Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS DAMPAK PASCA COVID-19 DAN UPAYA

PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BROMO.

Anonimous Budi
SMA Negeri 1 Puri
Jl. Jayanegara 02 Kab. Mojokerto
Anonimousbudi@gmail.com

ABSTRAK

Gunung Bromo merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di Jawa Timur
yang merasakan dampak akibat pandemi setelah diterapkannya social and
physical distancing. Pasca pandemi Covid-19, Gunung Bromo sudah mulai
membuka destinasi wisatanya dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari pasca pandemi
Covid- 19 dan upaya pemerintah terhadap perkembangan pariwisata Gunung
Bromo. Dampak perkembangan Gunung Bromo pasca pandemi covid- 19 dalam
bidang ekonomi mengakibatkan pendapatan pengelola dan pelaku industri
menurun drastis. Upaya mengatasi masalah tersebut, pemerintah memberikan
dukungan penuh untuk menarik wisatawan lokal dengan berbagai penawaran yang
menarik.

Kata kunci: Dampak, Perkembangan Pariwisata, Pasca Pandemi Covid-19

PENDAHULUAN
Adanya pandemi dari wabah Covid 19 memberikan dampak yang parah
pada sektor Pariwisata, termasuk pelaku usaha sektor wisata (Nugroho, 2021).
Kerugian secara mikro maupun makro akibat covid amat dirasakan oleh semua
pemangku kepentingan pariwisata. Catatan global menyebutkan bahwa sektor
pariwisata berpotensi kehilangan 120 juta lapangan pekerjaan akibat dampak
wabah corona virus dengan kerugian dalam skala mencapai 2,7 triliun dolar.
Kondisi ini terjadi di seluruh dunia dengan skala dan dimensi yang berbeda-beda.
Grafik perjalanan antar negara menurun drastis, seiring dengan pemberlakuan
pembatasan perjalanan yang dilakukan oleh hampir semua negara (Asmoro &
Yusriza, 2021). Tidak terkecuali destinasi wisata di Gunung Bromo.
Gunung Bromo merupakan objek wisata yang berada di Provinsi Jawa
Timur, yang memiliki panorama alam yang indah, sehingga memiliki daya tarik
untuk menarik wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri (Ifa, et al.,
2019). Hal itu terbukti dari data dinas pemuda olahraga pariwisata dan
kebudayaan kabupaten probolinggo mencatat jumlah pengunjung pada tahun 2019
sebesar 169.186 orang dengan rincian 4.271 wisata mancanegara dan 50.995
wisatawan lokal. Namun, pada awal tahun tahun 2020, terjadi penurunan jumlah
pengunjung yang signifikan. Hal ini terjadi akibat adanya pemberlakukan
kebijakan dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia (Busomi,
2021).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari pasca
pandemi Covid-19 upaya meningkatkan perkembangan pariwisata Gunung
Bromo. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca
yang ingin mengetahui perkembangan dari pasca pandemi pada destinasi wisata
Gunung Bromo.

KAJIAN LITERATUR
Beberapa studi terkait peran media sosial terhadap destinasi wisata telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu di antaranya, Bustomi (2021) memaparkan
tentang penurun keadaan pariwisata di Probolinggo sebelum dan pasca pandemi.
Penelitian dai Nugroho (2021) juga memperkuat terkait perekonomian masyarakat
setempat yang mengalami kerugian yang besar. Dalam rangka menstabilkan
sektor pariwisata dan ekonomi, pemerintah memberikan dukungan kepada pelaku
usaha di sekitar destinasi pariwisata Bromo secara finasial (Wulung, et al., 2021)
serta sarana dan prasarana (Asmoro & Yusriza, 2021)

