Anda di halaman 1dari 59

Pasal 1 Ayat 6

Hal. 3 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021

Upah adalah hak Pekerja/Buruh yang diterima dan


dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
Pengusaha atau pemberi kerja kepada Pekerja/Buruh
yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
Perjanjian Kerja, Kesepakatan atau peraturan
Perundang-undangan, termasuk Tunjangan bagi
Pekerja/Buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan

Pasal 40
Hal. 25 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
Pemutusan Hubungan Kerja Pengusaha wajib
1 membayarkan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa
Kerja, dan Uang Penggantian Hak

2 Uang Pesangon
Masa Kerja Pesangon
< 1 Tahun 1 Bulan Upah
1 Tahun < 2 Tahun 2 Bulan Upah
2 Tahun < 3 Tahun 3 Bulan Upah
3 Tahun < 4 Tahun 4 Bulan Upah
4 Tahun < 5 Tahun 5 Bulan Upah
5 Tahun < 6 Tahun 6 Bulan Upah
6 Tahun < 7 Tahun 7 Bulan Upah
7 Tahun < 8 Tahun 8 Bulan Upah
> 8 Tahun 9 Bulan Upah

3 Uang Penghargaan Masa Kerja


Masa Kerja Penghargaan Masa Kerja
> 3 Tahun, < 6 Tahun 2 Bulan Upah
> 6 Tahun, < 9 Tahun 3 Bulan Upah
> 9 Tahun, < 12 Tahun 4 Bulan Upah
> 12 Tahun, < 15 Tahun 5 Bulan Upah
> 15 Tahun, < 18 Tahun 6 Bulan Upah
> 18 Tahun, < 21 Tahun 7 Bulan Upah
> 21 Tahun, < 24 Tahun 8 Bulan Upah
> 24 Tahun 10 Bulan Upah

4 Uang Penggantian Hak

a. Cuti Tahunan yang belum diambil dan belum gugur


b. Biaya atau ongkos pulang Pekerja/buruh dan keluarga
c. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, dan Perjanjian Kerja Bersama

Pasal 41
Hal. 27 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021

PHK karena Perusahaan melakukan Penggabungan,


Peleburan atau pemisahan Perusahaan dan
Pekerja/Buruh tidak bersedia melanjutkan Hubungan
Kerja atau Pengusaha tidak bersedia menerima
Pekerja/Buruh

Uang Pesangon 1 * Pasal 40 ayat 2


Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Pasal 42
Hal. 28 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
1 PHK karena Pengambilalihan Perusahaan
a Uang Pesangon 1 * Pasal 40 ayat 2
b Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
c Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

PHK karena tidak bersedianya Pekerja/Buruh tidak akan


2 perubahan syarat kerja yang disebabkan oleh
Pengambilalihan Perusahaan
Uang Pesangon 1 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Pasal 43
Hal. 28 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
PHK karena Perusahaan melakukan Efisiensi karena
1
Perusahaan mengalami kerugian
Uang Pesangon 0,5 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3

Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

PHK karena Perusahaan melakukan Efisiensi karena


2
Perusahaan mencegah kerugian
Uang Pesangon 1 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Pasal 44
Hal. 29 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
PHK karena Perusahaan tutup yang disebabkan
Perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus
1
selama 2 Tahun atau mengalami kerugian tidak secara
terus menerus selama 2 Tahun

Uang Pesangon 0,5 * Pasal 40 ayat 2


Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

PHK karena Perusahaan tutup yang disebabkan bukan


2
karena Perusahaan mengalami kerugian

Uang Pesangon 1 * Pasal 40 ayat 2


Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Pasal 45
Hal. 30 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021

1 PHK karena Perusahaan tutup yang disebabkan keadaan


memaksa (force majeure)
Uang Pesangon 0,5 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

PHK karena keadaan memaksa (force majeure) yang


2
tidak mengakibatkan Perusahaan tutup
Uang Pesangon 0,75 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Pasal 46
Hal. 30 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
PHK karena Perusahaan dalam keadaan penundaan
1 kewajiban pembayaran utang yang disebabkan
Perusahaan mengalami kerugian
Uang Pesangon 0,5 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4
PHK karena Perusahaan dalam keadaan penundaan
2 kewajiban pembayaran utang bukan karena Perusahaan
mengalami kerugian

Uang Pesangon 1 * Pasal 40 ayat 2


Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Pasal 47
Hal. 31 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
1 PHK karena Perusahaan Pailit
Uang Pesangon 0,5 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Pasal 48
Hal. 31 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
PHK karena Permohonan oleh Pekerja/Buruh dengan
1 alasan Pengusaha melakukan perbuatan sebagaimana
yang dimaksud Pasal 36 huruf g
Uang Pesangon 1 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Pasal 49
Hal. 32 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021

PHK karena adanya putusan lembaga penyelesaian


perselisihan hubungan industrial yang menyatakan
1 Pengusaha tidak melakukan perbuatan sebagaimana
yang dimaksud Pasal 36 huruf g yang diajukan
Pekerja/Buruh

Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Uang Pisah yang besarannya


diatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama

Pasal 50
Hal. 32 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021

1 Pekerja/Buruh yang mengundurkan diri atas kemauan


sendiri dan memenuhi syarat Pasal 36 huruf i

Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4


Uang Pisah yang besarannya
diatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama

Pasal 51
Hal. 32 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021

PHK karena Pekerja/Buruh mangkir 5 hari kerja atau


lebih berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis
1 yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah
dipanggil oleh Pengusaha 2 kali secara patut dan
tertulis

Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4


Uang Pisah yang besarannya
diatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama

Pasal 52
Hal. 33 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021

PHK karena Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran


ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Kerja,
1 Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama
dan sebelumnya telah diberikan surat peringatan
pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut

Uang Pesangon 0,5 * Pasal 40 ayat 2


Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

PHK karena Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran


2 bersifat mendesak yang diatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama

Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4


Uang Pisah yang besarannya
diatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama

PHK sebagaimana ayat 2, dapat dilakukan tanpa


3 pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat 2

Pasal 53
Hal. 34 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
Dalam hal Pekerja/Buruh ditahan pihak yang berwajib
karena diduga melakukan tindak pidana maka
1 Pengusaha tidak wajib membayar Upah, tetapi wajib
memberikan bantuan kepada keluarga Pekerja/Buruh
yang menjadi tanggungannya

1 Orang Tanggungan 25% dari Upah


2 Orang Tanggungan 35% dari Upah
3 Orang Tanggungan 45% dari Upah
4 Orang Tanggungan atau
Lebih 50% dari Upah

Bantuan sebagaimana dimaksud ayat 1 diberikan untuk


2 paling lama 6 bulan terhitung sejah hari pertama
Pekerja/Buruh ditahan oleh pihak berwajib

Pasal 54
Hal. 34 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021

PHK karena Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan


pekerjaan selama 6 bulan akibat ditahan pihak yang
1 berwajib karena diduga melakukan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf I yang
menyebabkan kerugian Perusahaan

Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4


Uang Pisah yang besarannya
diatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama

PHK karena Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan


pekerjaan selama 6 bulan akibat ditahan pihak yang
2 berwajib karena diduga melakukan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf I yang
tidak menyebabkan kerugian Perusahaan

Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3


Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana


sebelum berakhirnya masa 6 bulan sebagaimana
3 dimaksud pada ayat 2 dan Pekerja/Buruh dinyatakan
tidak bersalah maka Pengusaha mempekerjakan
Pekerja/Buruh kembali
PHK karena dalam hal pengadilan memutuskan perkara
pidana sebelum berakhirnya masa 6 bulan sebagaimana
4
dimaksud pada ayat 1 dan Pekerja/Buruh dinyatakan
bersalah.
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4
Uang Pisah yang besarannya
diatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama

PHK karena dalam hal pengadilan memutuskan perkara


pidana sebelum berakhirnya masa 6 bulan sebagaimana
5
dimaksud pada ayat 2 dan Pekerja/Buruh dinyatakan
bersalah

Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3


Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Pasal 55
Hal. 36 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021

PHK karena Pekerja/Buruh mengalami sakit


berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan
1 tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui
batas 12 bulan

Uang Pesangon 2 * Pasal 40 ayat 2


Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Pekerja/Buruh dapat mengajukan PHK karena


Pekerja/Buruh mengalami sakit berkepanjangan atau
2 cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan
pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan

Uang Pesangon 2 * Pasal 40 ayat 2


Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Pasal 56
Hal. 36 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
1 PHK karena Pekerja/Buruh memasuki usia pensiun
Uang Pesangon 1,75 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4

Pasal 57
Hal. 37 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
PHK karena Pekerja/Buruh meninggal dunia, maka
1
kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang

Uang Pesangon 2 * Pasal 40 ayat 2


Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4
PERATURAN PEMERINTAH
NO 35 TAHUN 2021
Tentang
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU, ALIH DAYA, WAKTU KERJA, WAKTU ISTIRAHAT, DAN
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
DIUNDANGKAN DI JAKARTA 2 FEBRUARY 2021

BAB I
Ketentuan Umum

Pasal 1

Hubungan Kerja adalah Hubungan antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh berdasarkan


1
Perjanjian Kerja, yang memunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah

2 Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima Upah atau imbalan
dalam bentuk lain

3 Pengusaha adalah

Orang Perseorangan, Persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu


a Perusahaan milik sendiri;

b Orang Perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan Perusahaan bukan miliknya;

Orang Perseorangan, Persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia


c mewakili Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan
di luar wilayah Indonesia

4 Perusahaan adalah

Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
a persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang
mempekerjakan Pekerja/Buruh dengan membayar Upah atau imbalan dalam bentuk
lain;

b Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan


mempekerjakan orang lain dengan membayar Upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk
Pekerja/Buruh baik di Perusahaan maupun di luar Perusahaan, yang bersifat bebas,
5 terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela
serta melindungi hak dan kepentingan Pekerja/Buruh serta meningkatkan kesejahteraan
Pekerja/Buruh dan keluarganya.
Upah adalah hak Pekerja/Buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari Pengusaha atau pemberi kerja kepada Pekerja/Buruh yang ditetapkan dan
6 dibayarkan menurut suatu Perjanjuan Kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi Pekerja/Buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Waktu Kerja Lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari dan 40 Jam dalam 1
minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu, atau 8 jam sehari dan 40 jam 1 minggu untuk 5
7
hari kerja dalam 1 minggu, atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan/atau pada
hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah.

