Penulis:
Muhammad Chaerul, Julianti Marbun, Lia Destiarti
Rakhmad Armus, Ismail Marzuki, Rd. Indah Nirtha NNPS
Erni Mohamad, Dyah Widodo, Miswar Tumpu
Tamrin Tamim, Firdaus
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
IKAPI: 044/SUT/2021
Muhammad Chaerul., dkk.
Pengantar Teknik Lingkungan
Yayasan Kita Menulis, 2021
xiv; 186 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-342-135-5
Cetakan 1, Juli 2021
I. Pengantar Teknik Lingkungan
II. Yayasan Kita Menulis
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan buku yang berjudul “Pengantar Teknik Lingkungan”.
Profesi dengan latar belakang ilmu pengetahuan dan teknologi
pengolahan meminimalkan pencemaran lingkungan dan pengelolaan
lingkungan untuk memecahkan masalah dengan upaya melalui penelitian
dan pengembangan yang menghasilkan suatu tatanan lingkungan dengan
berpedoman pada pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable
Development).
Penulis menyadari bahwa penulisan buku ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan buku. Besar harapan para penulis, semoga buku ini
dapat memberi manfaat dan memperkaya khasana Ilmu pengetahuan
vi Pengantar Teknik Lingkungan
Penulis
Daftar Isi
Tabel 7.1: Jenis Warna Pigmen yang Berasal dari Mineral Alam dan
Senyawa Organik ...........................................................................96
Tabel 11.1: Tiga Macam Sifat dan Tujuan KLHS .........................................149
xiv Pengantar Teknik Lingkungan
Bab 1
Filosofi Ilmu Lingkungan
1.1 Pendahuluan
Filsafat itu berarti proses berpikir untuk mencari kebenaran dengan cara
bertanya terus-menerus mengenai segala sesuatu dari persoalan budaya sampai
politik, fisik dan metafisika, dari atom hingga galaksi dan sebagainya. Filsafat
terdapat di mana-mana, ada filsafat Barat, filsafat Timur, filsafat Yunani,
filsafat India, filsafat Cina, filsafat Kristen, dan juga filsafat Islam. Karena
keberadaannya maka filsafat dapat dimaknai sebagai kearifan (sophia) dan
pengetahuan (sapientia) yang dicapai manusia dengan akal pikirannya.
Filsafat Kontemporer, atau biasa juga disebut filsafat pos modernisme (setelah
modern) di mulai sejak abad ke 20 hingga sekarang ini (abad 21). Filsuf pada
zaman ini melahirkan paham-paham baru, di antaranya fenomenologi, filsafat
perempuan atau feminisme, filsafat hidup atau eksistensialisme dan paham-
paham lainnya. Pada abad ini pula, para filsuf kemudian mengkhususkan diri
pada objek kajian filsafat tertentu. Di sisi lain, para filsuf tersebut
mengumumkan atau menggeneralisasi gerakan mereka ke dalam bentuk
komunitas tertentu (Ai, 2020)
Filsafat lingkungan adalah salah satu cabang dari filsafat yang membicarakan
lingkungan secara kritis, radikal, sampai menyentuh hal yang mendasar dalam
hubungannya dengan antara manusia dan lingkungan. Filsafat lingkungan
2 Pengantar Teknik Lingkungan
bukan hanya sekedar sebagai sebuah cabang ilmu filsafat, namun juga sebagai
pandangan hidup yang memberikan kesadaran akan lingkungan, baik bagi
semua pihak yang berhubungan dengan ilmu ini, maupun kesadaran umum
bagi manusia, masyarakat dan bangsa (Ai, 2020)
1. Filsafat lingkungan itu seperti menceritakan tentang lingkungan
secara kritis, radikal, sampai menyentuh hal yang mendasar dalam
hubungan antara manusia dan lingkungan.
2. Filsafat lingkungan bukan hanya sekedar sebagai sebuah cabang ilmu
filsafat, namun juga sebagai pandangan hidup yang memberikan
kesadaran akan lingkungan, baik bagi semua pihak yang
berhubungan dengan ilmu ini, maupun kesadaran umum bagi
manusia.
3. Filsafat lingkungan adalah salah satu cabang dari filsafat yang
membicarakan lingkungan secara kritis, radikal, sampai menyentuh
hal yang mendasar dalam hubungannya dengan antara manusia dan
lingkungan.
4. Filsafat lingkungan itu ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran
yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik, dan estetika, salah satu cabang dari filsafat
yang membicarakan lingkungan secara kritis, radikal, sampai
menyentuh hal yang mendasar dalam hubungannya dengan antara
manusia dan lingkungan.
5. Filsafat lingkungan adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai sikap
dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan sikap bijaksana dalam
menghadapi berbagai problematik yang berhubungan dengan alam
sekitar.
6. Jika Filsafat adalah pengetahuan tentang seluruh kebenaran maka
Filsafat lingkungan adalah pengetahuan tentang kebenaran mengenai
lingkungan baik ekonomi, masyarakat dsb.
7. Filsafat Lingkungan dapat dipahami secara global karena tertuju
kepada kehidupan manusia. Filsafat lingkungan itu membahas antara
kehidupan manusia dengan lingkungan.
Bab 1 Filosofi Ilmu Lingkungan 3
Filsafat lingkungan adalah salah satu cabang dari filsafat yang membicarakan
lingkungan secara kritis, radikal, sampai menyentuh hal yang mendasar dalam
hubungannya dengan antara manusia dan lingkungan. Filsafat lingkungan
bukan hanya sekedar sebagai sebuah cabang ilmu filsafat, namun juga sebagai
pandangan hidup yang memberikan kesadaran akan lingkungan, baik bagi
semua pihak yang berhubungan dengan ilmu ini. maupun kesadaran umum
bagi manusia, masyarakat dan bangsa. Definisi lingkungan menurut UU No.
32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Arif, 2015). Secara
sederhana lingkungan manusia didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
berada di sekitar manusia yang berpengaruh pada kehidupan manusia itu
sendiri. Membahas filsafat lingkungan tidak dapat dilepaskan dari pengertian
ekologi. Inti permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup,
khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan
timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi
(Arif, 2015).
Oleh karena itu permasalahan lingkungan hidup pada hakikatnya adalah
permasalahan ekologi. Jadi, filsafat lingkungan itu yang menjelaskan
kehidupan manusia dengan lingkungan. Membahas filsafat lingkungan tidak
dapat dilepaskan dari pengertian ekologi. Inti permasalahan lingkungan hidup
adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan
hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan
lingkungan hidupnya disebut ekologi (Ai, 2020).
bagi kita. Air juga merupakan komponen lingkungan kita karena kualitas dan
kuantitas air memengaruhi hidup kita. Air yang bersih dapat menjadi minuman
yang menyehatkan, sebaliknya air yang kotor dapat mendatangkan penyakit.
Di dalam Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, yaitu UU No. 32 tahun 2009, diberikan pengertian tentang lingkungan
hidup sebagai berikut: Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan peri?
lakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain (Wiryono, 2013).
Orang awam sering menyamakan istilah lingkungan dengan istilah ekosistem.
Ini kurang tepat, meskipun tidak sepenuhnya salah. Ekosistem adalah
gabungan antara komunitas biologi (yaitu kumpulan makhluk hidup berbagai
jenis) dengan lingkungan abiotiknya (benda tidak hidup) yang di dalamnya
terjadi interaksi antar komponennya. Ada banyak tipe ekosistem, antara lain
hutan dan danau.
Di dalam hutan ada komunitas biologi yaitu tumbuhan, hewan dan organisme
lainnya dan lingkungan abiotik berupa udara, air dan tanah, di mana antara
tumbuhan, hewan, udara, tanah dan air terjadi interaksi. Lingkungan kita
memang merupakan sebuah ekosistem, karena di dalam lingkungan di sekitar
kita terdapat kumpulan makhluk hidup (termasuk manusia) dan benda-benda
tak hidup yang saling berinteraksi, tetapi istilah lingkungan tidak identik
dengan ekosistem. Lingkungan kita adalah semua unsur dan faktor di luar diri
kita, sedangkan ekosistem di mana kita hidup mencakup diri (tubuh) kita,
sebagai salah satu komponen hayatinya.
Selain itu, di dalam lingkungan juga terkandung interaksi sosial, budaya, dan
hukum, yang tidak termasuk dalam ekosistem. Kita dapat menggambarkan
bahwa lingkungan kita aman, bersih dan menyenangkan, tetapi kita tidak dapat
menggambarkan ekosistem dengan kata sifat aman, bersih dan menyenangkan.
Ekosistem tidak dideskripsikan berdasarkan perasaan manusia. Dalam
ekosistem, tumbuhan dan hewan-hewan yang mati dan tergeletak di tanah
merupakan fenomena alam yang selalu terjadi, tetapi jika seresah dan bangkai
berada di lingkungan (sekitar) manusia, maka manusia menganggapnya
sebagai kotoran yang harus disingkirkan.
Di dalam UU No. 32 tahun 2009 disebutkan bahwa ekosistem adalah tatanan
unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
memengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas
Bab 1 Filosofi Ilmu Lingkungan 5
Miller (2002) menulis bahwa ilmu lingkungan adalah ilmu interdisipliner yang
menggunakan konsep dan informasi dari ilmu-ilmu alam seperti ekologi,
biologi, kimia, dan geologi dan ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi, politik dan
etika, dengan tujuan untuk:
1. membantu kita memahami bagaimana bumi bekerja;
2. bagaimana kita memengaruhi sistem penyangga kehidupan
(lingkungan);
3. mengusulkan dan mengevaluasi solusi terhadap persoalan lingkungan
yang kita hadapi (Wiryono, 2013).
Karena ilmu lingkungan merupakan cabang ilmu yang multi disiplin, maka
setiap ilmuwan yang memiliki latar belakang pendidikan tertentu dapat
membuat spesifikasi sesuai dengan latar belakang bidang ilmunya. Ilmuwan
yang berlatar belakang ilmu kesehatan mengembangkan bidang ilmu
kesehatan lingkungan yang mempelajari hubungan antara kualitas lingkungan
dan kesehatan manusia. Ilmuwan yang berlatar belakang ilmu kimia, tertarik
mendalami kimia lingkungan, misalnya mengenai pencemaran. Ilmuwan dari
latar belakang rekayasa (Engineering) mengembangkan bidang ilmu rekayasa
lingkungan untuk mencegah pencemaran lingkungan.
