Anda di halaman 1dari 49

STUDI DESKRIPTIF PERANAN SOFT SKILL DALAM

PENCAPAIAN PRESTASI BELAJAR BAGI SISWA


GENERASI Z

Karya Tulis Ilmiah

diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan santri tingkat Mu’allimin

Pesantren Persatuan Islam 60 Katapang

oleh

GHAZA FAWWAZ IJLALI PERMANA

NISN: 0043190488

PESANTREN PERSATUAN ISLAM 60 KATAPANG

BANDUNG

2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

STUDI DESKRIPTIF PERANAN SOFT SKILL DALAM PENCAPAIAN


PRESTASI BELAJAR BAGI SISWA GENERASI Z

oleh
GHAZA FAWWAZ IJLALI PERMANA
NISN 0043190488

Telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan pada sidang karya tulis ilmiah
pada tanggal 21 April 2022. Sebagai salah satu syarat kelulusan santri
Mu’allimien Pesantren Persatuan Islam 60 Katapang

Menyetujui :
Pembimbing

Irma Nurul Marhamah, S. Pd

NPA: 14.01.01.002116
LEMBAR PENGESAHAN

STUDI DESKRIPTIF PERANAN SOFT SKILL DALAM PENCAPAIAN


PRESTASI BELAJAR BAGI SISWA GENERASI Z

oleh

GHAZA FAWWAZ IJLALI PERMANA

NISN 0043190488
Menyetujui,
Pembimbing

Irma Nurul Marhamah, S. Pd


NPA: 14.01.01.002116
Telah diuji pada tanggal 21 April 2022
Penguji

Dinan Afifah Firdaus, S.Pd.


NIAT 17.01.01.003399
Mengetahui,

Mudir ‘Am Mudir Mu’allimien

H. Dede Taufik Rahman Drs. Dadang Ahmad Tajudin


NIAT: 01.02.18809.055 NIAT : 01.02.33961.055
MOTTO HIDUP

َ‫ي عَ ِن ا ْل ٰع َل ِميْن‬ ‫َو َم ْن َجا َهدَ َف ِا َّن َما يُ َجا ِهدُ ِلنَ ْفسِه ۗ ا َِّن ه‬
ٌّ ِ‫ّٰللا َ َلـغَن‬
"Dan barang siapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya
sendiri. Sungguh, Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh
alam."
(QS. Al-‘Ankabut 29: 6)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT. penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini. Karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan untuk orang tua tercinta,
guru, sahabat, teman-teman, orang-orang spesial yang pernah ada di kehidupan
penulis serta pembaca semua.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur milik Allah SWT yang telah memberikan potensi
kepada kita sebagai manusia yang sangat sempurna, sehingga dengan potensi kita
dapat menjalankan fungsi kita sebagai khalifah di muka bumi dan menjalankan
tujuan kita sebagai manusia yaitu beribadah kepada Allah SWT.
Penulis di sini akan menulis karya tulis ilmiah yang berjudul Studi Deskriptif
Peranan Soft Skill dalam Pencapaian Prestasi Belajar bagi Siswa Generasi Z
Banyak sekali rintangan yang dihadapi penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah
ini, tetapi rintangan tersebut menjadi mudah dan menyenangkan dengan dukungan
dan doa dari orang-orang terdekat. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat dan penulis banggakan:
1. Bapak H. Dede Taufik Rahman (Allahuyarham) selaku Mudirul ‘Am
Pesantren Persis 60 Katapang.
2. Bapak Drs. Dadang Ahmad Tajudin selaku Mudir Mu’alimin Persis Katapang.
3. Ibunda tercinta, Yuli Yuliantini (Allahuyarham) yang telah melahirkan,
merawat, dan membimbing penulis dengan penuh pengorbanan serta rasa
sayang di sepanjang hayatnya.
4. Bunda dan Ayah penulis tercinta yang senantiasa mendukung serta
memberikan yang terbaik untuk kesuksesan penulis tanpa mengenal rasa lelah.
5. Seluruh keluarga besar penulis tersayang.
6. Ibu Dinan Afifah Firdaus, S.Pd. selaku wali kelas penulis.
7. Ibu Irma Nurul Marhamah, S.Pd. selaku pembimbing penulis.
8. Para asatidz yang turut memberi dukungan kepada penulis.
9. Ghaliya Abiya Najwani selaku adik penulis yang senantiasa memberi
dukungan dan hiburan kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat yang senantiasa memberi dukungan, kritik dan saran kepada
penulis.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu
mendukung dan membantu penulis.

i
Akhir kata, penulis panjatkan doa ke hadirat Allah SWT. Semoga pihak yang
telah membantu penulis dalam penyusunan karya tulis ini diberikan balasan pahala
yang setara. Penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran agar penulis
dapat lebih baik lagi.

Bandung, 16 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING


LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
E. Metode Penelitian ..................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORETIS ....................................................................... 5
A. Pengertian, Perbedaan dan Unsur-unsur Soft Skill .................................... 5
B. Komponen Kurikulum 2013 ..................................................................... 7
C. Pengertian Prestasi Belajar ....................................................................... 7
D. Tolok ukur Prestasi Belajar pada Kurikulum 2013................................... 8
E. Pengertian Generasi Z ............................................................................. 11
F. Perbedaan Generasi Z dan Generasi Y ................................................... 12
G. Karakteristik Generasi Z ......................................................................... 13
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 15
A. Soft Skill Dalam Pandangan Psikologi Pendidikan ................................. 15
B. Indikasi/ Tolok Ukur Keberhasilan Siswa dalam Pencapaian Prestasi
Belajar ..................................................................................................... 16
C. Peranan Soft Skill Bagi Siswa Generasi Z dalam Pencapaian Prestasi
Belajar ..................................................................................................... 23
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 33
A. Kesimpulan ............................................................................................. 33
B. Saran ....................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENULIS
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Sensus Data Penduduk 2020


Lampiran 2 Kenali Generasi Z Indonesia

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Soft Skill atau kemampuan dasar menurut Dave Berthhall merupakan
tingkah laku personal dan interpersonal yang dapat mengembangkan dan
memaksimalkan kinerja manusia (melalui pelatihan, pengembangan kerja
sama tim, inisiatif, pengambilan keputusan dan lainnya). Kemampuan
dasar ini merupakan modal dasar mahasiswa atau pelajar untuk
berkembang secara maksimal sesuai pribadi masing-masing (Meier,
1999).
Soft skill merupakan kemampuan yang dibutuhkan pribadi yang sama
pentingnya dengan hard skill atau keterampilan khusus. Namun, beberapa
orang masih belum mengetahui perbedaan antara soft skill dan hard skill.
Soft skill adalah suatu unsur yang dapat mendorong kemajuan siswa
dalam proses pembelajaran di sekolah. Beberapa jenis soft skill dapat
membantu meningkatkan keaktifan belajar siswa di sekolah yang akan
berdampak pada prestasi belajar, di antaranya yaitu kemampuan berbicara
di hadapan umum dan kemampuan komunikasi.
Generasi Z atau iGeneration (istilah lain dari Gen Z) merupakan
generasi yang lahir dalam rentang tahun 1995-2010 atau pada saat ini
berada pada rentang usia 12-27 tahun. Generasi Z hidup berdampingan
dengan teknologi digital pada kehidupan sehari-harinya. Di era perubahan
zaman yang cepat ini, para generasi muda harus lebih adaptif, tidak hanya
soal kemampuan intelektual atau hard skill tapi juga soft skill. Secara
tidak sadar generasi Z menggunakan hard skill maupun soft skill dalam
segala bidang aktivitas khususnya pada kegiatan pembelajaran di sekolah.
Pada proses pembelajaran di kelas soft skill dapat dikategorikan
sebagai alat bantu siswa untuk mencapai prestasi di kelas. Saat ini
kurikulum pendidikan yang digunakan di Indonesia adalah kurikulum
2013 (K13) di mana kurikulum 2013 ini menitikberatkan pada

1
2

keseimbangan antara hard skill dan soft skill. Dalam sistem penilaian
yang dilakukan di dalam kelas terdapat dua aspek yaitu pengetahuan dan
keterampilan. Pengetahuan yang dasarnya dapat berkembang seiring
proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa menjadi prioritas atau
fokus utama siswa untuk mendapatkan prestasi yang maksimal. Namun
ternyata aspek keterampilan siswa pun tidak kalah penting bagi
menunjang prestasi belajar siswa. Keterampilan inilah yang biasanya
dianggap sepele oleh para siswa dalam proses pembelajaran.
Indonesia melalui Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 3, No. 20 Tahun 2003 menegaskan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Dr.
Marzuki, 2012). Berdasarkan UU di atas, soft skill dapat berperan dalam
mewujudkan harapan pendidikan nasional yaitu menjadikan bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang bertakwa, berakhlak mulia serta berilmu.
Tujuan kurikulum 2013 dapat dikatakan sesuai dengan apa yang dicita-
citakan dalam UU di atas di mana diharapkan peserta didik mampu
menyeimbangkan antara kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam
kurikulum 2013 siswa didorong aktif dalam menguasai kelas di mana soft
skill dapat berperan penting dalam kegiatan di kelas. Dengan kata lain,
seorang siswa yang memiliki keterampilan harus mampu
mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Seorang siswa
yang pintar dalam menguasai materi pembelajaran namun ia kesulitan
dalam bersosialisasi serta berbicara di depan kelas akan kalah dan
tertinggal dengan siswa yang mampu beradaptasi dan berbicara di depan
kelas karena dengan begitu ia dapat menerima masukan dan memahami
apa yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Generasi Z seharusnya
sudah memikirkan dan menyiapkan tantangan yang akan dihadapi di masa
3

depan dengan menjadi generasi yang unggul cakap dalam berbagai bidang
serta unggul dalam rohaniah.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis memandang penting
permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya untuk dapat dikaji dan
diterapkan dalam upaya pengembangan kualitas diri menjadi lebih baik
dan profesional. Maka penulis bermaksud untuk menjelaskan penelitian
lebih mendalam terkait permasalahan yang terjadi dengan judul penelitian
“Studi Deskriptif Peranan Soft Skill dalam Pencapaian Prestasi Belajar
bagi Siswa Generasi Z”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah yang
akan diambil oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana soft skill dalam pandangan psikologi pendidikan?
2. Apa indikasi/ tolak ukur keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar?
3. Bagaimana peranan soft skill bagi siswa generasi Z dalam pencapaian prestasi
belajar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan dari karya tulis ilmiah ini sebagaimana
pertanyaan yang diajukan pada rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui soft skill dalam pandangan psikologi pendidikan.
2. Mengetahui indikasi/ tolak ukur keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi
belajar.
3. Mengetahui peranan soft skill bagi siswa generasi Z dalam pencapaian prestasi
belajar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan, baik secara teoritis maupun praktis, di antaranya:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai peranan soft skill dalam pencapaian prestasi belajar bagi siswa
generasi Z, serta juga diharapkan sebagai sarana pengembangan ilmu
pengetahuan yang secara teoritis dipelajari di bangku sekolah.
4

