Summary Pesangon PP 35 Tahun 2021
Summary Pesangon PP 35 Tahun 2021
Pasal 40
Hal. 25 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
Pemutusan Hubungan Kerja Pengusaha wajib
1 membayarkan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa
Kerja, dan Uang Penggantian Hak
2 Uang Pesangon
Masa Kerja Pesangon
< 1 Tahun 1 Bulan Upah
1 Tahun < 2 Tahun 2 Bulan Upah
2 Tahun < 3 Tahun 3 Bulan Upah
3 Tahun < 4 Tahun 4 Bulan Upah
4 Tahun < 5 Tahun 5 Bulan Upah
5 Tahun < 6 Tahun 6 Bulan Upah
6 Tahun < 7 Tahun 7 Bulan Upah
7 Tahun < 8 Tahun 8 Bulan Upah
> 8 Tahun 9 Bulan Upah
Pasal 41
Hal. 27 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
Pasal 42
Hal. 28 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
1 PHK karena Pengambilalihan Perusahaan
a Uang Pesangon 1 * Pasal 40 ayat 2
b Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
c Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4
Pasal 43
Hal. 28 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
PHK karena Perusahaan melakukan Efisiensi karena
1
Perusahaan mengalami kerugian
Uang Pesangon 0,5 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Pasal 44
Hal. 29 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
PHK karena Perusahaan tutup yang disebabkan
Perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus
1
selama 2 Tahun atau mengalami kerugian tidak secara
terus menerus selama 2 Tahun
Pasal 45
Hal. 30 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
Pasal 46
Hal. 30 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
PHK karena Perusahaan dalam keadaan penundaan
1 kewajiban pembayaran utang yang disebabkan
Perusahaan mengalami kerugian
Uang Pesangon 0,5 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4
PHK karena Perusahaan dalam keadaan penundaan
2 kewajiban pembayaran utang bukan karena Perusahaan
mengalami kerugian
Pasal 47
Hal. 31 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
1 PHK karena Perusahaan Pailit
Uang Pesangon 0,5 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4
Pasal 48
Hal. 31 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
PHK karena Permohonan oleh Pekerja/Buruh dengan
1 alasan Pengusaha melakukan perbuatan sebagaimana
yang dimaksud Pasal 36 huruf g
Uang Pesangon 1 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4
Pasal 49
Hal. 32 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
Pasal 50
Hal. 32 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
Pasal 51
Hal. 32 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
Pasal 52
Hal. 33 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
Pasal 53
Hal. 34 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
Dalam hal Pekerja/Buruh ditahan pihak yang berwajib
karena diduga melakukan tindak pidana maka
1 Pengusaha tidak wajib membayar Upah, tetapi wajib
memberikan bantuan kepada keluarga Pekerja/Buruh
yang menjadi tanggungannya
Pasal 54
Hal. 34 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
Pasal 55
Hal. 36 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
Pasal 56
Hal. 36 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
1 PHK karena Pekerja/Buruh memasuki usia pensiun
Uang Pesangon 1,75 * Pasal 40 ayat 2
Uang Penghargaan Masa Kerja 1 * Pasal 40 ayat 3
Uang Penggantian Hak Pasal 40 ayat 4
Pasal 57
Hal. 37 Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021
PHK karena Pekerja/Buruh meninggal dunia, maka
1
kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang
BAB I
Ketentuan Umum
Pasal 1
2 Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima Upah atau imbalan
dalam bentuk lain
3 Pengusaha adalah
b Orang Perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan Perusahaan bukan miliknya;
4 Perusahaan adalah
Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
a persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang
mempekerjakan Pekerja/Buruh dengan membayar Upah atau imbalan dalam bentuk
lain;
Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk
Pekerja/Buruh baik di Perusahaan maupun di luar Perusahaan, yang bersifat bebas,
5 terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela
serta melindungi hak dan kepentingan Pekerja/Buruh serta meningkatkan kesejahteraan
Pekerja/Buruh dan keluarganya.
Upah adalah hak Pekerja/Buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari Pengusaha atau pemberi kerja kepada Pekerja/Buruh yang ditetapkan dan
6 dibayarkan menurut suatu Perjanjuan Kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi Pekerja/Buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Waktu Kerja Lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari dan 40 Jam dalam 1
minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu, atau 8 jam sehari dan 40 jam 1 minggu untuk 5
7
hari kerja dalam 1 minggu, atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan/atau pada
hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah.
Upah Kerja Lembur adalah Upah yang dibayarkan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh
8 yang melaksanakan pekerjaan dalam Waktu Kerja Lembur.
Perjanjian Kerja adalah Perjanjian antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha atau pemberi
9 kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang selanjutnya disingkat PKWT adalah Perjanjian Kerja
10 antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha untuk mengadakan Hubungan Kerja dalam
waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang selanjutnya disingkat PKWTT adalah
11 Perjanjuan Kerja antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha untuk mengadakan Hubungan
Kerja yang bersifat tetap.
