Adapun untuk mendirikan sebuah yayasan biasanya akan dilakukan dengan akta notaris
yang memiliki status badan hukum yang jelas karena yayasan sendiri merupakan sebuah
badan hukum resmi sehingga harus mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia.
Jadi tidak bisa sembarang orang dapat mendirikan sebuah yayasan tanpa memiliki tujuan
yang bersifat sosial dan umumnya mereka yang mendirikan yayasan akan bekerja sama
dengan LSM, institusi pemerintah ataupun kelompok masyarakat setempat.
Daftar Isi [show]
Struktur organisasi yayasan merupakan susunan komponen atau unit kerja dalam
organisasi yang memiliki ketergantungan untuk menunjukkan adanya pembagian tugas
sebagaimana fungsi dan kegiatan yang berbeda untuk di koordinasikan bersama.
Sebagai badan hukum yang resmi, tentunya yayasan memiliki dasar hukum yang kuat dan
telah diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 63
Tahun 2008.
Yayasan di sini sebenarnya tidak memiliki anggota atau pemegang saham seperti PT atau
semacamnya, akan tetapi digerakkan oleh organ-organ yayasan baik pengawas, Pembina
dan jajaran staff pengurus sebagai pelaksana harian.
Untuk itu bagi Anda yang ingin mengetahui contoh struktur organisasi yayasan baik itu
yayasan umum, masjid, pendidikan islam, sekolah swasta, TK, paud, sosial, dll bisa
melihat beberapa contoh berikut ini.
Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi pendidikan yang ada di
Indonesia diantaranya :
ypdharmakaryajkt.sch.id
Yayasan Pendidikan Islam Al-Qudwah
yayasanislamalqudwah.blogspot.com
Yayasan Pendidikan Islam Annahdoh
y
piannahdoh.blogspot.com
2. Struktur Organisasi Yayasan Umum
Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi yayasan umum yang ada di
Indonesia diantaranya :
Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi yayasan menurut undang-
undang di Indonesia yaitu :
almuttaqientm.
wordpress.com
4. Struktur Organisasi Yayasan Sosial
Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi yayasan sosial yang ada di
Indonesia diantaranya :
insanbha
ktipertiwi.or.id
5. Struktur Organisasi Yayasan Sekolah
Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi yayasan sekolah yang ada di
Indonesia diantaranya :
t
unasiblam.sch.id
Struktur Organisasi Yayasan PAUD
pa
ud.id
6. Struktur Organisasi Yayasan Masjid
Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi yayasan masjid yang ada di
Indonesia diantaranya :
Yayasan Masjid Saifillah
ba
itulhikmah-cimanggis.com
7. Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantren
Berikut ini adalah beberapa contoh bagan struktur organisasi yayasan pondok pesantren
yang ada di Indonesia diantaranya :
el
marzsinjai.wordpress.com
Yayasan Pondok Pesantren Al Ihsan Baron
ponp
esbaron.id
Baca juga :
Setelah mengetaui contoh struktur organisasi yayasan, berikut ini akan dijabarkan jabatan
dan semua tugas-tugasnya secara umum yang terdiri atas.
1. Dewan Penasehat
Dewan penasehat adalah badan tertinggi sebuah yayasan yang bertugas untuk menjaga
dan memastikan pelaksanaan kerja dan semua kegiatan yayasan telah sesuai dengan visi,
misi dan tujuan yang semestinya.
Ketua umum adalah bagian yang bertugas untuk melakukan pengawasan, arahan dan
nasihat kepada semua pengurus dalam menjalankan program kegiatan yayasan.
Bendahara umum bagian yang bertugas untuk melakukan pengelolaan keuangan yayasan
serta beberapa hal lain seperti :
Sekertaris umum adalah bagian yang bertugas untuk mengelola semua kegiatan
administrasi yayasan dan hal lain seperti :
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Selain pengurus yang ditentukan, dalam Keanggotaan Pengurus, terdiri dari ;
1) Anggota Badan Pengurus Kehormatan, adalah mereka yang dipilih dan diangkat langsung oleh sesepuh dan
atau Ketua Yayasan untuk tugas-tugas khusus.
2) Anggota Badan Pengurus Biasa, adalah mereka yang dipilih dan diangkat berdasarkan hasil musyawarah
dengan memperhatikan saran-saran dan acuan dari sesepuh dan atau Ketua Yayasan.
BAB II
PENGURUS YAYASAN
Pasal 2
Pengurus Yayasan terdiri atas dengan tugasnya masing-masing:
1) Dewan Penasehat
2) Ketua
3) Wakil Ketua
4) Sekretaris
5) Bendahara
6) Anggota
Pasal 3
1) Kewajiban anggota Badan Pengurus Kehormatan :
a) Mentaati AD/ART Yayasan.
b) Memelihara dan menjaga nama baik Yayasan.
2) Hak anggota Badan Pengurus Kehormatan :
a) Memberikan pendapat dan saran-saran.
b) Membela diri atau memperoleh pembelaan.
c) Memperoleh penghargaan.
Pasal 4
1) Kewajiban anggota Badan Pengurus Kehormatan :
a) Mentaati AD/ART Yayasan.
b) Memelihara dan menjaga nama baik Yayasan.
2) Hak anggota Badan Pengurus Biasa :
a) Memilih dan dipilih, dengan memperhatikan saran dan acuan dari sesepuh dan atau Ketua Yayasan.
b) Memberikan pendapat dan saran-saran.
c) Membela diri atau memperoleh pembelaan.
d) Memperoleh penghargaan dan menggunakan fasilitas Yayasan.
BAB III
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 5
1) Penasehat, mempunyai tugas dan wewenang :
a) Memberikan nasehat, arahan dan pertimbangan kepada pengurus, diminta maupun tidak diminta.
2) Ketua, mempunyai tugas dan wewenang :
a) Menjalankan roda keberlangsungan hidup Yayasan.
c) Mengangkat dan memberhentikan anggota pengurus, Kepala Sekolah, Kepala Madrasah, staf, guru, dan
karyawan.
i) Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan Anggaran Penerimaan dan Belanja Yayasan (APBY).
d) Memberi rekomendasi dan penilaian atas prestasi Staf dan Guru yang dipimpinnya.
e) Membuat RAPBS/M.
BAB IV
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
Pasal 6
1) Pengangkatan
a) Pengurus; pengangkatan anggota Pengurus dilaksanakan melalui rapat anggota Pengurus.
b) Kepala Sekolah/Madrasah; pengangkatan Kepala Sekolah/Madrasah dilaksanakan melalui rapat anggota
Pengurus berdasarkan minimal 2 orang calon yang diajukan unit yang dipilih secara demokratis dalam rapat
terbuka.
c) Staf Sekolah/Madrasah; pengangkatan Staf Sekolah/Madrasah dilaksanakan dengan prosedur sebagai
berikut :
(1) Rekruitment oleh Kepala Sekolah/Madrasah.
(2) Meminta rekomendasi pada pihak-pihak yang dianggap berkompeten.
(3) Pengangkatan yang bersangkutan oleh Ketua Yayasan.
d) Karyawan, pengangkatan karyawan Sekolah/Madrasah dilaksanakan melalui rapat anggota Pengurus.
2) Pemberhentian
a) Pemberhentian anggota Pengurus, dilaksanakan sesuai Anggaran Dasar Yayasan Pasal 11.
(3) Diberhentikan oleh rapat pengurus, karena melakukan tindakan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan, dengan prosedur sebagai berikut :
– Peringatan lisan secara kekeluargaan, maksimal 2 kali.
– Teguran tertulis 1 kali.
– Peringatan tertulis 1 kali
– Pencabutan amanat dari yang bersangkutan.
BAB V
KRITERIA DAN SYARAT PENGANGKATAN
Pasal 7
Kriteria pengangkatan Kepala Sekolah/Madrasah, Staf, Guru dan Karyawan :
1) Latar belakang pendidikan :
a) Alumnus pondok pesantren salaf maupun modern.
2) Profil yang diutamakan :
a) Mampu membaca al-Qur’an dengan fasih.
b) Menguasi ilmu alat dengan baik, bagi pemegang bidang studi agama.
