Anda di halaman 1dari 68

7+ Struktur Organisasi Yayasan Pendidikan, Umum,

Sosial dan Sekolah


by Boston
Struktur organisasi yayasan – yayasan adalah suatu badan hukum non-pemerintah yang
didirikan oleh perusahaan nirlaba dengan maksud dan tujuan yang bersifat sosial,
keagamaan, kemanuasiaan, keagamaan dan lain sebagainya.

Adapun untuk mendirikan sebuah yayasan biasanya akan dilakukan dengan akta notaris
yang memiliki status badan hukum yang jelas karena yayasan sendiri merupakan sebuah
badan hukum resmi sehingga harus mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia.

Jadi tidak bisa sembarang orang dapat mendirikan sebuah yayasan tanpa memiliki tujuan
yang bersifat sosial dan umumnya mereka yang mendirikan yayasan akan bekerja sama
dengan LSM, institusi pemerintah ataupun kelompok masyarakat setempat.

Daftar Isi [show]

Contoh Struktur Organisasi Yayasan

Struktur organisasi yayasan merupakan susunan komponen atau unit kerja dalam
organisasi yang memiliki ketergantungan untuk menunjukkan adanya pembagian tugas
sebagaimana fungsi dan kegiatan yang berbeda untuk di koordinasikan bersama.

Sebagai badan hukum yang resmi, tentunya yayasan memiliki dasar hukum yang kuat dan
telah diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 dan Peraturan  Pemerintah No. 63
Tahun 2008.

Yayasan di sini sebenarnya tidak memiliki anggota atau pemegang saham seperti PT atau
semacamnya, akan tetapi digerakkan oleh organ-organ yayasan baik pengawas, Pembina
dan jajaran staff pengurus sebagai pelaksana harian.
Untuk itu bagi Anda yang ingin mengetahui contoh struktur organisasi yayasan baik itu
yayasan umum, masjid, pendidikan islam, sekolah swasta, TK, paud, sosial, dll bisa
melihat beberapa contoh berikut ini.

1. Struktur Organisasi Yayasan Pendidikan

Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi pendidikan yang ada di
Indonesia diantaranya :

 Yayasan Pendidikan Dharma Karya

ypdharmakaryajkt.sch.id
 Yayasan Pendidikan Islam Al-Qudwah
yayasanislamalqudwah.blogspot.com
 Yayasan Pendidikan Islam Annahdoh
y
piannahdoh.blogspot.com
2. Struktur Organisasi Yayasan Umum

Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi yayasan umum yang ada di
Indonesia diantaranya :

 Yayasan Umum Lembaga Konsumen Indonesia


ylki.or.id
3. Struktur Organisasi Yayasan Menurut Undang-Undang

Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi yayasan menurut undang-
undang di Indonesia yaitu :

almuttaqientm.
wordpress.com
4. Struktur Organisasi Yayasan Sosial

Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi yayasan sosial yang ada di
Indonesia diantaranya :

 Yayasan Sosial Pelangi91


pe
langi91.org
 Yayasan Sosial Intan Bhakti Pertiwi

insanbha
ktipertiwi.or.id
5. Struktur Organisasi Yayasan Sekolah
Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi yayasan sekolah yang ada di
Indonesia diantaranya :

 Yayasan TK Nasional Plus Tunas IBLAM

t
unasiblam.sch.id
 Struktur Organisasi Yayasan PAUD

pa
ud.id
6. Struktur Organisasi Yayasan Masjid

Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi yayasan masjid yang ada di
Indonesia diantaranya :
 Yayasan Masjid Saifillah

 Yayasan Masjid Baitul Hikmah 

ba
itulhikmah-cimanggis.com
7. Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantren

Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi yayasan pondok pesantren
yang ada di Indonesia diantaranya :

 Yayasan Pondok Pesantren Darul Istiqamah

el
marzsinjai.wordpress.com
 Yayasan Pondok Pesantren Al Ihsan Baron

ponp
esbaron.id
Baca juga :

 Struktur Organisasi Koperasi Sekolah, Simpan Pinjam, UKM dan Tugasnya


 Contoh Struktur Organisasi OSIS Terbaru [Lengkap]
Struktur Organisasi Yayasan dan Tugasnya

Setelah mengetaui contoh struktur organisasi yayasan, berikut ini akan dijabarkan jabatan
dan semua tugas-tugasnya secara umum yang terdiri atas.

1. Dewan Penasehat

Dewan penasehat adalah badan tertinggi sebuah yayasan yang bertugas untuk menjaga
dan memastikan pelaksanaan kerja dan semua kegiatan yayasan telah sesuai dengan visi,
misi dan tujuan yang semestinya.

Selain itu tugas dan wewenang dewan penasehat juga meliputi :

 Memberikan masukan kepada ketua umum


 Memberikan pengawasan dan rekomendasi kepada seluruh pengurus agar tetap
menjaga kondisi persatuan dan kesatuan
 Memotivasi para pengurus dalam menjalankan tugas-tugasnya
2. Ketua Umum

Ketua umum adalah bagian yang bertugas untuk melakukan pengawasan, arahan dan
nasihat kepada semua pengurus dalam menjalankan program kegiatan yayasan.

Adapun tugas dan wewenang ketua umum meliputi :

 Melakukan pemeriksaan dokumen pembukuan dan keuangan yayasan


 Ketua berhak mengetahui semua kegiatan yang telah dijalankan oleh pengurus
 Mengkoordinasikan program kerja yayasan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pertanggung jawaban
3. Bendahara Umum

Bendahara umum bagian yang bertugas untuk melakukan pengelolaan keuangan yayasan
serta beberapa hal lain seperti :

 Membuat laporan keuangan bulanan / tahunan


 Berkoordinasi dengan masing-masing devisi dalam mengatur keuangan di setiap
kegiatan yayasan
 Memberikan masukan dan saran terhadap penggunaan keuangan yayasan
 Bertanggung jawab penuh kepada ketua divisi
4. Sekertaris Umum

Sekertaris umum adalah bagian yang bertugas untuk mengelola semua kegiatan
administrasi yayasan dan hal lain seperti :

 Melakukan kegiatan surat menyurat yang dibutuhkan oleh yayasan


 Mengatur arus dokumen yayasan
 Membuat bahan presentasi dan proposal
 Melakukan kegiatan arsip dokumen tertulis untuk yayasan
 Bertanggung jawab penuh terhadap ketua umum
5. Kepala Divisi Sosial

 Membantu dan mendampingi ketua umum dalam menjalankan tugas yayasan


sesuai dengan bidangnya
 Mengatur dan memimpin divisinya dalam menjalankan program kerja, pengaturan
pendanaan dan membina anggotanya
 Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas program yayasan yang berhubungan
dengan kegiatan sosial
 Mengusulkan dan menciptakan program yang bermanfaat bagi yayasan dalam misi
sosial
 Bertanggung jawab kepada ketua umum
6. Kepala Divisi Pendanaan dan Pemberdayaan Ekonomi

 Membantu dan mendampingi ketua dalam menjalankan tugas sesuai bidang


kerjanya
 Memimpin divisi dalam melaksanakan program kerja, pendanaan dan keutuhan
anggota
 Membuat program penggalangan dana yang berkesinampungan untuk menopang
kebutuhan yayasan
 Mewakili ketua apabila berhalangan hadir sesuai bidang tugasnya
7. Kepala Divisi Humas

 Membantu dan mendampingi ketua dalam menjalankan tugas sesuai bidangnya


 Mengatur divisi dan memimpin dalam pembuatan program kerja, pendanaan dan
mengatur kekompakan anggota
 Mengkoordinir semua program yang berhubungan dengan komunikasi internal
maupun eksternal
 Membangun jaringan kerjasama untuk menguatkan relasi yang ada
 Melakukan sosialisasi yayasan ke publik yang sifatnya tidak melanggar aturan yang
ada
8. Divisi Pendidikan

 Membantu dan mendampingi ketua dalam menjalankan tugas sesuai bidangnya


 Bertanggung jawab untuk menyusun program kerja yayasan yang berhubungan
dengan masalah pendidikan
 Menggantikan ketua umum jika berhalangan hadir dalam bidang acara pendidikan
9. Divisi Dakwah

 Membuat jadwal pembicara disetiap acara kajian


 Membuat program acara kajian keagamaan
 Mengkoordinir kegiatan kajian akhwat dan ikhwan
 Membuat pengumuman semua kegiatan yang berkaitan dengan dahwah
10. Divisi Pembangunan

 Membuat rencana anggaran rehabilitasi dan pembangunan


 Membuat program kerja berhubungan dengan kegaitan pembangunan
 Melaksanakan program pembangunan sesuai dengan jadwal pelaksanaan
11. Divisi Perlengkapan dan Pemeliharaan
 Mendata segala kerusakan sarana dan prasarana yang ada di yayasan
 Mengatur keindahan, kenyamanan dan kebersihan
 Melakukan perbaikan sarana dan prasarana

ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA


YAYASAN PENDIDIKAN BAITUL ULUM BRAWIJAYA
204

ANGGARAN RUMAH TANGGA


YAYASAN PENDIDIKAN BAITUL ULUM BRAWIJAYA

BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Selain pengurus yang ditentukan, dalam Keanggotaan Pengurus, terdiri dari ;
1) Anggota Badan Pengurus Kehormatan, adalah mereka yang dipilih dan diangkat langsung oleh sesepuh dan
atau Ketua Yayasan untuk tugas-tugas khusus.
2) Anggota Badan Pengurus Biasa, adalah mereka yang dipilih dan diangkat berdasarkan hasil musyawarah
dengan memperhatikan saran-saran dan acuan dari sesepuh dan atau Ketua Yayasan.
BAB II
PENGURUS YAYASAN
Pasal 2
Pengurus Yayasan terdiri atas dengan tugasnya masing-masing:
1)    Dewan Penasehat
2)    Ketua
3)    Wakil Ketua
4)    Sekretaris
5)    Bendahara
6)    Anggota

Pasal 3
1) Kewajiban anggota Badan Pengurus Kehormatan :
a) Mentaati AD/ART Yayasan.
b) Memelihara dan menjaga nama baik Yayasan.
2) Hak anggota Badan Pengurus Kehormatan :
a) Memberikan pendapat dan saran-saran.
b) Membela diri atau memperoleh pembelaan.
c) Memperoleh penghargaan.
Pasal 4
1) Kewajiban anggota Badan Pengurus Kehormatan :
a) Mentaati AD/ART Yayasan.
b) Memelihara dan menjaga nama baik Yayasan.
2) Hak anggota Badan Pengurus Biasa :
a) Memilih dan dipilih, dengan memperhatikan saran dan acuan dari sesepuh dan atau Ketua Yayasan.
b) Memberikan pendapat dan saran-saran.
c) Membela diri atau memperoleh pembelaan.
d) Memperoleh penghargaan dan menggunakan fasilitas Yayasan.
BAB III
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 5
1) Penasehat, mempunyai tugas dan wewenang :
a) Memberikan nasehat, arahan dan pertimbangan kepada pengurus, diminta maupun tidak diminta.
2) Ketua, mempunyai tugas dan wewenang :
a) Menjalankan roda keberlangsungan hidup Yayasan.

b) Memberi penjelasan kepada masyarakat.

c) Mengangkat dan memberhentikan anggota pengurus, Kepala Sekolah, Kepala Madrasah, staf, guru, dan
karyawan.

d) Membuat Rancangan Anggaran Penerimaan dan Belanja Yayasan (RAPBY).

e) Mengawasi dan memeriksa keuangan Yayasan.


3) Wakil Ketua, mempunyai tugas dan wewenang :
a) Mewakili Ketua apabila berhalangan.

b) Membantu tugas-tugas Ketua.


4) Sekretaris, mempunyai tugas dan wewenang :
a) Membuat nomor kode surat dan mengarsipkan surat keluar masuk.

b) Menyusun dan mengagendakan bersama-sama Ketua, mengkordinasikan dan menertibkan administrasi


Yayasan.

5) Bendahara, mempunyai tugas dan wewenang :


a) Menerima, membukukan dan mengamankan keuangan Yayasan.

b) Menyediakan keuangan berdasarkan kebutuhan.

c) Mendistribusikan keuangan berdasarkan anggaran.

d) Menyampaikan laporan berkala pada musyawarah Pengurus.


e) Mengelola dan mengembangkan keuangan Yayasan.

f) Mengeluarkan bisyarah Pengurus, Kepala, Staf, Guru dan Karyawan.

g) Mengeluarkan uang Yayasan harus ada rekomendasi Ketua Yayasan.

h) Bersama Kepala Sekolah dan Kepala Madrasah menyusun RAPBS/RAPBM.

i) Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan Anggaran Penerimaan dan Belanja Yayasan (APBY).

6) Kepala Sekolah/Madrasah, mempunyai tugas dan wewenang :


a) Menyelenggarakan kegiatan pendidikan.

b) Menentukan dan mengevaluasi pembagian kerja bagi Staf  di bawahnya.

c) Melakukan pembinaan terhadap Staf dan Guru.

d) Memberi rekomendasi dan penilaian atas prestasi Staf dan Guru yang dipimpinnya.

e) Membuat RAPBS/M.

f) Bertanggungjawab atas tunggakan keuangan unit.

g) Membuat laporan pertanggung-jawaban secara berkala kepada Bagian Pengajaran.

BAB IV
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
Pasal 6
1) Pengangkatan
a) Pengurus; pengangkatan anggota Pengurus dilaksanakan melalui rapat anggota Pengurus.
b) Kepala Sekolah/Madrasah; pengangkatan Kepala Sekolah/Madrasah dilaksanakan melalui rapat anggota
Pengurus berdasarkan minimal 2 orang calon yang diajukan unit yang dipilih secara demokratis dalam rapat
terbuka.
c) Staf Sekolah/Madrasah; pengangkatan Staf Sekolah/Madrasah dilaksanakan dengan prosedur sebagai
berikut :
(1)   Rekruitment oleh Kepala Sekolah/Madrasah.
(2)   Meminta rekomendasi pada pihak-pihak yang dianggap berkompeten.
(3)   Pengangkatan yang bersangkutan oleh Ketua Yayasan.
d) Karyawan, pengangkatan karyawan Sekolah/Madrasah dilaksanakan melalui rapat anggota Pengurus.
 

2) Pemberhentian
a) Pemberhentian anggota Pengurus, dilaksanakan sesuai Anggaran Dasar Yayasan Pasal 11.

b) Kepala Sekolah/Madrasah, Staf, Guru dan Karyawan dinyatakan berhenti, karena :

(1) Masa jabatannya berakhir.

(2) Atas permintaan sendiri.

(3) Diberhentikan oleh rapat pengurus, karena melakukan tindakan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan, dengan prosedur sebagai berikut :
– Peringatan lisan secara kekeluargaan, maksimal 2 kali.
– Teguran tertulis 1 kali.
– Peringatan tertulis 1 kali
– Pencabutan amanat dari yang bersangkutan.

BAB V
KRITERIA DAN SYARAT PENGANGKATAN
Pasal 7
Kriteria pengangkatan Kepala Sekolah/Madrasah, Staf, Guru dan Karyawan :
1) Latar belakang pendidikan :
a) Alumnus pondok pesantren salaf maupun modern.

b) Sarjana perguruan tinggi Islam maupun umum.

c) Aktifis organisasi keagamaan.

d) Kebijakan Sesepuh dan atau Ketua Yayasan.

 
2) Profil yang diutamakan :
a) Mampu membaca al-Qur’an dengan fasih.

b) Menguasi ilmu alat dengan baik, bagi pemegang bidang studi agama.

c) Memiliki pengetahuan tentang perkembangan sosial kemasyarakatan.

d) Sehat jasmani dan mental.


e) Berakhlaqul karimah.

f) Memiliki kapabilitas dalam disiplin ilmunya.

g) Mampu mengajar dengan baik.

h) Memiliki loyalitas dan bertanggungjawab kepada Yayasan.

i) Bisa menjadi teladan bagi siswa/santri.

Pasal 8
Syarat-syarat Kepala Sekolah/Madrasah :
1) Kepala Sekolah/Madrasah minimal telah mengabdi selama 3 tahun, atau sesuai petunjuk Sesepuh dan atau
Ketua Yayasan.