Peraturan Perusahaan adalah Peraturan yang dibuat secara tertulis oleh Pengusaha yang
12 memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib Perusahaan.
Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjuan yang merupakan hasil perundingan antara
Serikat Pekerja/Serikat Buruh atau beberapa Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang tercatat
13 pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan Pengusaha, atau
beberapa Pengusaha atau perkumpulan Pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak,
dan kewajiban kedua belah pihak.
Perusahaan Alih Daya adalah badan usaha berbentuk badan hukum yang memenuhi
14 syarat untuk melaksanakan pekerjaan tertentu berdasarkan perjanjian yang disepakati
dengan Perusahaan pemberi pekerjaan.
Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran Hubungan Kerja karena suatu hal
15 tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara Pekerja/Buruh dan
Pengusaha.
BAB II
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU
BAGIAN KESATU
UMUM
Pasal 2
Hubungan Kerja terjadi karena adanya Perjanjian Kerja antara Pengusaha dan
1 Pekerja/Buruh
4 Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu
Pasal 3
Bagian Kedua
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Pasal 4
1 PKWT didasarkan atas:
a Jangka Waktu; atau
b Selesainya suatu pekerjaan tertentu.
2 PKWT tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
Pasal 5
PKWT berdasarkan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 huruf a
1
dibuatkan untuk pekerjaan tertentu yaitu :
a Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama;
Pasal 6
Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 huruf a dilaksanakan paling lama 5 Tahun.
Pasal 7
Pekerjaan yang bersifat musiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 huruf b
1 merupakan pekerjaan yang pelaksanaannya tergantung pada:
Pasal 8
PKWT berdasarkan jangka waktu sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat 1 dapat dibuat
1
untuk paling lama 5 Tahun.
Dalam hal jangka waktu PKWT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 akan berakhir dan
pekerjaan yang dilaksanakan belum selesai maka dapat dilakukan perpanjangan PKWT
2 dengan jangka waktu sesuai kesepakatan antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh,
dengan ketentuan jangka waktu keseluruhan PKWT beserta perpanjangannya tidak lebih
dari 5 Tahun.
3 Masa kerja Pekerja/Buruh dalam hal perpanjangan jangka waktu PKWT sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 tetap dihitung sejak terjadinya Hubungan Kerja berdasarkan PKWT.
Pasal 9
PKWT berdasarkan selesainyaa suatu pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
1 Pasal 5 ayat 2 didasarkan atas kesepakatan para pihak yang dituangkan dalam Perjanjian
Kerja.
2 Kesepakatan para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memuat:
a ruang lingkup dan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai; dan
Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT dapat diselesaikan lebih
3 cepat dari lamanya waktu yang disepakati sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b
maka PKWT putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan.
Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT belum dapat diselesaikan
sesuai lamanya waktu yang disepakati sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b maka
4 jangka waktu PKWT dilakukan perpanjangan sampai batas waktu tertentu hingga
selesainya pekerjaan.
Masa Kerja Pekerja/Buruh dalam hal perpanjangan jangka waktu PKWT sebagaimana
5 dimaksud pada ayat 4 tetap dihitung sejak terjadinya Hubungan Kerja berdasarkan PKWT.
Pasal 10
PKWT yang dapat dilaksanakan terhadap pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat
atau kegiatannya bersifat tidak tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 3 berupa
1 pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta
pembayaran upah Pekerja/Buruh berdasarkan kehadiran.
PKWT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan dengan Perjanjian Kerja
2 Harian.
Perjanjian Kerja Harian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan dengan ketentuan
3 Pekerja/Buruh bekerja kurang dari 21 hari dalam 1 bulan.
Dalam hal Pekerja/Buruh bekerja 21 hari atau lebih selama 3 bulan berturut-turut atau
4 lebih maka Perjanjian Kerja harian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 menjadi tidak
berlaku dan Hubungan Kerja antara pengusaha dengan Pekerja/Buruh demi hukum
berubah berdasarkan PKWTT.
Pasal 11
Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh pada pekerjaan sebagaimana dimaksud
1 dalam Pasal 10 ayat 1 membuat Perjanjian Kerja harian secara tertulis dengan
Pekerja/Buruh.
Perjanjian Kerja harian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuat secara kolektif
2
dan paling sedikit memuat:
a Nama/alamat Perusahaan atau pemberi kerja;
b Nama/alamat Pekerja/Buruh;
c Jenis Pekerjaan yang dilakukan; dan
d Besarnya Upah.
Pengusaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib memenuhi hak-hak Pekerja/Buruh
3
termasuk atas program jaminan sosial.
Pasal 12
1 PKWT tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja.
2 Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja, masa percobaan kerja yang disyaratkan
tersebut batal demi hukum dan masa kerja tetap dihitung.