Pasal 8
Syarat-syarat Kepala Sekolah/Madrasah :
1) Kepala Sekolah/Madrasah minimal telah mengabdi selama 3 tahun, atau sesuai petunjuk Sesepuh dan atau
Ketua Yayasan.
b) Untuk Madrasah Diniyah Awaliyah/Wustho, minimal alumni pesantren dengan kualifikasi keilmuan agama
yang mempuni.
BAB VI
MASA JABATAN
Pasal 9
1) Pengurus, masa jabatannya adalah 3 tahun dan dapat dipilih kembali.
2) Kepala Sekolah/Madrasah dan staf, masa jabatannya adalah 3 tahun.
3) Kepala Sekolah/Madrasah dan Staf dapat dipilih kembali melalui prosedur yang telah ditetapkan.
BAB VII
KODE ETIK GURU
Pasal 10
1) Disiplin waktu.
2) Menjaga keaktifan Sekolah/Madrasah.
3) Berkewajiban menyampaikan materi sesuai kurikulum.
4) Tidak merokok saat mengajar.
5) Jika terpaksa udzur, hendaklah mengajukan surat ijin terlebih dahulu dan atau memberi tugas.
6) Menjaga nama baik dan citra Yayasan.
7) Saling mengingatkan antara sesama anggota pengurus, Kepala Sekolah/Madrasah, Staf, Guru dan karyawan.
8) Hadir pada rapat, breefing, dan pertemuan-pertemuan lain dengan disiplin.
9) Mematuhi dan menghormati semua tata tertib yang telah ditetapkan Yayasan.
10) Berpakaian rapi dan sopan.
BAB VIII
RAPAT-RAPAT
Pasal 11
1) Rapat pengurus diadakan sesuai Anggaran Dasar Yayasan Pasal 15.
2) Rapat Sekolah/Madrasah diadakan sesuai ketentuan masing-masing, dan dipimpin oleh Kepala
Sekolah/Madrasah atau yang diberi mandat.
3) Rapat penyusunan RAPBS/M diadakan menjelang berakhirnya tahun pelajaran, selambatnya satu bulan
sebelum akhir tahun pelajaran.
5) Rapat penyusunan RAPBY diadakan selambatnya satu bulan setelah tersusunnya RAPBS/M.
6) Rapat Yayasan dengan Kepala Sekolah/Madrasah dan Staf diadakan sekurangnya satu kali dalam 6 bulan.
7) Rapat bersama antara Pengurus dan Guru diadakan sekurang-kurangnya sekali setahun.
BAB IX
SUMBER DAN PENGELOLAAN KEUANGAN
Pasal 12
1) Tanah wakaf
2) Pendapatan bulanan berupa syahriyah santri.
3) Pendapatan non bulanan yang terdiri dari :
a) Pendaftaran.
b) DSP (Dana Sumbangan Pendidikan).
c) Herregistrasi/DU (Daftar Ulang).
d) Pendapatan lain yang bersifat insidentil.
4) Bantuan masyarakat yang halal dan tidak mengikat.
5) Bantuan instansi Pemerintah dan swasta yang halal dan tidak mengikat.
6) Dana ujian
7) Retribusi kantin/pedagang.
Pasal 13
1) Semua dana wajib disetorkan kepada Yayasan melalui rekening yayasan.
2) Dana yang dikelola Sekolah/Madarasah, sesuai dengan peruntukan dan pendapatannya ialah :
a) Dana Bantuan Pemerintah, kecuali bantuan fisik.
b) Pendapatan Bulanan dan Non Bulanan.
c) Dana ujian.
d) Hasil pengembangan usaha masing-masing unit, bukan dari hasil sumbangan masyarakat.
BAB X
BISYARAH
Pasal 14
Bisyarah terdiri dari :
1) Bisyarah Pengurus Yayasan.
2) Tunjangan Hari Raya (THR).
3) Tunjangan jabatan, yang diperuntukkan bagi Kepala Sekolah/Madrasah, Wakil Kepala, TU dan Wali Kelas.
4) Tunjangan Pengabdian, yang diperuntukkan bagi Guru dengan melihat lama pengabdiannya, yaitu :
a) Golongan A, diatas 15 tahun
b) Golongan B, antara 10 sampai 15 tahun
c) Golongan C, antara 5 sampai 10 tahun
6) HR mengajar Guru dihitung berdasarkan beban mata pelajaran dan jam.
7) HR guru piket berdasarkan kehadiran.
8) Transportasi kehadiran.
Pasal 15
1) Bisyarah Pengurus Yayasan, Tunjangan Hari Raya (THR), dan Tunjangan Pengabdian bagi Guru
ditanggungkan kepada Yayasan.
2) Tunjangan jabatan, HR dan Transportasi kehadiran Guru ditanggungkan kepada masing-masing unit atas
persetujuan Yayasan.
BAB XI
CUTI
Pasal 16
Hak untuk mendapatkan cuti dibedakan menjadi :
1) Hak cuti umum, yaitu hak untuk libur pada hari-hari yang diliburkan Yayasan dan akan tetap mendapatkan
bisyarah.
2) Cuti bersyarat, yaitu cuti yang diakibatkan kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya.
3) Hak cuti bersyarat diberikan kepada yang memerlukan melalui pengajuan ijin cuti terlebih dahulu kepada
Yayasan.
4) Bagi guru yang dinyatakan cuti bersyarat tetap diberikan tunjangannya, kecuali HR dan Transportasi
mengajarnya yang akan diberikan kepada penggantinya.
BAB XII
SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Pasal 17
1) Semua pengadaan sarana dan prasarana Yayasan dan unit-unitnya dilaksanakan oleh Bidang Sarana dan
Prasarana dan dikontrol dan disetujui oleh Yayasan.
2) Perawatan sarana dan prasarana pendidikan dilaksanakan oleh masing-masing unit dan dibebankan pada
keuangan unit.
BAB XIII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 18
1) ART akan ditinjau kembali bila dianggap perlu.
2) Koreksi terhadap ART ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
3) Setiap komponen YPI-QF diharuskan mengetahui dan mengamalkan isi AD/ ART ini.
4) Peraturan ini berlaku sejak ditetapkan.
5) Hal-hal yang belum diatur dalam ART ini akan ditetapkan kembali dalam peraturan tambahan.
ADART YPI
ADART YAYASAN PENDIDIKN ISLAMPACET
YAYASAN PENDIDIDKAN ISLAM AL-MIFTAH PACET
Sekretariat: Kp. Babakan Tanjung Rt 02 Rw 01 Desa Tanjungwangi Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung
Pancasila sebagai falsafah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi warga Negara
Republik Indonesia adalah sebagai suatu landasan kehidupan yang mengandung nilai-nilai keseimbangan lahiriah
dan bathiniyah sehingga menjadikan kehidupan yang sejahtera bagi pengamalnya, permasalahan yang timbul
adalah ternyata Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu tingkat kesadaran dan kualitas manusianya belum sama
bahkan cenderung masih lemah. Padahal potensi untuk itu ternyata masih cukup tersedia pada dirinya dan
terutama di lingkungan generasi muda sebagai pewarisnya.
Keteladanan Nabi Muhammad Saw membuktikan bahwa pendayagunaan sumber daya manusia membutuhkan
satu pusat kelembagaan atau institusi pendidikan dan pengajaran, dakwah islam dan pengembangan sosial budaya
dan itu telah menghasilkan pembinaan umat yang sempurna, sejahtra lahir dan batin serta diridoi oleh Allah Swt.
Terdorong oleh kondisi dan situasi yang seperti tersebut di atas, maka sambil memohon ridho dan
kekuasaan kepada Allah SWT, Yayasan Pendidikan Islam Al-Miftah Pacet mengembangkan kiprahnya dalam
menanamkan keimanan dan ketakwaan umat yang diwarnai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
berwawasan lingkungan.
