Anda di halaman 1dari 5

TREATY SHOPPING, PPT, & TRANSFER PRICING

● Pada 2022, PT Nicholas AC melakukan pembayaran fee atas pemakaian jasa konsultan pajak
kepada Angelina Yulianto Consulting (AYC) yang berlokasi di Singapura. Fee yang dibayarkan
senilai Rp500 juta. Jasa konsultasi pemasaran berlangsung di Jakarta dari tanggal 1 Maret hingga
10 Juni 2022. Atas transaksi tersebut:
○ Apakah AYC dianggap memiliki BUT di Indonesia?
Ya, AYC dianggap memiliki BUT di Indonesia. Berdasarkan Perjanjian P3B Indonesia
dan Singapore Art 5 Menjelaskan terkait definisi Permanent Establishment atau yang
dimaksud dari BUT atau bentuk usaha tetap ialah ketika berada di negara tersebut dengan
time test lebih dari 90 hari dalam masa 12 bulan maka dari itu dapat dikatakan terdapat
BUT di Indonesia. Sehingga AYC memiliki BUT di Indonesia dikarenakan 1 Maret
hingga 10 Juni 2022 telah melebihi jangka waktu 90 hari di Indonesia dan AYC dianggap
memiliki BUT di Indonesia
Mengacu ke pasal 5 (P3B ID-SGP). Lalu dalam OECD hal ini tidak diatur secara rinci
karena diatur dalam Per P3B. Jadi, kalo misal jawab tidak ada BUT tidak apa”, karena
materi yang sebelumnya dikirimkan hanya yang OECD Model.
Unuk PT, jangka waktu (Time Test)nya itu memang 180 hari, tapi kalo
OP/Konsultan/Jasa Freelance jangka waktunya 90 hari dlm 12 bulan, dianggap sebagai
BUT (dalam PER P3B ID-SGP).
Kalau misal dianggap belum punya BUT Indonesia, maka Indonesia sama sekali tidak
boleh memajaki, sesuai dengan pasal 7 sesuatu resident hanya dapat dipajaki oleh negara
sumber apabila residen tersebut punya BUT yang men-generate penghasilan di negara
sumber, Jika tidak ada Permanent establishment maka hak pemajakan dimiliki full oleh
negara residen
○ Apakah Indonesia sebagai negara sumber mempunyai hak untuk memajaki
penghasilan yang diperoleh oleh AYC?
Ya, Indonesia sebagai negara sumber memiliki hak atas pemajakan tersebut. Berdasarkan
tax treaty antara Indonesia dan Singapura, maupun berdasarkan OECD model Pasal 14
yang diasimilasikan di pasal 7 terkait dengan Business Profits menjelaskan bahwa atas
pemberian jasa dilakukan di dalam negara sumber dalam hal ini melalui BUT AYC,
penghasilan pajak dapat dikenakan di negara sumber. Negara Indonesia sebagai negara
sumber akan memajaki dan melakukan pemotongan PPh terhadap penghasilan yang
dibayarkan kepada AYC.
Konsekuensi kalo punya BUT di ID, maka sesuai dengan pasal 7 2017 (?) (P3B yang
berlaku saat ini), ID sebagai negara sumber mempunyai hak atas perpajakan tersebut baik
berdasarkan Tax Treaty antara ID-SGP maupun pasal 14 OECD Model yang
diasimilasikan dengan pasal 7 terkait dengan Business Profits. Dijelaskan bahwa
Indonesia memang memiliki hak sebagai negara sumber. Pemajakannya seberapa
banyak? Tidak terdiskrit. Jadi, Indonesia punya hak pemajakan pertama, apabila masih
ada sisa hak pemajakannya yang masih di SGP setelah bekerja di Indonesia ternyata
belum sebesar pajak terutang kerja di singapore, maka masih bisa dikonfirmasi ulang (?)
○ Bagaimana kewajiban pemotongan PPh atas transaksi tersebut?
Negara Indonesia sebagai negara sumber akan melakukan pemotongan PPh atas
penghasilan yang dibayarkan kepada AYC karena AYC memenuhi definisi BUT di
Indonesia sehingga Indonesia dapat memiliki hak pemajakan dari negara sumber. Namun,
Di sisi lain apabila terdapat sisa residual hak pemajakan maka dari itu negara domisili
dalam hal ini Singapore boleh melakukan pemajakan hanya atas penghasilan yang
diterima oleh AYC yang diperoleh dari Indonesia, hal ini sesuai dengan Art 7 OECD
Model maupun terkait dengan P3B Indonesia dan Singapore art 14 terkait independent
personal services.

