Dosen Pembimbing:
Erwin Yektiningsih, S.Kep.Ns.,M.Kep
KELOMPOK 5
1. Marliza Aficena Cahyani Lusia (210101021)
2. Muhammad Yoga Ardiansyah (210101022)
3. Muhammad Naufal Hanafi (210101023)
4. Muhammad Fakhri (210101024)
5. Muhammad Taufiqurrokhim (210101025)
6. Nur Fadila Fauziah (210101031)
7. Nurul Kasanah (210101032)
8. Nur Syafiqah Ayu (210101033)
9. Ochvan Pandu W (210101034)
10. Pingki Berlinda Febrianti (210101035)
BAB I
PembagianTugas Kelompok ...........................................................
BAB II
Kasus ……………………… ............................................................
BAB III
Pembahasan .......................................................................................
BAB IV
Penutup ..............................................................................................
BAB I
PEMBAGIAN TUGAS KELOMPOK
Distribsi Pembagian Mengerjakan Tugas Kelompok, di jabarkan sebagai berikut:
No Nama Alokasi Mengerjakan Nilai
Tugas
6 Pingki Presentasi
7. M. Naufal Presentasi
8. M. fakhri Presentasi
9. M. Taufiq Presentasi
BAB II
KASUS
1. Diskripsi Situasi
Kasus malpraktik di Indonesia ini sempat menyita perhatian masyarakat terjadi pada
akhir Oktober 2015.
Saat itu, korban bernama Falya Raafan Blegur, anak kedua pasangan Ibrahim Blegur
dan Eri Kusrini meninggal akibat dugaan malpraktik.
Malpraktik ini diduga dilakukan oleh salah seorang dokter di Rumah Sakit Awal Bros,
Bekasi.
Falya sempat dirawat di ruang ICU sejak Kamis, 29 Oktober 2015, sebelum akhirnya
mengembuskan nafas terkahir pada Minggu 1 November 2015.
Pihak keluarga merasa ada sesuatu yang janggal, sehingga mereka tidak dapat
menerima pernyataan dokter bahwa anak kedua mereka telah tiada.
Padahal, beberapa hari sebelumnya, pihak rumah sakit mendiagnosa Falya mengalami
dehidrasi ringan.
Menurut pengakuan Ibrahim, anak keduanya itu sudah mulai ceria dan mulai bermain
dengan kakaknya. Bahkan, ia sudah bisa berlarian.
Setelah disuntik, kondisi Falya mendadak kritis. Sekujur tubuhnya membiru, muncul
bintik-bintik, dan keluar busa dari mulutnya.
Standar Operasional Prosedur Perawat dalam penyuntikan Pasien Hak yang dimiliki
oleh setiap manusia adalah hak untuk menjamin setiap manusia memperoleh
pelayanan kesehatan. Untuk menjamin terlaksananya hak untuk memperoleh
pelayanan kesehatan maka diperlukan peran Negara untuk menjamin adanya
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan umum yang layak bagi
masyarakatnya sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 34 ayat (3) Undang-
Undang Dasar Tahun 1945. Yang termasuk dalam fasilitas pelayanan kesehatan adalah
Rumah Sakit, Klinik, Puskemas, dan fasilitas pelayanan lainnya.
https://www.detik.com/tag/malpraktek
https://lifestyle.okezone.com/read/2018/10/20/481/1966555/3-kasus-malpraktik-
menggemparkan-indonesia-salah-potong-kelamin-hingga-suntik-mati
https://www.suara.com/tag/malpraktik
https://sulsel.suara.com/read/2021/10/19/050000/rumah-sakit-multazam-gorontalo-
dituntut-perdata-atas-dugaan-malpraktik
https://www.liputan6.com/tag/malpraktik
2. Diagnosa keperawatan
BAB III
PEMBAHASAN
Darwin (2014); Utami, Ngesti W ( 2016) menguraikan moral mempunyai
peran yang penting dalam menentukan perilaku yang etis dan dalam
pemecahan masalah etik, berikut Prinsip moral perawat:
1) Prinsip Otonomi (Autonomy)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada setiap klien
sesuai dengan kebutuhannya
4) Prinsip Kejujuran (Veracity)
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tenaga Medis dalam menjalankan tugasnya harus secara professional dan
menerapkan kehati-hatian agar jangan sampai terjadi lagi seperti kasus di atas .
Atas tindakan Tenaga Medis ini mengakibatkan seorang anak meninggal dunia.
Apabila ditemukan pelanggaran maka tidak hanya dapat dikenai sanksi
administrasi melainkan sanksi hukum perdata dan hukum pidana. Terkait
kasus diatas maka Tenaga Medis yang telah melakukan tindakan salah
menyuntikan obat maka izin yang dimilikinya dapat dicabut. Terkait penerapan
hukum perdatanya maka ini termasuk dalam pebuatan melawan hukum
sehingga berpedoman pada ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang- Undang
Hukum Perdata dan terkait penerapan.
2. Saran
Dugaan malpraktik antara pasien dengan tenaga kesehatan jika masuk ke
peradilan sangat sensitif bagi tenaga kesehatan untuk menjaga reputasinya
sebagai pelayan kesehatan, apalagi kalau sampai ke pengadilan, untuk itu
pemerintah perlu memberi edukasi dan sosialisasi pada profesi kesehatan
sebagai pemberi layanan dan pasien atau masyarakat penerima layanan
bagaimana menyelesaikan dugaan malpraktik dengan cara non litigasi.