Anda di halaman 1dari 2

Kuat Saat Pandemi

Perubahan Perilaku

Dunia memang mengalami goncangan dan risiko ketidakpastian semakin besar. Cara
mensikapi akan menjadi perhatian agar kita tetap bertahan di masa pandemi sehingga
akan memunculkan perilaku dan kebiasaan baru. Belajar dan bekerja dilakukan dirumah
sehingga interaksi dilakukan melalui zoom/WhatsApp. Kita tidak pernah
membayangkan hari-hari dilalui dengan interaksi secara virtual. Anak-anak melakukan
belajar secara online, dan mungkin mereka sudah kangen dapat bermain bersama
dengan teman-temannya. Kita sekarang begitu familiar dan dipaksa untuk beradaptasi
dengan rapat-rapat atau pelatihan yang dilakukan melalui zoom/WhatsApp. Bisa jadi
hal ini akan memunculkan generasi virtual.

Kita memahami saat ini untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar dilakukan melalui
pemesanan secara online. Dengan memperhatikan protokol kesehatan untuk mencegah
penyebaran virus maka transaksi-transaksi yang kita lakukan akan cenderung lebih
banyak dilakukan secara online. Kita juga menjadi saksi bagaimana rumah makan,
warung-warung kopi, cafe-cafe yang menawarkan kenyamanan untuk bersosialisasi
sudah tidak memungkinkan lagi dijalankan. Perilaku masyarakat telah berubah dengan
menjaga jarak, mengurangi kontak dan membeli sebatas pembelian dibawa pulang
sehingga konsumsi yang dilakukan lebih mengarah ke pembelian sesuai kebutuhan
sehari-hari dan kenyamanan tempat sudah tidak relevan lagi.

Saatnya kita beradaptasi dan tidak menyalahkan keadaan yang sedang kita alami.
Menteri Keuangan menyampaikan berbagai skenario terkait dampak pandemi virus ini
terhadap perekonomian Indonesia. Skenario berat maka pertumbuhan ekonomi 2020
sebesar 2,3 persen dan skenario sangat berat maka pertumbuhan ekonomi hanya
sebesar 0,4 persen. Dengan skenario sangat berat tersebut kemiskinan bisa meningkat
4,86 juta jiwa dan pengangguran meningkat 5,23 juta. Pemerintah tentu senantiasa
mengupayakan segala cara agar pandemi ini segera berakhir, mensiasatinya dan
merancang langkah-langkah untuk upaya pemulihan ekonomi nasional.

Kemampuan Beradaptasi

Namun tentu kita juga harus mulai berfikir untuk memulai kehidupan baru dengan
cara-cara baru. Kita harus mulai melakukan perubahan dengan kreatifitas dan
kegigihan untuk membuat cara-cara yang dilakukan relevan dengan perubahan yang
terjadi. Kompetensi SDM yang harus dimiliki di abad 21 menurut “21 Century
Partnership Learning Framework” relevan untuk kita implementasi sehingga kita dapat
survive dan melewati episode pendemi ini. Kompetensi tersebut meliputi:

1. Critical Thinking dan Problem Solving (Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah)

Di masa pandemi ini, kita dituntut untuk mampu memahami masalah yang saat ini
sedang dialami dan memunculkan perspektif baru dengan kemampuan
mengkoneksikan satu informasi dengan informasi lainnya dan menemukan solusi yang
tepat untuk memulai “kehidupan baru”. Kita dituntut memilah informasi yang ada
terutama di era digital saat ini. Selanjutnya memahami dan membuat opsi-opsi,
menganalisis dan menyelesaikan masalah yang saat ini kita hadapi.

2. Creativity dan Innovation (Kreativitas dan Inovasi)

Di “kehidupan baru” kita dituntut mampu mengembangkan gagasan baru, bersikap


responsif dan menerima secara terbuka terhadap perspektif yang baru dan berbeda
karena adanya pandemi ini. Cara-cara lama sudah tidak relevan lagi untuk kita
pertahankan, karena itu kita dituntut mewujudkan ide-ide baru dan inovasi baru.
Perubahan mendasar telah dialami oleh semua orang dan di era digital saat ini, maka
inovasi yang terkait teknologi akan sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan hidup
setiap orang. Karena itu, wabah ini dapat menjadi pendorong munculnya ide-ide atau
teknologi baru.

3. Collaboration (Kolaborasi)

Kita dituntut untuk bersinergi, bekerja sama secara produktif dengan pihak lain,
beradaptasi dalam berbagai tanggung jawab dan peran, menghormati perspektif yang
berbeda serta menempatkan empati di saat melewati masa-masa sulit penuh tantangan
ini. Kolaborasi ini akan memunculkan lebih banyak kelebihan yang dapat dikapitalisasi
sehingga memunculkan keunggulan kompetitif. Bukan saatnya lagi kita saling
mengalahkan atau menaklukkan, namun saatnya kita bekerjasama, kolaborasi dan
sinergi guna meraih tujuan bersama.

4. Communication (Komunikasi)

Kita juga dituntut mampu mengkomunikasi informasi-informasi yang ada agar pesan
kita dapat diterima dan dimengerti oleh pihak lain. Di masa pandemi ini, komunikasi
kita banyak yang dilakukan secara virtual dan tanpa komunikasi secara langsung. Kita
tentu tidak mampu memahami secara jelas bahasa tubuh dari masing-masing pihak.
Kita tentu juga harus menunjukkan empati dalam berkomunikasi. Karena itu, dalam
komunikasi di saat-saat sekarang ini harus jelas, transparan dan rinci sehingga dapat
tersampaikan dengan baik dan tidak salah persepsi.

Episode pandemi covid 19 merupakan sejarah bagi kita yang terpilih untuk menghadapi
tantangan ini. Kita tidak sendiri dan hampir seluruh dunia mengalami hal yang sama.
Tidak elok apabila kita hanya menyalahkan keadaan ini. Saatnya kita beradaptasi
dengan “kehidupan baru” dan kita jadikan setiap langkah kita relevan dalam merespon
perubahan sehingga mampu melewati pandemi ini. “Bukanlah yang terkuat atau
terpintar yang dapat bertahan, melainkan mereka yang paling mampu beradaptasi
dengan perubahan”. Kutipan dari Charles Darwin tersebut relevan dengan masa-masa
pandemi dan semoga kita dapat melewati tantangan ini dengan beradaptasi dengan
“kehidupan baru”.

Anda mungkin juga menyukai