Anda di halaman 1dari 9

HUKUM PERLINDUNGAN

KONSUMEN

Maria Novita Apriyani


Konsep Perlindungan Konsumen
• menyeimbangkan posisi tawar konsumen terhadap pelaku usaha
• mendorong pelaku usaha untuk bersikap jujur dan bertanggung
jawab dalam menjalankan usaha/kegiatannya
Pemegang Peranan

Konsumen (Pemakai, Pengguna, Pelanggan, & Pemanfaat)


Pelaku Usaha (Investor, Produsen, & Distributor)
Importir (Barang & Jasa)
Konsumen

Pasal 1 ayat (1) UU No 8 Tahun 1999

setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam


masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan
Pelaku Usaha

setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk


badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi.
Lembaga Pelaksana UUPK
• Pemerintah (Menteri Teknis)
• Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
• Badan Perlindungan Konsumen Nasional
• Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
• Penyidik
• Pengadilan
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha Vs Konsumen

• Pelaku usaha: hak < kewajiban


• Konsumen: hak > kewajiban
• BPSK: peradilan cepat
Klausa Baku
• Ketentuan klausula baku diatur dalam pasal 18 UUPK No. 8/1999.
• Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang
“telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak
oleh pelaku usaha” yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau
perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.
• Substansi dasar dari Klausula Baku yang dilarang adalah pernyataan
tentang pengalihan tanggung jawab; pernyataan hak menolak penyerahan
kembali barang yang sudah dibeli; dan juga pernyataan tunduknya
konsumen pada aturan baru yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha.
Larangan Klausa Baku
• Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausul baku pada
setiap dokumen atau perjanjian.
• Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang
pengungkapannya sulit dimengerti.
• Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada
dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan dinyatakan batal demi
hukum.
• Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan
dengan Undang-undang ini.

Anda mungkin juga menyukai