Pemegang kebijakan lingkungan mengembangkan studi tentang analisis
dampak lingkungan yang bertujuan mengidentifikasi dampak penting dari
suatu kegiatan atau usaha yang akan dilakukan, misalnya pendirian sebuah
pabrik. Dengan adanya studi tersebut maka pihak yang berwenang dapat
menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk meminimalisir
dampak negatif dari suatu proyek, bahkan dapat membatalkan proyek jika
diperkirakan proyek tersebut akan menimbulkan dampak negatif yang sangat
nyata dan luas. Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan bagian dari
pengelolaan lingkungan.
Dalam praktiknya, pengelolaan lingkungan melibatkan banyak komponen
masyarakat sehingga perlu ada undang-undang dan peraturan di bawahnya,
maka berkembanglah cabang ilmu hukum lingkungan. Hukum lingkungan
bersifat dinamis. Pihak-pihak yang memiliki kepentingan melakukan upaya
agar kepentingannya dapat terakomodasi dalam perundangan dan peraturan
lingkungan, sehingga selalu ada tuntutan untuk mengubah perundangan dan
peraturan lingkungan.
Bab 1 Filosofi Ilmu Lingkungan 7
Selain itu, di dalam masyarakat juga selalu terjadi perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat, yang menyebabkan perundangan dan peraturan
yang ada menjadi kurang sesuai. Undang-undang tentang lingkungan di
Indonesia pertama kali dibuat tahun 1982 (UU No. 4) dan telah dua kali
mengalami revisi, yaitu tahun 1997 (UU No. 23) dan tahun 2009 (UU No. 32)
(Wiryono, 2013)
Ilmu lingkungan juga menyangkut aspek agama dan filsafat. Etika lingkungan
merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari nilai-nilai tradisional dan
agama mengenai hubungan antara manusia dan lingkungannya. Ada sebagian
kalangan yang membedakan antara ilmu lingkungan yang membahas aspek
fisik dan aspek sosial. Ilmu-ilmu lingkungan yang mempelajari aspek fisik
disebut environmental science. Sementara ilmu lingkungan yang membahas
aspek sosial disebut environmental studies.
Namun ada juga yang menggunakan istilah environmental sciences untuk
kedua aspek tersebut karena ilmu lingkungan mencakup bidang yang sangat
luas dan dalam aplikasinya, gerakan penyelamatan lingkungan, tercampur
dengan kepentingan-kepentingan politik yang tidak sepenuhnya berdasarkan
data-data ilmiah, maka bahkan ada yang mempertanyakan apakah
environmental science betul-betul science (Wiryono, 2013).
Sonny Keraf lebih banyak memfokuskan pada isu-isu yang berbau lingkungan.
Hingga pada akhirnya Sonny Keraf berusaha menemukan akar dari segala
krisis yang terjadi pada lingkungan saat ini hingga melahirkan sebuah
pemikiran filsafat lingkungan hidup sebagai karya tesisnya. Sebagai bidang
filsafat, filsafat lingkungan hidup menekankan pemahaman kita tentang
hakikat alam semesta dan hakikat kehidupan di alam semesta yang selanjutnya
dapat menentukan perilaku kita sebagai manusia terhadap alam semesta dan
kehidupan di dalamnya.
Dalam arti filsafat ini akan terus mempertanyakan apa yang menjadi sebab
musabab yang paling mengakar dari terjadinya krisis dan bencana lingkungan
hidup ini, serta meninjau kembali cara pandang manusia terhadap realitas
hakikat alam semesta ini. Selanjutnya dalam pemikiran ini akan memengaruhi
budaya dan cara hidup manusia pada zamannya, tidak saja pada relasi sosial
melainkan juga relasi antara manusia dengan alam.
Adapun filsafat lingkungan hidup dalam pemikiran A. Sonny Keraf ini banyak
dipengaruhi oleh pemikiran Fritjof Capra, seorang ahli fisika dan filsuf
lingkungan hidup yang memandang alam semesta sebagai sebuah sistem
kehidupan yang utuh dan Thomas Khun tentang perubahan paradigma yang
menjadi kerangka berpikir dari seluruh pergumulan pemikiran tentang krisis
dan bencana lingkungan hidup global (Desi, 2017).
Secara etimologi, istilah Indonesia “filsafat” memiliki padanan kata dari
bahasa Arab falsafah atau filsafat, philosophy dalam bahasa Inggris,
philosophie dalam bahasa Belanda, Jerman dan Perancis. Kata filsafat sendiri
berasal dari bahasa Yunani philosophia yang memiliki arti cinta (philo) akan
kebenaran atau kebijaksanaan (sophia). Kata philosophia (kata benda) sebagai
hasil dari philosophein (kata kerja) yang dilakukan oleh philosophus (filsuf).
Istilah Yunani philosophia berasal dari dua kata philein yang artinya mencintai
(to love) atau philos yang artinya teman (friend) dan sophos yang artinya
bijaksana (wise) atau sophia yang artinya kebijaksanaan (wisdom).
Jika dalam istilah filsafat dimaksudkan sebagai gabungan dari philein dan
sophos maka dapat diartikan dengan “mencintai sifat bijaksana”, namun jika
yang dimaksudkan filsafat adalah gabungan dari philos dan sophia maka dapat
diartikan dengan “teman kebijaksanaan”. Pada kesimpulannya diperoleh
bahwa para filsuf hanyalah sebagai manusia yang mencintai kebijaksanaan
atau teman kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan, kearifan
atau pengetahuan (Desi, 2017).
Bab 1 Filosofi Ilmu Lingkungan 9
Filsafat dalam esensi yang sebenarnya bukanlah seperti yang oleh sebagian
orang anggap yaitu hanya berpikir dan merenungkan hal-hal yang abstrak saja,
namun lebih dari itu filsafat juga memikirkan, mengamati, merenungkan dan
merefleksikan hal-hal yang ada di alam konkret ini atau bisa dikatakan cara
berpikir filsafat adalah universal (menyeluruh). Pokok bahasan dalam filsafat
adalah tentang kehidupan sehari-hari atau situasi manusiawi.
Jadi, kalau filsafat mulai meninggalkan atau berpaling dari kehidupan nyata,
maka dunia juga tidak lagi merasa perlu untuk meminta pengarahan kepada
filsafat dalam menghadapi problem-problem baru yang mendesak. Seperti
dalam hal ini, filsafat diarahkan pada perkembangan cabang- cabang ilmu
pengetahuan yang baru seperti ekologi (ilmu tentang lingkungan). Ekologi
lahir karena melihat perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak lagi
mempertimbangkan kondisi lingkungan.
Filsafat menurut hakikatnya bersifat normatif dapat memberikan dukungannya
yang kuat kepada ekologi dalam penentuan norma-norma untuk melestarikan
lingkungan dan alam. Di sinilah salah satu kiprah filsafat yang dapat dijadikan
alternatif pencegah kerusakan lingkungan. Filsafat sangat dekat dengan
kehidupan nyata, mencari hakikat dari segala sesuatu dan juga dapat
memberikan solusi atas suatu permasalahan yang mendasar (Desi, 2017).
Secara etimologi, istilah lingkungan dalam bahasa Inggris disebut dengan
environment, dalam bahasa Belanda disebut dengan millie atau dalam bahasa
Perancis disebut dengan l'environnement. Istilah lingkungan yang
dipergunakan dalam pembahasan ini merupakan terjemahan dalam bahasa
Inggris atau “Environment” yang mengacu pada lingkungan hidup atau lebih
lengkap lagi lingkungan hidup manusia dan ekologi.
Environment sendiri diartikan sebagai keadaan kesekitaran, kondisi
lingkungan yang dapat memberikan pengaruh bagi makhluk hidup, termasuk
sumber daya alam, iklim dan kondisi sosial. Sedangkan ekologi membicarakan
tentang struktur dan model hubungan antara berbagai makhluk hidup dengan
keadaan sekitarnya. Lingkungan hidup dipahami sebagai sama artinya dengan
ekologi yang berkaitan dengan kehidupan organisme (termasuk manusia) dan
ekosistemnya serta interaksi di dalamnya.
Lingkungan terkategori pada lingkungan alam yang mencakup lingkungan
yang sudah tersedia secara alamiah dan lingkungan sosial di mana manusia
melakukan interaksi dalam bentuk pengelolaan hubungan dengan alam dan
muatannya melalui pengembangan perangkat nilai, ideologi, sosial dan budaya
10 Pengantar Teknik Lingkungan
2.1 Pendahuluan
Secara gambaran umum Lingkungan merupakan kondisi alam yang ada di
sekitar kita, terutama tanah, air, udara, tumbuhan, binatang, sinar matahari, dan
unsur lainnya yang mengisi planet bumi yang berada di lingkungan tertentu.
Lingkungan hidup dapat diartikan sebagai wadah (tempat) Makhluk hidup
untuk menciptakan kondisi yang saling berhubungan secara utuh dan
menyeluruh. Dapat diartikan sebagai kondisi yang selaras, serasi, dan lengkap
baik dari luar maupun dari dalam.
Lingkungan Hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
memengaruhi alam dan kelangsungan perikehidupan serta kesejahteraan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Tiga unsur dalam lingkungan hidup
antara lain unsur Abiotik (A), Biotik (B), dan Unsur Sosial budaya (C/culture).
Ketiga komponen unsur tersebut digolongkan sebagai unsur alami dan buatan.
Unsur alami yang dimaksud adalah unsur yang terjadi secara alami tanpa ada
bantuan manusia di dalamnya, dan unsur buatan yaitu unsur yang terjadi
disebabkan adanya faktor manusia dan perilakunya.
Ilmu Lingkungan hidup (Life Environmental Science), terdiri dari dua
kelompok yaitu organisme dan habitat. Organisme mencakup Anatomi,
12 Pengantar Teknik Lingkungan
Selain itu, ekosistem merupakan tatanan kesatuan secara utuh dengan unsur
lingkungan hidup yang saling memengaruhi, dan untuk tingkatan yang paling
kompleks dalam ekologi disebut dengan biosfer. (Odum, 1996)
3.1 Pendahuluan
Kesadaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kesadaran
seseorang akan pengetahuan bahwa suatu perilaku tertentu diatur oleh hukum,
dan kesadaran lingkungan adalah pengertian yang mendalam pada orang
seorang atau sekelompok orang yang terwujud dalam pemikiran, sikap, dan
tingkah laku yang mendukung pengembangan lingkungan. Menurut Neolaka
(2008), kesadaran lingkungan merupakan tindakan atau sikap yang diarahkan
untuk memahami tentang pentingnya lingkungan yang sehat, bersih, dan
sebagainya. Kesadaran dalam lingkungan hidup dapat dilihat dari perilaku dan
tindakan seseorang dalam keadaan di mana seseorang merasa bebas dari
tekanan. Kesadaran lingkungan merupakan tergugahnya jiwa terhadap sesuatu
yang terjadi di alam, khususnya di lingkungan tempat ia berada.