Upah Kerja Lembur adalah Upah yang dibayarkan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh
8 yang melaksanakan pekerjaan dalam Waktu Kerja Lembur.

Perjanjian Kerja adalah Perjanjian antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha atau pemberi
9 kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang selanjutnya disingkat PKWT adalah Perjanjian Kerja
10 antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha untuk mengadakan Hubungan Kerja dalam
waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang selanjutnya disingkat PKWTT adalah
11 Perjanjuan Kerja antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha untuk mengadakan Hubungan
Kerja yang bersifat tetap.

Peraturan Perusahaan adalah Peraturan yang dibuat secara tertulis oleh Pengusaha yang
12 memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib Perusahaan.

Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjuan yang merupakan hasil perundingan antara
Serikat Pekerja/Serikat Buruh atau beberapa Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang tercatat
13 pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan Pengusaha, atau
beberapa Pengusaha atau perkumpulan Pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak,
dan kewajiban kedua belah pihak.

Perusahaan Alih Daya adalah badan usaha berbentuk badan hukum yang memenuhi
14 syarat untuk melaksanakan pekerjaan tertentu berdasarkan perjanjian yang disepakati
dengan Perusahaan pemberi pekerjaan.

Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran Hubungan Kerja karena suatu hal
15 tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara Pekerja/Buruh dan
Pengusaha.

Pemerintah Pusah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan


16 pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
17 wewenang, dan hak secara penuh oelh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
kegiatan pembinaan, pemeriksaan, pengujian, penyidikan, dan pengembangan sistem
pengawasan ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

18 Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


ketenagakerjaan.

BAB II
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAGIAN KESATU
UMUM

Pasal 2
Hubungan Kerja terjadi karena adanya Perjanjian Kerja antara Pengusaha dan
1 Pekerja/Buruh

2 Perjanjian Kerja dibuat secara tertulis atau lisan.


Perjanjian Kerja yang dibuat secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
3
peraturan perundangan-undangan.

4 Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu

Pasal 3

PKWTT dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peratruan Perundang-undangan

Bagian Kedua
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Pasal 4
1 PKWT didasarkan atas:
a Jangka Waktu; atau
b Selesainya suatu pekerjaan tertentu.
2 PKWT tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.

Pasal 5
PKWT berdasarkan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 huruf a
1
dibuatkan untuk pekerjaan tertentu yaitu :

a Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama;

b Pekerjaan yang bersifatt musiman; atau


Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
c tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam


2
Pasal 4 ayat 1 huruf b dibuat untuk pekerjaan tertentu yaitu :

a Pekerjaan yang sekali selesai; atau


b Pekerjaan yang sementara sifatnya.
Selain pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, PKWT dapat
3 dilaksanakan terhadap pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat atau kegiatannya
bersifat tidak tetap.

Pasal 6

Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 huruf a dilaksanakan paling lama 5 Tahun.

Pasal 7

Pekerjaan yang bersifat musiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 huruf b
1 merupakan pekerjaan yang pelaksanaannya tergantung pada:

a Musim atau cuaca; atau


b kondisi tertentu.
Pekerjaan yang pelaksanaannya tergantung pada musim atau cuaca sebagaimana
2 dimaksud pada ayat 1 huruf a hanya dapat dilakukan pada musim tertentu atau cuaca
tertentu.

Pekerjaan yang pelaksanaannya tergantung pada kondisi tertentu sebagaimana dimaksud


3 pada ayat 1 huruf b merupakan pekerjaan tambahan yang dilakukan unruk memenuhi
pesanan atau target tertentu.

Pasal 8
PKWT berdasarkan jangka waktu sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat 1 dapat dibuat
1
untuk paling lama 5 Tahun.

Dalam hal jangka waktu PKWT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 akan berakhir dan
pekerjaan yang dilaksanakan belum selesai maka dapat dilakukan perpanjangan PKWT
2 dengan jangka waktu sesuai kesepakatan antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh,
dengan ketentuan jangka waktu keseluruhan PKWT beserta perpanjangannya tidak lebih
dari 5 Tahun.

3 Masa kerja Pekerja/Buruh dalam hal perpanjangan jangka waktu PKWT sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 tetap dihitung sejak terjadinya Hubungan Kerja berdasarkan PKWT.

Pasal 9
PKWT berdasarkan selesainyaa suatu pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
1 Pasal 5 ayat 2 didasarkan atas kesepakatan para pihak yang dituangkan dalam Perjanjian
Kerja.
2 Kesepakatan para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memuat:
a ruang lingkup dan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai; dan

b lamanya waktu penyelesaian pekerjaan disesuaikan dengan selesainya suatu pekerjaan.

Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT dapat diselesaikan lebih
3 cepat dari lamanya waktu yang disepakati sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b
maka PKWT putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan.

Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT belum dapat diselesaikan
sesuai lamanya waktu yang disepakati sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b maka
4 jangka waktu PKWT dilakukan perpanjangan sampai batas waktu tertentu hingga
selesainya pekerjaan.

Masa Kerja Pekerja/Buruh dalam hal perpanjangan jangka waktu PKWT sebagaimana
5 dimaksud pada ayat 4 tetap dihitung sejak terjadinya Hubungan Kerja berdasarkan PKWT.

Pasal 10

PKWT yang dapat dilaksanakan terhadap pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat
atau kegiatannya bersifat tidak tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 3 berupa
1 pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta
pembayaran upah Pekerja/Buruh berdasarkan kehadiran.

PKWT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan dengan Perjanjian Kerja
2 Harian.

Perjanjian Kerja Harian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan dengan ketentuan
3 Pekerja/Buruh bekerja kurang dari 21 hari dalam 1 bulan.

Dalam hal Pekerja/Buruh bekerja 21 hari atau lebih selama 3 bulan berturut-turut atau
4 lebih maka Perjanjian Kerja harian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 menjadi tidak
berlaku dan Hubungan Kerja antara pengusaha dengan Pekerja/Buruh demi hukum
berubah berdasarkan PKWTT.

Pasal 11
Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh pada pekerjaan sebagaimana dimaksud
1 dalam Pasal 10 ayat 1 membuat Perjanjian Kerja harian secara tertulis dengan
Pekerja/Buruh.

Perjanjian Kerja harian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuat secara kolektif
2
dan paling sedikit memuat:
a Nama/alamat Perusahaan atau pemberi kerja;
b Nama/alamat Pekerja/Buruh;
c Jenis Pekerjaan yang dilakukan; dan
d Besarnya Upah.
Pengusaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib memenuhi hak-hak Pekerja/Buruh
3
termasuk atas program jaminan sosial.

Pasal 12
1 PKWT tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja.

2 Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja, masa percobaan kerja yang disyaratkan
tersebut batal demi hukum dan masa kerja tetap dihitung.

Pasal 13
PKWT paling sedikit memuat:
a Nama, Alamat Perusahaan, dan Jenis Usaha;
b Nama, Jenis Kelamin, Umur, dan Alamat Pekerja/Buruh;
c Jabatan atau jenis pekerjaan;
d Tempat Pekerjaan;
e Besaran dan cara pembayaran Upah;

Hak dan Kewajiban Pengusaha dan Pekerja/Buruh sesuai dengan ketentuan peraturan
f perundang-undangan dan/atau syarat kerja yang masih diatur dalam Peraturan
Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama;

g Mulai dan Jangka waktu berlakunya PKWT;


h Tempat dan tanggal PKWT dibuat; dan
i Tanda tangan para pihak dalam PKWT.

Pasal 14
PKWT harus dicatatkan oleh Pengusaha pada kementerian yang menyelenggarakan
1 urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan secara daring paling lama 3 hari kerja
sejak penandatanganan PKWT.

Dalam hal pencatatan PKWT secara daring belum tersedia maka pencatatan PKWT
dilakukan oleh Pengusaha secara tertulis di dinas yang menyelenggarakan urusan
2 pemerintahan di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota, paling lama 7 hari kerja sejak
penandatanganan PKWT.

BAGIAN KETIGA
PEMBERIAN UANG KOMPENSASI

Pasal 15
Pengusaha wajib memberikan uang kompensasi kepada Pekerja/Buruh yang hubungan
1
kerjanya berdasarkan PKWT.
2 Pemberian uang kompensasi dilaksanakan pada saat berakhirnya PKWT
Uang Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan kepada Pekerja/Buruh
3
yang telah mempunyai masa kerja paling sedikit 1 bulan secara terus menerus.

Apabila PKWT diperpanjang, uang kompensasi diberikan saat selesainya jangka waktu
PKWT sebelum perpanjangan dan terhadap jangka waktu perpanjangan PKWT, uang
4
kompensasi berikutnya diberikan setelah perpanjangan jangka waktu PKWT berakhir atau
selesai.

Pemberian Uang kompensasi tidak belaku bagi tenaga kerja asing yang dipekerjakan oleh
5
pemberi kerja dalam Hubungan Kerja berdasarkan PKWT.

