Studi Deskriptif Peranan Soft Skill Dalam Pencapaian Prestasi Belajar Bagi Siswa Generasi Z
Studi Deskriptif Peranan Soft Skill Dalam Pencapaian Prestasi Belajar Bagi Siswa Generasi Z
oleh
NISN: 0043190488
BANDUNG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
oleh
GHAZA FAWWAZ IJLALI PERMANA
NISN 0043190488
Telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan pada sidang karya tulis ilmiah
pada tanggal 21 April 2022. Sebagai salah satu syarat kelulusan santri
Mu’allimien Pesantren Persatuan Islam 60 Katapang
Menyetujui :
Pembimbing
NPA: 14.01.01.002116
LEMBAR PENGESAHAN
oleh
NISN 0043190488
Menyetujui,
Pembimbing
َي عَ ِن ا ْل ٰع َل ِميْن َو َم ْن َجا َهدَ َف ِا َّن َما يُ َجا ِهدُ ِلنَ ْفسِه ۗ ا َِّن ه
ٌّ ِّٰللا َ َلـغَن
"Dan barang siapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya
sendiri. Sungguh, Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh
alam."
(QS. Al-‘Ankabut 29: 6)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT. penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini. Karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan untuk orang tua tercinta,
guru, sahabat, teman-teman, orang-orang spesial yang pernah ada di kehidupan
penulis serta pembaca semua.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur milik Allah SWT yang telah memberikan potensi
kepada kita sebagai manusia yang sangat sempurna, sehingga dengan potensi kita
dapat menjalankan fungsi kita sebagai khalifah di muka bumi dan menjalankan
tujuan kita sebagai manusia yaitu beribadah kepada Allah SWT.
Penulis di sini akan menulis karya tulis ilmiah yang berjudul Studi Deskriptif
Peranan Soft Skill dalam Pencapaian Prestasi Belajar bagi Siswa Generasi Z
Banyak sekali rintangan yang dihadapi penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah
ini, tetapi rintangan tersebut menjadi mudah dan menyenangkan dengan dukungan
dan doa dari orang-orang terdekat. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat dan penulis banggakan:
1. Bapak H. Dede Taufik Rahman (Allahuyarham) selaku Mudirul ‘Am
Pesantren Persis 60 Katapang.
2. Bapak Drs. Dadang Ahmad Tajudin selaku Mudir Mu’alimin Persis Katapang.
3. Ibunda tercinta, Yuli Yuliantini (Allahuyarham) yang telah melahirkan,
merawat, dan membimbing penulis dengan penuh pengorbanan serta rasa
sayang di sepanjang hayatnya.
4. Bunda dan Ayah penulis tercinta yang senantiasa mendukung serta
memberikan yang terbaik untuk kesuksesan penulis tanpa mengenal rasa lelah.
5. Seluruh keluarga besar penulis tersayang.
6. Ibu Dinan Afifah Firdaus, S.Pd. selaku wali kelas penulis.
7. Ibu Irma Nurul Marhamah, S.Pd. selaku pembimbing penulis.
8. Para asatidz yang turut memberi dukungan kepada penulis.
9. Ghaliya Abiya Najwani selaku adik penulis yang senantiasa memberi
dukungan dan hiburan kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat yang senantiasa memberi dukungan, kritik dan saran kepada
penulis.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu
mendukung dan membantu penulis.
i
Akhir kata, penulis panjatkan doa ke hadirat Allah SWT. Semoga pihak yang
telah membantu penulis dalam penyusunan karya tulis ini diberikan balasan pahala
yang setara. Penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran agar penulis
dapat lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
keseimbangan antara hard skill dan soft skill. Dalam sistem penilaian
yang dilakukan di dalam kelas terdapat dua aspek yaitu pengetahuan dan
keterampilan. Pengetahuan yang dasarnya dapat berkembang seiring
proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa menjadi prioritas atau
fokus utama siswa untuk mendapatkan prestasi yang maksimal. Namun
ternyata aspek keterampilan siswa pun tidak kalah penting bagi
menunjang prestasi belajar siswa. Keterampilan inilah yang biasanya
dianggap sepele oleh para siswa dalam proses pembelajaran.
Indonesia melalui Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 3, No. 20 Tahun 2003 menegaskan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Dr.
Marzuki, 2012). Berdasarkan UU di atas, soft skill dapat berperan dalam
mewujudkan harapan pendidikan nasional yaitu menjadikan bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang bertakwa, berakhlak mulia serta berilmu.
