Anda di halaman 1dari 9

Nama : Kartika Vania Putri

NPM : 20013010128
Kelas : Manajemen Risiko/B
RINGKASAN MATA KULIAH
MINGGU KE-6
LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Pengantar Tata Kelola Perusahaan

Tata kelola perusahaan merupakan suatu sistem yang diciptakan untuk


mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Prinsip O dari Tata Kelola Perusahaan
Inggris menyatakan bahwa direksi harus menetapkan prosedur untuk mengelola risiko,
mengawasi pengendalian internal, dan menentukan sifat dan tingkat risiko utama yang
akan diambil perusahaan untuk mencapai tujuan strategis jangka panjang.
Perusahaan harus menetapkan komite yang sesuai dengan sistem tata kelola yang
diterapkan oleh direksi. Komite ini bertujuan untuk mengawasi tata kelola perusahaan.
Komite dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan sistem, namun secara
umum terdapat beberapa komite dibawah ini
a. Komite manajemen risiko
b. Komite audit
c. Komite pengungkapan
d. Komite nominasi
e. Komite remunerasi

Prinsip OECD dalam Tata Kelola Perusahaan

The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) adalah


sebuah organisasi internasional yang membantu pemerintah untuk mengatasai tantangan
ekonomi, sosial, dan politik atas ekonomi global. OECD menyatakan beberapa prinsip
terkait dengan tata kelola perusahaan. Adapun prinsipnya yaitu:
Kerangka kerja tata kelola perusahaan Mempromosikan pasar yang transparan dan
yang efektif adil, alokasi sumber daya yang efisien dan
konsisten dengan aturan hukum dan
mendukung pengawasan dan penegakan
yang efektif.
Hak dan perlakuan yang adil terhadap Melindungi dan memfasilitasi pelaksanaan
pemegang saham hak pemegang saham dan memastikan
perlakuan yang adil dari semua pemegang
saham, termasuk pemegang saham
minoritas dan asing.
Investor institusi, pasar saham, dan Insentif yang baik di seluruh rantai
perantara lainnya investasi dan menyediakan pasar saham
untuk berfungsi dengan cara yang
berkontribusi pada tata kelola perusahaan
yang baik.
Peran pemangku kepentingan dalam tata Mengakui hak-hak pemangku kepentingan
kelola perusahaan. yang ditetapkan oleh hukum atau melalui
kesepakatan bersama dan mendorong kerja
sama aktif antara perusahaan dan
pemangku kepentingan.
Pengungkapan dan transparansi Pengungkapan yang tepat waktu dan akurat
dilakukan atas semua hal yang material,
termasuk situasi keuangan, kinerja,
kepemilikan, dan tata kelola perusahaan.
Tanggung jawab direksi Bimbingan strategis perusahaan,
pemantauan manajemen yang efektif oleh
dewan dan pertanggungjawaban dewan
kepada perusahaan dan pemegang saham.
Tata Kelola Perusahaan Jasa Keuangan

Tata kelola perusahaan telah diatur secara ketat. Secara umum, pedoman yang
digunakan oleh jasa keuangan meliputi kualifikasi direktur, tanggung jawab direktur, dan
tanggung jawab serta wewenang komite yang didelegasikan.
Bagian utama dari tata kelola perusahaan keuangan yang baik adalah pelatihan
dan pengenalan yang memadai bagi anggota direksi. Biasanya, pelatihan akan mencakup:
a. Kerangka hukum dan peraturan yang berlaku
b. Manajemen risiko
c. Manajemen modal dan akuntansi
d. SDM dan kompensasi
e. Komite audit, audit internal dan eksternal
f. Komunikasi

Tata Kelola Organisasi untuk Lembaga Pemenrintah

Untuk organisasi sektor publik, tata kelola organisasi dan manajemen risiko
dirancang untuk membantu organisasi mencapai tujuannya, termasuk untuk tujuan
komersial atau pasar. Dalam organisasi pemetintahan, terdapat prinsip khusus yang harus
diterapkan oleh pemerintah dalam melaksanakan tata kelola organisasi. Adapun prinsip
tersebut adalah Prinsip Nolan yang berisi:
a. Tidak mementingkan diri sendiri
b. Integritas
c. Objektivitas
d. Akuntabilitas
e. Keterbukaan
f. Kejujuran
g. Kepemimpinan
Perbedaan Pendekatan pada Manajemen Risiko

a. Risiko Operasional
Basel II menyatakan pendapatnya terkait dengan risiko operasional. Risiko
operasional adalah risiko yang muncul karena adanya kegagalan dari proses internal,
sumber daya manusia, sistem, atau kejadian eksternal. Basel II memiliki 12 prinsip
dalam manajemen risiko operasional.