Pasal 16

1 Besaran uang kompensasi diberikan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

a PKWT selama 12 bulan secara terus menerus, diberikan sebesar 1 bulan Upah;

PKWT selama 1 bulan atau lebih tetapi kurang dari 12 bulan, dihitung secara
b proporsional dengan perhitungan:

(Masa Kerja/ 12 bulan) x 1 bulan Upah;

c PKWT selama lebih dari 12 bulan dihitung secara proporsional dengan perhitungan:

(Masa Kerja/ 12 bulan) x 1 bulan Upah.

Upah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang digunakan sebagai dasar perhitungan
2 pembayaran uang kompensasi terdiri atas Upah Pokok dan Tunjangan Tetap.

Dalam hal Upah di Perusahaan tidak menggunakan komponen Upah Pokok dan Tunjangan
3 Tetap maka dasar perhitungan pembayaran uang kompensasi yaitu Upah tanpa
tunjangan.

4 Dalam hal Upah di Perusahaan terdiri atas Upah pokok dan tunjangan tidak tetap maka
dasar perhitungan uang kompensasi yaitu Upah Pokok.

Dalam hal PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan lebih cepat penyelesaiannya dari
5 lamanya waktu yang diperjanjikan dalam PKWT maka uang kompensaasi dihitung sampai
dengan saat selesainya pekerjaan.

6 Besaran uang kompensasi untuk Pekerja/Buruh pada usaha mikro dan usaha kecil
diberikan berdasarkan kesepakatan antara Pengusaha dan Pekerja/Buruh.

Pasal 17

Dalam hal salah satu pihak mengakhiri Hubungan Kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang
ditetapkan dalam PKWT, Pengusaha Wajib memberikan uang kompensasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat 1 yang besarannya dihitung berdasarkan jangka waktu PKWT yang telah dilaksanakan oleh
Pekerja/Buruh.
BAB III
ALIH DAYA

Pasal 18
Hubungan Kerja antara Perusahaan Alih Daya dengan Pekerja/Buruh yang dipekerjakan,
1
didasarkan pada PKWT atau PKWTT

2 PWKT atau PKWTT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus dibuat secara tertulis

Pelindungan Pekerja/Buruh, Upah, Kesejahteraan, syarat kerja, dan perselisihan yang


3 timbul dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
menjadi tanggung jawab Perusahaan Alih Daya.

Pelindungan Pekerja/Buruh, Upah, Kesejahteraan, syarat kerja, dan perselisihan yang


4 timbul sebagaimana dimaksud pada ayat 3 diatur dalam Perjanjian Kerja , Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 19
Dalam hal Perusahaan Alih Daya mempekerjakan Pekerja/Buruh berdasarkan PKWT maka
Perjanjian Kerja tersebut harus mensyaratkan pengalihan pelindungan hak bagi
1 Pekerja/Buruh apabila terjadi pergantian Perusahaan Alih Daya dan sepanjang obyek
pekerjaannya tetap ada.

Persyaratan pengalihan pelindungan hak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan


2 jaminan atas kelangsungan bekerja bagi Pekerja/Buruh yang hubungan kerjanya
berdasarkan PKWT dalam Perusahaan Alih Daya.

Dalam hal Pekerja/Buruh tidak memperoleh jaminan atas kelangsungan bekerja


3 sebagaimana dimaksud pada ayat 2, perusahaan Alih Daya bertanggung jawab atas
pemenuhan Pekerja/Buruh.

Pasal 20
Perusahaan Alih Daya harus berbentuk badan hukum dan wajib memenuhi perizinan
1 berusaha yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.

Syarat dan tata cara memperoleh perizinan berusaha dilaksanakan sesuai dengan
2 ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai norma, standar, prosedur, dan
kriteria perizinan berusaha yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

BAB IV
WAKTU KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT

BAGIAN KESATU
UMUM

Pasal 21
1 Setiap Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
2 Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:
a 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau
b 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
3 Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak berlaku bagi sektor usaha
atau pekerjaan tertentu.
Pelaksanaan jam kerja bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan diatur dalam Perjanjian Kerja,
4
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 22

Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh pada waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat 2 wajib memberi waktu istirahat mingguan kepada Pekerja/Buruh meliputi:

a Istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau


b Istirahat mingguan 2 hari untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

BAGIAN KEDUA
WAKTU KERJA PADA SEKTOR USAHA ATAU PEKERJAAN TERTENTU

Pasal 23

Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu dapat menerapkan waktu kerja
1
kurang atau lebih dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2.

2 Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang menerapakan waktu kerja
kurang dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mempunyai karakteristik :

a Penyelesaian Pekerjaan kurang dari 7 jam 1 hari dan kurang dari 35 jam 1 minggu;

b Waktu kerja Fleksibel; atau


c Pekerjaan dapat dilakukan di luar lokasi kerja

Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang menerapkan waktu kerja
3 lebih dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pelaksanaannya sesuai dengan
ketentuan waktu kerja yang telah ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 24
Dalam hal terdapat kebutuhan waktu kerja dan waktu istirahat selain yang telah
ditetapkan oleh menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat 3, Menteri dapat
1 menetapkan waktu kerja dan waktu istirahat pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
lainnya.

Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja dan waktu istirahat pada sektor usaha atau
2 pekerjaan tertentu lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 25
Pelaksanaan waktu kerja dan jam kerja bagi Pekerja/Buruh yang dipekerjakan pada sektor
usaha atau pekerjaan tertentu yang menerapkan waktu kerja kurang dari ketentuan
1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2, diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.

Pelaksanaan waktu kerja dan jam kerja bagi Pekerja/Buruh yang dipekerjakan pada sektor
2 usaha atau pekerjaan tertentu yang menerapkan waktu kerja lebih dari ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2, diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.

BAGIAN KETIGA
WAKTU KERJA LEMBUR

Pasal 26
Waktu Kerja Lembur hanya dapat dilakukan paling lama 4 jam dalam 1 hari dan 18 jam
1 dalam 1 minggu

Ketentuan Waktu Kerja Lembur sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak termasuk kerja
2
lembur yang dilakukan pada waktu istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi.

Pasal 27

Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh melebihi waktu kerja sebagaimana


1 dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2, wajib membayar Upah Kerja Lembur.

Kewajiban membayar Upah Kerja Lembur dikecualikan bagi Pekerja/Buruh dalam


2
golongan jabatan tertentu.

Pekerja/Buruh dalam golongan jabatan tertentu mempunyai tanggung jawab sebagai


3 pemikir, perencana, pelaksana, dan/atau pengendali jalannya Perusahaan dengan waktu
kerja tidak dapat dibatasi dan mendapat Upah lebih tinggi.

Pengaturan golongan jabatan tertentu diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan


4 Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.

Apabila golongan jabatan tertentu tidak diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
5 Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama maka Pengusaha wajib membayar Upah Kerja
Lembur.

Pasal 28
Untuk melaksanakan Waktu Kerja Lembur harus ada perintah dari Pengusaha dan
1 persetujuan dari Pekerja/Buruh yang bersangkutan secara tertulis dan/atau melalui
media digital.

Perintah dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuat dalam bentuk
2 daftar Pekerja/Buruh yang bersedia bekerja lembur yang ditandatangani oleh
Pekerja/Buruh yang bersangkutan dan Pengusaha.
Pengusaha sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus membuat daftar pelaksanaan kerja
3 lembur yang memuat nama Pekerja/Buruh yang bekerja lembur dan lamanya Waktu Kerja
Lembur.

Pasal 29
Perusahaan yang mempekerjakan Pekerja/Buruh selama Waktu Kerja Lembur
1
berkewajiban;
a Memberi Kesempatan untuk istirahat secukupnya; dan
Memberikan makanan dan minuman paling sedikit 1.400 kilo kalori, apabila kerja
b
lembur dilakukan 4 jam atau lebih.
c Membayar Upah Kerja Lembur;

Pemberian makanan dan minuman sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c tidak
2
dapat digantikan dalam bentuk uang.

Pasal 30

Ketentuan Waktu Kerja Lembur berlaku untuk semua Perusahaan, Kecuali bagi Perusahaan pada sektor
usaha atau pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat 3 dan Pasal 24.

BAGIAN KEEMPAT
UPAH KERJA LEMBUR

Pasal 31

Perusahaan yang mempekerjakan Pekerja/Buruh melebihi waktu kerja sebagaimana


1
dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2 wajib membayar Upah Kerja Lembur dengan ketentuan:

a untuk jam kerja lembur pertama sebesar 1,5 kali Upah Sejam; dan
b Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya, sebesar 2 kali upah sejam

Perusahaan yang mempekerjakan Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud pada ayat 1


2 wajib membayar Upah Kerja Lembur, apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat
mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja 6 hari kerja dan 40 jam seminggu,
dengan ketentuan :

a Perhitungan Upah Kerja Lembur dilaksanakan sebagai berikut:


1 Jam Pertama sampai dengan jam ketujuh, dibayar 2 kali upah sejam;
2 Jam kedelapan, dibayar 3 kali upah sejam; dan
3 Jam Kesembilan, jam kesepuluh, dan jam kesebelas, dibayar 4 kali Upah Sejam;

b Jika hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, perhitungan Upah Kerja Lembur
dilaksanakan sebagai berikut :
1 Jam pertama sampai dengan jam kelima, dibayar 2 kali Upah Sejam;
2 Jam keenam, dibayar 3 kali Upah Sejam; dan
3 Jam ketujuh, jam kedelapan, dan jam kesembilan, dibayar 4 kali Upah Sejam.
Perusahaan yang mempekerjakan Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud pada ayat 1
wajib membayar Upah Kerja Lembur, apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat
3
mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja 5 hari kerja dan 40 jam seminggu,
dengan ketentuan perhitungan Upah Kerja Lembur dilaksanakan sebagai berikut:

a Jam pertama samapai dengan jam kedelapan dibayar 2 kali Upah Sejam;
b Jam kesembilan, dibayar 3 kali Upah sejam; dan

c Jam Kesepuluh, jam kesebelas dan jam kedua belas, dibayar 4 kali upah sejam.