2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat
dalam mengimplementasikan pengetahuan penulis tentang soft skill.
b. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam pengembangan teori mengenai peranan soft skill dalam
prestasi belajar bagi siswa generasi Z, bagi yang ingin melanjutkan penelitian
ini.
c. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dengan memanfaatkan soft skill. Sehingga pembaca dapat
belajar dengan lebih efektif dan percaya diri dengan memanfaatkan
kemampuan yang dimilikinya dan dapat membantu meningkatkan prestasi di
sekolah.
E. Metode Penelitian
Metode merupakan syarat mutlak yang digunakan bertujuan untuk
dapat melihat ke dalam sebuah penelitian. Maka dari itu, penulis akan
menggunakan metode penelitian deskriptif berdasarkan studi pustaka
dengan maksud memberikan gambaran yang kuat mengenai topik yang
akan dibahas.
BAB II
LANDASAN TEORETIS

A. Pengertian, Perbedaan dan Unsur-unsur Soft Skill


Dalam pembelajaran yang efektif, siswa diharapkan mampu menguasai kelas
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Berbagai kemampuan melekat dalam
masing-masing individu yang berbeda. Kemampuan yang dapat membantu
meningkatkan pencapaian belajar siswa di antaranya ialah kemampuan
berkomunikasi dan kemampuan berbicara di hadapan umum. Kedua kemampuan
tersebut digolongkan dalam kemampuan sosial atau soft skill. Dengan memiliki
kecakapan sosial yang baik maka kita akan mampu mengolah sesuatu yang terjadi
di lingkungan kita seperti terjadinya berbagai konflik, orang yang memiliki soft skill
yang baik maka ia mampu mengatasi konflik tersebut dengan tenang dan hati-hati.
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai kecerdasan emosional
(soft skill) seperti:
1. Menurut Kaipa dan Milus (2005: 3-6) istilah soft skill merupakan sebuah kunci
untuk meraih atau mencapai kesuksesan, yang termasuk di dalamnya adalah
kemampuan memimpin, pengambilan keputusan, penyelesaian konflik,
kemampuan berkomunikasi, kreativitas, kemampuan presentasi, sikap
kerendahan hati dan kepercayaan yang dimiliki, kecerdasan dalam emosional,
integritas, komitmen, serta mampu bekerja sama.
2. Yuliani (2012) mengatakan soft skill sebagai bentuk kompetensi perilaku
sehingga dikenal pula sebagai keterampilan interpersonal yang meliputi
keterampilan komunikasi atau interaksi, negosiasi dan putusan konflik,
pemecahan masalah kreatif, pandangan strategis, efektivitas pribadi,
membangun tim, keterampilan memengaruhi dan keterampilan ide atau gagasan.
3. Putra (2005) berpendapat bahwa soft skill merupakan kemampuan dalam
melaksanakan komunikasi atau interaksi sosial dan pendidikan kepribadian. Hal-
hal tersebut didapatkan dari bermacam keterampilan khusus yang bisa
membantu dalam meraih kesuksesan.

5
6

4. Putra dan Pratiwi (2005: 5), menyatakan soft skill sebagai kemampuan-
kemampuan yang tidak dapat terlihat dan harus dimiliki atau diperlukan untuk
mencapai kesuksesan, sebagai contoh kemampuan seseorang berkomunikasi,
kejujuran atau integritas dan sebagainya.
Howard Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan seseorang meliputi
beberapa unsur, dua di antaranya ialah kecerdasan interpersonal dan kecerdasan
intrapersonal, di mana keduanya itu dapat diartikan sebagai soft skill. Seseorang
yang memiliki kecerdasan interpersonal mampu untuk peka terhadap perasaan
orang lain. Anak-anak dengan kemampuan lebih di bidang ini cenderung
memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga ia mudah dalam
bersosialisasi dengan lingkungannya. Kecerdasan ini juga dinamakan kecerdasan
sosial. Sedangkan seseorang yang memiliki kecerdasan intrapersonal mampu
memahami perasaan dirinya sendiri. Anak dengan kecerdasan intrapersonal tinggi
menunjukkan tanda-tanda mampu mengenali berbagai kekuatan dan kelemahan
yang ada pada dirinya sendiri. Anak-anak semacam ini suka melakukan intropeksi
diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk
memperbaiki diri dengan begitu anak tersebut dapat mengembangkan apa yang
dibutuhkannya.
Dilansir dari themuse.com atas laman skill academy by ruangguru, hard skill
adalah keterampilan atau pengetahuan khusus yang dibutuhkan untuk sebuah
pekerjaan. Misalnya, untuk menjadi seorang desainer grafis anda harus pandai
menjalankan aplikasi corel draw atau sejenisnya. Umumnya hard skill dapat
dipelajari atau dikembangkan serta terukur melalui pendidikan formal, kursus atau
pelatihan. Soft skill adalah atribut pribadi atau bisa juga disebut kemampuan
interpersonal yang dibutuhkan dalam segala pekerjaan. Misalnya, komunikasi,
manajemen waktu, motivasi, kecerdasan emosional, dan lainnya. Namun, soft skill
sulit untuk diukur serta bersifat personal dan objektif.
Menurut Daniel Goleman (1999) soft skill terdiri dari empat klaster kompetensi
kecerdasan emosi yaitu : kesadaran diri, manajemen diri, kecerdasan sosial, dan
manajemen hubungan.
7

B. Komponen Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 merupakan kurikulum pendidikan yang diterapkan secara
nasional sejak tahun 2013/2014. Kurikulum ini merupakan pengganti kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diberlakukan sejak tahun 2006. Kurikulum
2013 adalah kurikulum yang meningkatkan dan menyeimbangkan soft skill dan
hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
(M. Fadilla, 2013). Kurikulum 2013 memiliki beberapa komponen yang
mendukung pelaksanaan kurikulum tersebut. Kurikulum memiliki lima komponen
utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3) strategi, pembelajaran; (4) organisasi
kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan yang
erat dan tidak bisa dipisahkan (Endah & Amri, S.Pd., 2013).
C. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam segala urusan yang kita tekuni pasti akan ada dua istilah yang melekat
yaitu proses dan hasil. Dengan adanya proses interaksi antar siswa atau siswa
dengan guru atau siswa dengan guru dan lingkungan yang dapat mengubah tingkah
laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik pengetahuan, sikap ataupun
keterampilan. Sehingga dengan adanya proses tersebut dapat diketahui tolok ukur
tingkat pengetahuan, kemampuan, pemahaman siswa tentang materi pelajaran di
sekolah yang disebut prestasi belajar. Dalam kegiatan pembelajaran kita akan
mendapatkan hasil yang memuaskan apabila proses yang kita tempuh sebelumnya
dilakukan dengan bersungguh-sungguh, hasil yang memuaskan yang kita dapatkan
itulah yang dapat kita sebut sebagai prestasi bagi diri kita sendiri.
Kata prestasi dari kata Belanda yaitu Prestatie, kemudian diadopsi ke dalam
bahasa Indonesia “Prestasi” yang berarti hasil usaha. Secara harfiah prestasi
diartikan sebagai hasil yang dapat dicapai (dilakuakan, dikerjakan) (Mu'awanah,
2004). Menurut Rosyid Moh. Zaiful, dkk (2019: 9) mengartikan prestasi belajar
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap mahasiswa dalam periode
tertentu dan dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu
kegiatan pembelajaran yang disertai perubahan yang dicapai mahasiswa. Menurut
Chaplin (2002), “Prestasi merupakan hasil yang dicapai (dari yang dilakukan dan
diharapkan).
8

Istilah prestasi belajar (achievment) berbeda dengan hasil belajar (learning


outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan.
Sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik (Arifin,
2009). Prestasi biasanya dinyatakan dalam bentuk skor atau angka. Dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran yang
telah dilakukan.
D. Tolok ukur Prestasi Belajar pada Kurikulum 2013
Prestasi belajar merupakan tolak ukur untuk menilai sejauh mana kemampuan
atau keberhasilan seseorang dalam belajar. Prestasi belajar merupakan tingkat
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh seseorang setelah
melalui proses pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat keberhasilan di dalam belajar. Keberhasilan suatu proses pembelajaran di
sekolah dapat dilihat dari sejauh mana siswa dapat menyerap materi pelajaran yang
diajarkan. Untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap materi
pelajaran dengan baik atau tidak yaitu dengan indikator prestasi belajar siswa.
Dalam proses belajar mengajar ditentukan standarisasi atau indikator-indikator
tertentu sesuai apa yang ingin dicapai oleh pendidik. Indikator tersebut
menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan mampu untuk dicapai
oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk itu guru
dituntut untuk menguasai taksonomi hasil belajar. Tujuan instruksional pada
umumnya dikelompokkan pada tiga kategori, yakni domain kognitif, afektif, dan
psikomotor. Domain kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan
(recal), pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Domain afektif mencakup
tujuan-tujuan yang berhubungan perubahan-perubahan sikap, nilai perasaan dan
minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan
manipulasi dan kemampuan gerak (motor).
1. Klasifikasi tujuan kognitif (Bloom, 1956)
Domain kognitif terdiri atas enam bagian, sebagai berikut :
a. Pengetahuan, mengacu kepada kemampuan mengenal dan mengingat materi
yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar.
Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.
9

b. Pemahaman, mengacu pada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini


satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan proses berpikir yang rendah.
c. Penerapan, mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan
materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut
penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan
berpikir yang lebih tinggi dari pemahaman.
d. Analisis, mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam
komponen-komponen atas faktor penyebabnya dan mampu memahami
hubungan di antara yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan
aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat yang lebih
tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
e. Sintesis, mengacu kepada kemampuan mengadukan konsep atau komponen-
komponen sehingga membentuk pola struktur atau bentuk baru. aspek ini
memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan tingkat
kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
f. Evaluasi, mengacu kepada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap
nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. evaluasi merupakan tingkat
kemampuan berpikir yang tinggi.
2. Klasifikasi tujuan domain afektif (Krathwol, 1964)
Domain afektif terbagi ke dalam lima kategori sebagai berikut:
a. Penerimaan, mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan
dan memberikan respons terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan
merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
b. Pemberian respons, satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa
menjadi tersangkut secara aktif menjadi peserta dan tertarik.
c. Penilaian, mengacu kepada nilai atau pentingnya kita mengikatkan diri pada
objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak,
atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi "sikap" dan "apresiasi".
d. Pengorganisasian, mengacu kepada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang
berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik
10