Tujuan kurikulum 2013 dapat dikatakan sesuai dengan apa yang dicita-
citakan dalam UU di atas di mana diharapkan peserta didik mampu
menyeimbangkan antara kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam
kurikulum 2013 siswa didorong aktif dalam menguasai kelas di mana soft
skill dapat berperan penting dalam kegiatan di kelas. Dengan kata lain,
seorang siswa yang memiliki keterampilan harus mampu
mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Seorang siswa
yang pintar dalam menguasai materi pembelajaran namun ia kesulitan
dalam bersosialisasi serta berbicara di depan kelas akan kalah dan
tertinggal dengan siswa yang mampu beradaptasi dan berbicara di depan
kelas karena dengan begitu ia dapat menerima masukan dan memahami
apa yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Generasi Z seharusnya
sudah memikirkan dan menyiapkan tantangan yang akan dihadapi di masa
3
depan dengan menjadi generasi yang unggul cakap dalam berbagai bidang
serta unggul dalam rohaniah.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis memandang penting
permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya untuk dapat dikaji dan
diterapkan dalam upaya pengembangan kualitas diri menjadi lebih baik
dan profesional. Maka penulis bermaksud untuk menjelaskan penelitian
lebih mendalam terkait permasalahan yang terjadi dengan judul penelitian
“Studi Deskriptif Peranan Soft Skill dalam Pencapaian Prestasi Belajar
bagi Siswa Generasi Z”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah yang
akan diambil oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana soft skill dalam pandangan psikologi pendidikan?
2. Apa indikasi/ tolak ukur keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar?
3. Bagaimana peranan soft skill bagi siswa generasi Z dalam pencapaian prestasi
belajar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan dari karya tulis ilmiah ini sebagaimana
pertanyaan yang diajukan pada rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui soft skill dalam pandangan psikologi pendidikan.
2. Mengetahui indikasi/ tolak ukur keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi
belajar.
3. Mengetahui peranan soft skill bagi siswa generasi Z dalam pencapaian prestasi
belajar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan, baik secara teoritis maupun praktis, di antaranya:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai peranan soft skill dalam pencapaian prestasi belajar bagi siswa
generasi Z, serta juga diharapkan sebagai sarana pengembangan ilmu
pengetahuan yang secara teoritis dipelajari di bangku sekolah.
4
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat
dalam mengimplementasikan pengetahuan penulis tentang soft skill.
b. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam pengembangan teori mengenai peranan soft skill dalam
prestasi belajar bagi siswa generasi Z, bagi yang ingin melanjutkan penelitian
ini.
c. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dengan memanfaatkan soft skill. Sehingga pembaca dapat
belajar dengan lebih efektif dan percaya diri dengan memanfaatkan
kemampuan yang dimilikinya dan dapat membantu meningkatkan prestasi di
sekolah.
E. Metode Penelitian
Metode merupakan syarat mutlak yang digunakan bertujuan untuk
dapat melihat ke dalam sebuah penelitian. Maka dari itu, penulis akan
menggunakan metode penelitian deskriptif berdasarkan studi pustaka
dengan maksud memberikan gambaran yang kuat mengenai topik yang
akan dibahas.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
5
6
4. Putra dan Pratiwi (2005: 5), menyatakan soft skill sebagai kemampuan-
kemampuan yang tidak dapat terlihat dan harus dimiliki atau diperlukan untuk
mencapai kesuksesan, sebagai contoh kemampuan seseorang berkomunikasi,
kejujuran atau integritas dan sebagainya.
Howard Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan seseorang meliputi
beberapa unsur, dua di antaranya ialah kecerdasan interpersonal dan kecerdasan
intrapersonal, di mana keduanya itu dapat diartikan sebagai soft skill. Seseorang
yang memiliki kecerdasan interpersonal mampu untuk peka terhadap perasaan
orang lain. Anak-anak dengan kemampuan lebih di bidang ini cenderung
memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga ia mudah dalam
bersosialisasi dengan lingkungannya. Kecerdasan ini juga dinamakan kecerdasan
sosial. Sedangkan seseorang yang memiliki kecerdasan intrapersonal mampu
memahami perasaan dirinya sendiri. Anak dengan kecerdasan intrapersonal tinggi
menunjukkan tanda-tanda mampu mengenali berbagai kekuatan dan kelemahan
yang ada pada dirinya sendiri. Anak-anak semacam ini suka melakukan intropeksi
diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk
memperbaiki diri dengan begitu anak tersebut dapat mengembangkan apa yang
dibutuhkannya.
Dilansir dari themuse.com atas laman skill academy by ruangguru, hard skill
adalah keterampilan atau pengetahuan khusus yang dibutuhkan untuk sebuah
pekerjaan. Misalnya, untuk menjadi seorang desainer grafis anda harus pandai
menjalankan aplikasi corel draw atau sejenisnya. Umumnya hard skill dapat
dipelajari atau dikembangkan serta terukur melalui pendidikan formal, kursus atau
pelatihan. Soft skill adalah atribut pribadi atau bisa juga disebut kemampuan
interpersonal yang dibutuhkan dalam segala pekerjaan. Misalnya, komunikasi,
manajemen waktu, motivasi, kecerdasan emosional, dan lainnya. Namun, soft skill
sulit untuk diukur serta bersifat personal dan objektif.
Menurut Daniel Goleman (1999) soft skill terdiri dari empat klaster kompetensi
kecerdasan emosi yaitu : kesadaran diri, manajemen diri, kecerdasan sosial, dan
manajemen hubungan.
7
internal dan membentuk suatu sistem nilai internal mencakup tingkah laku
yang tercermin dalam suatu falsafah hidup.
e. Karakteristik, mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang, nilai-nilai
sangat berkembang dan teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten
dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini bisa ada
hubungannya dengan peraturan pribadi, sosial, dan emosi siswa.