Pasal 32
1 Perhitungan Upah Kerja Lembur didasarkan pada Upah Bulanan.
2 Cara menghitung Upah Sejam itu yaitu 1/173 kali Upah Sebulan.

3 Dalam hal komponen Upah terdiri dari Upah Pokok dan Tunjangan Tetap maka dasar
perhitungan Upah Kerja Lembur 100% dari Upah.

Dalam hal komponen Upah terdiri dari Upah Pokok, Tunjangan Tetap, dan Tunjangan tidak
tetap, apabila Upah Pokok ditambah tunjangan tetap lebih kecil dari 75% keseluruhan
4
Upah maka dasar perhitungan Upah Kerja lembur sama dengan 75% dari keseluruhan
Upah.

Pasal 33

1 Dalam hal Upah Pekerja/Buruh dibayar secara harian maka perhitungan besarnya Upah
sebulan dilaksanakan dengan ketentuan:
Upah sehari dikalikan 25, bagi Pekerja/Buruh yang bekerja 6 hari kerja dalam 1 minggu;
a
atau

b Upah sehari dikalikan 21, bagi Pekerja/Buruh yang bekerja 5 hari kerja dalam 1 minggu.

Dalam hal Upah Pekerja/Buruh dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil, upah
2
sebulan sama dengan penghasilan rata-rata dalam 12 bulan terakhir.

Dalam hal Upah sebulan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 lebih rendah dari Upah
3 minimum maka Upah sebulan yang digunakan untuk dasar perhitungan Upah Kerja
Lembur yaitu Upah minimum yang berlaku di wilayah tempat Pekerja/Buruh bekerja

Pasal 34
Dalam hal Perusahaan telah melaksanakan pembayaran Upah Kerja Lembur dengan
1 sebutan lain dan nilai perhitungan Upah Kerja Lembur sama dengan atau lebih baik maka
perhitungan Upah Kerja Lembur tetap berlaku.

Upah Kerja Lembur dengan sebutan lain dan nilai perhitungannya yang telah dilaksanakan
2 oleh Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menjadi Upah Kerja Lembur sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
Pelaksanaan pembayaran Upah Kerja Lembur sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
3 ayat 2 diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama.

BAGIAN KELIMA
ISTIRAHAT PANJANG

Pasal 35
1 Perusahaan tertentu dapat memberikan istirahat panjang.

Perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan Perusahaan yang


2 dapat memberikan istirahat panjang dan pelaksanaannya diatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.

BAB V
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

BAGIAN KESATU
TATA CARA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

PASAL 36
Pemutusan Hubungan Kerja dapat terjadi kerena alasan:

Perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan


a Perusahaan dan Pekerja/Buruh tidak bersedia melanjutkan Hubungan Kerja atau
Pengusaha tidak bersedia menerima Pekerja/Buruh;

b Perusahaan melakukan efisiensi diikuti dengan penutupan Perusahaan atau tidak diikuti
dengan penutupan Perusahaan yang disebabkan Perusahaan mengalami kerugian;

Perusahaan tutup yang disebabkan karena Perusahaan mengalami kerugian secara terus
c
menerus selama 2 tahun;
d Perusahaan tutup yang disebabkan kaeadaan memaksa (force majeure);
e Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang;
f Perusahaan Pailit;

g Adanya permohonan Pemutusan Hubungan Kerja yang diajukan oleh Pekerja/Buruh


dengan alasan Pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut:

1 Menganiaya, menghina secara kasar, atau mengancam Pekerja/Buruh;


Membujuk dan/atau menyuruh Pekerja/Buruh untuk melakukan perbuatan yang
2 Tidak membayar
bertentangan Upahperaturan
dengan tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 bulan
perundang-undangan;
3 berturut-turut atau lebih, meskipun Pengusaha membayar Upah secara tepat waktu
4 sesudah itu;
Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada Pekerja/Buruh;
Memerintahkan Pekerja/Buruh untuk melaksanakan pekerjaan diluar yang
5 Memberikan
diperjanjikan;pekerjaan
atau yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan
6 kesusilaan Pekerja/Buruh sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada
Perjanjian Kerja;
adanya putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang menyatakan
Pengusaha tidak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada huruf g terhadap
h
permohonan yang diajukan oleh Pekerja/Buruh dan Pengusaha memutuskan untuk
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja;

i Pekerja/Buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan harus memenuhi syarat:
Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 30 hari
1 sebelum tanggal mulai pengunduran diri;
2 Tidak terikat dalam ikatan dinas; dan
3 Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri;
Pekerja/Buruh mangkir selama 5 hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan
j secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh Pengusaha
2 kali secara patut dan tertulis;

Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Kerja,


Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama dan sebelumnya telah diberikan
k surat peringatn pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut masing-masing berlaku
paling lama 6 bulan kecuali ditetapkan lain dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan,
atau Perjanjian Kerja Bersama;

Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 bulan akibat ditahan pihak yang
l berwajib karena diduga melakukan tindak pidana;

Pekerja/Buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan
m tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan;

n Pekerja/Buruh memasuki usia pensiun; atau


o Pekerja/Buruh meninggal dunia.

Pasal 37
Pengusaha, Pekerja/Buruh, Serikat Pekerja/Serikat Buruh, dan Pemerintah harus
1
mengupayakan agar tidak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja.

Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja tidak dapat dihindari, maksud dan alasan
2 Pemutusan Hubungan Kerja diberitahukan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh
dan/atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh di dalam Perusahaan apabila Pekerja/Buruh yang
bersangkutan merupakan anggota dari Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja dibuat dalam bentuk surat pemberitahuan


3 dan disampaikan secara sah dan patut oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh dan/atau
Serikat Pekerja/Serikat Buruh paling lama 14 hari Kerja sebelum Pemutusan Hubungan
Kerja.

Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan dalam masa percobaan, surat
4 pemberitahuan disampaikan paling lama 7 hari kerja sebelum Pemutusan Hubungan
Kerja.

Pasal 38
Dalam hal Pekerja/Buruh telah mendapatkan surat pemberitahuan dan tidak menolak Pemutusan
Hubungan Kerja, Pengusaha harus melaporkan Pemutusan Hubungan Kerja kepada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan/atau dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang ketenagakerjaan provinsi dan kabupaten/kota.

Pasal 39

Pekerja/Buruh yang telah mendapatkan surat pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja


1 dan menyatakan menolak, harus membuat surat penolakan disertai alasan paling lama 7
hari kerja setelah diterimanya surat pemberitahuan.

Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai Pemutusan Hubungan Kerja,


2 Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja harus dilakukan melalui perundingan bipartit
antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh dan/atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

Dalam hal perundingan bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak mencapai
kesepakatan, penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja tahap berikutnya dilakukan
3
melalui mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAGIAN KEDUA
HAK AKIBAT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Pasal 40

Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, Pengusaha wajib membayar Uang
1 Pesangon, dan/atau Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Uang Penggantian Hak yang
seharusnya diterima.

Uang Pesangon sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan dengan ketentuan sebagai
2 berikut:

a Masa kerja kurang dari 1 Tahun, 1 Bulan Upah


b Masa kerja 1 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 Tahun, 2 Bulan Upah;
c Masa Kerja 2 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 Tahun, 3 Bulan Upah;
d Masa Kerja 3 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 Tahun, 4 Bulan Upah;
e Masa Kerja 4 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 Tahun, 5 Bulan Upah;
f Masa Kerja 5 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 Tahun, 6 Bulan Upah;
g Masa Kerja 6 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 Tahun, 7 Bulan Upah;
h Masa Kerja 7 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 Tahun, 8 Bulan Upah;
i Masa Kerja 8 Tahun atau lebih, 9 bulan Upah.
Uang Penghargaan Masa Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan dengan
3 ketentuan sebagai berikut:

a Masa Kerja 3 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 Tahun, 2 Bulan Upah;
b Masa Kerja 6 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 Tahun, 3 Bulan Upah;
c Masa Kerja 9 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 Tahun, 4 Bulan Upah;
d Masa Kerja 12 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 Tahun, 5 Bulan Upah;
e Masa Kerja 15 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 Tahun, 6 Bulan Upah;
f Masa Kerja 18 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 Tahun, 7 Bulan Upah;
g Masa Kerja 21 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 Tahun, 8 Bulan Upah;
h Masa Kerja 24 Tahun atau lebih, 10 Bulan Upah.
Uang Penggantian Hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pada ayat 1
4
meliputi:
a Cuti Tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
Biaya atau ongkos pulang untuk Pekerja/Buruh dan Keluarganya ketempat dimana
b Pkerja/Buruh diterima bekerja; danPerjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Hal-hal lain yang ditetapkan dalam
c Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 41
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan
Perusahaan melakukan Penggabungan, Peleburan atau Pemisahan Perusahaan dan Pekerja/Buruh
tidak bersedia melanjutkan Hubungan Kerja atau Pengusaha tidak bersedia menerima Pekerja/Buruh
maka Pekerja/Buruh berhak atas :

a Uang Pesangon sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;


b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Pasal 42

1 Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena


alasan pengambilalihan Perusahaan maka Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Pesangon sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;


b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3;
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Dalam hal terjadi pengambilalihan Perusahaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan


