Anda di halaman 1dari 22

KEBIJAKAN DIVIDEN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Uas Manajemen Keuangan

Yang Di Bina Oleh Dr. Ir. Tri Jarwa SE, Ak MM

Disusun Oleh :

Nama : Wahyuningrum Ahzammubasharoh

NIM : 2003102146

Kelas : MNJ 4D

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

JUNI 2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan
jumlah lembar yang dimiliki.Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang
tetap, tetapi kadang-kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang
bukan biasanya.Dividenakan diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha
akan menghasilkan cukup uang untuk membagi dividen tersebut dan apabila dewan
direksi menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan dividen. Dividen
merupakan hak pemegang saham (common stock), untuk mendapatkan bagian dari
keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi keuntungan dalam
bentuk dividen semua pemegang saham mendapatkan haknya yang sama. Namun
pembagian dividen untuk pemegang saham preferen lebih diutamakan dari pembagian
dividen pemegang saham biasa. Dividen adalah pembagian bagian keuntungan kepada
para pemegang saham. Besarnya dividen yang dibagikan perusahaan ditentukan oleh
para pemegang saham pada saat berlangsungnya RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
(Hin, 2012 dalam Arifah, 2014:18).

Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan,


pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan
ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang
(Harjito dan Martono, 2012). Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah
pendapatan yang dihasilkan dari pembagian dividen, dimana badan usaha menyerahkan
sebagian labanya, untuk kepentingan kesejahteraan pemegang saham.Dalam pembagian
dividen ada istilah yaitu kebijakan dividen .
Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan
perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan intern perusahaan. Hal inikarena,
besar kecilnya dividen yang dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba ditahan.
Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana intern perusahaan(Sudana, 2009 ).
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya
guna diinvestasikann kembali di dalam perushaan. Kebijakan dividen yang optimal pada
suatu perusahaan adalah keijakan yang menciptakan kesimbangan diantara dividen saat
ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham .Hal
inilah yang melatar belakangi penyusunan makalah ini, lebih lanjut penjelasan mengenai
Kebijakan Dividenakan dibahas dalam makaah ini secara lebih terperinci dan jelas.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas, adapun permasalahan
yang dibahas dalam makalah ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep kebijakan dividen ?
2. Apa saja teori – teori kebijakan dividen ?
3. Bagaimana bentuk – bentuk kebijakan dividen ?
4. Apa pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset pemegang saham ?
5. Apa saja aspek dalam kebijakan dividen ?

C. Tujuan
Berdasarkan uraian pada latar belakang serta rumusan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya , maka tujuan penyusunan makalah ini , yaitu:

1. Menjelaskan konsep kebijakan dividen .


2. Mengetahui teori – teori kebijakan dividen .
3. Menjelaskan bentuk – bentuk kebijakan dividen .
4. Mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset pemegang saham
5. Menjelaskan aspek - aspek dalam kebijakan dividen .
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kebijakan Dividen


1) Pengertian Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil perusahaan


berkaitan dengan dividen, untuk menentukan apakah laba akan dibagi ke
pemegang saham atau investor. Bentuk dividen yang ditahan merupakan laba
yang ditahan untuk membiayai investasi di masa mendatang. Pengukuran
kebijakan dividen yang diproduksi oleh dividend payout ratio, merupakan
perbandingan dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat
perusahaan. Makin tinggi rasio pembayarannya, tentu akan menguntungkan pihak
investor, tetapi tidak berlaku untuk perusahaan, karena dapat memperlemah
keuangan perusahaan. Sebaliknya, makin rendah dividend payout ratio-nya, akan
memperkuat keuangan perusahaan dan merugikan investor, karena dividen yang
diharapkan investor tak sesuai yang diharapkan. Agus Sartono (2008) Kebijakan
dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba
ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang .Bambang Riyanto (2008)
Kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan
pembagian pendapatan (earning) antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan
kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam
perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditanam di dalam perusahaan.
I Made Sudana (2011) Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan
pembelanjaan perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal
perusahaan.Hal ini karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan
mempengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan”.

Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu


dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan
sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemeganf
saham atau (equity inventors). Apabila perusahaan memilih untuk membagikan
laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana intern atau internal financial. Sebaliknya jika
perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan
pembentukan dana intern akan semakin besar.
Dari beberapa pengertian kebijakan dividen tersebut diatas dapat ditarik
pengertian secara keseluruhan bahwa kebijakan dividen menyangkut keputusan
untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikann kembali di dalam
perushaan. Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah
keijakan yang menciptakan kesimbangan diantara dividen saat ini dan
pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham .

2) Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


            Adapun factor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya deviden yang
dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain :
a) Posisi likuiditas Perusahaan
Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap
investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Deviden
bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan secara keseluruhan, akan semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar deviden.
b) Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau
untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut
menghadapi dua pilihan, yaitu perusahaan membiayai hutang itu pada saat
jatuh tempo atau menggantikan dengan jenis surat berharga yang lain. Jika
keputusannya membayar hutang tesebut, maka biasanya perlu untuk
menahan laba.

c) Kemampuan untuk meminjam


Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
mendapatkan pinjaman, hal ini juga merupakan fleksibilitas keuangan yang
tinggi sehingga kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi.Jika
perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu
mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.
d) Pembatasan dalam perjanjian hutang
Pembatasan digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan
perusahaan tersebut membayar hutangnya.
e) Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar
kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya, perusahaan cenderung
untuk menahan laba daripada membayarkannya dalam bentuk deviden.
f) Stabilitas Laba
Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat
memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan datang. Perusahaan
seperti ini biasanya cenderung membayarkan Devidend Payout Ratio yang
tinggi, daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Deviden yang lebih
rendah akan mebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun pada masa
yang akan datang.
g) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar
kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut.
Makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai
pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk
menahan earning nya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para
pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan
perusahaan makin besar dana yang dibutuhkan, makin besar kesempatan
untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang
ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividend payout
rationya.
Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian
rupa sehingga perusahaan telah well established, dimana kebutuhan
dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau
sumber dana eksteren lainnya, maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal
yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang
tinggi.         
h) Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen
biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan
dapat bertindak dengan tepat.Jika hampir semua pemegang saham berada
dalam golonganhigh tax dan lebih suka memperoleh capital gains, maka
perusahaan dapat mempertahankan dividend payout ratioyang rendah.
Dengan dividend payout ratio yang rendah tentunya dapat diperkirakan
apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempaan investasi
yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar
hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam
konteks pasar.
i) Pembatasan Hukum
 Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa
dibayarkan perusahaan.Menurut Arthur J Keown, menyatakan bahwa
batasan hukum yaitu  Pembatasanmenurut Undang-Undang, dapat
mengahalangi perusahaan dalam membayar dividen.
j) Pengawasan Terhadap Perusahaan
Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai
ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber interen saja. Kebijakan
tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai
dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan
melemahkan control dari kelompok dominan di dalam perusahaan.
Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan uang akan memperbesar
risiko financialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan interen dalam
usaha mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti
mengurangi dividen payout ratio nya. 

B. Teori – teori Kebijakan Dividen


a) Teori Ketidakrelevanan Dividen ( Devidend Irrelevance Theory)
Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak
mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya
modalnya.Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan,
maka hal tersebut tidak relevan.
Pendukung dari tidak relevannya kebijakan dividen adalah Modigliani-
Miller (MM).Mereka berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan dividen itu
memang tidak mempengaruhi harga saham maupun kemakmuran pemegang
saham.Lebih lanjut MM berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh
earning power dan asset perusahaan tersebut.Dengan demikian nilai perusahaan
ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah laba yang
diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak
mempengaruhi nilai perusahaan.
MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan asumsi-
asumsi di bawah ini:
1. Pasar modal sempurna, di mana para investor mempunyai kesamaan
informasi, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada pajak.
2. Para investor bersifat rasional.
3. Semua peserta pasar bersifat price-taker.
4. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa datang dan para
investor mempunyai informasi yang sama.
5. Manajer dalam pengambilan keputusannya mengenai produksi dan
investasinya disesuaikan dengan informasi tersebut.
6. Untuk memisahkan pengaruh dividen dan pengaruh leverage, maka semua
perusahaan dianggap memiliki rasio D/S sama.
7. Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas risiko yang sama.
8. Perusahaan dengan produksi yang sekarang memiliki yield yang sama.