internal dan membentuk suatu sistem nilai internal mencakup tingkah laku
yang tercermin dalam suatu falsafah hidup.
e. Karakteristik, mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang, nilai-nilai
sangat berkembang dan teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten
dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini bisa ada
hubungannya dengan peraturan pribadi, sosial, dan emosi siswa.
3. Klasifikasi tujuan domain psikomotor (Dave, 1970)
Domain psikomotor terbagi ke dalam lima kategori sebagai berikut :
a. Peniruan, terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi
respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol
otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak
sempurna.
b. Manipulasi, menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan
penampilan, gerakan-gerakan pilihan menetapkan suatu penampilan melalui
latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-
petunjuk, tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan, memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang lebih
tinggi dalam penampilan. Respons-respons lebih dekorasi dan kesalahan-
kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi, menekankan suatu koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan
membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi
internal di antara gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan, menurut tingkah laku yang ditampilkan paling sedikit
mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakan dilakukan secara rutin,
pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain
psikomotorik.
Menurut Slameto (2003: 54) Keberhasilan belajar di pengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Prestasi belajar yang telah dicapai siswa dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswa (faktor
internal) maupun dari luar (faktor eksternal). Faktor internal di antaranya adalah
minat, bakat, kesehatan, intelegensi, perhatian, dan kesiapan. Sedangkan faktor
eksternal meliputi keluarga, lingkungan, kurikulum, dan metode mengajar. Pada
11

kurikulum 2013 terdapat empat aspek yang menjadi acuan penilaian yaitu
keterampilan (KI-4), pengetahuan (KI-3), sosial (KI-2), dan spiritual (KI-1).
Kebutuhan berprestasi adalah dorongan unggul untuk mencapai sasaran dalam
kaitannya dengan seperangkat standar. Orang yang berorientasi akan kebutuhan itu
akan lebih banyak melakukan pekerjaan yang lebih baik atau yang dianggap penting
oleh mereka. Daniel Goleman dalam bukunya Working with Emotional Intelligence
menyatakan orang dengan dorongan untuk berprestasi memiliki karakteristik
berikut:
1. Berorientasi pada hasil, dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan
memenuhi standar.
2. Menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil risiko yang
diperhitungkan.
3. Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian dan
mencari cara yang lebih baik.
4. Terus belajar untuk meningkatkan kualitas.
E. Pengertian Generasi Z
Generasi Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1997-2010. Hampir
sama dengan Generasi Y atau Milenial yang sudah menguasai digital, namun
Generasi Z lebih fasih dalam menggunakan media digital didukung dengan
kondisi dunia yang serba digital. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2020 yang
diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik pada bulan Februari-September 2020
jumlah Generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94% dari total
populasi dengan jumlah 270,2 juta jiwa. Sedangkan Generasi Milenial mencapai
69,90 juta jiwa atau 25,87% penduduk Indonesia (Junida, 2021).
Teori generasi dikemukakan oleh Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall,
Penguin, (2004) dibedakan lima generasi manusia berdasarkan pada tahun
kelahirannya.
1. Generasi Baby Boomer, lahir pada tahun 1946-1964;
2. Generasi X, lahir pada tahun 1965-1980;
3. Generasi Y, lahir pada tahun 1981-1994, sering disebut dengan Generasi
Milennial;
12

4. Generasi Z, lahir pada tahun 1995-2010 (disebut juga iGeneration, Generasi


Net, Generasi Internet);
5. Generasi Alpha, lahir pada tahun 2011-2025.
F. Perbedaan Generasi Z dan Generasi Y
Banyak orang yang menganggap bahwa Generasi Z sama dengan
generasi milenial. Generasi Z lahir setelah generasi Milenial, karena itu
tidak terlalu banyak perbedaan antara generasi Y dan Generasi Z. Secara
garis ada enam faktor yang membedakan Generasi Y atau Milenial
dengan Generasi Z
1. Adaptasi teknologi
Gen Y dan Gen Z sama-sama lahir ketika dunia sudah menemukan
teknologi digital. Bedanya, Gen Y lahir di masa awal-awal
perkembangan teknologi sedangkan Gen Z lahir ketika teknologi telah
berkembang lebih maju. Gen Y masih bisa menikmati masa-masa
kaset CD atau DVD. Gen Z terlahir ketika segalanya sudah digital
mulai dari Smartphone, Laptop, Podcast dan sebagainya.
2. Ekonomi
Generasi Milenial memiliki optimisme yang cukup tinggi terhadap
masa depan ekonomi mereka. Oleh karena itu, Generasi Milenial
cenderung mengalokasikan uang mereka untuk berbelanja hal-hal
yang menarik dan memberikan pengalaman tersendiri. Sedangkan
sebaliknya, Generasi Z lebih cenderung untuk menabung uang yang
mereka miliki.
3. Durasi daring
Waktu yang digunakan untuk online oleh Generasi Z lebih lama
daripada Generasi Milenial. Berdasarkan sebuah statistik, rata-rata
dalam sehari Generasi Z menghabiskan waktu 10 jam untuk online.
Sedangkan Generasi Milenial hanya menghabiskan waktu sekitar 7,5
jam sehari.
4. Platform media sosial
Sama-sama hidup di zaman media sosial tentunya Generasi
Milenial dan Generasi Z mempunyai platform media sosial yang
13

disukai. Gen Y lebih memilih media sosial yang serius untuk


kebutuhannya seperti Facebook, Linkedln, Twitter. Sedangkan Gen Z
yang masih rata-rata berusia remaja memilih media sosial yang
berupa hiburan juga seperti Youtube, Tiktok, Instagram.
5. Respons terhadap iklan
Berdasarkan sebuah statistik, Generasi Milenial memiliki
kecenderungan untuk bersedia melihat iklan dalam durasi yang lebih
lama, ketimbang Generasi Z. Generasi Milenial bersedia meluangkan
waktu melihat tayangan iklan sampai lebih dari 12 detik, sedangkan
Generasi Z hanya bersedia melihat iklan dengan durasi di bawah 8
detik saja.
6. Pendidikan
Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, baik Generasi
Milenial dan Generasi Z merupakan kelompok yang memiliki akses
dan latar belakang pendidikan yang tinggi. Implikasinya, kedua
generasi memiliki pola pikir yang lebih rasional, bila dibanding
generasi-generasi sebelumnya.
G. Karakteristik Generasi Z
Setiap generasi memiliki karakteristik yang berbeda. Salah satu faktor
karakteristik yang berbeda itu adalah kondisi zaman di mana generasi itu hidup.
Generasi Z memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh beberapa kondisi seperti
percepatan digital, revolusi industri 4.0 dan lainnya. Berikut ini beberapa
karakteristik yang dimiliki oleh Generasi Z.
1. Generasi Z cenderung mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan
berbagai aplikasi komputer. Mereka dapat mengakses berbagai informasi yang
dibutuhkan secara mudah dan cepat, baik untuk kepentingan pendidikan maupun
kepentingan hidup kesehariannya. Saat ini hampir keperluan pendidikan dan
hiburan diakses menggunakan teknologi.
2. Gen Z aktif menggunakan sosial media untuk berkomunikasi dengan teman-
temannya. Bahkan mereka mampu berteman bebas dengan orang di seluruh
dunia tanpa ada batas. Mereka menggunakan aplikasi media sosial juga sebagai
hiburan atau melepas penat. Mereka dapat mengekspresikan diri mereka di sosial
14

media dengan spontan. Beberapa aplikasi media sosial yang mereka gunakan
antara lain seperti Whatsapp, Line, Instagram, Twitter.
3. Gen Z cenderung toleran dengan perbedaan budaya dan latar belakang.
4. Mereka cenderung terbiasa melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu.
Seperti, menulis sambil mendengar musik.
5. Fast Switcher atau cenderung cepat berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan
yang lain atau dari satu pemikiran ke pemikiran yang lain.
6. Cenderung kurang bersabar. Mereka terbiasa dengan sesuatu yang instan yang
membuat mereka cenderung kurang bersabar dengan prosesnya.
7. Senang berbagi.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Soft Skill Dalam Pandangan Psikologi Pendidikan


Dalam ilmu psikologi pendidikan, soft skill merupakan salah satu ruang lingkup
psikologi pendidikan yang mempelajari mengenai tingkah laku dan faktor-faktor
yang menunjang dalam pendidikan. Adanya psikologi pendidikan yaitu untuk
membantu tenaga pendidik serta murid dalam keberhasilan proses pembelajaran
melalui hal psikologi manusia. Soft skill merupakan salah satu faktor dan usaha-
usaha pengembangan kualitas diri peserta didik. Kecerdasan interpersonal dan
intrapersonal merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil
belajar.
Dalam dunia pendidikan guru dituntut untuk dapat memahami masing-masing
karakter peserta didik yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Soft skill
dalam pendidikan sebagai alat pembentukan karakter siswa yang mandiri dan
berkualitas. Kemampuan yang dikembangkan dalam dunia pendidikan ialah
kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik.
Kemampuan afektif inilah yang berperan sebagai kemampuan interpersonal dan
kemampuan intrapersonal pada peserta didik. Manusia utuh yang memiliki
kemantapan emosional dan intelektual, yang mengenal dirinya, yang
mengendalikan dirinya dengan konsisten dan memiliki rasa empati.
Pendidikan bertujuan untuk menghasilkan lulusan atau sumber daya manusia
(SDM) yang cerdas dan kompetitif. Lulusan tersebut diharapkan selain menguasai
hard skills juga harus memiliki soft skill. Agar tujuan tersebut tercapai, maka
penyelenggara pendidikan harus mengupayakan terjadinya transform of knowledge
dan transform of value secara seimbang. Namun secara umum pendidikan di
Indonesia saat ini lebih menekankan pada pengetahuan teknis atau hard skill dan
kurang memberikan keterampilan yang bersifat soft skill. Hal ini disinyalir menjadi
faktor penyebab rendahnya kualitas lulusan yaitu berupa rendahnya daya saing
lulusan serta kurang kompetitif. Hal tersebut di atas memberikan gambaran bahwa
sesungguhnya kemampuan soft skill lulusan perlu ditingkatkan. Perlu dibangun