Kesuksesan pembangunan manusia sempurna (insan kamil) dan pembinaan masyarakat Islam, banyak terfokus
pada kesempurnaan peribadatan serta pendidikan. Dengan kesempurnaan peribadatan serta pendidikan ini – baik
pendidikan yang berorientasi hati maupun akal,insan-insan yang bertaqwa, berbudi luhur, berilmu yang amaliyah
dan beramal ilmiyah, bertanggungjawab terhadap agama, bangsa dan negara, diharapkan lebih mudah untuk
diwujudkan
Usaha tersebut insya Allah diwujudkan dalam bentuk perpaduan antara Pendidkan Formal dari mulai
TK/RA sampai Perguruan Tinggi. Non Formal PAUD, PKBM, dan Pendidikan Pesantren dari Kitab-kitab
Kuning Allusunnah Waljama’ah ditambah dengan keterampilan Otomotif, LKP Komputer dan
Pertanian/peternakan serta Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Iptek. Untuk mencapai usaha tersebut, maka perlu
disusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan Pendidikan Islam Al-miftah Pacet yang
diuraikan sebagai berikut:
BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN STATUS
PASAL 1
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Yayasan ini bernama ”YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-MIFTAH PACET “ (selanjutnya disebut
yayasan) dan berkedudukan di Jalan Raya Majalaya – Pacet Kp. Babakan Tanjung Rt 02/ 01 Desa Tanjungwangi
Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
PASAL 2
STATUS
Yayasan ini terdaftar secara resmi di kantor notaris pada tanggal 23 Nopember 2015, sesuai Akta Notaris ARIS
ISKANDARIAH, S.H.,MKn. 23 Nopember 2015, Surat Keputusan Mentri Hukum dan
Ham AHU.0025308.AH.01.04.Tahun 2015 dan berlaku untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.
BAB II
AZAS, VISI DAN MISI
PASAL 3
AZAS
Yayasan ini berazaskan :
PASAL 5
MISI
Membina akhlak dan budi pekerti.
1. Menyelengarakan kegiatan peribadatan dan dakwah demi tersebarnya syiar Islam dan nilai-nilai keislaman
yang rahmatan lil ‘alamin dan moderat dalam kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia.
2. Mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan Iptek dan Kebudayaan.
3. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pelayanan yang modern, profesional dan islami dalam
rangka pemabangunan karakter bangsa,demi meningkatnya kecerdasan intelektual, emosisonal dan
spiritual umat secara terpadu dan meningkatnya daya saing bangsa Indonesia serta kebangkitan kembali
umat islam.
4. Meningkatkan pelayanan pendidikan bagi masyarakat.
5. Menyediakan segala kelengkapan untuk kemudahan beribadah, mewujudkan dan memperbanyakkan
aktiviti-aktiviti keilmuan kearah melahirkan masyarakat yang berketerampilan.
6. Membangkitkan daya juang bagi kemuliaan hidup dan kebahagiaan masa depan.
BAB III
LAMBANG DAN ATRIBUT
PASAL 6
LAMBANG DAN ATRIBUT
Lambang :
Meningkatkan kualitas ibadah masyarakat demi terciptanya muslim yang bertaqwa, berbudi luhur,
berpengetah uan mumpuni, cakap dan terampil serta bertanggungjawab terhadap agama, bangsa dan
negara.
Membumikan ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal Jama’ah untuk terwujudnya tatanan
masyarakat yang maslahat, sejahtera serta demi terciptanya rahmat bagi semesta.
Meningkatkan SDM dan fasilitas pendidikan demi tercapainya upaya peningkatan kualitas pendidikan.
PASAL 9
UPAYA
1. Menyelenggarakan Pendidikan Formal dari tingkat taman kanak-kanak s/d perguruan tinggi
(PAUD,RA/TK,MI/SD,SMP Plus,MTs Plus,MA Plus,SMK Plus,SMU Plus,Perguruan Tinggi/Universitas)
yang keseluruhannya disesuaikan dengan kurikulum Pemerintah dan Kurikulum Yayasan
2. Menyelenggarakan Pendidikan Non Formal mulai dari pendidikan Paket A, B, C, dan SSB serta ASB.
3. Menyelenggarakan pengajian umum,
4. Mendirikan koperasi Yayasan Pendidikan Islam Al-miftah Pacet
5. Menyelenggarakan Usaha-Usaha Perdagangan yang halal,
6. Mendirikan dan mengelola asrama pelajar, rumah yatim dan jompo, dan sarana kesehatan
7. Menampung dan menyalurkan minat dermawan para agnia dan simpatisan
8. Membuka dan mengelola pondok pesantren, serta mengintensifkan seluruh santri yang ada baik dari dalam
kecamatan maupun dari luar daerah
9. Menyelenggarakan Lembaga Keterampilan dan Pelatihan (LKP) Komputer,
10. Menyelenggarakan Pendidikan Keterampilan Untuk Santri dan Masyarakat Umum,
11. Menyelenggarakan Usaha Pertanian dan Agrobisnis,
12. Menyelenggarakan Usaha Peternakan dan Perikanan,
13. Menyelenggarakan Usaha Koperasi,
14. Berusaha di bidang jasa
15. Di bidang sosial, mengupayakan dan mendorong pemberdayaan di bidang kesehatan, kemaslahatan dan
ketahanan keluarga, dan pendampingan masyarakat yang terpinggirkan (mustadl’afin).
16. Di bidang ekonomi, mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan kerja/usaha untuk
kemakmuran yang merata.
1. Mengembangkan usaha-usaha lain melalui kerjasama dengan pihak dalam maupun luar Yayasan yang
bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya tatanan masyarakat madani.
BAB V
STRUKTUR DAN ORGAN YAYASAN
PASAL 10
ORGAN YAYASAN
1. Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari Dewan Pembina, Pengawas dan Pengurus.
2. Pengurus ini terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan beberapa divisi (sesuai kebutuhan), semuanya
diangkat oleh Dewan Pembina untuk 1 Periode (5 tahun) dan dapat dipilih kembali maksimal untuk 2 (dua)
Periode.
PASAL 11
DEWAN PEMBINA
1. Dewan Pembina adalah organ Yayasan tertinggi yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan
kepada pengurus atau pengawas.
2. Dewan Pembina terdiri dari seorang atau lebih anggota Pembina, sebanyak-banyaknya 9 orang.
3. Dalam hal terdapat lebih dari seorang anggota, maka seorang diantaranya diangkat sebagai ketua Dewan
Pembina.
4. Yang dapat diangkat sebagai anggota Dewan Pembina adalah perseorangan sebagai pendiri Yayasan
dan/atau mereka yang berdasarkan keputusan Rapat Anggota Dewan Pembina dinilai mempunyai dedikasi
yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan.
5. Dalam hal Yayasan oleh karena sebap apapun tidak mempunyai anggota Dewan Pembina, maka dalam
waktu 30 (Tiga Puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut wajib diangkat anggota Dewan Pembina
berdasarkan keputusan Rapat Gabungan Anggota Pengawas dan Anggota Pengurus Yayasan.
6. Seorang anggota Dewan Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan
secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada Dewan Pembina paling lambat 30 (Tiga Puluh) hari
sebelum tanggal pengunduran
PASAL 12
MASA JABATAN DEWAN PEMBINA
1. Masa Jabatan Dewan Pembina tidak ditentukan lamanya.
2. Jabatan anggota Dewan Pembina akan berakhir dengan sendirinya, apabila anggota Dewan Pembina
tersebut :
3. Meninggal dunia.
4. Mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat 6.
5. Tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat Dewan Pembina .
7. Dinyatakan dibawah pengampuan berdasarkan suatu penetapan pengadilan.
8. Dilarang untuk menjadi anggota Dewan Pembina berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
PASAL 13
TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PEMBINA
1. Dewan Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama Dewan Pembina.
2. Kewenangan Dewan Pembina meliputi :
3. Memegang kekuasaan tertinggi dalam Pengangkatan dan atau pemberhentian anggota Pengurus dan
anggota Pengawas Yayasan.
4. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan.
5. Menerima laporan tahunan dari Pengurus Yayasan.
6. Penunjukan likuidator dalam hal Yayasan
7. Dalam hal hanya ada seorang anggota Dewan Pembina, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan
kepada Ketua Dewan Pembina atau anggota Dewan Pembina berlaku pula baginya.
PASAL 14
PENGURUS
1. Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan yang sekurang-kurangnya
terdiri dari :
1. Seorang Ketua.
2. Seorang Sekretaris.
3. Seorang Bendahara.
2. Dalam hal diangkat lebih 1 (satu) orang Ketua, maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat menjadi Ketua
Umum.
3. Dalam hal diangkat lebih 1 (satu) orang Sekretaris, maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat menjadi
Sekretaris Umum.
4. Dalam hal diangkat lebih 1 (satu) orang Bendahara, maka 1 (satu) orang diantaranya,diangkat menjadi
Bendahara Umum.