2) Kepala Sekolah/Madrasah tidak merangkap jabatan sebagai anggota Pengurus.

3)  Memenuhi persyaratan akademis, yaitu :

a) Untuk MTS/SMA, minimal sarjana S1.

b) Untuk Madrasah Diniyah Awaliyah/Wustho, minimal alumni pesantren dengan kualifikasi keilmuan agama
yang mempuni.

BAB VI
MASA JABATAN

Pasal 9
1) Pengurus, masa jabatannya adalah 3 tahun dan dapat dipilih kembali.
2) Kepala Sekolah/Madrasah dan staf, masa jabatannya adalah 3 tahun.
3) Kepala Sekolah/Madrasah dan Staf dapat dipilih kembali melalui prosedur yang telah ditetapkan.
BAB VII
KODE ETIK GURU
Pasal 10
1) Disiplin waktu.
2) Menjaga keaktifan Sekolah/Madrasah.
3) Berkewajiban menyampaikan materi sesuai kurikulum.
4) Tidak merokok saat mengajar.
5) Jika terpaksa udzur, hendaklah mengajukan surat ijin terlebih dahulu dan atau memberi tugas.
6) Menjaga nama baik dan citra Yayasan.
7) Saling mengingatkan antara sesama anggota pengurus, Kepala Sekolah/Madrasah, Staf, Guru dan karyawan.
8) Hadir pada rapat, breefing, dan pertemuan-pertemuan lain dengan disiplin.
9) Mematuhi dan menghormati semua tata tertib yang telah ditetapkan Yayasan.
10) Berpakaian rapi dan sopan.
BAB VIII
RAPAT-RAPAT
Pasal 11
1) Rapat pengurus diadakan sesuai Anggaran Dasar Yayasan Pasal 15.
2) Rapat Sekolah/Madrasah diadakan sesuai ketentuan masing-masing, dan dipimpin oleh Kepala
Sekolah/Madrasah atau yang diberi mandat.
3) Rapat penyusunan RAPBS/M diadakan menjelang berakhirnya tahun pelajaran, selambatnya satu bulan
sebelum akhir tahun pelajaran.
5) Rapat penyusunan RAPBY diadakan selambatnya satu bulan setelah tersusunnya RAPBS/M.
6) Rapat Yayasan dengan Kepala Sekolah/Madrasah dan Staf diadakan sekurangnya satu kali dalam 6 bulan.
7) Rapat bersama antara Pengurus dan Guru diadakan sekurang-kurangnya sekali setahun.
 

 
BAB IX
SUMBER DAN PENGELOLAAN KEUANGAN
Pasal 12
1) Tanah wakaf
2) Pendapatan bulanan berupa syahriyah santri.
3) Pendapatan non bulanan yang terdiri dari :
a) Pendaftaran.
b) DSP (Dana Sumbangan Pendidikan).
c) Herregistrasi/DU (Daftar Ulang).
d)  Pendapatan lain yang bersifat insidentil.
4) Bantuan masyarakat yang halal dan tidak mengikat.
5) Bantuan instansi Pemerintah dan swasta yang halal dan tidak mengikat.
6) Dana ujian
7) Retribusi kantin/pedagang.
Pasal 13
1) Semua dana wajib disetorkan kepada Yayasan melalui rekening yayasan.
2) Dana yang dikelola Sekolah/Madarasah, sesuai dengan peruntukan dan pendapatannya ialah :
a) Dana Bantuan Pemerintah, kecuali bantuan fisik.
b) Pendapatan Bulanan dan Non Bulanan.
c) Dana ujian.
d) Hasil pengembangan usaha masing-masing unit, bukan dari hasil sumbangan masyarakat.
BAB X
BISYARAH
Pasal 14
Bisyarah terdiri dari :
1) Bisyarah Pengurus Yayasan.
2) Tunjangan Hari Raya (THR).
3) Tunjangan jabatan, yang diperuntukkan bagi Kepala Sekolah/Madrasah, Wakil Kepala, TU dan Wali Kelas.
4) Tunjangan Pengabdian, yang diperuntukkan bagi Guru dengan melihat lama pengabdiannya, yaitu :
a) Golongan A, diatas 15 tahun
b) Golongan B, antara 10 sampai 15 tahun
c) Golongan C, antara 5 sampai 10 tahun
6) HR mengajar Guru dihitung berdasarkan beban mata pelajaran dan jam.
7) HR guru piket berdasarkan kehadiran.
8) Transportasi kehadiran.
Pasal 15
1) Bisyarah Pengurus Yayasan, Tunjangan Hari Raya (THR), dan Tunjangan Pengabdian bagi Guru
ditanggungkan kepada Yayasan.
2) Tunjangan jabatan, HR dan Transportasi kehadiran Guru ditanggungkan kepada masing-masing unit atas
persetujuan Yayasan.
BAB XI
CUTI
Pasal 16
Hak untuk mendapatkan cuti dibedakan menjadi :
1) Hak cuti umum, yaitu hak untuk libur pada hari-hari yang diliburkan Yayasan dan akan tetap mendapatkan
bisyarah.
2) Cuti bersyarat, yaitu cuti yang diakibatkan kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya.
3) Hak cuti bersyarat diberikan kepada yang memerlukan melalui pengajuan ijin cuti terlebih dahulu kepada
Yayasan.
4) Bagi guru yang dinyatakan cuti bersyarat tetap diberikan tunjangannya, kecuali HR dan Transportasi
mengajarnya yang akan diberikan kepada penggantinya.
BAB XII
SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Pasal 17
1) Semua pengadaan sarana dan prasarana Yayasan dan unit-unitnya dilaksanakan oleh Bidang Sarana dan
Prasarana dan dikontrol dan disetujui oleh Yayasan.
2) Perawatan sarana dan prasarana pendidikan dilaksanakan oleh masing-masing unit dan dibebankan pada
keuangan unit.
BAB XIII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 18
1) ART akan ditinjau kembali bila dianggap perlu.
2) Koreksi terhadap ART ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
3) Setiap komponen YPI-QF diharuskan mengetahui dan mengamalkan isi AD/ ART ini.
4) Peraturan ini berlaku sejak ditetapkan.
5) Hal-hal yang belum diatur dalam ART ini akan ditetapkan kembali dalam peraturan tambahan.

ADART YPI
ADART YAYASAN PENDIDIKN ISLAMPACET
YAYASAN PENDIDIDKAN ISLAM AL-MIFTAH PACET
Sekretariat: Kp. Babakan Tanjung Rt 02 Rw 01 Desa Tanjungwangi Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA


YAYASAN PENDIDIDKAN ISLAM AL-MIFTAH PACET
ANGGARAN DASAR
MUQADDIMAH
‫ِيم‬
ِ ‫الرح‬ َّ ِ ‫بِ ْس ِم هَّللا‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬
            Dalam menyikapi era globalisasi yang diwarnai oleh semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka seluruh manusia yang mendambakan kenyamanan dan keseimbangan hidup harus pula
membekali dirinya dengan keimanan dan ketaqwaan.

            Pancasila sebagai falsafah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi warga Negara
Republik Indonesia adalah sebagai suatu landasan kehidupan yang mengandung nilai-nilai keseimbangan lahiriah
dan bathiniyah sehingga menjadikan kehidupan yang sejahtera bagi pengamalnya, permasalahan yang timbul
adalah ternyata Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu tingkat kesadaran dan kualitas manusianya belum sama
bahkan cenderung masih lemah. Padahal potensi untuk itu ternyata masih cukup tersedia pada dirinya dan
terutama di lingkungan generasi muda sebagai pewarisnya.

Keteladanan Nabi Muhammad Saw membuktikan bahwa pendayagunaan sumber daya manusia membutuhkan
satu pusat kelembagaan atau institusi pendidikan dan pengajaran, dakwah islam dan pengembangan sosial budaya
dan itu telah menghasilkan pembinaan umat yang sempurna, sejahtra lahir dan batin serta diridoi oleh Allah Swt.

            Terdorong oleh kondisi dan situasi yang seperti tersebut di atas, maka sambil memohon ridho dan
kekuasaan kepada Allah SWT, Yayasan Pendidikan Islam Al-Miftah Pacet mengembangkan kiprahnya dalam
menanamkan keimanan dan ketakwaan umat yang diwarnai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
berwawasan lingkungan.

Kesuksesan pembangunan manusia sempurna (insan kamil) dan pembinaan masyarakat Islam, banyak terfokus
pada kesempurnaan peribadatan serta pendidikan. Dengan kesempurnaan peribadatan serta pendidikan ini – baik
pendidikan yang berorientasi hati maupun akal,insan-insan yang bertaqwa, berbudi luhur, berilmu yang amaliyah
dan beramal ilmiyah, bertanggungjawab terhadap agama, bangsa dan negara, diharapkan lebih mudah untuk
diwujudkan

            Usaha tersebut insya Allah diwujudkan dalam bentuk perpaduan antara Pendidkan Formal dari mulai
TK/RA sampai Perguruan Tinggi. Non Formal PAUD, PKBM, dan Pendidikan Pesantren dari Kitab-kitab
Kuning Allusunnah Waljama’ah ditambah dengan keterampilan Otomotif, LKP Komputer dan
Pertanian/peternakan serta Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Iptek. Untuk mencapai usaha tersebut, maka perlu
disusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan Pendidikan Islam Al-miftah Pacet yang
diuraikan sebagai berikut:

BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN STATUS
PASAL 1
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Yayasan ini bernama ”YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-MIFTAH PACET “ (selanjutnya disebut
yayasan) dan berkedudukan di Jalan Raya Majalaya – Pacet Kp. Babakan Tanjung Rt 02/ 01 Desa Tanjungwangi
Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

PASAL 2
STATUS
Yayasan ini terdaftar secara resmi di kantor notaris pada tanggal 23 Nopember 2015, sesuai Akta Notaris  ARIS
ISKANDARIAH, S.H.,MKn. 23 Nopember 2015, Surat Keputusan Mentri Hukum dan
Ham AHU.0025308.AH.01.04.Tahun 2015 dan berlaku  untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.
BAB II
AZAS, VISI DAN MISI
PASAL 3
AZAS
Yayasan ini berazaskan :

1. Agama Islam berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist.


2. berhaluan Ahlus-Sunnah wa al-Jamaah.
3. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
PASAL 4
VISI
Berperanan sebagai pusat ibadah dan perkembangan ilmu serta membentuk masyarakat yang berilmu, beriman
dan beramal soleh dan menjunjung tinggi tradisi, santun dalam bersikap dan meraih kemuliaan hidup dalam
kebahagiaan dunia dan akhirat.

PASAL 5
MISI
Membina akhlak dan budi pekerti.

1. Menyelengarakan kegiatan peribadatan dan dakwah demi tersebarnya syiar Islam dan nilai-nilai keislaman
yang rahmatan lil ‘alamin dan moderat dalam kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia.
2. Mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan Iptek dan Kebudayaan.
3. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pelayanan yang modern, profesional dan islami dalam
rangka pemabangunan karakter bangsa,demi meningkatnya kecerdasan intelektual, emosisonal dan
spiritual umat secara terpadu dan meningkatnya daya saing bangsa Indonesia serta kebangkitan kembali
umat islam.
4. Meningkatkan pelayanan pendidikan bagi masyarakat.
5. Menyediakan segala kelengkapan untuk kemudahan beribadah, mewujudkan dan memperbanyakkan
aktiviti-aktiviti keilmuan kearah melahirkan masyarakat yang berketerampilan.
6. Membangkitkan daya juang bagi kemuliaan hidup dan kebahagiaan masa depan.
BAB III
LAMBANG DAN ATRIBUT
PASAL 6
LAMBANG DAN ATRIBUT
Lambang :

1. Bingkai segi lima ( 5 ) melambangkan landasan Negara yang di simbolkan Pancasila


2. warna kuning : yang membingkai melambangkan kemakmuran, Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi
logis, energi sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, loyalitas, tekanan mental, persepsi,
pemahaman, kebijaksanaan. Merangsang aktivitas mental dan menarik perhatian, Sangat efektif digunakan
pada blogsite yang menekankan pada perasaan bahagia dan kekanakan
3. Warna Hijau : melambangkan simbul Religius dalam menanamkan pondasi dasar akidah dalam pembinaan
peserta didik
4. Warna Biru ; Melambangkan dan menanamkan minat yang tinggi dan budi pekerti yang luhur dan tidak
mudah terkontaminasi.
5. Buku Yang terbuka: melambangkan semua peserta didik di berikan pemahaman yang luas dan tidak
panatik dalam berkeyakinan
6. 5. Tangga Penyanggah: melambangkan tingkatan pendidikan formal yang di garaf, TK/RA SD/MI
SMP/MTS MA/SMA dan perguruan tinggi
BAB IV
TUJUAN DAN UPAYA
PASAL 8
TUJUAN
Tujuan Yayasan ini:

 Meningkatkan kualitas ibadah masyarakat demi terciptanya muslim yang bertaqwa, berbudi luhur,
berpengetah uan mumpuni, cakap dan terampil serta bertanggungjawab terhadap agama, bangsa dan
negara.
 Membumikan ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal Jama’ah untuk terwujudnya tatanan
masyarakat yang maslahat, sejahtera serta demi terciptanya rahmat bagi semesta.
 Meningkatkan SDM dan fasilitas pendidikan demi tercapainya upaya peningkatan kualitas pendidikan.
PASAL 9
UPAYA
1. Menyelenggarakan Pendidikan Formal dari tingkat taman kanak-kanak s/d perguruan tinggi
(PAUD,RA/TK,MI/SD,SMP Plus,MTs Plus,MA Plus,SMK Plus,SMU Plus,Perguruan Tinggi/Universitas)
yang keseluruhannya disesuaikan dengan kurikulum Pemerintah dan Kurikulum Yayasan
2. Menyelenggarakan Pendidikan Non Formal mulai dari pendidikan Paket A, B, C, dan SSB serta ASB.
3. Menyelenggarakan pengajian umum,
4. Mendirikan koperasi Yayasan Pendidikan Islam Al-miftah Pacet
5. Menyelenggarakan Usaha-Usaha Perdagangan yang halal,
6. Mendirikan dan mengelola asrama pelajar, rumah yatim dan jompo, dan sarana kesehatan
7. Menampung dan menyalurkan minat dermawan para agnia dan simpatisan
8. Membuka dan mengelola pondok pesantren, serta mengintensifkan seluruh santri yang ada baik dari dalam
kecamatan maupun dari luar daerah
9. Menyelenggarakan Lembaga Keterampilan dan Pelatihan (LKP) Komputer,
10. Menyelenggarakan Pendidikan Keterampilan Untuk Santri dan Masyarakat Umum,
11. Menyelenggarakan Usaha Pertanian dan Agrobisnis,
12. Menyelenggarakan Usaha Peternakan dan Perikanan,
13. Menyelenggarakan Usaha Koperasi,
14. Berusaha di bidang jasa
15. Di bidang sosial, mengupayakan dan mendorong pemberdayaan di bidang kesehatan, kemaslahatan dan
ketahanan keluarga, dan pendampingan masyarakat yang terpinggirkan (mustadl’afin).
16. Di bidang ekonomi, mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan kerja/usaha untuk
kemakmuran yang merata.
1. Mengembangkan usaha-usaha lain melalui kerjasama dengan pihak dalam maupun luar Yayasan yang
bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya tatanan masyarakat madani.
BAB V
STRUKTUR DAN ORGAN YAYASAN
PASAL 10
ORGAN YAYASAN
1. Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari  Dewan Pembina, Pengawas dan  Pengurus.
2. Pengurus ini terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan beberapa divisi (sesuai kebutuhan), semuanya
diangkat oleh Dewan Pembina untuk 1 Periode (5 tahun) dan dapat dipilih kembali maksimal untuk 2 (dua)
Periode.
PASAL 11
DEWAN PEMBINA
1. Dewan Pembina adalah organ Yayasan tertinggi yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan
kepada pengurus atau pengawas.
2. Dewan Pembina terdiri dari seorang atau lebih anggota Pembina, sebanyak-banyaknya 9 orang.
3. Dalam hal terdapat lebih dari seorang anggota, maka seorang diantaranya diangkat sebagai ketua Dewan
Pembina.
4. Yang dapat diangkat sebagai anggota Dewan Pembina adalah perseorangan sebagai pendiri Yayasan
dan/atau mereka yang berdasarkan keputusan Rapat Anggota Dewan Pembina dinilai mempunyai dedikasi
yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan.
5. Dalam hal Yayasan oleh karena sebap apapun tidak mempunyai anggota Dewan Pembina, maka dalam
waktu 30 (Tiga Puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut wajib diangkat anggota Dewan Pembina
berdasarkan keputusan Rapat Gabungan Anggota Pengawas dan Anggota Pengurus Yayasan.
6. Seorang anggota Dewan Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan
secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada Dewan Pembina paling lambat 30 (Tiga Puluh) hari
sebelum tanggal pengunduran
PASAL 12
MASA JABATAN DEWAN PEMBINA
1. Masa Jabatan Dewan Pembina tidak ditentukan lamanya.
2. Jabatan anggota Dewan Pembina akan berakhir dengan sendirinya, apabila anggota Dewan Pembina
tersebut :
3. Meninggal dunia.
4. Mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat 6.
5. Tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat Dewan Pembina .
7. Dinyatakan dibawah pengampuan berdasarkan suatu penetapan pengadilan.
8. Dilarang untuk menjadi anggota Dewan Pembina berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
PASAL 13
TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PEMBINA
1. Dewan Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama Dewan Pembina.
2. Kewenangan Dewan Pembina meliputi :
3. Memegang kekuasaan tertinggi dalam Pengangkatan dan atau pemberhentian anggota Pengurus dan
anggota Pengawas Yayasan.
4. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan.
5. Menerima laporan tahunan dari Pengurus Yayasan.
6. Penunjukan likuidator dalam hal Yayasan
7. Dalam hal hanya ada seorang anggota Dewan Pembina, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan
kepada Ketua Dewan Pembina atau anggota Dewan Pembina berlaku pula baginya.
PASAL 14
PENGURUS

1. Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan yang sekurang-kurangnya
terdiri dari :
1. Seorang Ketua.
2. Seorang Sekretaris.
3. Seorang Bendahara.
 