2 syarat kerja dan Pekerja/Buruh tidak bersedia melanjutkan Hubungan Kerja, Pengusaha
dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja dan Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Pesangon sebesar 0,5 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;


b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Pasal 43

Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena


1 alasan Perusahan melakukan efisiensi yang disebabkan Perusahaan mengalami kerugian
maka Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Pesangon sebesar 0,5 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;


b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
2 alasan Perusahaan melakukan efisiensi untuk mencegah terjadinya kerugian maka
Pekerja/Buruh berhak atas:
a Uang Pesangon sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;
b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3;
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Pasal 44
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
alasan Perusahaan tutup yang disebabkan Perusahaan mengalami kerugian secara terus
1
menerus selama 2 tahun atau mengalami kerugian tidak secara terus menerus selama 2
Tahun maka Pekerja/Buruh berhak atas:
a Uang Pesangon sebesar 0,5 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;
b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
2 alasan Perusahaan tutup yang disebabkan bukan karena Perusahaan mengalami
kerugian maka Pekerja/Buruh berhak atas:
a Uang Pesangon sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;
b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3;
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Pasal 45
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
1 alasan Perusahaan tutup yang disebabkan keadaan memaksa (force majeure) maka
Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Pesangon sebesar 0,5 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;


b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
2 alasan keadaan memaksa (force majeure) yang tidak mengakibatkan Perusahaan tutup
maka Pekerja/Buruh berhak atas:
a Uang Pesangon sebesar 0,75 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;
b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Pasal 46

Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena


1 alasan Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang yang
disebabkan Perusahaan mengalami kerugian maka Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Pesangon sebesar 0,5 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;


b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
2 alasan Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang bukan
karena Perusahaan mengalami kerugian maka Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Pesangon sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;


b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3;
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Pasal 47

Pemutusan Hubungan Kerja karena alasan Perusahaan Pailit maka Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Pesangon sebesar 0,5 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;


b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Pasal 48

Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan adanya
permohonan Pemutusan Hubungan Kerja yang diajukan oleh Pekerja/Buruh dengan alasan Pengusaha
melakukan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 36 huruf g maka Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Pesangon sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;


b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3;
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Pasal 49

Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan adanya
putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang menyatakan Pengusaha tidak
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf g terhadap permohonan yang
diajukan oleh Pekerja/Buruh maka Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4; dan


Uang Pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
b
Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 50
Pekerja/Buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 huruf I, berhak atas:
a Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4; dan
Uang Pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
b Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 51

Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan
Pekerja/Buruh mangkir selama 5 hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis
yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh Pengusaha 2 kali secara patut dan
tertulis maka Pekerja/Buruh berhak atas:
a Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4; dan
Uang Pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
b
Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 52

Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena


alasan Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam Perjanjian
1 Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama dan sebelumnya telah
diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut maka
Pekerja/Buruh atas:

a Uang Pesangon sebesar 0,5 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;


b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
alasan Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran bersifat mendesak yang diatur dalam
2
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahan, atau Perjanjian Kerja Bersama maka
Pekerja/Buruh berhak atas:
a Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4; dan
b Uang Pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja sebagaimana dimaksud pada
3
ayat 2, tanpa pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 2.

Pasal 53
Dalam hal Pekerja/Buruh ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak
1 pidana maka Pengusaha tidak wajib membayar Upah, tetapi wajib memberikan bantuan
kepada keluarga Pekerja/Buruh yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai
berikut:

a Untuk 1 orang tanggungan, 25% dari Upah;


b Untuk 2 orang tanggungan, 35% dari Upah;
c Untuk 3 orang tanggungan, 45% dari Upah;
d Untuk 4 orang tanggungan atau lebih, 50% dari Upah.

Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan untuk paling lama 6 bulan
2 terhitung sejak hari pertama Pekerja/Buruh ditahan oleh pihak yang berwajib.

Pasal 54

Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena


alasan Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 bulan akibat ditahan
1 pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 huruf l yang menyebabkan kerugian Perusahaan maka Pekerja/Buruh
berhak atas:

a Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4; dan


b Uang Pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.
Pengusaha dapat melakukan Pemutudan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
alasan Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 bulan akibat ditahan
2 pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 huruf l yang tidak menyebabkan kerugian Perusahaan maka
Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
b Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum berakhirnya masa 6 bulan
3 sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan Pekerja/Buruh dinyatakan tidak bersalah maka
Pengusaha mempekerjakan Pekerja/Buruh kembali.

Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum berakhirnya masa 6 bulan
4 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan Pekerja/Buruh dinyatakan bersalah maka
pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja dan Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4; dan


b Uang Pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.
Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum berakhirnya masa 6 bulan
5 sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan Pekerja/Buruh dinyatakan bersalah maka
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja dan Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
b Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Pasal 55
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubugnan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
alasan Pekerja/Buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan
1
kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan maka
Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Pesangon sebesar 2 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;


b Uang Penghargaan masa kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.
Pekerja/Buruh dapat mengajukan Pemutusan Hubungan Kerja kepada Pengusaha karena
alasan Pekerja/Buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan
2
kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan maka
Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Pesangon sebesar 2 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;


b Uang Penghargaan masa kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Pasal 56
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan
Pekerja/Buruh memasuki usia pensiun maka Pekerja/Buruh berhak atas:

a Uang Pesangon sebesar 1,75 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;


b Uang Penghargaan masa kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Pasal 57
Pemutusan Hubungan Kerja karena alasan Pekerja/Buruh meninggal dunia maka kepada ahli warisnya
diberikan sejumlah uang yang perhitungannya sama dengan:
a Uang Pesangon sebesar 2 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;
b Uang Penghargaan masa kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.

Pasal 58

Pengusaha yang akan mengikutsertakan Pekerja/Buruh dalam program pensiun sesuai


dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan di bidang dana pensiun, iuran yang
dibayar oleh Pengusaha dapat diperhitungkan sebagai bagian dari pemenuhan kewajiban
1
Pengusaha atas uang Pesangon dan uang Penghargaan masa kerja serta uang pisah akibat
Pemutusan Hubungan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal
52 dan Pasal 54 sampai dengan Pasal 57.

Jika perhitungan manfaat dari program pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat 1 lebih
2 kecil daripada uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja serta uang pisah maka
selisihnya dibayar oleh Pengusaha.
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dalam Perjanjian Kerja,
3 Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 59

Pengusaha pada usaha mikro dan usaha kecil wajib membayar uang pesangon, uang penghargaan masa
kerja, uang penggantian hak, dan/atau uang pisah bagi Pekerja/Buruh yang mengalami Pemutusan
Hubungan Kerja dengan besaran ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Pengusaha pada usaha
mikro dan usaha kecil dengan Pekerja/Buruh.

BAB VI
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Pasal 60

Pengawasan ketengahakerjaan terhadap penerapan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini


dilaksanakan oleh Pengawas Ketenagakerjaan pada kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan/atau dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang ketenagakerjaan provinsi

BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 61
Pengusaha yang melanggar ketentuan Pasal 15 ayat 1, Pasal 17, Pasal 21 ayat 1, Pasal 22,
1 Pasal 29 ayat 1 huruf b dan huruf c, Pasal 53, dan/atau Pasal 59 dikenai sanksi
administratif berupa:
a Teguran Tertulis;
b Pembatasan kegiatan usaha;
c Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi; dan
d Pembekuan kegiatan usaha.
Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara
2
bertahap

Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a merupakan peringatan


3
tertulis atas pelanggaran yang dilakukan oleh Pengusaha.

4 a Pembatasan kapasitas produksi barang dan/atau jasa dalam waktu tertentu; dan/atau

Penundaan pemberian izin usaha di salah satu atau beberapa lokasi bagi Perusahaan
b yang memiliki proyek di beberapa lokasi.

Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi sebagaimana dimaksud pada
5 ayat 1 huruf c berupa tindakan tidak menjalankan sebagian atau seluruh alat produksi
barang dan/jasa dalam waktu tertentu.

Pembekuan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d berupa tindakan
6 menghentikan seluruh proses produksi barang dan/atau jasa di Perusahaan dalam waktu
tertentu.

Pasal 62
Menteri, menteri terkait, gubernur, bupati/walikota, atau pejabat yang ditunjuk sesuai
1 dengan kewenangannya mengenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 61 ayat 1 kepada Pengusaha.

Pengenaan sanksi administratif diberikan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan


2
oleh Pengawas Ketenagakerjaan yang berasal dari:
a Pengaduan; dan/atau
b Tindak lanjut hasil pengawasan ketenagakerjaan.
Tindak lanjut hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan dituankan
3
dalam nota pemeriksaan.

Dalam hal nota pemeriksaan tidak dilaksanakan oleh Pengusaha, Pengawas


4 Ketenagakerjaan menyampaikan laporan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan beserta nota pemeriksaan kepada

Direktur Jenderal yang membidangi pengawasan ketenagakerjaan pada kementerian


yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan, untuk
a Pengawas Ketenagakerjaan di kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan; atau
Kepala Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan
b provinsi, untuk Pengawas Ketenagakerjaan pada dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan provinsi

Direktur Jenderal atau Kepala Dinas menyampaikan rekomendasi kepada pejabat yang
5
berwenang mengenakan sanksi administratif.

Menteri terkait, gubernur, bupati/walikota, atau pejabat yang ditunjuk memberitahukan


6
pelaksanaan pengenaan sanksi administratif keapda Menteri.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 63
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, PKWT yang telah ada dan jangka waktunya belum
berakhir masih berlaku sampai dengan berakhirnya PKWT.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 64
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
Uang kompensasi untuk PKWT yang jangka waktunya belum berakhir diberikan sesuai
a dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini; dan

Besaran uang kompensasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dihitung berdasarkan


b masa kerja Pekerja/Buruh yang diperhitungannya dimulai sejak tanggal diundangkan UU
nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Pasal 65

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari UU no 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4279) yang mengatur mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu,
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah
ini.