Pasal 13
PKWT paling sedikit memuat:
a Nama, Alamat Perusahaan, dan Jenis Usaha;
b Nama, Jenis Kelamin, Umur, dan Alamat Pekerja/Buruh;
c Jabatan atau jenis pekerjaan;
d Tempat Pekerjaan;
e Besaran dan cara pembayaran Upah;
Hak dan Kewajiban Pengusaha dan Pekerja/Buruh sesuai dengan ketentuan peraturan
f perundang-undangan dan/atau syarat kerja yang masih diatur dalam Peraturan
Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama;
Pasal 14
PKWT harus dicatatkan oleh Pengusaha pada kementerian yang menyelenggarakan
1 urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan secara daring paling lama 3 hari kerja
sejak penandatanganan PKWT.
Dalam hal pencatatan PKWT secara daring belum tersedia maka pencatatan PKWT
dilakukan oleh Pengusaha secara tertulis di dinas yang menyelenggarakan urusan
2 pemerintahan di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota, paling lama 7 hari kerja sejak
penandatanganan PKWT.
BAGIAN KETIGA
PEMBERIAN UANG KOMPENSASI
Pasal 15
Pengusaha wajib memberikan uang kompensasi kepada Pekerja/Buruh yang hubungan
1
kerjanya berdasarkan PKWT.
2 Pemberian uang kompensasi dilaksanakan pada saat berakhirnya PKWT
Uang Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan kepada Pekerja/Buruh
3
yang telah mempunyai masa kerja paling sedikit 1 bulan secara terus menerus.
Apabila PKWT diperpanjang, uang kompensasi diberikan saat selesainya jangka waktu
PKWT sebelum perpanjangan dan terhadap jangka waktu perpanjangan PKWT, uang
4
kompensasi berikutnya diberikan setelah perpanjangan jangka waktu PKWT berakhir atau
selesai.
Pemberian Uang kompensasi tidak belaku bagi tenaga kerja asing yang dipekerjakan oleh
5
pemberi kerja dalam Hubungan Kerja berdasarkan PKWT.
Pasal 16
a PKWT selama 12 bulan secara terus menerus, diberikan sebesar 1 bulan Upah;
PKWT selama 1 bulan atau lebih tetapi kurang dari 12 bulan, dihitung secara
b proporsional dengan perhitungan:
c PKWT selama lebih dari 12 bulan dihitung secara proporsional dengan perhitungan:
Upah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang digunakan sebagai dasar perhitungan
2 pembayaran uang kompensasi terdiri atas Upah Pokok dan Tunjangan Tetap.
Dalam hal Upah di Perusahaan tidak menggunakan komponen Upah Pokok dan Tunjangan
3 Tetap maka dasar perhitungan pembayaran uang kompensasi yaitu Upah tanpa
tunjangan.
4 Dalam hal Upah di Perusahaan terdiri atas Upah pokok dan tunjangan tidak tetap maka
dasar perhitungan uang kompensasi yaitu Upah Pokok.
Dalam hal PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan lebih cepat penyelesaiannya dari
5 lamanya waktu yang diperjanjikan dalam PKWT maka uang kompensaasi dihitung sampai
dengan saat selesainya pekerjaan.
6 Besaran uang kompensasi untuk Pekerja/Buruh pada usaha mikro dan usaha kecil
diberikan berdasarkan kesepakatan antara Pengusaha dan Pekerja/Buruh.
Pasal 17
Dalam hal salah satu pihak mengakhiri Hubungan Kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang
ditetapkan dalam PKWT, Pengusaha Wajib memberikan uang kompensasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat 1 yang besarannya dihitung berdasarkan jangka waktu PKWT yang telah dilaksanakan oleh
Pekerja/Buruh.
BAB III
ALIH DAYA
Pasal 18
Hubungan Kerja antara Perusahaan Alih Daya dengan Pekerja/Buruh yang dipekerjakan,
1
didasarkan pada PKWT atau PKWTT
2 PWKT atau PKWTT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus dibuat secara tertulis
Pasal 19
Dalam hal Perusahaan Alih Daya mempekerjakan Pekerja/Buruh berdasarkan PKWT maka
Perjanjian Kerja tersebut harus mensyaratkan pengalihan pelindungan hak bagi
1 Pekerja/Buruh apabila terjadi pergantian Perusahaan Alih Daya dan sepanjang obyek
pekerjaannya tetap ada.
Pasal 20
Perusahaan Alih Daya harus berbentuk badan hukum dan wajib memenuhi perizinan
1 berusaha yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.
Syarat dan tata cara memperoleh perizinan berusaha dilaksanakan sesuai dengan
2 ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai norma, standar, prosedur, dan
kriteria perizinan berusaha yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
BAB IV
WAKTU KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT
BAGIAN KESATU
UMUM
Pasal 21
1 Setiap Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
2 Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:
a 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau
b 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
3 Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak berlaku bagi sektor usaha
atau pekerjaan tertentu.