b) Teori Bird in the Hand


Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Lintner
(1956) yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila
rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap
penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang dihasilkan dari laba yang
ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen. Gordon dan
Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai
pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan
dari keuntungan modal.
MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak
tergantung pada kebijakan dividen, yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli
antara dividen dengan keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-
Lintner sebagai kekeliruan bird-in-the-hand, yakni: mendasarkan pada pemikiran
bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga dibandingkan
seribu burung di udara. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai dividend
payout ratio yang tinggi akan mempunyai nilai perusahaan yang tinggi pula.
Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan
untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan
bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari
arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh
tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen.

c) Residual Devidend Policy


Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan dividen
setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain,
dividen yang dibayarkan merupakan ‘sisa’ (residual) setelah semua usulan
investasi yang menguntungkan habis dibiayai.

C. Bentuk – bentuk Kebijakan Dividen


a) Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend-Per-Share Policy)
Kebijakan dividen yang stabilyakni jumlah pembayaran dividen itu sama
besarnya dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa suatu perusahaan itu
menjalankan kebijakan dividen yang stabil adalah untuk memelihara kesan para
investor terhadap perusahaan tersebut, sebab apabila suatu perusahaan
menerapkan kebijakan dividen yang stabil berarti perusahaan tersebut yakin
bahwa pendapatan bersihnya juga stabil dari tahun ke tahun, meskipun
perusahaan mengalami kerugian.
b) Kebijakan Dividen Dengan Penetapan Jumlah Dividen Minimal Plus
Jumlah Ekstra Tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham
tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan
membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
c) Kebijakan Dividend Rayout Ratio(DPR)yang Tetap (Constant Dividend
Payout Ratio Policy).
Dalam hal ini, jumlah dividen akan berubah-ubah sesuai dengan jumlah laba
bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan adalah tetap. Deviden yang
dibayar berfluktuasi tergantung besarnya keuntungan bagi pemegang
saham.Misalnya DPO 60% dari keuntungan. Jika keuntungan Rp 1 miliar, maka
deviden yang dibayarkan sebesar 60% x Rp 1 Milyar = Rp 600 juta.
d) Kebijakan Dividen yang Fleksibel
Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang
fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan
kebijakan financial  dari perusahaan yang bersangkutan.
Contoh :
PT. Indrajati selama 8 tahun terakhir mempunyai pola laba bagi pemegang saham
sebagai berikut :
Tabel Laba Untuk Pemegang Saham

Tahun Laba Untuk Pemegang Saham

2001 240.000.000

2002 100.000.000

2003 300.000.000

2004 500.000.000

2005 600.000.000

2006 650.000.000

2007 700.000.000

2008 550.000.000

Perusahaan mempunyai lembar saham yang beredar sebanyak 80.000 lembar


saham . Dari data tersebut , dapat ditentukan besarnya kebijakan dividen dia atas
sebagai berikut :
a. Laba per lembar saham (Earning per share)
EPS dihitung dengan rumus :
Laba bagi pemegang saham
EPS =
Jumlah lembar saham yang beredar
Tahun Perhitungan Earning per share
(Rp)

2001 240.000.000 : 80.000 lbr 3.000

2002 100.000.000 : 80.000 lbr 1.250

2003 300.000.000 : 80.000 lbr 3.750

2004 500.000.000 : 80.000 lbr 6.250

2005 600.000.000 : 80.000 lbr 7.500

2006 650.000.000 : 80.000 lbr 8.125

2007 700.000.000 : 80.000 lbr 8.750

2008 550.000.000 : 80.000 lbr 6.875

b. Besarnya dividen per lembar saham bila perusahaan menetapkan


kebijakan dividen stabil sebesar Rp.1.600 per lembar kecuali bila laba per
lembar saham yang diperoleh mencapai Rp.6.000 dua periode berturut –
turut , dividen akan dibayarkan menjadi Rp.2.400 per lembar .