2. Dalam hal diangkat lebih 1 (satu) orang Ketua, maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat menjadi Ketua
Umum.
3. Dalam hal diangkat lebih 1 (satu) orang Sekretaris, maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat menjadi
Sekretaris Umum.
4. Dalam hal diangkat lebih 1 (satu) orang Bendahara, maka 1 (satu) orang diantaranya,diangkat menjadi
Bendahara Umum.
PASAL 15
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
1. Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kebijakan-kebijakan dan program program yayasan
serta bertanggungjawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan Yayasan.
1. Pengurus bertanggungjawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan Yayasan.
2. Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan.
3. Pengurus berhak mewakili Yayasan di dalam dan diluar pengadilan tentang segala hal dan kejadian dengan
persetujuan dari Dewan Pembina.
4. Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal mengikat Yayasan sebagai penjamin utang dan
atau membebani Kekayaan Yayasan demi kepentingan lain.
5. Ketentuan tentang rincian wewenang dan tugas Pengurus diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga Yayasan.
Pasal 16
MASA JABATAN DAN KEANGGOTAAN PENGURUS
1. Masa Jabatan Pengurus dalam 1 (satu) periode adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali selama-
lamanya dalam 2 (dua) periode.
2. Jabatan Pengurus berakhir apabila :
3. Meninggal Dunia.
4. Mengundurkan Diri.
5. Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan.
6. Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Dewan Pembina.
7. Masa Jabatan berakhir.
8. Tidak aktif secara berturut-turut selama 1 (satu) tahun.
9. Dalam hal Anggota Pengurus mengundurkan diri maka harus memberitahukan secara tertulis mengenai
maksud tersebut kepada Pengurus dan Dewan Pembina paling lambat 30 (Tiga Puluh) hari sebelum
tanggal pengunduran dirinya.
Pasal 17
PENGAWAS
Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada Pengurus
dalam menjalankan kegiatan Yayasan.

1. Pengawas terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota Pengawas.


2. Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Pengawas, maka 1 (satu) orang di antaranya dapat diangkat
seagi Ketua Pengawas. 
Pasal 18
TUGAS DAN WEWENANG PENGAWAS
1. Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas Pengawas untuk
kepentingan Yayasan.
2. Ketua Pengawas dan satu anggota Pengawas berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengawas.
1. Pengawas berwenang memeriksa dokumen, pembukuan dan memasuki bangunan halaman atau tempat
yang dipergunakan Yayasan.
2. Mengetahui segala tindakan yang dijalankan oleh Pengurus dan memberi peringatan kepada Pengurus
Yayasan. 
Pasal 19
MASA JABATAN DAN KEANGGOTAAN PENGAWAS
1. Masa Jabatan Pengawas dalam 1 (satu) periode adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali selama-
lamanya dalam 2 (dua) periode.
2. Jabatan Pengurus berakhir apabila :
3. Meninggal Dunia.
4. Mengundurkan Diri.
5. Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan.
6. Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Dewan Pembina.
7. Masa Jabatan berakhir.
8. Tidak aktif secara berturut-turut selama 1 (satu) tahun.
9. Dalam hal Anggota Pengawas mengundurkan diri maka harus memberitahukan secara tertulis mengenai
maksud tersebut kepada Pengawas dan Dewan Pembina paling lambat 30 (Tiga Puluh) hari sebelum
tanggal pengunduran dirinya. 
BAB VI
RAPAT-RAPAT DAN PERTANGGUNGJAWABAN
PASAL 20
RAPAT-RAPAT
Rapat adalah suatu pertemuan yang dapat membuat keputusan dan ketetapan yayasan yang dilakukan di masing-
masing organ yayasan.
Rapat-rapat didalam yayasan ini terdiri dari:

1. Rapat Majelis Yayasan.


2. Rapat Dewan Pembina.
3. Rapat Pengurus.
4. Rapat Pengawas.
5. Rapat Gabungan.
6. Rapat-rapat lain yang dianggap perlu.
Pasal  21
Ketentuan lebih lanjut tentang rapat-rapat sebagaimana tersebut pada pasal 18 akan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.

PASAL 22
PEMBUKUAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
Tahun buku Yayasan adalah tahun almanak. Pengurus diwajibkan membuat pembukuan yang tertib dan benar
mengenai yaysan ini dan dipertanggungjawabkan kepada Dewan Pembina.

BAB VII
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
PASAL 23
KEKAYAAN YAYASAN
Kekayaan Yayasan ini lebih berupa tanah, bangunan dan barang-barang inventaris yang terdiri dari :

 Bangunan masjid (1 buah) dan barang-barang inventarisnya.


 Bangunan sekolah Madrasah Ibtidaiyah (berjumlah 4 ruangan kelas) serta barang-barang inventarisnya.
 Gedung Aula (berjumlah1 ruangan) .
 Bangunan sekolah Taman Kanak-kanak (berjumlah 1 ruangan kelas) serta barang-barang inventarisnya.
 1 (satu) unit bagunan tempat usaha.
 Tanah Waqaf (berupa sawah dan tanah kering)
BAB VIII
PERUBAHAN DAN PEMBUBARAN
PASAL 24
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Perubahan Anggaran Dasar Yayasan dapat dilakukan atas Keputusan Rapat Majelis Yayasan yang khusus
diadakan untuk keperluan itu dan keputusan harus disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota rapat yang
hadir.

PASAL 25
PEMBUBARAN
Pembubaran Yayasan ini hanya dapat dilakukan atas dasar keputusan Rapat Majelis Yayasan yang sengaja
diadakan untuk keperluan itu  dan dihadiri sedikitnya 3/4  dari anggota Yayasan serta disetujui oleh paling sedikit
2/3 dari jumlah anggota Yayasan yang hadir, dan penyelesaian likuidasi dilakukan oleh para anggota Pengurus.
Jika setelah likuidasi masih ada sisa kekayaan, maka sisa kekayaan yayasan tersebut harus diberikan kepada
badan yang mempunyai tujuan sama dengan Yasyasan ini atau kepada badan sosial lain yang disetujui oleh rapat
pembubaran.

PENUTUP
Hal-hal yang belum diatur atau kurang lengkap diatur dalam Anggaran Dasar ini dapat dapat diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga atau Peraturan lain yang tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.

 
ANGGARAN RUMAH TANGGA
YAYASAN PENDIDIKAN ISALAM AL-MIFTAH PACET
PEMBUKAAN
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta di dorong oleh keinginan luhur dan sadar sepenuhnya akan tanggung
jawab kami sebagai warga negara dan insan yang beragama serta memiliki kepedulian terhadap sesama, maka
dengan ini kami menyatakan bahwa kita sebagai makhluk sosial mempunyai tanggung jawab yang sama dalam
membentuk dan mempersaiapkan generasi penerus bangsa yang berkepribadian, beragama, dan berjiwa sosial
dalam tatanan masyarakan yang berperikemanusiaan.

Permasalah sosial, kemanusianan dan keagamaan yang ada di masyarakat haruslah di data dan diperhatikan
dengan kesungguhan dan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk di dalamnya elemen-elemen pemerintahan,
organisasi-organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan serta kelompok-kelompok masyarakat yang peduli dan
mempunyai tujuan dan tanggung jawab yang sama terhadap fenomena kehidupan di negri ini.

Dengan didasari kebutuhan dan kepedulian tersebut dan untuk tertib serta teraturnya mekanisme kerja serta
pemerataan tugas seluruh elemen Yayasan Pendidikan Islam Al-miftah Pacet maka disusunlah Anggaran Rumah
tangga Yayasan Pendidikan Islam Al-miftah Pacet sebagai berikut.

BAB I
UMUM
Pasal 1
Anggaran Rumah Tangga ini merupakan uaraian dan atau memuat hal-hal yang tidak atau belum di atur dalam
Anggaran Dasar

BAB 2
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Yayasan mempunyai maksud dan tujuan di Bidang Sosial, Keagamaan dan Kemanusiaan.

BAB 3
VISI,MISI,FALSAFAH, NILAI-NILAI DAN MOTO
Pasal 3
 Yayasan sebagai lembaga sosial, keagaman dan kemanusiaan perlu memiliki visi, misi, falsafah, nilai-nilai
dan moto
 Pembina, pengawas dan seluruh pengurus Yayasan harus memahami dan mengamalkan hal-hal tersebut
sebagai idealisme Yayasan
Pasal 4
Visi ( Program kerja Jangka Panjang )
Menjadikan masyarakat yang ihsan, kompeten dan sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan sunnah sehingga dapat
memotivasi perubahan sosial, moral dan akhlak menuju kebaikan bagi masyarakat di sekitarnya

Pasal 5
Misi ( Program Kerja Jangga Pendek )
 Membina, mengembangkan dan memberdayakan potensi Generasi produktif sebagai generasi penerus
bangsa
 Manjadi wadah sebagai media pendidikan untuk melaksanakan nilai-nilai islam yang berlandaskan Al-
quran dan sunah dalam kehidupan
 Membina masyarakat melalui program-program sosial, kemanusian dan keagamaan
 Memajukan dan mencerdaskan generasi bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan Formal dan non
formal
Pasal 6
Falsafah ( Pedoman )
Dikelola oleh umat, dikembangkan oleh umat demi ke maslahatan umat

Pasal 7
Nilai-nilai
Menjungjung tinggi :

