Anda di halaman 1dari 12

konsep etika utilitarianisme

dan manfaatnya dalam bisnis

OLEH
KELOMPOK 3

Nama : Ni Made Devi Yani


Absensi / Nim : 17 / 2102014177
Nama : Ni Putu Widiari
Absensi / Nim : 10 / 2102014164
Nama : Ni Wayan Hemadani
Absensi / Nim : 2102014181 / 20
Nama :Ni Made Amelia Marsya
Absensi / Nim : 24 / 2102014191
Nama :
Absensi / Nim :
2A MANAJEMEN PAGI

FAKULTAS EKONOMI, BISNIS DAN PARIWISATA


UNIVERSITAS HINDU INDONESI
1 Pengertian Utilitarianisme

Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwasuatu
tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), biasanyadidefinisikan
sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan.

“Utilitarianisme” berasal dari kata Latin“utilis”, yang berarti berguna, bermanfaat,


berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaanterbesar
(the greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertamakali dipaparkan
oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill (1748-1832). Utilitarianisme merupakan
suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baikadalah yang berguna, berfaedah, dan
menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau burukadalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah,
dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna,
berfaedah, dan menguntungkan atautidak.

2. Teori Etika Utilitarian

Etika Utilitarian adalah sebuah teori etika yang dikemukakan David Hume (1711–1770)
dan dirumuskan secara definitif oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill (1806–1873) dan
para pengikutnya. Bentham berpendapat bahwa ada satu prinsip moral yang utama yakni
“Prinsip Utilitas”. Prinsip ini menuntut agar setiap kali kita menghadapi pilihan dari antara
tindakan alternatif atau kebijakan, sosial, kita mengambil satu pilihan yang mempunyai
konsekuensi, yang secara menyeluruh paling baik bagi setiap orang yang terlibat di
dalamnya.Secara singkat teori Utilitarian klasik atau yang dikemukakan oleh Bentham dan Mill
dapat dinyatakan ke dalam tiga pernyataan sebagai berikut:

a. Tindakan harus dinilai benar atau salah dari sisi akibat-akibat (consequences).
b. Untuk mengukur akibat-akibatnya, pertimbangan yang penting adalah jumlah
kebahagiaan atau ketidakbahagiaan yang diakibatkan, sedangkan hal atau pertimbangan
yang lain tidak relevan.
c. Kesejahteraan setiap orang dianggap sama pentingnya. Sebagaimana dikatakan Mill,
bahwa Utilitarisme menuntut orang besikap keras, tidak pilih kasih, bagaikan penonton
yang baik hati dan tidak pamrih (Rachels, 2008: 187–188).

Perlu diberikan catatan untuk pernyataan nomor tiga nampaknya sangat adil bermoral dan
mudah diterima. Namun demikian, Ross Poole (1993: 12) memberikan catatan kelemahan dari
sikap tidak pilih kasih ini dapat menyebabkan hubungan khusus bagi orang yang dekat dengan
subjek pelaku. Hal itu dapat dicontohkan bahwa tidak mungkin seseorang mempermalukan
secara sama antara orang lain dengan keluarga dekat seperti anak, ibu, ayah dan sebagainya.

Oleh karena itu moralitas utilitarian sama impersonalnya seperti pasar dalam pembagian
imbalan–imbalan dan hukuman–hukuman. Moral utilitarian dapat menghilangkan kehangatan
hubungan personal antarmanusia. Jadi, bagaimana menilai kebijaksanaan public, yaitu
kebijaksanaan yang mempunyai dampak bagi kepentingan banyak orang , secara moral di mana
setiap publik selalu mengandung kemungkinan diterima dan didukung oleh pihak atau kelompok
tertentu sambil ditentang dan dikutuk pihak atau kelompok lainnya. Apalagi kebijaksanaan
publik dalam banyak hal sulit memenuhi secara memuaskan kepentingan semua yang terkait
secara sama. Karena , itu masalah kriteria, termasuk yang paling minimal sekali pun, yang dapat
dijadikan pegangan sekaligus pembenaran moral atas suatu kebijaksanaan publik menjadi sangat
mendesak dan perlu. Bentham lalu menemukan bahwa dasar yang paling objektif adalah dengan
melihat apakah suatu kebijaksanaan atau tindakan tertentu membawa manfaat atau hasil yang
berguna atau sebaliknya, kerugian bagi orang terkait.