15
16

kemampuan peserta didik dalam hal mengelola emosi, menghadapi stress,


berkomunikasi, integrasi/kejujuran, menerima perbedaan dan sebagainya yang
mana semua itu merupakan atribut dari soft skill.
Soft skill dan psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai satu kesatuan utuh
yang dapat mendukung pembentukan dan pengembangan karakter peserta didik, di
mana psikologi pendidikan dapat memahami jiwa dan tingkah laku peserta didik
sedangkan soft skill yang mendorong peserta didik agar menjadi insan kamil. Soft
skill inilah yang seharusnya dapat lebih dikembangkan pada peserta didik di
sekolah. Karena dalam kehidupan setelah sekolah justru soft skill yang lebih
menunjang keberhasilan peserta didik.
Salah satu faktor keberhasilan peserta didik adalah memiliki kemampuan
komunikasi yang baik. Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu contoh
soft skill yang dapat menunjang keberhasilan peserta didik di sekolah maupun di
dunia luar sekolah. Dengan memiliki kemampuan komunikasi yang baik peserta
didik dapat menerima pelajaran yang disampaikan di kelas dengan cara mengolah
informasi yang didapatkan dengan baik serta menyampaikannya kepada individu
lain sehingga tercipta suasana kelas yang baik. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa soft skill dalam psikologi pendidikan merupakan salah satu unsur untuk
mendukung perkembangan karakter siswa. Kemampuan komunikasi pula yang
menjadi salah satu contoh soft skill yang dapat membentuk karakter peserta didik
yang baik dan berkualitas.
B. Indikasi/ Tolok Ukur Keberhasilan Siswa dalam Pencapaian Prestasi Belajar
Indikasi atau tolok ukur prestasi belajar siswa adalah ketentuan atau patokan
dasar untuk menilai standar prestasi belajar peserta didik yang sudah menjadi biasa
atau umum di kalangan masyarakat atau secara khusus di kalangan dunia
pendidikan. Pada kurikulum 2013 terdapat indikator yang dijadikan patokan
suksesnya belajar siswa. Indikator tersebut yang dapat mengukur apakah
pembelajaran yang dipelajari di sekolah telah sesuai kompetensi dasar dan sukses
diberikan kepada peserta didik atau tidak.
Pada kurikulum 2013, keberhasilan pembelajaran diukur dengan tercapainya
indikator pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar yang ditetapkan. Pada
domain afektif terdapat klasifikasi tujuan hasil dari pembelajaran yang telah
17

dilaksanakan di dalam kelas, yaitu: penerimaan, pemberian respons, penilaian,


pengorganisasian, serta karakteristik.
1. Penerimaan, yaitu nilai dasar pada domain afektif yang akan mendorong
keberhasilan siswa pada tingkat selanjutnya. Pada penerimaan ini siswa harus
mampu mengelola komunikasi yang baik agar tidak salah dalam menerima
informasi yang masuk. Apabila peserta didik pada tingkat ini tidak mampu
menerima informasi atau ilmu yang benar maka ke depannya peserta didik itu
akan kurang memahami serta menguasai pembelajaran yang akan dihadapi
nantinya.
2. Pemberian respons, yaitu bagaimana peserta didik merespons akan informasi
atau tindakan yang diberikan sebelumnya. Peserta didik yang fokus ketika
pembelajaran maka ia akan merespons sesuatu yang diterimanya itu sesuai
dengan mestinya. Sedangkan, jika peserta didik tidak dapat memberikan respons
yang sesuai dengan mestinya maka terdapat suatu masalah pada individu
tersebut seperti kurang fokus sehingga pikiran peserta didik tersebut berada pada
hal yang berbeda atau kurangnya minat peserta didik itu pada materi
pembelajaran yang diberikan. Respons peserta didik terhadap pembelajaran
terdiri dari respons positif dan negatif. Respons peserta didik positif dapat
mendorong peserta didik dalam pembelajaran yang lebih efektif. Sedangkan,
respons negatif peserta didik akan berupa penolakan dari materi yang diberikan
yang akan berdampak pada kurang efektifnya pembelajaran.
3. Penilaian, merupakan tindak lanjut dari pemberian respons peserta didik. Setelah
menerima respons peserta didik akan memiliki sikap yang berbeda. seperti, jika
ia menerima informasi tersebut dengan positif maka ia akan menanggapinya
layaknya yang diajarkan di kelas atau dengan kata lain ia akan memiliki adab
peserta didik yang baik. Jika peserta didik tersebut menerima informasi
sebelumnya dengan hal yang negatif maka ia akan menanggapinya dengan cara
yang negatif pula seperti, kritikan, tidak peduli, dan lainnya.
4. Pengorganisasian, yaitu bagaimana peserta didik mengorganisasikan atau
menyatukan beberapa pembelajaran yang diterimanya ketika di kelas menjadi
satu karakter tingkah laku yang tercermin dalam suatu falsafah hidup.
18

5. Karakteristik, merupakan tujuan akhir dari domain afektif yang diharapkan


sesuai UU Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, No. 20 Tahun 2003. yaitu
membentuk karakter peserta didik yang bermartabat. Tujuan akhir menjadi
pelengkap terhadap beberapa tujuan sebelumnya yang apabila peserta didik
mampu memiliki seluruh indikator domain afektif maka ia dapat dipastikan akan
memiliki soft skill yang baik. Karakteristik peserta didik ini dapat juga berarti
adab peserta didik dalam bersosial, ataupun karakter yang tertanam dalam diri
peserta didik itu sendiri.
Pendidikan karakter menjadi salat satu tolok ukur keberhasilan peserta didik
dalam kurikulum 2013. Dalam Islam karakter individu menjadi titik fokus pertama
dalam pembentukan insan yang kamil. Rasulullah SAW ketika diutus menjadi
Rasul, hal yang pertama kali ia lakukan adalah membenarkan akhlak kaum Quraisy
terlebih dahulu. Pembentukan karakter dan akidah menjadi titik awal dakwah
Rasulullah sebelum pada bidang dakwah lainnya. Karakter individu yang baik bagi
umat muslim sudah tercermin dalam diri Rasulullah SAW sebagaimana firman
Allah SWT :
ً ‫َّل َق ْد َكانَ َل ُك ْم فِى َرسُو ِل ٱ َّّللِ ُأ ْس َوةٌ َحسَنَ ٌة ِل َمن َكانَ يَ ْر ُج ۟وا ٱ َّّلل َ َوٱ ْليَ ْومَ ٱ ْلءَاخِ َر َو َذ َك َر ٱ َّّلل َ َكث‬
‫ِيرا‬
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang
banyak mengingat Allah.” (Q.S. Al-Ahzab: 21)
Pendidikan karakter anak pada Islam telah dicontohkan dalam Quran melalui
cara Luqman mendidik anaknya. dalam Quran Surat Luqman Allah SWT
berfirman:
‫ َوإِذ َقا َل‬.‫ي َحمِيد‬ ٌّ ِ‫َو َل َقد ءَاتَينَا ُلق ٰ َمنَ ٱلحِ ك َم َة َأ ِن ٱش ُكر ِ َّ ِّۚللِ َو َمن يَش ُكر َفإ ِ َّن َما يَش ُك ُر ِلنَف ِس ِهۦ َو َمن َك َف َر َفإ ِ َّن ٱ َّّلل َ َغن‬
‫صينَا ٱ ِۡلن ٰسَنَ ب ِ ٰ َو ِلدَي ِه َح َم َلتهُ ُأ ُّمهۥُ َوه ًنا عَ َل ٰى‬ َّ ‫ َو َو‬.‫ي َل تُش ِرك ب ِٱ َّّللِ إ ِ َّن ٱلشِركَ َل ُظلمٌ عَظِيم‬ َّ َ‫ُلق ٰ َمنُ ِلِبنِ ِهۦ َو ُه َو يَ ِع ُظهۥُ ٰيَبُن‬
‫صي ُر‬ َّ ‫ص ُل ۥهُ فِي عَا َمي ِن َأ ِن ٱش ُكر لِي َو ِل ٰ َو ِلدَيكَ إ ِ َل‬
ِ ‫ي ٱل َم‬ َ ٰ ِ‫ َوه ٍن َوف‬.
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan
(ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu menyekutukan (Allah) sesungguhnya
19

menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar". Dan Kami


perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Luqman: 12-14)
Adapun nilai karakter yang terkandung berdasarkan Q.S. Luqman : 12-14
adalah:
1. Pendidik harus memiliki karakter yang arif. Pendidik yang menjadi teladan dan
contoh bagi peserta didik tentu harus memiliki karakter yang bijaksana, arif serta
adil agar karakter yang dimiliki pendidik itu dapat menular pada karakter peserta
didik.
2. Menjadi individu yang bersyukur. Karakter individu peserta didik yang
bersyukur menjadi salah satu pendidikan karakter yang dicontohkan oleh
Luqman terhadap anaknya. Peserta didik yang bersyukur tidak hanya mengucap
kata "Alhamdulillah" saja melainkan mensyukuri serta menikmati segala
anugerah yang Allah berikan sehingga dapat memicu peningkatan prestasi
belajar siswa.
3. Tauhid dan akidah. Pendidikan karakter yang pertama adalah membentuk tauhid
dan akidah peserta didik yang kokoh sebagai fondasi awal peserta didik sebelum
mengenal disiplin ilmu lainnya. Dengan tauhid dan akidah yang sudah tertanam
dalam diri, peserta didik dapat membedakan dan memilah mana yang hak dan
mana yang batil.
4. Berbicara halus saat pembelajaran. Dalam Surat Luqman, Luqman memanggil
anaknya dengan kata "Ya Bunayya" padahal dalam bahasa Arab umumnya
seseorang memanggil anaknya dengan kata "Ya ibnii". kata yang digunakan
Luqman ketika memanggil anaknya merupakan kata halus dalam bahasa Arab
yang digunakan untuk memanggil seseorang. Ini berarti bahwa dalam proses
pendidikan, guru ada baiknya menggunakan kata-kata halus agar tertanam dalam
benak peserta didik bahwa menggunakan kata-kata halus lebih mulia daripada
kata-kata kotor.
5. Nilai pengabdian anak pada orang tua terutama ibu. Pada ayat ini nilai karakter
yang terkandung adalah pengabdian anak kepada orang tua yang telah merawat
20