Unsur-unsur lingkungan hidup terbagi tiga, yaitu pertama unsur hayati (biotik)
yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup seperti manusia,
hewan, tumbuhan, dan jasad renik. Unsur kedua yaitu unsur sosial budaya,
yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia, yang merupakan
nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Unsur
22 Pengantar Teknik Lingkungan
ketiga yaitu unsur fisik (abiotik) yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain
(Undang-undang No. 23 tahun 1997).
bersih, dan terus mengalami siklus serupa untuk generasi berikutnya di masa
depan.
nelayan. Hal ini mengakibatkan bau yang tidak sedap, bibit penyakit
meningkat, rusaknya ekosistem, dan pendangkalan aliran sungai tersebut.
Kondisi lingkungan tersebut terjadi karena rendahnya kesadaran masyarakat
lingkungan sekitar terhadap kebersihan sungai.
Firmansyah (2015) menyatakan bahwa karakteristik Sungai Kapuas (sungai
lebar dan arus deras) sebagai bagian dari ruang lingkup pemukiman memicu
perilaku warga untuk memusnahkan atau membuang sampahnya di sungai.
Saran yang diberikan penulis yaitu terkait penyediaan sarana tempat-tempat
sampah yang lebih terjangkau dengan pemukiman warga sehingga warga yang
dapat dengan mudah membuang sampahnya ke tempat yang sudah disediakan
dan pengadaan kegiatan gotong royong warga untuk membersihkan
lingkungan sekitar sungai serta memberikan sosialisasi mengenai pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan dan dampak dari membuang sampah
sembarangan. Tingkat kesadaran masyarakat dalam hal menjaga kebersihan
lingkungan diharapkan dapat meningkat.
Penelitian oleh Gabriella & Sugiarto (2020) menunjukkan bahwa masyarakat
di kampus memiliki kesadaran tinggi namun perilaku atau implementasinya
masih sedang. Aspek kesadaran yang dinilai adalah terkait pengetahuan, sikap,
dan tindakan, sedangkan aspek perilaku, yaitu meliputi daur ulang/penggunaan
kembali, konsumsi ramah lingkungan, konservasi energi, dan transportasi.
Hasil ini menunjukkan bahwa mahasiswa sangat menyadari perilaku ramah
lingkungan, namun masih sebatas teori dan belum dipraktikkan.
Kesadaran lingkungan dan perilaku mahasiswa terhadap lingkungan di
wilayah perkotaan diteliti oleh Ningrum & Herdiansyah (2018). Kajian
dilakukan pada mahasiswa dikarenakan mahasiswa merupakan komunitas
yang memiliki tingkah laku dan keinginan untuk mengadopsi kebijakan
lingkungan. Hal ini akan menjadi kekuatan dominan untuk terciptanya
lingkungan berkelanjutan di wilayah perkotaan. Hasil penelitian memberikan
data bahwa mahasiswa akan mematikan komputernya bila tidak digunakan
untuk menghemat energi, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai,
menggunakan alternatif pengganti plastik dengan penggunaan kantong
kertas/kain, dan berpartisipasi dalam program lingkungan. Dengan demikian,
penelitian ini menyimpulkan bahwa mahasiswa memiliki kesadaran dan
perilaku lingkungan yang baik.
Pada objek penelitian wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Depok
diperoleh hasil level kesadaran terhadap lingkungan berada pada level
28 Pengantar Teknik Lingkungan
adalah sangat variatif. Hal ini akan mengakibatkan perlunya pembiasaan atau
pengubahan budaya, sehingga akan mengubah perilaku.
Bab 4
Dasar - Dasar Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL)
4.1 Pendahuluan
Kerusakan sumber daya alam dan pencemaran lingkungan di Indonesia boleh
dikatakan telah berlangsung dalam kecepatan yang melampaui kemampuan
untuk mencegah dan mengendalikan degradasi sumber daya alam dan
lingkungan hidup (Armus, 2014). Laporan-laporan resmi dari berbagai instansi
pemerintah di pusat dan daerah, hasil-hasil penelitian dan kajian yang
diterbitkan oleh perguruan tinggi, konsultan dan lembaga swadaya masyarakat
baik, di tingkat nasional maupun internasional, memaparkan tentang hal ini
(Crosby, 1998; Eddy, 2015).
AMDAL sebagai salah satu bentuk kajian lingkungan memiliki peran strategis
dalam pengelolaan setiap kegiatan pembangunan (Sinambela et al., 2021).
Kegiatan pembangunan yang selalu diikuti dampak positif dan dampak
negatif, harus dilakukan kajian secara cermat dan komprehensif, agar dapat
dimaksimalkan dampak positif dan diminimumkan dampak negatif. Regulasi
lingkungan yang sangat dinamis membutuhkan Guidance (panduan), yang
32 Pengantar Teknik Lingkungan
besar ada dua jenis ekosistem yang alamiah dan pokok yaitu ekosistem
terestrial (hutan, padang rumput, padang pasir), dan ekosistem air (sungai,
danau, laut).
Dalam sebuah ekosistem terdapat berbagai komponen penyusun antara lain
produsen, konsumen, dan pengurai. Dari komponen penyusun tersebut bila
ditinjau dari terjadinya saling hubungan dan saling ketergantungan maka
ekosistem akan memiliki fungsi tertentu.
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Lingkungan hidup (alam) tersusun dari materi yang memiliki fungsi sebagai
pendukung kehidupan. Ekosistem berfungsi karena adanya aliran energi dan
daur materi. Aliran energi adalah perpindahan energi di dalam rantai makanan,
dimulai dari produsen ke konsumen I, II,II dan berakhir dengan pengurai
(dekomposer). Bila hasil penguraian dikembalikan pada produsen terbentuklah
daur materi. Gambaran antara rantai makanan digambarkan sebagai berikut.
yang jelas, tapi tidak mudah digunakan untuk wilayah yang batas DAS nya
tidak jelas, misalkan daerah berawa. Batas bentang alam secara pengelolaan
tidak secara pasti berada dalam satu wilayah administratif, dan dapat
mencakup dua atau lebih wilayah administratif.
Sebagai contoh Sungai Saddang merupakan satu daerah aliran sungai dari hulu
di Kabupaten Tana Toraja dan hilir berada di Kabupaten Sidrap dan Pinrang.
Pengelolaan atas dasar DAS seharusnya merupakan satu kesatuan ekosistem
DAS Tana Toraja. Perubahan terhadap DAS di hulu akan berpengaruh
terhadap kegiatan di tengah dan di hilir. Banjir di Sidrap dan Pinrang akibat
pengaruh dari terjadinya hujan di Tana Toraja dan Enrekang. Secara
administratif pemerintah di wilayah hilir (Sidrap/ Pinrang) tidak dapat
melakukan pengelolaan di wilayah hulu (Tanah Toraja) (Yudilastiantoro and
Iwanuddin, 2005).
Beberapa permasalahan yang dapat terjadi berkaitan dengan perbedaan batas
wilayah secara administratif dan batas secara ekosistem ini adalah sebagai
berikut:
1. Ketidakmampuan pengelolaan karena tidak adanya kewenangan
dalam pengelolaan terutama bila sistem alam (ekosistem) melintas
batas administratif
2. Terjadi ego kewilayahan dalam pemanfaatan sumber daya alam,
karena adanya kepentingan ekonomi setiap pemerintah daerah
3. Ancaman degradasi lingkungan yang dapat memberikan dampak
lebih besar kepada kehidupan, baik manusia, hewan maupun
tumbuhan
4. Adanya intervensi politik dan ekonomi sehingga pengelolaan
lingkungan kurang memperoleh prioritas
5. Lemahnya kerja sama antar wilayah dalam pemanfaatan sumber daya
alam dan lingkungan, sehingga konsep kelestarian lingkungan kurang
memperoleh perhatian secara memadai.
dan/atau di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu pertiga) dari wilayah laut
kewenangan provinsi.
Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang bersifat strategis nasional, strategis
provinsi, atau strategis kabupaten/kota, serta tidak strategis ditetapkan oleh
Menteri. Tim teknis terdiri atas ahli dari instansi teknis yang membidangi
Usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan dan instansi lingkungan hidup;
dan ahli lain dan bidang ilmu yang terkait. Ketentuan lebih lanjut mengenai
susunan keanggotaan tim teknis ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pemrakarsa dan Penyusun AMDAL
Pemrakarsa adalah orang atau badan usaha yang mempunyai prakarsa (niat),
rencana untuk melakukan suatu usaha atau kegiatan. Lebih dikenal dengan
istilah investor. Pemrakarsa dalam upaya memperoleh izin mendirikan
bangunan (IMB) harus melengkapi rencana kegiatan dengan kajian
lingkungan. Kajian lingkungan disusun oleh penyusun AMDAL. Pemrakarsa
menyusun analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan
hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup, berdasarkan kerangka acuan
yang telah mendapatkan keputusan dari instansi yang bertanggung jawab.
Penyusun AMDAL Penyusunan dokumen AMDAL wajib dilakukan oleh
penyusun AMDAL yang memiliki sertifikat kompetensi penyusun AMDAL.
Sertifikat kompetensi penyusun AMDAL diperoleh melalui uji kompetensi.
Untuk mengikuti uji kompetensi setiap orang harus mengikuti pendidikan dan
pelatihan penyusunan AMDAL dan dinyatakan lulus. Pendidikan dan
pelatihan penyusunan AMDAL diselenggarakan oleh lembaga pelatihan
kompetensi di bidang AMDAL.
Penerbitan sertifikat kompetensi dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi
kompetensi penyusun AMDAL yang ditunjuk oleh Menteri. Saat ini uji
kompetensi dilaksanakan oleh INTAKINDO. Pegawai negeri sipil yang
bekerja pada instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi, atau kabupaten/kota
dilarang menjadi penyusun AMDAL.