Pasal 66
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
N PEMERINTAH
AHUN 2021
ntang
DAYA, WAKTU KERJA, WAKTU ISTIRAHAT, DAN
HUBUNGAN KERJA
KARTA 2 FEBRUARY 2021

BAB I
uan Umum

asal 1

ntara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh berdasarkan


sur pekerjaan, upah dan perintah

yang bekerja dengan menerima Upah atau imbalan

n, atau badan hukum yang menjalankan suatu

n, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri


miliknya;

n, atau badan hukum yang berada di Indonesia


na dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan

an hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik


kum, baik milik swasta maupun milik negara yang
engan membayar Upah atau imbalan dalam bentuk

aha lain yang mempunyai pengurus dan


n membayar Upah atau imbalan dalam bentuk lain.

h organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk


maupun di luar Perusahaan, yang bersifat bebas,
ertanggung jawab guna memperjuangkan, membela
an Pekerja/Buruh serta meningkatkan kesejahteraan
g diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
eri kerja kepada Pekerja/Buruh yang ditetapkan dan
an Kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
Pekerja/Buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dilakukan.

erja yang melebihi 7 jam sehari dan 40 Jam dalam 1


minggu, atau 8 jam sehari dan 40 jam 1 minggu untuk 5
tu kerja pada hari istirahat mingguan dan/atau pada
merintah.

ng dibayarkan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh


m Waktu Kerja Lembur.

ntara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha atau pemberi


rja, hak, dan kewajiban para pihak.

g selanjutnya disingkat PKWT adalah Perjanjian Kerja


usaha untuk mengadakan Hubungan Kerja dalam
n tertentu.

tu yang selanjutnya disingkat PKWTT adalah


uh dengan Pengusaha untuk mengadakan Hubungan

uran yang dibuat secara tertulis oleh Pengusaha yang


a tertib Perusahaan.

janjuan yang merupakan hasil perundingan antara


eberapa Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang tercatat
ab di bidang ketenagakerjaan dengan Pengusaha, atau
ulan Pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak,

usaha berbentuk badan hukum yang memenuhi


an tertentu berdasarkan perjanjian yang disepakati
aan.

pengakhiran Hubungan Kerja karena suatu hal


hirnya hak dan kewajiban antara Pekerja/Buruh dan

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan


nesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
ng-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
elh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
pengujian, penyidikan, dan pengembangan sistem
i dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

elenggarakan urusan pemerintahan di bidang

AB II
A WAKTU TERTENTU

N KESATU
MUM

asal 2
ya Perjanjian Kerja antara Pengusaha dan

is atau lisan.
tertulis dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

tertentu atau untuk waktu tidak tertentu

asal 3

etentuan Peratruan Perundang-undangan

an Kedua
an Kerja Waktu Tertentu

asal 4

ntu.
ekerjaan yang bersifat tetap.

asal 5
bagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 huruf a
yaitu :

yelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama;

n; atau
gan produk baru, kegiatan baru, atau produk
obaan atau penjajakan.

pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam


pekerjaan tertentu yaitu :

u
a.
ana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, PKWT dapat
rtentu lainnya yang jenis dan sifat atau kegiatannya

asal 6

dalam waktu yang tidak terlalu lama sebagaimana


uf a dilaksanakan paling lama 5 Tahun.

asal 7

bagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 huruf b


naannya tergantung pada:

gantung pada musim atau cuaca sebagaimana


dapat dilakukan pada musim tertentu atau cuaca

gantung pada kondisi tertentu sebagaimana dimaksud


erjaan tambahan yang dilakukan unruk memenuhi

asal 8
bagaimana dimaksud Pasal 5 ayat 1 dapat dibuat

gaimana dimaksud pada ayat 1 akan berakhir dan


selesai maka dapat dilakukan perpanjangan PKWT
katan antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh,
eluruhan PKWT beserta perpanjangannya tidak lebih

perpanjangan jangka waktu PKWT sebagaimana


g sejak terjadinya Hubungan Kerja berdasarkan PKWT.

asal 9
u pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
akatan para pihak yang dituangkan dalam Perjanjian

na dimaksud pada ayat 1 memuat:


pekerjaan dinyatakan selesai; dan

erjaan disesuaikan dengan selesainya suatu pekerjaan.

diperjanjikan dalam PKWT dapat diselesaikan lebih


pakati sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b
a saat selesainya pekerjaan.

diperjanjikan dalam PKWT belum dapat diselesaikan


ati sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b maka
anjangan sampai batas waktu tertentu hingga

l perpanjangan jangka waktu PKWT sebagaimana


g sejak terjadinya Hubungan Kerja berdasarkan PKWT.

sal 10

adap pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat


p sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 3 berupa
bah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta
rdasarkan kehadiran.

ayat 1 dapat dilakukan dengan Perjanjian Kerja

a dimaksud pada ayat 2 dilakukan dengan ketentuan


1 hari dalam 1 bulan.

hari atau lebih selama 3 bulan berturut-turut atau


ebagaimana dimaksud pada ayat 2 menjadi tidak
pengusaha dengan Pekerja/Buruh demi hukum

sal 11
kerja/Buruh pada pekerjaan sebagaimana dimaksud
janjian Kerja harian secara tertulis dengan

a dimaksud pada ayat 1 dapat dibuat secara kolektif

emberi kerja;
an

pada ayat 1 wajib memenuhi hak-hak Pekerja/Buruh


al.

sal 12
anya masa percobaan kerja.
aan kerja, masa percobaan kerja yang disyaratkan
a kerja tetap dihitung.

sal 13
sedikit memuat:
enis Usaha;
Alamat Pekerja/Buruh;

ah;

n Pekerja/Buruh sesuai dengan ketentuan peraturan


yarat kerja yang masih diatur dalam Peraturan
Bersama;

ya PKWT;
; dan
KWT.

sal 14
aha pada kementerian yang menyelenggarakan
enagakerjaan secara daring paling lama 3 hari kerja

daring belum tersedia maka pencatatan PKWT


rtulis di dinas yang menyelenggarakan urusan
rjaan kabupaten/kota, paling lama 7 hari kerja sejak

AN KETIGA
ANG KOMPENSASI

sal 15
kompensasi kepada Pekerja/Buruh yang hubungan

nakan pada saat berakhirnya PKWT


aksud pada ayat 1 diberikan kepada Pekerja/Buruh
aling sedikit 1 bulan secara terus menerus.

ompensasi diberikan saat selesainya jangka waktu


erhadap jangka waktu perpanjangan PKWT, uang
telah perpanjangan jangka waktu PKWT berakhir atau

belaku bagi tenaga kerja asing yang dipekerjakan oleh


a berdasarkan PKWT.

sal 16

sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

us menerus, diberikan sebesar 1 bulan Upah;

etapi kurang dari 12 bulan, dihitung secara


:
rja/ 12 bulan) x 1 bulan Upah;

dihitung secara proporsional dengan perhitungan:

rja/ 12 bulan) x 1 bulan Upah.

ayat 1 yang digunakan sebagai dasar perhitungan


ri atas Upah Pokok dan Tunjangan Tetap.

menggunakan komponen Upah Pokok dan Tunjangan


bayaran uang kompensasi yaitu Upah tanpa

ri atas Upah pokok dan tunjangan tidak tetap maka


yaitu Upah Pokok.

inya suatu pekerjaan lebih cepat penyelesaiannya dari


alam PKWT maka uang kompensaasi dihitung sampai

kerja/Buruh pada usaha mikro dan usaha kecil


antara Pengusaha dan Pekerja/Buruh.

sal 17

gan Kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang


erikan uang kompensasi sebagaimana dimaksud dalam
rkan jangka waktu PKWT yang telah dilaksanakan oleh
ja/Buruh.
AB III
H DAYA

sal 18
Alih Daya dengan Pekerja/Buruh yang dipekerjakan,

maksud pada ayat 1 harus dibuat secara tertulis

Kesejahteraan, syarat kerja, dan perselisihan yang


ketentuan peraturan perundang-undangan dan
n Alih Daya.

Kesejahteraan, syarat kerja, dan perselisihan yang


ayat 3 diatur dalam Perjanjian Kerja , Peraturan
ersama.

sal 19
mpekerjakan Pekerja/Buruh berdasarkan PKWT maka
syaratkan pengalihan pelindungan hak bagi
ntian Perusahaan Alih Daya dan sepanjang obyek

n hak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan


bagi Pekerja/Buruh yang hubungan kerjanya
an Alih Daya.

peroleh jaminan atas kelangsungan bekerja


perusahaan Alih Daya bertanggung jawab atas

sal 20
tuk badan hukum dan wajib memenuhi perizinan
erintah Pusat.

erizinan berusaha dilaksanakan sesuai dengan


dangan mengenai norma, standar, prosedur, dan
etapkan oleh Pemerintah Pusat.

AB IV
AN WAKTU ISTIRAHAT

N KESATU
MUM

sal 21
an ketentuan waktu kerja.
pada ayat 1 meliputi:
untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau
untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
a dimaksud pada ayat 2 tidak berlaku bagi sektor usaha

Buruh di Perusahaan diatur dalam Perjanjian Kerja,


an Kerja Bersama.

sal 22

da waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21


mingguan kepada Pekerja/Buruh meliputi:

hari kerja dalam 1 minggu; atau


hari kerja dalam 1 minggu.

AN KEDUA
SAHA ATAU PEKERJAAN TERTENTU

sal 23

pekerjaan tertentu dapat menerapkan waktu kerja


bagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2.

pekerjaan tertentu yang menerapakan waktu kerja


dimaksud pada ayat 1 mempunyai karakteristik :

ari 7 jam 1 hari dan kurang dari 35 jam 1 minggu;

lokasi kerja

pekerjaan tertentu yang menerapkan waktu kerja


imaksud pada ayat 1, pelaksanaannya sesuai dengan
tetapkan oleh Menteri.

sal 24
u kerja dan waktu istirahat selain yang telah
na dimaksud dalam Pasal 23 ayat 3, Menteri dapat
istirahat pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu

ktu kerja dan waktu istirahat pada sektor usaha atau


mana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan
sal 25
rja bagi Pekerja/Buruh yang dipekerjakan pada sektor
menerapkan waktu kerja kurang dari ketentuan
21 ayat 2, diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
ersama.

rja bagi Pekerja/Buruh yang dipekerjakan pada sektor


menerapkan waktu kerja lebih dari ketentuan
21 ayat 2, diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
ersama.

