Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS HUKUM TERHADAP PERAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM

KASUS GAGAL BAYAR DI PT ASURANSI JIWASRAYA


LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

• Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, asuransi dibagi atas 3 (tiga) jenis, yaitu

usaha asuransi umum/kerugian yang merupakan jasa untuk memberikan kompensasi kepada tertanggung atau pemegang polis

karena kehilangan kerusakan, biaya yang timbul , kehilangan laba, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang

mungkin diderita oleh tertanggung atau pemegang polis karena peristiwa yang tidak diinginkan. Lalu ada asuransi jiwa yang

merupakan usaha asuransi yang melakukan layanan manajemen risiko yang memberikan pembayaran kepada pemegang polis,

tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal tertanggung meninggal atau tetap hidup, atau pembayaran lain kepada

pemegang polis, tertanggung, atau berhak lainnya pihak-pihak pada waktu tertentu diatur dalam perjanjian yang jumlahnya telah

ditentukan dan/atau berdasarkan hasil pengelolaan dana. Selanjutnya yaitu ada usaha reasuransi, yaitu bisnis yang menyediakan

jasa dalam cakupan risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi, perusahaan penjaminan, atau perusahaan reasuransi lainnya.
• Lembaga perasuransian saat ini merupakan lembaga yang penting bagi orang-perorangan maupun

dunia usaha di Indonesia. Serta mempunyai beberapa manfaat, yaitu asuransi dapat membantu masyarakat

dalam rangka mengatasi segala masalah risiko yang dihadapinya. Asuransi juga merupakan sarana

pengumpulan dana yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat dan

pembanguna. Lalu asuransi juga memiliki manfaat sebagai sarana untuk mengatasi risiko-risiko yang

dihadapi dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu jenis asuransi yang sangat dikenal adalah asuransi

jiwa. Asuransi jiwa merupakan program perlindungan dengan cara memindahkan risiko atas hidup seseorang

yang dipertanggungkan dan akan sangat bermanfaat pada situasi tertentu.


Namun, bagaimana apabila perusahaan asuransi tidak mampu lagi memberikan perlindungan kepada pihak

tertanggungnya seperti halnya yang sedang dialami oleh nasabah PT Asuransi Jiwasraya. PT Asuransi Jiwasraya

merupakan perusahaan asuransi jiwa nasional milik pemerintah. Berdasarkan catatan Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK), Jiwasraya telah membukukan laba semu sejak 2006. Alih-alih memperbaiki kinerja

perusahaan dengan mempertimbangkan saham berkualitas, Jiwasraya justru mengeluarkan dana sponsor untuk

klub sepak bola dunia, Manchester City pada tahun 2014. Kemudian, pada tahun 2015 Jiwasraya meluncurkan

produk JS Saving Plan, dengan cost of fund (biaya dana) yang sangat tinggi di atas bunga deposito dan obligasi.

Kemudian dana tersebut diinvestasikan pada instrumen saham dan reksa dana yang berkualitas rendah
Adapun sanksi-sanksi tersebut dapat diberikan apabila solvabilitas perusahaan sudah mencapai titik nadir, yaitu di bawah

120%. Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya dikarenakan jumlah aktiva

melebihi utang-utang tersebut. Dalam laporan keuangan Jiwasraya pada tahun 2017, tingkat solvabilitas Jiwasraya masih

berada pada 123,16 %. Walaupun lebih sedikit dari ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), namun angka turun tajam

dari 200,15 % pada tahun 2016. Seharusnya melihat kondisi Jiwasraya seperti sekarang ini, Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) dapat memberikan berupa teguran tertulis, pengawasan serta penghentian penjualan produk yang bermasalah.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merasa ada keterkaitan hukum untuk meneliti dan menulisnya dalam bentuk tesis

yang berjudul “Analisis Hukum Terhadap Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Kasus Gagal Bayar di PT

