, demi keberlangsungan pendidikan di Negara Indonesia. Dan karena menyikapi
kasus Covid-19 Surat Keputusan Bersama 3 Menteri kembali dikeluarkan pada tahun 2021.
Surat Keputusan Bersama 3 Menteri pada tahun 2021 ini membahas tentang seragam
sekolah. Namun, Surat Keputusan Bersama 3 Menteri tersebut tidak jadi disahkan oleh MA
karena mendapat banyak kritikan dan respon dari beberapa kalangan dan masyarakat. Salah
satunya dari para pejabat yang tidak menyetujui isi keputusan surat tersebut karena dianggap
tidak sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Munculnya Surat Keputusan Bersama 3 Menteri pada tahun 2021, baik itu yang sudah
diterbitkan atau dibatalkan tentu saja akan menjadi topik dan pembicaraan yang menarik bagi
masyarakat untuk dibahas dan diperbincangkan. Oleh karena itu, untuk kali ini kami akan
membahas serta menganalisa mengenai Surat Keputusan Bersama 3 Menteri pada tahun
2021 ini.
B. Rumusan Masalah
1
3) Bagaimana SKB 3 Menteri Tahun 2021 dalam Toleransi Beragama di Lembaga
Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II PEMBAHASAN
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya yang beragam, baik sumber daya alam
maupun sumber daya manusianya. Indonesia, selain memiliki keanekaan ekosistem dan
keanekaragaman hayati, juga memiliki keanekaan atau kebhinekaan suku, bangsa, bahasa,
bahkan agama. Penduduk tahun 2010, perkembangan penduduk Indonesia saat ini mencapai
jumlah 237.556.363 jiwa, yang menempatkan Indonesia pada urutan keempat dunia setelah
Cina, India dan Amerika Serikat. Beragam suku bangsa hidup berdampingan dengan latar
belakang kehidupan yang berbeda, Kondisi geografis, dan tempat tinggal yang berbeda
tersebut menjadikan masyarakat di Indonesia memiliki kehidupan beranekaragam yang
dipengaruhi oleh budaya masing-masing sebagai warisan dari tiap generasi.
3
B. Isi SKB 3 Menteri Tahun 2021 tentang Seragam Sekolah
Salah satu kasus yang menarik untuk dibahas adalah adanya pemaksaan penggunaan
atribut pakaian berunsur agama (jilbab) pada siswi SMKN 2 Padang oleh guru dan pendidik
di lingkungan sekolah tersebut. Padahal, siswi tersebut bukanlah penganut keyakinan agama
Islam sehingga wajar jika yang bersangkutan menolak untuk menggunakan jilbab. Adanya
unsur paksaan yang terjadi berulang kali melahirkan konflik dari pihak sekolah dengan pihak
keluarga siswi tersebut. Orang tua dari siswi tersebut tidak menerima bahwa putrinya
diwajibkan menggunakan jilbab. Elianu (Bapak putri tersebut) menjelaskan dirinya dan Jeni
Hia (Siswi) merupakan non-muslim. Mereka mempertanyakan mengapa sekolah negeri
membuat aturan siswi non-muslim mengenakan jilbab. 1
Kehilangan cara pandang tersebut sangatlah berbahaya. Dalam kajian psikologis, anak
usia sekolah adalah masa di mana mereka berupaya untuk mencari jati diri, maka tugas
mereka adalah mengembangkan diri, sehingga peran lembaga pendidikan harus mendorong
mereka ke arah yang lebih baik tanpa ada belenggu aturan yang mengharuskan untuk
mengikuti kebiasaan yang bukan bagian dari kepercayaan atau jati diri mereka. Walaupun
dalam ajaran agama Islam Tuhan kita hanya satu sehingga kita harus berdakwah atau
memberikan pendidikan kepada non-muslim agar kembali ke jalan yang lurus yaitu agama
Islam, akan tetapi perlu juga diingat bahwa Al-Qur’an sendiri di dalam QS. Al-Baqarah ayat
1
Prima Roza, dkk. “Kebijakan Surat Keputusan Bersama 3 Menteri Sebagai Implementasi Pluralisme dan
Multikulturalisme di Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 5, No. 2 (2021), h. 57-58.
4
256 mengatakan bahwa tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Hal ini juga berlaku
bagi aturan yang mewajibkan penggunaan jilbab bercirikan Islam kepada non-muslim.