AN KETIGA
ERJA LEMBUR

sal 26
lakukan paling lama 4 jam dalam 1 hari dan 18 jam

agaimana dimaksud pada ayat 1 tidak termasuk kerja


stirahat mingguan dan/atau hari libur resmi.

sal 27

kerja/Buruh melebihi waktu kerja sebagaimana


jib membayar Upah Kerja Lembur.

mbur dikecualikan bagi Pekerja/Buruh dalam

tan tertentu mempunyai tanggung jawab sebagai


/atau pengendali jalannya Perusahaan dengan waktu
dapat Upah lebih tinggi.

tu diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan


ersama.

dak diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan


ersama maka Pengusaha wajib membayar Upah Kerja

sal 28
embur harus ada perintah dari Pengusaha dan
ng bersangkutan secara tertulis dan/atau melalui

ana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuat dalam bentuk


bekerja lembur yang ditandatangani oleh
an Pengusaha.
pada ayat 2 harus membuat daftar pelaksanaan kerja
/Buruh yang bekerja lembur dan lamanya Waktu Kerja

sal 29
ekerja/Buruh selama Waktu Kerja Lembur

ahat secukupnya; dan


man paling sedikit 1.400 kilo kalori, apabila kerja
h.

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c tidak


g.

sal 30

mua Perusahaan, Kecuali bagi Perusahaan pada sektor


a dimaksud dalam Pasal 23 ayat 3 dan Pasal 24.

N KEEMPAT
RJA LEMBUR

sal 31

ekerja/Buruh melebihi waktu kerja sebagaimana


ib membayar Upah Kerja Lembur dengan ketentuan:

sebesar 1,5 kali Upah Sejam; dan 1,5 x (((Gaji Pokok + Tunjangan)/30)/60)
rikutnya, sebesar 2 kali upah sejam 2 x (((Gaji Pokok + Tunjangan)/30)/60)

ekerja/Buruh sebagaimana dimaksud pada ayat 1


r, apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat
untuk waktu kerja 6 hari kerja dan 40 jam seminggu,

dilaksanakan sebagai berikut:


am ketujuh, dibayar 2 kali upah sejam;
upah sejam; dan
uh, dan jam kesebelas, dibayar 4 kali Upah Sejam;
ri kerja terpendek, perhitungan Upah Kerja Lembur

am kelima, dibayar 2 kali Upah Sejam;


pah Sejam; dan
dan jam kesembilan, dibayar 4 kali Upah Sejam.
ekerja/Buruh sebagaimana dimaksud pada ayat 1
r, apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat
untuk waktu kerja 5 hari kerja dan 40 jam seminggu,
h Kerja Lembur dilaksanakan sebagai berikut:

m kedelapan dibayar 2 kali Upah Sejam; 2 x (((Gaji Pokok + Tunjangan)/30)/60)


ah sejam; dan 3 x (((Gaji Pokok + Tunjangan)/30)/60)

n jam kedua belas, dibayar 4 kali upah sejam.


4 x (((Gaji Pokok + Tunjangan)/30)/60)

sal 32
asarkan pada Upah Bulanan. Gaji Tunjangan
itu 1/173 kali Upah Sebulan. 3,500,000 500,000
ari Upah Pokok dan Tunjangan Tetap maka dasar
0% dari Upah.
Upah Sebulan 4,000,000

ari Upah Pokok, Tunjangan Tetap, dan Tunjangan tidak


h tunjangan tetap lebih kecil dari 75% keseluruhan
Kerja lembur sama dengan 75% dari keseluruhan
23,121 23,121
Weekdays
sal 33 Jam ke 1 34,682
yar secara harian maka perhitungan besarnya Upah
Jam Ke 2 46,243
tuan:
kerja/Buruh yang bekerja 6 hari kerja dalam 1 minggu;
Jam Ke 3 46,243

kerja/Buruh yang bekerja 5 hari kerja dalam 1 minggu. Jam Ke 4 46,243

yarkan atas dasar perhitungan satuan hasil, upah Total Upah


173,410
ata-rata dalam 12 bulan terakhir. Lembur

na dimaksud pada ayat 2 lebih rendah dari Upah


digunakan untuk dasar perhitungan Upah Kerja
berlaku di wilayah tempat Pekerja/Buruh bekerja

sal 34
anakan pembayaran Upah Kerja Lembur dengan
pah Kerja Lembur sama dengan atau lebih baik maka
ap berlaku.

lain dan nilai perhitungannya yang telah dilaksanakan


ksud pada ayat 1 menjadi Upah Kerja Lembur sesuai
Pemerintah ini.
a Lembur sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja

N KELIMA
AT PANJANG

sal 35
ikan istirahat panjang.

imaksud pada ayat 1 merupakan Perusahaan yang


g dan pelaksanaannya diatur dalam Perjanjian Kerja,
an Kerja Bersama.

AB V
HUBUNGAN KERJA

N KESATU
USAN HUBUNGAN KERJA

SAL 36
ja dapat terjadi kerena alasan:

an, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan


k bersedia melanjutkan Hubungan Kerja atau
a Pekerja/Buruh;

uti dengan penutupan Perusahaan atau tidak diikuti


g disebabkan Perusahaan mengalami kerugian;

karena Perusahaan mengalami kerugian secara terus

kaeadaan memaksa (force majeure);


aan kewajiban pembayaran utang;

ubungan Kerja yang diajukan oleh Pekerja/Buruh


n perbuatan sebagai berikut:

sar, atau mengancam Pekerja/Buruh;


ekerja/Buruh untuk melakukan perbuatan yang
a waktu yang telah ditentukan selama 3 bulan
perundang-undangan;
un Pengusaha membayar Upah secara tepat waktu
telah dijanjikan kepada Pekerja/Buruh;
ntuk melaksanakan pekerjaan diluar yang
mbahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan
kan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada
an perselisihan hubungan industrial yang menyatakan
tan sebagaimana dimaksud pada huruf g terhadap
kerja/Buruh dan Pengusaha memutuskan untuk
erja;

tas kemauan sendiri dan harus memenuhi syarat:


nduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 30 hari
ran diri;
dan
a sampai tanggal mulai pengunduran diri;

ri kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan


an bukti yang sah dan telah dipanggil oleh Pengusaha

ran ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Kerja,


an Kerja Bersama dan sebelumnya telah diberikan
n ketiga secara berturut-turut masing-masing berlaku
an lain dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan,

an pekerjaan selama 6 bulan akibat ditahan pihak yang


tindak pidana;

kepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan


a setelah melampaui batas 12 bulan;

un; atau

sal 37
Pekerja/Serikat Buruh, dan Pemerintah harus
mutusan Hubungan Kerja.

rja tidak dapat dihindari, maksud dan alasan


hukan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh
ruh di dalam Perusahaan apabila Pekerja/Buruh yang
ari Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

an Kerja dibuat dalam bentuk surat pemberitahuan


ut oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh dan/atau
lama 14 hari Kerja sebelum Pemutusan Hubungan

rja dilakukan dalam masa percobaan, surat


lama 7 hari kerja sebelum Pemutusan Hubungan

sal 38
urat pemberitahuan dan tidak menolak Pemutusan
emutusan Hubungan Kerja kepada kementerian yang
di bidang ketenagakerjaan dan/atau dinas yang
ng ketenagakerjaan provinsi dan kabupaten/kota.

sal 39

kan surat pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja


embuat surat penolakan disertai alasan paling lama 7
pemberitahuan.

pat mengenai Pemutusan Hubungan Kerja,


Kerja harus dilakukan melalui perundingan bipartit
uruh dan/atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

agaimana dimaksud pada ayat 2 tidak mencapai


an Hubungan Kerja tahap berikutnya dilakukan
rselisihan hubungan industrial sesuai dengan
dangan.

AN KEDUA
USAN HUBUNGAN KERJA

sal 40

gan Kerja, Pengusaha wajib membayar Uang


aan Masa Kerja, dan Uang Penggantian Hak yang

sud pada ayat 1 diberikan dengan ketentuan sebagai

1 Bulan Upah
api kurang dari 2 Tahun, 2 Bulan Upah;
api kurang dari 3 Tahun, 3 Bulan Upah;
api kurang dari 4 Tahun, 4 Bulan Upah;
api kurang dari 5 Tahun, 5 Bulan Upah;
api kurang dari 6 Tahun, 6 Bulan Upah;
api kurang dari 7 Tahun, 7 Bulan Upah;
api kurang dari 8 Tahun, 8 Bulan Upah;
bulan Upah.
gaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan dengan

api kurang dari 6 Tahun, 2 Bulan Upah;


api kurang dari 9 Tahun, 3 Bulan Upah;
api kurang dari 12 Tahun, 4 Bulan Upah;
etapi kurang dari 15 Tahun, 5 Bulan Upah;
etapi kurang dari 18 Tahun, 6 Bulan Upah;
etapi kurang dari 21 Tahun, 7 Bulan Upah;
etapi kurang dari 24 Tahun, 8 Bulan Upah;
10 Bulan Upah.
nya diterima sebagaimana dimaksud pada ayat 1

dan belum gugur;


ekerja/Buruh dan Keluarganya ketempat dimana
anPerjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
m

sal 41
n Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan
atau Pemisahan Perusahaan dan Pekerja/Buruh
engusaha tidak bersedia menerima Pekerja/Buruh

entuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.

sal 42

usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena


n maka Pekerja/Buruh berhak atas:

entuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3;
entuan Pasal 40 ayat 4.

erusahaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan


ak bersedia melanjutkan Hubungan Kerja, Pengusaha
ngan Kerja dan Pekerja/Buruh berhak atas:

etentuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.

sal 43

usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena


nsi yang disebabkan Perusahaan mengalami kerugian

etentuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.
usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
ensi untuk mencegah terjadinya kerugian maka

entuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3;
entuan Pasal 40 ayat 4.

sal 44
usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
babkan Perusahaan mengalami kerugian secara terus
galami kerugian tidak secara terus menerus selama 2
atas:
etentuan Pasal 40 ayat 2;
besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.
usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
babkan bukan karena Perusahaan mengalami
ak atas:
entuan Pasal 40 ayat 2;
besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3;
entuan Pasal 40 ayat 4.

sal 45
usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
babkan keadaan memaksa (force majeure) maka

etentuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.
usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
jeure) yang tidak mengakibatkan Perusahaan tutup

ketentuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.

sal 46

usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena


penundaan kewajiban pembayaran utang yang
kerugian maka Pekerja/Buruh berhak atas:

etentuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.
usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
penundaan kewajiban pembayaran utang bukan
ugian maka Pekerja/Buruh berhak atas:

entuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3;
entuan Pasal 40 ayat 4.

sal 47

rusahaan Pailit maka Pekerja/Buruh berhak atas:

etentuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.

sal 48

n Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan adanya


ajukan oleh Pekerja/Buruh dengan alasan Pengusaha
sal 36 huruf g maka Pekerja/Buruh berhak atas:

entuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3;
entuan Pasal 40 ayat 4.

sal 49

n Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan adanya


ngan industrial yang menyatakan Pengusaha tidak
am Pasal 36 huruf g terhadap permohonan yang
berhak atas:

tuan Pasal 40 ayat 4; dan


dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau

sal 50
uan sendiri dan memenuhi syarat sebagaimana

tuan Pasal 40 ayat 4; dan


dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau

sal 51

n Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan


bih berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis
dipanggil oleh Pengusaha 2 kali secara patut dan
tuan Pasal 40 ayat 4; dan
dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau

sal 52

usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena


elanggaran ketentuan yang diatur dalam Perjanjian
Perjanjian Kerja Bersama dan sebelumnya telah
a, kedua, dan ketiga secara berturut-turut maka

etentuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.
usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
elanggaran bersifat mendesak yang diatur dalam
han, atau Perjanjian Kerja Bersama maka

entuan Pasal 40 ayat 4; dan


ur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau

usan Hubungan Kerja sebagaimana dimaksud pada


aimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 2.

sal 53
hak yang berwajib karena diduga melakukan tindak
b membayar Upah, tetapi wajib memberikan bantuan
ng menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai

dari Upah;
dari Upah;
dari Upah;
ebih, 50% dari Upah.

da ayat 1 diberikan untuk paling lama 6 bulan


a/Buruh ditahan oleh pihak yang berwajib.

sal 54

usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena


melakukan pekerjaan selama 6 bulan akibat ditahan
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud
babkan kerugian Perusahaan maka Pekerja/Buruh

entuan Pasal 40 ayat 4; dan


ur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
udan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
melakukan pekerjaan selama 6 bulan akibat ditahan
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud
enyebabkan kerugian Perusahaan maka

besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan


entuan Pasal 40 ayat 4.

perkara pidana sebelum berakhirnya masa 6 bulan


dan Pekerja/Buruh dinyatakan tidak bersalah maka
/Buruh kembali.

perkara pidana sebelum berakhirnya masa 6 bulan


dan Pekerja/Buruh dinyatakan bersalah maka
usan Hubungan Kerja dan Pekerja/Buruh berhak atas:

entuan Pasal 40 ayat 4; dan


ur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau

perkara pidana sebelum berakhirnya masa 6 bulan


dan Pekerja/Buruh dinyatakan bersalah maka
usan Hubungan Kerja dan Pekerja/Buruh berhak atas:

besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan


entuan Pasal 40 ayat 4.

sal 55
usan Hubugnan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
akit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan
ekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan maka

entuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.

emutusan Hubungan Kerja kepada Pengusaha karena


akit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan
ekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan maka

entuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.

sal 56
n Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan
rja/Buruh berhak atas:

ketentuan Pasal 40 ayat 2;


besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.

sal 57
/Buruh meninggal dunia maka kepada ahli warisnya
a dengan:
entuan Pasal 40 ayat 2;
besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.

sal 58

akan Pekerja/Buruh dalam program pensiun sesuai


dang-undangan di bidang dana pensiun, iuran yang
hitungkan sebagai bagian dari pemenuhan kewajiban
uang Penghargaan masa kerja serta uang pisah akibat
mana dimaksud dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal
al 57.

am pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat 1 lebih


ang penghargaan masa kerja serta uang pisah maka

a dimaksud pada ayat 1 diatur dalam Perjanjian Kerja,


an Kerja Bersama.

sal 59

b membayar uang pesangon, uang penghargaan masa


ah bagi Pekerja/Buruh yang mengalami Pemutusan
dasarkan kesepakatan antara Pengusaha pada usaha
il dengan Pekerja/Buruh.

AB VI
KETENAGAKERJAAN

sal 60

erapan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini


pada kementerian yang menyelenggarakan urusan
u dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
agakerjaan provinsi

AB VII
DMINISTRATIF

sal 61
an Pasal 15 ayat 1, Pasal 17, Pasal 21 ayat 1, Pasal 22,
Pasal 53, dan/atau Pasal 59 dikenai sanksi

atau seluruh alat produksi; dan

agaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara

sud pada ayat 1 huruf a merupakan peringatan


ukan oleh Pengusaha.

arang dan/atau jasa dalam waktu tertentu; dan/atau

di salah satu atau beberapa lokasi bagi Perusahaan


lokasi.

au seluruh alat produksi sebagaimana dimaksud pada


menjalankan sebagian atau seluruh alat produksi
ntu.

mana dimaksud pada ayat 1 huruf d berupa tindakan


ksi barang dan/atau jasa di Perusahaan dalam waktu

sal 62
bupati/walikota, atau pejabat yang ditunjuk sesuai
an sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam

rikan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan


ng berasal dari:

etenagakerjaan.
g dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan dituankan

ilaksanakan oleh Pengusaha, Pengawas


poran ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
n kepada

ngi pengawasan ketenagakerjaan pada kementerian


emerintahan di bidang ketenagakerjaan, untuk
menterian yang menyelenggarakan urusan
kerjaan; atau
akan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan
gakerjaan pada dinas yang menyelenggarakan urusan
kerjaan provinsi

menyampaikan rekomendasi kepada pejabat yang


ministratif.

alikota, atau pejabat yang ditunjuk memberitahukan


inistratif keapda Menteri.

AB VIII
AN PERALIHAN

sal 63
u, PKWT yang telah ada dan jangka waktunya belum
mpai dengan berakhirnya PKWT.

AB IX
AN PENUTUP

sal 64
merintah ini mulai berlaku:
jangka waktunya belum berakhir diberikan sesuai
Pemerintah ini; dan

ana dimaksud pada huruf a dihitung berdasarkan


rhitungannya dimulai sejak tanggal diundangkan UU
Kerja.

sal 65

aku, semua peraturan perundang-undangan yang


13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran
39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu,
ertentangan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah
ini.

sal 66
ggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
erintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
ublik Indonesia.
njangan)/30)/60)
angan)/30)/60)
angan)/30)/60)
angan)/30)/60)

angan)/30)/60)

Weekend
Jam ke 1 46,243

Jam ke 2 46,243

Jam ke 3 46,243

Jam ke 4 46,243

Jam ke 5 46,243

Jam ke 6 46,243
Jam ke 7 46,243
Jam ke 8 69,364

Jam ke 9 92,486

Jam ke 10 92,486
Jam ke 11 92,486
670,520
Gaji 3,500,000
Tunjangan 500,000

Upah Sebulan 4,000,000


Upah Sejam 23,121 23,121
WAKTU KERJA 6 HARI KERJA DAN 4

PASAL 31 AYAT 1 Weekdays AYAT 2 A Weekend


Jam ke 1 34,682 Jam ke 1 46,243
Jam Ke 2 46,243 Jam ke 2 46,243
Jam Ke 3 46,243 Jam ke 3 46,243
Jam Ke 4 46,243 Jam ke 4 46,243
Jam ke 5 46,243
Jam ke 6 46,243
Jam ke 7 46,243
Jam ke 8 69,364
Jam ke 9 92,486
Jam ke 10 92,486
Jam ke 11 92,486

Total Upah Lembur 173,410 Total Upah Lembur 670,520


ERJA 6 HARI KERJA DAN 40 JAM SEMINGGU WAKTU KERJA 5 HARI KERJA
DAN 40 JAM SEMINGGU
AYAT 2 B Hari Libur
Jam ke 1 46,243 AYAT 3 A Jam ke 1 46,243
Jam ke 2 46,243 AYAT 3 A Jam ke 2 46,243
Jam ke 3 46,243 AYAT 3 A Jam ke 3 46,243
Jam ke 4 46,243 AYAT 3 A Jam ke 4 46,243
Jam ke 5 46,243 AYAT 3 A Jam ke 5 46,243
Jam ke 6 69,364 AYAT 3 A Jam ke 6 46,243
Jam ke 7 92,486 AYAT 3 A Jam ke 7 46,243
Jam ke 8 92,486 AYAT 3 A Jam ke 8 46,243
Jam ke 9 92,486 AYAT 3 B Jam ke 9 69,364
AYAT 3 C Jam ke 10 92,486
AYAT 3 C Jam ke 11 92,486
AYAT 3 C Jam ke 12 92,486

Total Upah Lembur 578,035 Total Upah Lembur 624,277

Anda mungkin juga menyukai