Tri Ajeng Julia Rohmawati-C
Tri Ajeng Julia Rohmawati-C
Dosen Pembimbing :
Ns. Catur Prasastia Lukita Dewi, S.Kep.,M.Kes.
Oleh :
Tri Ajeng Julia Rohmawati (202101111)
1. Latar Belakang
3. Manfaat
1. Untuk mengetahui bagaimana mengatasi TORCH
2. Untuk mengetahui cara mengatasi TORCH pada bayi dan ibu hamil
BAB 2
Penelitian yang Relevan
3.1.1 Metode
3.1.2 Penatalaksanaan
Tercatat 225 anak per 1.000 kelahiran hidup yang malformasi sebagain besar
disebabkan 2 oleh faktor infeksi TORCH murni sekitar 20-25% dan gabungan kombinasi
antarinfeksi TORCH dan faktor genetik murni adalah sekitar 70-75%. Infeksi merupakan
salah satu penyebab kematian ibu dan bayi di Indonesia.Salah satu infeksi pada ibu hamil
yaitu TORCH. Pada masa kehamilan sekitar 40% wanita hamil mengalami infeksi TORCH
dan janinyang dilahirkan terinfeksi. Sebanyak 17 % janin terinfeksi pada trimester pertama
dan dapat menyebabkan keguguran dan berbagai macam konginetal yang berat, 24% pada
trimester kedua dan 62% pada trimester ke tigadan dapat menimbulkan kelahiran prematur
atau lahir selamat (kelihatan tanpa kelainan fisik)7. Infeksi TORCH merupakan penyakit
zoonosis klasik yang dapat dijumpai hampir diseluruh dunia. WHO mengungkapkan bahwa
sekitar 300 juta orang (0,8%) menderita toxoplasmosis. Prevalensi toxoplasmosis di
Indonesia berkisar antara 43-88% dan akan terus meningkat seiring dengan perubahan pola
hidup yang ada pada masyarakat terutama ibu hamil.
3.1.3 Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 20-35 tahun
yaitu sebanyak 38 responden (57,6%). Umur merupakan salah satu hal yang penting dalam
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Menurut Notoadmodjo yaitu semakin cukup umur ,
tingkat kematanganserta kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Segi kepercayaan masyarakat, seseorang menjadi lebih dewasa dipercaya dari orang yang
kedewasaannya belum tinggi, hal ini berdasarkan dari pengalaman dan kematangan.Usia
reproduksi optimal bagi seorang ibu ialah antara 20-35 tahun. Hasil penelitian menunjukan
bahwa peran tenaga kesehatan sebagai fasilitator sebagian besar memiliki kategori baik
(42,8%). Hal ini dikarenakan bahwa tenaga kesehatan mampu memfasilitasi ibu hamil
dengan memberikan infromasi mengenai pencegahan kejadian TORCH pada ibu
hamil.Sehingga dalam menstimulasi dan mendukung upaya-upaya masyarakat dapat
mempermudah kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam bidang kesehatan untuk proses
kelancaran kegiatan agar kegiatan berjalan dengan lancer dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
3.1.4 Hasil
Karakteristik ibu hamil sebagian besar memiliki usia 20-35 tahun sebanyak 38
responden (57,6%) dengan tingkat pendidikan SMA/sederajatsebanyak 49 responden (74,2%)
dan pekerjaan responden sebagai Ibu RumahTangga (IRT) sebanyak 45 responden (68,2%).
Peran tenaga kesehatanterhadap deteksi dini TORCH pada kehamilan dengan kategori baik
(51,5%). Peran tenaga kesehatan terhadap deteksi dini TORCH pada kehamilan dengan
kategori cukup (41%).Peran tenaga kesehatan terhadap deteksi dini TORCH pada kehamilan
dengan kategori kurang (7,5%).
3.2.1 Metode
3.2.2 Penatalaksanaan
Kehamilan adalah pertemuan antara sel telur dengan spermatozoa (konsepsi), yang
diikuti dengan perubahan fisiologi dan psikologis (Mitayani, 2011). TORCH adalah istilah
yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus
(CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II) pada wanita hamil. TORCH merupakan
singkatan dari Toxoplasma gondii (toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes
Simplex Virus (HSV) and other diseases (Wikipedia, 2013 Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh Ibu Hamil di Rumah Sakit DKT kota Bandar Lampung sebanyak 239. Sampel
dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh Ibu Hamil yang berkunjung ke Rumah Sakit
DKT kota Bandar Lampung yaitu sebanyak 36 orang. Dengan tekhnik pengambilan sampel
Accidental Sampling yaitu pengambilan sampel yang kebetulan ada dan sesuai dengan kriteria
sampel.
3.2.3 Responden
Dari 36 sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 18 responden
(50,0%), dan sebagian kecil memiliki Pengetahuan cukup sebanyak 10 responden (27,8%) baik
8 responden (22,0%). Menurut asumsi peneliti kurangnya pengetahuan responden tentang
pemeriksaan TORCH, hal ini disebabkan ibu tidak pernahmendapat penyuluhan tentang
bahaya TORCH dan keterbatasaninformasi yang diperoleh oleh ibu hamil. Dari 36 responden
sebagian
besar responden memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 28 responden(77,8%), dan motivasi
tinggi sebanyak 8 responden (22,2%).
3.2.4 Hasil
Hasil penelitian ini dapat diketahui sebagian besar responden memiliki motivasi rendah yaitu
sebanyak 28 responden (77,8%), dan motivasi tinggi sebanyak 8 responden (22,2%). Sebagian
besar responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 18 responden (50,0%), Sebagian
besar responden memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 28 responden (77,8%).
3.3.1 Metode
3.3.2 Penatalaksanaan
3.3.3 Responden
3.3.4 Hasil
Kesimpulan
1. Peran tenaga kesehatan terhadap deteksi dini TORCH pada kehamilan di Puskesmas
Sedayu 1 dengan kategori baik (51,5%).
2. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 18 responden
(50,0%)
3. Sebagian besar responden memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 28 responden
(77,8%).
4. Gambaran pengetahuan dan upaya pencegahan Wanita usia subur KOMPAK tahun
2015 terhadap infeksi TORCH adalah baik.
DAFTAR PUSTAKA