serta mendidik anaknya terutama sosok ibu yang telah mengandung dan
menyusui anaknya tanpa kata lelah.
6. Nilai takwa, penutup ayat ini Ilayyal Mashiir semua akan kembali kepada Allah,
nilai karakter ini adalah nilai ketakwaan yang ada pada diri peserta didik karena
dengan ketakwaanlah seseorang akan dipandang berbeda oleh Allah SWT
sebagaimana firman-Nya:
......ٌ ‫إ ِ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم عِندَ ٱ َّّللِ َأ ْت َق ٰى ُك ِۚ ْم‬
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa.” (Q.S. Al-Hujurat: 13)
Karakteristik peserta didik tentunya harus menyesuaikan dengan generasi dan
zamannya. Generasi Z tentu memiliki karakteristik dan ekosistem tersendiri sesuai
dengan yang telah penulis sampaikan pada bab sebelumnya. Pembentukan karakter
pada generasi Z tidak hanya terfokus di sekolah tetapi lingkungan dan masyarakat
sekitar juga berperan penting dalam pembentukan karakter generasi Z.
Sebenarnya, prestasi siswa tidak dapat diukur karena setiap individu memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dan tentu tidak dapat disamaratakan dengan
individu lainya. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda sesuai tingkatan
IQ dan EQ yang dimilikinya. Ada individu yang unggul dalam satu bidang ada pula
individu yang unggul dalam berbagai bidang. Dalam dunia pendidikan Indonesia
saat ini tolok ukur keberhasilan belajar ditentukan dengan KKM ataupun angka.
Bukan hal yang tabu lagi jika orang yang dipandang berprestasi dalam
masyarakat adalah orang yang meraih gelar peringkat satu di kelasnya. Sebagai
contoh, siswa yang meraih peringkat satu dianggap sebagai sosok teladan orang-
orang sekitar. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan dalam bidang non-
akademis seperti atlet sepakbola atau siswa yang jago berpidato biasanya hanya
dianggap sebelah mata oleh orang-orang di sekitarnya. Padahal kecerdasan
bukanlah prioritas dalam dunia kerja nantinya. Tyler (1956: 117) menyatakan
bahwa korelasi antara intelegensi dan prestasi belajar berkisar antara r= 0.30 sampai
0.80. Kalau ini dirata-ratakan hanya sekitar r= 0.50, bila ini dipresentasikan sekitar
25%. Untuk yang 75%nya dipengaruhi oleh faktor non-IQ seperti motivasi, bakat,
sikap, kebiasaan dalam belajar, dan sebagainya. Oleh karena itu, tingginya tingkat
kecerdasan seorang peserta didik tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kecerdasan
21

saja. Namun juga dipengaruhi oleh faktor lain yang mendukung berkembangnya
kualitas individu peserta didik.
Salah satu contoh tidak efektifnya nilai dalam tolok ukur pendidikan di
Indonesia adalah sistem masuk sekolah dengan menggunakan nilai ujian nasional.
Sistem tersebut telah diubah dan digantikan karena hanya menimbulkan
kesenjangan di antara peserta didik. Seperti adanya sekolah favorit karena
menerima siswa dengan nilai UN yang tinggi. Istilah sekolah favorit itu menjadi
suatu permasalahan pada dunia pendidikan karena tentu sekolah favorit yang
menerima peserta didik dengan hasil yang tinggi sudah pasti memiliki fasilitas
penunjang dan kualitas sekolah yang unggul. Sedangkan peserta didik yang
memiliki hasil UN yang rendah sudah dipastikan hanya dapat bersekolah dengan
indeks kualitas pendidikan yang rendah lagi. Ini menjadi suatu kesenjangan di mana
yang seharusnya siswa dapat bersekolah dengan fasilitas dan kualitas yang unggul
sehingga dapat terdorong untuk meningkatkan prestasi belajar justru terjebak
dengan sistem yang kurang menguntungkan ini. Sistem ini berdampak pada kualitas
pendidikan di Indonesia di mana tidak terlaksananya pemerataan pendidikan.
Dikutip dari News.detik.com Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan
Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim mengatakan nilai menjadi tolok
ukur prestasi siswa merupakan kesalahan. "Tapi kenyataannya sekarang apa yang
dimaksud dan dimakna daripada suatu tes berskala nasional adalah evaluasi
terhadap sistem pendidikan yaitu, ya sekolah dan area, ya geografis. Kenyataannya
di lapangan itu menjadi tolok ukur untuk prestasinya siswa. Inilah kesalahan yang
menurut saya terjadi. Siswalah yang mungkin bisa dirugikan dan merasa dia itu
gagal kalau angkanya tidak memadai dan lain-lain," tuturnya. UN hanya menilai
aspek kognitif individu siswa saja. Padahal sistem penilaian pada kurikulum 2013
penilaian mengacu pada tiga aspek penting, yaitu: kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Maka dari itu sudah seharusnya tolok ukur prestasi siswa tidak hanya
terfokus pada intelegensi peserta didik, tetapi juga harus mencakup karakter dan
juga keterampilan peserta didik.
Jika kita lihat di lapangan, individu yang dibutuhkan tidak hanya individu yang
unggul dalam akademik namun individu yang dapat beradaptasi dengan lingkungan
serta memiliki keseimbangan antara hard skill dan soft skill. Menurut penulis,
22

menilai tingkat kecerdasan seseorang berdasarkan angka pada saat ujian tidaklah
adil. Karena setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Kita tidak
bisa mengambil patokan suatu nilai individu untuk menyamaratakan tingkat
pendidikan. Seharusnya kita dapat memahami jika setiap individu itu spesial karena
setiap individu memiliki anugerah terbaik yang Allah SWT berikan. Akan banyak
yang dihadapi oleh siswa generasi z karena hidup di zaman digital maka tolok ukur
prestasi belajar berdasarkan nilai UN sudah tidak pas lagi diterapkan saat ini.
Karena tantangan yang akan dihadapi di masa mendatang akan lebih kompleks dan
tidak hanya bisa diselesaikan oleh intelegensi tapi juga harus bisa diatasi oleh
kemampuan dasar (soft skill).
Seharusnya tolok ukur prestasi belajar siswa mencakup ketiga aspek penting
(kognitif, psikomotorik, afektif) dengan melihat apakah peserta didik mampu
mengimplementasikan pembelajaran di kelas pada kehidupan sehari-hari, mampu
berkomunikasi dengan baik, mampu mengatasi masalah dengan tepat, mampu
menggunakan teknologi, mampu melaksanakan perintah agama sesuai yang dianut,
mampu berpikir kritis, dan menjadi pribadi yang kreatif serta inovatif. Karena
sesungguhnya kemampuan itulah yang lebih banyak dibutuhkan peserta didik
setelah tamat sekolah.
Menurut penulis, peserta didik yang berprestasi adalah peserta didik yang dapat
menyeimbangkan antara hard skill dan soft skill. Selain itu, generasi Z yang
memiliki karakter yang baik adalah generasi Z yang bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, berjiwa kreatif, mampu membawa perubahan positif
terhadap lingkungan sekitarnya. Generasi Z juga diharapkan menjadi teladan yang
baik dalam media sosial, mampu menggunakan teknologi sesuai dengan fungsinya,
menghargai perbedaan yang ada, serta menjalankan segala kewajibannya dengan
menjunjung nilai-nilai Pancasila.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tolok ukur prestasi belajar siswa
generasi Z tidak bisa dilihat dari hasil kognitif saja tetapi melihat juga aspek
psikomotorik dan afektifnya juga serta tidak dapat disamaratakan antar individu.
Selain itu, tolak ukur prestasi belajar lainnya ialah bagaimana siswa generasi Z
dapat menjadi pribadi yang kreatif, mandiri serta memiliki hard skill dan soft skill
yang seimbang.
23

C. Peranan Soft Skill Bagi Siswa Generasi Z dalam Pencapaian Prestasi Belajar
Bagi siswa generasi Z soft skill tentu sangat berperan penting dalam membantu
pencapaian belajar kita. Berkembangnya dunia yang semakin cepat ini membuat
kita harus mampu menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh dunia. Bahkan
perkembangan itu pula dirasakan ketika sekolah hingga bekerja nanti. Kurikulum
2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Dalam penilaian pembelajaran di sekolah, poin penilaian tidak hanya meliputi
kemampuan kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik yang menurut penulis
merupakan bagian dari soft skill. Contoh yang dapat kita ingat adalah ketika kita
harus menyampaikan presentasi di depan kelas kepada teman-teman kita, maka
tidak hanya materi yang harus sudah kita kuasai. Namun, kemampuan
menyampaikan materi serta komunikasi juga perlu kita kuasai. Dengan menguasai
hard skill dan soft skill yang seimbang maka hasil dari presentasi kita pun akan
memuaskan. Berbanding terbalik apabila kita hanya menguasai materi saja, ketika
akan menyampaikannya kita akan kebingungan harus melakukan apa dan
berdampak pada rasa tidak percaya diri sehingga presentasi kita tidak berjalan
maksimal. Sama halnya apabila kita hanya menguasai teknik berbicara di depan
umum tanpa menguasai materi maka kita akan kebingungan apa yang akan kita
sampaikan kepada teman-teman kita.
Menurut Daniel Goleman (1999) soft skill terdiri dari empat klaster kompetensi
kecerdasan emosi yaitu :
1. Kesadaran diri
Kesadaran diri merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam soft skill di
mana kita memahami apa yang terjadi pada diri kita, baik atau buruk diri kita,
kebutuhan diri kita. Seseorang yang mampu memahami dan mengendalikan
dirinya sendiri akan mempunyai nilai plus di mata orang lain, kemampuan
tersebut membawa kita untuk beradaptasi serta menjadi pribadi yang lebih
percaya diri.
24