Pelaksanaan jam kerja bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan diatur dalam Perjanjian Kerja,
4
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
Pasal 22
Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh pada waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat 2 wajib memberi waktu istirahat mingguan kepada Pekerja/Buruh meliputi:
BAGIAN KEDUA
WAKTU KERJA PADA SEKTOR USAHA ATAU PEKERJAAN TERTENTU
Pasal 23
Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu dapat menerapkan waktu kerja
1
kurang atau lebih dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2.
2 Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang menerapakan waktu kerja
kurang dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mempunyai karakteristik :
a Penyelesaian Pekerjaan kurang dari 7 jam 1 hari dan kurang dari 35 jam 1 minggu;
Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang menerapkan waktu kerja
3 lebih dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pelaksanaannya sesuai dengan
ketentuan waktu kerja yang telah ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 24
Dalam hal terdapat kebutuhan waktu kerja dan waktu istirahat selain yang telah
ditetapkan oleh menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat 3, Menteri dapat
1 menetapkan waktu kerja dan waktu istirahat pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
lainnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja dan waktu istirahat pada sektor usaha atau
2 pekerjaan tertentu lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 25
Pelaksanaan waktu kerja dan jam kerja bagi Pekerja/Buruh yang dipekerjakan pada sektor
usaha atau pekerjaan tertentu yang menerapkan waktu kerja kurang dari ketentuan
1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2, diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
Pelaksanaan waktu kerja dan jam kerja bagi Pekerja/Buruh yang dipekerjakan pada sektor
2 usaha atau pekerjaan tertentu yang menerapkan waktu kerja lebih dari ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2, diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
BAGIAN KETIGA
WAKTU KERJA LEMBUR
Pasal 26
Waktu Kerja Lembur hanya dapat dilakukan paling lama 4 jam dalam 1 hari dan 18 jam
1 dalam 1 minggu
Ketentuan Waktu Kerja Lembur sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak termasuk kerja
2
lembur yang dilakukan pada waktu istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi.
Pasal 27
Apabila golongan jabatan tertentu tidak diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
5 Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama maka Pengusaha wajib membayar Upah Kerja
Lembur.
Pasal 28
Untuk melaksanakan Waktu Kerja Lembur harus ada perintah dari Pengusaha dan
1 persetujuan dari Pekerja/Buruh yang bersangkutan secara tertulis dan/atau melalui
media digital.
Perintah dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuat dalam bentuk
2 daftar Pekerja/Buruh yang bersedia bekerja lembur yang ditandatangani oleh
Pekerja/Buruh yang bersangkutan dan Pengusaha.
Pengusaha sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus membuat daftar pelaksanaan kerja
3 lembur yang memuat nama Pekerja/Buruh yang bekerja lembur dan lamanya Waktu Kerja
Lembur.
Pasal 29
Perusahaan yang mempekerjakan Pekerja/Buruh selama Waktu Kerja Lembur
1
berkewajiban;
a Memberi Kesempatan untuk istirahat secukupnya; dan
Memberikan makanan dan minuman paling sedikit 1.400 kilo kalori, apabila kerja
b
lembur dilakukan 4 jam atau lebih.
c Membayar Upah Kerja Lembur;
Pemberian makanan dan minuman sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c tidak
2
dapat digantikan dalam bentuk uang.
Pasal 30
Ketentuan Waktu Kerja Lembur berlaku untuk semua Perusahaan, Kecuali bagi Perusahaan pada sektor
usaha atau pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat 3 dan Pasal 24.
BAGIAN KEEMPAT
UPAH KERJA LEMBUR
Pasal 31
a untuk jam kerja lembur pertama sebesar 1,5 kali Upah Sejam; dan
b Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya, sebesar 2 kali upah sejam
b Jika hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, perhitungan Upah Kerja Lembur
dilaksanakan sebagai berikut :
1 Jam pertama sampai dengan jam kelima, dibayar 2 kali Upah Sejam;
2 Jam keenam, dibayar 3 kali Upah Sejam; dan
3 Jam ketujuh, jam kedelapan, dan jam kesembilan, dibayar 4 kali Upah Sejam.
Perusahaan yang mempekerjakan Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud pada ayat 1
wajib membayar Upah Kerja Lembur, apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat
3
mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja 5 hari kerja dan 40 jam seminggu,
dengan ketentuan perhitungan Upah Kerja Lembur dilaksanakan sebagai berikut:
a Jam pertama samapai dengan jam kedelapan dibayar 2 kali Upah Sejam;
b Jam kesembilan, dibayar 3 kali Upah sejam; dan
c Jam Kesepuluh, jam kesebelas dan jam kedua belas, dibayar 4 kali upah sejam.
