Anda di halaman 1dari 3

PT .

MANDIRI HERINDO ADIPERKASA


Departemen/Seksi :
Standard Operating Procedure (SOP) Safety & enviro/safety
No. SOP : MHA-SOP-040
No. Revisi :
JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)
Tgl: 15/09/2012
Halaman: 1-3

Pedoman Job Safety Analisis (JSA) ditetapkan oleh Manajemen untuk menganalisa dan
mengendalikan setiap bahaya yang dapat terjadi dalam semua langkah-langkah pekerjaan di seluruh
kegiatan aktifitas di areal Proyek PT. Mandiri Herindo Adiperkasa (MHA).

1. Tujuan
1) Sebagai petunjuk untuk mengetahui jenis-jenis bahaya dan penanggulangannya dalam setiap
langkah dan aspek pekerjaan.
2) Sebagai alat untuk memastikan bahwa proses kerja dan urutan kerja dilakukan dengan aman.

2. Pedoman
1) Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2) Kepmen PE No. 555K/26/M.PE Tahun 1995 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum.

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP ini meliputi semua aktifitas pekerjaan di area proyek PT. Mandiri Herindo
Adiperkasa.

4. Definisi
JSA adalah Job Safety Analisis yaitu proses analisa bahaya dan pengendalian dalam setiap
langkah-langkah pekerjaan.

5. Ketentuan
SOP JSA merujuk kepada kebijakan K3 yang dibuat oleh Perusahaan.

6. Urutan Pelaksanaan Kerja


1) Persiapan
Sebelum melakukan aktifitas bahaya dari langkah-langkah pekerjaan disuatu lokasi kerja
maka setiap departemen/ bagian harus menyiapkan formulir JSA standar yang telah
disediakan oleh PT. MHA untuk digunakan.

2) Penetapan Jenis Pekerjaan yang memerlukan JSA


a. Setelah menyelesaikan IPBR, dilakukan klasifikasi untuk jenis-jenis pekerjaan dengan
nilai resiko bahaya di atas medium, berdasarkan jenis pekerjaan dan pekerja yang
melakukannya.
b. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat khusus walaupun memiliki resiko rendah
namun dengan pertimbangan tertentu dan disetuji oleh Departemen Safety harus
dibuatkan JSA.
PT . MANDIRI HERINDO ADIPERKASA
Departemen/Seksi :
Standard Operating Procedure (SOP) Safety & enviro/safety
No. SOP : MHA-SOP-040
No. Revisi :
JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)
Tgl: 15/09/2012
Halaman: 2-3

3) Urutan Pelaksanaan Kerja


a. Pembuatan JSA merupakan tanggung jawab dari kepala departemen terkait.
b. Setiap departemen/ bagian harus membuat Daftar Tugas Kritis yang memuat tentang
daftar jabatan dan tugas-tugas kritis (pekerjaan dengan nilai resiko menengah ke atas)
yang dilakukan tiap-tiap jabatan, untuk dibuat JSAnya.
c. JSA dibuat dengan melakukan konsultasi dengan pekerja yang melakukan pekerjaan
terkait.
d. Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan pekerjaan-pekerjaan yang memiliki
resiko berbahaya untuk melakukan analisa bahaya.
e. Menentukan siapa yang melakukan pekerjaan tersebut (jabatan) dan jenis pekerjaan
yang dilakukannya.
f. Sebuah jabatan dapat melakukan beberapa pekerjaan, karenanya dalam satu jabatan bisa
memiliki beberapa JSA.
g. Sebelum melakukan analisa langkah-langkah kerja, terlebih dahulu harus
mengidentifikasi APD pa saja yang wajib digunakan dalam pekerjaan tersebut.
h. Langkah-langkah kerja yang dianalisa merupakan langkah kerja utama yang memiliki
nilai resiko yang memungkinkan terjadi.
i. Penggunaan kalimat dalam penyusunan JSA, harus singkat, padat, menggunakan kalimat
aktif, dan efektif. Kalimat tidak boleh terlalu panjang sehingga menjadi tidak jelas.
j. Penentuan jabatan dan jenis pekerjaan dikonsultasikan dan disinkronkan dengan
Departemen Admin seksi Personalia.
k. Untuk setiap langkah kerja yang sudah ditentukan, dilakukan analisa bahaya-bahaya
yang dapat terjadi, serta paparan kesehatannya.
l. Untuk setiap bahaya yang sudah diidentifikasi, kemudian ditentukan rencana
penanggulangannya.
m. Jenis-jenis penanggulangan yang dilakukan mengikuti Hirarki penanggulangan bahaya
sebagaimana tercantum dalam SOP IPBR.

7. Evaluasi
1) Evaluasi terhadap pelaksanaan semua JSA yang telah dibuat, dilaksanakan dengan
menggunakan form Observasi Tugas Rencana, dilakukan petugas yang ditentukan oleh
kepala departemen terkait. Observasi tugas rencana juga dapat dilakukan oleh departemen
safety.

2) Pelaksanaan Observasi tugas terencana diatur sebagai berikut :


a. Level Manager, minimal melakukan observasi tiga (3) bulan sekali.
b. Level Ass. Manager, minimal melakukan observasi dua (2) bulan sekali.
c. Level Superitendent, minimal melakukan observasi satu (1) bulan sekali
d. Level Supervisor, minimal melakukan observasi satu (1) bulan sekali
e. Level Foreman dan jajaran di bawahnya, melakukan observasi setiap hari kerja.

3) Setiap departemen/ bagian harus melakukan evaluasi terhadap hasil Observasi Tugas
Terencana (Pelaksanaan JSA) dan menyerahkan hasil evaluasi ke Departemen Safety untuk
ditindak lanjuti.
PT . MANDIRI HERINDO ADIPERKASA
Departemen/Seksi :
Standard Operating Procedure (SOP) Safety & enviro/safety
No. SOP : MHA-SOP-040
No. Revisi :
JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)
Tgl: 15/09/2012
Halaman: 3-3

8. Laporan
Hasil pelaksanaan JSA dan observasinya (OTT/Observasi Tugas Terencana) disertakan dalam
laporan bulanan setiap Departemen/ bagian dan diarsipkan oleh Departemen yang bersangkutan
dan Departemen Safety.

9. Tugas dan Tanggung Jawab


1) JSA dibuat oleh personel yang ditunjuk oleh kepala Departemen terkait.
2) Pengawas lapangan bertanggung jawab atas JSA yang dibuat pada area di bawah tanggung
jawabnya.
3) Level menengah organisasi memeriksa, mengkaji JSA yang telah disusun
4) Level manajemen keatas mengevaluasi dan menyetujui JSA sesuai departemen masing-
masing.

10. Sanksi
Bagi petugas JSA yang tidak mematuhi aturan pada point 8 (delapan) tentang tugas dan
tanggung jawab akan diberian sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Disusun Oleh Diketahui Oleh

Ahmad Yani Widiantoro


Dept. Safety & Enviro Site Manager

Anda mungkin juga menyukai