Pribadi yang memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi akan memahami
bagaimana perasaannya mempengaruhi dirinya, orang lain dan prestasinya. Serta
orang yang memiliki tingkat pengaturan diri yang tinggi mampu menciptakan
lingkungan yang penuh kepercayaan dan keadilan, dapat menguasai emosinya,
dan berorientasi pada tindakan, bisa dipercaya dan efektif dalam mengarahkan
perubahan. Tanpa kesadaran diri kita akan lebih condong untuk mengejar apa
yang orang lain kejar.
Kebanyakan orang mengalami kegagalan yang sama kedua kalinya
disebabkan oleh tidak mengambil pelajaran terhadap peristiwa yang terjadi
sebelumnya. Merenungkan pengalaman masa lalu merupakan salah satu cara
terbaik mengenal diri sendiri dengan lebih baik. Berpikirlah sesaat tentang apa
yang mungkin bisa dipelajari. Ketika kita melakukan penilaian terhadap diri
sendiri, hal itu merupakan saat-saat peningkatan harkat manusia. Karena pada
saat itu manusia menggunakan akalnya sebagai hakim yang menguasai
keinginannya, dan menjadikan hati nuraninya sebagai hakim yang menguasai
hawa nafsunya.
2. Manajemen diri
Manajemen diri merupakan hal yang tidak kalah penting. Pernahkah kalian
bertanya mengapa Barack Obama atau bahkan Rasulullah SAW tidak kewalahan
dengan aktivitasnya ? mereka orang-orang hebat merasa tidak kewalahan karena
mereka mampu mengatur diri mereka dengan baik. Mereka mampu
menempatkan diri mereka dengan situasi yang mereka hadapi. Menurut John C
Maxwell (2011) dan Peter F Drucker (1999) agar memiliki manajemen diri yang
baik, kita harus mampu mengelola beberapa wilayah dalam diri kita, beberapa
di antaranya yaitu:
a. Manajemen emosi
Sangat penting bagi seseorang untuk mengelola emosinya karena emosi
sangat berpengaruh terhadap orang banyak. Rasulullah SAW. Bersabda,
َ ‫ " َلي‬:‫ قال‬،‫ عَ ِن ال َّنبِي ِ صلى هللا عليه وسلم‬،ُ‫ّٰللاُ عَ ْنه‬
ُّ ‫ْس ال َّشدِيدُ بِال‬
،‫ص ُرعة‬ َّ َ‫ضي‬ ِ ‫ َر‬،َ‫عَ ْن َأبِي ُه َر ْي َرة‬
ِ‫ضب‬ َ َ‫َو َلك َِّن ال َّشدِيدَ ا َّلذِي يَ ْم ِلكُ نَ ْفسَهُ ِع ْندَ ا ْلغ‬
25

Artinya: “Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat
ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah.” Muttafaq
‘alaih (Bulughul Maram. Hadits No.1509)
Mengelola emosi secara efektif merupakan salah satu dari kecerdasan
emosi, yaitu kemampuan yang lebih luas menafsirkan emosinya sendiri dan
emosi orang lain secara akurat serta menggunakan informasi untuk mengelola
emosi, mengkomunikasikannya secara konstruktif dan memecahkan masalah.
Di antara keterampilan yang berisi kecerdasan emosi, pengelolaan emosi
merupakan yang terpenting untuk komunikasi interpersonal yang efektif
karena ini merupakan salah satu kecakapan yang mempengaruhi pengalaman
dan ekspresi emosi.
b. Mengelola waktu
Manajemen waktu merupakan salah satu keterampilan dasar yang siswa
generasi Z harus menguasainya. Manusia sebagai makhluk yang merugi
sebagaimana tercantum dalam Quran Surat Al Ashr :
ِ ‫ص ْوا بِا ْل َح‬
َ ‫ق ەِۙ َوتَ َوا‬
‫ص ْوا‬ َ ‫ت َوتَ َوا‬ ‫ ا َِّل ا َّل ِذيْنَ ٰا َم ُن ْوا َوعَ ِم ُلوا ال ه‬- ‫ي ُخس ِۙ ٍْر‬
ِ ٰ‫ص ِلح‬ ْ ‫ال ْنسَانَ َل ِف‬ ْ َ ‫َوا ْلع‬
ِ ْ ‫ ا َِّن‬- ‫ص ِۙ ِر‬
‫صب ِْر‬
َّ ‫ࣖ بِال‬
Artinya : “Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling
menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (Q.S.
Al-Ashar: 1-3)
Allah SWT. telah memberi peringatan kepada kita bahwa sungguh
manusia adalah makhluk yang rugi, dapat diartikan jika sesungguhnya
manusia makhluk yang merugi jika kita semua tidak bisa menggunakan waktu
kita sebaik mungkin. Kita semua memiliki jumlah waktu yang sama yaitu 24
jam sehari namun mengapa kadang kita terlena atau merasa kurang memiliki
waktu yang banyak? Itu karena kita tidak mengatur waktu kita dengan baik.
Orang yang mampu mengelola waktunya dengan baik maka ia tidak akan
merasa terbebani atau memiliki waktu yang sedikit. Mengelola waktu
merupakan salah satu kemahiran kita dalam soft skill.
Salah satu cara agar kita mampu mengelola waktu dengan baik adalah
dengan mendirikan sholat tepat waktu. Dengan terbiasa mendirikan sholat
26

tepat waktu maka insyaAllah kita akan terbiasa pula untuk mengelola waktu
dengan baik. Saat pandemi ini banyak orang yang lengah dengan
memanfaatkan waktunya. Padahal orang yang menghargai waktu ia akan
menggunakan waktu kosongnya itu untuk sesuatu yang bermanfaat. Apabila
kita menggunakan waktu yang ada untuk kebaikan maka kita akan menyesal
dikemudian hari. Rasulullah SAW bersabda,
‫ ُك ْن فِي‬: ‫ي َف َقا َل‬ َّ َ‫ َأ َخ َذ َرسُ ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم ب ِ َم ْن ِكب‬: ‫عَ ْن ا ْب ِن عُ َم ْر رضي هللا عَ ْنهُ َما َقا َل‬
َ ‫ إ ِ َذا َأ ْمسَيْتَ َف‬: ‫ضيَ هللاُ عَ ْنهُ َما يَ ُق ْو ُل‬
‫ال تَ ْنتَظ ِِر‬ ِ ‫ َوكاَنَ ابْنُ عُ َم َر َر‬.‫الدُّ ْنيَا َك َأ َّنكَ غ َِريْبٌ َأ ْو عَاب ِ ُر سَب ِ ْي ٍل‬
. َ‫ َوم ِْن َحيَاتِكَ ِل َم ْوتِك‬، َ‫ضك‬ ِ ‫ َو ُخ ْذ م ِْن‬،َ‫ال تَ ْنتَظ ِِر ا ْل َمسَاء‬
ِ ‫ص َّحتِكَ ِل َم َر‬ ْ ‫ َوإ ِ َذا َأ‬،‫صبَا َح‬
َ ‫صبَحْتَ َف‬ َّ ‫ال‬
]‫[رواه البخاري‬
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam memegang kedua pundak saya seraya bersabda: "Hiduplah engkau
di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara", Ibnu Umar berkata:
"Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada
di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk
(persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu." HR. Bukhori
(Bulughul Maram. Hadits No. 1498)
Manajemen waktu yang baik memungkinkan kita mencapai hasil yang
lebih baik dengan waktu yang singkat yang membuat kita lebih produktif
serta akan memiliki kebebasan waktu yang lebih banyak.
c. Mengelola pikiran
Pikiran atau mental merupakan sesuatu yang dianggap remeh oleh orang-
orang padahal pikiran dan mental dapat mempengaruhi proses belajar kita.
Pikiran yang negatif akan berdampak negatif pula kepada diri kita. Oleh
karena itu, mental kita harus dijaga. Kebugaran mental adalah sikap umum
berupa optimisme, kepercayaan diri, dan keramahan yang secara positif
mempengaruhi segala sesuatu yang ada. Kebugaran mental amat mirip
dengan kebugaran fisik. Untuk mencapainya, Kita harus berlatih setiap hari
sampai hal itu menjadi bagian karakter dan kepribadian Kita. Prosesnya tidak
mudah, tetapi upaya dan konsistensi yang gigih dalam mempraktikkannya
akan memberikan hasil yang melampaui semua proporsi latihan yang telah
kita lakukan.
27

Untuk meraih pikiran yang positif ada beberapa usaha yang dapat
dilakukan dalam keseharian. Seperti, berusaha untuk membicarakan hal yang
positif, melakukan hal-hal yang positif, selalu memasukkan pemikiran yang
positif yang membuat diri kita bergerak ke depan, bergaul dan berhubungan
dengan orang yang positif yang membawa diri kita terbiasa dengan hal-hal
yang positif.
d. Mengelola kata-kata
Mempertimbangkan perkataan yang kita akan ucapkan adalah hal yang
penting kita lakukan. Sebelum kita berbicara maka kita harus memikirkan
terlebih dahulu apakah perkataan yang akan kita ucapkan akan berdampak
baik atau buruk bagi kita dan orang lain. Sebagaimana Allah SWT berfirman,
‫َو ُقل ِل ِعبَادِى يَ ُقو ُل ۟وا ٱ َّلتِى هِىَ َأ ْحسَ ِۚنُ إ ِ َّن ٱل َّش ْي ٰ َطنَ يَنزَ ُغ بَ ْينَهُ ِۚ ْم إ ِ َّن ٱل َّش ْي ٰ َطنَ َكانَ ل ِْْلِن ٰسَ ِن عَد ًُّوا ُّمبِي ًنا‬
Artinya: “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, “Hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh, setan itu (selalu)
menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan adalah musuh
yang nyata bagi manusia.”(Q.S. Al-Isra: 53)
Jika kita selalu memberikan pujian terhadap orang lain maka orang
tersebut akan memberikan kesan yang baik terhadap kita. Berbeda apabila
kita selalu mengkritik pedas serta membicarakan hal-hal yang kurang baik
maka kesan orang lain terhadap kita akan kurang baik pula. Jika kita tidak
suka dipotong ketika berbicara, maka janganlah memotong pembicaraan
orang lain. Jika kita tidak suka orang lain berkata tidak pantas kepada kita,
maka janganlah kita berbicara yang tidak pantas kepada orang lain. Jika kita
senang dihargai ketika berbicara, maka hargailah orang lain. Begitu
seterusnya.
e. Mengetahui kekuatan
Salah satu cara agar kita unggul dari orang lain adalah
mengetahui kelemahan dan kekuatan diri kita sendiri. Orang yang
mengetahui kelemahan dan kekuatan dirinya maka akan lebih
mudah untuk memposisikan dirinya di lingkungan. Berbeda dengan
orang yang tidak mengetahui kelemahan dan kekuatannya maka ia
28