PASAL 15
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
1. Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kebijakan-kebijakan dan program program yayasan
serta bertanggungjawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan Yayasan.
1. Pengurus bertanggungjawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan Yayasan.
2. Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan.
3. Pengurus berhak mewakili Yayasan di dalam dan diluar pengadilan tentang segala hal dan kejadian dengan
persetujuan dari Dewan Pembina.
4. Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal mengikat Yayasan sebagai penjamin utang dan
atau membebani Kekayaan Yayasan demi kepentingan lain.
5. Ketentuan tentang rincian wewenang dan tugas Pengurus diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga Yayasan.
Pasal 16
MASA JABATAN DAN KEANGGOTAAN PENGURUS
1. Masa Jabatan Pengurus dalam 1 (satu) periode adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali selama-
lamanya dalam 2 (dua) periode.
2. Jabatan Pengurus berakhir apabila :
3. Meninggal Dunia.
4. Mengundurkan Diri.
5. Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan.
6. Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Dewan Pembina.
7. Masa Jabatan berakhir.
8. Tidak aktif secara berturut-turut selama 1 (satu) tahun.
9. Dalam hal Anggota Pengurus mengundurkan diri maka harus memberitahukan secara tertulis mengenai
maksud tersebut kepada Pengurus dan Dewan Pembina paling lambat 30 (Tiga Puluh) hari sebelum
tanggal pengunduran dirinya.
Pasal 17
PENGAWAS
Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada Pengurus
dalam menjalankan kegiatan Yayasan.
PASAL 22
PEMBUKUAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
Tahun buku Yayasan adalah tahun almanak. Pengurus diwajibkan membuat pembukuan yang tertib dan benar
mengenai yaysan ini dan dipertanggungjawabkan kepada Dewan Pembina.
BAB VII
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
PASAL 23
KEKAYAAN YAYASAN
Kekayaan Yayasan ini lebih berupa tanah, bangunan dan barang-barang inventaris yang terdiri dari :
PASAL 25
PEMBUBARAN
Pembubaran Yayasan ini hanya dapat dilakukan atas dasar keputusan Rapat Majelis Yayasan yang sengaja
diadakan untuk keperluan itu dan dihadiri sedikitnya 3/4 dari anggota Yayasan serta disetujui oleh paling sedikit
2/3 dari jumlah anggota Yayasan yang hadir, dan penyelesaian likuidasi dilakukan oleh para anggota Pengurus.
Jika setelah likuidasi masih ada sisa kekayaan, maka sisa kekayaan yayasan tersebut harus diberikan kepada
badan yang mempunyai tujuan sama dengan Yasyasan ini atau kepada badan sosial lain yang disetujui oleh rapat
pembubaran.
PENUTUP
Hal-hal yang belum diatur atau kurang lengkap diatur dalam Anggaran Dasar ini dapat dapat diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga atau Peraturan lain yang tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
YAYASAN PENDIDIKAN ISALAM AL-MIFTAH PACET
PEMBUKAAN
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta di dorong oleh keinginan luhur dan sadar sepenuhnya akan tanggung
jawab kami sebagai warga negara dan insan yang beragama serta memiliki kepedulian terhadap sesama, maka
dengan ini kami menyatakan bahwa kita sebagai makhluk sosial mempunyai tanggung jawab yang sama dalam
membentuk dan mempersaiapkan generasi penerus bangsa yang berkepribadian, beragama, dan berjiwa sosial
dalam tatanan masyarakan yang berperikemanusiaan.
Permasalah sosial, kemanusianan dan keagamaan yang ada di masyarakat haruslah di data dan diperhatikan
dengan kesungguhan dan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk di dalamnya elemen-elemen pemerintahan,
organisasi-organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan serta kelompok-kelompok masyarakat yang peduli dan
mempunyai tujuan dan tanggung jawab yang sama terhadap fenomena kehidupan di negri ini.
Dengan didasari kebutuhan dan kepedulian tersebut dan untuk tertib serta teraturnya mekanisme kerja serta
pemerataan tugas seluruh elemen Yayasan Pendidikan Islam Al-miftah Pacet maka disusunlah Anggaran Rumah
tangga Yayasan Pendidikan Islam Al-miftah Pacet sebagai berikut.
BAB I
UMUM
Pasal 1
Anggaran Rumah Tangga ini merupakan uaraian dan atau memuat hal-hal yang tidak atau belum di atur dalam
Anggaran Dasar
BAB 2
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Yayasan mempunyai maksud dan tujuan di Bidang Sosial, Keagamaan dan Kemanusiaan.
BAB 3
VISI,MISI,FALSAFAH, NILAI-NILAI DAN MOTO
Pasal 3
Yayasan sebagai lembaga sosial, keagaman dan kemanusiaan perlu memiliki visi, misi, falsafah, nilai-nilai
dan moto
Pembina, pengawas dan seluruh pengurus Yayasan harus memahami dan mengamalkan hal-hal tersebut
sebagai idealisme Yayasan
Pasal 4
Visi ( Program kerja Jangka Panjang )
Menjadikan masyarakat yang ihsan, kompeten dan sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan sunnah sehingga dapat
memotivasi perubahan sosial, moral dan akhlak menuju kebaikan bagi masyarakat di sekitarnya
Pasal 5
Misi ( Program Kerja Jangga Pendek )
Membina, mengembangkan dan memberdayakan potensi Generasi produktif sebagai generasi penerus
bangsa
Manjadi wadah sebagai media pendidikan untuk melaksanakan nilai-nilai islam yang berlandaskan Al-
quran dan sunah dalam kehidupan
Membina masyarakat melalui program-program sosial, kemanusian dan keagamaan
Memajukan dan mencerdaskan generasi bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan Formal dan non
formal
Pasal 6
Falsafah ( Pedoman )
Dikelola oleh umat, dikembangkan oleh umat demi ke maslahatan umat
Pasal 7
Nilai-nilai
Menjungjung tinggi :
AGUS BUDIONO
ANGGARAN DASAR
2 Votes
ANGGARAN DASAR
YAYASAN ASAASUNNAJAH TEGALGLAGAH
MUKADIMAH
Bismillahirahmanirrahim
Bahwa sesungguhnya terciptanya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani, cerdas dalam
berfikir dan bertindak, dan sejahtera secara lahir dan batin yang dilingkupi dengan jiwa yang
taqwa kepada Allah SWT dengan berpedoman pada ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah an
Nahdiyah merupakan cita-cita luhur didirikannya Yayasan ASAASUNNAJAH TEGALGLAGAH.
Untuk mencapai cita-cita luhur tersebut, secara umum Yayasan Asaasunnajah Tegalglagah
bergerak dalam bidang sosial, kemanusiaan, dan keagamaan. Sebagai wujud nyata Yayasan
Asaasunnajah Tegalglagah berkiprah dalam pembinaan sumber daya manusia melalui pendidikan,
pemberian bantuan/santunan bagi yang membutuhkan, dan penyelenggaraan usaha-usaha yang
menguntungkan dan halal, serta peningkatan gerakan sosial kemasyarakatan yang diwujudkan
dalam upaya-upaya antara lain:
1. Melalui pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar berupa Madrasah Ibtidaiyah
Tahdzibul Fuad.
2. Melalui pendidikan non formal berupa Taman Pendidikan Quran Tahdzibul Fuad
3. Melalui usaha-usaha produktif yang menguntungkan dan halal melalui usaha Perdagangan,
Pertanian, Peternakan, dan Biro Jasa lainnya
4. Melalui kajian keagamaan dan pelayanan peribadatan berupa Pesantren, Masjid dan Badan
amil zakat, infak sodaqoh.
Sehubungan dengan itu, dengan niat yang tulus dan dilandasi dengan dasar jiwa pengabdian yang
tinggi yang mengedepankan semangat keikhlasan, kejujuran, dan kerukunan, serta dengan
mengharap rahmat, hidayah, inayah, dan ridlo Allah SWT, Yayasan Asaasunnajah Tegalglagah
bermaksud untuk mewujudkan cita-cita tersebut dengan Anggaran Dasar yang dibuat pertama
kalinya pada tanggal 23 Ramadhan 1432 H / 23 Agustus 2011 M dan telah dirubah melalui Rapat
Pembina sebagai berikut :
Iklan
LAPORKAN IKLAN INI
BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
BAB II
VISI DAN MISI YAYASAN
Visi
Pasal 2
Misi
Pasal 3
1) Meningkatkan pendidikan dan pengajaran pada semua unit pendidikan di bawah Yayasan.