1. Kebersamaan : Ukhuwah islamiyah, kerjasama, keadilan, setia kawan dan peduli


2. Pendidikan : Shidiq, Tabligh, Amanah, Fatonah ( STAF )
3. Kemandirian : Menolong diri sendiri, masyarakat, Tanggung jawab
BAB IV
ORGAN YAYASAN
Pasal 8
 Organ Yayasan yang di maksud dalam Anggaran Rumah Tangga ini, tersiri dari:
1. Pembina
2. Pengawas
3. Pengurus
 yang di maksud dalam Anggaran Rumah Tangga ini, tersiri dari:
1. Ketua Pengurus
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Pelaksana Kegiatan
5. Bidang Pendidikan Formal dan non formal
 Fakultas Tinggi
 SMA ( Aliyah )
 SMP (Tsanawiyah )
 SD ( MI )
 DT ( Diniyah Takmiliyah
 TKA-TPA PAUD
 Panti Asuahan PSAA
 Majelis Taklim
1. Bidang sosial
2. Bidang Kemanusiaan
3. Bidang Ke Agamaan
4. Koprasi
 Seluruh Pengurus Yayasan tersebut di poin ( 2 ) memegang janatan masing-masing dan menjalankan tugas
sesuai program kerja yang di tuangkan dalam buku kerja Yayasan
BAB V
PEMBINA
Pasal 9
Ruang Lingkup
 Pembina dalam organ Yayasan yang mempnyai kewenangan yang tidak di serahkan kepada pengurus atau
pengawas
 Pembina terdiri dari seorang ketua Pembina dan seorang atau lebih anggota Pembina
 Dalam hal yayasan tidak memiliki anggota Pembina, maka dalam waktu 30 ( Tiga Puluh ) hari sejak
terjadinya kekosongan tersebut wajib di angkat anggota Pembina berdsarkan keputusan rapat gabungan
anggota pengawas dan anggota pengurus.
 Anggota Pembina tidak merangkap sebagai anggota pengurus dan atau anggota pengawas
 Yang dapat menjadi anggota Pembina adalah orang perseorangan sebagai pendiri Yayasan dan atau
mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota Pembina dinilai memeiliki dedikasi yang tinggi untuk
mencapai maksud dan tujuan Yayasan
 Anggota Pembina tidak di beri gaji dan tunjangan oleh Yayasan
Pasal 10
Kewenangan
 Membuat persetujuan jika Yayasan membuat kantor cabang, baik di luar maupun di wilayah Indonesia
 Memutuskan mengenai perubahan anggaran Dasar
 Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus
 Menetapkan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar
 Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan
 Menetapkan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan
 Pengesahan laporan tahunan
 Meminta ke laporan keuangan secara rutin
 Penunjukan likuidator dalam hal yayasan dibubarkan
Pasal 11
Kewajiban
 Memahami anggaran dasar dan anggaran rumahtangga yayasan
 Mengadakan rapat pembina paling sedikit satukali dalam 1( satu ) tahun
 Mengangkat dan memberhentikan pengurus
 Mengankat dan memberhentikan pengawas
 Mengadakan rapat setiap waktu bila di anggap perlu atas permintaan tertulis dari pengurus atau pengawas
 Membuat panggilan rapat Pembina paling lambat 7 ( Tujuh ) hari sebelum rapat di adakan
 Meyelenggarakan Rapat Tahunan paling lambat Lima ( 5 ) bulan setelah tahun buku yayasan di tutup
 Melakukan evaluasi tentang
1. Kekayaan Yayasan
2. Hak dan kewajiban Yayasan
3. Analisa program kerja yayasan tahun yang lampau
4. Laporan tahunan pengurus
5. Penetapan kebijakan umum yayasan
6. Pengesahan program kerja dan aggaran tahunan Yayasan
 Meminta Laporan Bulanan dan tahunan dari pengurus mengenai:
1. Pelaksanaan Program Kerja
2. Laporan keuangan Yayasan
Pasal 12
Masa jabatan Pembina
 Masa jabatan Pembina tidak di tentukan lamanya
 Jabatan Pembina dan anggota pembina berakhir dengan sendirinya apabila
1. Meninggal dunia
2. Menhgundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis sebagaimana di atur dalam anggaran dasar pasal
7 ayat 7
3. Tidak lagi memenuhi persyaratan perundang undangan
4. Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat Pembina
5. Dinyatakan pailit atau di taruh dibawah pengampunan berdasarkan penetapan pengadilan
6. Dilarang menjadi anggota Pembina Karena paraturan perundang-undangan yang berlaku
BAB VI
PENGAWAS
PASAL 13
Ruang lingkup
 Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada
pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan
 Pengawas terdiri dari seorang ketua pengawas seorang dan atau lebih anggota pengawas
 Dalam hal yayasan tidak memiliki anggota pengawas, maka dalam kurun waktu 30 ( Tiga puluh ) hari
sejak terjadinya kekosongan tersebut wajib di angkat anggota pengawas berdasarkan keputusan rapat
Gabungan Anggota Pembina dan anggota pengurus
 Pengawas di angkat Pembina melalui rapat Pembina untuk jangka waktu 5 ( Lima ) tahun dan dapat di
angkat kembali
 Anggota pengawas tidak merangkap sebagai anggota pengurus dan atau anggota Pembina
Pasal 14
Kewenangan
 Bertindak untuk dan atas nama Yayasan
 Memasuki bangunan/ halaman lain yang digunakan yayasan
 Memeriksa dokumen
 Memeriksa pembukuan dan mencocokan nya dengan uang kas
 Mengetahui segala tindakan yang telah di jalankan oleh pengurus
 Memberi peringatan kepada pengurus
 Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara satu orang atau lebih pengurus, apabila pengurus
tersebut bertindak bertentangan dengan anggaran dasar dan atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Pasal 15
Kewajiban
 Memahami anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yayasan
 Memahami visi dan misi Yayasan
 Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh dengan tanggung jawab menjalankan tugas pengawasan
untuk kepentingan yayasan
 Memeriksa laporan-laporan dan program kerja pengurus termasuk di dalamnya memeriksa laporan
keuangan
Pasal 16
Masa jabatan
 Masa jabatan pengawas dan anggota pengawas adalah 5 ( Lima ) tahun dan dapat diangkat kembali
 Jabatan pengawas dan anggota pengawas beakhir dengan sendirinya apabila :
1. Meninggal dunia
2. Mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis sebagaimana di atur dalam anggaran dasar
3. Tidak lagi memenuhi persyaratan perundang-undangan
4. Di berhentikan berdasarkan keputusan rapat Pembina
5. Di nyatakan pailit atau di taruh dibawah pengampunan berdasarkan penetapan pengadilan
BAB VII
PASAL 17
Ruang limngkup
 Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan, yang sekurang-kurang nya
terdiri dari:
1. Seorang Ketua
2. Seorang Sekretaris
3. Seorang Bendahara
 Anggota pengurus tidak merangkap sebagai anggota Pembina dan atau anggota pengawas
 Dalam hal diangkat lebih dari seorang ketua maka Satu (1 ) orang di antaranya di angkat sebagai ketua
umum
 Dalam hal di angkat lebih dari seorang sekretaris maka 1 ( Satu ) orang di antaranya diangkat sebagai
sekretaris umum
 Dalam hal diangkat lebih dari seorang bendahara maka 1 ( Satu ) orang di antaranya diangkat sebagai
bendahara umum
 Pengurus diangkat oleh Pembina untuk jangka waktu lima ( 5 ) tahun dan dapat di angkat kembali
 Dalam hal jabatan pengurus kosong, maka dalam waktu paling lambat 30 ( tiga puluh ) hari dari
kekosongan tersebut, pengurus harus menyelenggarakan rapat untuk pengangkatan pengurus baru dan
sementara yayasan di urus oleh pengawas
 Dalam hal terjadi penggaantian pengurus, maka dalam waktu ( 30 ) tiga puluh hari dari pergantian
pengurus baru, Pembina harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Mentri Hukum da
HAM RI dan intansi terkait
 Dalam hal yayasan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan dengan pengurus
maka Yayasan di wakili oleh pengawas
Pasal 18
Kewenangan
 Pengurus tidak dapat merangkap sebagai Pembina, pengawa, atau pelaksana kegiatan
 Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan yayasan
 Pengurus berhak mewakili Yayasan didalam dan diluar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala
kejadian, dengan pembatasan terhadap hal-hal sebagai berikut:
1. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Yayasan ( tidak termasuk mengambil uang yayasan di Bank
)
2. Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha baik dialam negri
maupun diluarnegri.
3. Memberi atau menerima pengalihan harta tetap
4. Memberi atau dengan cara lain mendapatkan /memperoleh harta – harta atas nama Yayasan
5. Menjual atua dengan cara lain melepaskan kekayaan yayasan serta menggunakan / membebani kekayaan
yayasan
6. Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, pengurus dan atau pengawas
Yayasan atau seorang yang bekerja pada Yayasan, yang perjanjian tersebut bermanpaat bagi tercapainya
maksud dan tujuan Yayasan
 Pengurus tidak berwenang dalam hal
1. Mengikat yayasan sebagai penjamin utang
2. Membebani kekayaan yayasan untuk kepentingan pihak lain
3. Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan yayasan, pengurus dan atau pengawas
yayasan atau seseorang yang bekerja pada yayasan, yang perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya
maksud dan tujuan yayasan
 Ketua bersama-sama dengan salah seorang anggota pengurus lainya berwenang bertindak untuk dan atas
nama pengurus serta mewakili yayasan
 Pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegiatan yayasan berdasarkan keputusan
pengurus
Pasal 19
Hak dan Kewajiban
 Memahami Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yaysan
 Memahami visi dan misi Yayasan
 Pengurus wajib membuat program kerja dan rancangan Anggaran tahunan Yayasan untuk di sahkan oleh
Pembina
 Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang di tanyakan oleh pengawas
 Setiap anggota pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalan \kan tuganya dan
mengindahkan peraturan perundang-undangan yang belaku
 Ketua harus menjalankan segala tugas dan wewenang yayasan
 Sekretaris bertugas mengelola administrasi yayasan
 Bendahara bertugas mengelola keuangan Yayasan dan membuat Rancangan Anggaran pendapatan Belanja
Yayasan
 Pengurus dapat menerima gaji, upah, atau honorarium apabila pengurus yayasan:
1. Bukan pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan pendirian dan pengawas
2. Melaksanakan Kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh
 Pengurus berkewajiban menyusun dan menggariskan pola-pola kebijakan umum yayasan, secar khusus
pengurus bertindak atas nama dan bertanggung jawab kepada Pembina atas pelaksanaan kebijakan-
kebijakan yang telah di gariskan meliputi:
1. Pengangkatan Pelaksan Kegiatan
2. Perekrutan pegawai
3. Pencarian Dana Kegiatan
4. Pengelola Keuangan
 Pengurus berhak mendapatkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
Pasal 20
Uraian Tugas Pengurus
 KETUA PENGURUS, bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan yayasansehingga tercapai Visi
dan Misi Yayasan, tugas pokoknya adalah:
1. Melaksanakan semua ketentuan dasar yayasan dalam AD/ART peraturan khusus dan kebijakan Yayasan
2. Menentukan dan memutuskan semua ketentuan dan kebijakan dalam rangka pengembangan Yayasan
berupa program pelayanan kepda masyarakat dan meminta masukan dari ketua bidang sosial, Ketua
Bidang Kemanusiaan, ketua bidang ke agamaan dan pengurus lainya
3. Memberikan arahan dan meminta laporan dari ketua bidang sosial, Ketua bidang kemanusiaan, ketua
bidang keagamaan dan pengurus lainnya mengenai perkembangan Yayasan
4. Menyelenggarakan rapat-rapat ( Rapat Pengurus, Rapat Gabungan ) dalam mengambil keputusan penting
5. Bertintadak sebagai wakil dari yayasan
6. Menandatangani semua surat-surat dan dokumentasi penting yayasan
7. Mempertanggung jawabkan perkembangan yayasan di depan Rapat tahunan
 SEKRETARIS, bertugas melaksanakan kesektariatan pengurus dan yayasan meliputi:
1. Menyimpan dan menyusun surat-surat dokumentasi yayasan dalam Dokumen yang baik dan yang benar
sehingga memudahkan apabila ada audit / pemeriksaan
2. Membantu ketua pengurus dalam menyelenggarakan rapat-rapat, terutama dalam menyusun acara dan
agenda rapat
3. Membantu Ketua Bidang dalam pembuatan surat-surat penting ( Proposal, Undangan dan lain – lain )
4. Ikut menandatangani surat-surat penting dan dokumentasi yayasan
5. Membantu ketua pengurus dalam menyusun konsep dasar AD/ART yayasan, peraturan khusus, dan
kebijakan yayasan
6. Membantu Ketua Pengurus dalam menyusun laporan pertanggung jawaban Yayasan dalam Rapat Tahunan
7. Membuat Notula Rapat dan mendistribusikannya
 BEDAHARA, bertanggung jawab terhadap masalah
1. Membantu dan mengawasi keluar masuknya keuangan Yayasan
2. Menyusun perencanaan profit dan loss dari perencanaan Yayasan
1. Menyusun Laporan dan Analisa Laporan Keuangan ( Bulanan, Kwartal, Tahunan )
2. Mengambil dan menyetor keuangan yayasan kepada bank yang di tunjuk
3. Melakukan tutup buku setiap bulan dengan menginput semua data
4. Membuat dan menerbitkan laporan keuangan aktual bulanan, kwartalan, Tahunan, baik yang berbentuk
standar maupun yang berbentuk khusus dan mempublikasikan laporan tersebut setelah di tandatangani
ketua pengurus dan pengawas
5. Membuat Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Yayasan ( RAPBY )
6. LAIN-LAIN yang berhubungan dengan ke uangan
Masa Jabatan
Pasal 21
 Masa jabatan pengurus adalah 5 ( Lima ) tahun dan dapat di angkat kembali
 Jabatan pengurus berakhir dengan sendirinya apabila:
1. Meninggal dunia
2. Mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis sebagaiman diatur dalam Anggaran Dasar
3. Tidak memenuhi persyaratan perundang-undangan
4. Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat Pembina
5. Dinyatakan pailit atau di taruh dibawah pengampunan berdasarkan penetapan pengadilan
6. Masa jabatan terakhir
BAB VIII
PELAKSAN KEGIATAN
Pasal 22
 Yang dapat di angkat sebagai pelaksan kegiatan yayasan adalah orang persorangan yang mampu
melakukan perbuatan hokum dan tidak pernah di nyatakan pailit atau di pidana karena melakukan tindakan
yang merugikan yayasan, Masyarakat, atau Negara berdasarkan keputusan pengadilan dalam jangka waktu
5 ( lima ) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut bekekuatan tetap
 Pelaksana kegiatan di angkat oleh pengurus bedasarkan keputusan rapat pengurus untuk jangka waktu
yang di tentukan oleh rapat pengurus dan dapat di angkat kembali dengan tidak mengurangi keputusan
rapat pengurus untuk memberhentikan sewaktu-waktu
 Pelakasana kegiatan Yayasan bertanggung jawab kepada pengurus
 Pelaksana kegiatan menerima gaji, upah atau honorarium yang jumlahnya ditentukan berdasarkan rapat
pengurus
 Untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan, yayasan menjalankan kegitatan sebagai berikut:
1. Bidang Sosial
2. Bidang Kemanusiaan
3. Bidang Keagamaan
BAB IX
BIDANG SOSIAL
Pasal 23
Ruang Lingkup
 Yang di maksud dengan Bidang Sosial dalam Anggaran Rumah Tangga ini adalah pelaksana kegiatan
Sosial yang di angkat oleh pengurus melaluiRapat putusan
 Dalam hal pelaksanaan kegiatan diangkat seorang ketua Bidang Kegiatan Sosial yang bertanggung jawab
kepada pengurus
Pasal 24
Tugas dan tanggung jawab
 Dalam hal pencapaian tujuan yayasan, Ketua Bidang Sosial bertanggung jawab untuk melaksanakan
kegiatan sosial yang meliputi :
1. Mengadakan dan menyelenggarakan kursus-kursus, bimbingan belajar, dan pendidikan umum di mulai
dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ), kelompok bernain ( KOBER ), Taman kanak-kanak
( TK ), Sekolah Dasar ( SD ), Sekolah Menengah Pertama ( SMP ), Sekolah Menegah Atas ( SMA ) atau
Sekolah Kejuruan hingga tingkat Tinggi
2. Mendirikan Panti Asuhan, menyantunu Anak Yatim, Panti Jompo, Ppanti Wereda
3. Rumah Sakit, poliklinik, dan Laboratorium
4. Penbinaan Olahraga
5. Penelitian di Bidang Ilmu Pengetahuan
6. Studi Banding
7. Pencarian dana untuk Kegiatan dan Oprasional Yayasan
 Membuat program kerja tahunan dan mempersentasikannya pada rapat pengurus dan atau rapat
tahunanatau 3 ( Tiga ) bulan sebelum tahun kerja terakhir
 Mengajukan Anggaran pembiayaan kegiatan 3 ( Tiga ) bulan sebelum kerja terakhir
 Memberikan laporan perkembangan dan laporan pelaksanaan program dengan mengacu pada buku-buku
yayasan
 Bekerja sama dengan pengurus dalam usaha mengembangkan yayasan
 Mempublikasikan program-program kegiatan yang ada dibawah tanggumg jawabnya
BAB X
BIDANG KEMANUSIAAN
Pasal 25
Ruang Lingkup
 Yang di maksud dengan bidang kemanusiaan dalam Anggaran Rumah Tangga ini adalah Pelaksana
Kegiatan Kemanusiaan yang di angkat oleh pengurus melalui Rapat Pengurus
 Dalam hal pelaksaan kegiatan di angkat seorang Ketua Bidang Kegiatan Kemanusiaan yang bertanggung
jawab kepada pengurus
Pasal 26
Tugas dan Tanggung Tawab
 Dalam hal pencapaian tujuan Yayasan, Ketua Bidang Kemanusiaan yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan kegiatan kemanusiaan yang meliputu:
1. Memberi bantuan kepada korban Bencana Alam
2. Memberi bantuan kepada pakir miskin, tuna wisma, dan gelandangan
3. Melestarikan lingkungan hidup
4. Mendirikan dan menyelenggarakan rumah singgah dan rumah duka
5. Memberikan perlindungan konsumen
6. Pencarian dana untuk kegiatan dan Oprasional Yayasan
 Membuat progaranmkerja tahunan dan mempresentasikan pada rapat pengurus dan atau rapat tahunan atau
3 ( tiga ) bulan sebelum tahun kerja berakhir
 Mengajukan anggaran pembiayaan kegiatan 3 ( Tiga ) bulan sebelum tahun kerja berakhir
 Memberikan laporan pembangunan dan laporan pelaksanaan program dengan mengacu pada baku kerja
yayasan
 Bekerja sama dengan pengurus lain dalam usaha mengembangkan Yayasan
 Mempublikasikan program-program kegiatan yang ada dibawah langsung ( jadwalna )
BAB XII
RAPAT-RAPAT
PASAL 27
Rapat, Pembina, Pengawas, Pengurus
 Rapat Pembina/pengawas/pengurus diadakan paling lambat sekali dalam satu tahun dan paling lambat lima
bulan setelah tahun buku yayasan di tutup
 Rapat Pembina, pengawas, pengurus dapat juga dilaksanakan setiap waktu bila di anggap perlu atas
permintaan tertulis dari anggota Pembina, pengawas dan atau pengurus
 Panggilan rapat Pembina/pengawas/pengurus dilakukan oleh Pembina secara langsung atau melalui surat
dengan mendapatkan tanda terima paling lambat 7 ( tujuh ) hari sebelum rapat diadakan dengan tidak
memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat
 Panggilan rapat harus mencantumkan hari /tanggal/waktu/tempat dan agenda rapat
 Rapat Pembina, pengawas, dan pengurus di adakan di tempat kedudukan yayasan atau diwilayah lain yang
disepakati
 Rapat Pembina di pimpin oleh ketua Pembina, dan jika ketua Pembina tidak hadir atau berhalangan maka
rapat Pembina atau berdasarkan surat kuasa
 Rapat pengawas di pimpin oleh ketua pengawas, dan jika ketua pengawas tidak hadir atau berhalangan
maka rapat pengawas di pimpin oleh seorang yang dipilih dari anggota pengurus atau berdasarkan surat
kuasa
 Rapat pengurus di pimpin oleh ketua pengurus, dan jika ketua pengurus tidak hadir atau berhalangan maka
rapat pengurus di pimpin oleh seorang yang di pilih dari anggota pengurus dan atau berdasarkan surat
kuasa
 Rapat Pembina/pengawas/ pengurus adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat selam:
1. Dihadiri paling sedikit 2/3 dari jumlah undangan rapat
2. Dalam hal kuorum tidak tercapai maka dapat diadakan panggilan rapat Pembina/pengawas/ pengurus
kedua
1. Dala hal panggilan rapat kedua di sampaikan surat dengan mendapatkan tanda terima, paling lambat 7
( Tujuh ) hari sebelum rapat di adakan dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat
2. Rapat Pembina / pengawas/pengurus di lkukan paling cepat 10 ( Hari ) dan paling lambat 21 ( Duapulu
satu ) hari terhitung sejak rapat pertama
3. Rapat kedua adalah sah dan mengikat apabila di hadiri paling sedikit ½ dari undangan rapat
4. Rapat Pembina/pengawas/pengurus di ambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat
5. Dalam hal keputusan musyawarah untuk mupakat tidak tercapai maka dapat di ambil berdasarkan suara
setuju lebih dari seperdua jumlah suara yang sah
Pasal 28
Rapat Tahunan
 Pembina wajib menyelenggarakan rapat tahunan setiap tahun paling lambat 5 ( Lima ) bulan setelah buku
yayasan ditutup
 Dalam rapat tahunan Pembina melakukan:
1. Evaluasi tentang harta kekayaan, Hak dan kewajiban yayasan tahun yang lampau sebagai dasar
pertimbangan bagi perkiraan mengenai perkembangan yayasan untuk tahun yang akan dating
2. Pengesahan laporan tahunan yang di ajukan pengurus
3. Menetapkan kebijakan umum yayasan
4. Pengesahan program kerja da Rancangan Anggaran Belanja Yayasan
 Pengesahan laporan tahunan oleh Pembina dalam rapat tahunan berarti memberikan pelunasan dan
pembebsan tanggung jawab sepenuhnya kepada para anggota pengurus dan pengawas atas pengurusan dan
pengawasan yang telah di jalankan selam satu tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut tercermin
dalam laporan tahunan
Pasal 29
Rapat Gabungan
 Rapat gabungan diadakan oleh pengurus dan pengawas untuk mengangkat Pembina apa bila yayasan tidak
mempunyai Pembina
 Rapat gabunga diadkan paling lambat 30 ( Tiga puluh ) hari terhitung sejak yayasan tidak lagi mempunyai
Pembina
 Panggilan rapat gabungan di lakukan oleh pengurus
 Panggilan rapat gabungan di sampaikan kepada setiap pengurus dan pengawas secara langsung atau
melalui surat dengan mendapatkan tanda terima, paling lambat 7 ( Tujuh ) hari sebelum rapat di adakan
dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat
 Panggilan rapat harus mencantumkan hari, waktu dan tempat agenda rapat
 Rapat gabungan di adakan di tempat kedudukan Yayasan atau diwilayah lain yang disepakati
 Rapat gabunga di pimpin oleh ketua pengurus dan jika ketua Pembina tidak hadir atau berhalangan maka
rapat gabungan di pimpin oleh pengawas dan jikaketua pengurus atau pengawas tidak hadir atau
berhalangan maka rapat gabungan di pimpin oleh salah seorang yang di pilih dari anggota pengurus atau
anggota pengawas
 Rapat gabungan adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:
1. Di hadiri paling sedikit 2/3 dari jumlah undangan rapat
2. Dalam hal kuorum tidak tercapai maka dapat di adakan panggilan rapat gabungan kedua
3. Dalam hal panggilan rapat kedua di sampaikan surat dengan mendapatka tanda terima, paling lambat 7
( Tujuh ) hari sebelum rapat diadakan dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat
4. Rapat gabunga dilakukan paling cepat 10 ( Sepuluh ) hari dan paling lambat 21 ( Dua pulu satu ) hari
terhitung sejak rapat pertama
5. Rapat kedua adalah sah dan mengikat apabila di hadiri sedikit ½ dari anggota pengurus dan ½ dari anggota
pengawas
6. Rapat gabungan di ambil berdasarkan rapat musyawarah mupakat
7. Dalam hal keputusan musyawarah untuk mupakat tidak tercapai maka dapat di ambil berdasarkan suara
setuju lebih dari serdua jumlah suara yang sah
 Setiap gabungan di buat berita acara rapat yang di tandatangani oleh ketua rapat 1 ( Satu ) orang anggota
pengurus atau pengawas
 Penandatanganan sebagaimana di maksud dalam ayat 9 ( Sembilan ) tidak disaratkan apabila berita acara
rapat di buat deganakta notaris
 Anggota Pengurus dan Anggota Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan
rapat gabungan dengan ketentuan semua pengurus dan pengawas memberikan persetujuan mengenai
usulan yang diajukan secara tertulis dengan mennadatangani usul tersebut
BAB XIII
TAHUN BUKU
Pasal 30
1. Tahun buku yayasan di mulai dari tanggal 1 ( Satu ) januari sampai dengan tanggal 31 ( Tiga puluh satu )
Desember
2. Untuk pertama kalinya tahun buku yayasan di mulai pada tanggal dari akta pendirian yayasan dan ditutup
pada tanggal 31 ( tiga o\puluh satu ) Desember
BAB XIV
PERUBAHAN ANGGARAN
Pasal 31
1. Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat di lakukan berasarkan keputusan rapat pengurus dan
disahkan oleh Pembina
2. Salinan perubahan yang akan di ajukan beserta pemberitahuan tertulis mengenai rapat yang akan di adakan
harus disampaikan kepada setiap pengurus selambat-lambatnya 5 (lima ) hari sebelum rapat diadakan
3. Perubahan Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat diterima selam tidak bertentangan dengan :
4. Anggaran Dasar Yayasan
5. Undang-undang mengenai Yayasan yang berlaku di wilayah hukum tempat dimana yayasan berada
BAB XV
PENUTUP
 Setiap perubahan atau peneyempurnaan Anggaran Rumah Tangga ini harus di putuskan dalam rapat
pengurus
 Hal-hal yang belum di atur dan belum cukup di atur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur
kemudian dalam pelaturan Yayasan pendidikan Isalam Al- Miftah
 Demikian Anggaran Rumah Tangga ini di buat untuk pertama kalinya, dan di sah kan di Tanjungwangi
desember Tahun 2015
 