Pasal 32
1 Perhitungan Upah Kerja Lembur didasarkan pada Upah Bulanan.
2 Cara menghitung Upah Sejam itu yaitu 1/173 kali Upah Sebulan.
3 Dalam hal komponen Upah terdiri dari Upah Pokok dan Tunjangan Tetap maka dasar
perhitungan Upah Kerja Lembur 100% dari Upah.
Dalam hal komponen Upah terdiri dari Upah Pokok, Tunjangan Tetap, dan Tunjangan tidak
tetap, apabila Upah Pokok ditambah tunjangan tetap lebih kecil dari 75% keseluruhan
4
Upah maka dasar perhitungan Upah Kerja lembur sama dengan 75% dari keseluruhan
Upah.
Pasal 33
1 Dalam hal Upah Pekerja/Buruh dibayar secara harian maka perhitungan besarnya Upah
sebulan dilaksanakan dengan ketentuan:
Upah sehari dikalikan 25, bagi Pekerja/Buruh yang bekerja 6 hari kerja dalam 1 minggu;
a
atau
b Upah sehari dikalikan 21, bagi Pekerja/Buruh yang bekerja 5 hari kerja dalam 1 minggu.
Dalam hal Upah Pekerja/Buruh dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil, upah
2
sebulan sama dengan penghasilan rata-rata dalam 12 bulan terakhir.
Dalam hal Upah sebulan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 lebih rendah dari Upah
3 minimum maka Upah sebulan yang digunakan untuk dasar perhitungan Upah Kerja
Lembur yaitu Upah minimum yang berlaku di wilayah tempat Pekerja/Buruh bekerja
Pasal 34
Dalam hal Perusahaan telah melaksanakan pembayaran Upah Kerja Lembur dengan
1 sebutan lain dan nilai perhitungan Upah Kerja Lembur sama dengan atau lebih baik maka
perhitungan Upah Kerja Lembur tetap berlaku.
Upah Kerja Lembur dengan sebutan lain dan nilai perhitungannya yang telah dilaksanakan
2 oleh Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menjadi Upah Kerja Lembur sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
Pelaksanaan pembayaran Upah Kerja Lembur sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
3 ayat 2 diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama.
BAGIAN KELIMA
ISTIRAHAT PANJANG
Pasal 35
1 Perusahaan tertentu dapat memberikan istirahat panjang.
BAB V
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
BAGIAN KESATU
TATA CARA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
PASAL 36
Pemutusan Hubungan Kerja dapat terjadi kerena alasan:
b Perusahaan melakukan efisiensi diikuti dengan penutupan Perusahaan atau tidak diikuti
dengan penutupan Perusahaan yang disebabkan Perusahaan mengalami kerugian;
Perusahaan tutup yang disebabkan karena Perusahaan mengalami kerugian secara terus
c
menerus selama 2 tahun;
d Perusahaan tutup yang disebabkan kaeadaan memaksa (force majeure);
e Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang;
f Perusahaan Pailit;
i Pekerja/Buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan harus memenuhi syarat:
Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 30 hari
1 sebelum tanggal mulai pengunduran diri;
2 Tidak terikat dalam ikatan dinas; dan
3 Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri;
Pekerja/Buruh mangkir selama 5 hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan
j secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh Pengusaha
2 kali secara patut dan tertulis;
Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 bulan akibat ditahan pihak yang
l berwajib karena diduga melakukan tindak pidana;
Pekerja/Buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan
m tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan;
Pasal 37
Pengusaha, Pekerja/Buruh, Serikat Pekerja/Serikat Buruh, dan Pemerintah harus
1
mengupayakan agar tidak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja.
Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja tidak dapat dihindari, maksud dan alasan
2 Pemutusan Hubungan Kerja diberitahukan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh
dan/atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh di dalam Perusahaan apabila Pekerja/Buruh yang
bersangkutan merupakan anggota dari Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan dalam masa percobaan, surat
4 pemberitahuan disampaikan paling lama 7 hari kerja sebelum Pemutusan Hubungan
Kerja.
Pasal 38
Dalam hal Pekerja/Buruh telah mendapatkan surat pemberitahuan dan tidak menolak Pemutusan
Hubungan Kerja, Pengusaha harus melaporkan Pemutusan Hubungan Kerja kepada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan/atau dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang ketenagakerjaan provinsi dan kabupaten/kota.
Pasal 39
Dalam hal perundingan bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak mencapai
kesepakatan, penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja tahap berikutnya dilakukan
3
melalui mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAGIAN KEDUA
HAK AKIBAT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pasal 40
Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, Pengusaha wajib membayar Uang
1 Pesangon, dan/atau Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Uang Penggantian Hak yang
seharusnya diterima.
