LANGKAH - LANGKAH
Mengetahui klien, dapatkan informasi tentang nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, kebangsaan.
Komunikasikan kepada klien saudara tentang rencana pemeriksaan yang akan dilakukan(bila
memungkinkan) atau komunikasikan kepada keluarganya.
Menjelaskan tentang maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan fisik prosedur, waktu dan tempat
pemeriksaan.
Kalau perlu kosongkan kandung kemih / rectum (anjurkan klien untuk BAB / BAK lebih dulu).
Siapkan alat – alat yang diperlukan (sesuai dengan kebutuhan).
Tensimeter untuk mengukur tekanan darah / tensi klien.
Termometer untuk mengukur suhu klien.
Stetoskop untuk mendengarkan suara – suara organ yang diperiksa.
Jam tangan untuk menentukan waktu.
Botol 3 buah : 1 berisi cairan sabun, 1 berisi larutan savlon, dan 1 berisi air bersih untuk membersihkan
thermometer yang sudah dipakai.
Kertas tissue : untuk mengusap bagian tubuh yang akan diperiksa (untuk mengusap keringat) dan
thermometer yang habis dipakai / dibersihkan.
Drape / penutup untuk menutupi tubuh klien pada waktu diperiksa.
Cermin kepala untuk menerangi rongga hidung / mulut / telinga.
Lampu senter untuk melihat reflex pupil, menerangi rongga mulut, hidung.
Ophtalmoskope untuk melihat kedalaman bola mata.
Otoskope untuk melihat liang telinga luar dan tengah.
Tonometer untuk mengukur tekanan bola mata.
Meteran untuk mengukur tinggi badan, lingkar kepala (pada bayi), dan sebagainya.
Reflek hammer untuk memeriksa reflek fisiologis dari tendon.
Garpu tala untuk menguji tanggap pendengaran, memberikan hantaran sensori klien.
Spekulum hidung untuk memperlebar lubang hidung.
Spatel lidah untuk menekan lidah pada waktu pemeriksaan rongga mulut.
Snellen cart untuk memeriksa visus / ketajaman penglihatan.
Kaca larings untuk melihat bagian dalam rongga mulut yang sulit dilihat secara langsung.
Pinset anatomi / chirurgi.
Sarung tangan (steril) untuk melakukan pemeriksaan dalam (organ dalam).
Bengkok untuk menampung kotoran.
Kassa steril.
Timbangan berat badan untuk mengukur berat badan klien.
Buku catatan perawat / status perawatan klien.
Pena untuk menulis.
Perkusi
- Tentukan atas batas jantung untuk mengetahui ukuran Jantung membesar atau normal (lihat
kembali perikordium).
Auskultasi
- Dengarkan BJ I pada :
ICS IV linea sternalis kiri (BJ I Tricuspidalis).
ICS V linea mid clavikula atau apeks (BJ I Mitral).
- Dengrkan BJ II pada :
ICS II linea sternalis kanan (BJ II aorta).
ICS II linea sternalis kiri atau ICS III linea sternalis kanan (BJ II Pulmonal).
- Dengarkan BJ III (kalau ada).
Terdengar di daerah mitral.
BJ III terdengar setelah BJ II dengan jarak cukup jauh, tetapi tidak melebihi separuh dari
fase diastolic, nada rendah.
Pada anak – anak dan dewasa muda, BJ III adalah normal.
Pada orang dewasa / tua yang disertai tanda – tanda oedem / dispneu. BI III merupakan
tanda ABNORMAL. BJ III pada decomp kiri disebut Gallop Rhythm.
Gallop Rhythm : BJ III yang timbul akibat getaran derasnya pengisian diastolic dari
atrium kiri ke ventrikel kiri yang sudah membesar, darah “jatuh” ke ruang lebar,
kemudian timbul getaran.
Suara jantung normal : S1 S2 Tunggal.
Dengarkan adanya MURMUR (bising jantung).
Murmur adalah suara tambahan pada fase sistolik, diastolic atau keduanya, yang
disebabkan karena adanya fibrasi / getaran dalam jantung atau pembuluh darah besar
yang disebabkan oleh arus turbulensi darah.
Derajat Murmur :
I : Hampir tidak terdengar
II : Lemah
III : Agak keras
IV : Keras
V : Sangat Keras
VI : Sampai stetoskop diangkat sedikit, masih terdengar jelas.
10) Lakukan Pemeriksaan Alat Kelamin dan Daerah sekitarnya : (bila perlu).
Siapkan posisi klien sesuai dengan kebutuhan (dorsal Recumbent, terlentang Horisontal, Litotomy,
genu Pectoral atau Sim).
1. Genetalia Laki – laki (bila klien laki-laki).
Amati : - Banyak dan kebersihan rambut pubis.
- Kulit penis dan scrotum : adakah lecet ulkus, lesi pembengkakan dan benjolan.
- Lubang urethra : adakah stenosis (penyempitan / sumbatan), adakah keluar cairan
yang abnormal (darah,nanah dsb.).
Raba : - Adakah tonjolan / kelainan pada penis, scrotum, dan testis.
- Adakah pembengkakan / peradangan pada daerah inguinal, dan raba denyut arteri
femoralis (bila perlu).
2. Genetalia wanita (Bila klien wanita).
Amati : - Banyak dan kebersihan rambut pubis.
- Kulit sekitar pubis : adakah lesi, eritema, lecet, keputihan, perlukaan, bisul, dsb.
- Regangkan labia mayora dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk kiri
(yang dibungkus), kemudian amati : bagian labia mayora dan minora, adakah
lecet, luka, dan tanda – tanda peradangan.