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan kajian
fenomena mengenai dampak Covid-19 dan perkembangan pasca pandemi dengan
jenis data sekunder yang bersumber pada penelitian terdahulu, artikel dan sumber-
sumber terkait dari media daring. Terbatasnya kegiatan penelitian karena
pandemi, menjadi alasan utama menggunakan teknik desk study sebagai teknik
perolehan data melalui pengamatan secara daring. Data dan Informasi yang
diperoleh, dianalisis melalui analisis deskripsi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Wisata gunung Bromo merupakan destinasi yang cukup terkenal dilingkup
nasional bahkan dilingkup global. Gunung ini mempunyai ketinggian 2.329 meter
di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten
Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang (Putra, 2018). Gunung
Bromo merupakan gunung suci bagi suku tengger yang merupakan penduduk asli.
Disamping itu, di sekitar Gunung Bromo terdapat padang rumput savanah yang
menghampar kehijauan dan terdapat bukit-bukit kecil yang familiar disebut
Bukit Teletubies. Di sisi timur Gunung Bromo juga terdapat hamparan pasir hitam
yang disebut Pasir Berbisik. Tidak jauh dari Gunung Bromo terdapat Pura Poten,
merupakan tempat sembahnyang agama Hindu yang banyak di anut oleh suku
Tengger (Busomi, 2021).
Sebagai destinasi wisata yang memiliki banyak peminat, masyarakat yang
tinggal di Daerah Bromo mendapatkan keuntungan terkait pemanfaatan sumber
daya alam (SDA) dalam kawasan Bromo yang banyak peminatnya, mulai dari
wisatawan lokal hingga mancanegara. Masyarakat selama ini memanfaatkan SDA
dalam kawasan Bromo untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan menyediakan
sektor industri dan jasa. Masyarakat yang berada di kawasan taman nasional
Bromo tengger semeru tersebut memiliki penghasilan yang sangat besar, salah
satunya penghasilan dari seorang sopir Jeep dapat mencapai 500.00 rupiah/hari.
Penghasilan masyarakat seperti di Bromo tersebut sangat jarang ditemukan di
taman nasioanl ataupun tempat yang lain, penghasilan yang sangat besar tersebut
di dukung oleh adanya potensi pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger yang
memiliki keindahan alam yang sangat baik (Pahlevy, et al., 2019).
Secara umumu, aktivitas pariwisata di Gunung Bromo pada 2018 tercatat
senilai 560 miliar rupiah. Angka itu naik lagi menjadi 596 miliar rupiah pada
2019. Namun, pendapatan para pengusaha di sektor wisata Gunung Bromo
menurun secara signifikan karena pandemi Covid-19 (Nugroho, 2021). Hal itu
terbukti berdasarkan data pada Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Probolinggo, tercatat jumlah pengunjung di tahun 2020
hanya berjumlah 36.506 orang. Jumlah tersebut sangat jauh berbeda jika
dibandingkan dengan jumlah pengunjung di tahun-tahun sebelumnya. Peristiwa
ini disebabkan oleh salah satu peraturan yang di buat pada masa pandemi yaitu PP
nomor 21 tahun 2020 tentang pembatasan sosial berskala besar dalam rangka
percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019 sehingga mengharuskan
destinasi wisata ditutup yang menyebabkan terjadinya penurunan ekonomi daerah
dan negara (Busomi, 2021).
Dengan berbagai pertimbangan, baik kesehatan, ekonomi, sosial dan
politik maka sektor pariwisata dibuka kembali namun, harus memenuhi unsur-
unsur indikator kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan.
Sebagai upaya membangkitkan perkembangan pariwisata gunung Bromo,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memberikan insentif terhadap
industri pariwisata dan pemberian diskon kepada wisatawan contohnya berupa
diskon tiket pesawat mulai dari 30% sampai 40% untuk 10 tempat pembenahan
infrastruktur, akomodasi, dan sarana penunjang lainnya untuk menarik lebih
banyak wisatawan pasca pandemi (Wulung, et al., 2021).
Pahlevy et al. (2019) tentang Karakteristik sosial ekonomi masyarakat
daerah wisata bromo sebagai pengembangan kesejahteraan hidup. Selain itu juga,
pemerintah Jawa Timur setempat menawarkan beberapa model pola perjalanan
bagi, yaitu: Day Trip, Resort Trip, Base Holiday Trip, Round Trip, dan Passing
Through Trip. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara spesifik
menyebutkan bahwa ekowisata seperti Gunung Bromo adalah jenis pariwisata
yang berpotensi untuk bertahan di masa post covid. Hal ini dikarenakan karakter
dari kegiatan wisatawan ekowisata (ekoturis) yang cenderung tidak berkumpul
dan menyebar, sehingga dari perspektif kesehatan, maka ekowisata memenuhi
kaidah physical distancing yang cocok dengan fase recovery (Asmoro & Yusriza,
2021).

SIMPULAN
Wisata Gunung Bromo memiliki potensi besar untuk tetap beroperasi dan
berkembang di masa pandemi karena destinasi wisata ini memiliki karakteristik
ekowisata yang dengan mudah menerapkan protokol kesehatan sehingga para
wisatawan merasa aman dan nyaman. Selain itu, pemerintah juga turut
mendukung perkembangan wisata Gunung Bromo dengan memberikan dukungan
maksimal agar menarik minat wisatawan khususnya masyarakat lokal.

SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diharapkan penelitian di
masa yang akan datang, sebaiknya melakukan survey secara langsung untuk
pengumpulan data yang lebih banyak dan aktual.

PUSTAKA ACUAN

Asmoro, A. Y. & Yusriza, F. 2021. Potensi Pola Perjalanan Ekowisata Jawa


Timur Pasca Pandemi Covid-19. Jurnal IPTA (Industri Perjalanan
Wisata). 9(1): 11-33.

Bustomi, Y. A. 2021. Dampak Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19)


Terhadap Pengembangan Wisata Pantai Bentar dalam Upaya
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Dinas Pemuda,
Olahraga Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Probolinggo). Skripsi.
Universitas Islam Malang.

Ifa, H., Yoga, D., Puspita, L., & Mazidah, U. 2019. Analisis Sosial Ekonomi
Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Tengger Gunung Bromo.
Majalah Pembelajaran Geografi. 2(1): 1-7.

Nugroho, S. A. 2021. Program Kemitraan Masyarakat Pendampingan pada


Paguyuban Jeep Nadia Bromo dalam Meningkatkan Keterampilan Health,
Hygine, Security Dan Safety Driver Jeep Sebagai Bentuk Safety
Tranportation di Wisata Gunung Bromo Menghadapi Masa New Normal
Covid-19. ResearchGate. 1-11.

Pahlevy, F. N., Apriyanto, B., & Astutik, S. 2019. Karakteristik Sosial Ekonomi
Masyarakat Daerah Wisata Bromo sebagai Pengembangan Kesejahteraan
Hidup. Majalah Pembelajaran Geografi. 2(2): 1-20.

Putra, A. S. N. 2018. Pesona Gunung Bromo Sebagai Wisata Unggulan Di


Pasuruan, Jawa Timur. Domestic Case Study. 1-11

Wulung, S. R. P., Latifah, A.N., & Saidah A. F. 2021. Dampak Covid-19 pada
Destinasi Pariwisata Prioritas Bromo Tengger Semeru. Jurnal Ilmiah
Pariwisata. 26(2): 123-125.

Anda mungkin juga menyukai