Uang Pesangon sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan dengan ketentuan sebagai
2 berikut:
a Masa Kerja 3 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 Tahun, 2 Bulan Upah;
b Masa Kerja 6 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 Tahun, 3 Bulan Upah;
c Masa Kerja 9 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 Tahun, 4 Bulan Upah;
d Masa Kerja 12 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 Tahun, 5 Bulan Upah;
e Masa Kerja 15 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 Tahun, 6 Bulan Upah;
f Masa Kerja 18 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 Tahun, 7 Bulan Upah;
g Masa Kerja 21 Tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 Tahun, 8 Bulan Upah;
h Masa Kerja 24 Tahun atau lebih, 10 Bulan Upah.
Uang Penggantian Hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pada ayat 1
4
meliputi:
a Cuti Tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
Biaya atau ongkos pulang untuk Pekerja/Buruh dan Keluarganya ketempat dimana
b Pkerja/Buruh diterima bekerja; danPerjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Hal-hal lain yang ditetapkan dalam
c Perjanjian Kerja Bersama.
Pasal 41
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan
Perusahaan melakukan Penggabungan, Peleburan atau Pemisahan Perusahaan dan Pekerja/Buruh
tidak bersedia melanjutkan Hubungan Kerja atau Pengusaha tidak bersedia menerima Pekerja/Buruh
maka Pekerja/Buruh berhak atas :
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
alasan Perusahaan tutup yang disebabkan Perusahaan mengalami kerugian secara terus
1
menerus selama 2 tahun atau mengalami kerugian tidak secara terus menerus selama 2
Tahun maka Pekerja/Buruh berhak atas:
a Uang Pesangon sebesar 0,5 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;
b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
2 alasan Perusahaan tutup yang disebabkan bukan karena Perusahaan mengalami
kerugian maka Pekerja/Buruh berhak atas:
a Uang Pesangon sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;
b Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3;
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.
Pasal 45
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
1 alasan Perusahaan tutup yang disebabkan keadaan memaksa (force majeure) maka
Pekerja/Buruh berhak atas:
Pasal 46
Pasal 47
Pemutusan Hubungan Kerja karena alasan Perusahaan Pailit maka Pekerja/Buruh berhak atas:
Pasal 48
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan adanya
permohonan Pemutusan Hubungan Kerja yang diajukan oleh Pekerja/Buruh dengan alasan Pengusaha
melakukan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 36 huruf g maka Pekerja/Buruh berhak atas:
Pasal 49
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan adanya
putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang menyatakan Pengusaha tidak
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf g terhadap permohonan yang
diajukan oleh Pekerja/Buruh maka Pekerja/Buruh berhak atas:
Pasal 50
Pekerja/Buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 huruf I, berhak atas:
a Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4; dan
Uang Pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
b Perjanjian Kerja Bersama.
Pasal 51
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan
Pekerja/Buruh mangkir selama 5 hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis
yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh Pengusaha 2 kali secara patut dan
tertulis maka Pekerja/Buruh berhak atas:
a Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4; dan
Uang Pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
b
Perjanjian Kerja Bersama.
Pasal 52
Pasal 53
Dalam hal Pekerja/Buruh ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak
1 pidana maka Pengusaha tidak wajib membayar Upah, tetapi wajib memberikan bantuan
kepada keluarga Pekerja/Buruh yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai
berikut:
Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan untuk paling lama 6 bulan
2 terhitung sejak hari pertama Pekerja/Buruh ditahan oleh pihak yang berwajib.
Pasal 54
a Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
b Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.
Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum berakhirnya masa 6 bulan
3 sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan Pekerja/Buruh dinyatakan tidak bersalah maka
Pengusaha mempekerjakan Pekerja/Buruh kembali.
Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum berakhirnya masa 6 bulan
4 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan Pekerja/Buruh dinyatakan bersalah maka
pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja dan Pekerja/Buruh berhak atas:
a Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
b Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.
Pasal 55
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubugnan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
alasan Pekerja/Buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan
1
kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan maka
Pekerja/Buruh berhak atas:
Pasal 56
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan
Pekerja/Buruh memasuki usia pensiun maka Pekerja/Buruh berhak atas:
Pasal 57
Pemutusan Hubungan Kerja karena alasan Pekerja/Buruh meninggal dunia maka kepada ahli warisnya
diberikan sejumlah uang yang perhitungannya sama dengan:
a Uang Pesangon sebesar 2 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2;
b Uang Penghargaan masa kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
c Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat 4.
Pasal 58
Jika perhitungan manfaat dari program pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat 1 lebih
2 kecil daripada uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja serta uang pisah maka
selisihnya dibayar oleh Pengusaha.
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dalam Perjanjian Kerja,
3 Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
Pasal 59
Pengusaha pada usaha mikro dan usaha kecil wajib membayar uang pesangon, uang penghargaan masa
kerja, uang penggantian hak, dan/atau uang pisah bagi Pekerja/Buruh yang mengalami Pemutusan
Hubungan Kerja dengan besaran ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Pengusaha pada usaha
mikro dan usaha kecil dengan Pekerja/Buruh.