- Klitoris ada lesi / tidak.
- Lubang urethra : adakah tanda – tanda peradangan stenosis (sumbatan).
- Adakah perdarahan yang abnormal, dan cari penyebabnya.
Raba : Daerah inguinal (lipat paha) : adakah benjolan / pembengkakan / peradangan dan
raba denyut nadi femoralis.
3. Anus :
Amati : - Lubang anus (pada bayi) : ada / tidak
- Gangguan – gangguan / kelainan pada anus :
Adakah perdarahan
Adakah haemoroid / tumor / polip / fissure ani
Adakah fistel
- Perineum : ada jahitan / tidak, ada luka / tidak, adakah benjolan, pembengkakan
atau berbagi penggembungan.
Raba : - Bagaimana konsistensinya
- Adakah nyeri tekan
- Bila perlu : lakukan palpasi digital (rectal toucher), raba dinding anus : adakah
benjolan / tumor. Dan di lihat kontraksi spinkter ani (ada kelumpuhan / tidak).
11) Lakukan Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstrimitas).
a. Lakukan pemeriksaan edema pada ekstremitas. Catat sifat edema : pitting atau non pitting
edema.
b. Amati kesimetrisan otot
Bandingkan kesimetrisan tungkai kanan dan kiri – besar otot, panjang otot.
c. Uji kekuatan otot.
Nilai 0 : Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak berkontraksipun tidak. Bila
lengan / tungkai dilepaskan, akan jatuh 100 % pasif.
Nilai 1 : Tampak berkontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu jatuh.
Nilai 2 : Mampu menahan tegak / menahan gravitasi, tapi dengan sentuhan akan jatuh.
Nilai 3 : Mampu menahan tegak, walaupun sedikit di dorong, tapi tidak mampu melawan
tekanan / dorongan dari pemeriksa.
Nilai 4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan melawan gaya berat dan juga melawan
tahanan ringan dan sedang.
Nilai 5 : Seluruh gerakan dapat dilakukan otot tersebut dengan tahanan maksimal dari
pemeriksa tanpa adanya kelelahan.
12) Lakukan Pemeriksaan Neurologi (Persyarafan).
a. Tingkat Kesadaran (Secara Kuantitatif).
Lakukan perhitungan tingkat kesadaran klien dengan menggunakan alat : Glascow Coma
Scale (GCS).
1. Berapa nilai / score untuk tanggap / reaksi mata.
Nilailah 4 Bila : Klien dapat membuka mata secara spontan / tanpa disuruh.
Nilailah 3 Bila : Klien dapat membuka mata sesuai dengan perintah.
Nilailah 2 Bila : Klien dapat membuka mata dengan rangsangan nyeri.
Nilailah 1 Bila : Tidak ada reaksi sama sekali.
d. Fungsi Motorik :
1). Perhatikan / amati : ukuran otot (ada atropi / tidak).
2). Lakukan uji kekuatan otot – otot tungkai dan lengan dengan cara : Anjurkan klien untuk
menekuk atau meluruskan lengan / tungkainya, dan berikan suatu tahanan dengan cara
melawan aksi yang dilakukan klien.
3). Amati / perhatikan : adakah gerakan – gerakan yang tidak di sadari / tidak disengaja oleh
klien.
e. Fungsi sensorik :
1). Anjurkan klien menutup matanya, dan menggunakan segumpal kapas, usapkan pada kulit :
wajah, lengan tungkai, dan anjurkan klien untuk berespon dengan mengatakan ya / merasa
(untuk menguji syaraf perifer).
2). Anjurkan klien menutup matanya, dan dengan menggunakan peniti / benda tajam lain,
sentuhan pada kulit dan anjurkan klien untuk berespon dengan mengatakan tajam / tumpul
atau tidak tahu (tidak merasa).
3). Dengan menggunakan garpu tala lakukan test getaran posisi dengan cara : bunyikan garpu
tala dan tempelkan pada tulang pergelangan kaki, lutut, sisi ibu jari sampai pergelangan
tangan dan bagian luar siku dan juga pada tempat lain.
4). Anjurkan klien menutup mata dan berespon dengan mengatakan ya / merasa ketika
merasakan getaran pertama, dan mengatakan tidak merasa / telah selesai ketika getaran
terhenti.
5). Dengan menggunakan tabung yang berisi air panas dan dingin lakukan test sensasi
temperature dengan cara : Anjurkan klien menutup mata dan sentuhkan tabung yang telah
diisi dengan air panas, dingin, dan anjurkan klien berespon dengan mengatakan : panas /
dingin / tidak tahu. (Test ini untuk lebih membuktikan bila sensasi nyeri tidak normal atau
tidak ada sensibilitas).
6). Dengan menggunakan satu dan dua peniti lakukan test perbedaan ketajaman indra perasa
dengan cara : Anjurkan klien menutup mata dan sentuhkan secara berulang (dengan hati –
hati) pada kulit, dengan dua peniti kemudian dengan satu peniti, dan anjurkan klien
mengatakan mana yang lebih tajam, Satu tusukan atau dua tusukan.
Refleks Patologis (bila dijumpai adanya kelumpuhan pada ekstremitas pada kasus – kasus
tertentu) :
1). Refleks Babinski :
Lakukan penggoresan pada telapak kaki dengan menggunakan benda tumpul dari
belakang menyusuri bagian lateral dan menyebrang ke medial menuju ke ibu jari kaki.
Perhatikan reaksi yang terjadi pada ibu jari kaki.