akan cenderung untuk mengikuti yang orang lain bisa padahal ia


belum tentu mahir dengan pekerjaan itu.
Anugerah yang Allah SWT berikan kepada kita salah satunya
kekuatan pada diri kita sendiri yang belum tentu orang lain
memilikinya. Kita diberi anugerah yang luar biasa yang kita miliki
sejak lahir. Berbagai bakat, kecerdasan, kesempatan yang sebagian
besar masih tetap rapi tertutup, kecuali jika kita ingin
membukanya, melalui keputusan dan upaya diri kita sendiri.
Sayangnya, banyak orang tidak memperhatikan dirinya sendiri dan
tidak menemukan kekuatan, potensi, atau talenta itu, atau yang
disebut juga kekayaan batin.
Kita dapat memanfaatkan waktu yang kita miliki untuk
mengembangkan kekuatan diri kita. Selain itu dengan mencoba
keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal yang baru kita dapat
menemukan kekuatan diri kita yang belum kita tahu. Namun,
jangan sampai kita lengah dengan tidak memperbaiki kelemahan
yang ada.
f. Mengetahui cara melakukan sesuatu
Banyak sekali orang-orang yang menerima suatu hal yang ingin
dikerjakan, namun mereka bingung bagaimana cara melakukannya
terlebih lagi dengan yang bukan keahliannya. Sama seperti dengan
kekuatan maka cara yang tepat agar kita dapat melakukan
pekerjaan dengan benar adalah mengasah dan mengembangkannya.
Mengetahui cara melakukan suatu hal yang diinginkan dengan
benar adalah salah satu unsur soft skill, di mana hasilnya kita dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan kita.
3. Kecerdasan sosial
Kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan
berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekolah, masyarakat dan
lingkungan lainnya. Menurut Sean Foleno, kecerdasan sosial adalah kemampuan
seseorang untuk memahami lingkungannya secara optimal dan bereaksi dengan
tepat untuk sukses secara sosial. Kecerdasan sosial sangat berguna bagi kita
29

terutama untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Untuk mempunyai


hubungan yang baik dengan orang lain maka diperlukan kecerdasan sosial yang
baik juga. Melalui berhubungan baik dengan orang lain, jati diri kita akan
terbentuk, perkembangan kemampuan intelektual dan sosial terbantu, dan
kesehatan mental kita terjaga. Berhubungan baik dengan orang lain memang
mampu mendatangkan rezeki kepada kita, baik secara material maupun secara
non material. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ِ َ‫ َف ْلي‬، ‫ َو َأ ْن يُ ْنسَ َأ َلهُ فِى َأ َث ِر ِه‬، ‫َم ْن اَ َحبَّ َأ ْن يُ ْبسَ َط َلهُ فِى ِر ْزقِ ِه‬
ُ‫ص ْل َرحِ َمه‬
Artinya: “Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan
umurnya hendaklah dia menyambung silaturahmi.” HR. Bukhori (Bulughul
Maram. Hadits No. 1482)
Kecerdasan sosial merupakan salah satu kompetensi yang dapat membantu
kita jika ingin merasa kehadiran kita diakui dan dihargai oleh orang lain. Oleh
karena itu, kita harus berusaha mengembangkan keterampilan yang dimiliki.
Dengan mengembangkan keterampilan kita dapat mengikuti perkembangan
zaman yang semakin cepat ini.
4. Manajemen hubungan
Dalam menggapai prestasi belajar, manajemen hubungan adalah hal yang
terpenting. Membina hubungan bukan sekedar bergaul, melainkan pergaulan
yang memberikan kita kepuasan pribadi dan saat bersamaan tidak menyakiti ego
atau konsep diri orang lain. Leslie T. Giblin, wiraniaga nasional terbaik Amerika
Serikat pada 1965, yang juga guru ilmu hubungan antar manusia bagi ratusan
asosiasi dan perusahaan mengingatkan kita untuk tidak sekedar mengetahui
ilmu pengetahuan relasi manusia, tetapi juga harus melatih dan
menggunakannya. “Ilmu pada dirinya sendiri tidaklah bernilai. Penggunaan ilmu
itulah yang membuatnya bernilai.” Artinya dunia tidak membayar kita atas apa
yang kita dapat lakukan, dunia membayar kita atas apa yang kita lakukan.
Ilmu relasi merupakan hal yang terpenting dalam pembelajaran utamanya.
Dengan memiliki relasi yang baik kita mampu menjalin kerja sama dengan
teman sebaya kita yang bermanfaat dan saling menguntungkan. Dalam
30

membangun relasi yang baik kita perlu menghargai orang lain,


mengesampingkan perbedaan, menghargai kesetaraan.
Saat ini dunia menuntut generasi Z untuk menjadi pribadi yang kreatif dan
inovatif. Tentunya hal itu juga mendorong kita untuk melakukan komunikasi
antar individu. Dengan menguasai kemampuan komunikasi yang baik, seseorang
dapat dengan mudah menjalin hubungan dengan orang lain. Dengan kemampuan
komunikasi yang baik juga kita dapat membuka hubungan dengan orang lain
dengan memberikan kesan yang baik terhadap diri kita karena telah memahami
situasi serta hal-hal yang membuat hubungan antar individu berjalan dengan
baik. Tentunya di zaman yang digital ini, menjalin hubungan dengan individu
atau kelompok lewat media sosial bukanlah hal yang tabu. Oleh karena itu
diperlukan kemampuan manajemen hubungan dan komunikasi yang baik di
dalamnya.
Salah satu soft skill yang harus dikuasai oleh siswa generasi Z ialah kemampuan
berkomunikasi. Kemampuan komunikasi menjadi salah satu kunci penting dalam
membangun dan menjalin hubungan antar individu. Kemampuan komunikasi
sangat dibutuhkan oleh generasi Z khususnya dalam pembelajaran. Komunikasi
dalam pendidikan berperan sebagai media penyambung antara siswa dengan dirinya
sendiri, siswa dengan siswa lainnya, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan.
Komunikasi yang efektif dapat meningkatkan prestasi belajar yang dapat
berlangsung hingga dunia kerja.
Dalam agama Islam terdapat suatu konsep yang pas untuk dijadikan pedoman
memelihara komunikasi kita yaitu konsep hablu minallah (hubungan manusia
dengan Allah), hablu minannas (hubungan manusia dengan manusia lainnya), dan
hablu minannafs (hubungan manusia dengan dirinya sendiri). Berdasarkan konsep
tersebut terdapat dua jenis komunikasi yang menurut penulis penting dimiliki oleh
siswa generasi Z yaitu : komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal.
Komunikasi intrapersonal ialah komunikasi yang terjadi pada diri peserta didik
sendiri. Komunikasi ini berperan dalam peningkatan kualitas rohaniah peserta
didik. Selain itu, komunikasi intrapersonal juga dapat dikatakan sebagai
komunikasi antara manusia dengan Sang Pencipta.
31

Sebagai generasi yang beragama, sudah sepatutnya kita memperbaiki dan


memelihara komunikasi kita dengan Tuhan terlebih dahulu. Manusia hidup sebagai
makhluk yang lemah oleh karena itu kita memerlukan Dzat yang mampu menolong
dan mengabulkan keinginan kita. Sudah sepatutnya kita menjaga komunikasi kita
dengan Allah SWT karena kita membutuhkannya. Dalam melakukan komunikasi
kita dengan Tuhan Yang Maha Esa dapat dilakukan dengan berdoa, bersyukur, serta
ibadah lainnya yang syariatkan.
Komunikasi intrapersonal berperan penting dalam proses pembelajaran.
Sebelum menerima pelajaran yang disampaikan, peserta didik harus mampu
memahami dirinya sendiri terlebih dahulu. Dengan memahami dirinya sendiri,
peserta didik akan mampu mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Komunikasi
intrapersonal ini dapat dilakukan dengan proses renungan terhadap diri peserta
didik atau biasa disebut dengan intropeksi diri.
Komunikasi intrapersonal juga mengambil peran penting ketika kita harus
dihadapkan dengan suatu permasalahan. Untuk mengatasi suatu permasalahan yang
dihadapi, kita harus bisa membaca situasi terlebih dahulu dengan cara melakukan
komunikasi dengan diri kita sendiri. Kita harus mengetahui apakah masalah
tersebut muncul dari diri kita sendiri atau muncul dari luar diri kita. Lalu kita harus
memikirkan dengan matang terlebih dahulu ketika akan mengambil suatu
keputusan sehingga suatu keputusan yang kita ambil tersebut tidak merugikan
orang lain dan diri kita khususnya.
Kemampuan komunikasi pada diri sendiri dapat memicu terbukanya peluang
komunikasi yang lainnya. Seseorang yang telah memahami dirinya sendiri akan
dengan mudah melakukan komunikasi dengan orang lain. Ia juga mampu
memosisikan dirinya ketika berkomunikasi dengan lawan bicara sehingga
komunikasi dapat berjalan dengan baik.
Komunikasi interpersonal berperan dalam menjaga hubungan peserta didik di
sekolah dan di lingkungan masyarakat. Kemampuan interpersonal peserta didik
dibutuhkan untuk menjalin hubungan dengan individu lain dalam proses
pembelajaran. Komunikasi ini menjadi kunci kesuksesan antara suatu individu
dengan individu lainnya. Dalam pembelajaran disekolah komunikasi menjadi alat
pembelajaran siswa dengan menerima dan memberikan informasi.
32