Ruang Lingkup Penyusunan Dokumen AMDAL
Ruang lingkup penyusunan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan untuk
menyusun Dokumen AMDAL. Dokumen AMDAL terdiri dari 4 buah
dokumen yang merupakan satu kesatuan. Keempat dokumen tersebut adalah
KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL dan Izin Lingkungan
46 Pengantar Teknik Lingkungan
akan sebesar gaji maksimum tiap bulan x masa selama tidak bekerja
x jumlah manusia.
5. Nilai Pampasan, merupakan besar nilai kerusakan yang dikonversi
dari besarnya pampasan (ganti rugi) yang diakibatkan oleh dampak
cemaran. Nilai ini tergantung dari proses mediasi antara masyarakat
dan pencemar lingkungan.
6. Transportation Cost, merupakan nilai kerusakan yang dihitung
dengan besarnya ongkos perjalanan bila harus memperoleh barang
sejenis di tempat lain. Nilai ini akan sangat dominan bila lingkungan
yang mengalami kerusakan merupakan lingkungan yang langka, di
mana lingkungan sejenis ditemukan pada tempat yang berjauhan.
7. Kemampuan membayar (Willingnes to Pay), merupakan nilai yang
diperoleh atas dasar kemampuan dari pihak yang mencemari.
Perhitungan metode ini sangat merugikan lingkungan dan
masyarakat, karena bukan dihitung berdasarkan keempat metode
diatas akan tetapi hanya berdasarkan kemampuan perusak
lingkungan.
5.1 Pendahuluan
Kualitas lingkungan dapat diartikan sebagai suatu kondisi dan keadaan
lingkungan yang dipandang dapat memberi kontribusi nyata terhadap daya
dukung optimal terhadap kelangsungan hidup manusia dan keseimbangan
serta kelestarian ekosistem suatu wilayah, dengan demikian kualitas
lingkungan merupakan ukuran yang menentukan dalam penilaian.
Ciri kualitas lingkungan adalah keadaan atau suasana yang membuat orang
merasa nyaman atau betah tinggal di suatu tempat yang di dalamnya ada
interaksi sebagai suatu sistem yang saling berkaitan satu terhadap yang
lainnya, karena menganggap bahwa berbagai keperluan dan kebutuhan
hidupnya terpenuhi terutama kebutuhan primer yang mencakup makan-
minum, perumahan, sampai kebutuhan spiritualnya, seperti pendidikan, rasa
aman, dan sarana ibadah. Prinsip dari kualitas lingkungan dapat dilihat pada
evaluasi berdasarkan karakteristik biofisik, sosial-ekonomi dan budaya (Diken,
Wardhana and Sutrisno, 2017).
Lingkungan biofisik adalah keadaan lingkungan yang ditentukan berdasarkan
kondisi komponen biotik dan abiotik yang berkaitan dan saling berkorelasi
56 Pengantar Teknik Lingkungan
antara satu dengan lainnya. Komponen biotik dimaknai dengan material hidup,
seperti tumbuhan, hewan dan manusia, sedangkan komponen abiotik adalah
material tak hidup yang merupakan tempat berpijak komponen hidup, seperti
tanah, air dan udara serta cahaya matahari. Jika setiap material atau komponen
tersebut dalam keadaan seimbang, maka dikatakan bahwa lingkungan biofisik
tersebut dalam kondisi baik dan saling memengaruhi dengan lingkungan
lainnya (sosial, ekonomi dan budaya) sebagai bagian dari asimilasi siklus
kehidupan yang selalu berjalan dinamis (Saraswati and Siagian, 2020).
Lingkungan sosial senantiasa beririsan dengan lingkungan ekonomi yang
merupakan sistem lingkungan manusia dalam hubungannya dengan sesama
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menerapkan sistem nilai,
sehingga lingkungan dipandang sebagai sebuah sistem dan standar kualitas
lingkungan juga ditentukan oleh kondisi lingkungan sosial-ekonomi.
Lingkungan sosial-ekonomi dikatakan baik apabila tercapai kehidupan
manusia untuk kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kebutuhan
hidup lainnya dapat terpenuhi dan dapat berasimilasi seimbang dengan
lingkungan biofisik dan lingkungan budaya sebagai satu kesatuan sistem yang
tak terpisahkan (Marzuki, 2009; Aminah, Marzuki and Rasyid, 2019).
Lingkungan budaya merupakan suatu keadaan baik aspek berupa benda
(materi) maupun yang bukan benda atau non materi yang diperoleh manusia
sebagai bentuk dari aktivitas, kreativitas dan mungkin inovasinya. Lingkungan
budaya mencakup aspek yang luas dapat berupa permukiman, bangunan,
peralatan, pakaian, senjata, dan sarana lainnya yang digunakan manusia dalam
menjalani kehidupannya, juga termasuk non materi, seperti norma, tata nilai,
adat istiadat, sistem politik, kesenian, dan sistem politik serta kebiasaan-
kebiasaan yang senantiasa terpelihara dan dilakukan perhatian terus menerus.
Kualitas lingkungan budaya dapat dikatakan baik apabila lingkungan tersebut
dapat memberikan rasa aman, damai, nyaman dan sejahtera serta memberi
kebahagiaan bagi semua komponen atau anggota masyarakat yang ada di
dalamnya untuk menjalankan, mengembangkan dan memajukan sistem
budayanya. Lingkungan biofisik, sosial-ekonomi dan budaya adalah elemen
besar yang terakumulasi dalam sebuah sistem dan lingkungan, sehingga
ketiganya harus berjalan paralel secara seimbang satu terhadap yang lainnya,
di mana ketiga aspek lingkungan tersebut saling memengaruhi (Marzuki,
2019; Marzuki et al., 2017).
Aspek lain yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan dan penting untuk
diketahui di dalam menilai dan memahami kualitas lingkungan adalah
Bab 5 Prakiraan dan Evaluasi Dampak Lingkungan 57
ketersediaan sumber air, erosi dan lainnya, demikian pula dengan faktor sosial-
budaya seperti tingkat ilmu, pengetahuan dan teknologi (Sitorus et al., 2021).
Tingkat daya dukung lingkungan ditentukan oleh kepadatan (densitas) suatu
populasi atau jumlah makhluk hidup yang menempati suatu area lingkungan
tertentu. Daya dukung dapat diartikan sebagai kemampuan lingkungan dalam
mendukung populasi di atasnya sebagai kemampuan maksimal lingkungan
tersebut dapat mentoleransi beban populasi yang tetap memberikan sistem
kehidupan yang seimbangkan dan wajar, sehingga populasi menjadi penentu
dalam menilai dan mengevaluasi tingkat daya lingkungan (Mahawati et al.,
2021).
Tingkat kepadatan sebagai standar dalam menentukan daya dukung
lingkungan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Tingkat kepadatan tertinggi (maksimum).
2. Tingkat kepadatan cukup, sedang atau wajar (optimum).
3. Tingkat kepadatan di atas kemampuan atau berlebih (kelebihan
populasi).
Berdasarkan area atau wilayah keberadaan dan sifat serta wujud material
pencemar, pada umumnya terdiri atas tiga wilayah yanik, pencemaran udara,
pencemaran tanah, pencemaran air dan pencemaran suara. Pencemaran udara
dapat terjadi dari berbagai hal, seperti industri, atau transportasi. Selain itu juga
disebabkan oleh faktor alam, seperti kebakaran hutan atau gunung meletus
yang menyebabkan polusi udara.
Bab 5 Prakiraan dan Evaluasi Dampak Lingkungan 61
jika konsentrasi gas ini sangat tinggi di udara dan bersamaan dengan
turunnya hujan (Risdianto and Hernawan, 2016).
Pencemaran air adalah peristiwa masuknya komponen atau zat lain ke dalam
badan air. Pencemaran air merupakan masalah global utama yang
membutuhkan penanganan, evaluasi dan revisi kebijakan dalam pengelolaan
sumber daya air pada semua tingkat, baik pada tingkat internasional hingga
sumber air pribadi termasuk sumur. Volume air atau lebih pas disebut polusi
air adalah penyebab umum di dunia terjadinya penyakit dan bahkan kematian.
Masalah kualitas air pada tataran global khususnya negara berkembang
menjadi topik yang menarik dicermati, bahkan terhadap negara-negara maju
atau negara industri juga masih berjuang dengan masalah polusi air. Laporan
global terbaru, misalnya kualitas air di Amerika Serikat, tercatat 45% jarak dari
mil sungai, 47% dari jumlah luas danau dan 32% jarak pada kawasan teluk
dinilai diklasifikasikan sebagai air tercemar (Ramadan et al., 2019).
Bab 5 Prakiraan dan Evaluasi Dampak Lingkungan 63
Penerapan Teknologi
Penanggulangan pencemaran lingkungan secara teknologi dengan penggunaan
berbagai peralatan dalam rangka mencegah, mengolah berbagai material
pencemar, seperti sampah atau limbah, misalnya dengan mendirikan tempat
pembakaran akhir sampah berupa insinerator dengan suhu yang sangat tinggi
sehingga tidak menghasilkan asap (Mena, Tyas and Budiati, 2019).
Model Pendekatan Edukatif
Pencegahan terjadinya pencemaran dapat dilakukan secara pendekatan
edukatif dapat dilakukan melalui jalur pendidikan baik formal maupun
nonformal. Metode ini lebih dikhususkan pada masyarakat secara umum untuk
membentuk pemahaman dan penanaman dalam diri perilaku sadar lingkungan.
Pendekatan edukasi metode pendidikan formal dapat dilakukan kepada peserta
didik di sekolah-sekolah dimasukkan memberi pengetahuan tentang
lingkungan hidup ke dalam mata pelajaran yang terkait, misalnya IPA dan juga
pada pendidikan agama.
Melalui jalur pendidikan nonformal dilakukan penyuluhan kepada masyarakat
tentang pentingnya pelestarian lingkungan, pencegahan dan penanggulangan
berbagai potensi terjadinya pencemaran lingkungan (Rahayu and Purwoko,
2020).
Berdasarkan Undang-Undang
Pemerintah telah menerbitkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Lingkungan Hidup. Melalui undang-undang tersebut diketahui bahwa upaya
penanganan terhadap permasalahan pencemaran lingkungan adalah sebagai
berikut:
1. Mengatur sistem pembuangan limbah industri.
2. Penempatan suatu area industri terpisah dan berjauhan kontinu dari
kawasan permukiman penduduk.
3. Pengawasan penggunaan bahan kimia, seperti pestisida dan
insektisida.