3. Kriteria dan Prinsip Etika utilitarianisme.

Dalam kerangka etika utilitarianisme kita merumuskan tiga kriteria objektif yang dapat
dijadikan dasar objektif sekaligus norma untuk menilai suatu kebijaksanaan atau tindakan.
Kriteria – kriteria :

1. Manfaat.

Bahwa kebijaksaan atau tindakan itu mendatangkan mamfaat atau kegunaan tertentu .
Jadi, kebijaksanaan atau tindakan yang baik adalah yang menghasilkan hal yang baik .
Sebaliknya, kebijaksanaan atau tindakan yang tidak baik adalah yang mendatangkan kerugian
tertentu.

2. Manfaat Terbesar.

Bahwa kebijaksanaan atau tindakan yang mendatangkan manfaat terbesar ( atau dalam
situasi tertentu lebih besar ) dibandingkan dengan kebijaksanaan atau tindakan alternatif lainnya.
Atau kalau yang dipertimbangkan adalah soal akibat baik dan akibat buruk dari suatu
kebijaksanaan atau tindakan, maka suatu kebijaksanaan atau tindakan dinilai baik secara moral
kalau mendatangkan lebih banyak manfaat dibandingkan dengan kerugian. Dalam sutu tertentu
, jika kerugian tidak dapat dihindari, maka tindakan yang baik adalah yang akan menimbulkan
kerugian terkecil.

3. Manfaat terbesar untuk siapa.

Untuk individu saya atau kelompok saya , atau untuk semua orang yang terkait ,
terpengaruh dan terkena kebijaksanaan atau tindakan yang akan diambil, manfaat terbesar adalah
: bagi sebanyak mungkin orang.

Atas dasar ketiga kriteria tersebut, etika utiltarianisme mengajukan tiga pegangan
sebagai berikut :

a. Suatu kebijaksanaan atau tindakan adalah baik dan tepat secara moral jika dan hanya jika
kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat atau keuntungan. Itu berarti
tindakan yang membawa manfaat atau keuntungan tertentu adalah tindakan yang tepat
dan baik secara moral.
b. Diantara berbagai kebijaksanaan dan tindakan yang sama baiknya , kebijaksanaan atau
tindakan yang mempanyai manfaat terbesar adalah tindakan yang baik. Tau sebaliknya,
di antara kebijaksanaan atau tindakan yang sama – sama merugikan , kebijaksanaan atau
tindakan yang baik dari segi moral adalah mendatangkan kerugian kecil atau terkecil.
c. Diantar kebijaksanaan atau tindakan sama – sama mendatangkan manfaat terbesar,
kebijaksanaan atau tindakan yang mendatangkan manfaat terbesar bagi paling banyak
orang adalah tindakan yang paling baik. Atau, diantara kebijaksanaan atau tindakan
yang sama – sama mendatangkan kerugian terkecil

4. Nilai Positif Etika Utilitarianisme.

Etika utilitarianisme , mensitematisasikan dan memformulasikan secara jelas apa yang


menurut penganutnya dilakukan oleh kita dalam kehidupan kita sehari – hari. Bahwa
sesungguhnya dalam kehidupan kita, diman kita selau dihadapkan pada berbagai alternatif dan
dilema moral, kita hampir selalu menggunakan pertimbangan – pertimbangan tersebut di atas.
Etika ini menggambarkan apa yang sesungguhnya dilakukan oleh orang yang rasional dalam
mengambil keputusan dalam hidup ini, khususnya keputusan moral, termasuk juga dalam bidang
bisnis. Merumuskan prosedur dan dan pertimbangan yang banyak digunakan dalam mengambil
sebuah keputusan, khusunya yang menyangkut kepentingan banyak orang.

 Nilai Positif Utilitarianisme :