Tahun Dividen per lembar (Rp)

2001 1.600

2002 1.600

2003 1.600

2004 1.600

2005 2.400

2006 2.400

2007 2.400

2008 2.400
c. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen payout ratio sebesar
60%

Dividen Per Share


Tahun Perhitungan
(Rp)

2001 3.000 x 60% 1.800

2002 750
1.250 x 60%
2003 2.250
3.750 x 60%
2004 3.750
6.250 x 60%
2005 4.500
7.500 x 60%
2006 4.875
8.125 x 60%
2007 5.250
8.750 x 60%
2008 6.875 x 60% 4.125

d. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen minimal sebesar


Rp.1.600 dan ditambah ekstra 40% bila laba per lembar saham yang
dicapai lebih besar Rp.5.000
Dividen Extra Dividen
Dividen
Tahun Per
minimal Perhitungan Jumlah Share

2001 1.600 - - 1.600

2002 - -
1.600 1.600
2003 - -
1.600 1.600
2004 40% x (6.250-5.000) 500 2.100
1.600
2005 1.000 2.600
1.600 40% x (7.500-5.000)
2006 1.250 2.850
1.600 40% x (8.125-5.000)
2007 1.500 3.100
1.600 40% x (8.750-5.000)
2008 750 2.350
1.600 40% x (6.875-5.000)

D. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Asset Pemegang Saham


Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba sebagai
deviden atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan (laba
ditahan).Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung kepada
kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih
serius dari manajemen perusahaan. Konsekuensinya, tugas manajer keuangan dituntut
untuk bisa menentukan kebijakan dividen yang optimal, yang menciptakan
keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang(Hairudin et
al., 2020). Oleh karena itu, dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat
memaksimalkan nilai perusahaan. Berdasarkan pada pemikiran di atas, penulis mencoba
untuk melakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor
Kebijakan Dividen dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham” .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kebijakan dividen yang
meliputi posisi solvabilitas, posisi likuiditas, tingkat keuntungan (ROA), dan ukuran
perusahaan baik secara simultan maupun parsial terhadap nilai perusahaan yang
tercermin pada harga pasar saham perusahaan pada sektor industri perbankan tahun
2003. Dalam penelitian ini unit observasi yang digunakan adalah 19 perusahaan pada
sektor industri perbankan yang sudah go public atau sudah terdaftar di Bursa Efek
Jakarta (BEJ). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif.Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.Berdasarkan
pengujian secara simultan, faktor-faktor kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan dengan nilai koefisien determinasi
sebesar 44.02%.Berdasarkan pengujian secara parsial, hanya terdapat faktor kebijakan
dividen yang berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan, yaitu
tingkat keutungan (ROA). Sedangkan tiga faktor kebijakan dividen lainnya, yaitu posisi
solvabilitas, posisi likuiditas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga pasar saham perusahaan(Hairudin & Desmon, 2020).
E. Aspek – Aspek Dalam Kebijakan Dividen
a) Dividen Saham (Stock Devidend)
Dividen saham (stock dividen), yaitu dividen yang dibagikan perusahaan
kepada para pemegang saham dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah
saham perusahaan menjadi bertambah. Jadi, pemberian stock dividen ini
dilakukan dengan cara mengubah sebagian laba ditahan (retained earnings)
menjadi modal saham yang pada dasarnya tidak mengubah jumlah modal sendiri.
Namun demikian cash flow perusahaan tidak terganggu karena perusahaan tidak
perlu mengeluarkan uang tunai. Peristiwa ini dilakukanjika posisi kas perusahaan
atau likuiditas diperlukan oleh perusahaan. Investor dalam hal ini akan memiliki
lebih banyak saham tetapi laba per lembar saham lebih rendah. Proporsi
pemilikan investor tidak mengalami perubahan.
Pengaruh kebijakan dividen terhadap :
i. Neraca
Pengaruh stock dividen terhadap neraca adalah merubah jumlah total
saham menjadi meningkat , sehingga laba , dividen , dan harga per saham
seluruhnya menurun . Dengan menggunakan dividen saham , nilai
nominal tetap , tettapi pos akuntansi mengadakan pemindahan modal dari
rekening laba yang ditahan ke rekening saham biasa dan modal disetor
(paid-in capital) . Pemindahan modal dari laba yang ditahan dihitung
dengan rumus :
Jumlah uang yang dipindahkan dari laba ditahan = jumlah lembar saham
yang beredar x presentase dividen saham x Harga pasar saham
ii. Harga Saham
Jika dividen saham disertai dengan kenaikan dividen tunai , nilai
saham perusahaan akan meningkat . Sebaliknya jika dividen saham tidak
disertai dengan kenaikan dividen tunai , atau dilusi laba dan dividen per
saha menyebabkan nilai saham akan menurun dengan persentase sebesar
dividen saham. Jadi Faktor fundamental yang menentukan harga adalah
laba dan dividen tunai per saham .
Contoh:

PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:   

Saham biasa (nominal Rp 1000 ;3.000.000 lembar) Rp. 3.000.000.000

Capital surplus 1.500.000.000

Laba ditahan 7.500.000.000

Modal sendiri 12.000.000.000

Perusahaan menentukan stock dividend sebesar 10%. Harga pasar saham Rp


4.000,- Bagaimanakah komposisi modal sendiri setelah stock dividend?            

Jawab:

Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10% x 3.000.000 =
300.000lembar.

Stock deviden = 300.000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,- ditransfer dari laba


ditahan ke saham biasa dan capital surplus.            

Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300.000 lbr x Rp.1.000 = Rp


300.000.000, ditransfer ke modal saham biasa, sisanya Rp.1.200.000.000,- – Rp
300.000.000,- = Rp 900.000.000,- dimasukkan dalam capital surplus, sehingga
total modal sendiri tidak berubah. Setelah stock dividend maka komposisi modal
sendiri PT Abadi :     

Saham biasa Rp. 3.300.000.000 

(nominalRp.1.000 ; 3.300.000 lembar)        

Capital surplus 2.400.000.000            

Laba ditahan 6.300.000.000   

Modal sendiri 12.000.000.000            

Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar, sehingga laba per
saham (EPS) akan menurun secara proporsional. Jadi para pemegang saham
mempunyai jumlah lembar saham yang bertambah, tetapi mempunyai EPS yang
berkurang, sehingga proporsi keuntungan totalnya tetap tidak berubah.
Pembagian stock dividen akan menurunkan harga saham sehingga tidak
memberikan manfaat ekonomis, kalau kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba tidak berubah, demikian juga dengan biaya modalnya.    

Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan memperoleh


laba  dan resiko       perusahaan (yang tercermin dalam biaya modalnya). Kedua
factor tersebut      tidak bisadimanipulasi oleh manajer keuangan.Manajer
keuangan tidak bisa menyebabkan pemegang saham menjadi lebih kaya hanya
karena memutuskan untuk membagikan stock dividend. Umumnya perusahaan
memutuskan untuk membagikan stock dividend, karena mereka memerlukan
dana tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham.     

b) Pemecahan Stock (Stock Splits)


Pemecahan Stock (Stock Splits)yaitu pemecahan selembar saham menjadi n
lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n
dari harga sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah
nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split  tidak mempunyai nilai
ekonomis. Melakukan pemecahan dalam hal, yaitu menambah jumlah saham
dengan cara melalui pengurangan nilai nominalnya. Pada contoh di atas, jumlah
lembar saham 400.000 lembar saham menjadi 2 x 400.000 lembar = 800.000
lembar. Harga nominal saham menjadi Rp. 2.500 (Rp. 5.000/2).

Dengan demikian struktur modal tidak berubah, dan nilai jual saham biasa,
agio, dan laba tidak mengalami perubahan.Tetapi harga nominal dan lembar
saham berubah proporsional.
Tujuan dari stock split:
  Menurunkan harga saham, sehingga menarik pembeli/investor.
  Diharapkan harga akan meningkat.
  Menguntungkan bagi investor, jika dividen yang dibayar lebih besar,
misalnya sebelum dipecahkan membayar dividen Rp. 2.000 per lembar.
Setelah dipecahkan hanya membayar dividen Rp. 1.250 per lembar, maka
investor akan menerima dividen Rp. 2.500 dengan nilai penyertaan yang
sama besarnya.
Contoh:
PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham. Komposisi
modal sendiri perusahaan adalah sebagai berikut:     

Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600 000 lembar) Rp 3.000 juta       

Capital surplus Rp 1.500 juta  

Laba ditahan Rp 7.500 juta  

Modal sendiri Rp12.000 juta  

Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:            

Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200 000 lembar) Rp 3.000 juta    

Capital surplus Rp 1.500 juta  

Laba ditahan Rp 7.500 juta   

Modal sendiri Rp12.000 juta  

Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ xRp.5.000 = Rp.2.500 per
lembar. Investor yang semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split
jumlah saha, yang dimilikinya menjadi 2 x 100 lembar = 200 lembar, meskipun
total nilainya tidak mengalami perubahan. Kekayaan investor tidak berubah,
sehingga tidak ada keuntungan ekonomis yang diperolehnya dari stock split.

Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:  

 Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.     


 Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.      
 Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya komposisinya
saja yang berubah.

c) Pembelian Kembali Saham (Repurchasing of Stocks)

Sebagai alternatif pemberian deviden berupa uang tunai, perusahaan


dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara
membeli kembali saham perusahaan (repurchasing stock). Saham yang dibeli
kembali itu akan dibukukan sebagai perkiraan Treasury Stock. Dengan dibelinya
kembali sebagian saham, maka jumlah saham yang beredar akan berkurang, bila
diasumsikan pembelian kembali saham ini tidak memberi pengaruh negative
terhadap keuntungan perusahaan, maka EPS akan meningkat, yang akan,
meningkatkan harga pasar saham. Kenaikan harga pasar saham itu akan
memberikan capital gains sebagai ganti deviden kepada para pemegang
sahamnya.

Keuntungan dan Kerugian Pembelian Kembali Saham

1. Keuntungan

Dari Sudut Pandang Pemegang Saham

a. Pengumuman pembelian kembali sering kali dipandang sebagai sinyal positif a. Dapat
oleh investor karena seringkali didorong oleh keyakinan pihak manajemen saham
bahwa harga saham perusahaan terlalu rendah . memb

b. Para pemegang saham dapat memilih apakah akan menjual atau tidak saham b. Mana
yang dimilikinya . dipert

c. Dapat menghilangkan blok saham yang besar yang berarti bursa serta c. Dapat
menekan harga per saham.

d. Jika p
banya
merek
divide

2. Kerugian
Dari Sudut Pandang Pemegang Dari Sudut Pandang Manajemen
Saham

a. Dividen tunai dianggap lebih dapat a. Ditinjau dari segi hokum ,


diandalkan disbanding pembelian mengandung sejumlah risiko
kembali saham. tertentu dalam hal pembayaran.
b. Pada umumnya perusahaan b. Kemungkinan dilakukan
melakukan pembelian kembali penyidikan jika perusahaan
sahamnya guna menghindarkan memanipulasi harga sahamnya.
kemungkinan adanya gugatan
pemegang saham.
c. Perusahaan mungkin membayar
harga yang terlalu tinggi atas
saham yang dibeli kembali
sehingga merugikan pemegang
saham yang tidak menjual
sahamnya .

Contoh:

PT Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri


manufaktur yang memproduksi produk-produk perlengkapan busana wanita dan
pria. Pada tahun 2005 memperoleh laba sebesar Rp 550 juta dan 50% dari jumlah
tersebut akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk pembelian
kembali saham. Jumlah saham yang beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000
lembar dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer
keuangan saat ini menawarkan kepada mereka yang mau menjual kembali saham
biasa yang dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi seolaholah menawarkan cash
dividend Rp 250 per lembar saham. Berdasarkan data tersebut,carilah:

a. Laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelian kembali
saham.        
b. Laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali saham.          
c. Harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan asumsi
P/E Ratio konstan.
Jawab:
EAT = 550 juta          
Payout Ratio = 50%      
Outstanding share = 1,1 juta  
P saham = Rp 2500 / lembar  
P treasury stock = Rp 2750 / lembar  
a. Sebelum kebijakan pembelian saham:         
EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar       
Price <- PER = 2500 / 500 = 5           
EPS
b. Setelah kebijakan pembalian kembali saham:         
EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550,- juta
= Rp.275,- juta                    
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 = 100 ribu
lembar        
EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar       
c. P saham = PER X EPS = 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-
BAB III