BAB VI
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
Pasal 60
BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 61
Pengusaha yang melanggar ketentuan Pasal 15 ayat 1, Pasal 17, Pasal 21 ayat 1, Pasal 22,
1 Pasal 29 ayat 1 huruf b dan huruf c, Pasal 53, dan/atau Pasal 59 dikenai sanksi
administratif berupa:
a Teguran Tertulis;
b Pembatasan kegiatan usaha;
c Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi; dan
d Pembekuan kegiatan usaha.
Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara
2
bertahap
4 a Pembatasan kapasitas produksi barang dan/atau jasa dalam waktu tertentu; dan/atau
Penundaan pemberian izin usaha di salah satu atau beberapa lokasi bagi Perusahaan
b yang memiliki proyek di beberapa lokasi.
Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi sebagaimana dimaksud pada
5 ayat 1 huruf c berupa tindakan tidak menjalankan sebagian atau seluruh alat produksi
barang dan/jasa dalam waktu tertentu.
Pembekuan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d berupa tindakan
6 menghentikan seluruh proses produksi barang dan/atau jasa di Perusahaan dalam waktu
tertentu.
Pasal 62
Menteri, menteri terkait, gubernur, bupati/walikota, atau pejabat yang ditunjuk sesuai
1 dengan kewenangannya mengenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 61 ayat 1 kepada Pengusaha.
Direktur Jenderal atau Kepala Dinas menyampaikan rekomendasi kepada pejabat yang
5
berwenang mengenakan sanksi administratif.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 63
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, PKWT yang telah ada dan jangka waktunya belum
berakhir masih berlaku sampai dengan berakhirnya PKWT.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 64
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
Uang kompensasi untuk PKWT yang jangka waktunya belum berakhir diberikan sesuai
a dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini; dan
Pasal 65
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari UU no 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4279) yang mengatur mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu,
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah
ini.
Pasal 66
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
N PEMERINTAH
AHUN 2021
ntang
DAYA, WAKTU KERJA, WAKTU ISTIRAHAT, DAN
HUBUNGAN KERJA
KARTA 2 FEBRUARY 2021
BAB I
uan Umum
asal 1
AB II
A WAKTU TERTENTU
N KESATU
MUM
asal 2
ya Perjanjian Kerja antara Pengusaha dan
is atau lisan.
tertulis dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
asal 3
an Kedua
an Kerja Waktu Tertentu
asal 4
ntu.
ekerjaan yang bersifat tetap.
asal 5
bagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 huruf a
yaitu :
n; atau
gan produk baru, kegiatan baru, atau produk
obaan atau penjajakan.
u
a.
ana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, PKWT dapat
rtentu lainnya yang jenis dan sifat atau kegiatannya
asal 6
asal 7
asal 8
bagaimana dimaksud Pasal 5 ayat 1 dapat dibuat
asal 9
u pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
akatan para pihak yang dituangkan dalam Perjanjian
sal 10
sal 11
kerja/Buruh pada pekerjaan sebagaimana dimaksud
janjian Kerja harian secara tertulis dengan
emberi kerja;
an
sal 12
anya masa percobaan kerja.
aan kerja, masa percobaan kerja yang disyaratkan
a kerja tetap dihitung.
sal 13
sedikit memuat:
enis Usaha;
Alamat Pekerja/Buruh;
ah;
ya PKWT;
; dan
KWT.
sal 14
aha pada kementerian yang menyelenggarakan
enagakerjaan secara daring paling lama 3 hari kerja
AN KETIGA
ANG KOMPENSASI
sal 15
kompensasi kepada Pekerja/Buruh yang hubungan
sal 16
sal 17
sal 18
Alih Daya dengan Pekerja/Buruh yang dipekerjakan,
sal 19
mpekerjakan Pekerja/Buruh berdasarkan PKWT maka
syaratkan pengalihan pelindungan hak bagi
ntian Perusahaan Alih Daya dan sepanjang obyek
sal 20
tuk badan hukum dan wajib memenuhi perizinan
erintah Pusat.
AB IV
AN WAKTU ISTIRAHAT
N KESATU
MUM
sal 21
an ketentuan waktu kerja.
pada ayat 1 meliputi:
untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau
untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
a dimaksud pada ayat 2 tidak berlaku bagi sektor usaha
sal 22
AN KEDUA
SAHA ATAU PEKERJAAN TERTENTU
sal 23
lokasi kerja
sal 24
u kerja dan waktu istirahat selain yang telah
na dimaksud dalam Pasal 23 ayat 3, Menteri dapat
istirahat pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
AN KETIGA
ERJA LEMBUR
sal 26
lakukan paling lama 4 jam dalam 1 hari dan 18 jam
sal 27
sal 28
embur harus ada perintah dari Pengusaha dan
ng bersangkutan secara tertulis dan/atau melalui
sal 29
ekerja/Buruh selama Waktu Kerja Lembur
sal 30
N KEEMPAT
RJA LEMBUR
sal 31
sebesar 1,5 kali Upah Sejam; dan 1,5 x (((Gaji Pokok + Tunjangan)/30)/60)
rikutnya, sebesar 2 kali upah sejam 2 x (((Gaji Pokok + Tunjangan)/30)/60)
sal 32
asarkan pada Upah Bulanan. Gaji Tunjangan
itu 1/173 kali Upah Sebulan. 3,500,000 500,000
ari Upah Pokok dan Tunjangan Tetap maka dasar
0% dari Upah.