1. Rasionalitas, maksudnya , prinsip moral yang diajukan oleh etika utilitarianisme ini
tidak didasarkan pada aturan – aturan kaku mungkin tidak kita pahami dan yang
tidak bisa kita persoalkan keabsahannya . Justru sebaliknya , utilatarianisme memberi
kita kriteria yang objektif dan rasional mengapa satu tindakan dianggap baik.
2. Menghargai kebebasan setiap pelaku moral. Setiap orang dibiarkan bebas untuk
mengambil keputusan dan bertindak dengan hanya memberinya kriteria objektif dan
rasional.
3. Universalitas, mengutamakan manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi
banyak orang. Suatu tindakan dinilai baik secara moral bukan karena tindakan itu
mendatangkan manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang.
Suatu tindakan dinilai baik secara moral bukan karena tindakan itu, melainkan
karena tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar bagi semua orang yang terkait,
termasuk orang yang melakukan tindakan itu. Karena itu , utilitarianisme tidak
bersifat egois. Semakin banyak orang yang terkena akibat baik suatu kebijaksanaan
atau tindakan , semakin baik tindakan tersebut. Jadi, etika ini tidak mengukur baik
buruknya suatu tindakan berdasarkan kepentingan pribadi atau berdasarkan akibat
baiknya demi diri sendiri dan kelompoknya sendiri.

5. Utilitarianisme sebagai Proses dan sebagai Standar Penilaian.

Secara umum etika utilitarianisme dapat dipakai dalam dua wujud yang berbeda :

1. Etika utilitarianisme dipakai sebagai proses sebagai proses untuk mengambil


sebuah keputusan , kebijaksanaan , ataupun untuk bertindak. Dengan kata lain ,
etika ulititarianisme dipakai sebagai prosedur untuk mengambil keputusan. Ia
menjadi sebuah metode untuk bisa mengambil keputusan yang tepat tentang
tindakan atau kebijaksanaan yang akan dilakuan.
Dalam ujud etika utilitarianisme dipakai untuk perencanaan , untuk mengatur
sasaran dan target yang hendak dicapai. Artinya, kriteria etika utilitarianisme
menjadi dasar utama dalam penyusunan program atau perencanaan , khususnya
dari suatu kegiatan yang menyangkut kepentingan banyak orang. Kriteria etika
utilitarianisme lalu berfungsi juga sebagai kriteria seleksi bagi setiap alternatif
yang bisa diambil. Artinya, semua alternatif yang ada lalu dipilih berdasarkan
sejauh mana alternative itu punya kemungkinan untuk mendatangkan manfaat
terbesar bagi sebanyak mungkin orang.

2. Etika utilitarianisme juga dipakai sebagai standar penilaian bagi tindakan atau
kebijaksanaan yang dilakukan . Yang paling pokok adalah menilai tindakan dan
kebijaksanaan lalu menjadi tidak penting. Yang paling pokok adalah menilai
tindakan atau kebijaksanaan yang telah terjadi berdasarkan akibat atau
konsekuensinya, yaitu sejauh mana ia mendatangkan hasil terbaik bagi banyak
orang.
Itu berarti, bisa saja pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk bertindak
bukanlah pertimbangan utilitarianisme . juga bisa saja hasil tersebut bukanlah
sasaran atau target baik atau tidaknya hanya dinilai berdasarkan hasil yang
dicapai, yaitu berdasarkan manfaat terbesar yang dicapai bagi banyak orang, atau
sebaliknya kalau tindakannya itu dinilai jelek secara moral, berdasarkan kerugian
terbesar yang ditimbulkan bagi banyak orang.