Prinsip Manajemen Risiko Operasional

Prinsip 1 Budaya risiko Menempatkan penekanan pada manajemen senior untuk


menerapkan budaya risiko yang kuat dan
merekomendasikan bahwa kode etik harus ditinjau dan
disetujui oleh dewan, dibuktikan oleh karyawan,
pelaksanaannya diawasi oleh komite etika senior, dan
tersedia untuk umum.
Prinsip 2 Kerangka kerja Merekomendasikan dewan direksi dan manajemen untuk
manajemen risiko memahami sifat dan kompleksitas risiko yang melekat
operasional dalam sistem mereka.
Prinsip 3 Dewan direksi Menekankan tanggung jawab dewan untuk memastikan
kepemilikan oleh manajemen senior.
Prinsip 4 Selera risiko Merekomendasikan bahwa selera risiko operasional harus
mudah dikomunikasikan dan dipahami. Ini harus dengan
jelas mengartikulasikan motivasi untuk mengasumsikan
atau menghindari jenis risiko tertentu.
Prinsip 5 Manajemen senior Menekankan tanggung jawab manajemen senior untuk
risiko
Prinsip 6 Identifikasi dan Daftar alat yang digunakan untuk mengidentifikasi dan
penilaian pada menilai risiko termasuk rincian analisis kualitatif dan
operasional kuantitatif yang terlibat dalam proses RCSA dan
perusahaan dokumentasi yang diperlukan.
Prinsip 7 Identfiikasi dan Menjelaskan bagaimana tiga garis pertahanan beroperasi
penilaian selama perubahan. Lebih lanjut merekomendasikan catatan
perubahan pusat produk dan layanan dipelihara untuk memfasilitasi
pemantauan perubahan.
Prinsip 8 Pemantauan dan Menjelaskan tugas manajemen senior untuk memantau dan
pelaporan melaporkan masalah risiko termasuk risiko yang muncul.
Prinsip 9 Kontrol dan Bank harus memiliki lingkungan pengendalian yang kuat
mitigasi yang memanfaatkan kebijakan, proses dan sistem;
pengendalian internal yang sesuai; dan strategi mitigasi
dan/atau transfer risiko yang tepat.
Prinsip 10 Teknologi Bank harus menerapkan program manajemen risiko TIK
informasi dan yang kuat sejalan dengan kerangka kerja manajemen risiko
komunikasi operasional mereka.
Prinsip 11 Perencanaan Bank harus memiliki rencana kesinambungan bisnis untuk
kelangsungan memastikan kemampuan mereka untuk beroperasi secara
bisnis berkelanjutan dan membatasi kerugian jika terjadi
gangguan bisnis yang parah.
Prinsip 12 Pengungkapan Pengungkapan publik bank harus memungkinkan
pemangku kepentingan untuk menilai pendekatannya
terhadap manajemen risiko operasional dan eksposur risiko
operasionalnya.

Kategori risiko operasional

Internal Fraud Kerugian karena penipuan, penyelewengan


atau penghindaran peraturan oleh pihak
internal
External Fraud Kerugian karena penipuan, penyelewengan
atau pengelakan peraturan oleh pihak ketiga
Karyawan Kerugian yang timbul dari cedera atau
ketidakpatuhan terhadap undangundang
ketenagakerjaan
Klien Kerugian yang timbul dari kegagalan
memenuhi kewajiban profesional kepada
klien
Aset fisik Kerugian yang timbul dari kehilangan atau
kerusakan aset fisik
Sistem Kerugian yang timbul dari gangguan bisnis
atau kegagalan sistem
Proses Kerugian dari pemrosesan transaksi atau
manajemen proses yang gagal

b. Manajemen risiko proyek


Manajemen risiko proyek adalah suatu sistem yang diciptakan secara sistematis
untuk merencanakan, mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon risiko proyek.
Tujuan dari manajemen risiko proyek adalah untuk meningkatkan peluang dan
dampak peristiwa positif