3. Klasifikasi tujuan domain psikomotor (Dave, 1970)
Domain psikomotor terbagi ke dalam lima kategori sebagai berikut :
a. Peniruan, terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi
respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol
otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak
sempurna.
b. Manipulasi, menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan
penampilan, gerakan-gerakan pilihan menetapkan suatu penampilan melalui
latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-
petunjuk, tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan, memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang lebih
tinggi dalam penampilan. Respons-respons lebih dekorasi dan kesalahan-
kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi, menekankan suatu koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan
membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi
internal di antara gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan, menurut tingkah laku yang ditampilkan paling sedikit
mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakan dilakukan secara rutin,
pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain
psikomotorik.
Menurut Slameto (2003: 54) Keberhasilan belajar di pengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Prestasi belajar yang telah dicapai siswa dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswa (faktor
internal) maupun dari luar (faktor eksternal). Faktor internal di antaranya adalah
minat, bakat, kesehatan, intelegensi, perhatian, dan kesiapan. Sedangkan faktor
eksternal meliputi keluarga, lingkungan, kurikulum, dan metode mengajar. Pada
11
kurikulum 2013 terdapat empat aspek yang menjadi acuan penilaian yaitu
keterampilan (KI-4), pengetahuan (KI-3), sosial (KI-2), dan spiritual (KI-1).
Kebutuhan berprestasi adalah dorongan unggul untuk mencapai sasaran dalam
kaitannya dengan seperangkat standar. Orang yang berorientasi akan kebutuhan itu
akan lebih banyak melakukan pekerjaan yang lebih baik atau yang dianggap penting
oleh mereka. Daniel Goleman dalam bukunya Working with Emotional Intelligence
menyatakan orang dengan dorongan untuk berprestasi memiliki karakteristik
berikut:
1. Berorientasi pada hasil, dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan
memenuhi standar.
2. Menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil risiko yang
diperhitungkan.
3. Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian dan
mencari cara yang lebih baik.
4. Terus belajar untuk meningkatkan kualitas.
E. Pengertian Generasi Z
Generasi Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1997-2010. Hampir
sama dengan Generasi Y atau Milenial yang sudah menguasai digital, namun
Generasi Z lebih fasih dalam menggunakan media digital didukung dengan
kondisi dunia yang serba digital. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2020 yang
diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik pada bulan Februari-September 2020
jumlah Generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94% dari total
populasi dengan jumlah 270,2 juta jiwa. Sedangkan Generasi Milenial mencapai
69,90 juta jiwa atau 25,87% penduduk Indonesia (Junida, 2021).
Teori generasi dikemukakan oleh Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall,
Penguin, (2004) dibedakan lima generasi manusia berdasarkan pada tahun
kelahirannya.
1. Generasi Baby Boomer, lahir pada tahun 1946-1964;
2. Generasi X, lahir pada tahun 1965-1980;
3. Generasi Y, lahir pada tahun 1981-1994, sering disebut dengan Generasi
Milennial;
12
media dengan spontan. Beberapa aplikasi media sosial yang mereka gunakan
antara lain seperti Whatsapp, Line, Instagram, Twitter.
3. Gen Z cenderung toleran dengan perbedaan budaya dan latar belakang.
4. Mereka cenderung terbiasa melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu.
Seperti, menulis sambil mendengar musik.
5. Fast Switcher atau cenderung cepat berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan
yang lain atau dari satu pemikiran ke pemikiran yang lain.
6. Cenderung kurang bersabar. Mereka terbiasa dengan sesuatu yang instan yang
membuat mereka cenderung kurang bersabar dengan prosesnya.
7. Senang berbagi.
BAB III
PEMBAHASAN
15
16
serta mendidik anaknya terutama sosok ibu yang telah mengandung dan
menyusui anaknya tanpa kata lelah.
6. Nilai takwa, penutup ayat ini Ilayyal Mashiir semua akan kembali kepada Allah,
nilai karakter ini adalah nilai ketakwaan yang ada pada diri peserta didik karena
dengan ketakwaanlah seseorang akan dipandang berbeda oleh Allah SWT
sebagaimana firman-Nya:
......ٌ إ ِ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم عِندَ ٱ َّّللِ َأ ْت َق ٰى ُك ِۚ ْم
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa.” (Q.S. Al-Hujurat: 13)
Karakteristik peserta didik tentunya harus menyesuaikan dengan generasi dan
zamannya. Generasi Z tentu memiliki karakteristik dan ekosistem tersendiri sesuai
dengan yang telah penulis sampaikan pada bab sebelumnya. Pembentukan karakter
pada generasi Z tidak hanya terfokus di sekolah tetapi lingkungan dan masyarakat
sekitar juga berperan penting dalam pembentukan karakter generasi Z.
Sebenarnya, prestasi siswa tidak dapat diukur karena setiap individu memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dan tentu tidak dapat disamaratakan dengan
individu lainya. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda sesuai tingkatan
IQ dan EQ yang dimilikinya. Ada individu yang unggul dalam satu bidang ada pula
individu yang unggul dalam berbagai bidang. Dalam dunia pendidikan Indonesia
saat ini tolok ukur keberhasilan belajar ditentukan dengan KKM ataupun angka.