2) Membina manusia muslim yang taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan sempurna, cakap dan
terampil serta bertanggung jawab terhadap agama, bangsa dan negara.
3) Membendung kebudayaan yang bertentangan dengan Islam atau kepribadian manusia.
4) Mengantarkan anak yatim-piatu, fakir miskin dan orang jompo yang beragama Islam sebagai
bagian muslim yang berpendidikan dan bermartabat.
BAB III
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP KEGIATAN
Maksud dan Tujuan
Pasal 4
1. Sosial.
2. Kemanusiaan.
3. Keagamaan.
Ruang Lingkup Kegiatan
Pasal 5
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, Yayasan menjalankan kegiatan sebagai
berikut :
2) Pemberdayaan masyarakat, melalui : panti asuhan yatim piatu dan anak terlantar, dan
kegiatan pelestarian budaya Indonesia;
3) Studi banding peningkatan kegiatan dalam bidang pengetahuan dan kebudayaan;
3) Memberikan perlindungan dan bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin dan gelandangan.
3) Menerima dan menyalurkan hewan kurban, zakat, infak, dan sodaqoh amal jariyah dan lain-
lainnya;
BAB IV
JANGKA WAKTU
Pasal 6
Yayasan ini didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dan dianggap telah mulai
berdiri pada hari Selasa tanggal 23 (dua puluh tiga) Ramadhan 1432 (seribu empat ratus tiga
puluh dua) Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 23 (dua puluh tiga) Agustus 2011 (dua ribu
sebelas) Masehi.
BAB V
KEKAYAN YAYASAN
Pasal 7
1. Modal awal berasal dari kekayan Pendiri yang dipisahkan berupa uang tunai sebesar Rp.
15.000.000 (lima belas juta rupiah);
2. Aset tanah hak pakai seluas 2017 m yang berasal dari wakaf; dan
2
3. Gedung, bangunan madrasah dan seluruh fasilitas yang berada di atas lahan yang digunakan
Yayasan.
BAB VI
ORGAN YAYASAN
Pasal 8
1. Pembina;
2. Pengurus; dan
3. Pengawas.
Pembina
Pasal 9
1) Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada
Pengurus atau Pengawas.
3) Dalam hal terdapat lebih dari seorang anggota Pembina, maka seorang diantaranya diangkat
sebagai Ketua Pembina.
4) Yang dapat diangkat sebagai anggota pembina, adalah orang perseorangan sebagai pendiri
Yayasan dan atau mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota Pembina dinilai mempunyai
dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.
5) Anggota Pembina tidak diberi gaji dan atau tunjangan oleh Yayasan.
6) Dalam hal yayasan oleh karena sebab apapun tidak mempunyai anggota Pembina, maka dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut wajib diangkat anggota Pembina
berdasarkan keputusan rapat gabungan anggota Pengawas dan anggota Pengurus.
7) Seorang anggota Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan
memberitahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada Yayasan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.
Pasal 10
2) Jabatan anggota Pembina akan berakhir dengan sendirinya apabila anggota Pembina tersebut :
1. Meninggal dunia;
2. Mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis sebagaimana diatur dalam Pasal 9
ayat 7;
3. Tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat Pembina;
5. Dinyatakan pailit atau ditaruh di bawah pengampuan berdasarkan suatu penetapan
pengadilan;
6. Dilarang untuk menjadi anggota Pembina karena peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3) Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus dan atau anggota
Pengawas.
Pasal 11
1. Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga Yayasan;
2. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas;
3. Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;
4. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan yang diajukan oleh
pengurus;
5. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan;
6. Pengesahan laporan tahunan Yayasan;
7. Penunjukan likuidator dalam hal Yayasan dibubarkan.
3) Dalam hal hanya ada seorang anggota Pembina, maka segala tugas dan wewenang yang
diberikan kepada Ketua Pembina, anggota Pembina berlaku pula baginya.
Rapat Pembina
Pasal 12
1) Rapat Pembina diadakan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun, paling lambat dalam
waktu 5 (lima) bulan setelah akhir tahun buku sebagai rapat tahunan, sebagaimana dimaksud
dalam pasal 14, Pembina dapat juga mengadakan rapat setiap waktu bila dianggap perlu atas
permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota Pembina, anggota Pengurus, atau anggota
Pengawas.
2) Panggilan rapat Pembina dilakukan oleh Pembina secara langsung atau melalui surat
dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan dengan
tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
3) Panggilan rapat itu harus mencantumkan hari, tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
4) Rapat Pembina diadakan di tempat kedudukan Yayasan, atau di tempat kegiatan Yayasan,
atau di tempat lain dalam wilayah hukum Republik Indonesia.
5) Dalam hal semua anggota Pembina hadir, atau diwakili, panggilan tersebut tidak
disyaratkan dan Rapat Pembina dapat diadakan dimanapun juga dan berhak mengambil
keputusan yang sah dan mengikat.
6) Rapat Pembina dipimpin oleh Ketua Pembina, dan jika Ketua Pembina tidak hadir atau
berhalangan, maka Rapat Pembina akan dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan dari
anggota Pembina yang hadir.
7) Seorang anggota Pembina harus dapat diwakili oleh anggota Pembina lainnya dalam Rapat
Pembina berdasarkan surat kuasa.
Pasal 13
1) Rapat pernbina adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
1. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota pembina;
2. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai, maka dapat
diadakan pemanggilan rapat pembina kedua;
3. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat;
4. Rapat Pembina kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21
(dua puluh satu) hari terhitung sejak rapat pembina pertama;
5. Rapat Pembina kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila
dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota Pembina.
2) Keputusan rapat Pembina diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
3) Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai maka
keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah suara yang sah.
4) Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
1. Setiap anggota pembina yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1 (satu)
suara untuk setiap anggota pembina lain yang diwakilinya;
2. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda
tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka dan
ditandatangani kecuali ketua rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir;
3. Suara yang abstain dan suara tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang
dikeluarkan.
6) Setiap rapat pembina dibuat berita acara yang ditandatangai oleh ketua rapat dan sekretaris
rapat.
7) Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratnya apabila berita
acara rapat dibuat dengan akta notaris.
8) Pembina dapat mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat Pembina dengan
ketentuan semua anggota Pembina telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota Pembina
memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta menandatangani
persetujuan tersebut.
9) Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) mempunyai kekuatan
yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat pembina.
10) Dalam hal hanya ada 1 (satu) orang Pembina maka dia dapat mengambil keputusan yang sah
dan mengikat.
Rapat Tahunan
Pasal 14
1) Pembina wajib menyelenggarakan rapat tahunan setiap tahun, paling lambat 5 (lima) bulan
setelah tahun buku Yayasan ditutup.
1. Evaluasi tentang harta kekayaan, hak dan kewajiban Yayasan tahun yang lampau sebagai
dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenai perkembangan Yayasan untuk tahun yang akan
datang;
2. Pengesahan laporan tahunan yang diajukan pengurus;
3. Penetapan kebijakan umum yayasan;
4. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yavasan.
3) Pengesahan laporan tahunan oleh Pembina dalam rapat tahunan berarti rnemberikan
pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada para anggota Pengurus dan
Pengawas atas pengurusan dan pengawasan yang telah dijalankan selama tahun buku yang lalu
sejauh tindakan tersebut tercermin dalam laporan tahunan.
Pengurus
Pasal 15
1) Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan yang
sekurang-kurangnya terdiri dari :
1. Seorang Ketua;
2. Seorang Sekretaris;
3. Seorang Bendahara.
2) Dalam hal diangkat lebih dari 1 (saru) orang ketua, maka 1 (satu) orang diantaranya
diangkat sebagai Ketua Umum;
3) Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang sekretaris maka 1 (satu) orang di antaranya
diangkat sebagai Sekretaris Umum;
4) Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Bendahara, maka 1 (satu) orang di antaranya
diangkat sebagai Bendahara umum.
Pasal 16
1) Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengurus adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengurusan
Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat atau negara berdasarkan
putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan
tersebut berkekuatan hukum tetap.