       ATAS NAMA KUASA RAPAT                                                                           PENGURUS

             KETUA                                                                                                        SEKRETARIS


 

   ONO SUMARNO                                                                                  AI KULSUM,S.Pd.I


DISAHKAN OLEH

Pembina Yayasan Pendidikan Islam Pacet

AGUS BUDIONO
ANGGARAN DASAR
2 Votes

ANGGARAN DASAR
YAYASAN ASAASUNNAJAH TEGALGLAGAH
 
MUKADIMAH
 
Bismillahirahmanirrahim

Bahwa sesungguhnya terciptanya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani, cerdas dalam
berfikir dan bertindak, dan sejahtera secara lahir dan batin yang dilingkupi dengan jiwa yang
taqwa kepada Allah SWT dengan berpedoman pada ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah an
Nahdiyah merupakan cita-cita luhur didirikannya Yayasan ASAASUNNAJAH TEGALGLAGAH.

Untuk mencapai cita-cita luhur tersebut, secara umum Yayasan Asaasunnajah Tegalglagah
bergerak dalam bidang sosial, kemanusiaan, dan keagamaan. Sebagai wujud nyata Yayasan
Asaasunnajah Tegalglagah berkiprah dalam pembinaan sumber daya manusia melalui pendidikan,
pemberian bantuan/santunan bagi yang membutuhkan, dan penyelenggaraan usaha-usaha yang
menguntungkan dan halal, serta peningkatan gerakan sosial kemasyarakatan yang diwujudkan
dalam upaya-upaya antara lain:

1. Melalui pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar berupa Madrasah Ibtidaiyah
Tahdzibul Fuad.
2. Melalui pendidikan non formal berupa Taman Pendidikan Quran Tahdzibul Fuad
3. Melalui usaha-usaha produktif yang menguntungkan dan halal melalui  usaha Perdagangan,
Pertanian, Peternakan, dan Biro Jasa lainnya
4. Melalui kajian keagamaan dan pelayanan peribadatan berupa  Pesantren, Masjid dan Badan
amil zakat, infak sodaqoh.
Sehubungan dengan itu, dengan niat yang tulus dan dilandasi dengan dasar jiwa pengabdian yang
tinggi yang mengedepankan semangat keikhlasan, kejujuran, dan kerukunan, serta dengan
mengharap rahmat, hidayah, inayah, dan ridlo Allah SWT, Yayasan Asaasunnajah Tegalglagah
bermaksud untuk mewujudkan cita-cita tersebut dengan Anggaran Dasar yang dibuat pertama
kalinya pada tanggal 23 Ramadhan 1432 H / 23 Agustus 2011 M dan telah dirubah melalui Rapat
Pembina sebagai berikut :

Iklan
LAPORKAN IKLAN INI

BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1

1. Yayasan ini bernama YAYASAN ASAASUNNAJAH TEGALGLAGAH dan selanjutnya disebut


yayasan pada Anggaran Dasar ini.
2. Yayasan Asaasunnajah Tegalglagah berkedudukan dan berkantor pusat di Desa Tegalglagah
Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes, dan akan membuka kantor cabang di tempat
lainnya, apabla dipandang perlu.
 

BAB II
VISI DAN MISI YAYASAN
Visi

Pasal 2

Yayasan ini memiliki visi :

“Mengantarkan masyarakat Islam berpendidikan, berbudaya, berkepribadian, dan berakhlak luhur


sebagai perwujudan masyarakat Islam yang Rahmatan Lil Alamin”.

Misi

Pasal 3

Misi Yayasan ialah:

1)   Meningkatkan pendidikan dan pengajaran pada semua unit pendidikan di bawah Yayasan.

2)   Membina manusia muslim yang taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan sempurna, cakap dan
terampil serta bertanggung jawab terhadap agama, bangsa dan negara.

3)   Membendung kebudayaan yang bertentangan dengan Islam atau kepribadian manusia.

4)   Mengantarkan anak yatim-piatu, fakir miskin dan orang jompo yang beragama Islam sebagai
bagian muslim yang berpendidikan dan bermartabat.

BAB III
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP KEGIATAN
Maksud dan Tujuan

Pasal 4

Yayayasan mempunyai maksud dan tujuan di bidang :

1. Sosial.
2. Kemanusiaan.
3. Keagamaan.
Ruang Lingkup Kegiatan

Pasal 5
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, Yayasan menjalankan kegiatan sebagai
berikut :

1. Dalam bidang sosial, antara lain :


1)   Menyelenggarakan pembinaan untuk kemajuan generasi muda;

2)   Pemberdayaan masyarakat, melalui : panti asuhan yatim piatu dan anak terlantar, dan
kegiatan pelestarian budaya Indonesia;

3)   Studi banding peningkatan kegiatan dalam bidang pengetahuan dan kebudayaan;

4)   Menyelenggarakan lembaga pendidikan formal, misalnya : Sekolah-sekolah umum dan


kejuruan dari tingkat kelompok bermain (play group), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman
Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama, Madrasah
Tsanawiyah, Sekolah Menengah Umum, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan serta
Perguruan Tinggi; dan non formal, misalnya: Kursus-kursus, Program Keterampilan dan
Pelatihan.

1. Dalam bidang kemanusiaan, antara lain :


1)   Memberi bantuan kepada korban bencana alam;

2)   Memberikan bantuan kepada pengungsi akibat perang;

3)   Memberikan perlindungan dan bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin dan gelandangan.

4)   Memberikan dan menyelenggarakan rumah singgah;

5)   Mendirikan dan menyelenggarakan rumah pelayanan jenazah;

6)   Memberikan perlindungan konsumen;

7)   Menyelenggarakan pelestarian lingkungan hidup.

1. Dalam bidang keagamaan, antara lain :


1)   Mendirikan sarana ibadah;

2)   Menyelenggarakan pondok pesantren dan madrasah;

3)   Menerima dan menyalurkan hewan kurban, zakat, infak, dan sodaqoh amal jariyah dan lain-
lainnya;

4)   Meningkatkan pemahaman keagamaan;

5)   Melaksanakan syiar keagamaan;

6)   Studi banding peningkatan kegiatan dalam bidang keagamaan;


7)   Menyelenggarakan pendidikan agama, mengadakan penelitian, seminar, majelis ta’lim,
Kelompok Pengajian/Jam’iyyah, ceramah-ceramah dan karya-karya keagamaan, Taman
Pendidikan Al Quran.

BAB IV
JANGKA WAKTU
Pasal 6

Yayasan ini didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dan dianggap telah mulai
berdiri pada hari Selasa tanggal 23 (dua puluh tiga) Ramadhan 1432 (seribu empat ratus tiga
puluh dua) Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 23 (dua puluh tiga) Agustus 2011 (dua ribu
sebelas) Masehi.

BAB V
KEKAYAN YAYASAN
Pasal 7

Yayasan mempunyai kekayan  terdiri atas :

1. Modal awal berasal dari kekayan Pendiri yang dipisahkan berupa uang tunai sebesar Rp.
15.000.000 (lima belas juta rupiah);
2. Aset tanah hak pakai seluas 2017 m  yang berasal dari wakaf; dan
2

3. Gedung, bangunan madrasah dan seluruh fasilitas yang berada di atas lahan yang digunakan
Yayasan.
 

BAB VI
ORGAN YAYASAN
Pasal 8

Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas :

1. Pembina;
2. Pengurus; dan
3. Pengawas.
Pembina

Pasal 9

1)   Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak  diserahkan kepada
Pengurus atau Pengawas.

2)   Pembina terdiri dari seorang atau lebih anggota Pembina.

3)   Dalam hal terdapat lebih dari seorang anggota Pembina, maka seorang diantaranya diangkat
sebagai Ketua Pembina.
4)   Yang dapat diangkat sebagai anggota pembina, adalah orang perseorangan sebagai pendiri
Yayasan dan atau mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota Pembina dinilai mempunyai
dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.

5)   Anggota Pembina tidak diberi gaji dan atau tunjangan oleh Yayasan.

6)   Dalam hal yayasan oleh karena sebab apapun tidak mempunyai anggota Pembina, maka dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut wajib diangkat anggota Pembina
berdasarkan keputusan rapat gabungan anggota Pengawas dan anggota Pengurus.

7)   Seorang anggota Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan
memberitahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada Yayasan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.

Pasal 10

1)   Masa jabatan Pembina tidak ditentukan lamanya.

2)   Jabatan anggota Pembina akan berakhir dengan sendirinya apabila anggota Pembina tersebut :

1. Meninggal dunia;
2. Mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis sebagaimana diatur dalam Pasal 9
ayat 7;
3. Tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat Pembina;
5. Dinyatakan pailit atau ditaruh di bawah pengampuan berdasarkan suatu penetapan
pengadilan;
6. Dilarang untuk menjadi anggota Pembina karena peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3)   Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus dan atau anggota
Pengawas.

Tugas dan Wewenang Pembina

Pasal 11

1)        Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama Pembina.

2)        Kewenangan Pembina meliputi :

1. Keputusan  mengenai perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga Yayasan;
2. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas;
3. Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;
4. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan yang diajukan oleh
pengurus;
5. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan;
6. Pengesahan laporan tahunan Yayasan;
7. Penunjukan likuidator dalam hal Yayasan dibubarkan.
3)        Dalam hal hanya ada seorang anggota Pembina, maka segala tugas dan wewenang yang
diberikan kepada Ketua Pembina, anggota Pembina berlaku pula baginya.

 
Rapat Pembina

Pasal 12

1)        Rapat Pembina  diadakan  paling sedikit sekali dalam 1 (satu)  tahun, paling lambat dalam
waktu 5 (lima) bulan setelah akhir tahun buku sebagai  rapat tahunan,  sebagaimana  dimaksud 
dalam pasal 14, Pembina dapat juga mengadakan  rapat setiap waktu bila dianggap perlu atas
permintaan tertulis dari seorang atau  lebih anggota Pembina,  anggota Pengurus,  atau anggota
Pengawas.

2)        Panggilan  rapat Pembina dilakukan oleh Pembina secara  langsung atau melalui  surat
dengan mendapat  tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan dengan 
tidak memperhitungkan  tanggal  panggilan dan tanggal  rapat.

3)        Panggilan  rapat  itu harus mencantumkan  hari,  tanggal, waktu,  tempat dan acara rapat.

4)        Rapat Pembina diadakan di tempat kedudukan Yayasan,  atau di tempat  kegiatan Yayasan,
atau di tempat  lain dalam wilayah hukum Republik Indonesia.

5)        Dalam hal semua anggota Pembina  hadir, atau diwakili, panggilan tersebut tidak
disyaratkan dan Rapat Pembina dapat diadakan dimanapun  juga dan berhak mengambil
keputusan  yang sah dan mengikat.