Bukan hal yang tabu lagi jika orang yang dipandang berprestasi dalam
masyarakat adalah orang yang meraih gelar peringkat satu di kelasnya. Sebagai
contoh, siswa yang meraih peringkat satu dianggap sebagai sosok teladan orang-
orang sekitar. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan dalam bidang non-
akademis seperti atlet sepakbola atau siswa yang jago berpidato biasanya hanya
dianggap sebelah mata oleh orang-orang di sekitarnya. Padahal kecerdasan
bukanlah prioritas dalam dunia kerja nantinya. Tyler (1956: 117) menyatakan
bahwa korelasi antara intelegensi dan prestasi belajar berkisar antara r= 0.30 sampai
0.80. Kalau ini dirata-ratakan hanya sekitar r= 0.50, bila ini dipresentasikan sekitar
25%. Untuk yang 75%nya dipengaruhi oleh faktor non-IQ seperti motivasi, bakat,
sikap, kebiasaan dalam belajar, dan sebagainya. Oleh karena itu, tingginya tingkat
kecerdasan seorang peserta didik tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kecerdasan
21
saja. Namun juga dipengaruhi oleh faktor lain yang mendukung berkembangnya
kualitas individu peserta didik.
Salah satu contoh tidak efektifnya nilai dalam tolok ukur pendidikan di
Indonesia adalah sistem masuk sekolah dengan menggunakan nilai ujian nasional.
Sistem tersebut telah diubah dan digantikan karena hanya menimbulkan
kesenjangan di antara peserta didik. Seperti adanya sekolah favorit karena
menerima siswa dengan nilai UN yang tinggi. Istilah sekolah favorit itu menjadi
suatu permasalahan pada dunia pendidikan karena tentu sekolah favorit yang
menerima peserta didik dengan hasil yang tinggi sudah pasti memiliki fasilitas
penunjang dan kualitas sekolah yang unggul. Sedangkan peserta didik yang
memiliki hasil UN yang rendah sudah dipastikan hanya dapat bersekolah dengan
indeks kualitas pendidikan yang rendah lagi. Ini menjadi suatu kesenjangan di mana
yang seharusnya siswa dapat bersekolah dengan fasilitas dan kualitas yang unggul
sehingga dapat terdorong untuk meningkatkan prestasi belajar justru terjebak
dengan sistem yang kurang menguntungkan ini. Sistem ini berdampak pada kualitas
pendidikan di Indonesia di mana tidak terlaksananya pemerataan pendidikan.
Dikutip dari News.detik.com Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan
Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim mengatakan nilai menjadi tolok
ukur prestasi siswa merupakan kesalahan. "Tapi kenyataannya sekarang apa yang
dimaksud dan dimakna daripada suatu tes berskala nasional adalah evaluasi
terhadap sistem pendidikan yaitu, ya sekolah dan area, ya geografis. Kenyataannya
di lapangan itu menjadi tolok ukur untuk prestasinya siswa. Inilah kesalahan yang
menurut saya terjadi. Siswalah yang mungkin bisa dirugikan dan merasa dia itu
gagal kalau angkanya tidak memadai dan lain-lain," tuturnya. UN hanya menilai
aspek kognitif individu siswa saja. Padahal sistem penilaian pada kurikulum 2013
penilaian mengacu pada tiga aspek penting, yaitu: kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Maka dari itu sudah seharusnya tolok ukur prestasi siswa tidak hanya
terfokus pada intelegensi peserta didik, tetapi juga harus mencakup karakter dan
juga keterampilan peserta didik.
Jika kita lihat di lapangan, individu yang dibutuhkan tidak hanya individu yang
unggul dalam akademik namun individu yang dapat beradaptasi dengan lingkungan
serta memiliki keseimbangan antara hard skill dan soft skill. Menurut penulis,
22
menilai tingkat kecerdasan seseorang berdasarkan angka pada saat ujian tidaklah
adil. Karena setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Kita tidak
bisa mengambil patokan suatu nilai individu untuk menyamaratakan tingkat
pendidikan. Seharusnya kita dapat memahami jika setiap individu itu spesial karena
setiap individu memiliki anugerah terbaik yang Allah SWT berikan. Akan banyak
yang dihadapi oleh siswa generasi z karena hidup di zaman digital maka tolok ukur
prestasi belajar berdasarkan nilai UN sudah tidak pas lagi diterapkan saat ini.
Karena tantangan yang akan dihadapi di masa mendatang akan lebih kompleks dan
tidak hanya bisa diselesaikan oleh intelegensi tapi juga harus bisa diatasi oleh
kemampuan dasar (soft skill).
Seharusnya tolok ukur prestasi belajar siswa mencakup ketiga aspek penting
(kognitif, psikomotorik, afektif) dengan melihat apakah peserta didik mampu
mengimplementasikan pembelajaran di kelas pada kehidupan sehari-hari, mampu
berkomunikasi dengan baik, mampu mengatasi masalah dengan tepat, mampu
menggunakan teknologi, mampu melaksanakan perintah agama sesuai yang dianut,
mampu berpikir kritis, dan menjadi pribadi yang kreatif serta inovatif. Karena
sesungguhnya kemampuan itulah yang lebih banyak dibutuhkan peserta didik
setelah tamat sekolah.