2) Pengurus diangkat oleh Pembina melalui rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lirna)
tahun dan dapat diangkat kembali setelah masa jabatannya pertama berakhir, untuk masa
jabatan selanjutnya, dengan tidak mengurangi hak Rapat Umum Pembina untuk
memberhentikannya atau menggantinya sewaktu-waktu sebelum masa kepengurusannya
berakhir apabila selama menjalankan tugasnya anggota pengurus melakukan tindakan yang
oleh anggota Pembina dinilai merugikan Yayasan.
3) Pengurus dapat menerima gaji, upah atau honorarium yang ditetapkan oleh Pembina sesuai
dengan kemampuan kekayaan Yayasan, apabila Pengurus Yayasan :
1. Bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina dan Pengawas; dan
2. Melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh.
4) Dalam hal jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak tanggal kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk mengisi
kekosongan itu.
5) Dalam hal semua jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk
mengangkat Pengurus baru dan untuk sementara Yayasan diurus oleh Pengawas.
6) Pengurus berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan rnemberitahukan secara
tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum tanggal pengunduran dirinya.
7) Dalam hal terdapat penggantian Pengurus Yayasan, maka dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya, pengurus yang menggantikan
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri.
8) Pengurus tidak dapat merangkap sebagai Pembina, Pengawas atau Pelaksana Kegiatan.
Pasal 17
3) Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam
dengan hukuman paling sedikit 5 (lima) tahun;
Pasal 18
1) Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan
Yayasan;
2) Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan untuk
disahkan pembina;
3) Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan Pengawas;
4) Setiap anggota Pengurus wajib dengan itikad baik dan tanggung jawab menjalankan
tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5) Pengurus berhak mewakili Yayasan dalam dan di luar pengadilan tentang segala hal dan
dalam segala kejadian dengan pembatasan terhadap hai-hal sebagai berikul :
1. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Yayasan (tidak termasuk mengambil uang
Yayasan di bank);
2. Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha baik di
dalam maupun di luar negeri;
3. Memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap;
4. Membeli atau dengan cara lain mendapatkan/memperoleh harta tetap atas nama Yayasan;
5. Menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan Yayasan serta
mengagunkan/membebani kekayaan Yayasan;
6. Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina,
Pengurus dan atau Pengawas Yayasan atau seorang yang bekerja pada Yayasan yang
perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.
6) Perbuatan Pengurus sebagaimana diatur dalam ayat (5) huruf a, b, c, dan dan f mendapat
persetujuan dari Pembina.
Pasal 19
3) Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina,
Pengurus dan atau Pengawas Yayasan atau seseorang yang bekerja pada Yayasan, yang perjanjian
tersebut tidak ada hubungannya bagi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.
Pasal 20
1) Ketua Urnum bersama-sama dengan salah seorang anggota Pengurus lainnya berwenang
bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan;
2) Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal
tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka seorang ketua lainnya bersama-sama
dengan Sekretaris Umum atau apabila Sekretaris Umum tidak hadir atau berhalangan karena
sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, seorang Ketua
lainnya bersama-sama dengan seorang Sekretaris lainnya berwenang bertindak untuk dan atas
nama Pengurus serta mewakili Yayasan.
3) Dalam hal hanya ada seorang Ketua, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan
kepada Ketua umum berlaku juga baginya;
4) Sekretaris Umum bertugas mengelola administrasi Yayasan, dalarn hal hanya ada seorang
Sekretaris, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada sekretaris umum berlaku
juga baginya;
5) Bendahara Umum bertugas mengelola keuangan Yayasan, dalam hal hanya ada seorang
Bendahara, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Bendahara Umum berlaku
juga baginya;
6) Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Pengurus ditetapkan oleh Pembina
melalui rapat Pembina;
7) Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seoralg atau lebih wakil atau
kuasanya berdasarkan surat kuasa.
Pelaksana Kegiatan
Pasal 21
2) Yang dapat diangkat sebagai Pelaksana Kegiatan Yayasan adalah orang-perorang yang
mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau dipidana karena
melakukan tindakan yang merugikan Yayasan, masyarakat atau negara berdasarkan keputusan
pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut
berkekuatan hukum tetap.
3) Pelaksana Kegiatan Yayasan diangkat oleh Pengurus berdasarkan keputusan Rapat
Pengurus untuk jangka waktu ditentukan oleh rapat Pengurus dan dapat diangkat kembali dengan
tidak mengurangi keputusan rapat Pengurus untuk memberhentikan sewaktu-waktu
5) Pelaksana Kegiatan Yayasan menerima gaji, upah atau honorarium yang jumlahnya
ditentukan berdasarkan keputusan Rapat Pengurus.
Pasal 22
1) Dalam hal terjadi perkara di pengadilan antara Yayasan dengan anggota Pengurus atau
apabila kepentingan pribadi seorang anggota pengurus bertentangan dengan Yayasan, maka
anggota Pengurus yang bersangkutan tidak berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus
serta mewakili Yayasan, maka anggota Pengurus lainnya bertindak untuk dan atas nama Pengurus
serta mewakili Yayasan.
2) Dalam hal Yayasan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan
seluruh Pengurus, maka Yayasan diwakili oleh Pengawas.
Rapat Pengurus
Pasal 23
1) Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas permintaan tertulis
dari satu orang atau lebih Pengurus, Pengawas atau Pernbina.
2) Panggilan Rapat Pengurus dilakukan oleh Pengurus yang berhak mewakili Pengurus.
3) Panggilan Rapat Pengurus disampaikan kepada setiap anggota Pengurus secara langsung,
atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat
diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
4) Panggilan Rapat Pengurus itu harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara
rapat.
5) Rapat Pengurus diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
6) Rapat Pengurus dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah Republik Indonesia dengan
persetujuan Pembina.
Pasal 24
2) Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengurus akan
dipimpin oleh seorang anggota Pengurus yang dipilih oleh dan dari Pengurus yang hadir.
3) Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat Pengurus
berdasarkan surat kuasa.
4) Rapat Pengurus sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
Pasal 25
1) Keputusan Rapat Pengurus harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2) Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka
keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah suara yang sah.
3) Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
4) Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa
tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka,
kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
5) Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara
yang dikeluarkan.
6) Setiap Rapat Pengurus dibuat berita acara rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan
1 (satu) orang anggota Pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai sekretaris rapat.
7) Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak diisyaratkan apabila Berita Acara
Rapat dibuat dengan akta notaris.
8) Pengurus dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pengurus,
dengan ketentuan semua anggota Pengurus telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota
Pengurus memberikanpersetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta
rnenandatangani persetujuan tersebut.
9) Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) mempunyai kekuatan
yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengurus.
Pengawas
Pasal 26
1) Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi
nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.
2) Pengawas terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota Pengawas.
3) Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Pengawas, maka 1 (satu) orang di antaranya
dapat diangkat sebagai Ketua Pengawas.
Pasal 27
1) Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengawas adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan
Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat atau negara berdasarkan putusan
pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut
berkekuatan hukum tetap.
2) Pengawas diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun dan dapat diangkat kembali setelah masa jabatan pertama berakhir untuk masa jabatan
selanjutnya, dengan tidak mengurangi Hak Rapat Pembina untuk memberhentikannya atau
menggantinya sewaktu-waktu sebelum masa kepengawasannya berakhir, apabila selama
menjalankan tugasnya anggota Pengawas melakukan tindakan yang oleh anggota Pemuina dinilai
merugikan Yayasan
3) Dalam hal jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan rapat, untuk mengisi
kekosongan itu.
4) Dalam hal semua jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk
mengangkat Pengawas baru dan untuk sementara Yayasan diurus oleh Pengawas.
5) Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara
tertulis mengenai maksudnya kepada pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal
pengunduran dirinya.
6) Dalam hal terdapat penggantian Pengawas Yayasan, maka dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengawas Yayasan,
Pembina wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertuilis kepada Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dan instansi terkait.
7) Pengawas tidak dapat merangkap sebagai Pembina, Pengurus atau Pelaksana Kegiatan.
Pasal 28
3) Bersalah melakukan tindakan pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam
dengan hukurnan penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;
Tugas dan Wewenang Pengawas
Pasal 29
1) Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas
pengawasan untuk kepentingan Yayasan.