Asuransi Jiwasraya”.
Kerangka Teori

1. Teori Sistem Hukum

Dalam melakukan penyusunan tesis ini penulis menggunakan Teori Lawrence M. Friedman mengenai

sistem hukum, khususnya elemen substansi (substance) untuk menjelaskan peran Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) terhadap kasus gagal bayar pada PT Asuransi Jiwasraya. Adapun Friedman menyatakan bahwa system

hukum terdiri dari 3 elemen, yaitu:


1. Struktur

Elemen struktur ini berkaitan dengan sistem hukum sebagai suatu kerangka dalam bentuk yang kuat, adanya pengaturan yang sistematis dalam mengikuti proses dalam batas yang

jelas. Struktur sebagai suatu sistem berkaitan dengan lembaga penegakan yang terlibat dari suatu proses penegakan hukum itu sendiri. Sehingga lembaga ini merupakan struktur

yang penting dalam mengimplementasikan suatu ketentuan peraturan perundang-undangan, seperti dalam hal ini lembaga Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang

mengawasi seluruh kegiatan di sektor keuangan seperti perusahaan asuransi.

2. Substansi

Substansi hukum adalah peraturan-peraturan, norma-norma dan aturan tentang perilaku manusia. Dalam hal ini subtansi hukum yaitu peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan usaha peransuransian.

3. Budaya Hukum

Friedman mengartikan bahwa budaya hukum yaitu sebagai sikap dari masyarakat mengenai hukum dan sistem hukum, tentang keyakinan, nilai, gagasan, serta harapan masyarakat

tentang hukum. Budaya hukum merupakan perwujudan dari pemikiran masyarakat dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum itu digunakan, dihindari. Dalam

penulisan ini budaya hukumnya adalah bagaimana PT Asuransi Jiwasraya menangani permasalahannya atas gagal bayar klaim polis yang telah jatuh tempo dan bagaimana peran

dari Otoritas Jasa Keuangan dalam menanganinya.

Teori Hukum menurut John D.Finch mengukapkan bahwasannya Teori Hukum merupakan studi tentang sifat dari hal-hal yang penting dalam hukum yang lazim terdapat dalam

sistem-sistem hukum, di mana salah satu objek kajiannya adalah pembahasan mengenai unsur-unsur dasar dari hukum yang membuat hukum berbeda dengan aturan standar lain

yang bukan hukum. Tujuannya adalah untuk membedakan mana yang merupakan sistem hukum dan mana yang bukan sistem hukum.

Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana peran dari Otoritas Jasa Keuangan dalam menangani kasus gagal bayar yang dialami oleh PT Asuransi Jiwasraya, apakah Otoritas

Jasa Keuangan telah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
2. Teori Perjanjian

Adapun pendapat-pendapat para ahli mengenai perjanjian adalah menurut R. Subekti Perjanjian adalah

suatu peristiwa hukum dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji

untuk melaksanakan suatu hal. Menurut R Wirjono Projodikoro Perjanjian adalah suatu hubungan hukum

mengenai harta benda antara dua pihak dimana satu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak

melakukan suatu hal janji sedangkan pihak lain menuntut pelaksanaannya. Perjanjian (verbintenis) mengandung

pengertian suatu hubungan hukum yang memberikan kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh suatu

prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.
3. Teori Tanggung Jawab Hukum

Menurut Hans Kelsen, teori tanggung jawab hukum menyatakan bahwa seseorang bertanggung jawab

secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subjek berarti

bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan. Konsep tanggung jawab

hukum berkaitan dengan konsep hak dan kewajiban. Konsep hak merupakan suatu konsep yang menekankan

pada pengertian hak yang berpasangan dengan pengertian kewajiban, artinya hak seseorang senantiasa

berkorelasi dengan kewajiban pada orang lain.

Teori tanggung jawab ini dapat dihubungkan dengan pihak penanggung dengan pihak tertanggung dalam

proses klaim polis.

Anda mungkin juga menyukai