Menurut penulis, peserta didik yang berprestasi adalah peserta didik yang dapat
menyeimbangkan antara hard skill dan soft skill. Selain itu, generasi Z yang
memiliki karakter yang baik adalah generasi Z yang bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, berjiwa kreatif, mampu membawa perubahan positif
terhadap lingkungan sekitarnya. Generasi Z juga diharapkan menjadi teladan yang
baik dalam media sosial, mampu menggunakan teknologi sesuai dengan fungsinya,
menghargai perbedaan yang ada, serta menjalankan segala kewajibannya dengan
menjunjung nilai-nilai Pancasila.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tolok ukur prestasi belajar siswa
generasi Z tidak bisa dilihat dari hasil kognitif saja tetapi melihat juga aspek
psikomotorik dan afektifnya juga serta tidak dapat disamaratakan antar individu.
Selain itu, tolak ukur prestasi belajar lainnya ialah bagaimana siswa generasi Z
dapat menjadi pribadi yang kreatif, mandiri serta memiliki hard skill dan soft skill
yang seimbang.
23
C. Peranan Soft Skill Bagi Siswa Generasi Z dalam Pencapaian Prestasi Belajar
Bagi siswa generasi Z soft skill tentu sangat berperan penting dalam membantu
pencapaian belajar kita. Berkembangnya dunia yang semakin cepat ini membuat
kita harus mampu menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh dunia. Bahkan
perkembangan itu pula dirasakan ketika sekolah hingga bekerja nanti. Kurikulum
2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Dalam penilaian pembelajaran di sekolah, poin penilaian tidak hanya meliputi
kemampuan kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik yang menurut penulis
merupakan bagian dari soft skill. Contoh yang dapat kita ingat adalah ketika kita
harus menyampaikan presentasi di depan kelas kepada teman-teman kita, maka
tidak hanya materi yang harus sudah kita kuasai. Namun, kemampuan
menyampaikan materi serta komunikasi juga perlu kita kuasai. Dengan menguasai
hard skill dan soft skill yang seimbang maka hasil dari presentasi kita pun akan
memuaskan. Berbanding terbalik apabila kita hanya menguasai materi saja, ketika
akan menyampaikannya kita akan kebingungan harus melakukan apa dan
berdampak pada rasa tidak percaya diri sehingga presentasi kita tidak berjalan
maksimal. Sama halnya apabila kita hanya menguasai teknik berbicara di depan
umum tanpa menguasai materi maka kita akan kebingungan apa yang akan kita
sampaikan kepada teman-teman kita.
Menurut Daniel Goleman (1999) soft skill terdiri dari empat klaster kompetensi
kecerdasan emosi yaitu :
1. Kesadaran diri
Kesadaran diri merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam soft skill di
mana kita memahami apa yang terjadi pada diri kita, baik atau buruk diri kita,
kebutuhan diri kita. Seseorang yang mampu memahami dan mengendalikan
dirinya sendiri akan mempunyai nilai plus di mata orang lain, kemampuan
tersebut membawa kita untuk beradaptasi serta menjadi pribadi yang lebih
percaya diri.
24
Pribadi yang memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi akan memahami
bagaimana perasaannya mempengaruhi dirinya, orang lain dan prestasinya. Serta
orang yang memiliki tingkat pengaturan diri yang tinggi mampu menciptakan
lingkungan yang penuh kepercayaan dan keadilan, dapat menguasai emosinya,
dan berorientasi pada tindakan, bisa dipercaya dan efektif dalam mengarahkan
perubahan. Tanpa kesadaran diri kita akan lebih condong untuk mengejar apa
yang orang lain kejar.
Kebanyakan orang mengalami kegagalan yang sama kedua kalinya
disebabkan oleh tidak mengambil pelajaran terhadap peristiwa yang terjadi
sebelumnya. Merenungkan pengalaman masa lalu merupakan salah satu cara
terbaik mengenal diri sendiri dengan lebih baik. Berpikirlah sesaat tentang apa
yang mungkin bisa dipelajari. Ketika kita melakukan penilaian terhadap diri
sendiri, hal itu merupakan saat-saat peningkatan harkat manusia. Karena pada
saat itu manusia menggunakan akalnya sebagai hakim yang menguasai
keinginannya, dan menjadikan hati nuraninya sebagai hakim yang menguasai
hawa nafsunya.