2) Ketua Pengawas dan satu anggota Pengawas berwenang bertindak untuk dan atas nama
Pengawas.
5) Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkutan disertai alasannya.
6) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara itu,
Pengawas diwajibkan untuk rnelaporkan pemberhentian itu secara tertulis kepada Pembina.
7) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima oleh Pembina
sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), maka Pembina wajib memanggil anggota Pengurus yang
bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri.
8) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (7), Pembina dengan keputusan Rapat Pernbina wajib :
10) Dalam hal seluruh Pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara Pengawas
diwajibkan mengurus Yayasan.
Rapat Pengawas
Pasal 30
1) Rapat Pengawas dapat diadakan setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan tertulis
dari seorang atau lebih Pengawas atau Pembina.
2) Panggilan Rapat Pengawas dilakukan oleh Pengawas yang berhak mewakili Pengawas.
3) Panggilan Rapat Pengawas disampaikan kepada setiap Pengawas secara langsung, atau
melalui surat dengan mendapat tanda terima paling lambat 7 (tujuh) hari sebelurn rapat
diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
4) Panggilan Rapat itu harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
5) Rapat Pengawas itu harus diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan
Yayasan.
6) Rapat Pengawas dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah hukum Republik Indonesia
dengan persetujuan Pembina.
Pasal 31
1) Rapat Pengawas dipimpin oleh Ketua Umum.
2) Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengawas akan
dipimpin oleh satu orang Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengawas yang hadir.
3) Satu orang anggota Pengawas hanya diwakili oleh Pengawas lainnya dalam Rapat Pengawas
berdasarkan surat kuasa.
4) Rapat Pengawas sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
1) Keputusan Rapat Pengawas harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat
2) Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka
keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah suara yang sah.
3) Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
4) Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa
tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka,
kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
5) Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara
yang dikeluarkan.
6) Setiap Rapat Pengawas dibuat berita acara yang ditandatangani oleh ketua rapat dan 1
(satu) orang anggota Pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai sekretaris rapat.
7) Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita Acara
Rapat dibuat dengan akta Notaris.
8) Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat Pengawas,
dengan ketentuan semua Pengawas telah diberitahu secara tertulis dan semua Pengawas
memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis dengan menandatangani
usul tersebut.
9) Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) mempunyai kekuatan yang
sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengawas.
Rapat Gabungan
Pasal 33
1) Rapat Gabungan adalah rapat yang diadakan oleh Pengurus dan Pengawas untuk
mengangkat Pernbina, apabila Yayasan tidak lagi mempunyai Pembina.
2) Rapat gabungan diadakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak Yayasan tidak
lagi rnempunyai Pembina.
4) Panggilan Rapat Gabungan disampaikan kepada setiap Pengurus dan Pengawas secara
langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling larnbat 7 (tujuh) hari
sebelum rapat diadakan dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
5) Panggilan Rapat Gabungan harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
6) Rapat Gabungan diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan yayasan.
8) Dalam hal Ketua Pengurus tidak ada atau berhalangan hadir, maka Rapat Gabungan
dipirnpin oleh Ketua Pengawas.
9) Dalam hal Ketua Pengurus dan Ketua Pengawas tidak ada atau berhalangan hadir, maka
Rapat Gabungan dipimpin oleh Pengurus atau Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengurus dan
Pengawas yang hadir.
Pasal 34
1) Satu dari Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat Gabungan
berdasarkan surat kuasa.
2) Satu orang Pengawas hanya dapat diwakili oleh Pengawas lainnya dalam Rapat Gabungan
berdasarkan surat kuasa.
3) Setiap Pengurus atau Pengawas yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan
tarnbahan 1 (satu) suara untuk setiap Pengurus atau Pengawas lain yang diwakilinya.
4) Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda
tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka, kecuali
Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
5) Suara abstain dan suara yang tidak sah dianggap tidak dikeluarkan dan dianggap tidak ada.
Pasal 35
1) a. Rapat Gabungan adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila
dihadiri paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Pengurus dan 2/3 (dua pertiga) dari
jumlah anggota Pengawas.
1. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai, maka dapat
diadakan pemanggilan Rapat Gabungan kedua.
2. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat.
3. Rapat Gabungan kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21
(dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Gabungan Pertama.
4. Rapat Gabungan kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila
dihadiri paling sedikit 1/2 (satu perdua) dari jumlah anggota Pengurus dan 1/2 (satu per dua)
dari jumlah anggota Pengawas.
2) Keputusan Rapat Gabungan sebagaimana tersebut di atas ditetapkan berdasarkan
musyawarah untuk mufakat.
3) Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka
keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju paling sedikit 2/3 (dua
per tiga) bagian dari jumlah suara yang sah yang dikeluarkan dalam rapat.
4) Setiap Rapat Gabungan dibuat Berita Acara Rapat, yang untuk pengesahannya
ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu) Pengurus atau anggota Pengawas yang ditunjuk
oleh rapat.
5) Berita acara sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) menjadi bukti sah terhadap Yayasan
dan pihak ketiga tentang keputusan dan segala sesuatu yang terjadi dalarm rapat.
6) Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak disyaratkan apabila Berita
Acara dibuat dengan Akta Notaris.
7) Anggota Pengurus dan anggota Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa
mengadakan Rapat Gabungan, dengan ketentuan semua Pengurus dan semua Pengawas telah
diberitahu secara tertulis dan semua Pengurus dan semua Pengawas memberikan persetujuan
mengenai usul yang diajukan secara tertulis, dengan menandatangani usul tersebut.
8) Keputusan yang diambil dengan cara sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) mempunyai
kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Gabungan.
Tahun Buku
Pasal 36
1) Tahun Buku Yayasan dimulai tanggal 1 (satu) Januari sampai dengan tanggal 31 (tiga
puluh satu) Desember.
Laporan Tahunan
Pasal 37
1) Pengurus wajib menyusun secara tertulis laporan tahunan paling lambat 5 (lirna) bulan
setelah berakhirnya tahun Buku Yayasan.
1. Laporan keadaan dan kegiatan Yayasan selama tahun buku yang lalu serta hasil yang telah
dicapai;
2. Laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan
aktivitas, laporan arus kas dan catatan laporan keuangan.
3) Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh Pengurus dan Pengawas.
4) Dalam hal terdapat anggota Pengurus dan Pengawas yang tidak menandatangani laporan
tersebut, maka yang bersangkutan harus menyebutkan alasan tertulis.
6) Ikhtisar laporan tahun Yayasan disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku dan diumumkan pada papan pengumuman di kantor Yayasan; Bagi yayasan yang
memperoleh bantuan Negara, bantuan luar negeri atau pihak lain sebesar Rp. 500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) atau lebih, atau yang mempunyai kekayaan di luar wakaf sebesar Rp.
20.000.000.000,- (dua puluh milyar rupiah) atau lebih, ikhtisar laporan tahunan Yayasan wajib
diaudit oleh akuntan publik dan diumumkan dalam surat kabar berbahasa Indonesia.
Pasal 38
1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan Rapat
Pembina, yang dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Pembina.
3) Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka
keputusan ditetapkan berdasarkan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari seluruh
jumlah Pembina yang hadir atau yang diwakili.
4) Dalarn hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak tercapai, maka diadakan
pemanggilan Rapat Pembina yang kedua paling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal Rapat
Pembina yang pertama.
5) Rapat pembina kedua tersebut sah, apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) dari
seluruh Pembina.
6) Keputusan Rapat Pembina kedua sah, apabila diambil berdasarkan persetujuan suara
terbanyak dari jumlah Pembina yang hadir atau yang diwakili.
Pasal 39
1) Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan akta notaris dibuat dalam bahasa Indonesia.
2) Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan tujuan Yayasan.
3) Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan kegiatan Yayasan,
harus mendapat persetujuan dari Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
4) Perubahan Anggaran Dasar selain yang menyangkut hal-hal sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.
5) Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat Yayasan dinyatakan pailit,
kecuali atas persetujuan kurator.
Penggabungan
Pasal 40
1) Penggabungan Yayasan dapat dilakukan dengan menggabungkan 1 (satu) atau lebih Yayasan
dengan Yayasan lain, dan mengakibatkan Yayasan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
2) Penggabungan Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) dapat dilakukan
dengan memperhatikan :
1) Penggabungan Yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Pembina yang
dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota Pembina dan disetujui paling
sedikit 3/4 (tiga per empat) dari seluruh jumlah anggota Pembina yang hadir.