● Clarissa Athalia Ltd yang berlokasi di Amerika Serikat melakukan pembayaran bunga pinjaman
kepada Bank XYZ di Singapura sejumlah Rp1.000.000.000. Diketahui ternyata Bank XYZ
dimiliki secara penuh oleh William Limanto yang berdomisili di Surabaya. Bagaimana kewajiban
pemotongan PPh atas transaksi tersebut?
○ Negara Sumber --> AS
○ Negara Residence --> Singapore
○ Jadi disini permasalahannya Source vs Residence Conflict
○ Sehingga pakai allocation of taxing powers and relief
○ Hak pemajakan berasal dari dimana adanya permanent firm sehingga dalam hal ini hak
pemajakan berada di negara Amerika Serikat. Akan tetapi bila beneficial owner dari
bunga adalah resident dari negara residen maka pajak yang diberikan tidak boleh lebih
dari 10% jumlah kotor bunga. Jadi 10% x 1.000.000.000 = 100.000.000 (OECD Article
11).
Jawabannya tergantung asumsi yang kita gunakan. Tarifnya 10%, tapi bagaimana kalau
beneficial owner nya antara Bank XYZ/William Limanto.
Beneficial owner ini tergantung dari apakah Bank XYZ ini punya kontrol atas
penghasilan dari Clariss Ltd ini. Kalau punya kontrol (bunga pinjamannya kan dibayar ke
XYZ, jadi nanti dari bunga pinjaman itu XYZ bisa pakai uangnya seperti untuk bayar gaji
perusahaan, Untuk operasional, dll) berarti beneficial owner nya adalah bank XYZ. Jika
bank XYZ ini penerima uang, lalu uangnya diberikan ke William (numpang lewat,
dimana bank XYZ ini ga bisa ngapa”in atau ga ada pengaruh) maka beneficial owner nya
adalah William.

Lanjut ke File QUIZ 2 PAJAK INTERNASIONAL


● Indonesia masih belum terlalu memasukkan yang namanya Treaty Shopping, tapi banyak negara
yang secara bilateral sudah menyepakati bahwa treaty shopping itu sudah diberlakukan dalam tax
treaty. Jadi tidak boleh memanfaatkan tax treaty, dibikin alirannya sedemikian rupa untuk
melakukan reduce rate (pengurangan tarif).

● BEPS Action Plan ada 15, salah satunya adalah Prevent Treaty Abuse (Treaty Shopping). base
erosion and profit shifting (BEPS) → International Tax Avoidance. BEPS 6 ini membahas tentang
cara mencegah adanya treaty shopping. Menggunakan perubahan dalam P3B (Belum semua P3B
berlaku). Menyarankan adanya negara” mengubah (preamble) bagian awal P3B (sebelum masuk
art …). Ketika suatu transaksi dilakukan dengan tujuan utama untuk menghindari pajak, tidak ada
business reasoning nya, maka bisa ditolak (treaty benefit) tidak boleh menggunakan redistract (?)
yang ada di P3B. Harus tetap menggunakan peraturan domestik yg ada.
● Intensi bahwa walaupun mereka memberikan manfaat pengurangan kewajiban pajak, tapi mereka
tetap tidak akan mendukung adanya pemberian manfaat, apabila tujuan utamanya adalah untuk
menghindari pajak. Cara menilai tujuan ini bisa dengan cara → principal purpose test (PPT),
Limitation on benefits(LOB), dll.

● PER 25/2018 → Bagaimana P3B di Indonesia boleh dimanfaatkan oleh SPLN


SPLN yang ingin melakukan pengurangan pajak, harus mengajukan dulu kepada DJP.
SPLN harus memenuhi 4 syarat:
○ Harus BO → Bukan Agen/Nominee (Perantara), memiliki kendali untuk menggunakan
penghasilan (punya hak), tidak boleh punya utang lebih dari 50% dari penghasilan,
menanggung resiko, tidak punya kewajiban tertulis/tidak tertulis untuk meneruskan
penghasilan kepada pihak lain
○ Bukan SPDN → harus SPLN, karena pengurangan PPh 26
○ Merupakan SPDN Negara Mitra → harus dipastikan dia SPDN negara mana
○ Tidak terjadi penyalahgunaan P3B atau tidak terjadi Treaty shopping → artinya WPLN
harus memiliki:
■ Substansi Ekonomi di tempat dia berada, tidak boleh perusahaan cangkang →
punya kekuatan ekonomi, punya modal bisnis, punya operasional, meng generate
suatu penghasilan, ada orang”nya
■ Bentuk hukum yang sama dengan substansi ekonomi → kalau misal substansi
ekonominya PT, ya berarti bentuk hukumnya ya harus PT
■ Kegiatan Usaha dikelola sendiri dan punya kewenangan untuk menjalani
transaksi → independent, bukan dikontrol oleh org lain
■ Aset tetap/aset tidak tetap, yang cukup dan memadai untuk melakukan kegiatan
usaha di negara mitra → untuk menunjukkan legitimasi sebagai perusahaan
■ Memiliki pegawai dalam jumlah yg cukup dan keahlian yang memadai →
penilaian secara subjektif, tergantung pada kegiatan operasional perusahaan
(harus sinkron antara pegawai dan kegiatan usaha, misal bagian ini butuh brp org,
tidak ada yang memiliki keahlian di dlm bagian tsb)
■ Kegiatan atau usaha harus aktif → melakukan pengajuan ke DJP dengan mengisi
SKD → Surat Keterangan Domisili (menggunakan form DGT)

Anda mungkin juga menyukai