Seorang siswa yang tidak cukup baik dalam kemampuan menerima informasi
yang didapatkan dari guru akan cenderung tertinggal dari siswa yang mampu
menerima dan memahami informasi yang diberikan oleh guru. Selain itu, dalam
pergaulan dengan teman kita memerlukan komunikasi yang baik karena setiap
individu memiliki karakter yang bereda-beda dan unik. Dalam kegiatan
pembelajaran komunikasi sangat berperan dan membantu peserta didik.
Keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat bergantung kepada efektivitas proses
komunikasi yang terjadi. Pembelajaran yang baik dan efektif akan memberikan
ruang dan peluang agar anak dapat belajar lebih aktif serta dapat mengeksplorasi
keingintahuannya melalui kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Keberhasilan peserta didik tidak lepas dari sumber daya manusia yang unggul
yang didorong dengan visi dan misi yang ada. Seseorang dengan penguasaan
komunikasi yang baik akan mencerminkan kemampuan yang melebihi dari
kapasitas sebagai peserta didik. Kemampuan ini muncul dikarenakan siswa tersebut
secara mandiri mampu menggerakkan proses-proses internal untuk terus belajar,
berusaha dan menemukan sesuatu yang memberi keuntungan bagi proses
belajarnya ataupun bagi pengembangan diri. Dengan demikian, kemampuan
komunikasi penting untuk dikuasai karena diperlukan oleh seseorang untuk
mengembangkan dirinya dalam proses pembelajaran yang lebih efektif. Dengan
demikian, soft skill sangat berperan bagi prestasi belajar siswa generasi Z yang
memiliki ekosistem pendidikan yang berorientasi pada kemampuan umum dan
keterampilan khusus di era ini. Dengan adanya soft skill siswa dapat mengetahui
kualitas diri siswa yang berpengaruh pada kehidupan siswa dan juga dengan
menguasai soft skill kita juga dengan mudah mampu beradaptasi dengan
lingkungan sekitar kita terutama dalam lingkungan pembelajaran.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dibahas pada bab-bab sebelumnya maka penulis
menarik kesimpulan bahwa soft skill adalah kemampuan seseorang mengelola
emosi dan sifat pribadi dalam kehidupan yang berdampak pada kualitas diri. Soft
skill berbeda dengan hard skill di mana hard skill didapatkan dalam proses
pembelajaran dan dapat diukur sedangkan soft skill didapatkan dari pengalaman
setiap individu dan tidak bisa diukur. Dalam psikologi pendidikan soft skill
termasuk kepada salah satu komponen pendukung yang membantu meningkatkan
prestasi belajar dan karakter siswa generasi Z.
Menurut penulis sudah seharusnya paradigma siswa berprestasi tidak hanya
memandang nilai kognitif saja melainkan melihat pada aspek afektif dan
psikomotorik juga karena setiap siswa memiliki keunikan dan keunggulannya
sendiri dalam berbagai bidang. Tolok ukur keberhasilan dalam prestasi belajar ialah
peserta didik mampu menyeimbangkan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.
Dalam pencapaian prestasi belajar, soft skill sangat berperan dalam mendukung
lancarnya pembelajaran. Berikut peranan soft skill bagi pencapaian prestasi belajar
siswa generasi Z:
1. Membantu proses pembelajaran siswa.
2. Membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran dan masa
depannya.
3. Membantu siswa dalam memahami keunggulan dan kelemahan diri.
4. Membantu siswa dalam berkomunikasi.
5. Membantu siswa dalam mengelola emosi.
6. Membantu siswa dalam peningkatan kemampuan intrapersonal dan
interpersonal.
7. Meningkatkan kualitas diri peserta didik yang berguna hingga dewasa.

33
34

B. Saran
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis telah berusaha sekuat tenaga
dan semaksimal mungkin namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis memberikan saran kepada
pembaca ataupun yang akan melanjutkan penelitian ini agar selalu istiqomah dalam
mengerjakan suatu pekerjaan dan hadapi segala rintangan dengan ikhlas, sabar dan
doa. Penulis berharap pembaca dapat memberi kritik dan saran yang membangun
kepada penulis agar penulis dapat lebih baik ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber Buku :

Al Quran. (t.thn.). Surakata: Az- Ziyadah.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Hasil Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam,


Depag.

Chen, F. V. (2012). Soft Skill for Succsess: Pandai Membawa Diri di Dunia Kerja.
Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Chen, F. V. (2012). Soft Skill for Succsess: Sikap Tepat, Karier Hebat. Jakarta: PT
Bhuana Ilmu Populer.

Drs. Amirono, M.T, & Drs. Daryanto . (2016). Evaluasi dan Penilaian
Pembelajaran Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.

Endah, D. P., & Amri, S.Pd., S. (2013). Panduan Memahami Kurikulum 2013.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.

Hassan, A. (2006). Tarjamah Bulughul Maram . Bandung: CV. Penerbit


Diponegoro.

Kaswan. (2016). 101 Soft Skills: Untuk Mencapai Puncak Kinerja dan
Kepemimpinan. Bandung: Alfabeta CY.

M. Fadilla, M. (2013). Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,


SMP/MTS, & SMA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Meier, D. (1999). The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif dan


Efektif. Bandung: Kaipa.

Muhyi, H. A., Muttaqin, Z., & Nirmalasari, H. (2016). HR Plan & Strategy: Strategi
Jitu Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Raih Asa Sukses.

Nursalim, M., Laksmiwati, H., Budiani, M. S., Khoirunnisa, R. N., Syafiq, M.,
Savira, S. I., & Satwika, Y. W. (2019). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Prof. Dr. Mudjiran, M. (2021). Psikologi Pendidikan: Penerapan Prinsip-prinsip
Psikologi dalam Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Kencana.

Rosyid, M. Z., Mustajab, & Abdullah, A. R. (2019). Prestasi Belajar. Batu: Literasi
Nusantara.

Sunardi, & Sujadi, I. (2017). Sumber Belajar Calon Peserta Program PLPG Mata
Pelajaran Pedagogi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan kebudayaan,
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

2. Sumber Jurnal:
Dr. Marzuki, M. (2012). Pengembangan Soft Skill Berbasis Karakter Melalui
Pembelajaran Ips Sekolah Dasar. Diambil dari staff.uny.ac.id:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Marzuki,%20M.
Ag./38.%20Pengembangan%20Soft%20Skill%20Berbasis%20Karakter%2
0dalam%20IPS%20SD%202012.pdf

Mu'awanah. (2004). Hubungan Keaktifan Guru dalam Mengajar Motivasi


Berprestasi dengan Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Ma'arif
Bakung Udan Awu Blitar . Jurnal Realita, 243.

3. Sumber Internet:

Aurellia, T. T. (2021, September 5). Pengertian Soft Skill & Contoh Soft Skill.
Diambil dari Gramedia.com: https://www.gramedia.com/best-seller/soft-
skill/

Chaterine, R. N. (2019, November 29). Kaji Hapus UN, Nadiem Pikirkan Tolok
Ukur yang Tak Bebani Siswa- Guru. Diambil dari Detiknews:
https://news.detik.com/berita/d-4803174/kaji-hapus-un-nadiem-pikirkan-
tolok-ukur-yang-tak-bebani-siswa-guru

Junida, A. I. (2021, Januari 21). BPS: Penduduk Indonesia didominasi Generasi Z


dan Mienial. Diambil dari Antaranews:
https://www.antaranews.com/berita/1960808/bps-penduduk-indonesia-
didominasi-generasi-z-dan-
milenial#:~:text=Berdasarkan%20hasil%20Sensus%20Penduduk%202020
,jiwa%20atau%2025%2C87%20persen

Kurikulum 2013. (t.thn.). (SIstem Informasi Kurikulum Nasional) Dipetik April 06,
2022, diambil dari Kurikulum.kemdikbud.go.id:
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum-2013/

Lianovanda, D. (2022, Maret 18). Mengenal Perbedaan Hard Skill dan Soft Skill
(Beserta Contoh-contohnya). Diambil dari blog.skillacademy.com:
https://blog.skillacademy.com/mengenal-perbedaan-hard-skill-dan-soft-
skill#:~:text=Kalau%20hard%20skill%20adalah%20kemampuan,%2C%2
0kecerdasan%20emosional%2C%20dan%20lainnya

Wikipedia Indonesia. (2021, Januari 26). Generasi Z. Diambil dari:


https://id.wikipedia.org/wiki/Generasi_Z

Wikipedia Indonesia. (2022, Januari 12). Kurikulum. Diambil dari Wikipedia


Indonesia: https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap penulis ialah Ghaza Fawwaz Ijlali


Permana, lahir di Bandung pada tanggal 16 Februari
2004. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan
suami istri Devi Tri Permana dan Yuli Yuliantini
(alm). Penulis memiliki satu saudara kandung
perempuan yang bernama Ghaliya Abiya Najwani
dan satu saudara seayah laki-laki yang bernama Ghazi
Rafif Sava Permana. Penulis tinggal bersama ayah,
bunda yang bernama Heti Rahmawati dan adik perempuannya. Penulis beralamat
di Taman Kopo Katapang blok E5 No. 46 RT. 02 RW.14 Desa Pangauban
Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung.
Penulis memiliki hobi yang terbilang acak, seperti menonton drama Korea,
bermain gim, membaca buku, atau menyanyi. Cita-cita penulis adalah menjadi
seorang Arsitektur dan ingin mengubah lingkungan kumuh di masyarakat menjadi
lebih nyaman dan baik untuk ditinggali. Namun, harapan penulis untuk menjadi
seorang arsitek harus berhenti dengan diterimanya penulis di Universitas
Pendidikan Indonesia program studi Survei Pemetaan dan Informasi Geografi
pada Maret 2021. Penulis percaya akan jalan yang sudah Allah tentukan pasti lebih
baik bagi penulis.
Penulis memulai pendidikan formalnya di TK Al-Istiqamah 1 pada tahun
2009 dan lulus tahun 2010, kemudian melanjutkan studi tingkat dasar di SDN
Cilampeni 01 pada tahun 2010 dan lulus tahun 2016. Bersamaan dengan itu
penulis juga bersekolah di MDU PERSIS Katapang pada tahun 2009 dan lulus
pada tahun 2016, selanjutnya penulis melanjutkan studi ke jenjang menengah
pertama sederajat di MTs PERSIS Katapang pada tahun 2016 dan lulus pada tahun
2019. Kemudian penulis mengambil studi jurusan MIPA pada tingkat menengah
atas sederajat di MA PERSIS Katapang pada tahun 2019-sekarang.
Dalam organisasi penulis pernah menjadi ketua regu pramuka SDN
Cilampeni 01 pada tahun 2014-2016. Penulis juga pernah mewakili kecamatan
Katapang dalam O2SN pada tahun 2015 dalam cabang olahraga karate. Selain itu,
penulis juga pernah mewakili Kecamatan Katapang dalam Gladian Pimpinan
Regu yang diselenggarakan oleh PUSDIKLATCAB. Gerakan Pramuka Kab.
Bandung pada tahun 2014. Penulis juga pernah menjadi tasykil RG bidang garapan
Intelektual Kaderisasi (2017-2018) dan tasykil RG bidang Bendahara (2018-2019)
di RG UG MTs PERSIS Katapang serta tasykil RG bidang garapan minat bakat
(2019-2021) di RG UG MA PERSIS Katapang. Selain itu penulis juga pernah
mengikuti Drum Corps di MTs. PERSIS Katapang.
Pembaca juga bisa menghubungi penulis melalui media sosial yang
dimiliki penulis dengan ID Line: @ghazafawwaz, Instagram: @ghazafawwaz dan
email ghazapermana16@gmail.com. Demikianlah riwayat hidup penulis, semoga
Allah senantiasa memberikan perlindungan kepada kita semua, Aamiin.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Sensus Data Penduduk 2020


Lampiran 2 Kenali Generasi Z Indonesia

Anda mungkin juga menyukai