2. Manajemen diri
Manajemen diri merupakan hal yang tidak kalah penting. Pernahkah kalian
bertanya mengapa Barack Obama atau bahkan Rasulullah SAW tidak kewalahan
dengan aktivitasnya ? mereka orang-orang hebat merasa tidak kewalahan karena
mereka mampu mengatur diri mereka dengan baik. Mereka mampu
menempatkan diri mereka dengan situasi yang mereka hadapi. Menurut John C
Maxwell (2011) dan Peter F Drucker (1999) agar memiliki manajemen diri yang
baik, kita harus mampu mengelola beberapa wilayah dalam diri kita, beberapa
di antaranya yaitu:
a. Manajemen emosi
Sangat penting bagi seseorang untuk mengelola emosinya karena emosi
sangat berpengaruh terhadap orang banyak. Rasulullah SAW. Bersabda,
َ " َلي: قال، عَ ِن ال َّنبِي ِ صلى هللا عليه وسلم،ُّٰللاُ عَ ْنه
ُّ ْس ال َّشدِيدُ بِال
،ص ُرعة َّ َضي ِ َر،َعَ ْن َأبِي ُه َر ْي َرة
ِضب َ ََو َلك َِّن ال َّشدِيدَ ا َّلذِي يَ ْم ِلكُ نَ ْفسَهُ ِع ْندَ ا ْلغ
25
Artinya: “Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat
ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah.” Muttafaq
‘alaih (Bulughul Maram. Hadits No.1509)
Mengelola emosi secara efektif merupakan salah satu dari kecerdasan
emosi, yaitu kemampuan yang lebih luas menafsirkan emosinya sendiri dan
emosi orang lain secara akurat serta menggunakan informasi untuk mengelola
emosi, mengkomunikasikannya secara konstruktif dan memecahkan masalah.
Di antara keterampilan yang berisi kecerdasan emosi, pengelolaan emosi
merupakan yang terpenting untuk komunikasi interpersonal yang efektif
karena ini merupakan salah satu kecakapan yang mempengaruhi pengalaman
dan ekspresi emosi.
b. Mengelola waktu
Manajemen waktu merupakan salah satu keterampilan dasar yang siswa
generasi Z harus menguasainya. Manusia sebagai makhluk yang merugi
sebagaimana tercantum dalam Quran Surat Al Ashr :
ِ ص ْوا بِا ْل َح
َ ق ەِۙ َوتَ َوا
ص ْوا َ ت َوتَ َوا ا َِّل ا َّل ِذيْنَ ٰا َم ُن ْوا َوعَ ِم ُلوا ال ه- ي ُخس ِۙ ٍْر
ِ ٰص ِلح ْ ال ْنسَانَ َل ِف ْ َ َوا ْلع
ِ ْ ا َِّن- ص ِۙ ِر
صب ِْر
َّ ࣖ بِال
Artinya : “Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling
menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (Q.S.
Al-Ashar: 1-3)
Allah SWT. telah memberi peringatan kepada kita bahwa sungguh
manusia adalah makhluk yang rugi, dapat diartikan jika sesungguhnya
manusia makhluk yang merugi jika kita semua tidak bisa menggunakan waktu
kita sebaik mungkin. Kita semua memiliki jumlah waktu yang sama yaitu 24
jam sehari namun mengapa kadang kita terlena atau merasa kurang memiliki
waktu yang banyak? Itu karena kita tidak mengatur waktu kita dengan baik.
Orang yang mampu mengelola waktunya dengan baik maka ia tidak akan
merasa terbebani atau memiliki waktu yang sedikit. Mengelola waktu
merupakan salah satu kemahiran kita dalam soft skill.
Salah satu cara agar kita mampu mengelola waktu dengan baik adalah
dengan mendirikan sholat tepat waktu. Dengan terbiasa mendirikan sholat
26
tepat waktu maka insyaAllah kita akan terbiasa pula untuk mengelola waktu
dengan baik. Saat pandemi ini banyak orang yang lengah dengan
memanfaatkan waktunya. Padahal orang yang menghargai waktu ia akan
menggunakan waktu kosongnya itu untuk sesuatu yang bermanfaat. Apabila
kita menggunakan waktu yang ada untuk kebaikan maka kita akan menyesal
dikemudian hari. Rasulullah SAW bersabda,
ُك ْن فِي: ي َف َقا َل َّ َ َأ َخ َذ َرسُ ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم ب ِ َم ْن ِكب: عَ ْن ا ْب ِن عُ َم ْر رضي هللا عَ ْنهُ َما َقا َل
َ إ ِ َذا َأ ْمسَيْتَ َف: ضيَ هللاُ عَ ْنهُ َما يَ ُق ْو ُل
ال تَ ْنتَظ ِِر ِ َوكاَنَ ابْنُ عُ َم َر َر.الدُّ ْنيَا َك َأ َّنكَ غ َِريْبٌ َأ ْو عَاب ِ ُر سَب ِ ْي ٍل
. َ َوم ِْن َحيَاتِكَ ِل َم ْوتِك، َضك ِ َو ُخ ْذ م ِْن،َال تَ ْنتَظ ِِر ا ْل َمسَاء
ِ ص َّحتِكَ ِل َم َر ْ َوإ ِ َذا َأ،صبَا َح
َ صبَحْتَ َف َّ ال
][رواه البخاري
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam memegang kedua pundak saya seraya bersabda: "Hiduplah engkau
di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara", Ibnu Umar berkata:
"Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada
di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk
(persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu." HR. Bukhori
(Bulughul Maram. Hadits No. 1498)
Manajemen waktu yang baik memungkinkan kita mencapai hasil yang
lebih baik dengan waktu yang singkat yang membuat kita lebih produktif
serta akan memiliki kebebasan waktu yang lebih banyak.
c. Mengelola pikiran
Pikiran atau mental merupakan sesuatu yang dianggap remeh oleh orang-
orang padahal pikiran dan mental dapat mempengaruhi proses belajar kita.