4. Melakukan penghijauan.
Bab 5 Prakiraan dan Evaluasi Dampak Lingkungan 69
6.1 Pendahuluan
Pengertian Limbah Cair
Limbah cair atau air limbah merupakan air sisa proses dari kegiatan manusia,
baik itu kegiatan domestik, industri, komersial dan lain-lain yang mengandung
bahan-bahan yang berbahaya dan beracun bagi lingkungan hidup manusia.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, air limbah merupakan air sisa
dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
Sumber Limbah Cair
Sumber limbah cair dapat berasal dari kegiatan di pemukiman atau
perumahan, perkantoran, komersial, fasilitas umum dan pelayanan kesehatan
serta kegiatan industri. Selain itu, limbah cair juga dapat bersumber dari air
hujan dan air limpasan atau air luapan dari permukaan, seperti air luapan dari
sungai atau selokan di pinggir jalan.
78 Pengantar Teknik Lingkungan
5. Padatan
Padatan dalam air buangan terdiri atas padatan terlarut (Total
Dissolved Solid/TDS) dan padatan ter suspensi (Total Suspended
Solid/TSS). TSS pada air limbah dapat berupa fitoplankton, bakteri,
fungi maupun partikel anorganik lainnya. Tingginya kandungan TSS
pada perairan dapat menyebabkan kekeruhan. Air yang keruh dapat
mengurangi penetrasi cahaya matahari untuk masuk ke dalam badan
air sehingga proses fotosintesis dapat terganggu.
6. pH
pH merupakan derajat keasaman pada suatu badan air. Nilai pH
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup organisme yang ada di
perairan. Selain itu, pH juga dapat dijadikan indikator keseimbangan
unsur hara dan unsur kimia yang bermanfaat bagi kehidupan di dalam
air.
7. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO)
Oksigen terlarut sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme yang ada
dalam air buangan agar dapat mengurai bahan-bahan organik. DO
sangat tergantung pada suhu air limbah. Pada air buangan, biasanya
nilai DO sangat rendah. Untuk mengantisipasi hal ini, biasanya
disediakan alat (aerator) untuk mensuplai oksigen ke dalam air
limbah. .
8. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD diartikan sebagai kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
menguraikan bahan organik dalam kondisi aerobik (Atima, 2015;
Astuti, 2016). Jika kebutuhan oksigen dalam air buangan
menunjukkan angka yang tinggi, maka hal ini menunjukkan
rendahnya oksigen terlarut dalam air.
9. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengurai
bahan organik secara kimiawi.
80 Pengantar Teknik Lingkungan
sering muncul terkait dengan air limbah adalah kolera, disentri dan
diare.
Selain itu, limbah cair yang berasal dari industri biasanya
mengandung logam berat yang apabila dikonsumsi oleh manusia
maka logam tersebut akan terakumulasi di dalam tubuh (Irfandi,
2013), sehingga dapat menimbulkan penyakit, misalnya gangguan
ginjal, hati, kulit (Miaratiska, 2015), saluran pernafasan, syaraf,
anemia bahkan dapat mengakibatkan kelumpuhan.
2. Penurunan Kualitas Lingkungan
Limbah cair yang tidak diolah sebelum dibuang ke lingkungan
apabila bercampur dengan air hujan dan meresap ke dalam tanah,
maka akan mencemari air tanah. Selain itu, air limbah juga dapat
masuk ke badan air terbuka, seperti sungai dan danau dengan
membawa zat-zat atau bahan-bahan berbahaya yang dapat
mengganggu ekosistem yang ada di dalamnya.
3. Gangguan Estetika/Keindahan
Air buangan yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu dapat
mengganggu estetika atau keindahan serta kenyamanan. Air limbah
tanpa pengolahan dapat mengundang hewan pembawa penyakit,
seperti nyamuk, lalat, tikus dan lain-lain yang dapat mengganggu
pemandangan di sekitarnya.
4. Kerusakan Material
Air limbah yang berasal dari kegiatan industri banyak mengandung
logam berat yang bersifat korosif dan gas-gas oksida yang dapat
mempercepat proses terjadinya karat pada material berbahan dasar
besi. Jika tidak diolah terlebih dahulu, maka air limbah yang dibuang
ke lingkungan akan mengganggu bangunan atau benda-benda lain
yang ada di sekitarnya.
d. Sedimentasi
Proses sedimentasi/pengendapan didasarkan pada berat jenis zat-
zat polutan yang ada pada air buangan. Material tersuspensi yang
terkandung pada air limbah akan terendapkan dengan sendirinya
secara gravitasi.
2. Proses Kimia
a. Koagulasi-Flokulasi
Proses ini merupakan proses destabilisasi koloid yang terkandung
pada air buangan dengan memberikan tambahan bahan kimia
atau yang dikenal dengan nama koagulan. Penambahan koagulan
diiringi dengan pengadukan cepat agar terjadi percampuran
antara keduanya. Penambahan koagulan membuat partikel koloid
yang tidak dapat mengendap ini bersatu dan menjadi besar.
Proses koagulasi biasanya diikuti dengan proses flokulasi, yaitu
proses pembentukan flok pada air limbah dengan cara
pengadukan lambat sehingga flok tersebut menjadi besar dan
mudah mengendap (Susanti, 2003).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa koagulasi-
flokulasi mampu menurunkan nilai BOD-COD pada limbah
laundry (Rahimah, 2016), BOD, COD dan TSS pada air lindi
(Fajri, 2017) dan mampu menurunkan kadar Cr pada air limbah
industri elektroplating (Nurhasni, 2013).
b. Adsorbsi
Proses adsorpsi pada pengolahan air buangan bertujuan untuk
memisahkan air dengan zat-zat pengotornya dengan cara
penyerapan. Media yang biasa digunakan dalam proses ini adalah
karbon aktif dan zeolit yang sebelumnya telah diaktivasi serta
tanah haloisit (Masduqi, 2004) dan silika gel (Larasati, 2016).
Menurut Nurlela (2018), proses adsorpsi dengan menggunakan
karbon aktif lebih efektif jika dibandingkan dengan zeolit dalam
mengolah air buangan pewarna sintetis.
Pengolahan air limbah dengan proses adsorpsi juga dapat
dikombinasikan dengan proses lain, seperti aerasi dan filtrasi
Bab 6 Penanganan dan Pengolahan Limbah Cair 85
kegiatan yang berada di suatu lokasi tidak akan mengganggu lingkungan yang
ada di sekitarnya. Ukuran batas ini juga merupakan alat bagi pemilik usaha dan
atau kegiatan untuk menunjukkan komitmen bahwa kegiatan mereka tidak
merugikan lingkungan hidup di sekelilingnya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 Tahun 2016
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, parameter kunci untuk air limbah
domestik adalah pH, BOD, COD, TSS, Lemak & Minyak, Amonia Total, dan
Total Koliform.
Sedangkan untuk industri, Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
telah mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk lebih dari 40 jenis
industri, di antaranya:
1. Industri lapisan logam dan galvanis.
2. Industri minyak sawit.
3. Industri karet.
4. Industri tapioka.
5. Industri monosodium glutamate dan inosin monofosfat.
6. Industri kayu lapis.
7. Industri pengolahan susu.
8. Industri minuman ringan.
9. Industri sabun, detergen dan produk-produk minyak nabati.
10. Industri bir.
11. Industri baterai timbal asam.
12. Dll.
Parameter umum yang ada pada baku mutu air limbah industri adalah TSS,
BOD5, COD, pH, minyak dan lemak, amonia, nitrogen total dan sulfida serta
logam berat (Cu, Pb, Cr, Cd, Fe dan Mn).
88 Pengantar Teknik Lingkungan
Bab 7
Pencemaran Udara, Air, dan
Tanah
Perlu diperhatikan bahwa sumber energi, yaitu jenis bahan bakar yang
digunakan kendaraan bermotor memiliki pengaruh yang cukup signifikan
terhadap tingkat pencemaran udara. Hal ini sungguh ironi, karena sektor
transportasi, khususnya di Indonesia masih sangat tergantung pada jenis bahan
bakar yang berpotensi merusak lingkungan.
Menurut Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Jakarta (2013),
pemanfaatan bahan bakar minyak (BBM) pada kendaraan bermotor akan
menghasilkan beberapa senyawa karbon, seperti Karbon Monoksida (CO),
Total Hidrokarbon (THC), debu (TSP), Oksida-oksida Nitrogen (NOx) dan
Oksida-oksida Sulfur (Sox). Jenis bahan bakar lainnya, yaitu premium dengan
TEL akan menghasilkan timbal, solar pada kendaraan bermotor akan
mengeluarkan senyawa-senyawa tambahan, seperti aldehid dan Poli Alifatik
Hidrokarbon (PAH) yang berdampak pada tingkat kesehatan.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dipertegas bahwa bahan bakar
kendaraan bermotor tidak hanya mencemarkan udara, tapi juga dapat merusak
92 Pengantar Teknik Lingkungan
C H COOH + NaOH
17 35 C H COONa + H O
17 35 2
Selanjutnya, zat warna juga dapat ditemukan dari mineral alam dan
senyawa anorganik. Contoh nyata dari zat tersebut adalah cat. Zat warna
yang berasal dari senyawa anorganik dikenal dengan pigmen. Adapun
contoh pigmen dari senyawa anorganik dan mineral alam dapat
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 7.1: Jenis Warna Pigmen yang Berasal dari Mineral Alam dan
Senyawa Organik (Wardana, 2004)
No. Warna Mineral
1 Putih Titanium dioksida
Seng Oksida
Seng sulfida
Timbal sulfat
2 Merah Besi oksida
Kadmium merah
Timbal Merah
Toners dan Lak
3 Hitam Graphite
Karbon Black
Lengas Lampu
Magnetite black
4 Biru Ultramarine
Cobalt biru
Besi biru
Tembaga
phthalocyanine
5 Kuning Seng Kromat
Ferit kuning
Cadmium lithopone
Ocher
6 Metalik Aluminium
Debu seng
Serbuk Temaba
Bab 7 Pencemaran Udara, Air, dan Tanah 97
Bahkan, untuk kasus pencemaran tanah dengan kategori parah dapat berimbas
pada pencemaran air. Hal ini terjadi karena bakteri yang mencemari
permukaan tanah tidak dapat disaring, yang akhirnya mengontaminasi air
tanah. Tidak hanya mencemari air, pencemaran tanah juga berbahaya bagi
kehidupan manusia. Proses ini terjadi ketika zat beracun yang mencemari
tanah menguap dan tersapu oleh air hujan.