Upah Sebulan 4,000,000
sal 34
anakan pembayaran Upah Kerja Lembur dengan
pah Kerja Lembur sama dengan atau lebih baik maka
ap berlaku.
N KELIMA
AT PANJANG
sal 35
ikan istirahat panjang.
AB V
HUBUNGAN KERJA
N KESATU
USAN HUBUNGAN KERJA
SAL 36
ja dapat terjadi kerena alasan:
un; atau
sal 37
Pekerja/Serikat Buruh, dan Pemerintah harus
mutusan Hubungan Kerja.
sal 38
urat pemberitahuan dan tidak menolak Pemutusan
emutusan Hubungan Kerja kepada kementerian yang
di bidang ketenagakerjaan dan/atau dinas yang
ng ketenagakerjaan provinsi dan kabupaten/kota.
sal 39
AN KEDUA
USAN HUBUNGAN KERJA
sal 40
1 Bulan Upah
api kurang dari 2 Tahun, 2 Bulan Upah;
api kurang dari 3 Tahun, 3 Bulan Upah;
api kurang dari 4 Tahun, 4 Bulan Upah;
api kurang dari 5 Tahun, 5 Bulan Upah;
api kurang dari 6 Tahun, 6 Bulan Upah;
api kurang dari 7 Tahun, 7 Bulan Upah;
api kurang dari 8 Tahun, 8 Bulan Upah;
bulan Upah.
gaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan dengan
sal 41
n Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan
atau Pemisahan Perusahaan dan Pekerja/Buruh
engusaha tidak bersedia menerima Pekerja/Buruh
sal 42
sal 43
sal 44
usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
babkan Perusahaan mengalami kerugian secara terus
galami kerugian tidak secara terus menerus selama 2
atas:
etentuan Pasal 40 ayat 2;
besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.
usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
babkan bukan karena Perusahaan mengalami
ak atas:
entuan Pasal 40 ayat 2;
besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3;
entuan Pasal 40 ayat 4.
sal 45
usan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
babkan keadaan memaksa (force majeure) maka
sal 46
sal 47
sal 48
sal 49
sal 50
uan sendiri dan memenuhi syarat sebagaimana
sal 51
sal 52
sal 53
hak yang berwajib karena diduga melakukan tindak
b membayar Upah, tetapi wajib memberikan bantuan
ng menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai
dari Upah;
dari Upah;
dari Upah;
ebih, 50% dari Upah.
sal 54
sal 55
usan Hubugnan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena
akit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan
ekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan maka
sal 56
n Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan
rja/Buruh berhak atas:
sal 57
/Buruh meninggal dunia maka kepada ahli warisnya
a dengan:
entuan Pasal 40 ayat 2;
besar 1 kali ketentuan Pasal 40 ayat 3; dan
entuan Pasal 40 ayat 4.
sal 58
sal 59
AB VI
KETENAGAKERJAAN
sal 60
AB VII
DMINISTRATIF
sal 61
an Pasal 15 ayat 1, Pasal 17, Pasal 21 ayat 1, Pasal 22,
Pasal 53, dan/atau Pasal 59 dikenai sanksi
sal 62
bupati/walikota, atau pejabat yang ditunjuk sesuai
an sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
etenagakerjaan.
g dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan dituankan
AB VIII
AN PERALIHAN
sal 63
u, PKWT yang telah ada dan jangka waktunya belum
mpai dengan berakhirnya PKWT.
AB IX
AN PENUTUP
sal 64
merintah ini mulai berlaku:
jangka waktunya belum berakhir diberikan sesuai
Pemerintah ini; dan
sal 65
sal 66
ggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
erintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
ublik Indonesia.
njangan)/30)/60)
angan)/30)/60)
angan)/30)/60)
angan)/30)/60)
angan)/30)/60)
Weekend
Jam ke 1 46,243
Jam ke 2 46,243
Jam ke 3 46,243
Jam ke 4 46,243
Jam ke 5 46,243
Jam ke 6 46,243
Jam ke 7 46,243
Jam ke 8 69,364
Jam ke 9 92,486
Jam ke 10 92,486
Jam ke 11 92,486
670,520
Gaji 3,500,000
Tunjangan 500,000