Pikiran yang negatif akan berdampak negatif pula kepada diri kita. Oleh
karena itu, mental kita harus dijaga. Kebugaran mental adalah sikap umum
berupa optimisme, kepercayaan diri, dan keramahan yang secara positif
mempengaruhi segala sesuatu yang ada. Kebugaran mental amat mirip
dengan kebugaran fisik. Untuk mencapainya, Kita harus berlatih setiap hari
sampai hal itu menjadi bagian karakter dan kepribadian Kita. Prosesnya tidak
mudah, tetapi upaya dan konsistensi yang gigih dalam mempraktikkannya
akan memberikan hasil yang melampaui semua proporsi latihan yang telah
kita lakukan.
27
Untuk meraih pikiran yang positif ada beberapa usaha yang dapat
dilakukan dalam keseharian. Seperti, berusaha untuk membicarakan hal yang
positif, melakukan hal-hal yang positif, selalu memasukkan pemikiran yang
positif yang membuat diri kita bergerak ke depan, bergaul dan berhubungan
dengan orang yang positif yang membawa diri kita terbiasa dengan hal-hal
yang positif.
d. Mengelola kata-kata
Mempertimbangkan perkataan yang kita akan ucapkan adalah hal yang
penting kita lakukan. Sebelum kita berbicara maka kita harus memikirkan
terlebih dahulu apakah perkataan yang akan kita ucapkan akan berdampak
baik atau buruk bagi kita dan orang lain. Sebagaimana Allah SWT berfirman,
َو ُقل ِل ِعبَادِى يَ ُقو ُل ۟وا ٱ َّلتِى هِىَ َأ ْحسَ ِۚنُ إ ِ َّن ٱل َّش ْي ٰ َطنَ يَنزَ ُغ بَ ْينَهُ ِۚ ْم إ ِ َّن ٱل َّش ْي ٰ َطنَ َكانَ ل ِْْلِن ٰسَ ِن عَد ًُّوا ُّمبِي ًنا
Artinya: “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, “Hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh, setan itu (selalu)
menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan adalah musuh
yang nyata bagi manusia.”(Q.S. Al-Isra: 53)
Jika kita selalu memberikan pujian terhadap orang lain maka orang
tersebut akan memberikan kesan yang baik terhadap kita. Berbeda apabila
kita selalu mengkritik pedas serta membicarakan hal-hal yang kurang baik
maka kesan orang lain terhadap kita akan kurang baik pula. Jika kita tidak
suka dipotong ketika berbicara, maka janganlah memotong pembicaraan
orang lain. Jika kita tidak suka orang lain berkata tidak pantas kepada kita,
maka janganlah kita berbicara yang tidak pantas kepada orang lain. Jika kita
senang dihargai ketika berbicara, maka hargailah orang lain. Begitu
seterusnya.
e. Mengetahui kekuatan
Salah satu cara agar kita unggul dari orang lain adalah
mengetahui kelemahan dan kekuatan diri kita sendiri. Orang yang
mengetahui kelemahan dan kekuatan dirinya maka akan lebih
mudah untuk memposisikan dirinya di lingkungan. Berbeda dengan
orang yang tidak mengetahui kelemahan dan kekuatannya maka ia
28
Seorang siswa yang tidak cukup baik dalam kemampuan menerima informasi
yang didapatkan dari guru akan cenderung tertinggal dari siswa yang mampu
menerima dan memahami informasi yang diberikan oleh guru. Selain itu, dalam
pergaulan dengan teman kita memerlukan komunikasi yang baik karena setiap
individu memiliki karakter yang bereda-beda dan unik. Dalam kegiatan
pembelajaran komunikasi sangat berperan dan membantu peserta didik.
Keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat bergantung kepada efektivitas proses
komunikasi yang terjadi. Pembelajaran yang baik dan efektif akan memberikan
ruang dan peluang agar anak dapat belajar lebih aktif serta dapat mengeksplorasi
keingintahuannya melalui kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Keberhasilan peserta didik tidak lepas dari sumber daya manusia yang unggul
yang didorong dengan visi dan misi yang ada. Seseorang dengan penguasaan
komunikasi yang baik akan mencerminkan kemampuan yang melebihi dari
kapasitas sebagai peserta didik. Kemampuan ini muncul dikarenakan siswa tersebut
secara mandiri mampu menggerakkan proses-proses internal untuk terus belajar,
berusaha dan menemukan sesuatu yang memberi keuntungan bagi proses
belajarnya ataupun bagi pengembangan diri. Dengan demikian, kemampuan
komunikasi penting untuk dikuasai karena diperlukan oleh seseorang untuk
mengembangkan dirinya dalam proses pembelajaran yang lebih efektif. Dengan
demikian, soft skill sangat berperan bagi prestasi belajar siswa generasi Z yang
memiliki ekosistem pendidikan yang berorientasi pada kemampuan umum dan
keterampilan khusus di era ini. Dengan adanya soft skill siswa dapat mengetahui
kualitas diri siswa yang berpengaruh pada kehidupan siswa dan juga dengan
menguasai soft skill kita juga dengan mudah mampu beradaptasi dengan
lingkungan sekitar kita terutama dalam lingkungan pembelajaran.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dibahas pada bab-bab sebelumnya maka penulis
menarik kesimpulan bahwa soft skill adalah kemampuan seseorang mengelola
emosi dan sifat pribadi dalam kehidupan yang berdampak pada kualitas diri. Soft
skill berbeda dengan hard skill di mana hard skill didapatkan dalam proses
pembelajaran dan dapat diukur sedangkan soft skill didapatkan dari pengalaman
setiap individu dan tidak bisa diukur. Dalam psikologi pendidikan soft skill
termasuk kepada salah satu komponen pendukung yang membantu meningkatkan
prestasi belajar dan karakter siswa generasi Z.