Dari air hujan tersebut, zat beracun kemudian terserap ke dalam tanah dan
mengendap di dalamnya. Zat beracun ini akhirnya mengontaminasi air tanah
dan udara yang ada di atasnya. Ketika air tanah telah bercampur dengan zat
beracun, maka air tersebut tidak layak lagi dikonsumsi, karena berbahaya bagi
kesehatan manusia.
Dampak Terjadinya Pencemaran Tanah
Dalam banyak literatur telah disebutkan beberapa faktor penyebab terjadinya
pencemaran tanah, antara lain adalah:
1. Menimbun sampah anorganik, seperti plastik, pecahan kaca, dan
kaleng di dalam tanah. Jenis sampah ini tidak dapat diurai oleh
bakteri pengurai.
2. Menggunakan bahan pemberantasan hama seperti pestisida,
insektisida dan bahan lainnya
3. Membuang limbah detergen, hingga mengendap di dalam tanah
4. Adanya pengikisan lapisan humus oleh aliran air.
5. Terjadinya hujan asam yang menyebabkan senyawa asam
Salah satu tanda adanya pencemaran tanah adalah kondisi fisik tanah yang
sudah tidak layak digunakan oleh makhluk hidup. Pada kondisi tersebut, tanah
menjadi tandus dan kering, sehingga tidak dapat ditanami tumbuhan. Selain
itu, pencemaran tanah juga berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup,
khususnya manusia. Zat beracun yang mencemari tanah akan menguap dan
104 Pengantar Teknik Lingkungan
masuk ke dalam tanah. Zat ini kemudian akan mengendap yang akhirnya
mengontaminasi air tanah.
Tindakan Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Tanah
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditegaskan bahwa pencemaran tanah
akan sangat berbahaya bagi makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan maupun
manusia. Oleh karena itu, perlu disusun langkah-langkah untuk mencegah dan
menanggulangi dampak pencemaran tanah.
Adapun langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Menguraikan terlebih dahulu sampah-sampah sintesis sebelum
dibuang ke dalam tanah
2. Melakukan daur ulang untuk bahan-bahan yang sekiranya dapat
didaur ulang, seperti kaleng, plastik dan kaca
3. Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya kesadaran
membuang sampah pada tempatnya
4. Memisahkan jenis sampah yang organik dan anorganik. Sampah
organik adalah sampah yang dapat didaur ulang karena berasal dari
kotoran hewan dan tumbuhan. Sementara itu, sampah anorganik
adalah sampah yang tidak dapat didaur ulang, seperti plastik, kaleng
dan baterai. Sampah ini tidak dapat diurai oleh bakteri pengurai.
5. Menampung limbah detergen untuk kemudian diendapkan, saring dan
dijernihkan kembali.
6. Menggunakan pestisida sesuai dengan dosis yang ditentukan
7. Menggunakan pupuk anorganik dengan secukupnya
8. Menjaga kelestarian tanaman untuk menghindari terjadinya
pengikisan tanah lapisan humus oleh aliran hujan.
Melihat besarnya dampak pencemaran tanah, maka perlu satu metode untuk
memulihkan kembali tanah ke kondisi semula. Salah satu teknik yang dapat
digunakan adalah remediasi, yaitu kegiatan untuk membersihkan permukaan
tanah.
Bab 7 Pencemaran Udara, Air, dan Tanah 105
8.1 Pendahuluan
Lingkungan merupakan tempat manusia hidup dan melakukan aktivitas hidup
sehari-hari. Kondisi kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhadap
kesehatan manusia. Oleh karena itu lingkungan tempat hidup manusia sangat
perlu untuk dijaga kebersihan dan kesehatannya. Lingkungan hidup yang baik
dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 28H (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (perubahan kedua) bahwa “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
Kita sadari bahwa kualitas lingkungan hidup semakin lama semakin menurun.
Jika dibiarkan terus menerus maka akan dapat mengancam kelangsungan
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sisi lain pemanasan global
yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga
memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan
dapat mengganggu keseimbangan ekologi yang pada akhirnya berdampak
pada eksistensi manusia.
Dengan terganggunya keseimbangan ekologi tersebut maka kemampuan alam
untuk produksi akan semakin menurun, sementara itu kebutuhan manusia akan
108 Pengantar Teknik Lingkungan
9.1 Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan kota yang pesat merupakan akibat dari
peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan berbagai fasilitas perkotaan.
Kedua hal tersebut kerap menimbulkan permasalahan lingkungan. Pencemaran
air sungai 60% - 70% berasal dari limbah domestik. Air buangan yang berasal
dari rumah tangga atau pemukiman penduduk disebut air limbah domestik
(domestic wastewater) terdiri dari air bekas mandi, bekas cuci pakaian, dan
bekas cucian dapur (greywater) serta kotoran manusia (blackwater).
Penanganan greywater di Indonesia pada umumnya langsung dibuang ke
saluran drainase tanpa pengolahan sebelumnya. Greywater yang masuk ke
lingkungan perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu berpotensi
meningkatkan COD, BOD, dan TSS. Parameter TSS diukur berdasarkan
keberadaan zat tersuspensi dalam air yang terdiri dari berbagai macam zat
yang merupakan bahan anorganik dan organik yang melayang-layang dalam
air atau dapat juga berupa mikroorganisme.
Meningkatnya TSS dapat meningkatkan kekeruhan air karena kekeruhan erat
sekali kaitannya dengan kadar zat tersuspensi. Dampak kekeruhan pada air
122 Pengantar Teknik Lingkungan
dan koloid serta zat – zat lainnya (Joko, T. 2010). Proses pengolahan air
limbah yang utama adalah bagaimana cara penyaringan dengan menggunakan
media saringan cepat dan lambat yang terdiri dari pasir, kerikil, dan material
lain. Model filtrasi ini dibuat untuk memisahkan zat padat yang terkandung
dalam air limbah yang nantinya akan dihasilkan efektivitas waktu filtrasinya
dan sejauh mana dapat menghilangkan kekeruhan dan coliform, sehingga air
yang dihasilkan dapat layak digunakan sesuai menurut syarat baku mutu air.
Limbah cair rumah tangga atau domestik adalah air buangan yang berasal dari
penggunaan untuk kebersihan yaitu gabungan limbah dapur, kamar mandi,
toilet, cucian, dan sebagainya. Komposisi limbah cair rata-rata mengandung
bahan organik dan senyawa mineral yang berasal dari sisa makanan, urine, dan
sabun. Sebagian limbah rumah tangga berbentuk suspensi lainnya dalam
bentuk bahan terlarut. Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun
anorganik yang dapat larut, mengendap atau tersuspensi. Bahan ini pada
akhirnya akan mengendap di dasar air sehingga menimbulkan pendangkalan
pada dasar badan air penerima. Limbah cair ini hampir seluruhnya dibuang ke
sungai - sungai melalui saluran.
terkandung dalam aliran air limbah atau air buangan akan mengendapkan
sedimen berbutir kasar (bedload) terlebih dahulu dibandingkan dengan
sedimen berbutir halus (suspended load). Transpor sedimen dalam pipa
penting dan diperlukan dalam bidang pemisahan endapan lumpur dan
pengerukan (dredging).
Manfaat sistem ini dalam kedua bidang tersebut adalah untuk memindahkan
sedimen/endapan pada minimum head loss tanpa pengendapan. Aspek penting
dari sistem ini adalah bagaimana memprediksi head loss dan kecepatan
minimum atau kecepatan kritis agar supaya pipa terhindar dari pengendapan
(Breusers, 1979 [1]).
Kecepatan aliran dan tegangan geser terhadap variasi konsentrasi lumpur pada
pipa, dianlisis bahwa semakin besar konsentrasi lumpur pada aliran, maka
koefisien geseknya semakin besar. Kekentalan (viskositas) dari suatu fluida
sangat tergantung dari beberapa faktor antara lain partikel penyusunya dalam
penelitiannya dengan merubah konsentrasi padatan maka terlihat perubahan
baik pada kurva aliran dan apparent viscosity terhadap gradient kecepatan atau
shear rate.
Dalam penelitian Isa dkk, (2015) mengkaji kriteria desain minimum velocity
sedimen bed load dengan sistem self cleansing agar dapat memprediksi batas
pengendapan transpor sedimen. Persamaan baru yang disajikan untuk bedload
yang tidak disimpan dan bed load dengan deposit terbatas.
Salah satu teknik pengolahan air secara fisik yang sangat cocok untuk
memenuhi kebutuhan akan air bersih pada komunitas skala kecil atau skala
rumah tangga adalah sistem filtrasi. Pada pengolahan air baku filtrasi
digunakan untuk menyaring hasil dari proses koagulasi - flokulasi -
sedimentasi sehingga dihasilkan air bersih dengan kualitas tinggi. Selain
mereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat pula mereduksi kandungan
bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau besi dan mangan, sehingga air yang
dihasilkan dapat layak digunakan sesuai syarat baku mutu air bersih
Permenkes nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.
Teknologi filtrasi yang banyak diterapkan di Indonesia biasanya adalah filtrasi
konvensional dengan arah aliran dari atas ke bawah (downflow), sehingga jika
kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan, maka sering terjadi
penyumbatan pada saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian secara
manual. Hal inilah yang sering menyebabkan saringan pasir lambat yang telah
dibangun kurang berfungsi dengan baik, terutama pada musim hujan
masyarakat umumnya malas melakukan pemeliharaan akibatnya alat tidak
digunakan lagi dan mereka kembali memanfaatkan air kotor.
Sedangkan beberapa kelemahan sistem aliran Down Flow tersebut antara lain:
1. Jika air limbah mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter
menjadi besar, sehingga sering terjadi kebuntuan, akibatnya waktu
pencucian filter menjadi pendek.
2. Kecepatan penyaringan rendah, sehingga memerlukan ruangan yang
cukup luas.
3. Pencucian filter dilakukan secara manual, yakni dengan cara
mengeruk lapisan pasir bagian atas dan dicuci dengan air bersih, dan
setelah bersih dimasukkan kembali ke dalam saringan seperti semula.