6)        Rapat Pembina dipimpin  oleh Ketua Pembina,  dan  jika Ketua Pembina  tidak hadir atau
berhalangan, maka Rapat Pembina  akan dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan dari
anggota  Pembina yang hadir.

7)        Seorang anggota Pembina harus dapat diwakili oleh anggota Pembina lainnya dalam Rapat
Pembina berdasarkan surat kuasa.

Pasal 13

1)        Rapat pernbina adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :

1. Dihadiri  paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari  jumlah anggota pembina;
2. Dalam hal korum sebagaimana  dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai, maka dapat
diadakan pemanggilan  rapat pembina kedua;
3. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud  dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan paling 
lambat 7 (tujuh) hari sebelum  rapat diselenggarakan dengan  tidak memperhitungkan tanggal
panggilan  dan tanggal  rapat;
4. Rapat Pembina kedua diselenggarakan  paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21
(dua puluh satu) hari terhitung sejak rapat pembina  pertama;
5. Rapat Pembina kedua adalah sah dan berhak mengambil  keputusan  yang mengikat,  apabila
dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota Pembina.
2)        Keputusan  rapat Pembina diambil berdasarkan musyawarah  untuk mufakat.
3)        Dalam hal keputusan  berdasarkan musyawarah  untuk mufakat  tidak  tercapai maka
keputusan diambil berdasarkan  suara  setuju  lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah suara yang sah.

4)        Dalam hal suara setuju dan  tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.

5)        Tata cara pemungutan suara dilakukan  sebagai berikut  :

1. Setiap anggota pembina  yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1 (satu)
suara untuk setiap anggota pembina  lain yang  diwakilinya;
2. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan  dengan surat suara tertutup  tanpa  tanda 
tangan, sedangkan pemungutan  suara mengenai hal-hal lain dilakukan  secara  terbuka dan
ditandatangani  kecuali  ketua rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan  dari yang hadir;
3. Suara yang abstain dan suara tidak sah tidak dihitung dalam menentukan  jumlah suara yang
dikeluarkan.
6)        Setiap rapat pembina dibuat berita acara yang ditandatangai oleh ketua rapat dan sekretaris 
rapat.

7)        Penandatanganan  sebagaimana  dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratnya apabila berita
acara rapat dibuat dengan akta notaris.

8)        Pembina dapat mengambil keputusan  yang sah  tanpa mengadakan  rapat Pembina dengan
ketentuan  semua anggota Pembina telah diberitahu  secara tertulis dan semua anggota Pembina
memberikan  persetujuan mengenai  usul yang diajukan secara  tertulis  serta menandatangani 
persetujuan  tersebut.

9)        Keputusan  yang diambil  sebagaimana  dimaksud dalam ayat (8) mempunyai kekuatan
yang sama dengan keputusan  yang diambil  dengan sah dalam rapat pembina.

10)    Dalam hal hanya ada 1 (satu) orang Pembina maka dia dapat mengambil keputusan  yang sah
dan mengikat.

 
Rapat Tahunan

Pasal 14

1)        Pembina wajib menyelenggarakan  rapat tahunan setiap tahun, paling lambat 5 (lima) bulan
setelah  tahun buku Yayasan  ditutup.

2)        Dalam  rapat  tahunan, pembina melakukan :

1. Evaluasi  tentang  harta kekayaan, hak dan kewajiban Yayasan  tahun yang  lampau sebagai
dasar pertimbangan  bagi perkiraan mengenai perkembangan  Yayasan untuk tahun yang akan
datang;
2. Pengesahan  laporan  tahunan yang diajukan pengurus;
3. Penetapan kebijakan  umum yayasan;
4. Pengesahan  program kerja dan rancangan anggaran  tahunan Yavasan.
3)        Pengesahan laporan  tahunan oleh Pembina dalam rapat  tahunan berarti rnemberikan
pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada para anggota Pengurus dan
Pengawas atas pengurusan  dan pengawasan yang  telah dijalankan selama tahun buku yang lalu
sejauh tindakan  tersebut tercermin dalam  laporan  tahunan.
 

Pengurus

Pasal 15

1)        Pengurus  adalah organ Yayasan yang melaksanakan  kepengurusan  Yayasan yang
sekurang-kurangnya  terdiri dari :

1. Seorang Ketua;
2. Seorang Sekretaris;
3. Seorang Bendahara.
2)        Dalam hal diangkat  lebih dari 1 (saru) orang ketua, maka 1 (satu) orang  diantaranya 
diangkat sebagai Ketua Umum;

3)        Dalam hal diangkat  lebih dari 1 (satu) orang sekretaris maka 1 (satu) orang di antaranya 
diangkat sebagai Sekretaris Umum;

4)        Dalam hal diangkat  lebih dari 1 (satu) orang Bendahara, maka 1 (satu) orang di antaranya
diangkat sebagai Bendahara umum.

Pasal 16

1)        Yang dapat diangkat sebagai  anggota Pengurus adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan  perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan  pengurusan
Yayasan yang menyebabkan  kerugian bagi Yayasan, masyarakat atau negara  berdasarkan
putusan  pengadilan,  dalam jangka waktu 5 (lima)  tahun  terhitung sejak tanggal putusan 
tersebut berkekuatan  hukum  tetap.

2)        Pengurus diangkat  oleh Pembina melalui rapat Pembina  untuk jangka waktu 5 (lirna)
tahun dan dapat diangkat kembali  setelah masa  jabatannya  pertama berakhir,  untuk masa 
jabatan selanjutnya, dengan tidak mengurangi hak Rapat Umum Pembina untuk
memberhentikannya atau menggantinya sewaktu-waktu sebelum masa kepengurusannya 
berakhir  apabila  selama menjalankan  tugasnya  anggota  pengurus melakukan  tindakan  yang
oleh anggota Pembina dinilai merugikan Yayasan.

3)        Pengurus dapat menerima gaji, upah atau honorarium yang ditetapkan oleh Pembina sesuai
dengan kemampuan  kekayaan Yayasan, apabila Pengurus Yayasan  :

1. Bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi  dengan Pendiri, Pembina dan Pengawas; dan
2. Melaksanakan kepengurusan  Yayasan  secara  langsung dan penuh.
4)        Dalam hal  jabatan Pengurus kosong, maka dalam  jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak tanggal kekosongan, Pembina  harus menyelenggarakan  rapat untuk mengisi 
kekosongan  itu.

5)        Dalam hal semua jabatan Pengurus  kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak terjadinya  kekosongan  tersebut Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk
mengangkat Pengurus baru dan untuk sementara  Yayasan  diurus  oleh Pengawas.
6)        Pengurus berhak mengundurkan diri  dari jabatannya dengan rnemberitahukan  secara
tertulis mengenai maksudnya  tersebut  kepada Pembina paling  lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum tanggal  pengunduran dirinya.

7)        Dalam hal terdapat penggantian Pengurus Yayasan, maka dalam jangka waktu paling 
lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum  tanggal pengunduran dirinya, pengurus yang menggantikan
menyampaikan pemberitahuan  secara tertulis kepada Menteri.

8)        Pengurus  tidak dapat merangkap  sebagai Pembina,  Pengawas  atau Pelaksana  Kegiatan.

Pasal 17

Jabatan anggota Pengurus berakhir  apabila :

1)        Meninggal dunia;

2)        Mengundurkan  diri;

3)        Bersalah melakukan  tindak pidana berdasarkan  putusan pengadilan  yang diancam
dengan  hukuman paling sedikit 5 (lima)  tahun;

4)         Diberhentikan berdasarkan  keputusan Rapat Pembina;

5)        Masa  jabatan berakhir.

Tugas dan Wewenang  Pengurus

Pasal 18

1)        Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan
Yayasan;

2)        Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan  anggaran tahunan Yayasan  untuk
disahkan  pembina;

3)        Pengurus wajib memberikan penjelasan  tentang segala hal yang ditanyakan Pengawas;

4)        Setiap anggota Pengurus wajib dengan  itikad baik dan tanggung  jawab menjalankan 
tugasnya dengan mengindahkan  peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5)        Pengurus berhak mewakili Yayasan dalam dan di luar pengadilan  tentang segala hal dan
dalam segala kejadian dengan pembatasan  terhadap  hai-hal sebagai berikul  :

1. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Yayasan (tidak  termasuk mengambil  uang
Yayasan  di bank);
2. Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha baik di
dalam maupun di luar negeri;
3. Memberi atau menerima pengalihan  atas harta tetap;
4. Membeli  atau dengan cara lain mendapatkan/memperoleh  harta  tetap atas nama Yayasan;
5. Menjual atau dengan  cara lain melepaskan  kekayaan  Yayasan  serta
mengagunkan/membebani  kekayaan Yayasan;
6. Mengadakan  perjanjian dengan organisasi yang  terafiliasi dengan Yayasan,  Pembina,
Pengurus dan atau Pengawas  Yayasan atau seorang yang bekerja pada Yayasan  yang
perjanjian tersebut  bermanfaat bagi tercapainya  maksud dan tujuan Yayasan.
6)      Perbuatan Pengurus  sebagaimana  diatur dalam ayat (5) huruf a, b, c, dan  dan  f mendapat 
persetujuan dari Pembina.

Pasal 19

Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal :

1)        Mengikat Yayasan  sebagai penjamin utang;

2)        Membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan  pihak  lain;

3)        Mengadakan  perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina,
Pengurus dan atau Pengawas Yayasan atau seseorang yang bekerja pada Yayasan, yang perjanjian 
tersebut tidak ada hubungannya  bagi tercapainya  maksud dan  tujuan Yayasan.

Pasal 20

1)        Ketua Urnum bersama-sama dengan salah seorang anggota Pengurus lainnya berwenang 
bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan;

2)        Dalam hal Ketua Umum  tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal
tersebut  tidak perlu dibuktikan  kepada  pihak ketiga, maka seorang ketua  lainnya bersama-sama
dengan Sekretaris Umum atau apabila Sekretaris Umum  tidak hadir atau berhalangan karena
sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga,  seorang Ketua
lainnya bersama-sama  dengan seorang Sekretaris  lainnya berwenang bertindak untuk dan atas
nama Pengurus serta mewakili Yayasan.

3)        Dalam hal hanya ada seorang Ketua, maka segala  tugas dan wewenang yang diberikan
kepada Ketua umum berlaku juga baginya;

4)        Sekretaris Umum bertugas mengelola  administrasi  Yayasan, dalarn hal hanya ada seorang
Sekretaris, maka  segala tugas dan wewenang  yang diberikan kepada sekretaris  umum berlaku
juga baginya;

5)        Bendahara  Umum bertugas mengelola keuangan  Yayasan, dalam hal hanya ada seorang
Bendahara, maka segala  tugas dan wewenang yang diberikan kepada Bendahara Umum berlaku
juga baginya;

6)        Pembagian  tugas dan wewenang  setiap anggota Pengurus  ditetapkan  oleh Pembina
melalui rapat Pembina;
7)        Pengurus untuk perbuatan  tertentu berhak mengangkat seoralg atau lebih wakil atau
kuasanya berdasarkan surat kuasa.

 
Pelaksana Kegiatan

Pasal 21

1)        Pengurus  berwenang mengangkat dan memberhentikan Pelaksana Kegiatan Yayasan


berdasarkan keputusan  Rapat Pengurus.

2)        Yang dapat diangkat  sebagai Pelaksana Kegiatan Yayasan adalah orang-perorang yang
mampu melakukan  perbuatan  hukum dan  tidak pernah dinyatakan  pailit atau dipidana  karena
melakukan  tindakan  yang merugikan Yayasan, masyarakat  atau negara  berdasarkan  keputusan
pengadilan,  dalam jangka waktu 5 (lima)  tahun  terhitung sejak  tanggal putusan  tersebut
berkekuatan hukum  tetap.

3)        Pelaksana Kegiatan Yayasan diangkat oleh Pengurus berdasarkan  keputusan Rapat
Pengurus untuk  jangka waktu ditentukan oleh rapat Pengurus dan dapat diangkat kembali dengan
tidak mengurangi keputusan rapat Pengurus untuk memberhentikan sewaktu-waktu

4)        Pelaksana  kegiatan Yayasan bertanggung  jawab kepada Pengurus.

5)        Pelaksana Kegiatan Yayasan menerima gaji, upah atau honorarium yang jumlahnya
ditentukan berdasarkan keputusan Rapat Pengurus.

Pasal 22

1)        Dalam hal terjadi perkara di pengadilan  antara Yayasan dengan anggota Pengurus atau
apabila kepentingan  pribadi seorang anggota pengurus bertentangan  dengan Yayasan, maka
anggota Pengurus yang bersangkutan tidak berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus 
serta mewakili Yayasan, maka anggota Pengurus lainnya bertindak untuk dan atas nama Pengurus
serta mewakili  Yayasan.

2)        Dalam hal Yayasan mempunyai  kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan 
seluruh  Pengurus, maka Yayasan diwakili oleh Pengawas.

Rapat Pengurus

Pasal 23

1)        Rapat Pengurus  dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas permintaan tertulis
dari satu orang atau lebih Pengurus,  Pengawas atau Pernbina.

2)        Panggilan Rapat Pengurus dilakukan oleh Pengurus yang berhak mewakili Pengurus.
3)        Panggilan  Rapat Pengurus  disampaikan  kepada setiap anggota Pengurus secara langsung,
atau melalui surat dengan mendapat  tanda terima, paling lambat 7  (tujuh) hari sebelum  rapat
diadakan, dengan  tidak memperhitungkan  tanggal panggilan  dan tanggal  rapat.

4)        Panggilan Rapat Pengurus  itu harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara
rapat.

5)        Rapat Pengurus diadakan di tempat kedudukan  Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.

6)        Rapat Pengurus  dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah Republik Indonesia  dengan 
persetujuan Pembina.

Pasal 24

1)        Rapat Pengurus  dipimpin oleh Ketua Umum.

2)        Dalam hal Ketua Umum  tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengurus akan
dipimpin oleh seorang anggota Pengurus yang dipilih oleh dan dari Pengurus  yang hadir.

3)        Satu orang Pengurus  hanya dapat diwakili oleh Pengurus  lainnya dalam Rapat Pengurus
berdasarkan surat kuasa.

4)        Rapat Pengurus sah dan berhak mengambil  keputusan yang mengikat apabila :

1. Dihadiri  paling sedikit 2/3 (dua pertiga) jumlah Pengurus;


2. Dalam hal korum sebagaimana  dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak tercapai, maka dapat
diadakan  pemanggilan  Rapat Pengurus kedua;
3. Pemanggilan sehagaimana  yang dimaksud  dalam  ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling 
lambat 7 (tujuh) hari sebelum  rapat diselenggarakan dengan  tidak memperhitungkan tanggal
panggilan  dan tanggal  rapat;
4. Rapat Pengurus  kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh)  hari dan paling lambat 21
(dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengurus pertama;
5. Rapat Pengurus kedua sah dan berhak mengambil  keputusan yang mengikat, apabila dihadiri 
lebih dari 1/2 (satu perdua)  jumlah Pengurus.
 

Pasal 25

1)        Keputusan Rapat Pengurus harus diambil berdasarkan musyawarah  untuk mufakat.

2)        Dalam hal keputusan  berdasarkan  musyawarah untuk mufakat  tidak tercapai, maka
keputusan  diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah suara yang sah.

3)        Dalam hal suara setuju dan  tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.

4)        Pemungutan suara mengenai  diri orang dilakukan  dengan surat suara tertutup  tanpa
tanda tangan, sedangkan pemungutan  suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka,
kecuali Ketua Rapat menentukan  lain dan tidak ada keberatan  dari yang hadir.
5)        Suara abstain dan suara  yang tidak sah  tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara
yang dikeluarkan.

6)        Setiap Rapat Pengurus dibuat berita acara  rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan
1 (satu) orang anggota Pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai sekretaris  rapat.

7)        Penandatanganan  yang dimaksud dalam ayat (6) tidak diisyaratkan apabila Berita Acara
Rapat dibuat dengan akta notaris.