Menurut penulis sudah seharusnya paradigma siswa berprestasi tidak hanya
memandang nilai kognitif saja melainkan melihat pada aspek afektif dan
psikomotorik juga karena setiap siswa memiliki keunikan dan keunggulannya
sendiri dalam berbagai bidang. Tolok ukur keberhasilan dalam prestasi belajar ialah
peserta didik mampu menyeimbangkan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.
Dalam pencapaian prestasi belajar, soft skill sangat berperan dalam mendukung
lancarnya pembelajaran. Berikut peranan soft skill bagi pencapaian prestasi belajar
siswa generasi Z:
1. Membantu proses pembelajaran siswa.
2. Membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran dan masa
depannya.
3. Membantu siswa dalam memahami keunggulan dan kelemahan diri.
4. Membantu siswa dalam berkomunikasi.
5. Membantu siswa dalam mengelola emosi.
6. Membantu siswa dalam peningkatan kemampuan intrapersonal dan
interpersonal.
7. Meningkatkan kualitas diri peserta didik yang berguna hingga dewasa.
33
34
B. Saran
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis telah berusaha sekuat tenaga
dan semaksimal mungkin namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis memberikan saran kepada
pembaca ataupun yang akan melanjutkan penelitian ini agar selalu istiqomah dalam
mengerjakan suatu pekerjaan dan hadapi segala rintangan dengan ikhlas, sabar dan
doa. Penulis berharap pembaca dapat memberi kritik dan saran yang membangun
kepada penulis agar penulis dapat lebih baik ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber Buku :
Chen, F. V. (2012). Soft Skill for Succsess: Pandai Membawa Diri di Dunia Kerja.
Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Chen, F. V. (2012). Soft Skill for Succsess: Sikap Tepat, Karier Hebat. Jakarta: PT
Bhuana Ilmu Populer.
Drs. Amirono, M.T, & Drs. Daryanto . (2016). Evaluasi dan Penilaian
Pembelajaran Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.
Endah, D. P., & Amri, S.Pd., S. (2013). Panduan Memahami Kurikulum 2013.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.
Kaswan. (2016). 101 Soft Skills: Untuk Mencapai Puncak Kinerja dan
Kepemimpinan. Bandung: Alfabeta CY.
Muhyi, H. A., Muttaqin, Z., & Nirmalasari, H. (2016). HR Plan & Strategy: Strategi
Jitu Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Raih Asa Sukses.
Nursalim, M., Laksmiwati, H., Budiani, M. S., Khoirunnisa, R. N., Syafiq, M.,
Savira, S. I., & Satwika, Y. W. (2019). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Prof. Dr. Mudjiran, M. (2021). Psikologi Pendidikan: Penerapan Prinsip-prinsip
Psikologi dalam Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Kencana.
Rosyid, M. Z., Mustajab, & Abdullah, A. R. (2019). Prestasi Belajar. Batu: Literasi
Nusantara.
Sunardi, & Sujadi, I. (2017). Sumber Belajar Calon Peserta Program PLPG Mata
Pelajaran Pedagogi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan kebudayaan,
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
2. Sumber Jurnal:
Dr. Marzuki, M. (2012). Pengembangan Soft Skill Berbasis Karakter Melalui
Pembelajaran Ips Sekolah Dasar. Diambil dari staff.uny.ac.id:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Marzuki,%20M.
Ag./38.%20Pengembangan%20Soft%20Skill%20Berbasis%20Karakter%2
0dalam%20IPS%20SD%202012.pdf
3. Sumber Internet:
Aurellia, T. T. (2021, September 5). Pengertian Soft Skill & Contoh Soft Skill.
Diambil dari Gramedia.com: https://www.gramedia.com/best-seller/soft-
skill/
Chaterine, R. N. (2019, November 29). Kaji Hapus UN, Nadiem Pikirkan Tolok
Ukur yang Tak Bebani Siswa- Guru. Diambil dari Detiknews:
https://news.detik.com/berita/d-4803174/kaji-hapus-un-nadiem-pikirkan-
tolok-ukur-yang-tak-bebani-siswa-guru
Kurikulum 2013. (t.thn.). (SIstem Informasi Kurikulum Nasional) Dipetik April 06,
2022, diambil dari Kurikulum.kemdikbud.go.id:
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum-2013/
Lianovanda, D. (2022, Maret 18). Mengenal Perbedaan Hard Skill dan Soft Skill
(Beserta Contoh-contohnya). Diambil dari blog.skillacademy.com:
https://blog.skillacademy.com/mengenal-perbedaan-hard-skill-dan-soft-
skill#:~:text=Kalau%20hard%20skill%20adalah%20kemampuan,%2C%2
0kecerdasan%20emosional%2C%20dan%20lainnya