Karena tanpa bahan kimia, tidak dapat digunakan untuk menyaring
air gambut
kekeruhan (Kout) serta ketebalan media filter (D), yang dirumuskan sebagai
berikut:
1,151log K in / K out
l= (1)
D
atau
a
l= (2)
D
dan lebar atau diameter) dapat ditentukan rasio lebar terhadap panjang berkisar
1:1 hingga 1:2. Tinggi bak filter ditentukan dari tinggi bahan yang terdapat di
bak, meliputi underdrain, media penyangga, media filter dan air diatas media
ditambah dengan tinggi jagaan (free board).
Debit air limbah berasal dari kegiatan domestik, infiltrasi air tanah dan faktor
lainnya. Debit air limbah rata – rata dapat dicari dengan persamaan:
Qww = (60 – 85) % x Qw (4)
132 Pengantar Teknik Lingkungan
Bab 10
Perubahan Iklim
10.1 Pendahuluan
Peningkatan penduduk dan meningkatkan kebutuhan hidup senantiasa
membuat manusia untuk berusaha untuk terus berusaha agar dapat menjaga
kelangsungan hidup. Salah satu usaha yang dilakukan adalah intensifikasi dan
ekstensifikasi lahan pertanian dan perkebunan. Dampak dari aktivitas ini
mengakibatkan kebutuhan lahan meningkat, baik untuk usaha, pemukiman
maupun keperluan lain. Kebutuhan lahan ini ikut memengaruhi kondisi buruk
DAS karena mendesak dan mengurangi lahan-lahan bervegetasi sehingga
dampak yang terlihat dari kejadian banjir dan kekeringan di beberapa wilayah
yang hampir setiap tahun terjadi.
Perubahan fungsi lahan di sekitar Daerah Aliran Sungai dipengaruhi oleh
kebutuhan masyarakat yang merasa kekurangan lahan untuk aktivitas kegiatan
sehari-hari. Akibatnya kondisi DAS semakin menurun kapasitas dukung
terhadap keseimbangan air sehingga akan berdampak pada hilangnya fungsi
DAS sebagai penyangga dan pelindung. Pencarian pemecahan masalah yang
efektif dan efisien telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, pemodelan
merupakan salah satu cara yang banyak dilakukan.
Dengan menggunakan pemodelan, perilaku sungai di masa depan dapat
diduga berdasarkan kecenderungan yang terjadi saat ini dan di masa lampau,
134 Pengantar Teknik Lingkungan
andalan sebagai dasar dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air
melalui penggunaan rumus empiris dengan pendekatan beberapa metode.
Simulasi hidrologi merupakan representasi matematis sederhana atau
menerangkan respons sistem hidrologi dari sebuah input tertentu pada periode
waktu yang ditetapkan (Muntrejo, 1982).
Karakteristik penutupan lahan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh kondisi
bio-fisik maupun sosial ekonomi masyarakatnya. Pada wilayah dengan curah
hujan tinggi berpenduduk jarang, pola penutupan lahannya lebih dominan pada
tanaman tahunan, sebaliknya pada wilayah curah hujan tinggi berpenduduk
padat pola penutupan lahannya lebih dominan pada tanaman semusim.
Sedangkan pada wilayah kering (hujan rendah) dengan penduduk jarang, pola
penutupan lahannya didominasi padang rumput dan tanaman tahan kering.
Kebutuhan akan data terkini, akurasi tinggi, pada areal yang luas untuk
memantau perubahan satu kesatuan pengelolaan DAS.
Konsep pendekatan model simulasi iklim–hujan-aliran sungai dihitung
berdasarkan analisa black box, sehingga untuk simulasi dilakukan dengan
konsep pendekatan sistem hidrologi yang mempunyai hubungan tidak linier
antara input data dan outputnya. Sehingga Model atau pemodelan merupakan
suatu kesatuan yang kompleks dalam suatu analisis yang meliputi: sistem,
model dapat didefinisikan sebagai penyederhanaan/ abstraksi dari suatu
fenomena alam yang sangat kompleks sebagai representasi dari realitas
sesungguhnya ke dalam suatu seri persamaan matematis atau statistik, validasi,
simulasi, dan kalibrasi.
Dalam jumlah yang kecil, air bawah tanah, termasuk air yang dikumpulkan
dengan cara rembesan, dapat dipertimbangkan sebagai sebuah sumber air.
Kualitas air bawah tanah secara umum sangat baik bagi air permukaan dan di
beberapa tempat yang memiliki musim dingin bisa memanfaatkan salju
sebagai sumber air.
Hal ini dapat menghemat biaya operasional dan pemeliharaan karena secara
umum kualitas air bawah tanah sangat baik sebagai air baku. Khusus untuk air
bawah tanah yang diambil dengan cara pengeboran harus melalui perizinan.
Hal ini untuk mencegah terjadinya eksploitasi secara besar-besaran. Akibat
dari eksploitasi secara besar-besaran bisa mengakibatkan kekosongan air di
bawah tanah karena tidak seimbangnya antara air yang masuk dengan air yang
diambil, penurunan muka air tanah, selain itu juga dapat mengakibatkan intrusi
air laut yang masuk merembes menggantikan air tanah tersebut, akibatnya air
tanah menjadi asin dan tidak layak pakai.
Dalam SNI 6773:2008 bagian Persyaratan Teknis kualitas air baku yang bisa
diolah dalam Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) adalah:
1. Kekeruhan, maximum 600 NTU (nephelometric turbidity unit) atau
400 mg/l SiO2.
2. Kandungan warna asli (apparent colour) tidak melebihi dari 100 Pt
Co dan warna sementara mengikuti kekeruhan air baku.
3. Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku air baku sesuai PP No.82
tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
4. Dalam hal air sungai daerah tertentu mempunyai kandungan warna,
besi dan atau bahan organik melebihi syarat tersebut diatas tetapi
kekeruhan rendah (<50 NTU).
Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-sifat
fisik, kimia, radio aktif maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratan
kualitas air tersebut.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, air menurut
kegunaannya digolongkan menjadi 4 (empat) kelas:
1. Kelas I: Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas II: Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
Peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas III: Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas IV: Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
pH
pH (Power of Hydrogen), adalah derajat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan (alkalis), yang dimiliki oleh suatu
larutan. Derajat keasaman ini didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion
hidrogen yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur
secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.
Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan
larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 C ditetapkan sebagai
0
7,0. Jika suatu larutan memiliki nilai pH yang kurang daripada 7 maka larutan
tersebut bersifat asam yang biasanya terdapat pada larutan-larutan ataupun air
di daerah sekitar rawa maupun lahan gambut yang tidak layak untuk minum
dan larutan dengan pH lebih daripada 7 dikatakan bersifat basa atau alkali.
Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan
Bab 10 Perubahan Iklim 141
kekeruhan juga akan menjadi semakin tinggi. Kekeruhan pada perairan yang
tergenang misalnya pada danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan
tersuspensi berupa koloid dan partikel-partikel halus. Sedangkan kekeruhan
pada sungai pada saat banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan
tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan permukaan tanah
yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan.
Suhu
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian
dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan
awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh
terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air.
Peningkatan suhu juga mengakibatkan penurunan kelarutan gas dalam air.
Selain itu peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen.
Cahaya matahari yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan dan
perubahan menjadi energi panas. Proses penyerapan cahaya ini berlangsung
secara lebih intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas perairan memiliki
suhu yang lebih tinggi dan densitas yang lebih kecil dibandingkan dengan
lapisan bawah.
Salinitas atau kadar garam adalah kuantitas total garam terlarut dalam gram per
liter air laut dengan satuan permil (º/oo). Salinitas suatu perairan dipengaruhi
oleh adanya aliran air laut, daratan, curah hujan, dan pasang surut (Anggoro,
1984). Konsentrasi seluruh garam yang terdapat dalam air laut sebesar 3 %
dari berat seluruhnya (berat air) semua dalam perbandingan yang tetap
sehingga terbentuk garam di laut. Kadar garam ini tetap tidak berubah
sepanjang masa. Artinya kita tidak menjumpai bahwa air laut makin lama
makin asin. Di mana semuanya memiliki komposisi di lautan yang relatif tetap
Secara praktis, di muara sungai karena terjadi pengenceran misalnya karena
pengaruh aliran sungai, salinitas dapat berubah terutama pada waktu muka air
laut surut.
Sebaliknya pada waktu air pasang, salinitas dapat meningkat. Istilah yang
digunakan untuk menyatakan air yang salinitasnya antara air tawar dan air laut
digunakan air payau. Ada berbagai cara dan istilah yang digunakan untuk
memberi nama air berdasarkan salinitasnya. Salah satu cara dan istilah yang
digunakan untuk memberi nama air berdasarkan salinitasnya.
Bab 10 Perubahan Iklim 143
Ada berbagai cara untuk menentukan salinitas, baik secara kimia maupun
secara fisika. Salah satu alat yang paling populer untuk mengukur salinitas
dengan ketelitian tinggi ialah dengan alat salinometer.
144 Pengantar Teknik Lingkungan
Bab 11
Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
11.1 Pendahuluan
Penurunan kualitas lingkungan hidup dalam perkembangannya terus
meningkat membuat pemerintah perlu merumuskan langkah dan kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang lebih serius. Banyak aspek
yang jadi pemicu terjadinya kualitas lingkungan hidup, mulai dari aspek
demografis, etika, sosial, ekonomi, adat istiadat, sampai aspek institusi serta
politik. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah salah satu metode
yang cukup efektif untuk mengatasi masalah kerusakan lingkungan karena
dapat menuntun, mengarahkan dan menjamin lahirnya kebijakan, rencana
dan/atau program yang mempertimbangkan efek negatif terhadap lingkungan
dan dapat menjamin keberlanjutan.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) dengan analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif
sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk menekankan bahwa “prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam suatu
kebijakan, rencana, dan/atau program”. Kebijakan, Rencana dan/atau Program
146 Pengantar Teknik Lingkungan
Tabel 11.1: Tiga Macam Sifat dan Tujuan KLHS (Sadler, 2005)
Sifat KLHS Tujuan (Generik) KLHS
Instrumental ▪ Mengidentifikasi pengaruh atau konsekuensi dari kebijakan,
rencana atau program terhadap lingkungan hidup sebagai upaya
untuk mendukung proses pengambilan keputusan.
▪ Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan ke dalam
Kebijakan, Rencana dan/atau Program.
Transformatif ▪ Memperbaiki mutu dan proses formulasi Kebijakan, Rencana
dan/atau Program.
▪ Memfasilitasi proses pengambilan keputusan agar dapat
menyeimbangkan tujuan lingkungan hidup, sosial dan ekonomi.