Karena sebenarnya persoalan jilbab tidak dimonopoli oleh umat Islam, dan jika dalam
hal ini sekolah yang menerapkan kebijakan penggunaan jilbab bagi muridnya maka dapat
dianggap sebagai usaha untuk menekankan dan mengamalkan apa yang ada di dalam ajaran
agama. Bahkan jilbab dianggap sebagai simbol kemuliaan seorang perempuan. Namun perlu
diperhatikan bahwa jilbab atau atribut tersebut sesuai dengan bentuk yang diajarkan agama
dan kepercayaan peserta didik. Sehingga solusi yang tepat adalah membebaskan peserta didik
menggunakan atribut penutup kepala atau jilbab sesuai dengan tuntunan agamanya. Dengan
demikian akan terwujud peserta didik yang bersungguh-sungguh menjalankan perintah
agamanya dengan penuh rasa syukur atau memiliki kecerdasan spiritual. Dengan
mengedepankan agama dalam membuat aturan akan melahirkan wajah baru dunia pendidikan
yang tidak hanya mengedepankan ilmu pengetahuan semata akan tetapi juga akhlak dan budi
pekerti yang baik. 2
2
Muh Iqbal. “Wajah Baru Pendidikan Islam Indonesia: Jilbab, Toleransi, dan SKB 3 Menteri”, Jurnal
Pendidikan, Sosial, dan Agama. Vol. 13 No. 2 (2021), h. 208-209.
5
menyenangkan. Selain itu, hal ini dapat juga membangun sumber daya manusia berkualitas
dan bersifat komprehensif, sekolah mampu membangun moralitas dan integritas, salah
satunya adalah toleransi dalam keberagaman antar sesama, dan sebagai wujud konkret
komitmen pemerintah dalam menegakkan “Bhinneka Tunggal Ika”, membangun karakter
toleransi di masyarakat dan menindak tegas praktik-praktik pada sector pendidikan yang
melanggar semangat kebangsaan. 3
Dengan demikian, maka SKB yang sebelumnya telah diputuskan kini tak lagi sah dan
memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Adapun poin-poin penting yang ada di dalam SKB
3 Menteri Tahun 2021 adalah sebagai berikut:
3
Op. cit, h. 58.
6
mensyaratkan, mengimbau, atau melarang penggunaan pakaian seragam dan atribut
dengan kekhasan agama tertentu.
4) Pemerintah daerah dan/atau kepala sekolah sesuai dengan kewenanganannya wajib
mencabut peraturan, keputusan, instruksi, kebijakan atau imbauan tertulis terkait
penggunaan pakaian seragam dan atribut di lingkungan sekolah yang dikeluarkan oleh
kepala daerah dan/atau kepala sekolah yang bertentangan dengan SKB ini, paling
lama 30 hari kerja terhitung sejak tanggal SKB ditetapkan.
5) Dalam hal pemerintah daerah dan/atau kepala sekolah tidak melaksanakan ketentuan
dalam SKB ini:
a) Pemda memberi sanksi disiplin bagi kepala sekolah, pendidik, dan/atau tenaga
kependidikan yang bersangkutan sesuai ketentuan perundang-undangan;
b) gubernur sebagai wakil pemerintah pusat memberikan sanksi kepada bupati/wali
kota berupa terguran tertulis dan/atau sanksi lainnya sesuai ketentuan perundang-
undangan;
c) Kemendagri: memberi sanksi pada bupati/wali kota berupa teguran tertulis
dan/atau sanksi lainnya dalam hal gubernur sebagai wakil pemerintah pusat tidak
melaksanakan ketentuan.memberi sanksi pada gubernur teguran tertulis dan/atau
sanksi lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan;
d) Kemendikbud memberikan sanksi pada sekolah yang bersangkutan terkait bantuan
operasional sekolah dan bantuan pemerintah lainnya yang bersumber dari
Kemendikbud sesuai ketentuan perundang-undangan;
e) Kemenag: melakukan pendampingan dan penguatan pemahaman keagamaan dan
praktik beragama yang moderat ke pemda dan/atau sekolah yang bersangkutan;
dan dapat memberi pertimbangan untuk pemberian dan penghentian sanksi
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d;
f) Ketentuan dalam SKB ini dikecualikan untuk peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan yang beragama Islam di Provinsi Aceh, sesuai kekhususan Aceh
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Pemerintah
Aceh. 4
4
Kompas, “6 Point SKB 3 Menteri Soal Seragam Sekolah yang Dibatalkan MA”
https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/08/110000165/6-poin-utama-skb-3-menteri-soal-seragam-sekolah-
yang-dibatalkan-ma, Diakses pada 8 Mei 2021
7
C. SKB 3 Menteri Tahun 2021 dalam Toleransi Beragama di Lembaga Pendidikan
1) Sekolah berperan dan bertanggung jawab dalam menjaga eksistensi dan konsensus
dasar bernegara
2) Sekolah memiliki fungsi membangun potensi (wawasan, sikap, dan karakter) peserta
didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
Indonesia negara yang terdiri dari suku, ras, dan agama yang beragam hal ini
membutuhkan suatu kebijakan yang dapat mengakomodir dan mampu menumbuhkan sikap
8
toleransi dalam diri peserta didik. Misalnya yang tertuang di dalam SKB Tiga Menteri poin
satu sampai empat dengan tidak memaksakan peserta didik menggunakan seragam sekolah
dengan kekhasan agama tertentu. Namun perlu juga diperhatikan bahwa lembaga pendidikan
tidak boleh melarang peserta didik menggunakan seragam yang sesuai dengan agama mereka
misalnya jilbab untuk menutup aurat.
