Anda di halaman 1dari 2

RANGKUMAN KASUS PT.

ASURANSI JIWASRAYA

1. Aspek Melawan Hukum


Jaksa Agung Burhanuddin menyatakan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) melakukan pelanggaran
prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi sehingga mengakibatkan kerugian negara Rp 13,7 triliun.
Akibat kesalahan investasi, penuntasan hukum akan menjadi langkah bijak dan menarik dikaji guna
menempatkan sifat kesalahan sesuai proporsi hukumnya.
Kejagung sudah menetapkan enam orang tersangka dalam kasus Jiwasraya. Para tersangka yaitu,
Direktur Utama PT Hanson International Tbk Benny Tjokrosaputro, Komisaris Utama PT Trada Alam
Minera Heru Hidayat, mantan Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya Harry Prasetyo. Kemudian,
mantan Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya Hendrisman Rahim, mantan Kepala Divisi Investasi
dan Keuangan PT Asuransi Jiwasraya Syahmirwan, dan Direktur PT Maxima Integra Joko Hartono
Tirto. Terkait perkara di perusahaan pelat merah tersebut, Kejagung mengaku sudah memeriksa 144
saksi dan menggeledah 16 tempat.
Dugaan korupsi kasus Jiwasraya dalam pengelolaan dana investasi menjadi bagian penting yang dapat
ditelisik dan ditelusuri kebenaran hukumnya. Pemeriksaan kepada jajaran direksi guna menemukan
titik terang hukumnya, menjadi persoalan public bagaimana menilai suatu nilai kerugian dalam
hukum.
Norma Pasal 11 UU No 40 tahun 2014 tentang Perasuransian tegas menyatakan bahwa perusahaan
asuransi wajib menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, yang tentunya dijalankan dengan itikad
baik (te goeder trouw). Ketika itu dijalankan sebaliknya, alias tidak baik dalam ukuran hukum,
pertanggungjawaban hukum mesti dijalankan.
Dalam UU 40 tahun 2014, selain direksi dan komisaris, pihak bernama ‘Pengendali’ yang diatur OJK,
dapat turut bertanggungjawab atas kerugian usaha asuransi sebagaimana diatur dalam norma Pasal 15.
Oleh karena pengendali turut menentukan direksi dan komisaris. Keberhasilan tata kelola perusahaan
Jiwasraya tidak bisa lepas dari pengawasan OJK. Lain halnya jika pihak Jiwasraya memberikan
laporan, informasi ataupun data tidak benar kepada OJK, hingga menimbulkan kerugian usaha, direksi
maupun komisaris dapat bertanggungjawab menurut hokum seperti dimaksud dalam Pasal 74 UU
40/2014.
2. Aspek Kerugian Negara

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memastikan kerugian negara dalam kasus dugaan korupsi
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sebesar Rp 16,81 triliun. Terdiri dari kerugian negara
investasi saham sebesar Rp 4,65 triliun, dan kerugian negara akibat investasi dari reksadana
sebesar Rp 12,16 triliun.

BPK menghitung seluruh saham yang dibeli secara melawan hukum. Metode yang digunakan
dalam melakukan perhitungan kerugian negara adalah total loss, di mana seluruh saham-
saham yang diduga dibeli secara melawan hukum dianggap berdampak.

Skandal korupsi Jiwasraya secara proses hukum memang telah tuntas dengan jatuhnya vonis Majelis
Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi kepada enam terdakwa. Namun, kasus yang menimpa
perusahaan asuransi pelat merah tersebut masih terus jadi sorotan karena kerugian yang dialami
sangat besar.

3. Aspek Dampak
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menilai kasus hukum yang terjadi pada PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) dapat berdampak pada kepercayaan publik terhadap industri asuransi jiwa
Indonesia. Terlebih jika proses hukum yang sedang berjalan saat ini berlarut-larut.

Anda mungkin juga menyukai