Substantif ▪ Meminimalisasi potensi dampak penting negatif yang akan
timbul sebagai akibat dari usulan kebijakan, rencana atau
program (tingkat keberlanjutan lemah).
▪ Melakukan langkah-langkah perlindungan lingkungan yang
tangguh (tingkat keberlanjutan moderat)
▪ Memelihara potensi sumber daya alam dan daya dukung air,
udara, tanah dan ekosistem (tingkat keberlanjutan moderat
sampai tinggi).
“Ada dua faktor utama yang menyebabkan kehadiran KLHS dibutuhkan saat
ini di berbagai belahan dunia: pertama, KLHS mengatasi kelemahan dan
keterbatasan AMDAL, dan kedua, KLHS merupakan instrumen yang lebih
efektif untuk mendorong pembangunan berkelanjutan” (Eddy, Triono, 2015).
150 Pengantar Teknik Lingkungan
deliberatif ini pihak yang lemah (baik secara ekonomi, politik, maupun sosial)
diberikan bantuan sumber daya, teknis, dan hukum yang akan memungkinkan
mereka untuk memperoleh akses yang lebih besar dalam pengambilan
keputusan.
Proses yang deliberatif ini dapat diwujudkan melibatkan masyarakat tidak
hanya sampai tahap identifikasi dan perumusan isu pembangunan
berkelanjutan, tapi juga dalam hal pengawasan, keberatan, pengambilan
keputusan, serta pemantauan dan evaluasi. Mekanisme keberatan, terutama
diperlukan dalam hal masyarakat tidak diberikan kesempatan untuk terlibat,
atau apabila ternyata dalam praktiknya proses dan isi KLHS tertutup.
Permasalahan yang mendasar dalam kaitannya dengan partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan KLHS adalah mengenai pemberitahuan adanya KRP
dan KLHS. Dalam peraturan tersebut, tidak ada kewajiban bagi penyusun
KRP untuk melakukan pemberitahuan untuk menyampaikan adanya rencana
KRP. Pemberitahuan diperlukan agar masyarakat mengenal sedini mungkin
rencana KRP agar tersedia cukup waktu bagi masyarakat untuk menelaah
rencana KRP, termasuk dokumen KLHS yang telah disusun.
dapat diterapkan dalam jangka panjang serta bukan kebijakan yang hanya bisa
diterapkan dalam jangka pendek karena berdampak besar terhadap lingkungan.
Di dalam dokumen KLHS memuat kajian antara lain:
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan.
2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup.
3. Kinerja layanan/jasa ekosistem
4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam.
5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim.
6. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Keterkaitan antara KLHS dengan tata ruang bersifat saling melengkapi dan
menguatkan dalam pendekatan penyusunannya. Hal tersebut dapat ditinjau
dari kontribusi KLHS yang digunakan sebagai kegiatan strategik dalam
menuntun, mengarahkan serta menjamin tidak terjadinya dampak negatif
terhadap lingkungan serta keberlanjutan dalam perencanaan atau program
rencana tata ruang wilayah.
Posisi KLHS terletak pada aspek pengambilan keputusan dalam perencanaan
tata ruang, sehingga KLHS menjadi salah satu instrumen yang membantu
memperbaiki kerangka pikir penyusunan rencana tata ruang untuk menangani
permasalahan lingkungan hidup.
Daftar Pustaka
Achmad, R., (2004). Kimia Lingkungan, 1st ed. ANDI Publisher, Yogyakarta.
Adji Samekto. (2008). Kapitalisme, Modernisme dan Kerusakan Lingkungan,
Genta Press, Yogyakarta.
Adriyani, R. (2006) ‘Control of Environmental Pollution caused by Pesticide in
Agricultural Process’, Kesehatan Lingkungan, 3(1), pp. 95–106.
Afandi, A., Neolaka, A. dan Saleh, R. (2012) “Kesadaran Lingkungan
Masyarakat Dalam Pemeliharaan Taman Lingkungan Di Jakarta Pusat”,
Jurnal Menara Jurusan Teknik Sipil FT.UNJ, 7(1): hal 53-66
Ai, Y. L. (2020) Filsafat Lingkungan, KLipa.com. Available at:
http://klipaa.com/story/1533-filsafat-lingkungan (Accessed: 20 May
2021).
Akbar, Saleh, dan Johannes, (2012), Studi Kuantitas dan Kualitas Air Sungai
Tallo sebagai Sumber Air Baku, Jurnal Penelitian Jurusan Sipil Fakultas
Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar.
American Public Health Association, (1998), Standard Methods for the
Examination of Water and Wastewater : 20th Edition. Washington DC. :
American Water Works Association.
Aminah, S., Marzuki, I. and Rasyid, A. (2019) ‘Analisis Kandungan Klorin pada
Beras yang Beredar Di Pasar Tradisional Makassar Dengan Metode
Argentometri Volhard’, in Seminar Nasional Pangan, Teknologi, dan
Enterpreneurship, pp. 171–175.
Anggrahaeni, I., Mukarromah, L., Triani, N., Mathari, Aziizi, A.N., Afifah,
L.M., Rahmawati, R., Ismail, A.F., Khoiruddun, M.Y.A., Bessy, B.,
Adelia, Mufarokhah, Z., & Abrory, M.N. (2020) “Sosialisasi Pentingnya
Kesadaran Masyarakat terhadap Lingkungan Melalui Kegiatan Netralisasi
164 Pengantar Teknik Lingkungan
Dede, Nieke, dan Didik, (2012), Model Prediksi Kualitas Air di Sungai Kalimas
Surabaya (Segmen Ngagel - taman Prestasi) dengan Pemodelan
QUAL2Kw, Jurusan Teknik Lingkungan ITS, Surabaya.
Desi, U. (2017) Filsafat Lingkungan Hidup dan Penerapannya Terhadap
Ekowisata di Indonesia ( Sebuah Paradigma Baru Bioregionalisme dalam
Usaha Pengembangan Wisata di Indonesia untuk Menuju Kearifan
Lingkungan ). Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Diken, Y. D., Wardhana, I. wisnu and Sutrisno, E. (2017) ‘Analisis Dampak
Kualitas Udara Karbon Monoksida (Co) Di Sekitar Jl. Pemuda Akibat
Kegiatan Car Free Day Menggunakan Program Caline4 Dan Surfer (Studi
Kasus: Kota Semarang)’, Jurnal Teknik Lingkungan, 6(1), pp. 1–11.
Available at: https://media.neliti.com/media/publications/192188-ID-
analisis-dampak-kualitas-udara-karbon-mo.pdf.
Edahwati, l. dan Surihatin (2014) “Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi, dan
Filtrasi Pada Pengolahan Air Limbah Industri Perikanan,” Jurnal Ilmiah
Teknik Lingkungan, Vol.1, No. 2.
Eddy, S.H., M. Hum.,. Dr. Triono, (2015). KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS DALAM PERENCANAAN WILAYAH DAN TATA
RUANG. KUMPULAN JURNAL DOSEN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA.
Eddy, Triono, (2015). Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Perencanaan
Wilayah Dan Tata Ruang. Fakultas Teknik Universitas Pembangunan
Panca Budi, Medan.
Effendi, R. (2018). Pemahaman Tentang Lingkungan Berkelanjutan. Journal
fakultas Teknik Departement Arsitektur Universitas Diponegoro. Vol 18
no 2.
Efriningsih, R., Puspita, L. and Ramses (2016) ‘Evaluasi Kualitas Lingkungan
Perairan Pesisir di Sekitar TPA Telaga Punggur Kota Batam Berdasarkan
Struktur Komunitas Makrozoobetthos’, Simbiosa, 5(1), pp. 1–15.
Eriksson, Eva, Auffarth, K., Henze, M., and Leddin, A, (2001). Characteristics
of Grey Wastewater. Urban Water, 4: 85-104.
Fajri, N., Hadiwidodo, M., Wezagama, A. (2017). “Pengolahan Lindi dengan
Metode Koagulasi-Flokulasi Menggunakan Koagulan Aluminium Sulfat
dan Metode Ozonisasi untuk Menurunkan Parameter BOD, COD, dan
Daftar Pustaka 167
Joko Sujono dan Rachmad Jayadi, (2007), Hidrograf Satuan: Permasalahan dan
Alternatif Penyelesaian, Forum Teknik Sipil No. XVII/2-Mei, UGM,
Yogyakarta.
Joko, T. 2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum, Graha Ilmu
Karim, A. (2017) “Mengembangkan Kesadaran Melestarikan Lingkungan
Hidup Berbasis Humanisme Pendidikan Agama”, Edukasia: Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam, 12(2): hal 309-328.
Kristiandi, K. et al. (2021) Teknologi Fermentasi, Yayasan Kita Menulis.
Larasati, A., I., Susanawati. L., D. dan Suharto, B. (2016). “Efektivitas Adsorpsi
Logam Berat Pada Air Lindi Menggunakan Media Karbon Aktif, Zeolit,
Dan Silika Gel Di TPA Tlekung, Batu,”. Jurnal Sumber Daya Alam dan
Lingkungan, 2 (1), 44-48.
Lindstorm, C., (2000). Greywater Irrigation : Grey Waste Treatment.
Mahawati, E. et al. (2021) Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan
Industri, Yayasan Kita Menulis. Edited by R. Watrianthos and Janner
Simarmata. Medan.
Mangkoedihardjo, S dan Samudro, G., (2010). Fitoteknologi Terapan, Graha
Ilmu, Yokyakarta.
Mara, D. (2004). Domestic Wastewater Treatmen in Devoloping Countries.
Earthscan. London.
Mardanugraha, E. and Resosudarmo, B. P. (2002) ‘Analisis dan Penyusunan
Indeks Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah’, Economics and Finance
in Indonesia, 50, pp. 325–338.
Maryani, D., Masduqi, A., dan Moesriati, A., (2014). Pengaruh ketebalan media
dan rate filtrasi pada sand filter dalam menurunkan kekeruhan dan total
coliform. Jurnal teknik pomits. Vol.3, No.2 Hal D.76-D.81.
Maryanto. (2018). Membangun Lingkungan yang Berbasis Konsep
Berkelanjutan. Journal Meta-Yuridis Universitas PGRI Semarang. Vol.1
No. 1
Marzuki, I. (2009) ‘Analisis Penambahan Additive Batu Gamping Terhadap
Kualitas Komposisi Kimia Semen Portland’, Jurnal Chemica, 10(1), pp.
64–70.
170 Pengantar Teknik Lingkungan