8)        Pengurus  dapat juga mengambil keputusan  yang sah  tanpa mengadakan Rapat Pengurus,
dengan ketentuan semua anggota Pengurus telah diberitahu secara  tertulis dan semua anggota
Pengurus memberikanpersetujuan mengenai usul yang diajukan secara  tertulis serta
rnenandatangani persetujuan  tersebut.

9)        Keputusan  yang diambil  sebagaimana  dimaksud  dalam ayat (8) mempunyai kekuatan
yang sama dengan keputusan  yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengurus.

Pengawas

Pasal 26

1)        Pengawas adalah organ Yayasan  yang bertugas melakukan  pengawasan dan memberi
nasihat  kepada Pengurus  dalam menjalankan  kegiatan Yayasan.

2)        Pengawas  terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota Pengawas.

3)        Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Pengawas, maka 1 (satu) orang di antaranya 
dapat diangkat sebagai Ketua Pengawas.

Pasal 27

1)        Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengawas  adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan  tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan  pengawasan
Yayasan yang menyebabkan  kerugian bagi Yayasan, masyarakat  atau negara berdasarkan putusan
pengadilan  dalam jangka waktu 5 (lima)  tahun terhitung sejak  tanggal putusan  tersebut
berkekuatan  hukum  tetap.

2)        Pengawas diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) 
tahun dan dapat diangkat kembali setelah masa jabatan  pertama berakhir untuk masa  jabatan
selanjutnya, dengan tidak mengurangi Hak Rapat Pembina untuk memberhentikannya atau
menggantinya sewaktu-waktu sebelum masa kepengawasannya  berakhir, apabila  selama
menjalankan tugasnya anggota Pengawas melakukan  tindakan  yang oleh anggota Pemuina dinilai
merugikan  Yayasan

3)        Dalam hal jabatan Pengawas kosong, maka dalam  jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak  terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan  rapat, untuk mengisi 
kekosongan  itu.
4)        Dalam hal semua jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk
mengangkat Pengawas baru dan untuk sementara  Yayasan  diurus  oleh Pengawas.

5)        Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya  dengan memberitahukan  secara
tertulis mengenai maksudnya kepada pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum  tanggal
pengunduran  dirinya.

6)        Dalam hal terdapat penggantian Pengawas  Yayasan, maka dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari  terhitung sejak  tanggal dilakukan penggantian Pengawas Yayasan,
Pembina wajib menyampaikan pemberitahuan  secara tertuilis kepada Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dan instansi terkait.

7)        Pengawas tidak dapat merangkap sebagai Pembina, Pengurus atau Pelaksana  Kegiatan.

Pasal 28

Jabatan Pengawas  berakhir  apabila :

1)        Meninggal  dunia;

2)        Mengundurkan  diri;

3)        Bersalah melakukan  tindakan pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam
dengan  hukurnan  penjara paling  sedikit 5 (lima)  tahun;

4)        Diberhentikan  berdasarkan  keputusan Rapat Pembina;

5)        Masa  jabatan  berakhir.

 
Tugas dan Wewenang Pengawas

Pasal 29

1)        Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh  tanggung jawab menjalankan tugas
pengawasan  untuk kepentingan  Yayasan.

2)        Ketua Pengawas  dan satu anggota Pengawas  berwenang  bertindak  untuk dan atas nama
Pengawas.

3)        Pengawas berwenang :

1. Memasuki bangunan,  halaman atau tempat  lain yang dipergunakan Yayasan;


2. Memeriksa dokumen;
3. Memeriksa pembukuan  dan mencocokkannya  dengan uang kas atau;
4. Mengetahui  segala  tindakan yang  telah dijalankan Pengurus;
5. Memberi  peringatan kepada Pengurus.
4)        Pengawas dapat memberhentikan untuk semenatara 1 (satu) orang atau lebih pengurus,
apabila Pengurus tersebut  bertindak bertentangan  dengan Anggaran  Dasar dan atau peraturan
perundang-undangan  yang berlaku.

5)        Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkutan  disertai alasannya.

6)        Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari  terhitung  sejak tanggal pemberhentian sementara  itu,
Pengawas  diwajibkan untuk rnelaporkan  pemberhentian  itu secara  tertulis kepada Pembina.

7)        Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima oleh Pembina
sebagaimana  dimaksud dalam ayat (6), maka Pembina wajib memanggil  anggota Pengurus  yang
bersangkutan untuk diberi kesempatan membela  diri.

8)        Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari  terhitung  sejak tanggal pembelaan diri sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (7), Pembina dengan keputusan Rapat Pernbina wajib :

1. Mencabut  keputusan  pemberhentian  sementara,  atau


2. Memberhentikan  anggota Pengurus  yang bersangkutan.
9)        Dalam hal Pembina  tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat  (7)
dan ayat (8) maka pemberhentian sementara batal demi hukum, dan yang bersangkutan  menjabat
kembali jabatannya semula.

10)    Dalam hal seluruh Pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara Pengawas
diwajibkan mengurus Yayasan.

 
Rapat Pengawas

Pasal 30

1)        Rapat Pengawas dapat diadakan setiap waktu bila dianggap  perlu atas permintaan  tertulis
dari seorang atau lebih Pengawas atau Pembina.

2)        Panggilan Rapat Pengawas dilakukan oleh Pengawas yang berhak mewakili Pengawas.

3)        Panggilan Rapat Pengawas disampaikan kepada setiap Pengawas secara langsung,  atau
melalui surat dengan mendapat  tanda terima paling lambat 7 (tujuh) hari sebelurn  rapat
diadakan, dengan  tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal  rapat.

4)        Panggilan Rapat  itu harus mencantumkan  tanggal, waktu,  tempat dan acara rapat.

5)        Rapat Pengawas  itu harus diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan
Yayasan.

6)        Rapat Pengawas dapat diadakan di tempat  lain dalam wilayah  hukum Republik  Indonesia 
dengan persetujuan Pembina.

Pasal 31
1)        Rapat Pengawas  dipimpin oleh Ketua Umum.

2)        Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan,  maka Rapat Pengawas akan
dipimpin oleh satu orang Pengawas  yang dipilih oleh dan dari Pengawas yang hadir.

3)        Satu orang anggota Pengawas hanya diwakili oleh Pengawas  lainnya dalam Rapat Pengawas
berdasarkan  surat kuasa.

4)        Rapat Pengawas sah dan berhak mengambil  keputusan yang mengikat apabila :

1. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua pertiga)  dari jumlah pengawas;


2. Dalam hal korum  sebagaimana  dimaksud dalam ayat (4) huruf a, tidak tercapai, maka dapat
diadakan  pemanggilan  Rapat Pengawas  kedua;
3. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud  dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan  tanggal  rapat;
4. Rapat Pengawas  kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21
(dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengawas  pertama.
5. Rapat Pengawas kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat,  apabila
dihadiri paling sedikit 1/2 (satu perdua)  jumlah pengawas.
Pasal 32

1)        Keputusan Rapat Pengawas  harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat

2)        Dalam hal keputusan  berdasarkan musyawarah untuk mufakat  tidak tercapai, maka
keputusan  diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu perdua)  jumlah suara yang sah.

3)        Dalam hal suara setuju dan  tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.

4)        Pemungutan  suara mengenai diri orang dilakukan  dengan surat suara tertutup  tanpa 
tanda tangan, sedangkan pemungutan  suara mengenai  hal-hal lain dilakukan secara terbuka,
kecuali Ketua Rapat menentukan  lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.

5)        Suara abstain dan suara yang tidak sah  tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara
yang dikeluarkan.

6)        Setiap Rapat Pengawas dibuat berita acara yang ditandatangani oleh ketua rapat dan 1
(satu) orang anggota Pengurus  lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai sekretaris  rapat.

7)        Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita Acara
Rapat dibuat dengan akta Notaris.

8)        Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat Pengawas,
dengan ketentuan semua Pengawas telah diberitahu secara tertulis dan semua Pengawas
memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara  tertulis dengan menandatangani 
usul tersebut.

9)        Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) mempunyai kekuatan yang
sama dengan keputusan  yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengawas.
Rapat Gabungan

Pasal 33

1)        Rapat Gabungan  adalah  rapat yang diadakan oleh Pengurus  dan Pengawas untuk
mengangkat Pernbina, apabila Yayasan tidak lagi mempunyai Pembina.

2)        Rapat gabungan diadakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari  terhitung sejak Yayasan  tidak
lagi rnempunyai  Pembina.

3)        Panggilan Rapat Gabungan dilakukan  oleh Pengurus.

4)        Panggilan Rapat Gabungan disampaikan kepada setiap Pengurus dan Pengawas secara 
langsung, atau melalui surat dengan mendapat  tanda terima, paling  larnbat 7 (tujuh) hari
sebelum  rapat diadakan dengan  tidak memperhitungkan  tanggal panggilan  dan tanggal  rapat.

5)        Panggilan Rapat Gabungan  harus mencantumkan  tanggal, waktu,  tempat  dan acara rapat.

6)        Rapat Gabungan  diadakan di tempat kedudukan  Yayasan atau di tempat kegiatan  yayasan.

7)        Rapat Gabungan dipimpin oleh Ketua Pengurus.

8)        Dalam hal Ketua Pengurus  tidak ada atau berhalangan  hadir, maka Rapat Gabungan
dipirnpin  oleh Ketua Pengawas.

9)        Dalam hal Ketua Pengurus dan Ketua Pengawas  tidak ada atau berhalangan hadir, maka
Rapat Gabungan dipimpin  oleh Pengurus  atau Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengurus dan
Pengawas  yang hadir.

Pasal 34

1)        Satu dari Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat Gabungan
berdasarkan surat kuasa.

2)        Satu orang Pengawas hanya dapat diwakili oleh Pengawas  lainnya dalam Rapat Gabungan
berdasarkan  surat kuasa.

3)        Setiap Pengurus  atau Pengawas yang hadir berhak mengeluarkan  1 (satu) suara dan
tarnbahan  1 (satu) suara untuk setiap Pengurus  atau Pengawas lain yang diwakilinya.

4)        Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan  dengan surat suara tertutup  tanpa tanda
tangan, sedangkan pemungutan  suara mengenai  hal-hal  lain dilakukan secara terbuka, kecuali
Ketua Rapat menentukan  lain dan tidak ada keberatan  dari yang hadir.

5)        Suara abstain dan suara yang tidak sah dianggap  tidak dikeluarkan dan dianggap  tidak ada.

Korum dan Putusan Rapat Gabungan

Pasal 35
1)        a. Rapat Gabungan  adalah sah dan berhak mengambil keputusan  yang mengikat apabila
dihadiri paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari  jumlah anggota Pengurus dan 2/3 (dua pertiga) dari
jumlah anggota Pengawas.

1. Dalam hal korum sebagaimana  dimaksud  dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai, maka dapat
diadakan pemanggilan Rapat Gabungan kedua.
2. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan  tanggal
panggilan  dan  tanggal  rapat.
3. Rapat Gabungan  kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh)  hari dan paling lambat 21
(dua puluh satu) hari terhitung  sejak Rapat Gabungan Pertama.
4. Rapat Gabungan kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat  apabila
dihadiri paling sedikit 1/2 (satu perdua) dari jumlah anggota Pengurus  dan 1/2 (satu per dua)
dari jumlah anggota Pengawas.
2)        Keputusan Rapat Gabungan  sebagaimana tersebut di atas ditetapkan  berdasarkan
musyawarah  untuk mufakat.

3)        Dalam hal keputusan  berdasarkan  musyawarah untuk mufakat  tidak tercapai, maka
keputusan  diambil dengan pemungutan  suara berdasarkan suara setuju paling sedikit 2/3 (dua
per  tiga) bagian  dari  jumlah  suara yang sah yang dikeluarkan  dalam  rapat.

4)        Setiap Rapat Gabungan dibuat Berita Acara Rapat, yang untuk pengesahannya 
ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu) Pengurus atau anggota Pengawas  yang ditunjuk 
oleh rapat.

5)        Berita acara sebagaimana  dimaksud dalam ayat (4) menjadi bukti sah terhadap Yayasan 
dan pihak ketiga  tentang keputusan dan segala sesuatu yang  terjadi  dalarm rapat.

6)        Penandatanganan  sebagaimana  dimaksud dalam ayat  (4) tidak disyaratkan apabila Berita
Acara dibuat dengan Akta Notaris.

7)        Anggota Pengurus dan anggota Pengawas  dapat  juga mengambil keputusan yang sah tanpa
mengadakan Rapat Gabungan,  dengan ketentuan semua Pengurus  dan semua Pengawas telah
diberitahu secara  tertulis dan semua Pengurus dan semua Pengawas memberikan persetujuan
mengenai usul yang diajukan secara tertulis, dengan menandatangani  usul tersebut.

8)        Keputusan yang diambil dengan cara sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) mempunyai 
kekuatan  yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Gabungan.

Tahun Buku

Pasal 36

1)        Tahun Buku Yayasan  dimulai  tanggal  1 (satu) Januari sampai dengan  tanggal 31 (tiga
puluh satu) Desember.

2)        Pada akhir Desember  tiap  tahun,  Buku Yayasan ditutup.


3)        Untuk pertama kalinya tahun Buku Yayasan pada  tanggal Akta Pendirian Yayasan  dan
ditutup  tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember.

 
Laporan  Tahunan

Pasal 37

1)        Pengurus wajib menyusun  secara  tertulis laporan tahunan paling lambat 5 (lirna) bulan
setelah berakhirnya  tahun Buku Yayasan.

2)        Laporan tahunan memuat sekurang-kurangnya :

1. Laporan  keadaan dan kegiatan Yayasan selama  tahun buku yang lalu serta hasil yang  telah
dicapai;
2. Laporan keuangan yang  terdiri atas laporan posisi keuangan  pada akhir periode,  laporan
aktivitas,  laporan arus kas dan catatan  laporan keuangan.
3)        Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh Pengurus dan Pengawas.

4)        Dalam hal terdapat anggota Pengurus dan Pengawas yang tidak menandatangani  laporan 
tersebut, maka yang bersangkutan  harus menyebutkan  alasan  tertulis.

5)        Laporan  tahunan,  disahkan oleh Pembina  dalam  rapat  tahunan.

6)        Ikhtisar  laporan  tahun Yayasan disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan  yang
berlaku dan diumumkan pada papan pengumuman  di kantor Yayasan; Bagi yayasan  yang
memperoleh bantuan Negara, bantuan luar negeri atau pihak  lain sebesar Rp. 500.000.000,- 
(lima  ratus juta rupiah) atau  lebih, atau yang mempunyai  kekayaan di luar wakaf sebesar Rp.
20.000.000.000,-  (dua puluh milyar  rupiah) atau lebih, ikhtisar laporan tahunan Yayasan wajib
diaudit oleh akuntan publik dan diumumkan  dalam surat kabar berbahasa  Indonesia.

Perubahan Anggaran Dasar

Pasal 38

1)        Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan  Rapat
Pembina, yang dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Pembina.

2)        Keputusan diambil berdasarkan musyawarah  untuk mufakat.

3)        Dalam hal keputusan  berdasarkan  musyawarah untuk mufakat  tidak tercapai,  maka
keputusan ditetapkan  berdasarkan  persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari seluruh 
jumlah Pembina  yang hadir atau yang diwakili.

4)        Dalarn hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak  tercapai, maka diadakan
pemanggilan  Rapat Pembina yang kedua paling cepat 3 (tiga) hari  terhitung sejak tanggal Rapat
Pembina yang pertama.
5)        Rapat pembina  kedua  tersebut  sah, apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) dari
seluruh  Pembina.

6)        Keputusan Rapat Pembina kedua sah, apabila diambil  berdasarkan persetujuan suara 
terbanyak dari jumlah Pembina yang hadir atau yang diwakili.

Pasal 39

1)        Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan akta notaris dibuat dalam bahasa Indonesia.

2)        Perubahan Anggaran Dasar  tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan tujuan Yayasan.

3)        Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan  nama dan kegiatan Yayasan,
harus mendapat  persetujuan  dari Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik  Indonesia.

4)        Perubahan Anggaran Dasar selain yang menyangkut hal-hal sebagaimana dimaksud dalam
ayat  (3) cukup diberitahukan  kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.

5)        Perubahan  Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat Yayasan dinyatakan  pailit,
kecuali atas persetujuan kurator.

