Anda di halaman 1dari 6

Soal

a. Coba anda jelaskan unsur atau komponen batuan tersebut di atas (pembentuknya)
b. Coba anda anda jelaskan keterdapatannya di mana saja
c. Coba anda tunjukan datanya jumlah atau potensi yang dimiliki oleh Indonesia untuk
Kalsit, Marmer, Oniks, Posfat, rijang, dan Gipsum (datanya harus valid)
d. Coba anda tuliskan pemanfaatan batuan tersebut di atas, mulai dari kualitas yang paling
rendah sampai kualitas yang tertinggi

Jawab :
a. Batu Marmer, marmer umumnya tersusun atas mineral kalsit atau kalsium karbonat
(CaCO3) dengan kandungan mineral minor lainya yaitu kuarsa, mika, klorit, tremolit, dan
silikat lainnya seperti graphit, hematit, dan limonit. Nilai komersil marmer bergantung
kepada warna dan tekstur. Marmer yang berkualitas sangat tinggi adalah marmer yang
berwarna putih jernih, sebab kandungan kalsitnya lebih dari 90%. Proses pembentukan
batu marmer berasal dari batuan hasil proses metamorfosis atau malihan dari batuan
asalnya yaitu batu kapur atau dolomit. Pengaruh temperatur dan tekanan yang dihasilkan
oleh gaya endogen menyebabkan terjadinya kristalisasi kembali pada batuan tersebut
membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi tersebut akan
menghilangkan struktur asal batuan tersebut, sehingga membentuk tekstur baru dan
keteraturan butir. (Sri Astutik , Endang Susantini, Madladzim, 2017).
Batu Kalsit, secara megaskopis bahwa batuan ini mempunyai warna bening (pink), cerat
berwarna putih, berbentuk kristal dengan belahan 3 arah, pecahan tidak teratur (uneven)
dan mempunyai kilat seperti kaca dengan kekerasan 3 pada skala Mohs. Adapun nama
mineralnya adalah batu kalsit dengan rumus kimia CaCOs (kalsium karbonat). Selain itu
batu kalsit ini juga mengandung Si02 (silika oksida). Sedangkan kegunaan batu kalsit ini
dalam bentuk pualam aventurin adalah dipakai untuk perhiasan, proses peleburan, bahan
campur pembuat kaca/gelas, bahan campuran semen serta berbagai alat kosmetika. Batu
kalsit ini dalam proses waktu yang lama akan bermetamorfosis menjadi batu maimer
sebagai akibat adanya perubahan yang dialami oleh batuan tersebut, karena adanya
temperatur/suhu dan kondisi tekanan yang lain dari ketika awal pembentukannya
(Setiawan, 2005).
b. Batu Marmer, pembentukan mineral ini di Indonesia yang sudah ditemukan adalah
sekitar 30 – 60 juta tahun yang lalu atau berumur Kwarter hingga Tersier. Marmer akan
selalu berasosiasi keberadaanya dengan batu gamping. Setiap ada batu marmer akan
selalu ada batu gamping, walaupun tidak setiap ada batu gamping akan ada marmer.
Karena keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang
mempengaruhinya baik berupa tekanan maupun perubahan temperatur yang tinggi.
Marmer ditemukan di daerah yang berupa perbukitan/pergunungan. Endapan mamer yang
dikelilingi oleh pegunungan batu gamping (kapur) karena proses metamorfose yang tidak
sama rata. Bahan galian ini berwarna putih hingga abu-abu, namun dapat pula berwarna
lain tergantung pada mineral pengaturnya. Contohnya di daerah Tulungangung marmer
yang ditemukan adalah jenis marmer yang berwarna kekuningan dan marmer yang
berwarna kemerahan (Pikatan, 2013).
Batu Kalsit, mineral kalsit merupakan mineral utama pembentuk batu kapur
(batugamping) ataupun batu marmer. Kedua batuan tersebut sangat banyak ditemukan di
permukaan bumi dan sebagai salah satu repositori karbon terbesar di planet kita. Sifat
fisik dan kimia dari mineral kalsit menjadikannya sebagai salah satu mineral yang paling
sering muncul.
c. Batu Marmer, marmer merupakan salah satu Sumber Daya Alam (SDA) yang tidak
dapat diperbaharui, oleh karena itu seiring berjalannya waktu potensi batu marmer lambat
laun akan habis. Kategori batu marmer di Indonesia masuk kedalam golongan baik dan
berpotensi besar dan dengan ditemukannya tambang marmer tertua di Indonesia yaitu
berada di Kabupaten Tulungagung, serta dengan ditemukannya fosil marmer Wajakensis
di kota tersebut yang akan menjadi poin utama seberapa besar potensi marmer di
Kabupaten Tulungagung berdasarkan data penelitian dan observasi dari (Museum
Geologi Bandung, 2018).