1. Ketidakpastian dalam proyek


Perusahaan memiliki berbagai kemungkinan tindakan yang dapat mereka
ambil dalam mengelola sebuah ketidakpastian dalam proyek. Adapun
tindakan yang dapat mereka ambil adalah
 Menerima risiko atau ketidakpastian
 Mengadaptasi kegiatan dan prosedur
 Mengadopsi rencana dan tanggapan darurat
 Menghindari risiko atau ketidakpastian
2. Siklus hidup proyek
Siklus hidup proyek adalah tahap-tahap perkembangan proyek dari awal
gagasan hingga proyek dinyatakan selesai dimana tiap tahap memiliki pola
tertentu. Berikut adalah matriks dari siklus hidup proyek:
3. Analisis dan manajemen risiko proyek
Association for Project Management (APM) mengeluarkan panduan dalam
Project Risk Analysis and Management (PRAM). Terdapat 5 poin dalam
panduan tersebut:
1. Feasibility
2. Sanction
3. Tendering
4. Post-tender
5. During implementation

Pelaporan Pengelolaan Risiko

Panduan pengelolaan risiko dari Financial Reporting Council (FRC) yang


diterbitkan pada tahun 2016 mensyaratkan untuk dewan direksi organisasi untuk ikut
andil dalam manajemen risiko perusahaan. Adapun panduan dari FRC terkait hal tersebut
yaitu:

Proses manajemen 1. Memastikan bahwa manajemen risiko berlangsung


risiko secara normal
2. Identifikasi risiko utama yang dihadapi oleh
perusahaan
Risiko utama dan risk 1. Penilaian riisko terhadap model dan strategi bisnis
appetite 2. Risiko yang bisa diambil oleh organisasi
Risiko budaya dan 1. Budaya risiko tertanam di seluruh organisasi
jaminan risiko 2. Dewan direksi berhak untuk mengetahui jaminan
risiko
Profil risiko dan 1. Profil risiko tetap dievaluasi
mitigasi risiko 2. Mengukur untuk mengelola atau memitigasi bahwa
risiko diatasi
Aktivitas pengawasan 1. Mengawasi dan mengevaluasi bahwa manajemen
dan evaluasi risiko dilaksanakan
2. Mengawasi dan mengevaluasi secara berkelanjutan
dan tidak hanya tahunan
Komunikasi risiko dan 1. Mengkomunikasikan risiko internal dan eksternal
pelaporan organisasi
2. Risiko dilaporkan dan dikomunikasikan ke dewan
direksi perusahaan

a. Sarbanes-Oxley Act 2002


Sarbanes-Oxley (SOX) adalah aturan perundangan yang berlaku di Amerika
Serikat yang mengharuskan setiap perusahaan publik untuk membuat laporan
keuangan yang sangat mendetail, termasuk memberikan analisa mengenai
kekurangan dan risiko yang dihadapi perusahaan.
b. Pelaporan risiko badan amal
Hal-hal yang harus ada dalam pelaporan badan amal dalah:
1. Pengakuan tanggung jawab wali
2. Gambaran umum proses identifikasi risiko
3. Indikasi risiko utama telah ditinjau atau dinilai
4. Konfirmasi bahwa sistem kontrol sudah dibuat

Prinsip-prinsip pelaporan risiko badan amal:

1. Hubungan antara identifikasi risiko utama dan tujuan operasional dan strategis
amal
2. Prosedur yang melampaui risiko keuangan untuk mencakup operasional,
kepatuhan, dan kategori risiko lain yang bisa diidentifikasi
3. Keterkaitan penilaian dan evaluasi risiko dengan kemungkinan terjadinya dan
dampak jika peristiwa itu terjadi
4. Memastikan aktivitas dan pemantauan penilaian risiko berlangsung dengan
tertanam dalam prosedur manajemen dan operasional
5. Tinjauan dan pertimbangan wali amanat atas hasil utama identifikasi risiko,
evaluasi, dan pemantauan

c. Pelaporan risiko pemerintah


Prinsip pelaporan risiko pemerintah

Keterbukaan dan Pemerintah akan terbuka dan transparan tentang


transparansi pemahamannya tentang sifat risiko bagi publik dan
tentang proses yang diikuti dalam menanganinya.
Keterlibatan Pemerintah akan mencari keterlibatan luas dari mereka
yang terkait dalam proses pengambilan keputusan.
Proporsionalitas Pemerintah akan bertindak proporsional dan konsisten
dalam menangani risiko kepada publik.
Bukti Pemerintah akan berusaha untuk mendasarkan
keputusan pada semua bukti yang relevan.
Tanggung jawab Pemerintah akan berusaha mengalokasikan tanggung
jawab untuk mengelola risiko kepada mereka yang
ditempatkan paling baik untuk mengendalikannya.

Anda mungkin juga menyukai