Dengan kebijakan yang tepat, maka lembaga pendidikan akan menjelma menjadi
pencetak generasi penerus bangsa dan agama yang berkompeten, berakhlak mulia, dan
memiliki pemahaman agama yang memadai. Dalam hal ini, persoalan yang menyebabkan
keluarnya SKB Tiga Menteri yaitu jilbab. Penulis menilai aturan pihak sekolah yang
menerapkan kebijakan peserta didik untuk menggunakan jilbab adalah suatu hal yang baik
dan mencerminkan agama-agama di Indonesia yang notabenenya mengajarkan umatnya
untuk mengenakan jilbab dan menerapkan prinsip kesetaraan. Sebagaimana diketahui bahwa
banyak umat Islam yang tidak mengenakan jilbab karena mereka melihat kawannya tidak
menggunakan jilbab. Di samping itu juga memenuhi unsur tujuan pembentukan kebijakan
pendidikan dan tujuan pendidikan nasional yaitu mewujudkan peserta didik yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi perlu di perhatikan bahwa apakah jilbab atau
kerudung tersebut sesuai dengan agama peserta didik atau tidak.
Penggunaan atribut dengan kekhasan agama tertentu merupakan suatu hal yang
memang tidak dibenarkan. Akan tetapi dalam persoalan jilbab atau kerudung, pihak sekolah
dapat menyesuaikan dengan ajaran agama peserta didik. Dengan demikian lembaga sekolah
dapat dikatakan sebagai tempat untuk memberikan keteladanan serta meningkatkan
pemahaman agama, di samping itu juga mengajarkan keberagaman agama kepada peserta
didik.
9
Justru akan berbanding terbalik jika kebijakan menggunakan atribut/seragam
berdasarkan ajaran agama masing-masing. Penganutnya akan lebih berusaha untuk menjaga
harkat dan martabat dirinya sebagai pemeluk agama dan berupaya untuk menghindari
perilaku yang bertentangan dengan ajaran agamanya karena mereka ke sekolah memakai atau
membawa atribut agamanya. Dampak lain yaitu mereka yang menggunakan atribut kekhasan
agama lain berpotensi untuk minder dan kehilangan kebanggaan akan agamanya sendiri. Oleh
karena itu, sebelum membuat kebijakan, pihak sekolah harus berfikir lebih luas,
mempertimbangkan nilai dan norma agama, pemahaman masyarakat, adat istiadat, kebiasaan,
5
serta aturan perundang-undangan yang berlaku.
5
Muh Iqbal. “Wajah Baru Pendidikan Islam Indonesia: Jilbab, Toleransi, dan SKB 3 Menteri”, Jurnal
Pendidikan, Sosial, dan Agama. Vol. 13 No. 2 (2021), h. 212-214.
10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Ajaran mengenakan jilbab memang ada dalam ajaran agama yang diakui di Indonesia,
akan tetapi pemaksaan penggunaan jilbab khas agama tertentu bagi non-muslim di lembaga
pendidikan merupakan suatu hal yang melanggar HAM dan agama. Persoalan toleransi harus
diajarkan kepada siswa guna mencegah konflik antar umat beragama, misalnya dengan tidak
menghina penganut agama lain. Sekolah yang menerapkan aturan penggunaan jilbab harus
memahami ajaran jilbab di dalam setiap agama masing-masing warga sekolah, dengan kata
lain jilbab yang digunakan sesuai dengan kepercayaan mereka.
Oleh karena itu, penting untuk menyusun kebijakan baru pendidikan yang lebih
spesifik agar tidak menimbulkan problematika ke depannya. Misalnya pembuatan aturan
seragam sekolah yang menampilkan desain atau gambar jilbab yang sesuai dengan ajaran
agama yang diakui di Indonesia, hal tersebut agar tidak menimbulkan permasalahan bagi
penyelenggara lembaga pendidikan.
B. Saran
Semoga kedepannya pemerintah lebih bijaksana dan lebih adil lagi dalam membuat
sebuah tindakan dan keputusan bagi para masyarakat, khususnya bagi para pelajar-pelajar
generasi penerus bangsa. Dan dengan adanya makalah yang berjudul “SKB 3 Menteri Tahun
2021”, penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca yang
membaca terlebih bagi yang mempelajarinya. Penulis menyadari makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca.
Supaya tugas makalah ini dapat menjadi makalah yang sempurna. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
11
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal, Muh. (2021). “Wajah Baru Pendidikan Islam Indonesia: Jilbab, Toleransi, dan SKB 3
Menteri”. Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama. Vol. 13 No. 2.
Roza, Prima. Dkk. (2021). “Kebijakan Surat Keputusan Bersama 3 Menteri Sebagai Implementasi
Pluralisme dan Multikulturalisme di Indonesia”. Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 5, No. 2.
Kompas. (2021).“6 Point SKB 3 Menteri Soal Seragam Sekolah yang Dibatalkan MA”. Diakses pada
8 Mei 2021, dari https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/08/110000165/6-poin-utama-
skb-3-menteri-soal-seragam-sekolah-yang-dibatalkan-ma
12