Disusun Oleh:
Kelompok 4
Nama Anggota:
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan nikmat,Rahmat,Inayah,
Taufik dan hidayahnya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk isinya yg sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat berguna sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca yang bermanfaat dalam program studi
keperawatan.
Harapan kelompok kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kelompok kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya.
Makalah ini kami aku masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki kurang.
Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan masukan
yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
Bab 2 Pembahasan
a.
b.
c.
a. Kesimpulan
b. Saran
Daftar Pustaka
a. Latar belakang
dengan sengaja dan oleh sebab itu berimplikasi terjadinya suatu aturan
kurang teliti, acuh tak acuh, sembrono, tak peduli terhadap kepentingan
orang lain, namun akibat yang timbul memang bukanlah tujuannya.
amat penting untuk diulas secara bersama - sama, hal ini dipengaruhi
karena timbulnya kesalahan dan kelalaian yang mengindikasikan dampak merugikan. Selain
tercela dan mengurangi bentuk amanah masyarakat
pada 19 Mei 2015 lalu, yang dialami oleh Mayda Andriani yang berumur
Malpraktik terjadi apabila seorang dokter yang tidak melakukan pekerjannya sesuai dengan
standar operasional kedokteran dan standar prosedur tindakan medik berarti telah melakukan
kesalahan dan kelalaian, yang dapat ditunutut secara hukum pidana,. Penuntutan
pertanggungjawaban pidana hanya dapat dilakukan jika pasien menderita cacat permanen atau
meninggal dunia
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan
Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan dua
cara yakni :
1. Cara langsung
Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :
a. Duty (kewajiban)
Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga perawatan haruslah
bertindak berdasarkan
Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa yang
seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya,
maka tenaga perawatan tersebut dapat dipersalahkan.
d. Damage (kerugian)
Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara
penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa
atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome)
negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan tenaga perawatan.
Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiannya adanya kesalahan
dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).
Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan
mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa
loquitur).
Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:
b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan
c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada
contributory negligence.
Misalnya ada kasus saat tenaga perawatan akan mengganti/memperbaiki kedudukan jarum
infus pasien bayi, saat menggunting perban ikut terpotong jari pasien tersebut .
Dalam hal ini jari yang putus dapat dijadikan fakta yang secara tidak langsung dapat
membuktikan kesalahan tenaga perawatan, karena:
a. Jari bayi tidak akan terpotong apabila tidak ada kelalaian tenaga perawatan.
b. Membetulkan jarum infus adalah merupakan/berada pada tanggung jawab perawat.
1. Pertama upaya penal, upaya penal yang dilakukan dalam menanggulangi malpraktek
dilakukan secara represif (penegakan hukum) yang diawali dengan pemberitahuan melalui
broadcast adanya dugaan malpraktek. Sedangkan MKEK mengupayakan mediasi setelah
menerima pengaduan dan mendapat klarifikasi dalam penanganan malpraktek.
2. Kedua upaya non penal, upaya non penal yang dilakukan oleh MKEK yang bekerjasama
dengan IDI adalah dengan cara melakukan pemberian pembekalan baik secara etik maupun
disiplin kepada setiap tenaga kesehatan. Misalnya dalam kegiatan ilmiah, simposium, maupun
seminar tentang kesehatan diadakan SKP (Satuan Kredit Partisipasi) sebagai penilaian dalam
kegiatan tersebut, serta disisipkan pembahasan tentang pelanggaran etik dan disiplin dalam
tindakan medis.
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga perawatan karena adanya
mal praktek diharapkan para perawat dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati,
yakni:
a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upaya- nya, karena perjanjian
berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat
verbintenis).
consent.
dokter.
segala kebutuhannya.
f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan
masyarakat sekitarnya.
kepadanya.
perawatan.
https://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/pidana/article/download/844/728#:~:text=Upaya
%20non%20penal%20dalam%20menanggulangi,melakukan%20tugasnya%20sebagai%20tenaga
%20medis.