KESIMPULAN

Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan dividen merupakan
subjek yang cukup sering diperdebatkan oleh publik, pemegang saham dan manajemen.
Secara umum, para pemegang saham menginginkan dividen yang lebih banyak, sedangkan
manajemen lebih suka menahan laba dalam perusahaan demi memperkuat perusahaan.
Semakin kuat sebuah perusahaan,semakin kecil kemungkinannya untuk membayar dividen,
atau semakin kecil keinginan para pemegang saham untuk menuntut dividen. Salah satu
tujuan para investor adalah dividen. banyak investor yang menjadikan dividen ini sebagai
tujuan utama dalam investasi, karena dapat memberikan keuntungan yang stabil dimasa
sekarang maupun masa yang akan datang. Tujuan investor membeli saham dapat beraneka
ragam, sebut saja untuk capital gain, dan juga mendapatkan dividen.
Dividen ini terkadang juga dijadikan suatu ukuran untuk menilai kinerja perusahaan. Dividen
dijadikan signal bahwa perusahaan dapat mengalokasikan dana, dan kemudian dana tersebut
digunakan untuk pembagian dividen kepada para pemegang saham, dan mereka berhak
mendapatkannya dalam batas-batas manajemen yang bijaksana. Jadi pemegang saham harus
meminta manajemen 10 mereka untuk membagikan laba (dalam bentuk dividen) secara
normal pada rasio. Seperti, menunjukkan bukti jelas bahwa laba yang direinvestasikan bakal
menghasilkan peningkatan laba per saham secara memuaskan. Namun, dalam banyak kasus
lainnya, rasio pembayaran dividen yang rendah jelas merupakan penyebab timbulnya rata-
rata harga pasar di bawah nilai wajar, dan di sini pemegang saham memiliki hak untuk
bertanya dan mengajukan
Kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil perusahaan berkaitan dengan
dividen, untuk Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang
saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan
investasi dimasa yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu
posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan
perusahaan, pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan,
stabilitas return, dan akses kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan deviden yaitu
pendapat tentang ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan Pendapat tentang relevansi
deviden (relevant theory).Macam-macam kebijakan deviden yaitu kebijakan deviden yang
stabil, kebijakan deviden dengan penetapan jumlah deviden minimal ditambah jumlah ekstra
tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan deviden payout ratio yang konstan, dan
kebijakan deviden yang stabil.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.( 2014). Manajemen Keuangan (Deviden). [online]. http://achtighk.blogspot.com/.

Rudi Hartono.( 2011). Makalah Kebijakan Deviden. [online].


http://odytanpar.blogspot.com/2011/07/kebijakan-deviden.html.

Anonim. (2011). Kebijakan Dividen. [online].


http://iamluckyone.blogspot.com/2011/05/kebijakan-dividen.html.

Muzakar Kohar. (2014). Kebijakan Dividen. Bandung

Hairudin, H., Bakti, U., & Rachmadi, A. (2020). Implikasi Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening (Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2016). Jurnal
Manajemen Bisnis, 17(2), 150–172.

Hairudin, H., & Desmon, D. (2020). THE EFFECT OF CAPITAL STRUCTURE ON FIRM
VALUE BY USING DIVIDEND POLICY AS AN INTERVENING VARIABLE
(Study on Pharmaceutical Sub Sector Companies). DIMENSIA (Diskursus Ilmu
Manajemen STIESA), 17(1), 70–87.

Sofyaningsih, Sri dan Hardiningsih, Pancawati.“STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN


DIVIDEN, KEBIJAKAN UTANGDAN NILAI PERUSAHAAN
(OWNERSHIPSTRUCTURE, DIVIDENDPOLICYAND DEBT POLICY AND FIRM
VALUE )”.

Rita Puspaningsih. (2022). "Kebijakan Dividen: Definisi, Teori, dan Bentuknya", diakses
pada 27 Mei 2022 . https://www.kompas.com/skola/read/2022/05/27/103000169/kebijakan-
dividen--definisi-teori-dan-bentuknya?page=all

Anda mungkin juga menyukai