2) Pengurus dari masing-masing Yayasan yang akan menggabungkan diri dan yang akan
rnenerima penggabungan menyusun rencana penggabungan.
3) Usul rencana penggabungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dituangkan dalam
rancangan akta penggabungan oleh Pengurus dari Yayasan yang akan menggabungkan diri dan
yang akan menerima penggabungan.
4) Rancangan akta penggabungan harus mendapat persetujuan dari Pembina masing-
masing Yayasan.
5) Rancangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dituangkan dalam akta penggabungan
yang dibuat dihadapan notaris dalam bahasa Indonesia.
6) Pengurus Yayasan hasil penggabungan wajib mengumumkan hasil penggabungan dalarn
surat kabar harian berbahasa Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
penggabungan selesai dilakukan.
7) Dalam hal penggabungan Yayasan diikuti dengan perubahan Anggaran Dasar yang
memerlukan persetujuan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia, maka akta perubahan
Anggaran Dasar Yayasan wajib disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
untuk memperoleh persetujuan dengan dilampiri akta penggabungan.
Pembubaran
Pasal 42
1. Alasan sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar
berakhir;
2. Tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau tidak tercapai;
3. Putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap berdasarkan alasan :
(1) Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;
(3) Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya setelah pernyataan pailit
dicabut.
2) Dalam hal Yayasan bubar sebagaimana diatur dalam ayat (1) huruf a dan huruf b, Pembina
menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan Yayasan.
3) Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, maka Pengurus bertindak sebagai likuidator.
Pasal 43
1) Dalam hal Yayasan bubar, Yayasan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali untuk
membereskan kekayaan dalam proses likuidasi.
2) Dalam hal Yayasan sedang dalam proses likuidasi, untuk semua surat keluar dicantumkan
frasa “dalam likuidasi” di belakang nama Yayasan
3) Dalam hal Yayasan bubar karena putusan pengadilan, maka pengadilan juga menunjuk
likuidator.
4) Dalam hal pembubaran Yayasan karena pailit, berlaku peraturan perundang-tundangan di
bidang kepailitan.
6) Likuidator atau Kurator yang ditunjuk untuk melakukan pemberesan kekayaan Yayasan
yang bubar atau dibubarkan, paling lambat 5 (lima) hari terhitung sejak tanggal penunjukan
wajib mengumumkan pembubaran Yayasan dan proses likuidasinya dalam surat kabar harian
berbahasa Indonesia.
7) Likuidator atau Kurator dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal proses likuidasi berakhir wajib mengumumkan hasil likuidasi dalam surat kabar
harian berbahasa Indonesia.
8) Likuidator atau Kurator dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
proses likuidasi berakhir wajib melaporkan pembubaran Yayasan kepada Pembina
9) Dalarn hal laporan mengenai pembubaran Yayasan sebagaimana dimaksud ayat (8) dan
pengumuman hasil likuridasi sebagaimana dimaksud ayat (7) tidak dilakukan, maka bubarnya
Yayasan tidak berlaku bagi pihak ketiga.
Pasal 44
1) Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Yayasan lain yang mempunyai maksud
dan tujuan yang sama dengan Yayasan yang bubar.
2) Kekayaan sisa hasil likuidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diserahkan
kepada badan hukum lain yang melakukan kegiatan yang sama dengan Yayasan yang bubar,
apabila hal tersebut diatur dalam undang-undang yang berlaku bagi badan hukum tersebut.
3) Dalam hal kekayaan sisa hasil likuidasi tidak diserahkan kepada Yayasan lain atau kepada
badan hukum lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), kekayaan tersebut
diserahkan kepada Negara dan penggunaannya dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan
Yayasan yang bubar.
Peraturan Penutup
Pasal 45
1) Hal-hal yang tidak diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini akan
diputuskan oleh Rapat Pembina.
2) Menyimpang dari ketentuan dalam pasal 7 ayat (4), pasal 13 ayat (1), dan pasal 24 ayat (1)
Anggaran Dasar ini mengenai tata cara pengangkatan Pembina, Pengurus, dan Pengawas untuk
pertama kalinya diangkat susunan Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan dengan susunan
sebagai berikut :
– Pembina :
– Pengurus :
– Pengawas :
3) Pengangkatan anggota Pembina Yayasan, anggota Pengurus Yayasan dan anggota Pengawas
Yayasan tersebut telah diterima oleh masing-masing yang bersangkutan dan disahkan dalam
Rapat Pembina pertama kali diadakan pada hari Selasa, 23 Agustus 2011.
Ketua, Sekretaris,
H. ZAENAL MA’ARIF H. SOLIKHIN USMAN
Sekretaris,
Kharispudin, S.Pd.I
1. Surat Permohonan yang diketahui oleh RT/Kepala dusun, Kepala Desa, Kepala KUA, Camat setempat.
2. Visi dan Misi.
3. Susunan Pengurus.
4. Kurikulum Pelajaran.
5. Jadwal Pelajaran.
6. Data guru pengajar.
7. Daftar Santri.
8. Sarana Prasarana yang dimiliki.
1. Surat Permohonan Pendaftaran yang diketahui oleh Kepala Desa, Ketua FKDT
III.Apabila persyaratan lengkap Tim Vrifikasi melakukan verifikasi lapangan dan meberikan
IV. Berdasarkan penilaian kelayakan tersebut Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten
V. Kepala Seksi PD Pontren melaporkan hasil rapat pertimbangan kepada Kepala Kantor
VI. Berdasarkan hasil rapat pertimbangan tersebut Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Purbalingga menetapkan keputusan layak atau tidaknuntuk diberikan Tanda Daftar MDT
VII.Kepala Seksi PD Pontren menyampaikan Asli keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Purbalingga dan Asli piagam Tanda Daftar MDT kepada organisasi calon
Share
Pada prinsipnya izin operasional madrasah diniyah takmiliyah bernama piagam terdaftar madrasah
diniyah takmiliyah. dalam piagam terdaftar dimaksud terdapat nomor statistik diniyah takmiliyah
(NSDT) berupa kode unik bagi identitas lembaga madin yang mana kalau penomoran dilakukan
dengan benar maka tidak akan ada dobel nomor statistik pada madrasah diniyah takmiliyah di
seluruh indonesia.
dalam buku pedoman penyelenggaraan madrasah diniyah takmiliyah termaktub tata cara
pengajuan izin operasional. dalam pengajuannya tidaklah berbelit belit maupun sulit dan telah
disebutkan secara terperinci hal – hal yang harus dilampirkan dalam pengajuan. Akan tetapi tidak
diberikan contoh proposal pengajuan izinnya. Dengan begitu secara prinsip ada pengajuan dari
lembaga secara resmi dengan kata kalimat maupun bentuk proposal yang tidak ditentukan.
Secara lebih teknis, persyaratan yang disebutkan diatas diatur oleh Kankemenag dengan
memperhatikan kebutuhan dan dinamika masyarakat sekita. biasanya akan ditambahkan syarat
berupa :
B. Selanjutnya Kantor Kementerian Agama Kabupaten / Kota melalui seksi Pendidikan Keagamaan
dan Pondok Pesantren (PD Pontren) atau seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (PAKIS)
melakukan pengecekan proposal, setelah syarat dalam pengajuan terpenuhi dilanjutkan dengan
verifikasi lokasi lembaga yang mengajukan dalam rangka melakukan verifikasi atas kesesuaian data
dengan kondisi lapangan.
C.
pemberian piagam dan sk izin operasional MDT dilakukan jika setelah verifikasi data dan lokasi
ada kecocokan dan juga kelayakan untuk mendapatkan izin operasional sesuai dengan pengajuan
dari MDT yang selanjutnya SK dimaksud dilaporkan ke Kanwil Kemenag setempat dan Kemenag RI
di Jakarta.
Untuk MDT tingkat Ulya SK Penetapan izin operasional dikeluarkan oleh Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi.
Demikian tentang tata cara pengajuan izin operasional Madrasah Diniyah Takmiliyah merujuk
kepada Buku Pedoman Penyelenggaraan Madrasah Diniyah Takmiliyah yang dikeluarkan oleh
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2014