6. Analisis Keuntungan dan Kerugian Etika Utilitarianisme

Pertama, keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang dianalisis


jangansemata-mata dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi perusahaan, kendati
benar bahwa ini sasaran akhir. Yang juga perlu mendapat perhatian adalah keuntungan
dankerugian bagi banyak pihak lain yang terkait dan berkepentingan, baik kelompok
primermaupun sekunder. Jadi, dalam analisis ini perlu juga diperhatikan bagaimana daan
sejauhmana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis suatu perusahaan membawa akibat
yangmenguntungkan dan merugikan bagi kreditor, konsumen, pemosok, penyalur,
karyawan,masyarakat luas, dan seterusnya. Ini berarti etika utilitarianisme sangat sejalan
denganapa yang telah kita bahas sebagai pendekatan stakeholder.
Kedua, seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian
ditempatkandalam kerangka uang (satuan yang sangat mudah dikalkulasi). Yang juga
perlu mendapat perhatian serius adalah bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya
menyangkutaspek financial, melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan kepentingan
konsimen, hakkaryawan, kepuasan konsumen, dsb. Jadi, dalam kerangka klasik etika
utilitarianisme,manfaat harus ditafsirkan secara luas dalam kerangka kesejahteraan,
kebahagiaan,keamanan sebanyak mungkin pihhak terkait yang berkepentingan.
Ketiga¸bagi bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam
analisiskeuntungan dan kerugian adalah keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang.
Ini penting karena bias saja dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan tindakan
bisnistertentu sangat menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka panjang merugikan atau
paling kurang tidak memungkinkan perusahaan itu bertahan lama. Karena itu,
benefitsyang menjadi sasaran utama semua perusahaan adalah long term net
benefits.Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah konkret yang perlu
dilakukandalam membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah mengumpulkan
danmempertimbangkan alternative kebijaksanaan bisnis sebanyak-banyaknya.
Semuaalternative kebijaksanaan dan kegiatan itu terutama dipertimbangkan dan dinilai
dalamkaitan dengan manfaat bagi kelompok-kelompok terkait yang berkepentingan atau
palingkurang, alternatif yang tidak merugikan kepentingan semua kelompok terkait yang
berkepentingan. Kedua, semua alternative pilihan itu perlu dinilai berdasarkankeuntungan
yang akan dihasilkannya dalam kerangka luas menyangkut aspek-aspek
Moral. Ketiga, neraca keuntungan dibandingkan dengan kerugian, dalam aspek
itu, perludipertimbagkan dalam kerangka jangka panjang. Kalau ini bias dilakukan, pada
akhirnyaada kemungkinan besar sekali bahwa kebijaksanaan atau kegiatan yang dilakukan
suatu perusahaan tidak hanya menguntungkan secara financial, melainkan juga baik dan
etis.

7. Kelemahan Etika utilitarianisme.

Melihat daya tarik yang diberikan oleh etika utilitarianisme, ternyata terdapat bantahan
dan kelemahan dari etika tersebut , antara lain :
a. Manfaat merupakan sebuah konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataannya
praktis malah menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit . Karena, manfaat bagi manusia
berbeda antara satu orang dengan orang yang lain, apakah yang disebut manfaat itu adalah
ketentraman ataukah kemajuan ekonomis?
Sebuah tindakan bisnis bisa sangat menguntungkan dan bermanfaat bagi
sekelompok orang , tetapi yang bisa sangat merugikan sekelompok orang yang lain.
Contoh : dengan adanya industri yang masuk di daerah pedesaan, sebagian orang akan
senang dengan industri tersebut, yang disebabkan adanya lapangan kerja baru dan
terjadinya pertumbuhan di desa tersebut, akan tetapi bagi sekelompok orang yang selama
ini merasakan udara yang segar dan tidak terganggu dengan kebisingan , menjadi
terganggu dan dengannya adanya debu serta terjadinya udara bising.

b. Pendekatan persoalan klasik yang lebih filosofis sifatnya adalah bahwa etika
utilitasrianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri,
dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya. Padahal
, sangat mungkin terjadi suatu tindakan pada dasarnya tidak baik, tetapi ternyata
mendatangkan keuntungan atau manfaat.

c. Dalam kaitan dengan itu, etika utilatrianisme tidak pernah menganggap serius kemauan
atau motivasi baik seseorang. Akibatnya, kendati seseorang punya motivasi yang baik
dalam melakukan tindakan tertentu , tetapi ternyata membawa kerugian yang besar bagi
banyak orang, tindakan ini tetap dinilai tidak baik dan tidak etis. Padahal , dalam banyak
kasus , sering kita tidak dapat bisa meramal dan menduga secara persis konsekuensi atau
akibat dari suatu tindakan . sangat mungkin terjadi bahwa akibat yang merugikan dari
suatu tindakan tidak dilihat sebelumnya dan baru diketahui lama sesudahnya.

d. Variabel yang dinilai tidak semua bisa dikuantifikasi. Karena itu, sulit sekali mengukur
dan membandingkan keuntungan dan kerugian hanya berdasarkan veriabel yang ada .
Secara khusus sulit untuk menilai dan membandingkan variable moral yang tidak bisa
dikuantifikasi . populasi udara, hilangnya air bersih kenyamanan dan keselamatan kerja ,
kenyaman produk , dan seterusnya , termasuk nyawa manusia , tidak bisa dikuantifikasi
dan sulit untuk dipakai dalam menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan
manfaat – manfaatnya. Apabila terjadi kecelakaan kerja , ada ganti uang duka, misalnya
Rp. 10.000.000,- adakalanya uang tersebut bagi orang tertentu tidak ada artinya dengan
nyawa yang telah hilang, atau menebus nyawa yang telah hilang tersebut.