Volume Produksi Pertambangan Bahan Galian (M3)


Jenis Bahan Galian
2018 2019 2020
Pasir 251 204 932 105 299 863 67 437 616
Batu - - -
Andesit - - -
Kerikil 13 532 696 17 034 613 14 802 482
Volume Produksi Pertambangan Bahan Galian (M3)
Jenis Bahan Galian
2018 2019 2020
Batu Kapur 7 256 730 27 695 416 9 718 944
Pasir Kwarsa 1 603 909 2 187 939 1 875 610
Marmer 135 916 1 252 830 187 793
Tanah Liat 2 872 609 2 616 930 3 555 291
Tanah 3 961 307 25 938 053 3 133 320
Batu Lain - - -
Batu Apung - - -
Feldspar 288 203 184 924 110 526
Trass - - -
Kaolin 526 297 1 059 455 629 247
Zeolite - - -
Batu dan Andesit 55 609 587 45 429 336 37 934 605
Granit - 15 475 561 3 557 268
Lainnya 7 353 975 7 302 706 2 876 868
(Sumber : Badan Pusat Statistik, diakses tahun 2022)
Batu Kalsit, menurut penelitian (Bali et al., 2018) yang dilakukan di Makassar, hasil
identifikasi mineral diketahui bahwa kandungan mineral pada tanah didominasi oleh
mineral biotit 16%, kalsit 18%, kuarsa 21% dan liat 54%. Mineral kalsit dan biotit
merupakan mineral sekunder yang memiliki sifat mudah lapuk dan menjadi mineral
esensial untuk perkembangan dan kesuburan tanah. Jika dilihat hasil persentase
kandungan mineral kalsit, pada lapisan bahan induk profil 6 mengandung 27% mineral
kalsit. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi proses pelapukan mineral kalsit menjadi
mineral liat pada lapisan tanah sehingga persentase kandungannya menurun.
d. Batu Marmer, marmer yang berkualitas sangat tinggi adalah marmer yang berwarna
putih jernih, sebab kandungan kalsitnya lebih dari 90%. Berdasarkan distribusi warnanya,
batu marmer terbagi atas 2 jenis yaitu batu marmer putih dan batu marmer berwarna.
Batu marmer putih dihasilkan dari metamorfosa batu kapur murni, sedangkan batu
marmer berwarna berasal dari metamorfosa batu kapur tidak murni, distribusi warnanya
tergantung dari alam dan inpuritas yang dikandungnya. Marmer yang berwarna abu-abu
dihasilkan dari kandungan grapit pada batuan tersebut, pink dan merah akibat adanya
kandungan hematit, kuning dan krem sebagai pengaruh dari kandungan limonit.
Berdasarkan besar butirannya, marmer bisa bertekstur halus hingga kasar. Sifat lainnya
yang berpengaruh terhadap kualitas marmer adalah porositas, kekuatan regangan, dan
ketahanan terhadap pengaruh suhu dan cuaca (Sri Astutik , Endang Susantini,
Madladzim, 2017). Batu marmer merupakan salah satu batuan metamorf dengan nilai
ekonomis tinggi yang dapat dimanfaatkan secara luas mulai sebagai lantai, batu tempel
atau batu hias, sampai digunakan dalam seni kerajinan ukir dan pahat.
Batu Kalsit, berdasarkan hasil penelitian pada laboratorium Teknik Geologi UGM
Tanggal 10 Agustus 1996 diperoleh data/deskripsi mineral secara megaskopis bahwa
batuan ini mempunyai warna bening (pink), cerat berwarna putih, berbentuk kristal
dengan belahan 3 arah, pecahan tidak teratur (uneven) dan mempunyai kilat seperti kaca
dengan kekerasan 3 pada skala Mohs. Adapun nama mineralnya adalah batu kalsit
dengan rumus kimia CaCOs (kalsium karbonat). Selain itu batu kalsit ini juga
mengandung Si02 (silika oksida). Sedangkan kegunaan batu kalsit ini dalam bentuk
pualam aventurin adalah dipakai untuk perhiasan, proses peleburan, bahan campur
pembuat kaca/gelas, bahan campuran semen serta berbagai alat kosmetika (Setiawan,
2005).
e. Batu Marmer, untuk mencapai kualitas dimensi dan kehalusan yang diinginkan
diperlukan beberapa tahap proses, yaitu: pembubutan, pengamplasan dan pemolesan,
apabila hasil pembubutan masih kasar maka proses pengamplasan memerlukan waktu
yang lama. Untuk mencapai hasil pembubutan yang halus maka diperlukan pemilihan
parameter proses pemesinan. Ketidak tepatan pemilihan parameter ini mengakibatkan
kualitas kerajinan marmer, khususnya berbentuk dasar benda putar menjadi rendah,
bahkan sering terjadi benda hasil pesanan ditolak terutama pesanan kontrak ekspor
(Kusno, Cahya, Darsin; 2007).
f. Batu Marmer, agregat kasar yang digunakan merupakan kerikil sebagai hasil
disintegrasi 'alami' dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm sampai 40 mm. Agregat kasar
digunakan sebagai pengisi campuran adukan beton selain agregat halus. (SNI 03 – 2847 –
2002). Ukuran limbah keramik marmer yang digunakan sebagai agregat kasar adalah
sesuai dengan batu pecah lainnya yaitu seperti pada tabel di bawah :

(Sumber : SNI 03 – 2847 – 2002)

DAFTAR PUSTAKA
Bali, I., Ahmad, A., & Lopulisa, C. (2018). Identifikasi Mineral Pembawa Hara untuk Menilai
Potensi Kesuburan Tanah. Jurnal Ecosolum, 7(2), 81.
https://doi.org/10.20956/ecosolum.v7i2.6880
Pikatan, G. M. (2013). Graha Kerajinan Batu Marmer di Tulungagung. EDimensi Arsitektur
Petra, 1(2), 98–104. http://publication.petra.ac.id/index.php/teknik-arsitektur/article/view/
1231
SETIAWAN, F. K. I. (2005). KARAKTERISTIK BETON DENGAN VARIASl BAHAN TAMBAH
KAPUR DAN BUBUK BATU KALSIT.
Sri Astutik , Endang Susantini, Madladzim, M. N. (2017). Digital Repository Universitas Jember
Digital Repository Universitas Jember Editorial Board. Journal of Health and
Environmental Science, 5(2), 41–47.

Anda mungkin juga menyukai