Penggabungan

Pasal 40

1)        Penggabungan Yayasan dapat dilakukan dengan menggabungkan 1 (satu) atau lebih Yayasan
dengan Yayasan lain, dan mengakibatkan Yayasan yang menggabungkan  diri menjadi bubar.

2)        Penggabungan  Yayasan  sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) dapat dilakukan 
dengan memperhatikan  :

1. Ketidakmampuan Yayasan melaksanakan  kegiatan usaha  tanpa dukungan Yayasan lain;


2. Yayasan yang menerima penggabungan dan yang bergabung  kegiatan sejenis atau;
3. Yayasan yang menggabungkan diri tidak pernah melakukan perbuatan yang bertentangan 
dengan Anggaran  Dasarnya, ketertiban umum dan kesusilaan.
4. Usul penggabungan Yayasan dapat disampaikan oleh Pengurus kepada Pembina
Pasal 41

1)        Penggabungan Yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Pembina yang
dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota  Pembina dan disetujui paling
sedikit 3/4 (tiga per empat)  dari seluruh jumlah anggota Pembina  yang hadir.

2)        Pengurus dari masing-masing Yayasan yang akan menggabungkan diri dan yang akan 
rnenerima penggabungan menyusun rencana penggabungan.
3)        Usul rencana penggabungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dituangkan dalam
rancangan akta penggabungan oleh Pengurus dari Yayasan yang akan menggabungkan diri dan
yang akan menerima penggabungan.

4)        Rancangan  akta penggabungan harus mendapat  persetujuan  dari Pembina masing-
masing  Yayasan.

5)        Rancangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dituangkan dalam akta penggabungan 
yang dibuat dihadapan  notaris dalam bahasa  Indonesia.

6)        Pengurus Yayasan hasil penggabungan wajib mengumumkan hasil penggabungan  dalarn
surat kabar harian berbahasa  Indonesia paling  lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
penggabungan  selesai dilakukan.

7)        Dalam hal penggabungan  Yayasan diikuti dengan perubahan Anggaran Dasar yang
memerlukan persetujuan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia, maka akta perubahan
Anggaran Dasar Yayasan wajib disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
untuk memperoleh persetujuan dengan dilampiri akta penggabungan.

Pembubaran

Pasal 42

1)        Yayasan bubar karena :

1. Alasan  sebagaimana dimaksud dalam  jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar
berakhir;
2. Tujuan Yayasan yang ditetapkan  dalam Anggaran Dasar  telah  tercapai atau  tidak tercapai;
3. Putusan  pengadilan yang telah berkekuatan  hukum tetap berdasarkan alasan  :
(1)      Yayasan melanggar  ketertiban umum dan kesusilaan;

(2)      Tidak mampu membayar  utangnya  setelah dinyatakan  pailit, atau;

(3)      Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya setelah  pernyataan  pailit
dicabut.

2)        Dalam hal Yayasan bubar sebagaimana  diatur dalam ayat (1) huruf a dan huruf b, Pembina
menunjuk likuidator untuk membereskan  kekayaan Yayasan.

3)        Dalam hal tidak ditunjuk  likuidator, maka Pengurus bertindak  sebagai likuidator.

Pasal 43

1)        Dalam hal Yayasan bubar, Yayasan tidak dapat melakukan  perbuatan hukum, kecuali untuk
membereskan  kekayaan dalam proses likuidasi.

2)        Dalam  hal Yayasan sedang dalam proses  likuidasi, untuk semua  surat keluar dicantumkan
frasa “dalam  likuidasi” di belakang nama Yayasan
3)        Dalam hal Yayasan bubar karena putusan pengadilan, maka pengadilan  juga menunjuk 
likuidator.

4)        Dalam  hal pembubaran  Yayasan karena pailit, berlaku peraturan perundang-tundangan di
bidang  kepailitan.

5)        Ketentuan mengenai penunjuk, pengangkatan, pemberhentian sementara, pemberhentian,


wewenang, kewajiban,  tugas dan  tanggung  jawab, serta pengawasan  terhadap Pengurus, berlaku
juga bagi  likuidator.

6)        Likuidator atau Kurator  yang ditunjuk untuk melakukan pemberesan kekayaan Yayasan
yang bubar atau dibubarkan,  paling  lambat 5 (lima) hari terhitung  sejak  tanggal penunjukan
wajib mengumumkan pembubaran Yayasan dan proses  likuidasinya dalam surat kabar harian
berbahasa Indonesia.

7)        Likuidator atau Kurator dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari  terhitung 
sejak  tanggal proses likuidasi berakhir wajib mengumumkan hasil  likuidasi dalam surat kabar
harian berbahasa Indonesia.

8)        Likuidator atau Kurator  dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
proses  likuidasi berakhir wajib melaporkan pembubaran Yayasan kepada Pembina

9)        Dalarn hal laporan mengenai  pembubaran Yayasan  sebagaimana  dimaksud ayat (8) dan
pengumuman  hasil likuridasi sebagaimana dimaksud ayat (7) tidak dilakukan, maka bubarnya
Yayasan  tidak berlaku bagi pihak ketiga.

Cara Penggunaan Kekayaan Sisa Likuidasi

Pasal 44

1)        Kekayaan  sisa hasil likuidasi diserahkan  kepada Yayasan  lain yang mempunyai  maksud
dan tujuan  yang sama dengan Yayasan  yang bubar.

2)        Kekayaan  sisa hasil  likuidasi sebagaimana  dimaksud dalam ayat (1) dapat diserahkan
kepada badan hukum lain yang melakukan kegiatan yang sama dengan Yayasan yang bubar,
apabila hal tersebut diatur dalam undang-undang yang berlaku bagi badan hukum tersebut.

3)        Dalam hal kekayaan sisa hasil  likuidasi  tidak diserahkan  kepada Yayasan lain atau kepada
badan hukum lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), kekayaan  tersebut
diserahkan kepada Negara dan penggunaannya dilakukan sesuai  dengan maksud dan  tujuan
Yayasan yang bubar.

Peraturan Penutup

Pasal 45
1)        Hal-hal yang  tidak diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran  Dasar ini akan
diputuskan oleh Rapat Pembina.

2)        Menyimpang dari ketentuan  dalam pasal 7 ayat  (4), pasal 13 ayat (1), dan pasal 24 ayat (1)
Anggaran Dasar ini mengenai  tata cara pengangkatan Pembina, Pengurus, dan Pengawas untuk
pertama kalinya  diangkat susunan Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan  dengan susunan 
sebagai berikut :

–       Pembina  :

–       Ketua                               : Tuan Haji ZAENAL MA’ARIF

–       Anggota                           : Tuan Haji SOLIKHIN  USMAN bin TASRIPIN

–       Pengurus  :

–       Ketua                               : Tuan Haji SOLAKHUDIN

–       Wakil                               : Tuan SEFUL BAHRI

–       Sekretaris  I                      : Tuan KHARISPUDIN, Sarjana Pendidikan Islam

–       Sekretaris  II                    : TUAN MUHAMMAD  SONHAJI

–       Bendahara  I                    : Tuan MASRURI

–       Bendahara II                    : Tuan ZAKI INAMI, Sarjana Fendidikan Islam

–       Pengawas  :

–       Ketua                               : Tuan AHMAD MUROI

–       Anggota                           : Tuan MUHAMMAD HIRIN DZULQORNAIN

3)        Pengangkatan anggota Pembina Yayasan, anggota Pengurus Yayasan dan anggota Pengawas
Yayasan  tersebut telah diterima oleh masing-masing yang bersangkutan dan disahkan  dalam
Rapat Pembina pertama kali diadakan pada hari Selasa, 23 Agustus 2011.

Ditetapkan di  : Tegalglagah

Pada Tanggal  : 23 Agustus 2011


PEMBINA YAYASAN ASAASUNNAJAH TEGALGLAGAH

Ketua,                                                                             Sekretaris,

 
H. ZAENAL MA’ARIF                                                 H. SOLIKHIN  USMAN

Salinan sesuai dengan aslinya

Yayasan Asaasunnajah Tegalglagah

Sekretaris,

Kharispudin, S.Pd.I

Mungkin maksud Anda adalah: caRA MENGUSULKAN IZIN OPERASIONAL


MADRASAH DINIYAH
Hasil Telusur
Cuplikan pilihan dari web
Bagaimana cara mengajukan permohonan izin pendirian madrasah diniyah

1. Surat Permohonan yang diketahui oleh RT/Kepala dusun, Kepala Desa, Kepala KUA, Camat setempat.
2. Visi dan Misi.
3. Susunan Pengurus.
4. Kurikulum Pelajaran.
5. Jadwal Pelajaran.
6. Data guru pengajar.
7. Daftar Santri.
8. Sarana Prasarana yang dimiliki.

Syarat Pengajuan Izin Pendirian Madrasah Diniyah : 


A. Menyerahkan Proposal Permohonan Izin Pendirian Madrasah Diniyah, yang memuat :
1. Surat Permohonan yang ditujukan kepada Kakankemenag Cq Kasi PAKIS, diketahui oleh
RT/Kepala dusun, Kepala desa setempat, Kepala KUA, Camat;
2. Visi dan Misi;
3. Susunan Pengurus;
4. Kurikulum Pelajaran;
5. Jadwal Pelajaran;
6. Data guru pengajar;
7. Daftar Santri;
8. Sarana Prasarana yang dimiliki;
9. Foto Gedung dan Kegiatan (Jika Memungkinkan);
10. Memiliki Guru minimal 2 orang;
11. Memiliki Santri minimal 15 anak aktif;
12. Memiliki Tempat atau ruang belajar yang memadai;
13. Ada Mata Pelajaran : Al quran dan Hadist, Sejarah Kebudayaan Islam, Ibadah, Fiqh, Bahasa
Arab, Aqidah, akhlaq Praktek ibadah;
14. Pembelajaran sebanyak 18 jam dalam setiap minggu.

PDPONTREN ALUR PENGAJUAN IJIN


OPERASIONAL MADRASAH DINIYAH
By admin / Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren

ALUR PENGAJUAN IJIN OPERASIONAL MDT

I.  Pemohon datang ke PTSP Kantor Kementerian Agama Kabupaten  Purbalingga  dengan   

    membawa  Permohonan/Proposal Pengajuan yang berisi :

         1. Surat Permohonan Pendaftaran yang diketahui oleh Kepala Desa, Ketua FKDT

             Kecamatan , Kepala KUA Kecamatan

         2. Profil Lembaga

         3. Foto Copy Akta yayasan

         4. Foto Kopi syah SK Struktur Organisasi /Yayasan

         5. Foto Kopi KTP Pengurus

II.Tim  Verifikasi  melakukan   verifikasi   dokumen   proposal   Pendaftaran  MDT   dan  

    memberikan masukan kepada pemohon jika ada kekurangan-kekurangan.

III.Apabila persyaratan lengkap Tim Vrifikasi melakukan verifikasi lapangan dan meberikan   

     penilain kelayakan atau tidak

IV. Berdasarkan  penilaian kelayakan tersebut Kepala Kantor Kementerian Agama  Kabupaten

      Purbalingga menugaskan Kasi PD Pontren mengadakan rapat pertimbangan pemberian Tanda


      Daftar MDT yang melibatkan Tim Verifikasi

 V. Kepala Seksi PD Pontren melaporkan hasil rapat pertimbangan kepada Kepala Kantor

      Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga

VI. Berdasarkan hasil rapat pertimbangan tersebut Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten  

      Purbalingga menetapkan keputusan layak atau tidaknuntuk diberikan Tanda Daftar MDT

VII.Kepala Seksi PD Pontren menyampaikan Asli keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama

       Kabupaten Purbalingga dan Asli piagam Tanda Daftar MDT kepada organisasi calon

       penyelenggara dan menyimpan salinannya.

Prosedur Pendirian dan


Perizinan Madrasah Diniyah
Takmiliyah
BY ZAHRA NADA 16/01/2017 MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH

Share

Pada prinsipnya izin operasional madrasah diniyah takmiliyah bernama piagam terdaftar madrasah
diniyah takmiliyah. dalam piagam terdaftar dimaksud terdapat nomor statistik diniyah takmiliyah
(NSDT) berupa kode unik bagi identitas lembaga madin yang mana kalau penomoran dilakukan
dengan benar maka tidak akan ada dobel nomor statistik pada madrasah diniyah takmiliyah di
seluruh indonesia.

dalam buku pedoman penyelenggaraan madrasah diniyah takmiliyah termaktub tata cara
pengajuan izin operasional. dalam pengajuannya tidaklah berbelit belit maupun sulit dan telah
disebutkan secara terperinci hal – hal yang harus dilampirkan dalam pengajuan. Akan tetapi tidak
diberikan contoh proposal pengajuan izinnya. Dengan begitu secara prinsip ada pengajuan dari
lembaga secara resmi dengan kata kalimat maupun bentuk proposal yang tidak ditentukan.

baca : Izin Operasional Madrasah Diniyah

baca : Nomor Statistik Madrasah Diniyah Takmiliyah ( NSDT )

baca : Contoh SK izin Operasional Pondok Pesantren

baca : Pengajuan Izin Operasional Pondok Pesantren


Pengajuan dilakukan setelah Madrasah Diniyah Takmiliyah Melaksanakan kegiatan pendidikan
dengan syarat-syarat sebagai berikut :

 Tersedia Pengelola, terdiri dari;

1. Kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah


2. Guru, Sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
3. Tenaga administrasi, sekurang-kurangnya 1(satu) orang

 Tersedia tempat belajar dan kelengkapannya;


 tersedia calon santri sekurang-kurangnya 15 (lima belas) orang;
 bersedia dan sanggup menyelenggarakan dan mengelola Madrasah Diniyah Takmiliyah
dibuktikan dengan surat pernyataan dari Kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah;

Secara lebih teknis, persyaratan yang disebutkan diatas diatur oleh Kankemenag dengan
memperhatikan kebutuhan dan dinamika masyarakat sekita. biasanya akan ditambahkan syarat
berupa :

1. Surat keterangan domisili dari pemerintah desa/kelurahan


2. surat rekomendasi dari KUA (Kantor Urusan Agama) setempat.
Mekanisme Pendirian dan Perizinan

A. Pendaftaran Pendirian Madrasah Diniyah Takmiliyah dilakukan di Kantor Kementerian


Agama Kabupaten Setempat. Kepala Madrasah mengajukan permohonan izin MDT  dengan
proposal yang disebutkan dalam pengajuan hal-hal berikut :

1. Nama Madrasah Diniyah Takmiliyah dan alamat Lengkap;


2. Nama Kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah;
3. Jenis Jenjang MDT yang diselenggarakan (Awwaliyah, Wustha, Ulya);
4. Daftar nama siwa/santri, minimal 15 (lima belas) orang;
5. Daftar nama guru minimal 2 (dua) orang dan masing masing pelajaran yang di ampu yaitu Al-
Qur’an, Hadits, Aqidah, Fiqh, Tarikh Islam (SKI), Bahasa Arab
6. Daftar Nama Tenaga Administrasi minimal 1 (satu) orang;
7. Sarana berupa ruangan dan peralatan pembelajaran

B. Selanjutnya Kantor Kementerian Agama Kabupaten / Kota melalui seksi Pendidikan Keagamaan
dan Pondok Pesantren (PD Pontren) atau seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (PAKIS)
melakukan pengecekan proposal, setelah syarat dalam pengajuan terpenuhi dilanjutkan dengan
verifikasi lokasi lembaga yang mengajukan dalam rangka melakukan verifikasi atas kesesuaian data
dengan kondisi lapangan.

C.
pemberian piagam dan sk izin operasional MDT dilakukan jika setelah verifikasi data dan lokasi
ada kecocokan dan juga kelayakan untuk mendapatkan izin operasional sesuai dengan pengajuan
dari MDT yang selanjutnya SK dimaksud dilaporkan ke Kanwil Kemenag setempat dan Kemenag RI
di Jakarta.

Untuk MDT tingkat Ulya SK Penetapan izin operasional dikeluarkan oleh Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi.
Demikian tentang tata cara pengajuan izin operasional Madrasah Diniyah Takmiliyah merujuk
kepada Buku Pedoman Penyelenggaraan Madrasah Diniyah Takmiliyah yang dikeluarkan oleh
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai