Anda di halaman 1dari 2

Alfianto Hadi Syahputra

E0019031

Universitas Sebelas Maret

Terdapat Laporan Polisi nomor : LP / 540 / VII / 2019 / LL, Bahwa pada tanggal 1 Juli 2019 dini hari pukul
02.00 WIB telah terjadi tabrak lari di Flyover Manahan Solo, Jawa Tengah, Kejadian tabrak lari di Flyover
Manahan Solo ini tengah viral di media sosial. Beredar luas video yang merekam detik-detik tabrak lari
tersebut. Dalam video yang beredar luas di media sosial, pengendara motor dari arah barat (Plasa Manahan,
Jalan Adi Sucipto) tertabrak mobil yang melaju kencang. Mobil tersebut melaju dari arah selatan (Kota
Barat, Jalan Dr Moewardi) menuju ke barat. Tabrakan terjadi karena mobil berusaha menyalip dua
pengendara motor dari lajur sama hingga berada di luar marka. Benturan keraspun tak terelakkan sehingga
menyebabkan pengendara motor jatuh dan terkapar di jalanan. Pengendara mobil sempat berhenti beberapa
detik setelah korban terjatuh sebelum akhirnya meninggalkan lokasi kejadian. Korban tabrak lari, Retnoning
Tri (54), dibawa ke RS Kasih Ibu untuk mendapatkan perawatan karena mengalami luka parah dan kemudian
meninggal dunia. Hingga akhirnya turun Surat Perintah Penyidikan Nomor SP.Dik/540.A /X /2021 /Lantas
tertanggal 11 Oktober 2021. Sehingga saat ini kasus tabrak lari Flyover Manahan pada tanggal 1 Juli 2019
dalam tahap penyidikan. Terdapat 6 Praperadilan yang pada dasarnya menuntut pihak termohon (Kepolisian)
untuk mempercepat proses penyelidikan hingga penyidikan karena sudah dalam kurun waktu cukup lama.
Menurut M. Yahya Harahap, S.H., dalam bukunya yang berjudul Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan (hal. 101), menjelaskan bahwa dari pengertian dalam KUHAP.
"penyelidikan" merupakan tindakan tahap pertama permulaan "penyidikan". Akan tetapi harus diingat,
penyelidikan bukan tindakan yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi "penyidikan". Penyelidikan merupakan
bagian yang tak terpisah dari fungsi penyidikan. Sedangkan berdasarkan Putusan Pra Peradilan Pengadilan
Negeri Sukoharjo Nomor: 04/ PID/PRA/2005/ PN SKH dalam pertimbangan hakim yang pada intinya
penghentian penyidikan tidak harus berbentuk SP3 tetapi menurut hakim PN Sukoharjo dapat berupa
serangkaian tindakan atau tulisan yang menunjukkan sikap aparat penyidik dan atau penuntut tidak ada
kehendak untuk melanjutkan ke proses penuntutan dan persidangan. Sudah terbilang lama dari peristiwa
kecelakaan a quo tidak ada perkembangan yang signifikan dan masih berkutat di tempat tanpa memunculkan
titik terang pelaku dalam kasus tersebut. Sehingga dianggap termohon (kepolisian) telah melakukan
penghentian penyidikan yang tidak sah dan melawan hukum. Diharapkan proses penyidikan dipercepat
karena sudah dalam tenggang waktu yang lama. Menurut Pasal 109 ayat (2) KUHAP, yang bunyinya sebagai
berikut: “Dalam hal penyidik menghentikan penyidikan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa
tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum, maka penyidik
memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya.” Kinerja Polisi
dipertanyakan karena dalam kurun waktu lama tidak ada perkembangan padahal sudah jelas ada korban dan
adanya barang bukti. Lalu yang patut dipertanyakan sekarang adalah kualitas cctv yang tidak secara jelas
merekam nomor polisi dari mobil yang menabrak sehingga dianggap tidak memadai.

Anda mungkin juga menyukai