e. Seandainya ketiga ketiga kriteria dari etika utilitarianisme saling bertentangan , ada
kesulitan cukup besar untuk menentukan prioritas diantara ketiga nya. Misalkan saja
tindakan A mempunyai manfaat 40 % dan dinikmati oleh 60 % persen orang. Sedangkan
tindakan B mendatangkan manfaat 60 % tetapi dinikmati hanya 20 % sama 40 %
orang . Manakah yang harus diprioritaskan : mamfaat terbesar atau jumlah terbesar dari
orang – yang menikmati mamfat itu kendati mamfaatnya lebih kecil.

f. Kelemahan yang paling pokok dari etika utiltirianisme adalah bahwa utilitarianisme
membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan mayoritas
( criteria ke dua ). Jadi, kendati suatu tindakan merugikan bahkan melanggar hak dan
kepentingan kelompok kecil tertentu , tapi menguntungkan sebagian besar orang yang
terkait, tindakan itu tetap dinilai baik dan etis. Artinya, etika utilitarianisme membenarkan
penindasan dan ketidak adilan , tanpa menghirakan kenyataan bahwa tidakan yang sama
ternyat merugikan segelintir orang tertentu.

Jadi, suatu kebijakn bisnis akan dinilai baik dan etis kalau menguntungkan atau
paling kurang tidak merugikan – sebahagian besar kelompok terkait yang
berkepentingan , kendati merugikan satu kelompok terkait yang berkepentingan .
konkretnya , kendati suatu kebijaksanaan bisnis merugikan kepentinga buruh - karena
dibayar urah- tapi kalau menguntungkan bagi banyak pilihan lain- penyalur , pemasok,
kreditor, konsumen, dan seterusnya – kebijaksanaan ini akan dinilai baik dan etis.

tanggapan Kritis

1. Kesulitan Menentukan Nilai Suatu Akibat.

Mengikuti etika normatif utilitarianisme kita tentu tidak mudah menetukan mana akibat
lebih baik (lebih berguna) dari beberapa tindakan. Dalam kehidupan kita kita seringkali
berhadapan dengan berbagai pilihan. Contoh, pergi ke sekolah, mengunjungi anggota
keluarga yang sakit, makan mie pangsit. Kita sulit menetukan mana lebih baik pergi ke
sekolah atau mengunjungi keluarga yang sakit. Makan mie pangsit tentu membuat kita
merasa kenyang apalagi bagi orang yang suka mie pangsit, tindakan makan mie pangsit
tentu sangat berguna karena memberi kepuasan. Pergi ke sekolah akan membuat kita bisa
pintar. Sekarang bagaimana mentukan akibat yang lebih baik dari tindakan tersebut? Inilah
kelemahan pertama etika normatif utilitarianisme ini.

2. Bertentangan dengan Prinsip Keadilan

Kelemahan kedua dari teori utilitarianisme ini adalah teori ini bertentangan dengan prinsip
keadilan. Sebagai contoh, karena pembangunan jalan tol, pemerintah dengan mudah
mengusir keluarga Sukribo. Alasan yang diberikan adalah membangun jalan tol lebih
berguna daripada membiarkan rumah Pak Sukribo tidak dibongkar. Alasan ini tampaknya
masuk akal. Akan tetapi alasan ini bertentangan dengan keadilan. Adalah tidak boleh
mengorbankan manusia demi kepentingan manusia lain. Dengan prinsip utilitarianisme
pemerintah gampang saja mengadakan penggusuran dengan alasan demi kepentingan
umum. Di sini kemanusiaan orang yang digusur dikorbankan. Hal inilah yang
bertentangan dengan prinsip keadilan yakni mengorbankan manusia.
DAFTAR PUSTAKA

https://spidolbekas.wordpress.com/2012/10/21/etika-utilitarianisme-dalam-bisnis/

http://bachdim25.blogspot.com/2013/10/bab-3-etika-utilitarianisme-dalam-bisnis.html

https://www.taupasar.com/2019/11/definisi-etika-utilitarianisme-dalam.html

http://yueziruwan.blogspot.com/2013/09/etika-utilitarianisme-dalam-bisnis.html

https://repository.unikom.ac.id/60524/1/06%20ETIKA%20UTILARISME.ppt

http://anacahyaningrum.blogspot.com/2019/05/memahami-konsep-etika-
utilitarianisme.html

Anda mungkin juga menyukai